Upload
trisna
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
chemical engineering
Citation preview
MACAM-MACAM KOROSI
1. Definisi Korosi
Korosi atau Perkaratan berasal dari bahasa latin Corrodere yang berarti
perusakan logam. Adapun definisi korosi sebagai berikut.
Korosi adalah proses degradasi atau deteorisasi perusakan material yang terjadi
disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.
Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan mekanis.
Korosi adalah Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.
Korosi adalah proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan
thermodinamika suatu sistem.
Korosi adalah reaksi antara logam dengan lingkungannya.
Korosi adalah suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun secara
langsung bukan merupakan produk teknik. Adanya studi tentang korosi adalah
usaha untuk mencegah dan mengendalikan kerusakan supaya serangannya
serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonomisnya, atau umur tahannya
material lebih lama untuk bisa dimanfaatkan. Caranya dengan usaha prefentif atau
pencegahan dini untuk menghambat korosi. Dan hal ini lebih baik dari pada harus
mengeluarkan biaya perbaikan yang tidak sedikit akibat serangan korosi.
2. Macam-macam Korosi
a) Korosi dapat dibedakan ke dalam banyak kategori. Menurut lokasi korosinya :
1) Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)
Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam yang
terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini
mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total.
Gambar 1. (General Corrosion)
2) Localized Corrosion (Korosi Lokal/Setempat)
Pada jenis korosi lokal, yang terkorosi hanya bagian tertentu saja dari logam
yang terekspose lingkungan. Korosi jenis ini tidak sampai menghabiskan
seluruh konstruksi logam, tetapi efeknya tetap merugikan. Kerugian bisa mulai
dari kebocoran sampai pecahnya peralatan.
b) Berdasarkan lingkungannya, korosi dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori:
1) Korosi Lingkungan Gas (Dry Corrosion)
Korosi lingkungan gas dapat terjadi pada lingkungan atmosfir maupun lingkungan
gas yang lain.
2) Korosi Lingkungan Cairan (Wet Corrosion)
Korosi lingkungan cairan dapat terjadi pada lingkungan air maupun cairan yang
lain.
c) Korosi dapat dibedakan berdasarkan suhu korosif yang melingkungi konstruksi
logam. Berdasarkan suhu korosif ini, korosi dibedakan menjadi 2 (dua) kategori,
yaitu :
1) Korosi Suhu Tinggi (High Temperature Corrosion)
High Temperature Corrosion terjadi pada burner, boiler, reformer, reaktor, dsb.
Korosi jenis ini banyak terjadi dalam suasana lingkungan gas.
2) Korosi Biasa/ Suhu Kamar
d) Di antara macam-macam penamaan / jenis-jenis korosi, yang sering dijumpai
ialah :
1) Galvanic atau Bimetalic Corrosion
Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika
dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Logam yang memiliki potensial korosi lebih tinggi, akan terkorosi lebih hebat
daripada kalau ia sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang
memiliki potensial korosi yang lebih rendah. Logam yang memiliki potensial
korosi yang lebih rendah akan kurang terkorosi daripada kalau ia sendirian dan
tidak dihubungkan langsung dengan logam yang memiliki potensial korosi yang
lebih tinggi. Pada kasus ini terbentuk sebuah sel galvanik, dengan logam yang
berpotensial korosi lebih tinggi sebagai anoda dan logam yang berpotensial korosi
lebih rendah sebagai katoda.
Gambar 2. (Galvanic Corrosion)
2) Crevice Corrosion
Crevice corrosion termasuk jenis korosi lokal. Jenis korosi ini terjadi pada
celah-celah konstruksi, seperti kaki-kaki konstruksi, drum maupun tabung gas.
Korosi jenis ini juga dapat dilihat pada celah antara tube dari Heat
Exchanger dengan tubesheet-nya. Adanya korosi bisa ditandai dengan warna
coklat di sekitar celah. Tipe korosi ini terjadi akibat terjebaknya elektrolit sebagai
lingkungan korosif di celah-celah yang terbentuk diantara peralatan konstruksi.
Gambar 3. (Crevice Corrosion)
3) Pitting Corrosion
Pitting corrosion juga termasuk korosi lokal. Jenis korosi ini mempunyai
bentuk khas yaitu seperti sumur, sehingga disebut korosi sumuran. Arah
perkembangan korosi tidak menyebar ke seluruh permukaaan logam melainkan
menusuk ke arah ketebalan logam dan mengakibatkan konstruksi mengalami
kebocoran. Walaupun tidak sampai habis terkorosi, konstruksi tidak dapat
beroperasi optimal, bahkan mungkin tidak dapat dipergunakan lagi karena
kebocoran yang timbul. Pitting corrosion sering terjadi pada stainless-steel,
terutama pada lingkungan yang tidak bergerak (stasioner) dan non-oksidator
(tidak mengandung oksigen).
Gambar 4. (Pitting Corrosion)
4) Intergranular Corrosion
5) Selective Leaching Corrosion
6) Erosion/Abrassion Corrosion
Erosion / abrassion corrosion adalah proses korosi yang bersamaan
dengan erosi/abrasi. Korosi jenis ini biasanya menyerang peralatan yang
lingkungannya adalah fluida yang bergerak, seperti aliran dalam pipa ataupun
hantaman dan gerusan ombak ke kaki-kaki jetty. Keganasan fluida korosif yang
bergerak diperhebat oleh adanya dua fase atau lebih dalam fluida tersebut,
misalnya adanya fase liquid dan gas secara bersamaan, adanya fase liquid dan
solid secara bersamaan ataupun adanya fase liquid, gas dan solid secara
bersamaan. Kavitasi adalah contoh erosion corrosion pada peralatan yang
berputar di lingkungan fluida yang bergerak, seperti impeller pompa dan sudu-
sudu turbin. Erosion / abrassion corrosion juga terjadi di saluran gas-gas hasil
pembakaran.
Gambar 5. (Erossion / Abrassion Corrosion)
7) Stress Corrosion Cracking (SCC)
Stress corrosion cracking adalah cracking akibat adanya stress dan
terjadinya korosi secara bersamaan. Korosi jenis ini hanya terjadi jika kedua unsur
penyebabnya (yaitu stress dan lingkungan korosif) berada secara bersama-sama.
Stress corrosion cracking tidak akan ada kalau hanya ada stress atau hanya ada
lingkungan korosif saja. Tipe korosi model SCC ini biasanya terjadi pada stainless
steel. Hal ini disebabkan karena ketika terjadi korosi, pada permukaan logam
terbentuk lapisan corrosion product berupa Cr2O3 yang merupakan bahan
keramik. Ketika ada stress, maka lapis keramik tersebut tidak tahan sehingga
pecah. Akibatnya, permukaan logam tidak lagi terlapisi oleh keramik dan
terekspos kembali pada lingkungan yang korosif, sehingga kembali terkorosi dan
membentuk lapisan oksida baru, yang selanjutnya pecah lagi oleh stress.
Demikian seterusnya, sehingga terjadilah crack atau SCC yang dapat
mengakibatkan pecahnya peralatan. Kegagalan peralatan begitu cepat dari sejak
proses awal terjadinya SCC. Kecepatan perengkahan atau crack bisa mencapai
kecepatan suara.
Gambar 6. (Stress Corrosion Cracking)
8) Differential Aeration Corrosion
9) Fretting Corrosion
Fretting corrosion adalah korosi yang terjadi pada konstruksi yang
bergerak dengan mengalami gesekan. Jenis korosi ini biasa terjadi pada sumbu
yang berputar dan bergesekan. Material logam yang berputar dan tergesek tersebut
mengalami keausan akibat gesekan dan mengalami korosi secara bersamaan.
Karena sempitnya clearance maka corrosion product ikut berputar bersama logam
yang terkorosi. Korosi jenis ini mengakibatkan konstruksi menjadi longgar,
menambah clearance ataupun mengurangi tingkat kedapnya packing atau sealing.
Gambar 7. (Fretting Corrosion)
10) Filiform Corrosion
Filiform corrosion adalah korosi yang berbentuk seperti cabang-cabang di
permukaan logam yang tertutupi cat. Karateristik korosi jenis ini ialah bentuknya
yang menyebar di permukaan logam dengan arah perkembangan korosi horizontal
sepanjang permukaan logam dan tidak mengarah ke kedalaman logam.
Gambar 8. (Filiform Corrosion)
11) Corrosion Fatique
12) Hydrogen Attack
Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi
hidrogen ke kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan
Hydrogen Embrittlement. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen. Belum
diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara
elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam sebagai bahan
konstruksi sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke
dalam logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.
Gambar 9. (Hydrogen Attack)
13) Microbial Corrosion
14) Dew Point Corrosion