korosi pada lgam

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN KOROSI PADA LOGAM DAN CARA PENCEGAHANNYA PENDAHULUAN Pada kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah karat. Karat sering kita jumpai pada barang-barang yang terbuat dari logam, misalnya pipa besi, sendok makan, atap seng, dan sebagainya. Karat dipandang sebagai sesuatu yang sangat merugikan untuk sekarang ini, diantaranya membuat logam menjadi lebih rapuh dan mudah rusak, membuat peralatan elektronik menjadi tidak bekerja, dan masih banyak lagi kerugian yang ditimbulkan oleh karat. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan adanya karat pada berbagai jenis logam. Pada ilmu kimia dikenal adanya korosi yang berarti degradasi material oleh reaksi elektrokimia. Karat merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh proses korosi tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam kajian mengenai korosi dan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal yang merugikan itu. Makalah ini terdiri dari beberapa rumusan masalah, yang pertama mengenai pengertian korosi secara mendalam dan berbagai jenis korosi, lalu bagaimana korosi bisa terjadi, proses apa yang terjadi dalam korosi, berbagai dampak yang ditimbulkan oleh korosi, serta bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi korosi. Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang korosi dan proses-proses yang ada di dalamnya, serta hal-hal yang menyebabkan korosi sehingga dapat menghindarinya. Pembaca diharapkan pula dapat mengetahui cara penanggulangan korosi secara baik dan tepat serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat korosi.

PENGERTIAN KOROSI Korosi memiliki pengertian sebagai suatu proses pembusukan suatu bahan (terutama logam) atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat pengaruh reaksinya dengan lingkungan sekitar (Widharto, 2001:vii). Terdapat definisi lain yang menjelaskan bahwa korosi adalah suatu penurunan mutu logam akibat reaksi

1

elektrokimia dengan lingkungannya (Trethewey & Chamberlain, 1991:25). Memang pada waktu lalu karat didefinisikan sebagai suatu proses elektrokimia saja. Namun saat ini ditemukan ada beberapa jenis korosi yang bukan melalui proses elektrokimia dan mekanismenya tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya proses pelapukan pada bahan non-metal dan proses korosi pelarutan selektif. Pada korosi yang berprinsip pada elektrokimia, terdapat 3 komponen penting dalam kelangsungan proses tersebut yaitu: 1. Anoda yaitu bahan logam yang mengalami korosi dengan melepaskan elektronelektron dari atom logam netral untuk membentuk ion. Ion ini yang kemudian bereaksi membentuk karat. 2. Katoda yaitu bahan logam yang tidak mengalami korosi karena menerima elektron. Reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada pH larutan. Pada larutan asam akan terbentuk gas H2 sedangkan pada larutan basa akan terbentuk gas O2. 3. Elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan listrik sebagai media perpindahan elektron dari anoda menuju katoda. Jenis elektrolit bermacam-macam. Air dapat digunakan sebagai elektrolit karena kebanyakan air bersifat konduktif. Walaupun sebenarnya air yang murni tidak dapat menghantarkan listrik. Korosi dapat terjadi dimana saja, dan pada bahan apa saja. Boleh dikatakan bahwa hampir tidak ada benda padat yang tidak dapat mengalami korosi. Hingga saat ini dikenal sebanyak 105 jenis bahan yang dapat mengalami korosi, yang 80 diantaranya merupakan bahan logam. Setiap jenis logam tersebut mempunyai sifat kimiawi fisik dan mekanik yang bebeda-beda. Masing-masing logam memiliki kelebihan dan kelemahan terhadap jenis korosi tertentu, misalnya logam alumunium tahan terhadap korosi atmosfer, namun tidak tahan terhadap korosi merkuri (air raksa). Logam yang sangat mulia seperti emas dan platina yang kebal terhadap sebagian besar korosi, tidak akan tahan pada bromine basah, atau pada karbon tetraklorida konsentrasi 60% ke atas (Widharto, 1991:vii). Perlu diketahui bahwa dalam makalah ini hanya dibahas korosi yang terjadi pada bahan logam.

2

Korosi sangat bermacam-macam. Hingga saat ini diperkirakan ada 57 jenis korosi yang terjadi di permukaan bumi. Dalam makalah ini hanya akan disajikan beberapa jenis korosi yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan menjadi kendala dalam aktivitas manusia. Jenis-jenis korosi tersebut adalah: 1. Korosi atmosfer Korosi ini disebabkan akibat terjadinya proses elektrokimia antara dua bagian benda padat yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka. Pada setiap logam terutama besi, tidak ada yang terbebas dari kotoran di dalam materialnya atau disebut impurities. Hal itu disebabkan karena di dalam udara terdapat banyak sekali sampah, debu pencemar, yang terkadang menimbulkan larutan yang sangat asam. Larutan asam (pH rendah) inilah yang berfungsi sebagai bahan penghantar elektrolit sehingga terjadi karat pada bagian permukaan logam tersebut (Widharto, 2001:3). Korosi atmosfer sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Misalnya di tepi pantai zat pencemar yang dominan adalah NaCl yang berasal dari air laut, sedangkan di daerah pedesaan zat pencemar yang dominan adalah COS (karbonil sulfida). 2. Korosi oksidasi Korosi ini terjadi apabila suatu metal berhubungan dengan gas pengoksidasi seperti zat asam, pada suhu kamar yang menyebabkan terbentuknya karat tanpa kehadiran elektrolit. Peristiwa ini disebut juga dengan korosi kering atau dry corrosion. Pada pengkaratan kering ini, hasil reaksinya berupa bahan padat yang sering disebut dengan kerak. Permukaan metal yang masih murni yang berhubungan dengan gas pengoksidasi akan mengalami urutan reaksi dimulai dari adsorpsi zat asam, terbentuknya inti oksida, lalu terbentuknya kerak oksida. Untuk korosi pada besi, reaksi kimia yang terjadi adalah: 4 Fe + 3 O2 + 6 H2O 4 Fe(OH)3. Fe(OH)3 itulah yang disebut kerak pada besi (Widharto, 2001:80). 3. Korosi galvanis

3

Korosi ini terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada pada elektrolit yang sama. Elektron mengalir dari logam anodik menuju logam katodik yang menyebabkan salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah, dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi. 4. Korosi pelarutan selektif Jenis korosi ini berbeda dengan korosi lainnya. Korosi ini terjadi karena larutnya suatu komponen dari suatu zat paduan. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodik terhadap komponen yang lain. Korosi ini tidak terlihat, karena pada permukaan campuran zat paduan tampak tetap atau tidak mengalami perubahan termasuk pada tingkat kekasarannya. Namun, sebenarnya berat bagian yang terkena jenis korosi ini menjadi berkurang dan kehilangan sifat mekanisnya yang semula. Berbagai jenis korosi pelarutan selektif memiliki nama yang sebagian besar didasarkan pada nama zat paduan yang terlarut. Di bawah ini adalah tabel contoh jenis-jenis korosi pelarutan selektif beberapa zat paduan: Nama Korosi Dealuminisasi Dekobaltifikasi Dekuprifikasi Demanganisasi Desilikonifikasi Grafitisasi (Widharto, 2001:43) 5. Korosi arus liar Korosi ini disebabkan karena masuknya arus listrik searah secara tidak disengaja ke dalam suatu konstruksi, kemudian kembali lagi menuju sumber arus. Pada titik di mana arus meninggalkan konstruksi, akan terjadi peristiwa korosi yang cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut. Misalnya arus liar yang terjadi akibat kereta listrik yang melaju di samping pipa air minum yang terbuat dari baja di dalam tanah. Tempat di mana arus liar masuk ke dalam pipa menjadi katoda, Zat yang Larut Alumunium Kobalt Tembaga Mangan Silikon Besi Nama Zat Paduan Tembaga alumunium Stellite (Co-Cr-W-C) Tembaga perak Tembaga mangan Silikon tembaga Besi karbon

4

sedangkan tempat di mana arus liar meninggalkan pipa menjadi anoda dan berkarat. Karat akhirnya dapat melubangi pipa air minum yang terbuat dari baja tersebut (Widharto, 2001:49). 6. Korosi erosi Korosi ini biasa terjadi pada pipa-pipa logam dengan fluida yang mengalir di dalamnya. Korosi ini timbul akibat aliran fluida yang sangat cepat sehingga membuat permukaan logam pipa menjadi terkikis. Proses erosi ini semakin cepat apabila kandungan partikel zat padat dalam fluida tersebut semakin banyak. Korosi erosi ini juga dapat terjadi pada permukaan yang bergerak cepat, sementara fluida di sekitarnya mengandung partikel-partikel padat. Rusaknya bagian permukaan karena terkikis oleh fluida akan menghilangkan lapisan pelindung logam sehingga memudahkan terjadinya bentuk korosi yang lain. 7. Korosi bakteri Secara teoritis apabila tidak terdapat zat asam, laju korosi pada berbagai logam relatif lambat. Namun pada kondisi-kondisi tertentu ternyata laju pengkaratannya justru semakin cepat. Setelah diselidiki ternyata terdapat mikroorganisme yang dapat menyebabkan korosi. Mikroorganisme ini dapat mengubah suatu garam menjadi asam yang sangat reaktif. Reaksi yang terjadi pada besi yang mengalami korosi bakteri adalah: Anoda Katoda : 4Fe 4Fe2+ + 8e: 8H2O 8H+ + 8OH- - 8e8H+ + Na2SO4 4H2O + Na2S Na2S + 2 H2CO3 2 NaHCO3 + H2S (asam) 4Fe + 2H2O + Na2SO4 + 2H2CO3 Bakteri 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 NaHCO3 Produk Karat Pada reaksi di atas bakteri dapat mengubah garam sulfat menjadi asam sulfat. Oleh karena itu bakteri pada contoh di atas lazim disebut Sulfate Reducing Bacteria. Keberadaan bakteri di atas dapat ditandai dengan adanya bau busuk5

menyengat apabila kerak produk korosi tersebut dikupas. Untuk mendeteksinya diberi beberapa tetes HCL pada kerak karat (Widharto, 2001:57). Selain bakteri di atas ternyata masih banyak mikroorganisme lain yang berpotensi untuk menyebabkan korosi pada beberapa konstruksi. Di bawah ini adalah nama beberapa mikroorganisme yang dapat menimbulkan korosi: Flavobacterium Mucoids Bakteri penyebab sel karat konsentrasi oksigen Aerobacter Pseudomonas B. Subtilis B. Cereus Gallionella Chrenothrix Desulfovibrio Closfridia Chroococcus Oscillatoria Alga penyebab korosi Chlorococcus Ulothrix Scenedesmus Navicula Aspergillus Alternaria Jamur Penicillium Trichoderma Torula Monilia (Widharto, 2001:58) FAKTOR PENYEBAB KOROSI Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi:

Bakteri pendeposisi besi Bakteri lain penyebab korosi

6

1. Kemurnian bahan Hampir tidak ada benda, khususnya logam besi yang bebas dari kotoran di dalam materialnya, baik berupa oksida dari metal besi tersebut akibat bereaksi dengan zat asam di udara, perbedaan strukur molekuler dari material metal itu sendiri, maupun perbedaan tegangan di dalam bagian-bagian metal besi tersebut. Hal ini menimbulkan perbedaan potensial antara bagian-bagian logam tersebut.. Perbedaan potensial ini menyebabkan sebagian dari metal bersifat katodis dan sebagian lagi bersifat anodis. Bagian yang bersifat katodis yakni kotoran, oksida, dan struktur molekuler yang katodis. Sedangkan, bagian yang bersifat anodis yaitu bagian logam besi yang murni. Perbedaan potensial ini mengakibatkan metal mudah mengalami korosi (Widharto, 2001:3). 2. Permukaan logam Sering kita menjumpai logam yang permukaannya tidak rata. Permukaan logam yang tidak rata ini memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab pada permukaan logam sulit untuk terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda. Sedangkan faktor dari lingkungan meliputi: 1. Jumlah zat pencemaran udara Zat pencemar udara ada bermacam-macam, yang paling dominan bergantung pada lokasi di tempat terjadinya pengkaratan, misalnya di tepi pantai zat pencemar yang dominan adalah NaCl yang berasal dari partikel air laut, sedangkan di sekitar kawasan industri adalah zat SO2, H2S, NH3, NO2 dan garam-garam lain. Tapi, gas yang paling merusak pada udara di kawasan industri dalah sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari hasil pembakaran batu bara dan minyak bumi. Di kota metropolitan, seperti New York AS, diperkirakan dari hasil pembakaran batu bara dan minyak bakar saja telah menyumbang sekitar 1,5 juta ton SO2 tiap tahun, yang membebani udara di atas kota tersebut dengan rata-rata 6.300

7

ton H2SO4 setiap hari. Asam sulfat ini sangat merusak sekali hampir pada keseluruhan material bangunan dan prasarana umum lainnya, bahkan apabila terbawa hujan dapat menyebabkan hujan asam yang dapat membunuh tanaman dan hewan ternak pemakan tumbuh-tumbuhan yang telah tercemar (Widharto, 2001:6). 2. Suhu Laju korosi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur. Dalam suatu sistem terbuka, laju korosi dapat meningkat pada saat temperatur bertambah dan berkurang ketika temperatur terus dinaikan (Widharto, 2001:21). Karena semakin panas larutan, maka gas akan keluar dari larutan, sehingga laju korosi semakin berkurang. Namun, dalam suatu sistem tertutup, tidak berlaku yang demikian. Hal ini dikarenakan tekanan mencegah gas untuk keluar (Widharto, 2001:21). 3. Kelembaban Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi. Faktor kelembaban dapat menyebabkan titik embun (dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relatif, segala macam kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau sedikit sekali menyebabkan pengkaratan. Hujan pada hakikatnya malah membersihkan lapisan polutan pada permukaan metal sehingga sedikit banyak mengurangi pengarah pengkaratannya. Kecuali apabila sisa-sisa air hujan tesebut tidak dapat segera mengering karena terperangkap di daerah terlindung (di bawah atap), di celah-celah dan di permukaan tanah basah, maka kondisi ini mempercepat proses pengkaratan. Akan halnya titik embun, akibat keberadaannya sangat korosif terutama di daerah dekat pantai dimana banyak partikel air asin yang terhembus angin dan mendarat di permukaan metal, atau di daerah kawasan industri yang kaya dengan zat pencemar udara.

8

Pada saat-saat jarang jatuh hujan, maka keberadaan zat pencemar di permukaan metal tidak terganggu/terbasuh, sehingga sewaktu terjadi kodensasi di permukaan, maka air embun tersebut tercampur dengan zat pencemar yang ada menjadi larutan elektrolit yang sangat baik, sehingga mempercepat proses pengkaratan. Kondensasi didukung oleh dua factor utama, yakni factor cuaca yang relatif dingin dan factor kelembaban relatif yang cukup tinggi (di atas 80%). Tingkat pegkaratan akan sangat ganas apabila di samping keberadaan zat pengkarat yang tinggi, kelembaban yang tinggi juga suhu yang bersifat cyclic (naik turun secara teratur) (Widharto, 2001:51). 4. Keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa anorganik maupun organik. Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama. 5. Organisme Organisme penyebab korosi salah satunya adalah bakteri. Bakteri yang dapat menyebabkan korosi adalah bakteri anaerob, misalnya bakteri Sporovibrio desulfuricans. Selain bakteri, segala jenis biota air/laut yang hidup di dalam sistem pendingin atau penukar kalori yang menggunakan sarana air laut/air tawar sebagai pendingin, misalnya kerang/remis, ganggang laut, anemon, dan sebagainya yang tumbuh di dalam ruang yang dialiri air laut ataupun air tawar dapat menyebabkan terjadinya sel karat (Widharto, 2001:57). 6. O2 Suatu fenomena alam bahwa metal yang berada di daerah yang berkandungan oksigen lebih banyak akan bersifat katodik terhadap bagian metal yang berada di daerah yang berkandungan oksigen lebih rendah yang bersifat

9

anodik, jika kedua metal tersebut dihubungkan (Widharto, 2001:20). Metal yang bersifat anodik ini akan lebih mudah mengalami korosi. 7. Tekanan Besar tekanan dapat mempengaruhi laju reaksi kimia, begitu juga dengan laju terjadinya korosi. Dalam sistem minyak dan gas, semakin tinggi tekanan, semakin banyak gas yang dapat larut, sehingga laju korosi yang terjadi semakin tinggi. 8. Kecepatan Kecepatan aliran fluida kerja yang melewati pipa dapat mempengaruhi laju korosi yang terjadi pada pipa. Suatu aliran yang stagnan atau aliran dengan kecepatan yang rendah akan menurunkan laju korosi namun aliran yang mati total akan menyebabkan terjadinya deposit dari korosi erosi sebelumnya. Sedangkan suatu aliran yang berkecepatan tinggi sehingga menyebabkan terjadinya turbulensi atau adanya gelembung gas dapat mengakibatkan terjadinya korosi erosi yang diakibatkan menghilangnya lapisan oksida pada logam akibat terkikis oleh aliran fluida kerja. 9. Konduktifitas dan PH Korosi terjadi karena kehadiran 3 aspek penting yaitu anoda, katoda, dan larutan elektrolit. Semakin konduktif larutan elektrolit yang dipakai atau dialirkan dalam pipa, maka makin cepat laju korosi pipa tersebut. Korosi tidak dapat dicegah, namun dapat diperlambat dengan mengganti elektrolit yang dipakai dengan elektrolit dengan konduktifitas yang lebih rendah. Air hasil distilasi tidak begitu konduktif, namun bila didalamnya terkandung sejumlah garam terlarut, maka air ini akan menjadi sangat konduktif dan sangat korosif. Hal yang sama juga terjadi dengan larutan elektrolit yang berada pada rentang pH tertentu. pH berada pada rentang harga 0-14, dengan nilai tengah pH = 7 yang berarti bahwa cairan bersifat netral. Larutan dengan pH berada dibawah 7 maka larutan ini disebut sebagai larutan asam, dan larutan yang berada dalam rentang harga pH diatas 7 disebut larutan basa atau larutan alkalin (biasa disebut

10

sebagai Basic solution. Laju korosi biasanya akan meningkat bila pH larutan makin kecil (makin asam) atau pH larutan sangat besar (alkalin). Agar dapat menekan laju korosi, maka dilakukan berbagai cara, penambahan buffer yang akan mempertahankan pH larutan dalam rentang harga tertentu dimana larutan berada pada kondisi yang kurang korosif.

DAMPAK KOROSI Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui peristiwa korosi. Tidak banyak anggota masyarakat yang sadar mengenai betapa besarnya kerugian akibat korosi. Selama ini korosi menjadi beban bagi peradaban manusia. Kerugian ini dapat kita lihat dari berbagai sisi. Dari segi biaya, korosi itu sangat mahal. Contohnya saja pada tahun 1980 di Amerika Serikat, Institut Battelle menaksir bahwa setiap tahun perekonomian Amerika rugi 70 milyar dolar akibat korosi (Tretheway & Chamberlain, 1991:5). Di Inggris misalnya, kebanyakan pengkajian serius tentang korosi dilaksanakan oleh Komite Pemerintah untuk korosi dan proteksi. Komite itu menyimpulkan bahwa total biaya yang harus ditanggung oleh ekonomi nasional mencuat hingga 1365 juta (perhitungan 1971) dan sekitar 3,5% dari Gross National Product (Tretheway & Chamberlain, 1991:6). Dari semua ini, sekitar seperempatnya dapat dihemat melalui penggunaan teknik-teknik proteksi korosi yang lebih baik secara lebih luas. Bahkan lebih mengejutkan lagi, survei itu belum mencakup yang terjadi di industri pertanian. Menurut sebuah laporan, kerugian finansial akibat korosi dalam industri pertanian sekitar 600 juta per tahun dan dinyatakan bahwa sekitar separuh dari itu dapat dihemat melalui teknologi pengendalian korosi yang sudah ada (Tretheway & Chamberlain, 1991:6). Di dunia industri, kerugian produksi selama pekerjaan terhenti akibat perbaikan. Begitu banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat alat-alat perusahaan yang ada. Hal ini bisa berakibat menurunnya kualitas produk, misalnya saja mengenai usia pakai suatu produk. Permasalahan sering timbul di dunia

11

industri tentang hal ini. Pihak pabrik sering dengan sengaja memilih bahan-bahan kurang baik untuk produk mereka berlandaskan pemikiran bahwa biaya produksi bisa ditekan, dengan demikian, produk bisa dijual lebih murah, umur pakai produk menjadi lebih pendek, kebutuhan akan produk baru menjadi tetap tinggi, dan keuntungan makin besar (Tretheway & Chamberlain, 1991:8). Di pihak lain, konsumenlah yang selalu membiayai semua itu. Ini berlaku khususnya pada industri kendaraan bermotor karena selama beberapa puluh tahun, penanggulangan terhadap korosi dilaksanakan secara buruk. Dari ganti rugi yang dibebankan kepada konsumen atas kerusakan akibat korosi ini dapat mengkibatkan kerugian di sektor penjualan akibat hilangnya kepercayaan konsumen dan tuntutan yang diajukan konsumen dalam menuntut perbaikan mutu hasil produksi atau ganti rugi atas ketidaknyamanan yang dialami (Tretheway & Chamberlain, 1991:8). Selain itu, korosi menyebabkan turunnya produk akibat kontaminasi dari korosi terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Pada umumnya, industri-industri kimia berat, minyak, dan petrokimia ternyata jauh lebih sadar akan bahaya korosi dibanding industri farmasi. Ini diperkirakan terjadi karena pengalaman industri-industri terdahulu dalam penggunaan dan penyimpanan bahanbahan yang sangat korosif. Kurang dari 10% perusahaan farmasi yang menjadi responden mengaku tidak mempekerjakan spesialis korosi, sebagian besar karena anggapan bahwa jabatan itu cukup dirangkap oleh petugas pemeliharaan umum. Kendati demikian, industri ini sadar akan mutu produksinya, walaupun sebetulnya menanggung biaya lebih tinggi akibat korosi yang lebih dari semestinya (Tretheway & Chamberlain, 1991:9). Pada industri makanan dilaporkan bahwa perusahaan-perusahaan menderita berbagai masalah korosi, yang menyebabkan tingginya biaya perawatan, namun pengalaman mereka untuk mengatasinya kurang. Menurut laporan yang sama, industri makanan tergolong konservatif dan enggan mengubah proses serta peralatan yang terbukti telah menghasilkan produk-produk memuaskan (Tretheway & Chamberlain, 1991:9). Korosi juga menyebabkan tingginya biaya bahan bakar dan energi akibat kebocoran uap, bahan bakar, air atau udara mampat dari pipa-pipa tang terkena

12

korosi. Masalah serius telah timbul di Amerika Serikst ketika dalam tahun 1981 laporan Komisi Kongres untuk Pengawasan Instalasi Nuklir di Washington menyatakan bahwa sebagian besar reaktor dengan sistem air bertekanan pembangkit uap mengalami kerusakan pada tabung-tabung pendinginnya yang terbuat dari baja nikarat. Mereka menduga bahwa biaya perawatan akan mencapai $6 juta (Tretheway & Chamberlain, 1991:9). Sumber lain biaya tak langsung adalah adanya tambahan modal kerja karena peningkatan biaya pekerja dan besarnya biaya suku cadang. Sebuah perusahaan berukuran sedang di Inggris, yang semula yakin bahwa mereka tidak terganggu oleh masalah korosi, memutuskan untuk meneliti lebih dalam. Mereka menemukan bahwa korosi sesungguhnya menghabiskan biaya 43.000 setahun. Melalui penyempurnaan penanganan bahan dan perhatian yang lebih besar terhadap pengendalian dan pencatatan persediaan, perusahaan bisa menghemat lebih dari 10.000 dari jumlah ini (Tretheway & Chamberlain, 1991:9). Selain itu, korosi sangat memboroskan sumberdaya alam. Telah dihitung bahwa di Inggris, satu ton baja diubah menjadi karat setiap 90 detik. Disamping tersia-sianya logam itu, energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu ton baja dari bijih besi cukup untuk memasok kebutuhan energi satu keluarga selama tiga bulan (Tretheway & Chamberlain, 1991:5). Korosi sangat tidak nyaman bagi manusia, dan kadang-kadang mendatangkan maut. Pada tahun 1985, atap sebuah kolam renang berusia 13 tahun di Swiss telah rubuh, menewaskan 12 orang dan melukai banyak yang lainnya. Diperkirakan penyebabnya adalah korosi pada baja nikarat terbuka yang mendukung 200 ton atap beton bertulang. Korosi itu mungkin ditimbulkan oleh serangan klorin dalam atmosfer (Tretheway & Chamberlain, 1991: 5). Selain mendatangkan kerugian, korosi juga memberi dampak positif bagi manusia. Hal ini dapat dilihat dari adanya dorongan untuk mempelajari dan mengembangkan prinsip-prinsip nalar yang semata-mata lahir dari pengalaman matang dalam menangani masalah korosi serta untuk memeranginya sehingga akan bermunculan ilmu pengetahuan baru.

13

Sampai sejauh ini, pemanfaatan efek korosi yang paling besar adalah pada baterai. Banyak reaksi kimia dalam baterai yang termasuk reaksi korosi. Salah satu jenis baterai yang baru dikembangkan, yang dijanjikan mempunyai unjuk kerja istimewa, pada hakikatnya adalah suatu bentuk sel korosi yang efisien dimana alumuniun dilarutkan oleh air garam. Sebuah baterai yang cocok untuk kendaraan bermotor dan mempunyai kapasitas untuk perjalanan ribuan kilometer dapat diperbarui kembali cukup dengan mengganti pelat alumuniun sesudah waktu pemakaian yang lama. Biaya dengan sendirinya sangat rendah, karena alumunium merupakan unsur ketiga paling banyak di bumi (Tretheway & Chamberlain, 1991:15). Banyak orang beranggapan bahwa kerak hijau pada atap tembaga dan benda-benda ornamental lain ternyata justru diinginkan. Seorang pecinta karat terkenal, yakni pematung Anthony Caro, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan karya abstrak dari baja. Pada mulanya dia bisa mengecat dengan warna cokelat, yaitu warna karat, tetapi kemudian dia membiarkan karyanya berkarat secara alami, baru kemudian mengawetkannya dengan vernis. Memang, tidak banyak orang yang bisa menikmati indahnya karat (Tretheway & Chamberlain, 1991:15).

CARA PENCEGAHAN KOROSI 1. Pengendalian korosi melalui perubahan lingkungan. Korosi adalah reaksi logam dan lingkungannya, karena itu upaya pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat untuk membatasi serangan terhadap logam (Trethewey & Chamberlain, 1991:227). a. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adakah udara dengan rentang temperatur -1000C hingga +3000C. Beberapa metode yang

14

digunakan untuk mengurangi laju korosi di udara bebas adalah menurunkan kelembaban relatif, menghilangkan komponen-komponen mudah menguap yang dihasilkan oleh bahan-bahan sekitar, mengubah temperatur, menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang abrasif), endapan-endapan yang akan membentuk katoda (misalnya jelaga), dan ion-ion agresif (Trethewey & Chamberlain, 1991:227). b. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya sebuah elektrolit. Beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi laju korosi di air adalah menurunkan konduktivitas ion,mengubah pH, mengurangi kandungan oksigen, dan mengubah temperatur (Trethewey & Chamberlain, 1991:227). c. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proses katodik atau pelapisan permukaan, tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agesif dengan mengganti tanah urugan yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan mengubah konduktifitasnya (Trethewey & Chamberlain, 1991:227). 2. Pengendalian korosi dengan lapisan penghalang Lapisan penghalang yang dikenakan ke permukaan logam dimaksudkan baik untuk memisahkan lingkungan dari logam, maupun untuk mengendalikan lingkungan mikro pada permukaan logam. Banyak cara pelapisan yang digunakan untuk maksud ini termasuk cat, selaput organik, vernis, lapisan logam, dan enamel. Sejauh ini yang paling umum adalah cat. a. Pelapisan dengan cat Pertama dalam lapisan primer, pigmen mengendalikan proses korosi pada permukaan logam, entah dengan menghalangi reaksi atau menyediakan tumbal bagi logam yang dilindungi. Kedua, pada lapisan atas, pigmen-pigmen yang lembam menambah panjang lintasan difusi yang harus ditempuh oleh oksigen dan butir-butir air mencoba menembus selaput sehingga menunda dimulainya proses korosi serta memperlambat laju reaksi. b. Pelapisan dengan plastik

15

Pelapisan termoplastik dan elastomer sering dilakukan terhadap logam yang relatif murah untuk memadukan sifat-sifat mekanik logam tersebut dengan sifat plastik yang anti korosi. Cara melapisi logam dengan plastik antara lain pencelupan, penyemprotan, pengulasan (baik dengan roller maupun dengan kuas). Beberapa jenis plastik yang digunakan untuk melapisi logam : Nilon, Polietena, Polivinil klorida (PVC), Politetraflouroetilena (PTEE), Poliuretan. 3. Pelapisan dengan beton Industri konstruksi banyak sekali menggunakan balok-balok beton bertulang serta balok-balok baja untuk memperkuat struktur dari beton. Lingkungan berupa basa kuat yang terdapat dalam beton menghalangi korosi terhadap baja dengan memproduksi selaput pasif pada permukaan logam. Namun demikian, jika air, oksigen, dan karbon dioksida dapat menembus beton, karbon dioksida akan bereaksi dengan komponen- komponen pada beton dan mengendapkan karbonat yang menggantikan hidroksida. 4. Pelapisan dengan logam Banyak benda sekitar kita yang diberi sentuhan akhir berupa lapisan logam baik untuk melindungi maupun untuk memperindah logam dibaliknya yang menyediakan kekuatan, kekakuan, dan sifat dapat dibentuk. Lapisan metalik merupakan penghalang yang disinambungkan antara permukaan logam dan lingkungan sekelilingnya. Sifat-sifat ideal bahan pelapis dari logam ini dapat diringkas sebagai berikut: a. Logam pelapis harus jauh lebih tahan terhadap serangan lingkungan dibanding logam yang dilindungi. b. Logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi seandainya mengalami goresan atau pecah di permukaannya. c. Sifat-sifat fisik, seperti kelenturan dan kekerasannya, harus cukup memenuhi persyaratan operasional struktur atau komponen bersangkutan.

16

d. Metode pelapisannya harus bersesuian dengan proses fabrikasi yang digunakan untuk membuat produk akhir. e. Tebal lapisan harus merata dan bebas dari pori-pori (Trethewey & Chamberlain, 1991:269). Namun demikian, tahapan paling penting sebelum suatu logam menjalani proses pelapisan adalah tahapan penyiapannya, yaitu untuk : 1. Membuang semua kotoran pada permukaan seperti gemuk, minyak, debu, dan serpihan dari proses produksi 2. Membuang produk-produk korosi yang sudah terbantuk pada permukaan 3. Mengatur karakteristik permukaan. Metode-metode berikut merupakan yang umum digunakan untuk pelapisan metalik atau pelapisan dengan logam : a. Penyalutan listrik (penyepuhan, electroplating) Dalam metode ini, komponen, bersama dengan batangan atau lempengan logam yang akan disalutkan, direndam dalam suatu elektrolit yang mengandung garam-garam logam penyalut (plating metal). Apabila suatu potensial diberikan ke dalam sel itu sehingga komponen menjadi katoda dan batangan logam penyalut menjadi anoda, ion-ion logam penyalut dari larutan akan mengendap ke permukaan komponen sementara dari anoda ion-ion juga terus larut. Dengan larutan-larutan dan anoda-anoda yang diformulasikan dengan tepat, kita dapat menyepuh bukan saja logam murni tetapi juga logam-logam paduan. b. Pencelupan panas (hot dipping) Dalam metode ini, struktur dicelupkan ke dalam bak berisi lelehan logam pelapis. Antara logam pelapis dan logam yang dilindungi terbentuk ikatan metalurgi yang baik karena proses perpaduan antar muka. Pengaturan tebal lapisan dalam proses ini sulit, lapisan cenderung tidak merata, yaitu tebal pada permukaan sebelah

17

bawah tetapi tipis pada permukaan sebelah atas.meskipun demikian, seluruh permukaan terkena lelehan logam itu akan terlapisi. c. Pelapisan dengan penyemprotan Logam pelapis berbentuk kawat diumpankan pada bagian depan penyembur api, dan begitu meleleh segera dihembus dengan tekanan tinggi menjadi butir-butir yang halus yang melapisi logam sampai ketebalan tertentu. c. Pelapisan dengan penempelan (clad coating) Kulit dari logam yang tahan korosi dapat dilapiskan ke logam lain yang sifat-sifat rekayasanya dibutuhkan untuk srtuktur tetapi tidak mempunyai ketahanan terhadap korosi di lingkungan kerjanya. Struktur yang dilindungi dengan cara seperti ini membutuhkan perlindungan tambahan pada bagian-bagian yang di potong, lubang-lubang, dan tempat-tempat lain yang substratnya langsung berhadapan dengan lingkungan.

PENUTUP Berdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa korosi merupakan suatu proses yang menurunkan mutu suatu bahan, terutama bahan logam akibat bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Korosi hampir terjadi pada semua bahan, sehingga kita harus berhati-hati tehadapnya. Penyebab korosi juga sangat bermacam-macam mulai dari kemurnian bahan itu sendiri, zat pencemaran udara, suhu, tekanan, kelembaban, maupun organisme. Setiap lingkungan memiliki potensi yang berbeda-beda untuk mengorosi bahan. Dampak korosi yang ditimbulkan sangat beragam mulai dari dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari korosi misalnya pada penggunaan baterai, dan sebagai hiasan pada ornamen. Namun dampak positif itu tidak sebanding dengan dampak negatif yang diberikan, mulai dari kerugian material, pencemaran lingkungan, serta korban jiwa yang ditimbulkan akibat korosi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa korosi memang lebih baik untuk dihindari.

18

Untuk menghindari laju korosi terdapat berbagai macam cara seperti yang telah diuraikan di atas. Diharapkan berbagai cara pencegahan korosi tesebut dapat diaplikasikan oleh pembaca sekalian sehingga dampak korosi yang bersifat negatif dapat dikurangi. Dalam makalah ini kami berterima kasih kepada dosen kami Bapak Sutriono Hariadi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada para pembaca yang mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini, yang bagi kami menandakan bahwa pembaca tersebut sangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Kami juga memohon maaf apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca. Kritik saudara akan sangat membantu kami dalam penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA Trethewey, K.R. & Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Widharto, Sri. 2001. Karat dan Pencegahannya. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

19