Upload
vuongnhu
View
246
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN
(Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl)
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pengkajian Islam
OLEH:
IFFA NURUL LAILI
NIM: 11.2.00.0.05.01.0094
PEMBIMBING
Dr.YUSUF RAHMAN, MA
PROGRAM STUDI PENGKAJIAN ISLAM
KONSENTRASI TAFSIR INTERDISIPLIN
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
بسم هللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji dan syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT Tuhan semesta alam yang tidak pernah berhenti
memberikan hidayah, kasih sayang dan kekuatan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan penulisan tesis dengan judul
‚KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN (Kajian Kritis
terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al-
Mut{allib al-‘Adl)‛. Tesis ini penulis ajukan kepada Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Magister dalam Pengkajian Islam
konsentrasi tafsir. Shalawat beriring salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tesis ini
tidak terlepas dari bantuan, jasa, doa dan dorongan yang sangat
berharga dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini jaza>kumullah khaira al-jaza>’ mereka adalah:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Komaruddin
Hidayat, Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Azyumardi Azra. Ketua jurusan doktor Prof. Suwito,
ketua jurusan magister Dr. Yusuf Rahman, MA, segenap
dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta serta seluruh staf administrasi dan perpustakaan.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku pembimbing dan promotor
yang telah banyak mengarahkan penulis dan memberikan
masukan-masukan berharga. Ide-idenya sungguh
mencerahkan dan menginspirasi agar penulis membaca
referensi sebanyak mungkin.
3. Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta yang telah
memfasilitasi penulis selama mengikuti Pendidikan Kader
Mufassir. Arahan sejumlah Dewan Pakar yang
berkecimpung di lembaga tersebut telah memberi nuansa
kreativitas tersendiri bagi penulis. Secara khusus penulis
berterima kasih kepada Prof. Quraish Shihab, Prof.
Nasaruddin Umar, MA, Dr. Ahsin Sakho Muhammad,
MA. Dr. Wahib Mu’thi, MA selaku manajer program
PKM, Achmad Zayadi selaku bagian program PKM,
seluruh dosen pengajar di PKM dan juga segenap petugas
perpustakaan PSQ.
4. Kedua orang tua penulis H. Halimi Fatah, S.Pd.I dan
Hj. Sumilatin, S.Pd.I, yang penuh kasih sayang, tulus
ikhlas mendidik penulis, keduanya telah memberikan
dukungan, motivasi dan senantiasa mendoakan penulis
dalam meraih harapan semaksimal mungkin. Semoga
Allah SWT mengampuni dosa keduanya serta selalu
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada
keduanya. Untuk adikku Lilis Fikriya Umami selamat
belajar dan menjadi anak kebanggaan orang tua.
5. Teman-teman penulis Cah ayu, Tya, Herlina, Mami Ita,
Sarah, Albab, Zahra, Nadia, Dilla, Amma, Kak Yeyen,
Mamalia, Kak Rouf dan semua teman-teman UIN
angkatan 2012. Teman-teman PKM angkatan VIII yang
banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
6. Untuk semua yang telah mendukung dan membantu
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
hanya doa yang bisa penulis berikan semoga Allah
membalas dengan kebaikan Amin.
Akhirnya penulis memohon maaf jika tesis ini masih jauh
dari kesempurnaan, namun penulis berharap karya yang sederhana
ini dapat memberikan kontribusi akademik dan bermanfaat bagi
pembaca.
Jakarta, 22 Agustus 2014/ 26 Shawwa>l 1435
Iffa Nurul Laili
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iffa Nurul Laili
Tempat Tanggal Lahir : Tulungagung, 1 April 1987
NIM : 11.2.00.0.05.01.0094
Jenjang Pendidikan : S2 Pengkajian Islam
Konsentrasi : Tafsir
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis berjudul
‚KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN (Kajian Kritis
terhadap Kosakata Mesir Kuno dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al-
Mut}allib al-‘Adl),‛ adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan
yang disebutkan sembernya, apabila di dalamnya terdapat
kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya, selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi saya
siap menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
diberlakukan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-
benarnya.
Jakarta, 22 Agustus 2014 M
26 Shawwa>l 1435 H
Yang membuat pernyataan
Iffa Nurul Laili
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis mahasiswi berikut ini
Nama : Iffa Nurul Laili
NIM : 11.2.00.0.05.01.00094
Judul Tesis : KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN
(Kajian Kritis terhadap Kosakata Mesir Kuno
dalam Perspektif Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl)
Telah melalui proses bimbingan dan bisa diajukan untuk Ujian
Promosi.
Jakarta, 22 Agustus 2014 M
26 Shawwa>l 1435 H
Pembimbing
Dr. Yusuf Rahman, MA
ABSTRAK
Tesis ini membuktikan bahwa adanya kosakata asing
dalam Al-Qur’an karena bahasa Al-Qur’an adalah bahasa historis.
Tesis ini mendukung pendapat Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi>
(1990), Toshiko Izutsu (2000), Nas}r H{a>mid Abu> Zaid (2001),
Subh}i> S}a>lih} (2008), ‘Abd as}-S{abu>r Sha>hi>n (2009), Taufik Adnan
Amal (2013) yang menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
kosakata asing. Hal ini terjadi akibat interaksi bangsa Arab dengan
non Arab sehingga menimbulkan pertukaran kosakata.
Sebaliknya tesis ini membantah, H{asan D{iya>’uddi>n ‘Itr
(1988), Ah}mad Muh}ammad Sha>kir (1990) bahwa kosakata dalam
Al-Qur’an adalah murni dari bahasa Arab. Mereka berargumen
bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat luas, banyak dialek
dan macam-macam lahjah di dalamnya sehingga, memungkinkan
bagi sebagian yang lain tidak mengetahui arti suatu kata, hal ini
bukan berarti kosakata tersebut kosakata asing.
Penelitian ini membahas tentang pemikiran dan penafsiran
kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an menurut Sa‘d ‘Abd al-
Mut{allib al-‘Adl.
Kajian ini menggunakan penelitian kualitatif yang
bersumber pada data primer yaitu al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah,
sedangkan data sekundernya berupa literatur buku, jurnal maupun
artikel yang berhubungan dengan pembahasan kosakata asing
dalam Al-Qur’an. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode tematik dengan pendekatan bahasa dan sejarah.
Kata Kunci : Kosakata Asing, Hieroglif, Arabisasi
ABSTRACT
This thesis proves that the presence of foreign vocabularies
in the Qur’an because the language of the Qur’an is a historical
language.
This thesis supports the idea of Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi>
(1990), Nas}r H{a>mid Abu> Zaid (2001), Subh}i> S{a>lih} (2008), ‘Abd as}-
S{abu>r Sha>hi>n (2009), Taufik Adnan Amal (2013) who state that in
the Qur’an there are foreign vocabularies. This occurs due to the
interaction between Arab people and non Arabs from other nations
and this interaction gave rise to the exchange of vocabularies.
In contrast this thesis denies the idea of H{asan D{iya>’uddi>n
‘Itr (1988) and Ah}mad Muh}ammad Sha>kir (1990) who state that
vocabularies used in the Qur’an are pure Arabic. They argue that
since Arabic is a very vast language which has many kind of
dialects making it possible for some people to misunderstand the
meaning of some Arabic word. That does not mean the word is a
foreign word.
This study discusses about the thought and interpretation
of Ancient Egypt vocabularies of the Qur’an according to Sa‘d
‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl.
This study is a qualitative research, studyng the book of
al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah written by Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl as
primary data. The secondary data is literature from books, articles
and journals which relates to the discussion of foreign
vocabularies of the Qur’an. The methodology used in this study by
the author is thematic method with linguistic and historical
approaches.
Key Words : Foreign Words, Hieroglyph, Arabization
تجريد البحث
يدل على أن لغة القرآن ىف القرآن أن وجود األلفاظ األعجميةحبث الاىذ ثبتي .لغة تارخيية ىي
توسيكو ايزوتسو و(1990) أبو منصور اجلواليقي ؤيد أرآء العلماءي ا البحثىذ
عبد الصبور شاىنيو (2008)وصبحي صاحل (2001) حامد أبو زيد نصرو (2000)
ىذه . ىم يقولون إن يف القرآن األلفاظ األعجمية. (2013)توفيق أدنان آمل و(2009) تبادل الذي يوجو إىل بالظاىرة عاقبة من وجود تفاعل شعب العرب مع شعب غري العر
. بينهمظااأللف أمحد و (1988) حسن ضياء الدين عرت أىيرفض ري حبثخبالف ذالك فإن ال
الىت مل ختتلط من اللغة العربيةةيقوالن أن األلفاظ يف القرآن أصلي مها (1990)حممد شاكراحتماالت و من مث يوجد، نواع اللهجاتأ هلالغة العربية ىي لغة واسعة الن إ . لغة أخرىةبأي
.يف بعض الناس ال يعرفون املعين و ىذا ال يدل علي أن ذالك اللفظ أعجمي
يف القرآن لسعد املصرية القدمية األلفاظ ا عنتفسرييبحث عن فكرة و ا البحثىذ .العدل عبد املطلب
اهلريوغليفية تفسر القرآن ووه صدر الرئيسيامل ىعل معتمدنوعي حبث ا البحثوىذ و املصادر الثانوية فهى الكتب لسعد عبد املطلب العدلشرح ما يسمى باحلروف املقطعة
وأما املنهج املتبع يف .واجملالت و املقاالت املتعلقة بالبحث عن األلفاظ األعجمية ىف القرآن .ىو التاريخوى أساس املدخل اللغىىذا البحث فهو منهج موضوعي عل
تعريب, يفيةالهيروغل, األلفاظ األعجمية: الكلمات الرئيسية ا
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ALA–LC ROMANIZATION tables yaitu
sebagai berikut:
A. Konsonan
Initial Romanization Initial Romaniza
tion
}d ض Omit ا
}t ط b ب
}z ظ t ت
‘ ع th ث
gh غ j ج
f ف {h ح
q ق kh خ
k ك d د
l ل dh ذ
m م r ر
n ن z ز
h ة,ه s س
w و sh ش
y ى {s ص
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath}ah A A
Kasrah I I
D{ammah U U
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan
Huruf
Nama
Fath}ah dan ya Ai A dan I ...ى
Fath}ah dan wau Au A dan …و
W
Contoh :
H{aul : حول H{usain : حسين
C. Vokal Panjang
Tanda Nama Gabungan
Huruf
Nama
Fath}ah dan alif a> a dan garis di ىآ
atas
Kasrah dan ya i> i dan garis di ىي
atas
D{ammah dan ىو
wau
u> u dan garis
diatas
D. Ta’ marbu >t}ah (ة)
Transliterasi ta’ marbu >t}ah (ة) di akhir kata bila
dimatikan ditulis h.
Contoh : مرأة : mar’ah
madrasah : مدرسة
(Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan
sebagainya kecuali dikehendaki lafadz aslinya)
E. Shaddah
Shaddah/tasydi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu.
Contoh:
shawwa>l : شوال <rabbana : ربنا
F. Kata Sandang Alif + La>m
Apabila diikuti dengan huruf qamariyah ditulis al.
Contoh :
al-Qalam : القلم
Apabila diikuti oleh huruf shamsiyah ditulis dengan
menggandeng huruf shamsiyah yang mengikutinya
serta menghilangkan huruf l-nya
Contoh:
Ash-Shams : الشمس
An-Na>s : الناس
G. Pengecualian Transliterasi
Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan
di dalam bahasa Indonesia, seperti هللا, asma>’ al-h}usna> kecuali
menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan
konsistensi dalam penulisan.
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................. i
Pernyataan Perbaikan .................................................................. iii
Kata Pengantar............................................................................. v
Pernyataan Bebas Plagiasi .......................................................... vii
Persetujuan Pembimbing ............................................................. ix
Persetujuan Dewan Penguji ......................................................... xi
Abstrak ..................................................................................... xiii
xv ............................................................................. تجربد البحث
Abstract ................................................................................... xvii
Pedoman Transliterasi ............................................................... xix
Daftar Isi ................................................................................. xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Permasalahan ......................................................................... 10
C Tujuan Penelitian ................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 12
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................... 12
F. Metodologi Penelitian ........................................................... 16
I. Sistematika Penulisan ........................................................... 18
BAB II DISKURSUS KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN
A. Bahasa Al-Qur’an: Polemik Kosakata Asing ........................ 21
B. Wahyu sebagai Proses Turunnya Al-Qur’an ......................... 33
C. Penafsiran tentang Ayat-ayat Bahasa Al-Qur’an .................. 44
BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS PEMIKIRAN SA‘D ‘ABD
AL-MUT{ALLIB AL-‘ADL TENTANG KOSAKATA MESIR KUNO
DALAM AL-QUR’AN
A. Sketsa Biografi Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl ..................... 53
B. Pemikiran Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an .. 59
C. Metode Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam Melacak Eksistensi
Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an ................... 79
BAB IV INTERPRETASI KOSAKATA MESIR KUNO DALAM
PERSPEKTIF SA‘D ‘ABD AL-MUT{ALLIB AL-‘ADL
A. Relasi Sab‘u al-Mathani dengan Kosakata Mesir Kuno ........ 87
B. Huruf Muqat}t}a‘ah sebagai Kosakata Mesir Kuno ................. 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 117
B. Saran................................................................................ 118
Daftar Pustaka ........................................................................... 119
Lampiran-lampiran ..................................................................... 129
Glosarium .................................................................................... 159
Indeks .......................................................................................... 163
Biodata Penulis ........................................................................... 165
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an dijelaskan bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas.
Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an merupakan
sesuatu yang rasional karena wahyu diturunkan dengan
menggunakan bahasa nabi yang menerimanya.1
Alasan lain terpilihnya bahasa Arab sebagai bahasa wahyu
Ilahi disebabkan beberapa faktor diantaranya: keunikan bahasanya
dibanding bahasa lain. Menurut Ibn Jinni> pemilihan huruf-huruf
pada kosakata bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan tetapi
mengandung falsafah bahasa tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf
yang membentuk kata qa>la yang aslinya dari kata qawala yakni
qa>f, waw dan la>m yang artinya berkata dapat dibentuk enam
bentuk kata yang mempunyai makna berbeda, meskipun ada huruf
yang didahulukan atau dibelakangkan semuanya mengandung
makna yang menghimpunnya yaitu gerakan.2 Keunikan bahasa
1Sebagaimana dalam Q.S Fuss}}ila>t 41:44 yang artinya: Dan sekiranya
Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab
niscaya mereka mengatakan, ‛Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?‛ Apakah
patut (Al-Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedangkan (rasul) orang
Arab? Katakanlah ‛Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-
orang yang beriman. 2Dari ciri di atas bahasa Arab mempunyai kemampuan luar biasa untuk
melahirkan makna-makna baru dari akar-akar kata yang dimilikinya. Seperti muqa>wil yang berarti kontraktor. Kontraktor adalah yang membangun
bangunan sedangkan pembangunan mengharuskan adanya gerakan, tanpa gerak
atau dengan kata lain diam maka pembangunan tidak dapat terlaksana. Kata
lain dari akar yang sama yaitu waqala yang artinya mengangkat satu kaki dan
memantapkan kaki yang lain ke bumi. Kata ini menunjuk kepada makna asal
yaitu adanya gerak. al-Waqal artinya batu yang digunakan untuk menuju ke
arah atas. al-Waqil dan al-waql adalah kuda yang pandai menanjak. Al-Laqwu
adalah angin yang menimpa seseorang sehingga menggerakkan bagian
2
Arab juga terlihat pada kekayaannya yaitu pada bilangannya
mufrad, muthanna> dan jama‘ juga pada kosakata dan sinonimnya.3
Kearaban Al-Qur’an (penggunaan bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur’an) bukanlah hasil karya manusia. Hukum-hukum
serta pemahamannya bukan juga hasil dari pengaruh dan bias
peradaban manusia namun, Al-Qur’an diturunkan kepada manusia
dari kekuasaan Allah.4 Meskipun Al-Qur’an menggunakan bahasa
manusia namun sesungguhnya ia adalah kalam Ilahi ia bukanlah
karangan Nabi Muhammad. Hal ini diperkuat oleh dalil Q.S An-
Nah}l 16:103, dimana ayat tersebut turun untuk membantah bahwa
Nabi Muhammad mendapat wahyu dari orang-orang yang bukan
berbahasa Arab.
Artinya: Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa
mereka berkata ‚Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan
oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).‛ Bahasa orang
yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya
bahasa a‘jam padahal ini (Al-Qur’an) adalah dalam bahasa Arab
yang jelas.
Kaum revisionis berusaha merevisi terhadap keyakinan
ortodoksi mengenai kearaban teks Al-Quran. Menurut pendapat
para revisionis Jibril menurunkan Al-Quran dengan maknanya
saja, kemudian Nabi Muhammad SAW menarasikannya dengan
bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk mengkritik pendapat
Zarkashi> dan Suyu>t}i> yang meyakini bahwa Jibril menurunkan Al-
wajahnya. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata (Tangerang: Lentera Hati, 2007), viii
3Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata
(Tangerang: Lentera Hati, 2007), viii. 4Yu>suf Qarad}a>wi>, Kaifa Nata‘a>mal ma‘a Al-Qur’an al-‘Az}i>m (Kairo:
Da>r ash-Shuru>q), 22.
3
Qur’an dengan lafadz dan makna sekaligus. Menurut Suyu>t}i>
pendapat yang dilontarkan oleh kaum revisionis itu ambigu karena
tidak bisa membedakan antara dua entitas wahyu.Wahyu pertama
berbentuk Al-Quran, dimana lafadz dan maknanya berasal dari
Allah. Wahyu kedua berbentuk hadis qudsi dimana maknanya
berasal dari Allah sedangkan lafadznya berasal dari Nabi
Muhammad namun, kaum revisionis tetap berpegang pada
argumen bahwa lafadz Al-Qur’an berasal dari Nabi Muhammad.
Dengan pandangan seperti itu para revisionis memberikan
legitimasi untuk mereformulasikan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam
bahasa lain bukan sebagai terjemah tetapi ayat-ayat Al-Quran
versi bahasa itu.5
Kearaban Al-Qur’an bukan berarti menunjukkan
ketidakmungkinan orang-orang non Arab untuk memahaminya
dengan baik, melainkan menunjukkan kemungkinan orang-orang
non Arab untuk memahami dan memperkaya makna Al-Qur’an.
Terbukti di berbagai belahan dunia non Arab selalu lahir para
ulama yang tingkat pemahamannya terhadap Al-Qur’an tidak
diragukan lagi. Seperti ulama-ulama dari Indonesia Shaikh
Nawawi al-Bantani, Buya Hamka, Hasby as-Shidqy, Quraish
Shihab dan lain sebagainya.6
Suatu perdebatan muncul ketika Al-Qur’an wahyu Allah
yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas atau
‘arabi>yun mubi>n sebagaimana yang termaktub dalam ayat-ayat Al-
Qur’an ternyata menurut analisis sebagian ulama dan sarjana
terdapat kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Hal ini menjadi
benih perdebatan dan diskusi yang hangat di kalangan sarjana
muslim dan orientalis sehingga menjadikan status kearaban Al-
Qur’an dipertanyakan kembali.7
5Abas Mansur Tamam, ‚Pemikiran Islam Kontemporer dan
Imperealisme Barat‛ http://forumlingkarpena.net. ( Diakses 7 juli 2013). 6 Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi Inklusivisme, Pluralisme
dan Multikulturalisme (Jakarta: Fitrah, 2007), 73. 7Andrew Rippin, ‚Foreign Vocabulary: Encyclopaedia of the Qur’an:
Brill Online‛ http://www.brillonline.nl.ezproxy.library.uvic.ca (2010).
4
Perdebatan yang terjadi di kalangan orientalis berbeda
dengan perdebatan yang terjadi di kalangan para sarjana dan ulama
muslim. Kalau kajian tentang kosakata asing dalam Al-Qur’an di
kalangan orientalis bertujuan untuk mencari pengaruh Yahudi-
Kristen8 sedangkan perdebatan yang terjadi di kalangan sarjana
muslim bertujuan untuk mencari ada atau tidak kosakata asing
yang digunakan Al-Qur’an.9
Abraham Geiger adalah seorang orientalis yang
mendengungkan isu bahwa Nabi Muhammad dan Al-Qur’an
terpengaruh oleh tradisi Yahudi. Pemikiran tersebut ditulis dalam
sebuah karya yang berjudul Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen? (What did Muhammad Borrow from Judaism?). Menurut pendapatnya ada kosakata asing yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Ia juga mengatakan bahwa Al-Qur’an
terpengaruh dengan agama Yahudi yaitu pertama tentang hal-hal
yang menyangkut keimanan dan doktrin, kedua peraturan-
peraturan hukum dan moral, ketiga pandangan tentang kehidupan.
Ia juga membahas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang mengecam
Yahudi. Menurut penafsirannya kecaman itu karena Nabi
Muhammad telah menyimpang dan salah memahami doktrin-
doktrin agama Yahudi.10
Beberapa dari orientalis mengklaim bahwa sumber-sumber
Arab dan Islam scara inheren tidak bisa dipercaya dan
menganggap sumber-sumber non Islam dan opini-opini yang
spekulatif sebagai sebuah kebenaran. Mereka menganggap bahwa
Al-Qur’an bukanlah wahyu yang diberikan kepada Nabi
8Moh. Khoeron, ‚Kajian Orientalis terhadap Teks dan Sejarah Al-
Qur’an‛ S{uhuf Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayaan Vol. 3 No.2, 2010, 240. Sebagaimana pendapat Katch, Abraham Geiger, Arthur Jeffery yang
mengatakan bahwa ada pengaruh Yahudi-Kristen dalam Al-Qur’an melalui
kosakata serapan. Lihat juga Andrew Rippin, ‚Foreign Vocabulary:
Encyclopaedia of the Qur’an: Brill Online.‛
http://www.brillonline.nl.ezproxy.library.uvic.ca (2010) 9Jala>luddi>n As-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an (Beirut: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiyah, 2000), 271. 10
Abraham Geiger, ‚What did Muhammad Borrow from Judaism?‛ The Origins of the Koran, ed. Ibn Warraq (New York: Prometheus, 1998), 165.
5
Muhammad melainkan sebuah kompilasi yang dicuri dari bahan
liturgi dari masa Yahudi-Kristen, seperti yang dilakukan oleh
Alphonse Mingana yang mengatakan bahwa Al-Qur’an
mempunyai hubungan yang kuat dengan Siria. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kosakata Siria yang dipinjam oleh Al-Qur’an
dimana bahasa Siria adalah bahasa liturgy Kristen yang digunakan
oleh orang-orang Kristen khususnya dalam menerjemahkan
Bible.11
Sebagaimana yang dikutip oleh Adnin Armas Alphonse
Mingana menulis dalam essainya bahwa ada 100% pengaruh
bahasa asing yang terkandung dalam Al-Qur’an. Pengaruh bahasa
Ethiopia 5%, bahasa Ibrani 10%, bahasa Yunani-Romawi 10%,
bahasa Persia 5% dan bahasa Syriak 70%.12
Menurut Arthur Jeffery kajian mengenai kosakata Al-
Qur’an sangat penting untuk bisa memahami Al-Qur’an.
Mayoritas mufassir dari kalangan muslim lebih banyak yang
mengkaji dan menafsirkan Al-Qur’an dalam ruang lingkup hukum
dan teologi daripada untuk menemukan makna asal original meaning di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam mengkaji kosakata
Al-Qur’an Arthur Jeffery menemukan 317 kosakata asing yang
dibukukan dalam karyanya The Foreign Vocabulary of The Qur’an.13
Di dalam buku The Foreign Vocabulary of The Qur’an
Jeffery menjelaskan faktor-faktor dan penyebab adanya kosakata
asing di dalam Al-Qur’an dan juga menyebutkan kosakata yang
menurutnya asing beserta perdebatan yang terjadi di antara para
sarjana dan ulama dalam menentukan asal suatu lafadz. Di dalam
buku tersebut ia menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
11
M S M Saifullah dkk, ‚From Alphonse Mingana to Christoph
Luxenberg: Arabic Script & The Alleged Syriac Origin of The Qur’an.
http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Mss/vowel.html.
Diakses 15 Agustus 2014. 12
Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an (Depok:
Gema Insani Press, 2005), 148. 13
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden:
Koninklijke Brill, 2007), 2-3.
6
kosakata asing yang berasal dari Ethiopia, Persia, Yunani, India,
Syriak, Ibrani, Nabatean, Koptik, Turki, Negro dan Barbar. Dari
penemuannya 317 kosakata asing di dalam Al-Qur’an Jeffery
menyimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab berbahasa Arab
yang terpengaruh berbagai bahasa asing. Hal ini disebabkan pada
zaman rasulullah SAW Arab tidak terisolasi dari dunia luar
sehingga interaksi tersebut secara alami menghasilkan pertukaran
kosakata.14
Kajian Arthur Jeffery yang bertujuan untuk mengkritisi Al-
Qur’an ini dibangun atas asumsi bahwa setiap agama-agama yang
ada di dunia pasti ada permasalahan yang ditemukan khususnya
mengenai manuskrip keagamaan, sehingga tidak mustahil
menemukan kesalahan pada Al-Qur’an karena pada hakikatnya Al-
Qur’an adalah kitab paling terakhir muncul di antara kitab-kitab
agama samawi yang lain.15
Friedrich Schwally mengatakan bahwa kata Qur’an
merupakan derivasi dari bahasa Syria atau Ibrani yaitu qerya>na>, qirya>ni yang artinya bacaan atau yang dibaca dimana kata tersebut
digunakan dalam liturgi Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa ada
penyerapan kosakata Arab dari bahasa Syria.16
Christoph Luxenberg dalam karyanya The Siro-Aramaic Reading of the Koran: a Contribution to the Decoding of the language of the Qur’an mengatakan bahwa bahasa Al-Qur’an
sebenarnya bukanlah bahasa Arab melainkan bahasa Syriak.
Pembacaan Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Syriak-
Aramaik akan membantu dalam mengungkapkan makna suatu
lafadz dalam Al-Qur’an.17
14
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden:
Koninklijke Brill, 2007), 2-3. 15
Arthur Jeffery, ‚The Textual History of the Qur'an‛.
http://www.answering-Islam.org/Books/Jeffery/thq.htm. Diakses tgl 31
Mei 2013. 16
Subh}i> as-S{a>lih}, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an (Beirut: Da>r al-‘Ilm li
al-Mala>yi>n, 1988), 20. 17
Christoph Luxenberg, The Siro-Aramaic Reading of the Koran: a Contribution to the Decoding of the language of the Qur’an (Berlin: Verlag
Hans Schiler, 2007), 10
7
Imam Sha>fi‘i mengatakan bahwa di dalam Al-Quran hanya
terdapat bahasa Arab dan itu bersifat murni. Apa yang dianggap
sebagai kosakata asing oleh sebagian kelompok pada
kenyataannya dia bukan asing melainkan orang tersebut tidak
mengetahui kosakata tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat
bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya orang yang memiliki
wawasan dan keluasan pengetahuan di bidang bahasa Arab.18
Pendapat di atas juga didukung oleh Ibn Aus yang
mengatakan apabila di dalam Al-Qur’an terdapat kosakata asing
maka memang pantas apabila mereka tidak mampu menandingi
untuk membuat Al-Qur’an karena mereka tidak mengenal bahasa
asing tersebut.19
Pendapat lain menyatakan bahwa terdapat kosakata asing
di dalam Al-Qur’an namun, ketika digunakan di dalam Al-Qur’an
maka kosakata tersebut sudah terarabkan. Selain itu makna dari
kosakata yang terarabkan itu tidak serta merta harus dikembalikan
kepada sumber asal dari bahasa tersebut. Hal ini disebabkan Islam
membawa makna baru. Islam telah mengisi dengan makna dan
ajaran baru. Oleh sebab itu bahasa Arab Al-Qur’an adalah bahasa
Arab dalam bentuk yang baru meskipun kata-kata yang sama di
dalam Al-Qur’an telah digunakan pada zaman sebelum Islam.
Kata-kata tersebut tidak berarti memiliki peran dan konsep yang
sama. Misalnya kata Allah sudah ada sebelum datangnya Islam
namun, ketika Islam mengenalkan kata Allah makna kata tersebut
bertentangan dengan makna kata Allah sebelum datangnya Islam.
Jadi kata Allah telah mengalami perubahan makna.20
Menurut Muhammad Naquib al-Attas bahasa Al-Qur’an
adalah bahasa Arab dalam bentuk yang baru. Meskipun Al-Qur’an
menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang-orang Arab
pada masa Al-Qur’an turun namun, pengertian kosakata tersebut
tidak selalu sama dengan pengertian yang populer di kalangan
18
Muhammad Ibn Idri>s ash-Sha>fi‘i, ar-Risa>lah ( Beirut: al-Maktabah al-
‘Ilmiyah,tt), 42. 19
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 135. 20
Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an, 149.
8
mereka. Al-Qur’an mengislamkan dan membentuk makna baru
dalam kosakata Arab.21
Abu Mans}u>r al-Jawa>li>qi> mengatakan sejak zaman dahulu
banyak sekali lafadz-lafadz non Arab yang masuk dalam lafadz
bahasa Arab kemudian lafadz tersebut digunakan oleh orang-orang
Arab dimana para fus}ah}a>’ menggunakan lafadz-lafadz tersebut
dalam berbicara, para pujangga menggunakan lafadz-lafadz
tersebut dalam syairnya kemudian lafadz-lafadz tersebut
digunakan oleh Al-Qur’an dan hadis.22
Dalam al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an Suyu>t}i>
mengklasifikasikan lafadz-lafadz yang menurutnya berasal dari
non Arab. Diantaranya lafadz yang berasal dari Persia, Abyssinia,
India, Ibrani, Suryani, Nabatean, Barbar, Koptik, Turki dan
Romawi. Hal ini menunjukkan bahwa Suyu>t}i> tidak mengingkari
adanya kosakata asing dalam Al-Qur’an.23
Ketika seseorang mengkaji kosakata Al-Qur’an dengan
menggunakan pendekatan filologi memandang adanya kosakata
asing dalam Al-Qur’an merupakan suatu hal yang terjadi secara
natural karena namanya bahasa ia tumbuh dan berubah karena ia
dipakai oleh orang untuk berinteraksi dalam situasi yang berbeda-
beda. Pengamatan para filolog ini dimulai dari nama-nama yang
ada dalam tradisi Bible yang ditemukan juga dalam Al-Qur’an.24
Penyerapan kata dari bahasa satu ke bahasa lainnya
merupakan hal yang bisa terjadi pada semua bahasa. Menurut para
ahli bahasa antara satu bahasa dengan bahasa lain saling terkait
secara historis karena setiap bahasa mempunyai induk. Misalnya
bahasa Arab, Suryani, H{abshi, Nabatean, dan bahasa-bahasa
lainnya yang serumpun berasal dari bahasa induk yang sama, yaitu
21
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan, 1984), 28.
22Abu Mans}u>r al-Jawa>li>qi>, Al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘ja>mi> ‘ala>
H{uru>f al-Mu‘jam (Beirut: Da>r al-Qalam, 1990), 13.
23Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, 125-137.
24Andrew Rippin, ‚Syriac in the Qur’an‛. www.lavieaunsens.com
9
bahasa Semit Klasik.25
Bahasa Arab juga tidak terhindar dari
proses penyerapan kata. Kata-kata yang diserap oleh bahasa Arab
dari bahasa-bahasa lain disebut dengan mu‘arrab dimana semua itu
telah melalui proses perpindahan serta perubahan yang disebut
dengan ta‘ri>b atau pengaraban.26
Bangsa Arab pra Islam bukanlah bangsa yang terisolasi.
Faktor penghubung antara Jazirah Arab dengan dunia luar adalah
faktor perdagangan. Mereka telah melakukan interaksi dengan
masyarakat di luar Arab, seperti Persi, Akhbas, Romawi, Suryani,
Nabt}i dan lain-lain sehingga kondisi ini berdampak pada saling
mempengaruhi antar sesama bangsa yang saling berinteraksi
tersebut, terutama pengaruh dalam bidang bahasa.27
Pembahasan mengenai kosakata asing dalam Al-Qur’an
sangat luas sekali. Ada yang intens dalam mengkaji dan
mengelompokkan keseluruhan kosakata asing di dalam Al-Qur’an
seperti Suyu>t}i, Arthur Jeffery yang mengelompokkan kosakata
dari Persi, Abyssinia, Ibrani, Suryani, Nabatean, India, Koptik,
Romawi, Barbar. Ada juga yang intens mengkaji kosakata asing
dari satu bahasa saja seperti Christoph Luxenberg yang hanya
fokus pada kosakata Aramaik-Syriak.
Sehubungan dengan pembahasan kosakata asing dalam Al-
Qur’an belakangan ini muncul pemikiran baru tentang adanya
kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an yang dimunculkan oleh
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl. Menurutnya ada hubungan antara
sejarah Mesir Kuno dengan bahasa Al-Qur’an. Dalam hal ini ia
merangkumnya dalam satu buku yang berjudul al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah.
25
Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,
2004), 20. 26
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), 912. 27
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden:
Koninklijke Brill, 2007), vii.
10
Menurutnya apa yang selama ini diyakini sebagai huruf-huruf
muqat}t}a‘ah itu merupakan lafadz yang berasal dari Mesir Kuno.28
Dari perdebatan di atas baik dari ulama Muslim, pakar
bahasa maupun orientalis, penulis tertarik untuk mengkaji
kosakata asing dalam Al-Qur’an khususnya kosakata Mesir Kuno
menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl dalam bukunya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma > bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah. Kemunculan pemikiran adanya kosakata Mesir
Kuno dalam Al-Qur’an merupakan pemikiran baru dan banyak
menuai kontroversi sehingga penulis tertarik untuk mengkajinya.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Setelah menentukan topik penelitian maka, penulis
mencoba mengidentifikasi masalah dengan tujuan sebagai batas-
batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari
tujuannya. Dengan cara menguraikan latar belakang masalah dan
merumuskan permasalahan adanya kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara apa yang harus terjadi (What should be) dan apa yang sesungguhnya sedang terjadi (What is happening).29
Dari judul dan latar belakang permasalahan di atas maka
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep kosakata asing dalam Al-Qur’an?
b. Bagaimana penafsiran para mufassir klasik maupun
kontemporer terhadap ayat-ayat yang menjelaskan penggunaan
bahasa Al-Qur’an?
c. Bagaimana pendapat para ulama mengenai adanya kosakata
asing di dalam Al-Qur’an?
d. Faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penggunaan kosakata
asing?
28
Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib Al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah (Kairo: Maktabah Madbu>li,
2002), 7-8. 29
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), 30.
11
e. Adakah pengaruh sosiologi, budaya, politik agama dan
takhas}s}us} keilmuan yang melatarbelakangi pemikiran dan
penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl?
f. Bagaimana konsep pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl
mengenai kosakata asing yang digunakan di dalam Al-Qur’an
g. Bagaimana konsep pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl
mengenai kosakata Mesir Kuno yang digunakan di dalam Al-
Qur’an
h. Bagaimana penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl terhadap
kosakata bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an?
2. Batasan Masalah
Mengingat pembahasan kosakata asing dalam Al-Qur’an
sangat luas sekali, maka dalam penelitian ini pembahasan akan
dibatasi pada pembahasan kosakata Mesir Kuno menurut Sa‘d
‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl dalam bukunya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamm>a bi al-H{uru>f al-Muqat}t{a‘ah. Dimana
menurut penulis pemikiran adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al-
Qur’an tergolong pemikiran baru sehingga menarik untuk dikaji.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam pembatasan
masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
Bagaimana pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-
‘Adl mengenai kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk menemukan fakta-fakta yang lebih kredibel
mengenai pemikiran dan penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl
terhadap bahasa dan kosakata asing yang digunakan Al-Qur’an.
Dengan demikian dapat dipahami bagaimana metode, konsep dan
penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam karyanya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamm>a bi al-H{uru>f al-Muqat}t{a‘ah sehingga peneliti dapat membuktikan apakah
12
pemikiran dan penafsirannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah
dan objektif atau mengandung tujuan lain. Selain itu perdebatan di
dunia akademik mempersoalkan tentang pemikiran dan penafsiran
Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl yang melakukan pembaharuan
dalam bidang penafsiran sehingga penting sekali untuk melacak
pemikirannya.
Adanya pendapat yang mengatakan terdapat pengaruh non-
Arab yang masuk ke dalam nilai-nilai Al-Qur’an melalui kosakata
asing merupakan wacana yang butuh kajian khusus supaya dapat
menjelaskan orisinalitas kearaban Al-Qur’an.
2. Kegunaan dan Signifikansi Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah intelektual khususnya dalam kajian tafsir dan ulumul
Qur’an. Pentingnya penelitian ini berangkat dari Al-Qur’an yang
tidak dipisahkan dari praktik kehidupan manusia. Dengan kata lain
Al-Qur’an tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat yang
mempunyai ragam paham beserta aplikasinya.
Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan tafsir dan ulumul Qur’an
khususnya dalam bidang kajian kosakata Al-Qur’an. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dan menjadi motivasi
umat muslim agar senantiasa tidak bosan untuk terus mengkaji Al-
Qur’an.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sebagaimana layaknya sebuah penelitian maka, peneliti
mencoba untuk menemukan beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Beberapa literatur kajian baik yang
berupa disertasi, tesis, artikel, jurnal ataupun buku yang
membahas tentang bahasa Al-Qur’an diantaranya adalah:
Artikel ‚Lexical Borrowing in The Qur’an the Problematic
Aspect of Arthur Jeffery’s List‛ dalam Bulletin du Centre du
13
Recherche Francais a Jerusalem karya Catherine Pennacchio.30
Artikel ini membahas aspek-aspek problematis karya Arthur
Jeffery, dimana hipotesa tentang peminjaman kosakata asing perlu
direvisi dan diperbarui. Pada abad 20 ditemukan linguistik bahasa
Ugaritic yaitu pada tahun 1928 dan epigrafi Arab Utara dan Arab
Selatan sehingga perlu untuk memeriksa kembali pinjaman
leksikal dalam Al-Qur’an. Hal ini untuk mengetahui kesaksian
kontak sejarah antara populasi Arab dengan negara-negara non
Arab. Emran el-Badawi dalam karyanya yang berjudul
‚Sectarian Scripture: The Qur’an’s Dogmatic Re-Articulation of
the Aramaic Gospel Traditions in the Late Antique Near East‛
Disertasi di Universitas Chicago tahun 2011.31
Disertasi ini
menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kelanjutan dari kitab
sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Bahasa yang digunakan dalam
Al-Qur’an merupakan bahasa yang terpengaruh oleh bahasa Injil
sehingga Al-Qur’an disebut ‚tradisi Injil bahasa Aram‛. Dalam
mengadopsi bahasa dan citra Injil Al-Qur’an menggunakan re-
artikulasi dogmatis. Untuk menunjukkan re-artikulasi dogmatis
dalam Al-Qur’an Emran el-Badawi melakukan komparatif dengan
menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an dan ayat-ayat yang sesuai dari
Injil bahasa Aram yang terfokus pada empat tema yaitu: kenabian,
setan, pengadilan akhir, hari kiamat.
Tesis Muhammad Maimun yang berjudul ‚Kosakata Asing
dalam Al-Qur’an‛di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2010.32
Tesis ini menjelaskan bahasa Syria-Aramaik sebagai
bahasa lingua franca yang dituduhkan oleh orientalis adalah tidak
sesuai dengan fakta penggunaan bahasa pada saat Al-Qur’an
30
Catherine Pennacchio,‛ Lexical Borrowing in the Qur’an the
Problematic Aspect of Arthur Jeffery’s List‛ Bulletin du Centre de Recherche Francais a Jerussalem. http://bcrfj.revues.org/6643 (diakses 18 Juli 2013).
31Emran el- Badawi, ‚ Sectarian Scripture: The Qur’an’s Dogmatic Re-
Articulation of the Aramaic Gospel Traditions in the Late Antique near East‛
(Universitas Chicago, 2011). http://gradworks.umi.com. (diakses 13 juli 2013). 32
Muhammad Maimun, ‚Kosakata Asing dalam Al-Qur’an‛ (Tesis UIN
Sunan Kalijaga, 2010).
14
diturunkan. Meskipun ada kosakata asing yang digunakan dalam
Al-Qur’an namun kosakata tersebut sudah terarabkan dan makna
dari kosakata yang sudah terarabkan tersebut tidak harus
dikembalikan kepada makna asal dari bahasa, karena perubahan
makna suatu bahasa selalu berkembang.
Artikel berjudul ‚Al-Kalimah al-A‘jamiyah fi> Al-Qur’an‛
dalam al-H{iwa>r al-Mutamadun yang ditulis oleh S{aba>h} Ibra>hi>m.33
Para sarjana yang fokus dalam kajian bahasa Al-Qur’an telah
menemukan 275 kosakata asing yang diserap dari bahasa Ibrani,
Suryani, H{abshi, Persi dan negara lain dimana kalimat-kalimat
tersebut telah digunakan orang-orang Arab pada zaman itu.
Pertukaran bahasa tersebut terjadi karena percampuran orang-
orang Arab dengan non Arab saat melakukan perdagangan dan
pada saat hijrah, sehingga kosakata asing yang beredar pada saat
itu menyebabkan di dalam Al-Qur’an terdapat bahasa Arab dan
bahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah
buatan Nabi Muhammad dan Al-Qur’an bukan berasal dari Lauh}ul
Mah}fu>z}.
Tesis Ali Romdhoni yang berjudul ‚Al-Qur’an dan Literasi
Arab Kajian tentang Pengaruh Al-Qur’an terhadap Perkembangan
Literasi Arab‛ di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2009.34
Tesis ini menjelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi perkembangan tradisi literasi Arab adalah Al-
Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang
menjaga kemurnian bahasa Arab. Satu abad setelah pendirian kota
Basrah, Kufah dan kota-kota Arab lainnya bahasa Arab
menyimpang dari Al-Qur’an. Sebuah lingua franca bahasa Arab
tumbuh untuk beberapa suku yang berbeda. Bangsa Persia dan
pengguna bahasa Aramaik turut mempercepat proses perubahan
peristilahan, penggunaan gramatika dan corak sintaksis. Karena
lingua franca bahasa Arab telah berubah para ulama khawatir jika
33
S{aba>h} Ibrahi>m, ‚Al-Kalimah al-A‘jamiyah fi> Al-Qur’an‛ dalam al-H{iwa>r al-Mutamadun http://m.ahewar.org. (diakses 18 Juli 2013).
34Ali Romdhoni, ‚Al-Qur’an dan Literasi Arab Kajian tentang
Pengaruh Al-Qur’an terhadap Perkembangan Literasi Arab‚ (Tesis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009).
15
mereka akan kehilangan pertalian dengan bahasa Arab Al-Qur’an,
sehingga untuk mempertahankan kemurnian bahasa Arab Mekkah
dan bahasa Arab suku-suku padang pasir para ulama menciptakan
pembakuan bahasa Arab klasik.
Artikel dengan judul ‚The Etimologycal Fallacy and
Quranic Studies: Muhammad, Paradise and Late Antiquity‛ karya
Walid Saleh.35
Saleh mengatakan keluasan literatur sekunder pada
Al-Qur’an yang membahas tentang kosakata asing begitu sulit
bahkan tidak mungkin digambarkan, namun ada aturan yang telah
digunakan sebagai suatu premis dasar dalam pemikiran para
sarjana yang terlibat dalam menentukan silsilah kosakata Al-
Qur’an. Aturan dipresentasikan secara berbeda oleh sarjana-
sarjana yang berbeda, tetapi secara singkat dinyatakan bahwa
untuk setiap kata di dalam Al-Qur’an merupakan tradisi asli
filologi yang gagal untuk memberikan sebuah penjelasan tersendiri
tetapi justru menawarkkan makna ganda, sehingga membuat para
sarjana modern harus menduga bahwa itu adalah kata asing yang
berasal dari bahasa yang serumpun dimana penggunaannya tidak
sesuai dengan konteks Al-Qur’an.
Artikel yang berjudul ‚Rebuttal to Arthur Jeffrey’s Book:
The Foreign Vocabulary of the Qur’an‛ karya Sam Zaatari.36
Artikel ini menjelaskan bahwa asal-usul beberapa kata non Arab di
dalam Al-Qur’an tidak merubah Al-Qur’an menjadi kitab non-
Arab. Karena melihat suatu kata bukan dari sumber kata itu
berasal. Jadi apa yang sudah dilakukan Arthur dalam
mengumpulkan foreign word tidak akan mengubah kearaban Al-
Qur’an.
Tesis Syahrullah Iskandar yang berjudul ‚Kearaban Al-
Qur’an Wacana Kosakata Serapan dalam Al-Qur’an‛ di UIN
35
Walid Saleh, ‚The Etymologycal Fallacy and Quranic Studies:
Muhammad, Paradise and Late Antiquity (University of Toronto).
www.safarmer.com/Indo-Eurasian/Walid_Saleh.pdf. (diakses 13 juli
2013). 36
Sam Zaatari, ‚Rebuttal to Arthur Jeffrey’s Book: The Foreign
Vocabulary of the Qur’an‛ http://www.answering-christianity.com. (diakses 21
Juli 2013).
16
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.37
Tesis tersebut
menyimpulkan bahwa kemunculan kosakata serapan dalam Al-
Qur’an disebabkan karena bahasa Arab telah mengalami interaksi
dengan bahasa lain namun hal tersebut tidak mengurangi kearaban
Al-Qur’an dikarenakan kosakata serapan tersebut telah mengalami
proses arabisasi (ta‘ri>b) yang tidak membawa pengaruh bahasa
asalnya ke dalam Al-Qur’an, sedangkan kesamaan atau kemiripan
nilai tertentu hanya dalam lingkup kebahasaan, sedangkan
konteksnya telah diislamisasi oleh Al-Qur’an.
E. Metodologi Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini diperlukan sumber data
dan metode yang relevan sehingga dapat diketahui secara fokus.
Hal ini dilakukan agar nantinya dalam membaca penelitian ini
tidak ada kerancuan.
1. Jenis Penelitian
Memperhatikan bahwa penelitian ini terfokus pada
pandangan dan pemikiran seorang tokoh maka penelitian ini
sepenuhnya adalah riset kepustakaan (library research). Maksudnya data-data yang berkaitan dengan objek penelitian
diambil dari bahan-bahan kepustakaan baik berupa buku, jurnal
maupun perpustakaan elektronik dengan objek kajian
al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma > bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah dan beberapa karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-
‘Adl yang lain. Adapun metode penelitian ini bersifat kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.38
Selain itu penelitian ini menggunakan
metode tematik dengan menggunakan pendekatan bahasa dan
sejarah. Pendekatan sejarah dipakai untuk memetakan sisi-sisi
sejarah yang mengitari konsep dan pikiran-pikiran, bagian tersebut
37
Syahrullah Iskandar, ‚Kearaban Al-Qur’an Wacana Kosakata Serapan
dalam Al-Qur’an‛ (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). 38
Lexy.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), 4.
17
dianalisa untuk menentukan hubungan berbagai komponen di
dalamnya, kemudian diuraikan sesuai dengan klasifikasinya.
Metode sejarah ini diupayakan agar bisa mendeskripsikan secara
seksama hal-hal yang menyangkut tentang berbagai peristiwa atau
fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian dan
studi kritis sebagai proses pencarian data dan fakta.39
2. Sumber Data
Penelitian ini berkisar mengenai pemikiran dan penafsiran
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl terhadap kosakata bahasa Mesir
Kuno yang terdapat dalam Al-Qur’an. Sebagai sebuah penelitian
kepustakaan, data permasalahan dicari dan diteliti langsung dari
sumber utamanya yaitu berupa karya-karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib
al-‘Adl utamanya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah. Data sekunder yang
dijadikan sumber rujukan pada penelitian ini adalah karya-karya
atau tulisan-tulisan seputar tema penelitian yang menunjang
seperti kitab-kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer seperti
tafsir T{abari, Zamakhsari, Fi> Z{ila>l Al-Qur’an dan lain sebagainya,
kemudian kitab-kitab Ulumul Qur’an seperti al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, kitab hadis, buku sejarah,
bahasa dan juga buku-buku tentang metodologi serta data-data
lain baik berupa buku-buku, majalah, jurnal, dokumen yang yang
berkaitan dengan tema pembahasan tesis ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, teknik yang dipakai penulis
adalah survey kepustakaan dan studi literatur. Survey kepustakaan
yaitu menghimpun data yang berupa sejumlah literatur yang
diperoleh dari perpustakaan atau sumber lain ke dalam sebuah
daftar bahan-bahan pustaka, sedangkan studi literatur adalah
mempelajari, mengkaji, menelaah bahan pustaka yang berkaitan
dengan objek penelitian.
39
Moh. Nazir, MetodePenelitian (Jakarta: Ghalia,1998),55.
18
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data-data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya
adalah tahap pengolahan dan analisa data. Data yang telah
terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode
deskriptif-analitis.40
Maksudnya data yang terkumpul
dideskripsikan dan dianalisa berdasarkan data-data kualitatif41
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dan karya-karyanya.
Untuk menganalisis data akan digunakan analisis
komparatif dan analisis isi. Analisis komparatif dilakukan dengan
membandingkan pandangan Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dengan
mufassir dan para sarjana yang intens dengan konsep kosakata
asing dalam Al-Qur’an, sedangkan analisis isi (content analysis) merupakan analisis tentang isi pesan suatu komunikasi dan
mengolahnya dalam arti menangkap pesan yang tersirat dari satu
atau beberapa pernyataanya. Analisis ini berguna untuk
menjelaskan makna yang terkandung dalam pemikiran Sa‘d ‘Abd
al-Mut}allib al-‘Adl tentang penafsiran kosakata bahasa Mesir
Kuno dalam Al-Qur’an, kemudian pemikiran tersebut
dikelompokkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan
para pembaca dalam memahami dan menyerap maksud dari
penelitian ini.42
F. Sistematika Penulisan
Kajian dan penelitian ini disusun atas lima bab.
Penyusunan bab dilakukan secara kronologis. Penyusunan dengan
cara ini dilakukan untuk menunjukkan proses dan keberlanjutan
40
Menurut Hadari Nawawi deskriptif-analitis adalah penelitian yang
berusaha menuturkan pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,lembaga,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya. Lihat Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), 63.
41Kualitatif dimaksudkan mengkualifikasikan data-data dengan analisis
dan penafsiran data tanpa hitungan atau angka. Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Al-Fabeta, 2009),7.
42Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), 71.
19
antara satu bab dengan bab berikutnya sehingga memberi
gambaran sebagai satu kesatuan yang utuh.
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, permasalahan yang menjadi keresahan atau problematika
penulis dan alasan penulis mengkaji tema tersebut, memaparkan
batasan masalah sehingga dalam penelitian ini penulis tidak keluar
dari pokok pembahasannya. Pada penelitian ini penulis hanya akan
mengkaji kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an menurut Sa‘d
‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl, kemudian penulis menentukan rumusan
masalah yang tersusun dalam kalimat tanya sebagai penelitian
yang akan dikaji oleh penulis agar penelitian ini terfokus ke dalam
permasalahan, setelah itu penulis memaparkan kajian-kajian
terdahulu guna mendapatkan literatur-literatur perdebatan
akademik mengenai permasalahan yang dibahas penulis,
menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini kemudian
memaparkan metode yang akan digunakan oleh penulis dilengkapi
dengan sumber-sumber data baik primer maupun sekunder dan
memaparkan sistematika pembahasan.
Bab II berisi kerangka teoritis dan diskursus kosakata
asing dalam Al-Qur’an. Pada bab ini berisi beberapa sub bab.
pertama, Bahasa Al-Qur’an: Polemik kosakata asing menurut
pandangan para sarjana muslim dan juga orientalis. Pembahasan
ini diperlukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan
oleh Al-Qur’an adalah bahasa Arab murni atau ada kosakata asing
di dalamnya. Kedua, membahas tentang konsep wahyu. Ketiga,
penafsiran ayat-ayat tentang bahasa Al-Qur’an.
Bab III adalah bab inti yaitu tentang metodologi dan
analisis pemikiran kosakata Mesir Kuno dalam perspektif Sa‘d
‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl. Bab tiga ini terdiri dari beberapa sub
bab. Pertama, pemaparan tentang biografi Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib
al-‘Adl. Kedua, pemikiran kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an.
dengan menjelaskan relasi bahasa Mesir kuno dengan bahasa Al-
Qur’an untuk mengetahui apakah bahasa Al-Qur’an terpengaruh
oleh bahasa-bahasa non Arab salah satunya bahasa Mesir Kuno.
Ketiga, metode yang digunakan untuk melacak eksistensi kosakata
Mesir Kuno dalam Al-Qur’an.
20
BAB IV masih merupakan bab inti. Pada bab ini penulis
menjelaskan relasi sab‘u al-matha>ni dengan kosakata Mesir Kuno
serta penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib Al-‘Adl mengenai kosakata
Mesir Kuno dalam Al-Qur’an dan menganalisa serta
membandingkannya dengan mufassir lainnya.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian yang telah dilakukan.
21
Bab II
DISKURSUS KOSAKATA ASING DALAM AL-QUR’AN
Pada bab II ini penulis mengkaji landasan teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Ketika membahas tentang bahasa
secara umum ia tidak terlepas dari unsur pengaruh dari bahasa-
bahasa lain akibat beberapa faktor, diantaranya faktor geografis,
interaksi bangsa yang satu dengan bangsa yang lain dan lain lain,
namun ketika membahas tentang bahasa Al-Qur’an dimana ia
adalah kalam Allah para ulama berbeda pendapat dalam
memandang masalah ini. Masalah mengenai apakah bahasa Al-
Qur’an terpengaruh dengan bahasa dan budaya lain yang
dibuktikan dengan adanya kosakata asing, atau bahasa Al-Qur’an
murni bahasa Arab. Untuk itu pada bab ini penulis memunculkan
perdebatan pandangan komunitas akademik, ulama klasik maupun
kontemporer mengenai kosakata asing dalam Al-Qur’an serta
menjelaskan proses pewahyuan sebagai proses lahirnya Al-Qur’an,
selain itu penulis juga memaparkan penafsiran-penafsiran terhadap
ayat-ayat yang menjelaskan tentang bahasa Al-Qur’an yang
menjadi akar perbedaan pendapat dalam memandang adanya
kosakata asing.
A. Bahasa Al-Qur’an: Polemik Kosakata Asing
Berbicara mengenai bahasa Al-Qur’an para ulama sepakat
menyatakan bahwa sisi keindahan bahasa dan susunan kata ayat-
ayat Al-Qur’an sangat mempesona dan ini yang ditantangkan Al-
Qur’an kepada orang yang meragukan sumbernya. Aspek-aspek
keistemewaan bahasa Al-Qur’an antara lain ketelitiannya memilih
dan menyusun kosakata, kemudahan pengucapannya serta
kesesuaian nada kalimatnya ke telinga pembaca dan pendengarnya
juga kedalaman pesan yang dikandungnya.1
1Quraish Shihab, ‚Seputar Mukjizat dan I‘ja>z Al-Qur’an‛ dalam Issa
J.Boullata, Al-Qur’an yang Menakjubkan (Tangerang: Lentera Hati, 2008), vii.
22
Wahyu akan sulit dimengerti apabila diturunkan di dalam
lingkungan masyarakat yang bahasanya tidak memadai untuk
merekam wahyu yang mencakup perbendaharaan kata iman,
hukum, filsafat, kemasyarakatan, sejarah, politik dan lain
sebagainya. Karena seharusnya kata-kata yang berasal dari wahyu
Allah itu tepat, baik dalam kekhususannya maupun
keumumannya.2
Membahas tentang penggunaan bahasa Al-Qur’an dengan
bahasa Arab para ulama dan sarjana melakukan pengamatan dan
penelitian terhadap adanya kosakata Al-Qur’an yang sepertinya
berasal dari non Arab. Pengamatan ini dilakukan semenjak periode
awal Islam seperti yang dilakukan oleh Ibn Abbas yang hidup satu
zaman dengan nabi.3
Para ulama berbeda pendapat tentang ada atau tidaknya
kosakata asing di dalam Al-Qur’an. Kelompok pertama
berpendapat bahwa tidak ada kosakata asing dalam Al-Qur’an.
Kelompok ini diwakili oleh Imam ash-Sha>fi‘i> (150-204 H) yang
berpendapat bahwa Al-Qur’an murni menggunakan bahasa Arab,
kosakata yang dianggap non Arab sebenarnya adalah kosakata
2S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu & Peradaban
Modern (Jakarta: Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat (P3M)), 86. 3Andrew Rippin, ‚Foreign Vocabulary Encyclopaedia of the
Qur’an,‛ edt Jane Dammen McAuliffe (Leiden: Koninklijke Brill NV, 2010).
http://www.brillonline.nl.ezproxy.library.uvic.ca. Tokoh-tokoh yang membahas
tentang kosakata asing dalam Al-Qur’an diantaranya adalah: Ibn Abbas 68 H,
Ima>m Sha>fi‘i> 204 H, Abu> Ubaidah 209 H, Abu ‘Ubaid al-Qa>simi bin Sala>m 224
H, Ibn Jari>r at}-T{abari 310 H, Abu> H{a>tim ar-Ra>zi 322 H dalam bukunya az-Zi>nah, Ibn Jinni 392 H dalam bukunya al-Khas}a>is}, Jawa>li>qi> 540 H dalam
bukunya al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘jami> ‘ala> H{uru>f al-Mu‘jam, Jala>luddi>n
as-Suyu>t}i> 911 H al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an dalam bab Fi>ma> Waqa‘a fi>hi bi ghair Lughah al-‘Arab, al-Muhadhdhab fi>ma> Waqa‘a fi Al-Qur’an min al-mu‘arrab, ‘Abd as}-S{abu>r Sha>hin dalam bukunya al-Qira>’at Al-Qur’aniyah fi d{au’ ‘Ilm al-Lughah al-H{adi>th. Tokoh-tokoh orientalis yang membahas tentang
kosakata asing dalam Al-Qur’an diantaranya adalah Abraham Geiger, Alphonse
Mingana, Arthur Jeffery, Christoph Luxenberg, Andrew Rippin.
23
Arab, karena bahasa Arab sangat luas dan tidak mungkin dikuasai
sepenuhnya kecuali oleh nabi.4
Untuk mengomentari pendapat Sha>fi‘i> ini Nas}r H{a>mid Abu>
Zaid menyatakan bahwa kalau demikian luasnya bahasa Arab dan
hanya nabi yang mengetahui, maka tentunya penafsiran Al-Qur’an
menjadi disiplin yang sulit, karena Al-Quran adalah ‚miniatur‛
dari kosakata dan struktur bahasa Arab. Menurut Nas}r H{a>mid
pendapat Sha>fi‘i> yang mempertahankan kemurnian bahasa Arab
melalui penolakannya terhadap unsur serapan dalam Al-Qur’an
menyebabkan kemustahilan proses penafsiran, selain itu bacaan
teks Al-Quran yang telah ditetapkan dalam dialek Quraisy secara
tidak langsung dapat menjadi hipotesis bahwa pembelaan Sha>fi‘i>
tehadap kemurnian bahasa Al-Qur’an dari serapan non Arab bukan
hanya pembelaan terhadap bangsa Arab secara keseluruhan,
melainkan juga terhadap kemurnian dialek Quraisy atas dialek-
dialek lainnya.5
Abu> ‘Ubaidah mengatakan bahwa Al-Qur’an turun dengan
menggunakan bahasa Arab yang jelas. Barang siapa yang
mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kosakata selain
bahasa Arab maka telah membesar-besarkan perkataan. Menurut
Ibn Fa>ris apabila Al-Qur’an turun dengan menggunakan bahasa
selain bahasa Arab maka wajar apabila orang-orang yang ditantang
untuk membuat ayat Al-Qur’an tidak mampu menandinginya
karena di luar kemampuan mereka. Ketidakmampuan mereka
menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu adalah mukjizat karena orang
4Sha>fi‘i mengatakan ‚Orang yang berpendapat bahwa di dalam Al-
Qur’an terdapat kata-kata non Arab dan pendapat itu diterima mungkin karena
ia melihat di dalam Al-Qur’an ada kata-kata tertentu yang tidak diketahui oleh
sebagian orang Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling luas polanya,
paling kaya perbendaharaan katanya, sejauh yang kami ketahui tidak ada
manusia selain nabi yang menguasai seluruh cabang-cabangnya.Pengetahuan
tentang bahasa bagi orang Arab laksana pengetahuan mengenai sunah bagi ahli
fiqih. Kita tidak menemukan seorangpun yang mampu menguasai keseluruhan
sunnah tanpa satu bagianpun yang terlewat. Lihat Muhammad Ibn Idri>s ash-
Sha>fi‘i>, ar-Risa>lah (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, tt), 42. 5Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Ima>m Sha>fi‘i> Moderatisme, Eklektisme,
Arabisme (Yogyakarta: LkiS, 1997), 8-11.
24
Arab adalah orang yang ahli dalam bahasa, syair dan karya sastra.6
Pendapat ini juga didukung oleh as-Sabt dengan menetapkan
sebuah kaidah bahwa tidak boleh bagi orang Arab yang saling
berdialog tentang sesuatu kecuali dengan sesuatu yang dipahami.7
Menurut Ibn Jari>r8 riwayat yang berasal dari Ibn Abbas
tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an yang dikatakan berasal dari
Persia, Habshi, Nabatean merupakan lafadz yang sama-sama
digunakan oleh orang-orang Arab, Persia dan Habshi karena
adanya faktor perdagangan atau adanya hubungan antara Arab
6Ah}mad Akram Mali>bari>, ‚Qad}iyah Wuqu>‘ al-Alfa>z} al-A‘jamiyah fi>
Al-Qur’an al-Kari>m‛Suh}uf Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayan Vol.2 No.1,
2009. 7 غري جائز ان ختاطب العرب يف صفة الشيء اال مبثل ما تفهم عمن خاطبها
Lihat Kha>lid ibn Uthma>n as-Sabt, Qawa>’id at-Tafsi>r: Jam‘ wa Dira>sah
(Kairo: Da>r Ibn Affan, 2000), jilid I, 293. 8T{abari menukil beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa di dalam
Al-Qur’an terdapat lafadz-lafadz selain Arab diantaranya adalah:
حدثنا عنبسة عن ايب اسحاق عن أيب األحوص :حدثكم به حممد بن محيد الرازى قال حدثنا حكام بن سلم قال. ضعفان من األجر بلسان احلبشة: الكفالن: قال28:احلديد (يؤتكم كفلني من رمحته)عن ايب موسى
و عن ابن عباس رضى اهلل عنه انه سئل عن قوله فرت من قسورة قال هو بالعربية األسد و بالفارسية شار و .بالنبطية أريا وباحلبشية قسورة
Dari riwayat-riwayat yang dinukil oleh T{abari memunculkan beberapa
pendapat yaitu: lafadz tersebut sudah digunakan oleh orang-orang Arab
sehingga bukan asing lagi bagi mereka. T{abari mengatakan bahwa orang-orang
Arab mengatakan bahwa lafadz-lafadz tersebut sudah digunakan oleh orang
Arab sebelum Al-Qur’an diturunkan dan merekapun sudah akrab dengan lafadz-
lafadz tersebut. Seperti lafadz ini dalam bahasa habsyi bermakna ini dan dalam
bahasa lain bermakna seperti ini merekapun tidak mengingkari adanya
kesamaan lafadz di berbagai bahasa yang mempunyai satu makna. Hal ini
karena bahasa saling mempengaruhi misalnya ketika ada lafadz yang berasal
dari Arab kemudian digunakan oleh orang-orang non Arab atau sebaliknya ada
lafadz yang berasal dari non Arab kemudian digunakan oleh orang Arab
kemudian lafadz tersebut mengalami arabisasi. Dengan melalui proses ta‘ri>b lafadz yang sebelumnya berasal dari bahasa asing atau non arab menjadikan
lafadz tersebut masuk kategori lafadz bahasa Arab. Arabisasi merupakan proses
mengubah suatu lafadz non arab atau asing kemudian disesuaikan dengan wazn
atau timbangan lafadz bahasa Arab seperti kata istabraq sesuai wazn istaf‘al. Lihat Ibn Jari>r at{- T{abari, Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (Tripoli:Da>r
al-Hijrah, 2001), Juz 1, 13.
25
dengan negara-negara tersebut sehingga mengakibatkan
penggunaan bahasa yang sama. Argumentasi ini berlandaskan
riwayat dengan sanad yang s}ah}i>h} dari Abu> Maisarah yang
menyebutkan
في القران مه كل لسان
Menurutnya riwayat ini tidak bermakna di dalam Al-
Qur’an terdapat kosakata asing namun mempunyai makna di
dalam Al-Qur’an terdapat kosakata yang digunakan oleh orang
Arab dan kosakata tersebut juga digunakan oleh orang Persia,
Ethiopia, Nabatean. Kemiripan bahasa tersebut terjadi pada
penggunaan kosakata yang sama dengan makna yang sama juga.9
Pendapat ulama lain mengatakan bahwa di dalam Al-
Qur’an hanyalah bahasa Arab murni tanpa adanya unsur bahasa
asing di dalamnya, namun bahasa Arab adalah bahasa yang sangat
luas sekali banyak sekali dialek atau macam-macam lahjah di
dalamnya, sehingga memungkinkan bagi sebagian yang lain tidak
mengetahui arti suatu kata. Sebagaimana merujuk pada riwayat
Ibn Abbas ia menuturkan bahwa semula ia tidak mengerti dan
memahami kata ‚fa>t}ir‛ sebelum datang kepadanya dua orang
nomad Arab yang mempertengkarkan sebuah sumur. Salah seorang
di antaranya mengatakan ana fat}artuha> dan salah seorang yang
lain mengatakan ana ibtada’tuha> yang artinya akulah yang
pertama kali membuatnya.10
Ah}mad Muh}ammad Sha>kir muha}qiq buku al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘jami> ‘ala> H}uru>f al-Mu‘jam karya Jawa>li>qi>
mengatakan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang paling tua
dimana keberadaannya sebelum Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,
begitu juga dengan bahasa Arab, ia merupakan bahasa yang paling
tua keberadaannya yaitu sebelum munculnya bahasa Ibrani,
Suryani dan Kildani. Bagi golongan yang berpendapat bahwa di
dalam Al-Qur’an terdapat kosakata asing, pada dasarnya mereka
tidak mengetahui sumber pengambilan kata tersebut, sehingga
mengatakan bahwa kata tersebut asing. Sebuah bahasa selalu
9Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ’Ulu>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-
Hadi>th, 2004), 430. 10
Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, 224.
26
mengalami perkembangannya, ada kata yang hilang kemudian
digantikan dengan kata yang baru, ada sebagian kata yang sudah
tidak terdeteksi lagi asalnya yang disebabkan beberapa faktor
seperti bahasa asal kata tersebut sudah mati dan tidak digunakan
lagi sehingga sulit untuk melacaknya. Menurut Sha>kir para sarjana
modern ketika tidak menemukan asal suatu kata mereka
mengklaim bahwa kata tersebut masuk kategori asing.11
H{asan D{iya>’uddi>n ‘Itr muh}aqqiq Funu>n al-Afna>n fi> ‘Uyu>n ‘Ulu>m Al-Qur’an karya ‘Abd ar-Rah}ma>n bin al-Jauzi mengatakan
bahwa seluruh lafadz-lafadz di dalam Al-Qur’an asli dari bahasa
Arab. Perbedaan pendapat yang terjadi antara ulama tentang
kosakata asing karena mereka melihat ada kesamaan kosakata
yang digunakan oleh orang Arab dengan non Arab.12
Kelompok kedua diwakili oleh Jawa>liqi> yang mengatakan
terdapat kosakata asing yang digunakan dalam pidato Arab Kuno
juga digunakan oleh Al-Qur’an. pembuktian ini ia rangkum dalam
bukunya al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘jami> ‘ala> h}uru>f al-Mu‘jam13
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i> berpendapat bahwa di dalam Al-
Qur’an terdapat kosakata asing. Argumentasi ini didasarkan pada
riwayat
ما اخرجه ابه جرير بسىد صحيح عه ابي ميسرة التابعي في القران مه كل
لسان
Yang artinya: Di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai
macam bahasa. Hal ini karena nabi diutus untuk semua umat,
maka dari itu seharusnya kitab yang diwahyukan kepadanya terdiri
dari berbagai macam bahasa. Diantara hikmah adanya kosakata
asing dalam Al-Qur’an adalah sebagai bukti bahwa Al-Qur’an
mencakup semua pengetahuan terdahulu dan sekarang sehingga
untuk mengungkapkan isyarat-isyarat itu dibutuhkan berbagai
11
Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi>, al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘jami> ‘ala> H}uru>f al-Mu‘jam (Kairo: Da>r al-Kutub al-Watha>iq al-Qaumiyah, 1969), 13-14.
12‘Abd ar-Rah}ma>n bin al-Jauzi>, Funu>n al-Afna>n fi> ‘Uyu>n ‘Ulu>m Al-
Qur’an (Beirut: Da>r al-Basha>ir al-Isla>miyah, 1987), 342-343. 13
Abu> Mans}u>r al-Jawa>li>qi>, al-Mu‘arrab min al-Kala>m al-A‘jami> ‘ala> H}uru>f al-Mu‘jam (Beirut: Da>r al-Qalam, 1990), 30.
27
macam bahasa.14
Seperti adanya kosakata Persia, ketika itu bangsa
tersebut terkenal dengan kemajuan peradabannya sehingga
bahasanya dipakai oleh berbagai bangsa. Sebagai bukti Al-Qur’an
untuk semua umat maka ia juga mengandung kata-kata bahasa
internasional diantaranya Persia yang ketika itu menyebar sampai
ke Mesopotamia bahkan peradabannya hampir menggeser
peradaban Habasyah di daerah Mekah.15
Ibn Naqui>b dalam Khas}a>is} Al-Qur’an juga mengatakan bahwa Al-Qur’an terdiri bahasa Arab
dan juga selain Arab diantaranya Romawi, Persi dan Habsyah.16
Abu> ‘Ubaid al-Qa>sim ibn Sala>m (w.224 H) mengatakan
bahwa kata-kata yang dianggap berasal dari non Arab seperti yang
dikatakan oleh para ulama merupakan kata-kata yang jatuh ke
tangan bangsa Arab kemudian diarabkan. Kata-kata non Arab
tersebut kemudian diubah menjadi kata-kata Arab dengan cara
menyesuaikan wazn bahasa Arab ataupun mengubah hurufnya
sehingga menjadi kosakata bahasa Arab, kemudian Al-Qur’an
turun sementara kata-kata tersebut sudah berbaur dengan bahasa
Arab. Oleh karena itu orang yang berpendapat itu kosakata bahasa
Arab adalah benar dan orang yang mengatakan itu kosakata non
Arab juga benar. Kata-kata tersebut non Arab karena bila dilihat
dari asalnya dan kata-kata tersebut Arab karena sudah mengalami
arabisasi.17
‘Abd as}-S{a>bu>r Sha>hin dalam bukunya al-Qira>’at al-Qur’aniyyah fi> D{au ‘Ilm al-Lughah al-Hadi>th sebagaimana dikutip
oleh Salman Harun menentukan suatu kata berasal dari bahasa
Arab menggunakan tolok ukur yang ditentukan oleh Ibn Jinni
yaitu apabila kata tersebut mengandung alif lam dan bisa ditasrif
14
Jala>luddi>n as-Suyu>ti>, al-Itqan> fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 137. 15
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of The Qur’an (Leiden:
Koninklijke Brill NV: 2007),14. 16
‘Abd al-Maji>d al-Madani,‛ A Hiya Kalima>t A‘jamiyah‛
http://www.darululoomdeoband.com/arabic/magazine/tmp/1334986197fix4sub4
file.htm 17
Ya‘qu>b Bakar,Nus}us fi> Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyah (Beirut: Da>r al-
Nahd{ah al-‘Arabiyah, 1971), jilid II,33.
28
lengkap tasrif ini merupakan tolak ukur paling kuat untuk
menunjukkan kata tersebut berasal dari bahasa Arab.18
Peminjaman kata, pengambilan (ishtiqa>q) merupakan hal
yang wajar terjadi di setiap bahasa, karena bahasa selalu
mengalami perkembangan dan berubah sesuai perubahan zaman
dan kondisi., seperti layaknya yang terjadi dalam bahasa Arab.
Proses pengambilan kata dari bahasa lain kemudian kata tersebut
disesuaikan dengan wazn atau timbangan bahasa Arab dikenal
dengan sebutan arabisasi. Untuk asma>’ ‘a>lam seperti Ibrahim,
Ishaq dan lain-lain para ahli bahasa klasik maupun modern sepakat
bahwa asma>’ ‘a>lam tersebut dinukil dari bahasa lain tanpa
menyesuaikan wazn bahasa Arab. Meskipun di dalam Al-Qur’an
terdapat kata-kata yang mengalami arabisasi namun hal ini tidak
menjadikannya keluar dari kata lisa>nun arabi>yun mubi>n karena
kata-kata tersebut telah menjadi kosakata Arab sehingga dapat
dikatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kata-kata mu‘arrab
.19
‘Abd as}-S{abu>r Sha>hi>n sebagaimana dikutip oleh Salman
Harun telah mengelompokkan kata-kata yang berasal dari non
Arab yaitu: a. Kelompok bahasa-bahasa Semit yaitu bahasa
Ethiopia, Suryani, Ibrani dan Nabti, b.Kelompok bahasa-bahasa
Indo-Eropa yaitu bahasa Yunani dan bahasa Persi, c. Kelompik
bahasa-bahasa Hamit yaitu bahasa Barbar dan Bahasa Koptik, d.
Kelompok bahasa Turanik yaitu bahasa Turki.20
Menurut Sa>lim Makram melihat penduduk Arab yang
nomaden selalu berpindah-pindah dan berinteraksi dengan
berbagai negara mempunyai dampak adanya pertukaran,
penyerapan kosakataa, ada yang terpengaruh dan yang
mempengaruhi yang mengakibatkan adanya perubahan kata
dengan mengurangi atau menambah hurufnya hingga menjadi
18
Salman Harun, Mutiara Al-Quran Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2004),164.
19‘Abd al-Maji>d al-Madani>, ‚A hiya Kalima>t A‘jamiyah‛ dalam
Majalah al-Da>‘i >, 2012 http://www.darululoom-deoband.com. 20
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan, 163.
29
kosakata bahasa Arab yang fasih setelah itu Al-Qur’an turun
menggunakan kosakata tersebut.21
Pendapat di atas didukung oleh Salman Harun mengatakan
bahwa bangsa Arab telah berinteraksi dengan dunia luar yaitu
melalui faktor perdagangan. Sebelum masehi setelah jalan dagang
melalui jalan Laut Merah tidak aman lagi, Yaman menjadi
perantara perdagangan antara Timur dan Barat. Setelah kerajaan
mereka melemah orang-orang Quraisy menggantikan posisi
mereka, sehingga diperkirakan terjadi persinggungan kebudayaan
yang mengakibatkan banyak kata-kata dari berbagai bahasa
teradopsi dalam bahasa Arab yang kemudian kata-kata tersebut
digunakan di dalam Al-Qur’an.22
Bukti adanya kosakata asing yang diserap oleh bahasa
Arab melalui jalur perdagangan adalah kata ka>fur . Menurut
Sha>hin kata tersebut berasal dari Persi namun ketika kata tersebut
digunakan oleh Al-Qur’an dia mempunyai pengertian atau makna
baru. Menurut Yusuf Ali dalam karyanya The Holy Qur’an sebagaimana dikutip oleh Salman Harun kata ka>fur mempunyai
arti kapur barus yaitu komoditi dagang internasional sejak abad ke
2 M yang hanya dihasilkan di pantai barat Sumatera dengan kota
Barus sebagai pelabuhannya. Bahan itu dikenal sebagai obat dan
parfum di Yunani dan dunia Arab. Kata kapur kemudian masuk
dalam bahasa Arab melalui Persia yang saat itu sebagai pusat
transit perdagangan internasional dari Timur, sehingga kata itu
dipandang berasal dari Persia. Padahal ketika melihat asal-usul
pertamanya kata tersebut adalah kata yang berasal dari bahasa
Indonesia yang kemudian diserap oleh bahasa-bahasa lain.23
21
Ahmad Makram Malibary, Qad}iyah Wuqu>‘ al-Alfa>z} al-A‘jamiyah fi>
Al-Qur’an al-Kari>m dalam Suh}u>f Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayaan
Vo.2 No.1, 2009, 20. 22
Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan,167. Lihat juga‘Abd S}a>bu>r Sha>hin, al-Qira>’a>t Al-Qur’a>ni>yah fi> D}au’ ‘Ilm Lughah al-H{adi>th (Kairo: Maktabah Kha>nji>, 2009).
23Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an Aktualisasi Pesan Al-Qur’an
dalam Kehidupan, 167-168.
30
Bangsa Arab pada masa itu bukanlah bangsa yang tertutup,
sebaliknya ia merupakan bangsa yang terbuka dan memiliki
hubungan dengan orang-orang yang berbicara dengan bermacam-
macam bahasa dan beragam tradisi kultural. Pada umumnya orang-
orang Arab pada zaman itu dapat dibagi menjadi dua kategori
yang berbeda: tipe pertama adalah Badui asli yang hidup dalam
masyarakat yang tertutup, konservatif, tradisional dan enggan
menerima apa saja yang baru. Sedangkan kategori ke dua lebih
berbudaya, sangat terbuka terhadap cara-cara hidup dan cara
berfikir lainnya, siap menerima atau bahkan siap keluar dari
masyarakat kesukuan mereka untuk mencari nilai-nilai kultural
baru dan lebih tinggi.24
Tipe pertama merupakan anak padang pasir sejati yang
hidup dalam batas-batas sempit struktur masyarakat kesukuan,
yang hidup di dalam sukunya dengan sukunya dan untuk sukunya.
Tipe kedua jauh lebih berbudaya dan merupakan kelas
kosmopolitan pada masa itu. Tipe ini hidup dalam tingkatan yang
terbuka dan menginternasional. Pikirannya terbuka terhadap
semua kebudayaan asing dan terhadap orang-orang yang berada di
sekitarnya. Contohnya al-A’sha al-Akbar yang mengembara di
sepanjang semenanjung dari utara sampai selatan melewati batas-
batas mengunjungi Jerussalem dan Homs, pergi ke Irak bahkan
melintasi Irak menuju kerajaan Sassania di Persia kemudian
membawa pulang kata-kata dan konsep-konsep Persia yang
dimasukkan ke dalam puisinya bersama-sama dengan gagasan-
gagasan Kristen yang telah dipelajari dari orang-orang kerajaan
Hirah.25
Sarjana orientalis yang intens dalam mengkaji kosakata
asing adalah Christoph Luxenberg dalam karyanya yang berjudul
The Syro-Aramaic Reading of the Koran a Contribution to the Decoding of the Language of the Koran. Dalam karyanya tersebut
ia menganalisis bahasa Al-Qur’an dengan menggunakan filologi.
24
Toshiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), 209.
25Toshiko Izutshu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik
terhadap Al-Qur’an, 210.
31
Ia menyimpulkan bahwa bahasa Al-Qur’an yang sebenarnya
bukanlah bahasa Arab karena banyak ungkapan dan kata-kata yang
dibaca keliru dan sulit dipahami kecuali merujuk kepada bahasa
Syriak-Aramaik yang menjadi lingua franca di Timur Tengah pada
masa itu. Pembacaan Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa
Syro–Aramaik dapat memecahkan teka-teki bahasa Al-Qur’an.26
Orientalis Jerman Schawally mengatakan bahwa kata-kata
yang ada di Al-Qur’an bersumber dari Yahudi dan Nasrani hal ini
berdasarkan manuskrip Suryani yang di temukan di museum
Britania pada abad ke 6. Manuskrip ini mempunyai hubungan yang
erat dengan Al-Qur’an karena kata Al-Qur’an sendiri berasal dari
bahasa Suryani.27
Sebagaimana yang ditulis Taufik Adnan Amal para sarjana
barat pada umumnya menerima pandangan Friedrich Schwally
bahwa kata Al-Qur’an merupakan derivasi dari bahasa Syria atau
Ibrani yaitu: qerya>na, qirya>ni (bacaan atau yang dibaca) yang
digunakan dalam liturgi Kristen. Kemungkinan terjadinya
peminjaman dari bahasa Semit lainnya bisa saja dibenarkan
mengingat adanya interaksi yang dilakukan orang-orang Arab
dengan dunia di luarnya. Lewat interaksi semacam itu berbagai
kata non Arab telah dimasukkan ke dalam bahasa Arab atau
diarabkan.28
Menurut Bergstrasser sebagaimana yang ditulis oleh Subh}i>
S{a>lih mengatakan pengaruh bahasa-bahasa Aramia, Ethiopia dan
26
Christoph Luxenberg, The Syro Aramaic Reading of the Koran a Contribution to the Decoding of the Language of the Koran (Berlin: Verlag
Hans Schiler, 2007). Syro-Aramaik (Siria) adalah cabang Aram di Timur Dekat
yang awalnya digunakan di Edessa dan sekitar daerah Mesopotamia. Selama
lebih dari satu milenium bahasa ini merupakan lingua franca di Timur Tengah
sebelum tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke tujuh. Diperkirakan orang-
orang Yunani yang pertama menamai bahasa Syro-Aramaik. Istilah ini
kemudian diadopsi oleh orang Kristen Aram untuk membedakan dirinya dengan
orang-orang pagan dari bangsanya. 27
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Tangerang:
Pustaka Alvabet, 2013), 46. 28
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Tangerang: PT
Pustaka Alvabet, 2013), 46-47.
32
Persia di dalam bahasa Arab merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri karena bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa
bangsa-bangsa yang telah mengenal peradaban berabad-abad
sebelum hijrah dan mereka bertetangga dengan bangsa Arab.
Berbagai dialek bahasa Aramia dahulu pernah menguasai negeri-
negeri Palestina, Suriah, daerah-daerah Caucasia dan sebagian
negeri Irak. Juga kenyataan bahwa bangsa Arab adalah tetangga
Bangsa Yahudi bangsa yang agamanya menggunakan bahasa
Aramia dan mereka itulah yang mempercepat penyebaran lafadz-
lafadz keagamaan Aramia. Seorang orientalis bernama Krenkow
telah menunjukkan hal itu dalam penelitiannya mengenai kata
‚kitab‛ di dalam Encyclopedia de I’Islam demikian pula orientalis
Blachere ia mengutip sejumlah kata-kata yang berasal dari agama-
agama Aramia, Suryani dan Ibrani untuk memastikan bahwa
orang-orang Arab menggunakan kata-kata tersebut karena
pengaruh hubungan tetangga dengan masyarakat Yahudi dan para
penganut agama lain. Beberapa contoh kata-kata tersebut adalah
qara’a (membaca), kataba (menulis) dan lain-lain. Menurutnya
jauh sebelum Islam orang-orang Arab telah menggunakan kata
qara’a yang berasal dari bahasa Aramia itu dengan makna tala
(membaca). Kenyataan itu cukup memberi alasan untuk
mengarabkan kata tersebut yang kemudian digunakan oleh Islam
untuk penamaan kitab sucinya.29
Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa wahyu disampaikan
dalam bahasa Arab yang jelas. Dari penegasan ini cendekiawan
muslim klasik lebih mengembangkan pandangan bahwa bahasa Al-
Qur’an adalah ragam bahasa Arab yang murni. Pandangan tersebut
merupakan dogma teologi yang cenderung berasumsi bahwa Nabi
Muhammad dan pengikutnya yang pertama berasal dari suku
Quraisy di Mekah tentunya mereka mengucapkan Al-Qur’an
menurut dialek Quraisy. Dogma yang menyatakan bahwa Al-
Qur’an ditulis dalam bahasa Arab yang murni membuat para
cendekiawan muslim klasik tidak mau mengakui bahwa ada
29
Subh}i as S}a>lih}, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an (Beirut: Da>r al- ‘Ilm li
al-Mala>yi>n, 2000), 6-7.
33
kosakata Al-Qur’an yang dipinjam dari bahasa lain. Berbeda
dengan cendikiawan modern yang cenderung mengesampingkan
itu dan lebih terfokus pada kajian tingkat linguistik murni yaitu
hubungan antara bahasa Al-Qur’an dengan ragam bahasa Arab
masa kini. Seperti zaman Suyu>t}i>,‘Abd Rah}ma>n Tha‘labi> yang
dengan penuh nalar menyatakan bahwa sebagai akibat hubungan
orang-orang Arab dengan bangsa asing berbagai kata yang berasal
dari non Arab masuk ke dalam bahasa Arab, karena kata-kata ini
sudah diarabkan maka masih benar bahwa Al-Qur’an ditulis dalam
bahasa Arab yang jelas.30
Pada umumnya status Al-Qur’an lebih sering ditempatkan
dan dipahami dalam definisi dan etika teologis yaitu sebagai
wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui
Malaikat Jibril. Sedangkan menurut definisi dan etika linguistik,
Al-Qur’an terdiri dari kata, kalimat dan tanda baca yang sarat
makna. Karenanya dilihat dari aspek ini ia setara dan dapat
didekati sebagaimana teks-teks yang lain. Para pengkaji dari
kalangan muslim tentunya harus terlebih dahulu menyadari adanya
kesepahaman bahwa dengan kajian model ini tidak serta merta
menafikan inspirasi Al-Qur’an yang bersifat Ilahi.31
Kendati kedua teori mengenai kosakata asing dalam Al-
Qur’an tampak memiliki perbedaan, namun perbedaan-perbedaan
itu tidak sedikitpun mengurangi kearaban Al-Qur’an, karena
apabila dilihat dari kuantitasnya hal itu tidak sebanding dengan
jumlah lafadz bahasa Arab. Selain itu kata tersebut asing karena
dilihat dari asal usulnya, dimana sebelum Al-Qur’an turun telah
terjadi interaksi antara penduduk Arab dengan non Arab sehingga
menyebabkan adanya penyerapan dan pertukaran kosakata
kemudian kosakata tersebut digunakan oleh orang Arab.
B. Wahyu sebagai Proses Turunnya Al-Qur’an
30
W. Montgomery Watt & Richard Bell. Introduction to the Qur’an (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1994), 82-85.
31Hilman Latif, ‚Kritisisme Tekstual dan Relasi Intertekstualitas dalam
Interpretasi Teks Al-Qur’an‛ dalam Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya
(Yogyakarta:Islamika, 2003), 84.
34
Kata wahyu berasal dari akar kata bahasa Arab wah}a> yang
artinya meletakkan dalam pikiran. Terkadang kata wahyu
dipahami sebagai inspirasi Ilahi yang diberikan kepada manusia.
Secara spesifik kata wahyu digunakan untuk menyebut inspirasi
Ilahi yang diberikan kepada manusia pilihan yaitu nabi-nabi
dengan maksud untuk memberikan petunjuk.32
Wahyu secara semantik sama dengan firman Tuhan. Secara
semantik memiliki titik tekan yang berbeda: 1. Tuhan dan 2.
Firman bila penekanan khusus diletakkan pada dasar yang pertama
yakni Tuhan dan seluruh fenomena dilihat dari sisi ini maka
konsep wahyu ditunjukkan oleh kelompok kata tertentu yang tidak
dapat secara pas diterapkan pada aspek mana pun dari perilaku
bicara manusia biasa seperti ‚tanz>il‛ yang artinya menurunkan.
Tanzi>l tidak pernah bisa digunakan untuk menyebut peristiwa
tindakan berbicara antara manusia dengan manusia. Akar kata dari
tanzi>l adalah adalah nzl yang artinya turun dan tanzi>l berarti
menyebabkan sesuatu turun. Oleh sebab itu sekalipun perkataan
Tuhan merupakan sesuatu yang tidak memiliki kesamaan dengan
perilaku bahasa manusia pada umumnya, namun karena itu
merupakan perkataan tentunya juga memiliki semua sifat-sifat
penting perkataan manusia.33
Di dalam Al-Qur’an wahyu merupakan bentuk komunikasi
yang terjadi antara Tuhan dan manusia dengan arah menurun, dari
Tuhan kepada manusia. Tuhan berbicara kepada manusia melalui
makhluk perantara yang membawa kata-kata Tuhan kepada Nabi
Muhammad, sehingga struktur dasar dalam wahyu menurut
pengertian Al-Qur’an adalah Allah- perantara yang disebut
malaikat –Nabi Muhammad. Tuhan memberikan wahyu kepada
Nabi Muhammad melalui bahasa manusia yang jelas dan
dimengerti. Karena tidak akan ada komunikasi kecuali jika dua
32
Amina Wadu>d Muh}si>n,‛ Revelation‛ dalam John L.Espito The
Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World (New York: Oxford
University Press, 1995), 430. 33
Toshiko Izutsu, God and Man in the Qur’an: Semantics of the Qur’anic Weltanschauung, 167-168.
35
pihak terlibat dalam pembicaraan yang menggunakan sistem
isyarat yang sama34
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan ada tiga bentuk komunikasi
dari Tuhan kepada manusia dalam Q.S. Ash-Shu>ra> 42:5135
:
وما كان لبشر ان يكلمه هللا إال وحيا او مه وراء حجاب او يرسل رسوال فيوحي باذوه ما
.يشاء إوه علي حكيم 36
34
Toshiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an, 182-193. Lihat juga Nu>ruddi>n ‘Itr,‘Ulu>m Al-Qur’an al-Kari>m (Damaskus: Mat}ba‘ah as}-S{aba>h}, 1996),14-21. Menurut Ibn Fa>ris dalam
Mu’jam Maqa>yis al-Lughah kata wahyu mempunyai banyak arti diantaranya:
al-kita>b wa ar-Risa>lah, pemberitahuan secara tersembunyi, segala sesuatu yang
disampaikan kepada orang lain untuk diketahui, isyarat yang cepat. 35
Artinya: Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan
berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang
tabir atau dengan mengutus (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-
Nya apa yang Dia kehendaki sungguh Dia Maha Tinggi Maha Bijaksana. Jadi
dengan merujuk ayat di atas proses turunnya wahyu melalui tiga cara yaitu
percakapan Tuhan tanpa perantara, pembicaraan di balik tabir atau hijab dan
mengirim utusan malaikat penyampai wahyu. 36
Banyak sekali riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang proses
turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad diantaranya pertama, turunnya wahyu
dari balik tabir pada proses ini terjadi suatu komunikasi dimana pendengar tidak
melihat pembicara, tapi sekalipun tidak melihat apa-apa nabi mempunyai
kesadaran yang sangat jelas bahwa di suatu tempat di dekatnya ada yang
berbicara dengannya. Hal ini seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad saat
malam Mi’raj setelah pengikraran shalat wajib ada 5 ( احكمت فرضت و خففت عل ) dan juga yang terjadi pada diri Nabi Musa (عبادي (و كلم هللا موس تكلما . Terdapat
hadist yang menjelaskan tentang proses turunya wahyu kepada Nabi
Muhammad yaitu seperti yang terdapat dalam hadist yang berasal dari Aisyah
diberitakan bahwa Harith bin Hisyam suatu ketika bertemu dengan nabi :‛ Ya
Rasulullah bagaimanakah wahyu datang kepadamu: nabi menjawab‛ Kadang-
kadang ia datang kepadaku seperti gemerincing lonceng (mithla s}als}alati al-jarasi). Cara ini merupakan cara yang membuat saya paling sakit, kemudian
lonceng itu meninggalkan saya lalu dari suara tersebut saya mengetahui apa
yang dikatakan Allah. Lihat Sharh Bukhari 1 no 2.
Kedua, turunnya wahyu melalui utusan yaitu malaikat. Seperti
dijelaskan dalam hadist riwayat Imam Bukhari. Riwayat Imam Bukhari
berdasarkan isnad dari Hisyam ibn Urwah dari ayahnya dari Aisyah berkata:
‚Turunnya wahyu kepada Rasulullah sebelumnya diawali dengan mimpi yang
benar di saat beliau tidur. Dalam mimpi itu dilihatnya cahaya fajar pagi
36
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad bukan
semata-mata untuk kepentingan Nabi Muhammad saja. Sejak
wahyu diturunkan Nabi Muhammad mempunyai tugas untuk
kemudian setelah bangun beliau ingin menyendiri lalu nabi pergi ke Gua Hira.
Di sana beliau melakukan ibadah selama berhari-hari hingga perbekalannya
habis lalu kembali ke Khadijah mengambil bekal untuk hari-hari selanjutnya.
Ketika di Gua Hira wahyu datang berupa malaikat yang menyuruhnya untuk
membaca. Beliau bersabda: ‚Bacalah‛ Jawabku: Aku tidak bisa membaca,
beliau bersabda: ‛ Malaikat merangkul dan memeluk tubuhku hingga aku tidak
berdaya kemudian melepaskanku dan menyuruhku membaca.‚ Aku menjawab
Aku tidak bisa membaca, lalu merangkul dan memelukku kembali seperti
semula sehingga aku merasa tidak berdaya. Kemudian melepaskan dan
menyuruhku membaca,‛ Aku tidak bisa membaca,‛ lalu merangkul dan
memelukku lagi kemudian melepaskanku dan berkata:‛ Bacalah dengan nama
Tuhanmu dengan hati bergetar bahkan dengan tubuh menggigil Rasulullah
kembali ke rumahnya menemui Khadijah dan meminta untuk diselimuti, setelah
perasaannya tenang beliau menceritakan apa yang telah terjadi kepada Khadijah
dan lantas berkata:‛Aku sangat cemas‛ karena itu Khadijah menenangkannya
dengan berkata:‛ Tidak, Demi Allah Dia tidak pernah mengecewakanmu.
Sesungguhnya engkau tidak pernah mengabaikan hubungan silaturahmi, engkau
tidak pernah memutuskan ikatan kekeluargaan, engkau suka mengatasi
persoalan yang dihadapi orang lain, engkau adalah penyantun bagi yang tidak
punya, engkau selalu memuliakan tetanggamu dan selalu berlapang dada ketika
menghadapi setiap cobaan. Kemudian Khadijah mengantar beliau menghadap
sepupunya Waraqah Ibn Naufal. Ia adalah pengikut agama Nasrani dan banyak
menulis kitab Injil dalam Bahasa Ibrani. Khadijah memintanya mendengarkan
peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah. Setelah mendengar kisahnya
langsung dari Rasulullah dengan tenang Waraqah berkata:‛ Sesungguhnya ini
adalah kabar gembira yang disampaikan Allah kepada Nabi Musa As.
Seandainya masih kuat aku akan membantumu semoga aku panjang umur dan
dapat bersamamu tatkala kaummu mengusirmu.‛ Rasulullah bertanya:‛ Apakah
mereka akan mengusirku?‛ jawab Waraqah:‛ Iya, karena tiada seorang yang
mengemban tugas seperti yang dipercayakan kepadamu kecuali diperangi. Dan
jika masih hidup aku berjanji akan terus mendukungmu sepenuhnya.‛ Tetapi
setelah itu Waraqah meninggal dan wahyu pun terputus. Proses turunnya wahyu
selanjutnya adalah Allah berkomunikasi dengan Nabi Muhammad secara
langsung tanpa perantara malaikat dan tanpa hijab. Seperti Allah memberikan
wahyu kepada Nabi Muhammad tentang Shalat wajib dan melipatgandakan
kebaikan sebanyak 10 kali pada saat Mi‘raj di atas langit. ( .(ان كلمه هللا األ وحاLihat Toshiko Izutsu, God and Man in the Qur’an: Semantics of the Qur’anic Weltanschauung, 195-196.
37
berdakwah menyebarkan firman-firman Tuhan agar firman-firman
Tuhan tersebut sampai kepada umatnya. Dipandang dari perspektif
ini konsep wahyu bukan merupakan hubungan tiga pihak
melainkan empat pihak yaitu Allah- malaikat- Nabi Muhammad-
umat (yang secara historis awalnya orang-orang Mekah kemudian
orang Arab secara keseluruhan kemudian seluruh umat manusia).37
Ketika melihat proses turunnya Al-Qur’an dari Allah
kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril dapat dipahami
bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang sejak awal
berkomunikasi dengan realitas dan kebudayaan setempat. Selain
Al-Qur’an dipahami sebagai kalam Tuhan yang tertulis maka
keterlibatan Al-Qur’an dengan budaya Arab merupakan sebuah
implikasi yang tidak bisa dihindarkan. Bahasa Arab bukan semata-
mata bahasa wahyu melainkan sebagai bahasa budaya.38
Sebagaimana Abu> Zaid mengatakan bahwa wahyu tidak
turun dalam hampa budaya namun ketika wahyu turun ia memiliki
hubungan yang erat dengan budaya Arab saat itu. Dalam budaya
Arab pra Islam fenomena puisi dan praktik perdukunan datang dari
dunia jin melalui wahyu atau inspirasi. Hal ini menjadi landasan
kultural bagi fenomena wahyu agama sehingga orang Arab dapat
menerima ide tentang seorang malaikat yang berkomunikasi
dengan nabi. Semua ini menegaskan bahwa fenomena wahyu Al-
Qur’an tidak terlepas dari realitas justru fenomena tersebut
merupakan bagian dari konsep budaya dan muncul dari konvensi
dan konsepsi budaya itu.39
Paparan di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak lahir
dalam ruang dan budaya yang hampa tetapi dalam ruang dan
kondisi yang penuh dengan berbagai sistem dan budaya. Melihat
fenomena dialogis Al-Qur’an dan budaya lokal Arab pra Al-Qur’an
37
Toshiko Izutsu, God and Man in the Qur’an: Semantics of the Qur’anic Weltanschauung, 196-197.
38Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme,
Pluralisme dan Multikulturalisme (Jakarta: Fitrah, 2007), 80-81. 39
Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an
(Beirut: Markaz Thaqafi> al-‘Arabi>, 2000), 33.
38
menunjukkan bahwa fenomena wahyu merupakan fenomena aktual
yang tidak terpisah dari budaya Arab yang berkembang saat itu.40
Konteks atau setting historis kehidupan bangsa Arab pra-
Islam memiliki sumbangan yang besar terhadap bangunan tradisi
keislaman dan tema-tema yang diangkat oleh Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an dan Islam tidak muncul di ruang yang kosong tetapi
dalam satu ruang dan waktu tertentu yang bernama Arab.
Meskipun secara lahiriah tradisi Islam mempunyai kesamaan
dengan tradisi yang sudah ada sebelum kemunculannya, namun
pemaknaan yang diberikan oleh Islam terhadap tradisi-tradisi
tersebut berbeda dengan pemaknaan masyarakat sebelumnya.41
Pandangan Abu> Zaid mengenai hakikat teks Al-Qur’an
diekspresikan dalam terma-terma yang dipergunakannya bahwa
teks Al-Qur’an adalah produk budaya, teks linguistik, teks historis
dan teks manusiawi. Terma-terma ini didasarkan atas kenyataan
bahwa teks muncul dalam sebuah struktur budaya tertentu dan
ditulis berpijak pada aturan-aturan budaya tersebut, dimana bahasa
merupakan sistem pemaknaan yang sentral. Asal-usul Ilahiah tidak
menafikan hakikatnya sebagai teks linguistik yang terikat oleh
ruang dan waktu di dalam sejarah dan masyarakat tertentu. Al-
Qur’an merupakan teks historis yang tunduk kepada pemahaman
dan interpretasi manusia. Dalam hakikatnya sebagai kata-kata
Tuhan ia berada di luar pengetahuan dan sejarah manusia.42
Peristiwa pewahyuan sebagai titik awal lahirnya Al-Qur’an
merupakan kata kunci untuk menyatakan bahwa ketika inspirasi
Ilahi itu disampaikan kepada manusia dengan menggunakan
bahasa kaum tertentu bahasa Arab, maka hal itu menandakan sifat
kesejarahannya, karena wahyu tersebut sudah termanusiakan
(ta’ansanat). Historisitas disini berperan untuk mengulas peristiwa
40
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an,
34. 41
Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an Tema-tema Kontroversial, (Yogyakarta:eLSAQ, 2005), 83-84.
42Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap
Ulumul Qur’an, 36-41
39
bahasa yang dapat berpengaruh pada sistem pemaknaan pada satu
sisi dan menempatkan otoritas teks pada sisi yang lain. 43
Kaum Mu‘tazilah dan Asy’ariyah telah mengawali
perdebatan tentang historisitas Al-Qur’an melalui sebuah
pertanyaan Apakah Al-Qur’an itu makhluq (diciptakan) dan h}adi>th
(baru) atau azali dan qadi>m yang abadi sebagai salah satu sifat
Tuhan?.Teori Mu‘tazilah tentang hubungan antara manusia,
bahasa dan teks suci adalah teori yang paling rasional. Mereka
memfokuskan pada persoalan manusia sebagai objek yang dituju
oleh teks dan ajaran teks yang ditujukan padanya. Bahasa
merupakan ciptaan manusia karena ia merefleksikan konvensi
sosial dari hubungan antara suara dan makna, bahasa di sisi lain
tidak bisa merujuk secara langsung pada realitas tetapi kepada
realitas yang disusun, dikonsep dan kemudian disimbolkan melalui
sistem suara. Berdasarkan hal ini kaum Mu‘tazilah menarik suatu
asumsi bahwa Al-Qur’an adalah sebuah tindakan penciptaan
(makhluq) bukan ucapan verbal abadi dari Tuhan. konsep ini
secara tidak langsung menyatakan bahwa relasi antara penanda
dan petanda hanya ada karena konvensi manusia, tidak ada unsur
ketuhanan dalam relasi ini. Mereka berusaha keras untuk
membangun jembatan antara dunia Tuhan dan akal manusia.
Mereka juga menegaskan bahwa firman Tuhan adalah fakta yang
menyesuaikan dirinya dengan bahasa manusia. Mereka
menegaskan bahwa bahasa merupakan produk manusia dan bahwa
bahasa Tuhan (the word of God) mematuhi berbagai aturan dan
bentuk bahasa manusia.44
43
Hilman Latif, ‚Kritisisme Tekstual dan Relasi Intertekstualitas dalam
Interpretasi Teks Al-Qur’an‛ dalam Syahiron Syamsuddin dkk Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya, 88.
44Hilman Latif, ‚Kritisisme Tekstual dan Relasi Intertekstualitas dalam
Interpretasi Teks Al-Qur’an‛ dalam Syahiron Syamsuddin dkk Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya, 88. Persoalan tentang apakah hakikat Al-Qur’an itu
qadi>m atau hadi>th merupakan persoalan klasik yang sudah lama menjadi
perdebatan. Mu‘tazilah berpandangan bahwa Al-Qur’an itu hadi>th dan makhluq
karena ia tidak termasuk dalam sifat-sifat azali. Al-Qur’an adalah firman Allah
dan firman termasuk tindakan bukan sifat. Dari segi ini maka Al-Qur’an masuk
dalam kategori sifat-sifat tindakan Tuhan (S}ifat al-af‘al al-Ila>hiyah) dan bukan
40
Pemikiran anti Mu‘tazilah justru berpegang pada gagasan
lain tentang bahasa pada umumnya dan firman Tuhan pada
khususnya. Bahasa menurut pemikiran kelompok ini bukanlah
ciptaan manusia ia adalah pemberian Tuhan kepada manusia. Jika
acuan bahasa tersebut tidak ada di dunia nyata maka ia pasti ada
di dalam realitas yang tidak terlihat. Dengan mengutip dalil ayat
Al-Qur’an secara literal Q.S Al-Baqarah ayat 3145
sebagai
pendukung asumsi tentang ke-Ilahian bahasa, dimana kaum
Mu‘tazilah mengenalkan sebuah penjelasan metaforis terhadap
ayat-ayat ini. Hubungan antara penanda dan petanda karenanya
dibuat oleh Tuhan sendiri dan ini merupakan sebuah hubungan
ketuhanan. Dari sini menghasilkan kesimpulan yang logis bahwa
kategori sifat-sifat dzat(s}ifat al-Dza>t). Kedua kategori ini dibedakan Mu‘tazilah
sebagai berikut. Kategori pertama sifat-sifat tindakan merupakan wilayah
interaksi antara Tuhan dengan dunia dan wilayah sifat-sifat Dzat merupakan
wilayah keunikan dan kekhususan eksistensi Tuhan dalam Dzat-Nya sendiri
artinya ini tidak terkait dengan dunia yaitu sebelum terwujudnya dunia dan
sebelum penciptaanya dari ketiadaan. Berbeda dengan kelompok Asy‘ari yang
berpandangan bahwa firman Tuhan merupakan salah satu dari sifat-sifat dzat.
Dari sini mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an itu firman Tuhan yang azali dan
qadi>m. Nas{r H{a>mid Abu> Zaid, Teks Otoritas Kebenaran (terj) Sunarwoto Dema
(Yogyakarta: LkiS), 87. Al-Juba’i berpendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk
dilihat dari sifat inzalnya karena kalau qadi>m itu tidak akan terjadi, karena
kalau qadi>m tidak boleh mempunyai sifat ‘Arabiyan, ayat inna anzalna>hu qur’a>nan ’arabiyan menunjukkan bahwa Allah mampu menurunkan dengan
selain Arab dan hal ini menunjukkan kalau hadi>th dan ayat yang berbunyi tilka aya>t al-kita>b menunjukkan bahwa Al-Qur’an murakab terdiri dari ayat dan
kalimat dan segala sesuatu yang murakab itu muhdith. Pendapat ini dijawab
oleh ‘Asha>’irah memang sesuatu yang murakab yang terdiri dari huruf, kalimat
itu muhdith namun yang mensifatinya menjadi qadi>m adalah al-kala>m al-nafsi. Lihat Fakhruddi>n al-Ra>zi, Mafa>ti>h} al-Ghaib (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), jilid 18,
86. 45
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman ,‛ Sebutkan
kepada-Ku nama semua benda ini jika kamu yang benar‛.
41
ucapan Tuhan bukanlah tindakan penciptaan tetapi salah satu dari
sifat abadi-Nya. Al-Qur’an adalah perkataan Tuhan.46
Amin al-Khu>li dalam bukunya Mana>hij Tajdi>d mengatakan
bahwa Al-Qur’an adalah kita>b al- ‘Arabiyah al-akbar teks bahasa
Arab yang paling besar, Al-Qur’an adalah teks estetis Arab yang
paling suci kita>b al-Fann al- ‘Arab al-Aqdas. Berdasarkan
pandangan Ami>n al-Khu>li ini Abu Zaid mengatakan‛ Saya
mengkaji Al-Qur’an sebagai sebuah teks berbahasa Arab agar
dapat dikaji baik oleh kaum Muslim, Kristen meupun Atheis‛.
Pernyataan ini mengandung beberapa aspek utama dari
pendekatannya atas studi Al-Qur’an. pertama, Al-Qur’an adalah
sebuah teks dan lebih khususnya teks linguistik dan karena bahasa
tidak dipisahkan dari budaya dan sejarah maka Al-Qur’an
merupakan sebuah teks kultural dan historis. Kedua teks haruslah
dikaji dengan menggunakan pendekatan linguistik dan sastra yang
memperhatikan aspek-aspek kultural dan historis teks. Dan ketiga
titik berangkatnya bukan keimanan nemun objektivitas
keilmuan.47
Teori Abu Zaid tentang teks dikembangkan dalam
kerangka hubungan antara teks, bahasa, budaya dan sejarah.
Sebagai konsekuensi pendekatan ini dimensi Ilahiah teks
keagamaan berada di luar kajiannya. Teks keagamaan apapun
termasuk Al-Qur’an dianggap sebagai teks manusiawi
sebagaimana teks linguistik yang lain. Dalam kaitannya dengan
hubungan tentang bahasa dan budaya Abu Zaid mengaitkannya
dengan hubungan keduanya dengan alam (world). Hubungan ini
merefleksikan bagaimana bahasa merefleksikan budaya (fenomena
dan sistem-sistem tanda) pada satu sisi dan merujuk kepada alam
(yakni entitas-entitas fisikal dan sosial) pada sisi lain. Hubungan
di antara ketiga entitas itu dapat dilihat dari dua perspektif:
46
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Al-Qur’an Hermeneutika dan Kekuasaan Kontroversi dan Penggugatan Hermeneutika Al-Qur’an (Bandung: RqiS, 2003),
89. 47
Ami>n al-Khu>li, Mana>hij Tajdid> fi> an-Nahw wa al-balaghah wa at-Tafsi>r wa al-Adab )Beirut: Da> al-Ma‘rifah) lihat juga Moch. Nur Ichwan,
Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an, 66-67.
42
ontologis, dan epistemologis. Dari perspektif ontologis
menempatkan ‚alam‛ pada posisi pertama setelah itu budaya dan
bahasa. Artinya alam terefleksikan dalam budaya dan budaya
terefleksikan dalam bahasa. Sementara dari perspektif
epistemologis menempatkan bahasa pada posisi pertama kemudian
budaya dan alam artinya bahasa merefleksikan budaya dan budaya
merefleksikan alam. Dalam konteks hermeneutika bahasa Al-
Qur’an merefleksikan budaya Arab abad ke tujuh dan budaya itu
merefleksikan alam atau entitas-entitas fisikal dan sosial yang ada
pada saat itu.48
Abu Zaid berargumen bahwa Al-Qur’an adalah sebuah teks
keagamaan yang baku dalam hal kata-kata literalnya (mant}uq)
namun ketika ia ditundukkan kepada akal manusia ia menjadi
sebuah konsep (mafhu>m) yang kehilangan kebakuannya, karena ia
bergerak dan menciptakan makna. Kebakuan adalah sebuah sifat
dari yang absolut dan Ilahiah sedangkan realitas dan perubahan
adalam manusiawi. Kata-kata literal teks Al-Qur’an bersifat
Ilahiah namun ia menjadi sebuah konsep yang relatif dan bisa
berubah ketika ia dilihat dari perspektif manusia, ia menjadi
sebuah teks manusiawi.49
Aspek historisitas teks bukan hanya teks dan maknanya
yang bersifat historis tetapi juga bahasa dan budaya. Keberadaan
Al-Qur’an sebagai teks Ilahiah tidaklah menghalangi
keberadaanya sebgai teks historis. Hilangnya kesadaran akan
historisitas ini berbahaya ketika diharuskan memahami teks itu
dalam konteks bahasa, budaya dan sejarah yang sangat berbeda
dengan konteks bahasa, budaya dan sejarah Al-Qur’an.50
Melihat firman Allah yang terwujud dalam bentuk uraian
kata dan kalimat yang dimengerti oleh manusia dan juga melihat
alam dan ketuhanan dengan segala entitasnya yang sangat jauh
48
Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’an (Kairo: Markaz ath-Thaqa>fi> al-‘Arabi>, 1998), 82.
49Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Naqd Khitab ad-Di>ni> (Kairo: Si>na>’ li an-
Nashr, 1994),125-126. 50
Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, 67-73
43
dari jangkauan manusia apalagi melakukan komunikasi lewat
bahasa yang lazim digunakan manusia yang secara eksplisit
ditegaskan Q.S Al-An’am 6:10351
mutakallimun berkesimpulan
bahwa munculnya kenyataan tersebut merupakan bukti urgensi
dan kepastian datangnya nabi atau rasul sebagai perantara dalam
komunikasi hamba dengan Tuhannya. Dengan mengikuti proses
peralihan seseorang manusia menjadi nabi seperti yang dialami
oleh Nabi Muhammad akan memberikan pengertian bagaimana
wahyu yang merupakan kalam Allah dapat dikomunikasikan pada
dunia manusia52
Al-Qur’an memiliki peran yang sangat besar bagi
terjalinnya komunikasi antara Tuhan dan manusia dan antar
sesama manusia sendiri, meskipun Al-Qur’an diyakini sebagai
firman Tuhan yang Maha Absolut namun kenyataanya firman-Nya
telah memasuki wilayah historis yaitu wilayah manusia yang
relatif yang kemudian terjelma dalam ungkapan bahasa Arab yang
bersifat budaya. Bagaimanapun juga begitu memasuki wilayah
sejarah firman Tuhan terkena batasan-batasan kultural yang
berlaku pada dunia manusia. Contoh dari segi jenis nama Tuhan
masuk kategori laki-laki. Kesadaran psikologis yang sangat
maskulin ini tentu saja tidak tepat kalau dianalogikan untuk
menggambarkan Tuhan dan kehidupan eskatologis. Maka disini
terlihat adanya jarak dan problem dalam bahasa metafisik yaitu
bahasa dunia manusia yang historis untuk menggambarkan dunia
yang metafisikal dan trans-historis.53
51
Artinya Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala yang kelihatan dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. 52
Abdul Samad Kamba, ‚Analisis Historis-Antropologis terhadap Al-
Qur’an‛ dalam Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya,
18 Moch.Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an, 72 53
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika),6-9.
44
C. Penafsiran Ayat-ayat tentang Bahasa Al-Qur’an
Pembahasan tentang penggunaan bahasa Al-Qur’an
menjadi polemik tersendiri di kalangan para sarjana, hal ini terjadi
karena adanya multi tafsir dalam ayat-ayat mengenai bahasa Al-
Qur’an. Terdapat sebelas ayat yang menjelaskan tentang bahasa
Al-Qur’an, dimana 9 dari 11 ayat tersebut secara tekstual
menjelaskan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab
sedangkan 2 ayat lainnya sebagai ayat yang mempunyai multi
tafsir terhadap bahasa Al-Qur’an. Berikut ini adalah ayat-ayat
yang menejelaskan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab:
1. 54
2.
55
3.
54
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkanya berupa Al-Qur’an
berbahasa Arab agar kamu mengerti (Q.S. Yusuf 12:2). 55
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata,‛
Sesungguhnya Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad).‛ Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad
belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam padahal ini (Al-Qur’an) adalah dalam
bahasa Arab yang jelas. (Q.S. An-Nah}l 16:103). Bahasa A‘jam adalah bahasa
selain Arab dan dapat juga berarti bahasa Arab yang tidak baik karena orang
yang dituduh mengajar Muhammad SAW itu bukan orang Arab dan hanya tahu
sedikit bahasa Arab. Departemen Agama RI, ‚Al-Qur’an Tajwid &Terjemah
(Bandung: Diponegoro, 2010), 279.
45
56
4. ...... 57
5.
58
6.
59
7.
60
8.
56
Artinya Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa
Arab dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari
ancaman agar mereka bertakwa atau agar Al-Qur’an itu memberi pengajaran
bagi mereka. (Q.S. T{aha 20:113). 57
Artinya Dengan Bahasa Arab yang jelas (Q.S Ash-Shu‘ara>’ 26:195). 58
Artinya yaitu Al-Qur’an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan
(di dalamnya) agar mereka bertakwa (Q.S Az-Zumar 39:28). 59
Artinya Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur’an kepadamu
dalam bahasa Arab agar engkau memberi peringatan kepada penduduk kota
(Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi
peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan lagi adanya
segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.(Q.S Ash-Shu>ra> 42:7) 60
Artinya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu
mengerti (Q.S Az-Zukhru>f 43:3).
46
61
9.
62
Berikut ini 2 ayat yang memiliki multi tafsir tentang
bahasa Al-Qur’an. Multi tafsir dalam makna ayat tersebut
merupakan dalil yang dipegang oleh para sarjana untuk
menguatkan pendapatnya mengenai adanya kosakata asing dalam
Al-Qur’an.
1.
63
61
Artinya Dan sebelum (Al-Qur’an) itu telah ada kitab Musa sebagai
petunjuk dan rahmat. Dan Al-Qur’an ini adalah Kitab yang membenarkannya
dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim
dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (Q.S Al-
Ah}qa>f 46:12). 62
Artinya Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa
Arab untuk kaum yang menegetahui. (Q.S Fuss}}ila>t 41:3). 63
Artinya Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan
dengan bahasa kaumnya agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka
(Q.S. Ibrahim 14:4). Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab bukanlah berarti
bahwa Al-Qur’an untuk bangsa Arab saja tetapi untuk semua manusia.
Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Tajwid & Terjemah (Bandung:Diponegoro),
255. Lihat Q.S Al-Qalam 68:52 dan Q.S At-Takwi>r 81:27 dalam ayat ini
dijelaskan bahwa Al-Qur’an tidak lain untuk memberi peringatan untuk semesta
alam dan untuk semua umat.
47
2.
64
a. Penafsiran Q.S Ibra>him 12:4
Dalam tafsir Mafa>ti>h} al-Ghaib ar-Ra>zi mengatakan bahwa
Allah telah memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad dan
umatnya. Bukti ini terdapat dalam ayat kita>bun anzalna>hu ilaika litukhrija an-na>s min d}uluma>t ila> an- nu>r. Menurutnya Allah
memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad berupa posisi yang
agung sebagai nabi sedangkan nikmat bagi umatnya berupa
diutusnya nabi kepada umat untuk membimbing agar berada di
jalan yang benar penuh iman. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
Nabi Muhammad diberikan kelebihan diutus untuk semua manusia
berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang diutus hanya untuk
kaumnya sendiri. Karena nabi diutus untuk seluruh manusia maka
otomatis dalam berdakwah menggunakan berbagai bahasa sesuai
dengan wilayah dakwahnya. Karena kata qaumihi mempunyai arti
ahl da‘watihi bukan ahl baladihi. Dalil keumuman yang mengacu
64
Artinya Dan sekiranya Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam
bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan,‛Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?‛ Apakah patut Al-Qur’an dalam bahasa selain bahasa
Arab sedang rasul orang Arab?Katakanlah Al-Qur’an adalah petunjuk dan
penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang –orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan dan Al-Qur’an itu merupakan
kegelapan bagi mereka. Mereka itu seperti orang-orang yang dipanggil dari
tempat yang jauh. (Q.S. Fus}s}ila>t 41:44)
48
pada makna ahl da‘watihi ini berdasarkan ayat Qul ya> ayyuha> an-na>s inni> rasu>lullah ilaikum jami‘a>.65
Menurut penafsiran Zamakhsari ayat ‚bi lisa>n qaumihi‛
ditafsirkan dengan bahasa Arab karena Nabi Muhammad berasal
dari Arab sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab.
Sebagaimana yang dikatakan Zamakhsari bahwasanya rasul tidak
diutus untuk bangsa Arab saja tetapi untuk manusia seluruhnya
dengan dalil qul ya> ayyuha> an-na>s inni> rasu>lullah ilaikum jami’a>. Meskipun Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa yang satu yaitu
bahasa Arab hal ini tidak mengurangi keuniversalan Al-Qur’an.
Menurut Zamakhsari Al-Qur’an tidak perlu diturunkan dengan
berbagai bahasa sebagaimana yang diinginkan kaum musyrikin
pada zaman itu. Meskipun Al-Qur’an turun dengan satu bahasa
yaitu bahasa Arab namun ia tetap universal. Menurutnya untuk
membantu pemahaman orang-orang non Arab dibutuhkan
terjemahan sehingga cukup menurunkan Al-Qur’an dengan satu
bahasa. Apabila Al-Qur’an turun dengan menggunakan bahasa-
bahasa yang ada di muka bumi ini berarti membutuhkan ratusan
bahkan ribuan nabi agar masing-masing nabi tersebut
menyampaikan risalah kepada kaumnya dengan menggunakan
bahasanya masing-masing. Penafsiran tentang lisa>n qaum yang
berarti bahasa kaum Nabi Muhammad yaitu bahasa Arab ini
didukung juga oleh Ta{bari.66
Menurut Quraish Shihab ayat ini tidak berarti bahwa rasul
hanya diutus untuk kaum yang berbahasa Arab saja. Ayat ini turun
untuk menjawab tuduhan kaum musyrikin Mekah yang
mempertanyakan mengapa Al-Qur’an dalam bahasa Arab padahal
kitab-kitab suci yang lain tidak berbahasa Arab. Menurutnya
sangat wajar apabila setiap rasul menjelaskan tuntunan Ilahi dalam
bahasa sasaran dakwahnya karena umat dituntut untuk memahami
65
Fakhruddi>n ar-Ra>zi, Mafa>ti>h} al-Ghaib (Beirut: Da>r al-Fikr,1981), 80-
81 66
Zamakhsari, al-Kashsha>f ‘an H{aqa>iq Ghawa>mid} at-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h at-Ta’wi>l (Beirut: Da>r al-Kutub ‘Arabi, 1987), Juz 2, 162
&T{abari>, Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyah,1999),Vol 7, 415-416.
49
ajaran Ilahi bukan menerima tanpa pemahaman, meskipun Nabi
Muhammad diutus untuk semua manusia namun karena manusia
tidak memiliki bahasa yang sama maka sangat wajar jika bahasa
yang digunakan adalah bahasa dimana ajaran itu muncul.67
b. Penafsiran Q.S Fus}s}ila>t 41:44
Fokus ayat tersebut berada pada kata ‘arab dan a‘jam.
Untuk itu perlu untuk membahas makna kata tersebut. Di mata
orang-orang Arab Kuno semua orang di dunia dibagi menjadi dua
kategori yaitu Arab dan Non Arab. Pengelompokan ini tidak saja
berdasarkan ras namun juga faktor bahasa. Hal ini dibuktikan oleh
kenyataan bahwa meskipun seseorang asli Arab apabila tidak
dapat berbicara dengan menggunakan bahasa Arab sebagaimana
mestinya maka orang tersebut disebut sebagai a‘jami>. Terdapat
perbedaan antara kata a‘jamiy dan ‘ajamiy meskipun apabila
dilihat berasal dari akar kata yang sama. A‘jamiy adalah seseorang
yang tidak dapat berbicara dengan bahasa Arab dengan benar dan
jelas tanpa memandang secara rasial apakah berasal dari Arab atau
non Arab, sedangkan ‘ajami > adalah seseorang yang secara rasial
bukan dari Arab tanpa memandang apakah bisa berbicara dengan
menggunakan bahasa Arab atau tidak.68
67
Quraish Shihab,Tafsir Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2002),vol 7, 12-14.
68Pada masa jahiliyah kata ‘jm memiliki tingkatan penerapan yang
sangat luas. Makna dasarnya adalah seseorang yang berbicara dengan sangat
tidak jelas entah kadang-kadang ataupun permanen karena orang tersebut
adalah asing. Contoh yang digunakan dalam hadist: ista’jamat ‘alaihi qira>’atuhu
yang maknanya diam dari membaca dalam pengertian seseorang terserang
kantuk pada saat membaca sehingga tidak dapat meneruskan bacaannya. Selain
itu contoh dari hadist lain adalah al-‘ajma>’u jurh}uha> juba>run kata al-‘ajma>’ merupakan bentuk muannath dari kata a‘jam yang artinya bahi>mah (binatang).
Secara umum kata ‘jm menunjukkan bahwa siapa saja atau apa saja yang tidak
mampu berbicara sebagaimana manusia pada umumnya. Pada zaman yang sama
istilah a‘jam pada mulanya merupakan istilah untuk merendahkan dari pihak
Arab terhadap orang-orang yang tidak bisa berbahasa Arab yang mana bagi
orang Arab bahasa Arab merupakan bahasa yang paling indah, paling kaya dan
paling sempurna. Baginya tidak bisa berbicara dengan bahasa yang sempurna
sama dengan dilahirkan dalam keadaan bisu. Lihat Toshiko Izutsu, God and
50
Dalam ayat ini ada yang menafsirkan bahwa Al-Qur’an
mengandung lafadz sebagian Arab dan sebagian non Arab.
Penafsiran ini berdasarkan qiraah اعجمى dengan tidak membaca
hamzah istifham dan menjadikannya sebuah khabar dari Tuhan
kepada orang-orang musyrikin. Pembacaan qira’ah seperti itu
menjadikan lafadz tersebut mempunyai arti bukankah sudah
dijelaskan ayat-ayatnya yaitu kata-kata asing yang dipahami orang
asing dan kata-kata Arab yang dipahami orang Arab. Hal ini
berlandaskan pada riwayat yaitu: لو ال : عقوب عن جعفر عن سعد قال قالت قرشاحدثنا ابن حمد قال حدثن
و قالوا لوال فصلت ااته اعجم و عرب : انزل هذا القرآن اعجما و عربا فأنزل هللا قل هو للذن آمنوا هدي و شفاء
Setelah ayat ini turun kemudian Allah menurunkan ayat-
ayat lain yang berasal dari berbagai bahasa. Seperti Q.S. Hu>d
11:82:
حجارة من سجل
Dimana kata سجل berasal dari bahasa Persi yang sudah
mengalami arabisasi.69
Menurut penafsiran T{abari> kata ءاعجم dibaca memakai
hamzah dimana hamzah disini sebagai hamzah istifham. Dengan
begitu penafsiranya menjadi apakah Al-Qur’an asing sedangkan
mukhatab orang Arab?70
Menurut penafsiran Zamakhshari> hamzah pada lafadz
adalah hamzah inkar yaitu untuk mengingkari tuduhanءاعجم
orang-orang kafir yaitu mana mungkin Al-Qur’an asing sedangkan
rasul orang Arab.71
Contoh-contoh penafsiran di atas menunjukkan bahwa
perbedaan penafsiran berpengaruh pada perbedaan pendapat dalam
Man in the Qur’an: Semantics of the Qur’anic Weltanschauung, 206-207 dan
Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab (Kairo: Da>r al-Ma‘a>rif,tt), 2825. 69
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, Ad-Dur Manthur fi> Tafsi>r bi al-Ma’thu>r (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1993), Juz 3, 681. 70
T{abari>, Ja>mi’ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l Ay Al-Qur’an (Kairo: Da>r Hijr,
2001),446-448. 71
Zamakhshari, Al-Kashsha>f ‘an H{aqa>iq Ghawa>mid} at-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-‘Aqa>wi>l fi> Wuju>h at-Ta’wi>l (Riya>d}: }Maktabah al-‘Abi>ka>n, 1998) 385-
386.
51
membahas mengenai kosakata asing dalam Al-Qur’an. Bagi yang
berpendapat bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kosakata asing
berlandaskan pada pada penafsiran بلسان قومهyang menafsirkan
‚lisa>n qaumi‛ dengan arti bahasa ahl da‘wah dan pada ayat جم عءا yang cara bacanya dengan membuang hamzah sehingga و عرب
posisi kalimat menjadi khabar bahwa di dalam Al-Qur’an itu
terdapat bahasa Arab dan bahasa asing. Bagi yang menolak adanya
kosakata asing berlandaskan pada penafsiran بلسان قومه dengan arti
bahasa kaum Nabi Muhammad yaitu bahasa Arab dan pada ayat
membaca dengan memakai hamzah sebagai hamzah ءاعجم و عربistifha>m maupun hamzah inka>r yaitu mana mungkin Al-Qur’an
mengggunakan bahasa asing sedangkan objek sasarannya adalah
orang Arab.
Setiap masa mempunyai logika zaman yang berbeda
dengan masa-masa yang lain. Perbedaan setting historis,
sosiologis, kultural, politis, teologis atau kecenderungan subjektif
teologi dan takhasus keilmuan masing-masing ulama ikut berperan
dalam membentuk cara pandang seseorang dalam menafsirkan
teks, terutama membentuk pandangan ada atau tidaknya kosakata
asing dalam Al-Qur’an. Bagi ulama klasik seperti Sha>fi‘i, Abu
Ubaidah dan lain-lain yang berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an
keseluruhannya murni karena mereka memandang bahasa Al-
Qur’an secara teologis dan ahistoris maksudnya menganggap
bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Tuhan yang tidak tercampur
dengan unsur-unsur budaya dan bersih dari proses kontak bahasa
yang terjadi antara bahasa Arab dengan bahasa non Arab, dimana
hal ini diperkuat dengan adanya dalil-dalil ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab.
Berbeda dengan Jawa>li>qi>, Suyu>t}i> dan ulama-ulama lain yang
berpandangan bahwa terdapat kosakata asing dalam Al-Qur’an.
Mereka memandang bahasa merupakan bagian dari budaya
meskipun tidak menafikan asal-usul Ilahiah. Sehingga adanya
kosakata asing dalam Al-Qur’an mungkin saja terjadi akibat
adanya interaksi antara bangsa Arab dengan non Arab. Sehingga
wajar apabila terjadi perbedaan pendapat tentang ada atau
tidaknya kosakata asing di dalam Al-Qur’an karena berangkat dari
52
pandangan yang berbeda sehingga menghasilkan kesimpulan yang
berbeda.
53
Bab III
METODOLOGI DAN ANALISIS PEMIKIRAN
SA‘D ‘ABD AL-MUTALLIB Al- ‘ADL TENTANG
KOSAKATA MESIR KUNO DALAM AL-QUR’AN
Ketika Al-Qur’an menyatakan dirinya diturunkan dengan
menggunakan bahasa Arab yang jelas atau ‘arabi>yun mubi>n
analisis munculnya kosakata asing dalam Al-Qur’an menjadi benih
perdebatan dan diskusi yang hangat di antara sarjana muslim dan
sarjana barat.
Pada bab ini penulis membahas tentang pemikiran
kemunculan kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an yang penulis
awali dengan membahas biografi Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl
pengarang buku al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an kemudian
dilanjutkan pembahasan mengenai pemikiran kosakata Mesir
Kuno dalam Al-Qur’an serta metode yang digunakan dalam
melacak eksistensi kosakata Mesir kuno dalam Al-Qur’an.
A. Sketsa Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dan al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl adalah seorang pengkaji Al-
Qur’an abad ke dua puluh yang berusaha menambahkan perspektif
baru dalam menafsirkan Al-Qur’an. ‘Adl berusaha melakukan
pembaharuan dan pembacaan ulang terhadap teks Al-Qur’an
dengan cara mencari akar-akar historis kebudayaan Mesir Kuno
untuk mengkaji dan menafsirkan Al-Qur’an. Riwayat pendidikan
S1 ditempuhnya di Universitas Alexandria Mesir jurusan sastra
filsafat dan psikologi, kemudian melanjutkan studinya di
Universitas Ludwig Maximilians Jerman jurusan Bahasa Jerman.
54
Selama 12 tahun tinggal di Jerman selain kuliah ia juga mendalami
bahasa Arab di Ma‘had Sharqiya>t di Munich.1
Setelah menyelesaikan studinya di Jerman ‘Adl kembali ke
Mesir dan bekerja di sebuah perusahaan pariwisata. Ketika
menjadi pemandu wisata ia terinspirasi untuk mendalami tentang
sejarah Mesir Kuno beserta simbol-simbol yang terukir di dinding-
dinding suci seperti tempat peribadatan, makam-makam dan
tempat suci lainnya.2
Setelah mendalami tentang sejarah Mesir Kuno atau yang
lebih dikenal dengan Egyptology ‘Adl berusaha melakukan
pembaharuan dalam bidang quranic studies dengan cara melacak
akar-akar historis kebudayaan Mesir Kuno untuk mengkaji Al-
Qur’an hingga akhirnya memunculkan pemikiran-pemikiran
kontroversial yang selama ini berbeda dengan mayoritas sarjana.
Diantara karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl adalah:3
1. Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an: Ikhna>tu>n Abu> al-Anbiya>’ Buku ini memaparkan bahwa Akhenaten adalah Nabi
Ibrahim. Pemikiran ‘Adl ini berbeda dengan Paul Sussman dalam
The Hidden Oasis yang mengatakan bahwa Akhenaten adalah
Dinasti ke 18 Firaun yang memerintah pada tahun 1353-1335 SM
yang dikenal sebagai bapak Tutankhamun. Menurut Muhammad
Ibra>hi>m Shari>f Ikhna>tu>n atau sering disebut Akhnaten merupakan
gelar untuk raja Aminh}u>tib. Raja ini telah mengubah kepercayaan
masyarakat Mesir Kuno dari kepercayaan politeism menjadi
monoteism.4
2. Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah.
1 Hasil korespondensi email dengan Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl pada
tanggal 13 Desember 2013. 2‘Ali bin ‘Abd Rah}ma>n al-Qad}i>b al-‘Uwayshiz, ‚ar-Rad wa Naqd Kita>b
al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an‛ http://www.dd-sunnah.net. 3 Hasil korespondensi email dengan Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl pada
tanggal 13 Desember 2013. 4 Muhammad Ibra>him Shari>f, Ittija>ha>t at-Tajdi>d fi> Tafsi>r Al-Qur’an al-
Kari>m (Kairo: Da>r as-Sala>m, 2008), 22.
55
Buku ini berisi tentang tafsir Al-Qur’an yang lebih terfokus
pada kajian huruf-huruf muqat}t}a‘ah yaitu serangkaian huruf yang
terdapat dalam awalan surat. Menurut‘Adl huruf-huruf muqat}t}a‘ah
tersebut merupakan sebuah kata atau kalimat dari bahasa Mesir
Kuno atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hieroglif.
3. Al-Hi>rugli>fiyah Tufassir Al-Qur’an: as-Sab‘u al-Matha>ni> laisat al-Fa>tih}ah. Buku ini membahas tentang penafsiran sab‘u al-Matha>ni>
dimana mayoritas ulama menafsirkan lafadz sab‘u al-Matha>ni dengan al-fatihah, namun‘Adl memunculkan pemikiran
kontroversialnya dengan mengatakan bahwa sab‘u al-Matha>ni> bukanlah al-fatihah melainkan sesuatu yang bukan bagian dari Al-
Qur’an.
4. Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an: al-Khali>l Ikhna>tu>n fi> Al-Qur’an al-Kari>m Untuk biografi ‘Adl sendiri (sepanjang pembacaan penulis)
belum ada yang mengulas secara detail sebagaimana para pemikir
lain yang sudah mapan.Pemikiran serta karya-karya ‘Adl yang
terfokus dalam kajian quranic studies ini masih belum tersebar
luas, hal ini dikarenakan ia masih tergolong pemikir yang masih
baru. Meskipun kajian-kajiannya berorientasi pada quranic studies
namun masih tergolong elitis di kalangan para sarjana muslim
pengkaji Al-Qur’an. Bidang yang ia geluti yaitu mencari akar-akar
historis Al-Qur’an dengan tradisi kebudayaan sangat jarang
diminati oleh para sarjana muslim, karena bidang ini bagi para
sarjana muslim jarang sekali yang menguasainya dan rentan
terhadap tuduhan heretik. Berbeda di Barat tradisi kajian-kajian
seperti ini justru sedang menjadi perhatian dan banyak diminati.
Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t}a‘ah merupakan karya dari Sa‘d ‘Abd al-
Mut}allib al-‘Adl. Pertama kali diterbitkan di Kairo oleh Maktabah
Madbu>li> pada tahun 2002 dan dicetak kembali pada tahun 2008.
Tafsir ini dinamakan al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t}a‘ah. Dalam buku tafsir tersebut
‘Adl berusaha mencari akar-akar historis Al-Qur’an dengan
kebudayaan Mesir Kuno. Dari hasil penelitiannya tersebut ‘Adl
56
menemukan hubungan historis antara bahasa Mesir Kuno dengan
bahasa Al-Qur’an yang selanjutnya ia buktikan melalui
penafsirannya terhadap apa yang selama ini diyakini sebagai
huruf-huruf muqat}t}a‘ah. Menurutnya huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu
sebuah kata yang mempunyai makna dalam bahasa Mesir Kuno
bukan huruf seperti yang ditafsirkan mayoritas ulama.5
Menurut Asma>’ penggunaan judul buku al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an sangat umum seolah-olah menandakan bahwa
lafadz-lafadz Al-Qur’an keseluruhannya berasal dari bahasa Mesir
Kuno bukan bahasa Arab, padahal pada kenyataannya ‘Adl
mengkaji lafadz-lafadz yang menurutnya dari bahasa Mesir Kuno
dengan jumlah sedikit yaitu huruf-huruf muqatt}}a‘ah dan beberapa
lafadz yang lainnya. Dimana jumlah tersebut sangatlah sedikit
dibanding jumlah keseluruhan lafadz Al-Qur’an.6
Beberapa referensi yang digunakan ‘Adl dalam penulisan
buku al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t{a‘ah diantaranya adalah:
7
1. Al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m Al-Qur’an atau yang lebih populer
dengan nama Tafsi>r Qurt}ubi> karya ‘Abdullah bin
Muhammad bin Ah}mad al-Ans}a>ri> al-Qurt}ubi.>
2. Mafa>ti>h} al-Ghaib atau yang lebih populer dengan nama
Tafsi>r Kabi>r karya Fakhr ar-Ra>zi> penerbit Da>r al-Ghad
al-‘Arabi> Kairo.
3. Mukhtas}ar Tafsi>r Ibn Kathi>r tah}qi>q Muhammad ‘Ali>
as{-S{a>bu>ni.> Penerbit Da>r Al-Qur’an al-Kari>m Beirut.
4. Al-Kashsha>f ‘An H{aqa>iq at-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wuju>h at-Ta’wi>l karya Zamakhsari.
5. S{afwah at-Tafa>si>r karya Muhammad ‘Ali > as}-S{a>bu>ni>
5Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-Hu}ru>f al-Muqat}t}a‘ah, 31. 6Asma>’ binti Muhammad al-H{ami>d}i>, ‚al-H}uru>f al-Muqatt}}a‘ah hal
Tufassiruha al-Hi>ru>gli>fi>yah? ?Qira’ah Naqdiyah li Kita>b al-Hi>ru>gli>fi>yah
Tufassir Al-Qur’an‛. faculty.ksu.edu. 7Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-Hu}ru>f al-Muqat}t}a‘ah, 33.
57
6. Majalah al-Manhal tanggal terbit Mei-Juni 1999
dengan judul artikel ‚Al-Furu>q fi> al-Lughah‛ karya
Yasi>n bin Na>s}ir al-Khat}i>b.
7. Lisa>n al- ‘Arab karya Ibn Manz}u>r
8. Al-Adab al-Misr al-Qadi>m Karya Sa>lim H{asan
9. Kamus bahasa Mesir Kuno Grosses handwoertebuch-Aegyptisch-Deutsch karya Rainer Hannig
10. Nahwu Bahasa Mesir Kuno yaitu Egyptian Grammar –
Sir Alan Gardiner
11. Asma>’ Jaba>l Tuha>mah wa Jaba>l Makah wa al-Madi>nah
karya ‘Ara>m bin al-As}bagh al-Salmi>
12. Al-Yahu>d A‘da>d Muhammad karya Ah}mad H{asan
S{ubh}i
13. Muhammad wa al-Yahu>d karya Barka>t Ah}mad
14. Shudu>r adh-Dhahab karya Abi> Muhammad ‘Abdullah
Jama>luddi>n bin Yu>suf bin Ah}mad bin Hisya>m al-
Ans}a>ri>
Untuk referensi buku-buku tafsir ‘Adl banyak merujuk
pada kitab-kitab tafsir klasik seperti yang sudah disebutkan di
atas.
Buku al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t{a‘ah ini terdiri dari 174 halaman.
Buku ini dibagi menjadi tiga bab yang diawali kata pengantar dari
Muhammad Rajab al-Bayu>mi>.8 Bab pertama berisi tentang
metode penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl.
Bab dua berisi penjelasan tentang perdebatan mengenai
basmalah. Apakah dia termasuk bagian dari al-fatihah atau hanya
sebagai tanda pemisah di antara dua surah? Yang dilanjutkan
dengan penjelasan terhadap penafsiran istilah sab‘u al-matha>ni> sebagai cikal bakal lahirnya pemikiran bahwa apa yang dianggap
58
sebagai huruf muqat {t}a‘ah itu merupakan sebuah kata atau kalimat
yang mempunyai arti dalam bahasa Mesir Kuno atau Hieroglif.9
Bab tiga berisi penafsiran terhadap apa yang selama ini
dianggap sebagai huruf muqat }t}a‘ah dengan cara mengumpulkan
apa yang dianggap selama ini sebagai huruf muqat }t}a‘ah yang
berada di 29 surah dan menulisnya seperti yang tertulis dalam
mushaf, kemudian mengulangi penulisannya dengan Hieroglif
(huruf Mesir Kuno), kemudian mencari makna di dalam kamus
bahasa Mesir Kuno. Untuk memastikan makna dan mendukung
argumennya ia melihat konteks lafadz baik secara bahasa maupun
istilah yang diperkuat dengan buku-buku sirah dan hadis.10
Seseorang dalam mengkaji sebuah kajian tentunya
mempunyai tujuan tertentu. Kajian yang dilakukan ‘Adl yang ia
bukukan dalam al-Hir>u>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya adalah:11
Menentukan bahasa-bahasa suci yaitu bahasa Mesir
Kuno, bahasa Ba>biliyah, bahasa Ibrani dan bahasa
Arab. Menurut ‘Adl posisi bahasa ini lebih tinggi
dibanding bahasa-bahasa yang lain.
Membuka rahasia-rahasia baru yang ada di dalam
Al-Qur’an yang merupakan rahasia Allah dan juga
mengungkap atau menguak misteri sejarah.
Menjelaskan makna ayat sesuai dengan simbol yang
telah ditetapkan untuk mengungkap makna yang
dikehendaki Allah.
Untuk meyakinkan balaghah Al-Qur’an meskipun
di dalam Al-Qur’an terdapat kosakata asing, namun
apabila diletakkan sesuai dengan konteksnya maka
ia mengandung balaghah tingkat tinggi.
9Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-Hu}ru>f al-Muqat}t}a‘ah, 35-80. 10
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-Hu}ru>f al-Muqat}t}a‘ah, 81-163.
11Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 31-32.
59
B. Pemikiran Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an
ebagai kitab suci yang menggunakan tanda bahasa, Al-
Qur’an memang menjadi teks yang fenomenal dalam
sejarah manusia. Di satu sisi ia diyakini sebagai kalam
Allah, sementara di sisi lain ia tidak dapat dilepaskan dari situasi
kultural-historis. Artinya bahwa Al-Qur’an pada kenyataannya
juga menggunakan sistem bahasa yang terkait dengan kultur para
penuturnya.12
Bahasa yang digunakan oleh Al-Qur’an adalah bahasa Arab
dan Nabi Muhammad berasal dari Arab Quraisy. Penggunaan
bahasa Al-Qur’an dengan bahasa Arab tidak saja ditelan mentah-
mentah namun perlu dicermati sebenarnya bahasa Arab mana yang
digunakan oleh Al-Qur’an, karena ketika menyebut kata Arab
sangat luas sekali bisa arab Badui, Arab Mesir, Arab Yaman, Arab
Quraisy, karena negara-negara tersebut masuk dalam kategori
wilayah Jazirah Arab. Ditinjau dari sejarahnya ada dua klan besar
Arab yang mendiami Jazirah Arab pertama yaitu Arab asli atau
Arab al-‘a>ribah yaitu keturunan Ya‘rub bin Qaht}a>n13
dan yang
kedua Arab pendatang atau Arab musta‘ribah yang merupakan
keturunan dari Nabi Ismail.14
Sebelum Nabi Muhammad lahir, Mekkah merupakan pusat
kota yang dikuasai oleh Arab pendatang yang terkenal dengan
sebutan suku Quraisy. Hal ini didukung oleh persekutuan antar
kabilah yang kuat dalam H}ilf al-Fud}u>l dan menjadikan bahasa
Arab Quraisy menjadi lingua franca di Jazirah Arab pada saat itu.
Berdasarkan data sejarah dan bukti dari berbagai ayat dapat
disimpulkan bahwa bahasa Arab yang digunakan oleh Al-Qur’an
12
M. Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf
Muqat}t}a‘ah dalam Al-Qur’an (UIN Malang Press 2009), 5. 13
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa Ya‘ru>b bin Qaht}an
adalah orang pertama yang ditakdirkan Allah untuk menggunakan bahasa Arab.
Lihat Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata
(Tangerang: Lentera Hati, 2007) Vol 1, 29-30. 14
Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, 29-30.
Lihat juga Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id.
S
60
adalah bahasa Arab Quraisy yang di dalam Al-Qur’an dinyatakan
dengan lafadz ‘arabi>.15 Kata‘arabi> nisbah kepada‘araba yang terambil dari akar
kata‘ain, ra’ dan ba’. Akar kata tersebut menunjuk pada makna
dasar yang artinya jelas. Kata‘arabi> berbeda dengan kata Arab.
Huruf ya’ di dalam kata‘arabi > merupakan ya’ nisbah yang
berfungsi menjadikan suatu bahasa satu rumpun dengan
kelompoknya. Jadi kata‘arabi> menunjukkan bahwa bahasa Arab
Quraisy yang digunakan oleh Al-Qur’an satu rumpun dengan
bahasa Arab pada umumnya. Meskipun satu rumpun namun kedua
bahasa tersebut terkadang mempunyai kesamaan dan juga
perbedaan. Contoh perbedaan di antara dua bahasa tersebut adalah
bahasa Arab merupakan bahasa kontemporer yang masih
mengalami perubahan dan perkembangan sedangkan bahasa Al-
Qur’an merupakan bahasa klasik yang sudah baku.16
Dalam pandangan linguistik struktural bahasa (language) terpola menjadi dua bagian yaitu langue yang merupakan sistem
bahasa yang lahir dari interaksi unsur-unsur yang terdapat dalam
suatu masyarakat yang bertutur dan parole yaitu suatu tuturan
yang bersifat aktual, temporal, personal dan individual.17
Dengan
pemahaman bahasa sebagai langue, sebagai bagian dari unsur-
unsur yang terdapat dalam realitas social, di sana terdapat dua
sistem yang saling terkait dan berdialektika yaitu sistem tanda
bahasa dan sistem sosial budaya masyarakat penutur bahasa. Hal
ini menyebabkan bahasa menjadi tanda dari sistem sosial budaya
yang melandasinya. Jika masyarakat mengalami perubahan dan
perkembangan, maka bahasa yang lahir darinya juga mengalami
perubahan dan perkembangan.18
15
Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id. 16
Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id. Lihat
juga Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, 29-30 17
Ferdinannd De Saussure, Pengantar Linguistik Umum (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1993), 85 18
Aksin Wijaya,‛ Relasi Al-Qur’an dan Budaya Lokal: Sebuah Tatapan
Epistemologi‛ Hermenia Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Vol.4 No 2, Juli-
Desember 2005
61
Mendiskusikan tentang Al-Qur’an tidak bisa terlepas dari
Jazirah Arab terutama Mekah dan Madinah karena Al-Qur’an
diturunkan di kawasan ini. Husein Haekal menyebutkan bahwa di
tengah-tengah jalan kafilah yang berhadapan dengan laut merah
yakni antara Yaman dan Palestina membentang bukit-bukit
barisan sejauh kira-kira 80 kilometer. Bukit-bukit ini mengelilingi
sebuah lembah yang hampir terkepung oleh bukit-bukit itu kalau
tidak dibuka oleh tiga buah jalan: pertama, jalan menuju ke
Yaman, kedua, jalan dekat Laut Merah di Pelabuhan Jeddah dan
yang ketiga adalah menuju ke Palestina. Dalam lembah yang
terkepung oleh bukit-bukit itulah terletak kota Mekah.19
Melihat
letak geografis Mekah yang dikelilingi jalur-jalur penghubung
diantara Jeddah, Palestina memungkinkan bangsa Arab untuk
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain yang melewati daerah
Mekah sehingga akibat interaksi tersebut memungkinkan
pertukaran kosakata.20
Kemungkinan pertukaran kosakata Arab dengan bangsa
lain juga didukung oleh aktivitas bangsa Arab yang berkecimpung
di dunia perdagangan. Jauh sebelum Nabi Muhammad lahir,
Mekah adalah sebuah kota yang semarak dengan aktivitas
perdagangan. Pada abad ke 6 perdagangan di Mekah tumbuh
sangat dinamis. Perdagangan tumbuh pesat hingga kawasan luar
dari pesisir Arabia hingga Laut Tengah. Ketika musim dingin tiba
mereka pergi ke arah selatan menuju Yaman hingga Abisinia. Jika
musim panas datang mereka menuju ke arah utara yaitu Syria.21
Gagasan bahwa religiusitas Yudeo-Kristiani telah
berkembang sebelum Islam merupakan sebuah fakta historis yang
tidak terbantahkan. Sehingga gagasan ini membuat Montgomerry
Watt menegaskan bahwa jauh sebelum kedatangan Islam gagasan
religius Yudeo-Kristiani telah mempengaruhi mileu intelektualitas
19
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1980), 45-46. 20
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), 3-4. 21
Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih (Tangerang: Lentera Hati, 2011),
63. Aktifitas perdagangan orang-orang Arab ini diabadikan dalam surat Quraish.
62
Jazirah Arab. Namun terjadi perbedaan agama mana yang
mempunyai peran pengaruh dominan. Richard Bell lebih
menekankan pada gagasan agama Kristen namun Torrey lebih
menekankan pada gagasan Yahudi.22
Keberadaan kaum Yahudi di Jazirah Arab diyakini sudah
ada semenjak permulaan abad pertama masehi. Mereka tersebar di
sejumlah kota di Jazirah Arab seperti Ula, Hijr, Khaibar, Tayma,
T{aif dan Madinah. Penyebaran ini dipicu oleh penaklukan
Yerusalem oleh Kaisar Titus kira-kira pada tahun 70 masehi serta
penumpasan pemberontakan Bar Kochba sekitar tahun 135 M,
akan tetapi kaum Yahudi tidak sampai masuk sepenuhnya ke kota
Mekkah sebab di kota ini tradisi paganistik telah mengakar dalam
iklim keberagamaan masyarakatnya. Paganisme sebuah aliran
politeisme yang merupakan tradisi dari nenek moyang. Fenomena
ini diabadikan oleh Al-Qur’an dengan menyebutkan nama-nama
Tuhan masyarakat Mekkah pra Islam yaitu Latta, Uzza, Manat
dan Hubbal. 23
Bukti-bukti empirik tradisi masyarakat Arab pra Al-Qur’an
yang diikuti Al-Qur’an sangat bervariasi diantaranya adalah:
pertama, ritus-ritus peribadatan baik warisan yang berasal dari
suku Arab seperti penghormatan Ka’bah, menjalankan ibadah haji,
menghormati bulan ramadhan, menjalankan ibadah puasa. Kedua,
ritus-ritus sosial politik, seperti poligami,perbudakan, ritus-ritus
peperangan seperti seperlima bagian rampasan perang, ritus politik
seperti khila>fah dan shu>ra, ritus-ritus etika seperti kemurahan
hati, kejujuran, kesabaran, namun berbagai tradisi dan ritus-ritus
masyarakat Arab pra Al-Qur’an tersebut diterima dan diberi
22
Montgomory Watt, Muhammad: Prophet and Statesmen (Oxford:
Oxford University, 1961) lihat juga CC Torrey, The Jewish Foundation of Islam
(New York:KTAV Publishing House), Richard Bell, The Origin of Islam in its Christian Envoronment (London: Frank Cass & Co.
23Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), 11-
12.
63
muatan baru yaitu islamisasi agar terlepas dari kemusrikan yang
menjadi tradisi sebagian masyarakat Arab saat itu.24
Ketika memposisikan Al-Qur’an sebagai teks interpretatif
menurut Toshiko Izutshu dibutuhkan kajian tentang semantik
yaitu kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa
dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian
konseptual pandangan dunia masyarakat yang menggunakan
bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir tapi yang
lebih penting lagi pengkonsepan dan penafsiran dunia yang
melingkupinya.Dari kajian ini maka akan lahir dua makna kata
yaitu makna dasar dan makna relasional.25
Sebelum mengaitkan kosakata dengan makna relasional,
melacak kosakata Al-Qur’an secara historis sangatlah penting.
Menurut Toshiko Izutshu ada tiga perkembangan makna kosakata
Al-Qur’an. Pertama, pra turunnya Al-Qur’an yang memiliki tiga
sistem kata yang berbeda dengan tiga pandangan dunia yaitu
kosakata Badui murni yang mewakili weltanchuung Arab Kuno
dan berkarakter nomaden, kosakata kelompok pedagang, kosakata
Yahudi-Kristen yaitu istilah-istilah religius yang digunakan di
kalangan orang-orang Yahudi dan Kristen yang hidup di tanah
Arab. Kedua, masa turunnya Al-Qur’an. Ketiga, setelah turunnya
Al-Qur’an terutama pada periode Abbasiyah.26
Para ulama dan sarjana baik klasik maupun kontemporer
telah melakukan pelacakan bahasa Al-Qur’an. Seperti apa yang
dilakukan Arthur Jeffery yang mencari akar-akar historis kosakata
non Arab dengan Arab. Dalam buku The Foreign Vocabulary of the Qur’an disebutkan ada 11 bahasa asing yang masuk dalam
bahasa Al-Qur’an. Diantaranya adalah bahasa Ethiopia, Persia,
24
Toshiko Izutshu, Etika Keberagamaan dalam Al-Qur’an (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1995), 113-157. 25
Toshiko Izutshu, Relasi Tuhan dan Manusia (Yogyakarta:Tiara
Wacana, 2000),10 26
Toshiko Izutshu, Relasi Tuhan dan Manusia, 35.
64
Yunani, India, Syriac, Ibrani, Nabatean, Koptik, Turki, Negro dan
Barbar.27
Menurut Jeffery adanya kosakata Ethiopia dalam Al-
Qur’an akibat dari adanya interaksi orang-orang Arab dengan
Ethiopia. Menurut penjelasan Jeffery Nabi Muhammad
berinteraksi langsung dengan orang-orang yang menggunakan
bahasa Ethiopia yaitu ketika berinteraksi dengan mua’dzin Bilal
dari Ethiopia. Selain bahasa Ethiopia Jeffery juga mencari akar-
akar historis tentang adanya bahasa koptik di dalam Al-Qur’an.
Bahasa Koptik adalah bahasa liturgi yang digunakan oleh
komunitas Kristen di Mesir pada zaman Nabi Muhammad. Adanya
kosakata Koptik di dalam Al-Qur’an karena adanya interaksi
antara orang Arab dengan orang-orang Koptik Mesir. Seperti
Interaksi Nabi Muhammad dengan Maria Qibtiyah.28
Christoph Luxenberg dalam karyanya yang berjudul The Syro-Aramaic Reading of the Koran a Contribution to the Decoding of the Language of the Koran menganalisis bahasa Al-
Qur’an dengan menjadikan kebudayaan Syriak sebagai sumber
untuk menafsirkan Al-Qur’an. Ia menyimpulkan bahwa asal-usul
bahasa Al-Qur’an bukanlah bahasa Arab melainkan bahasa
Syriak-Aramaik. Menurutnya banyak ungkapan dan kata-kata
yang dibaca keliru dan sulit dipahami kecuali merujuk kepada
bahasa Syriak-Aramaik yang menjadi lingua franca di Timur
Tengah pada masa itu, dimana pada abad ke tujuh secara gradual
bahasa Arab menggantikan posisi lingua franca tersebut.
Menurutnya pembacaan Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa
Syriak–Aramaik dapat memecahkan teka-teki bahasa Al-Qur’an.29
27
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden:
Koninklijke Brill,2007),12. 28
Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an, 28. 29
Christoph Luxenberg, The Syro Aramaic Reading of the Koran a Contribution to the Decoding of the Language of the Koran (Berlin:Verlag
Hans Schiler, 2007). Syro-Aramaik (Siria) adalah cabang Aram di Timur Dekat
yang awalnya digunakan di Edessa dan sekitar daerah Mesopotamia. Selama
lebih dari satu milenium bahasa ini merupakan lingua franca di Timur Tengah
sebelum tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke tujuh. Diperkirakan orang-
orang Yunani yang pertama menamai bahasa Syro-Aramaik. Istilah ini
65
Aramaik-Syriak (Siria) adalah cabang dari bahasa Aramaik
di Timur Dekat yang awalnya digunakan di Edessa dan sekitar
daerah Mesopotamia. Bahasa ini merupakan bahasa yang
digunakan oleh komunitas orang-orang Kristen di Syria,
Mesopotamia dan Persia. Selama lebih dari satu milenium bahasa
ini merupakan lingua franca di Timur Tengah sebelum tergeser
oleh bahasa Arab pada abad ke tujuh. Diperkirakan orang-orang
Yunani adalah orang yang pertama memberikan nama bahasa
Syro-Aramaik. Istilah ini kemudian diadopsi oleh orang Kristen
Aram untuk membedakan dirinya dengan orang-orang pagan dari
bangsanya.30
‘Adl mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
kosakata Mesir kuno, hal ini ia buktikan dengan melacak
hubungan historis bahasa Al-Qur’an dengan bahasa Mesir Kuno.
Menurut ‘Adl bahasa Mesir Kuno31
adalah bahasa yang paling tua
ia telah menjadi sebuah bahasa pada masanya hingga lahirnya
Nabi Muhammad. Pandangan ini berdasarkan pada fakta bahwa
Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Musa dan Nabi Isa telah
mengenal bahasa tersebut. Dengan melihat posisi bahasa Mesir
Kuno sebagai bahasa yang paling tua maka ia turut andil dalam
memberikan perkembangan makna kosakata Al-Qur’an. Dengan
melihat posisi bahasa Mesir Kuno sebagai bahasa yang paling tua
maka ia turut andil dalam memberikan perkembangan makna
kosakata Al-Qur’an.32
Bahasa Mesir Kuno termasuk dalam rumpun bahasa
H{a>miyah. Bahasa H{a>miyah terdiri dari bahasa Mesir Kuno,
kemudian diadopsi oleh orang Kristen Aram untuk membedakan dirinya dengan
orang-orang pagan dari bangsanya. 30
Christoph Luxenberg, The Syro-Aramaic Reading of the Koran A Contribution to the Decoding of the Language of the Koran,10.
31 Bahasa Mesir Kuno termasuk dalam rumpun bahasa H{a>miyah.
Bahasa H{a>miyah ini terdiri dari bahasa Mesir Kuno, Barbariyah dan Habasyah
Kuno. Disebut rumpun bahasa H{a>miyah karena yang menggunkan bahasa ini
adalah keturunan dari H{a>m bin Nu>h}.lihat Jurji> Zaidan, al-Alfa>z} al-‘Arabiyah wa al-Falsafah Lughawiyah (Beirut: Ja>urjiyu>s, 1886).
32Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah,22
66
Barbariyah dan Habasyah Kuno. Disebut rumpun bahasa H{a>miyah
karena yang menggunkan bahasa ini adalah keturunan dari H{a>m
bin Nu>h}.33
‘Adl bukanlah sarjana pertama yang intens dalam bidang
mencari akar-akar historis Al-Qur’an dengan tradisi kebudayaan.
Orientalis Christoph Luxenberg seperti yang dipaparkan di atas
sudah lebih dulu melakukan kajian seperti ini, namun letak
perbedaanya Luxenberg fokus dalam kebudayaan Aramaik-Syriak
untuk memecahkan makna bahasa Al-Qur’an sedangkan ‘Adl
fokus dalam kebudayaan Mesir Kuno.
Berbicara tentang Mesir ia merupakan negara yang banyak
menyimpan tempat-tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan
kisah para Nabi dan rasul. Diantaranya kisah Nabi Yusuf, Nabi
Harun, kisah Nabi Musa dengan Fir‘aun yang banyak diceritakan
dalam Al-Qur’an.
Menurut Rushdi al-Badhrawi> dalam Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh mengatakan bahwa para sejarawan sepakat bahwa
peradaban Mesir merupakan peradaban paling tua dan setelahnya
peradaban Irak. Setelah peradaban Mesir Kuno berakhir Mesir
mengalami peradaban dari Persia dan Romawi dimana Alexandria
sebagai pusat peradabannya. Romawi berkuasa sampai Islam
datang yang dibawa oleh Amr bin Ash yaitu pada masa khalifah
Umar bin Khattab sejak itu ibu kota Mesir pindah ke fushtat.34
Terdapat beragam pendapat di antara para sejarawan
seputar nama dari Mesir. Sebagian sejarawan mengatakan nama
Mesir dinisbatkan kepada orang yang pertama kali menempati
daerah itu yaitu Mas}ryem bin Marqabil bin Duwail bin Uryab bin
Adam. Menurut al-Maqri>zi ketika keturunan Nabi Adam saling
bermusuhan satu sama lain Mas}r bin Marqabil bin Duwail bersama
tujuh puluh orang pergi dan menjauh dari kejahatan Qabil ke
suatu tempat dimana tempat tersebut adalah Mesir yang dikenal
sekarang ini.Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Mesir
33
Jurji> Zaidan, al-Alfa>z} Al-‘Arabiyah wa al-Falsafah Lughawiyah
(Beirut: Ja>urjiyu>s, 1886), 34
Rushdi al-Badra>wi>, Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh (Kairo: Maktabah
‘Arabi>,1996),47
67
diambil dari Mas}ram bin Ya‘rawush al-Jabbar bin Mas{ryem bin
Markabil bin Duwail bin Uryab bin Adam. Pendapat ketiga
diambil dari nama Mas}r bin Bins}ir bin Ham bin Nuh, karena ketika
banjir pada masa Nabi Nuh seluruh daerah hancur kemudian
daerah tersebut ditempati pertama kali oleh Mas}r bin Bins}ir bin
Ham bin Nuh.35
Dalam kamus Lisa>n al-‘Arab kata Mesir mempunyai arti
peradaban. Sebuah nama pada umumnya diberikan sesuai dengan
keadaan yang diberi nama. Hal ini sesuai dengan nama Mesir yang
mana negara tersebut kaya akan peradabannya.36
Di dalam Al-
Qur’an kata Mesir disebutkan sebanyak 5 kali yaitu pada surat
Yu>nus: 87, Yu>suf:21, 99, Al-Baqarah: 61 dan Az-Zukhruf: 51.
Menurut ‘Adl suatu bahasa akan menduduki bahasa suci
apabila bahasa tersebut digunakan oleh kitab suci. Kesucian
bahasa tersebut karena Allah menggunakan bahasa tersebut atau
berbicara dengan menggunakan bahasa tersebut kepada hamba
pilihannya yaitu nabi. Seperti bahasa Ibrani yang digunakan dalam
risalah nabi-nabi Yahudi Nabi Ibrahim, Ish}aq, Ismail, Ya‘ku>b dan
nabi lainnya.37
Menurut Komaruddin Hidayat kebenaran dan kesucian
bahasa kitab suci secara empiris bersifat relasional artinya apa
yang dianggap suci dan meaningfull bagi sekelompok umat
beragama tidak bisa serta merta diberlakukan bagi kelompok yang
lain itulah sebabnya klaim kebenaran dari pernyataan-pernyataan
kitab suci cenderung bersifat eksklusif meskipun ada pula yang
bersifat inklusif dan universal. Hanya saja karena klaim-klainya
menuntut respons iman dan sulit diverifikasi secara objektif maka
ragam penafsiran perbedaan pendapat dan perdebatan mengenai
35
Al-Maqri>zi>, Al-Mawa>‘iz{ wa al-I‘tiba>r bi Dhikr al-Khit}at} wa al-Athar, 18-23.
36 Ibn Manz}u>r, Lisa>n al- ‘Arab, 22.
37Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 18.
68
hakikat the mind of God yang ada di balik firman-firmanya yang
tertulis itu selalu saja muncul dari zaman ke zaman.38
Menurut ‘Adl bahasa Mesir Kuno masuk dalam kategori
bahasa suci hal ini berdasarkan beberapa bukti yaitu: pertama,
dalam surah Al-Baqarah yang berbunyi:
Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-
orang yang benar!"
Ayat di atas dijadikan ‘Adl untuk membuktikan bahwa
Allah mengajarkan nama-nama (benda-benda) kepada Nabi Adam
dengan menggunakan bahasa Mesir Kuno. Adl melihat ketika
Adam diturunkan di bumi ia sudah dibekali kemampuan sebuah
bahasa. Dan bahasa yang yang ia kuasai adalah bahasa yang sudah
diajarkan oleh Allah kepadanya. Menurut ‘Adl ketika Nabi Adam
diturunkan ke bumi ia menempati Mesir, maka dari kisah tersebut
ia menarik kesimpulan bahwa bahasa yang diajarkan Allah adalah
bahasa Mesir Kuno. Dengan merujuk definisi bahasa suci yaitu
bahasa yang digunakan Tuhan untuk berbicara kepada para nabi-
nabi-Nya, maka menurutnya benar apabila bahasa Mesir Kuno
termasuk dalam kategori bahasa suci.39
38
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika, 8.
39Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqatt}}a‘ah , 29-30.
69
Dalam buku al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah ‘Adl tidak menyebutkan
referensi darimana ia mendapatkan pemikiran bahwa Mesir adalah
tempat yang didiami Adam ketika turun ke bumi.
Bukti kedua yang dijadikan landasan pemikiran ‘Adl
adalah adanya kisah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa yang hidup
di Mesir. Secara rasional para nabi-nabi tersebut pasti menguasai
bahasa Mesir Kuno dan sekaligus menjadikan bahasa tersebut
sebagai bahasa tabli>gh. Seperti adanya kisah yang terjadi di Mesir
antara Nabi Musa dan Fir‘aun. Secara rasional kisah tersebut
membuktikan bahwa Nabi Musa menguasai bahasa Mesir Kuno
karena Fir‘aun hidup pada zaman Mesir Kuno.40
Hal ini diperkuat dengan pendapatnya Fuad Husnaini Ali
dosen bahasa Yunani di Universitas Kairo pemilik buku al-Taurah al-Hi>ru>glifiyah bahwa Nabi Musa lahir di Mesir tumbuh dan
berkembang di Mesir dan erat dengan budaya Mesir. Sebagaimana
dipaparkan juga oleh sejarawan Yahudi Joseph Filafiyus bahwa
Tuhan juga telah memberikan kepada Nabi Musa 10 wasiat dengan
tulisan Hieroglif. Dari sini bisa disimpulkan bahwa bahasa Mesir
Kuno adalah bahasa suci karena dia adalah bahasa yang digunakan
Tuhan untuk berkomunikasi dengan salah satu nabi-Nya yaitu nabi
Musa.41
Berdasarkan bukti tersebut ‘Adl menyimpulkan bahwa
Allah juga menyampaikan firman-Nya kepada nabi-nabi tersebut
menggunakan bahasa Mesir Kuno, sebagaimana Allah
menyampaikan risalah kepada para nabi-nabi selain nabi-nabi di
atas dengan menggunakan bahasa yang mereka kuasai. Seperti
Nabi Muhammad yang berasal dari Arab maka Allah memberikan
wahyu kepadanya menggunakan bahasa Arab.42
40
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 19. 41
Wasi>m as-Si>si, ‚Al-Lughah allati> takallama biha Allah‛
www.almasryalyoum.com 42
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 19.
70
Dalam buku Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh Rushdi al-
Badra>wi mengatakan bahwa Nabi Yusuf menempati Mesir
diperkirakan pada masa dinasti ke 16. Begitu juga dengan Nabi
Idris lahir, hidup dan meninggal di Mesir. Menurut catatan
sejarawan Nabi Idris merupakan manusia pertama yang
mengajarkan baca tulis. Hal ini menunjukkan bahwa tulis menulis
sudah ada sejak awal di Mesir.43
Bahasa merupakan fenomena sosial yang lahir sebagai
akibat dari interaksi sosial antar masing-masing individu. Ia
merupakan produk manusia yang terus mengalami perubahan dan
perkembangan. Dalam perkembangannya setiap bahasa mengalami
tambahan-tambahan kosakata. Berbagai sarana pengembangan
bahasa muncul di tengah kehidupan masyarakat baik secara sosial
maupun individu. Sebuah kata muncul dari seseorang lalu dibawa
ke komunitas tertentu hingga akhirnya kata tersebut diterima oleh
masyarakat umum.44
Sebagaimana ‘Adl menjelaskan bahwa ada
kata-kata yang bisa ditemukan dalam kamus bahasa Mesir Kuno
dapat ditemukan juga dalam kamus bahasa Arab. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi interaksi antara masyarakat
pengguna bahasa Mesir Kuno dengan masyarakat pengguna
bahasa Arab sehingga terjadi kesamaan dalam hal kosakata.
Seperti kata خ ث و dalam kamus bahasa Mesir mempunyai makna
yang sama dengan makna dalam bahasa Arab. Kata kha>tam
mempunyai arti sesuatu yang diletakkan di jari.45
Pernyataan tersebut didukung oleh Ukashah ad-Da>li> bahwa
terdapat hubungan antara bahasa Arab dan bahasa Mesir Kuno.46
Ad-Da>li> membuktikkan pernyataannya tersebut dengan beberapa
fakta diantaranya adalah sebagai berikut pertama, ditemukan
43
Rushdi al-Badra>wi>, Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh,47 44
M.Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik: Memahami Huruf Muqat}t}a ‘ah dalam Al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2009),12.
45Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqatt{}a‘ah, 22. 46
Ukashah ad-Da>li>, ‛Dala>il wa Nuqu>sh Tu’akid Wuju>d al- ‘Arab fi>
Ard}i Mis{r Mundhu ‘As}r ma> Qabla Usra>t‛.
http://classic.aawsat.com/details.asp?article=220218&issueno=9223#.U_3dB1dn
NA4
71
adanya banyak korespondensi pada Abad pertengahan antara
Pangeran Arab dan Cleopatra dengan menggunakan bahasa Arab
dan Mesir yang fasih. Kedua, adanya bukti kerjasama bidang
perekonomian antara Mesir, Yordania, Yaman, Iran dan
Afghanistan pada milenium ke-lima SM dan komunikasi antar
negara-negara tersebut menggunakan bahasa Arab. Ketiga,
terdapat puluhan nama Arab di Mesir Kuno seperti Khansa
(penyair Arab) dan juga Bagnakhi (istri Raja Naubi) yang
mendirikan keluarga Nubian ke dua puluh lima di Mesir, nama
Ah}mas yang digunakan oleh penduduk Yaman digunakan juga
oleh penduduk Mesir Kuno seperti nama pajabat di masa itu
bernama Ah}mas bin Ayuf .47
Bukti lain adanya hubungan bahasa Mesir Kuno dengan
bahasa Arab dijelaskan juga oleh Ahmad Kamal Pasha. Dia telah
mengumpulkan 13 ribu kata dari bahasa Mesir Kuno yang
kemudian dinukil dan dijadikan sebagai bahasa fush}a> dan
‘ammiyyah. Menurutnya terdapat 15 huruf Arab yang dikutip dari
huruf Hieroglif. Kaidah-kaidah dalam bahasa ‘ammiyyah merupakan kaidah–kaidah bahasa Mesir Kuno. Misalnya kalimat
انبنج د , انزجم ده , dalam kaidah penulisan bahasa Arab yang benar
(fusha), penulisan mubtada yang berupa isim isha>rah ditulis
sebelum khabar (khabar isim), contohnya . ىذه انبنج, ىذا انزجم akan
tetapi dalam bahasa ‘ammiyah ditulis dengan cara sebaliknya,
seperti pada contoh di atas. Menurutnya Mesir bukan hanya negara
tempat tinggal namun ia membawa peradaban yang menyinari
seluruh alam, ilmu dan agama.48
Contoh lainnya dikemukakan oleh Nadi>m ‘Abd ash-Sha>fi>
as-Siya>r yang dikutip oleh Wasi>m as-Si>si> dalam bukunya al-Mis{riyu>n al-Qudama>’ awalu H}unafa>’ menurutnya kata Di>n
merupakan kata yang berasal dari bahasa Mesir kuno yaitu dari
47
Ukashah ad-Da>li>,‛Dala>il wa Nuqu>sh Tu’akid Wuju>d al-‘Arab fi> Ard}i
Mis{r Mundhu ‘Asr ma Qabla Usra>t‛
http://classic.aawsat.com/details.asp?article=220218&issueno=9223#.U
_3dB1dnNA4 48
Wasi>m as-Si>si>, ‚Al-Lughah allati> Takalama biha Allah‛.
www.almasryalyoum.com
72
kalimat دي yang artinya lima + انن yang artinya شعيزة دينيت قديت .
Penggabungan kedua kata tersebut (di>n) mempunyai arti lima
rukun agama yaitu; pertama tauhid, kedua shalat, ketiga puasa
atau انصو yang mana dalam bahasa Mesir Kuno berasal dari kata
يتنع + و yang artinyaصا yang artinya ع dimana hal ini
mempunyai kesamaan arti انصو dalam bahasa Arab, keempat
artinya zakat dan artinya ياع dari bahasa Mesir Kuno اناع
ritual keagamaan, kelima حجyang artinya انضياء atau cahaya.
Selain kata di>n menurut Nadim> ‘Abd ash-Sha<fi as-Siya>r kata
h}isa>b, A>khirah, Millah, H}ani>f, Khita>n dan lain sebagainya juga
berasal dari bahasa Mesir Kuno. 49
Peradaban Mesir Kuno ada antara sekitar 3500 Sm dan 30
SM. Banyak peninggalan orang Mesir berupa monumen-monumen
yang bertuliskan dengan penulisan yang sekarang dikenal dengan
sebutan Hieroglif. Tulisan ini menggunakan sistem tanda
bergambar untuk mencatat aspek budaya Mesir. Bahasa Mesir
Kuno digolongkan oleh ahli bahasa sebagai bahasa Afro-Asia. Hal
ini berkaitan dengan bahasa Afrika Utara seperti Berber dan
Kushtik, dan Asiatik (semit) yang meliputi bahasa Arab dan
Ibrani. Orang Mesir Modern berbicara menggunakan bahasa Arab
Mesir bukan bahasa Mesir Kuno karena sekarang ini bahasa Mesir
Kuno sudah menjadi bahasa yang mati. Bahasa Mesir Kuno
merupakan campuran dari kata-kata yang menggunakan sistem
gramatika yang dipakai oleh orang-orang di Afrika Utara dan
Timur Dekat.50
‘Abdurrahman al-Qad}i>b al-Uwashiz menulis mengenai
tulisan Hieroglif. Hieroglif diketahui kemunculannya ketika
Champolion orang Perancis menemukan tulisan di batu Rosetta.
Tulisan tersebut terdiri dari tiga bahasa yaitu Hieroglif, Yunani
dan Koptik. Tulisan Hieroglif ini digunakan di tempat suci seperti
tempat peribadatan, makam dan lain sebagainya. Kata Hieroglif
berasal dari bahasa Yunani yaitu Hieros yang artinya suci dan
49
Wasi>m as-Si>si>, ‚al-Lughah allati> Takalama biha Allah‛.
www.almasryalyoum.com 50
Penelope Wilson, Hieroglyphs: A Very Short Introduction (Oxford
University Press, 2004), 1-2.
73
glophos yang artinya mengukir jadi Hieroglif artinya tulisan suci
atau ukiran prasasti suci.51
Pengambilan dan penyerapan kosakata dari bahasa satu ke
bahasa yang lain merupakan suatu hal yang terjadi secara natural
karena namanya bahasa ia tumbuh dan selalu berubah, karena
dipakai oleh orang untuk berinteraksi dalam situasi yang berbeda-
beda. Akibat dari adanya interaksi penggguna bahasa
mengakibatkan sebuah bahasa selalu tumbuh melalui proses
penyerapan dan pengambilan dari bahasa lain. 52
Sebuah fakta memperlihatkan bahwa Al-Qur’an dibentuk
dalam sebuah bahasa, namun bukan bahasa biasa karena ia
dianggap bahkan diyakini sebagai bahasa yang berasal dari Tuhan.
Berbicara tentang asal usul bahasa sangatlah spekulatif karena
manusia tumbuh dan terlahir dalam keadaan yang sudah
berbahasa. Karena sifatnya yang spekulatif maka teori mengenai
asal-usul bahasa telah berkembang sedemikian rupa sejak dari
yang bersifat ilmiah, ideologis-rasialis sampai yang bernada mitos.
Secara garis besar terdapat tiga teori mengenai hal ini yaitu:
teologis, naturalis dan konvensionalis. 53
Pendukung aliran teologis mengatakan manusia bisa
berbahasa karena anugerah Tuhan dan pada mulanya Tuhan yang
mengajarkannya pada Adam. Pendapat ini berlandaskan ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang kehidupan Adam di surga dan
dialognya dengan Tuhan. Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa
Tuhan telah mengajari Adam tentang nama-nama benda yang ada
di sekelilingnya. Tentang bahasa apa yang digunakan Tuhan
mengajari Adam masih spekulatif. 54
51
Ali ‘Abd Rahman al-Qad}i>b al-Uwayshiz, Ar-Radd ‘ala> Kita>b al-
Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an al-Kari>m, uqu.edu.sa. 52
Andrew Rippin, ‚Syriac in the Qur’an‛. www.lavieaunsens.com.
Lihat juga Adriaan Van Selm. ‚ Siggi>n and Siggi>l in the Qur’an‛.
ttp://www.jstor.org/stable/25682850. 53
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996), 29.
54Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian
Hermeneutika, 30
74
Teori kedua yaitu naturalis yang beranggapan bahwa
kemampuan manusia berbahasa merupakan bawaan alam
sebagaimana kemampuan untuk melihat, mendengar maupun
berjalan.55
Teori ketiga konvensionalis berpandangan bahwa bahasa
pada awalnya muncul sebagai produk sosial. Ia merupakan hasil
konvensi yang disepakati dan kemudian dilestarikan oleh
masyarakat. Salah satu bentuk konvensi yang terkenal adalah yo-
he-ho theory. Pandangan ini mendasarkan pada argumen dan
pengamatan empiris bahwa bahasa konvensi muncul dari suatu
peristiwa sosial ketika masyarakat primitif melakukan kerja
gotong royong. Misalnya ketika beramai-ramai menarik pohon
besar atau bersiap melawan serangan musuh pada saat itulah maka
55
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika, 30-31. Dalam kaitan ini terdapat sebuah legenda Mesir Kuno
yang terkenal di kalangan linguistik. Bangsa Mesir yang merasa peradaban
mereka paling tua di dunia berpandangan bahwa bahasa Phrygian adalah bahasa
yang tertua. Legenda ini bersumber pada sebuah cerita mengenai Psammatichus
raja Mesir Kuno yang memerintah sekitar 600 SM yang melakukan
eksperimentasi terdapat dua bayi yang baru saja lahir. Berdasarkan cerita kedua
bayi tadi dititipkan kepada seorang pengasuh dengan syarat sang bayi harus
dijaga baik-baik tetapi tidak boleh diajak berbicara sepatah katapun karena raja
ingin tahu ucapan apa yang keluar pertama kali dari seorang bayi yang tidak
mengenal bahasa. Demikianlah suatu saat salah satu dari kedua bayi itu
mengucapkan kata ‚bekos‛ yang ternyata dalam bahasa Phrygian berarti roti.
Maka sejak itu raja Psammatichus membuat maklumat bahwa bahasa alami
yang paling tua adalah bahasa Phrygian. Teori serupa yaitu naturalis
diperkenalkan oleh Max Mullee (1883-1900) yang kemudian populer dengan
sebutan ding-dong theory yang berpandangan bahwa pada awalnya bahasa
muncul secara alamiah muncul secara spontan ketika manusia berinteraksi
dengan lingkungannya terutama ketika mendengar suara-suara alam. Dikatakan
teori ding-dong karena getaran suara yang ditangkap oleh indera telinga
bagaikan pukulan pada bel sehingga melahirkan bunyi yang kemudian
diteruskan oleh mulut. Jihan Gottfried von Herder dalam on the origin of
language (1722) memperkuat teori naturalis dengan menganalogkan dorongan
untuk berbahasa bagi manusia bagaikan janin atau embrio bayi dalam
kandungan ibu yang senantiasa mempunyai dorongan alami untuk keluar.
75
muncul ungkapan bahasa yang ekspresif dan berfungsi
menyamakan langkah.56
Meskipun ketiga teori di atas masing-masing mempunyai
argumen yang logis namun ketiganya masih tetap spekulatif dan
terbuka bagi munculnya kritik dan teori baru. Dari kalangan
psikolog muncul pandangan yang menyatukan antara teori
naturalisme dan konvensionalisme. Yaitu bahwa kemampuan
berbahasa pada mulanya merupakan potensi dan perilaku alami
namun kemampuan itu baru berkembang pesat dan menjadi lebih
aktual setelah melalui proses kultural. Dikatakan alami karena
pada mulanya bahasa muncul dari sikap meniru secara natural
terhadap bunyi-bunyian alam yang ada di sekitarnya seperti suara
burung, hujan dan lain lain tetapi karena manusia memiliki daya
cipta yang bersifat kreatif–inovatif maka akhirnya manusia
mengembangkan nada dan bunyi suara yang memiliki sistem
makna yang jauh melampaui kemampuan hewan dan bunyi alam
lainnya. Bahkan manusia mampu menciptakan bahasa isyarat. 57
Menurut Tahiyya Abdul Aziz dalam bukunya Arabic Language the Origin of Languages sebagaimana dikutip oleh Adib
Susilo mengatakan bahwa bahasa Arab merupakan sumber dari
asal-usul semua bahasa yang ada di muka bumi ini.58
Hal ini
berdasarkan dalil bahwa Allah mengajarkan nama-nama atau
bahasa kepada Nabi Adam dengan menggunakan bahasa Arab.
Bahasa wahyu adalah bahasa nabi yaitu sejak Nabi Adam hingga
Nabi Muhammad. Dalam kaitannya dengan bangsa Arab bukan
berarti wahyu Al-Qur’an yang mengikuti bangsa Arab tetapi
budaya bangsa Arab yang mengikuti bahasa dan budaya para nabi.
Apabila melihat sejarah bahasa sejak dari Nabi Adam maka
kemampuan manusia dalam berbahasa tidak bisa lepas dari
56
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika, 31.
57Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian
Hermeneutika, 31-32. 58
Adib Susilo,‛ Bahasa Al-Qur’an‛www.directory.umm.ac.id
76
pengajaran yang diberikan Allah.59
Karena Adam satu dan Allah
Maha Esa maka bahasa pada awal mula kemunculannya hanya
satu. Apabila dikatakan bahasa itu adalah ciptaan manusia
kemungkinan besar manusia hanya menciptakan dalam bentuk
tulisan.60
Terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa
bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan para nabi terdahulu.
Suyu>t}i> dalam al-Munzhir merangkum beberapa riwayat seperti
riwayat Ibn Abbas bahwa bahasa yang digunakan oleh Adam di
surga adalah bahasa Arab. Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa
bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan Nabi Adam ketika
pertama kali turun ke bumi. Demikian pula disebutkan bahwa
Nabi Nuh dan kaumnya menggunakan bahasa Arab sebelum
peristiwa banjir besar melanda mereka.61
Riwayat-riwayat tersebut
mempertegas bahwa bahasa Arab adalah bahasa tertua di dunia.
Menurut ‘Abd al-Maji>d al-Madani bahasa Arab merupakan
bahasa yang digunakan oleh Ahl surga dan Nabi Adam berbicara
di surga dengan menggunakan bahasa Arab. Setelah keluar dari
surga Nabi Adam tetap menggunakan bahasa Arab. Dari sini dapat
dikatakan bahwa semua bahasa merujuk kepada bahasa Arab
sebagaimana setiap suku dan nasab suatu kabilah akan kembali
kepada ayah dan ibunya.62
Pendapat di atas berbeda dengan pendapat ‘Adl yang
mengatakan bahwa bahasa Mesir Kuno adalah bahasa yang paling
tua dan merupakan sumber dari berbagai bahasa. Meskipun antara
Tahiyya Abdul Aziz dan ‘Adl sama-sama berlandaskan pada dalil
yang sama yaitu Q.S Al-Baqarah namun di antara keduanya
berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut. Tahiya Abdul
Aziz mengatakan bahwa bahasa yang diajarkan Tuhan kepada
59
Seperti dijelaskan dalam surat Al-Baqarah bahwa Allah mengajarkan
nama-nama kepada Nabi Adam. Lihat surat Al-Baqarah 2:31 60
Adib Susilo,‛ Bahasa Al-Qur’an‛www.directory.umm.ac.id 61
As-Suyut}i>, Al-Munzhir fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an wa Anwa>‘uha> (Kairo:
Maktabah Da>r Turath,tt), 30. 62
‘Abd al-Maji>d al-Madani>, ‚ A Hiya Kalima>t A‘jamiyah‛ dalam
majalah al-Da>‘i>, 2012 http://www.darululoom-deoband.com.
77
Nabi Adam adalah bahasa Arab sedangkan ‘Adl mengatakan
bahwa bahasa yang diajarkan Tuhan kepada Nabi Adam adalah
bahasa Mesir Kuno dengan berlandaskan dalil bahwa ketika Nabi
Adam diusir dari surga dia ditempatkan di Mesir sehingga ia
menguasai bahasa Mesir.
Hal ini didukung oleh Philip K. Hitti yang menyatakan
bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang paling muda diantara
kumpulan bahasa-bahasa Semit namun ia banyak mewarisi sifat-
sifat asli bahasa induknya daripada bahasa Ibrani dan bahasa lain
yang sama-sama satu rumpun.63
Membicarakan asal-usul bahasa dan bahasa mana yang
paling dulu muncul bukan perkara yang mudah. Masing-masing
kelompok mempunyai kepercayaan dan argumen sendiri-sendiri
dalam menentukan bahasa mana yang ada lebih dulu.
Selain adanya hubungan Mesir Kuno dengan bahasa Arab,
Mesir Kuno juga mempunyai hubungan dengan Jazirah Arab. Hal
ini dibuktikan dengan adanya nama-nama tempat, kota, gunung,
kabilah, hewan dan tumbuhan di Jazirah Arab yang berasal dari
bahasa Mesir Kuno. Dari nama tempat misalnya Tabu>k, H}ija>z,
Khaibar, Taima’. Hijaz dalam bahasa Mesir artinya nu>r (cahaya).
‘Arafa>t artinya ba>bu as-sama>’ (pintu langit) atau sulamu as-sama>’i (tangga langit) atau maka>n as}-s}u’u>d ila> as-sama>’. Nama dari
tumbuhan seperti ‘urtu>n yaitu semacam biji-bijian seperti adas.
Nama kabilah seperti Aus, Quraish, Qainuqa’, Nad}i>r.64
Ketiga adalah hubungan bahasa Mesir dengan Al-Qur’an.
Menurut ‘Adl sebagian kata-kata yang berada dalam Al-Qur’an
mempunyai hubungan yang lemah dengan bahasa Arab hal ini bisa
dilihat melalui penafsiran kata ‘alaq dalam surat al-‘Alaq. Menurut
pendapatnya para mufassir sering menyamakan kata ‘alaq dengan
‘alaqah yang bermakna takhli>q lil jani>n atau penciptaan janin.
63
Philip K Hitti, History of the Arabs (New York: Palgrave Macmilan,
2002), 15-18. 64
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqatt{}a‘ah, 22-26. Lihat juga al-Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an Ikhna>tu>n Abu> al-Anbiya>’ (Kairo: Maktabah
Madbu>li, 2008),130-140.
78
Kata ‘alaqah ditemukan dalam Al-Qur’an hanya 1 kali yaitu dalam
ayat yang menjelaskan proses penciptaan manusia. Kata‘alaqah
sendiri bukanlah periode awal dalam penciptaan janin sedangkan
kata ‘alaq dalam surah al-‘Alaq mempunyai konteks yang berbeda
dengan proses penciptaan janin sehingga kata‘alaq tidak bisa
disamakan dengan arti kata‘alaqah. Apabila kata ‘alaq disamakan
dengan kata‘alaqah hal ini sangatlah tidak masuk akal. Surat ini
diawali dengan kata iqra’ yang artinya bacalah, kata tersebut
merupakan perangkat fikr, ma‘rifah,‘ilm dan tidak ada kaitannya
dengan proses penciptaan. Ayat selanjutnya menyebutkan ‚iqra’ wa Rabbuka al-Akram‛ Allah menciptakan manusia yang mulia.
Kemuliaan manusia ini bukan disebabkan karena dia tercipta dari
‘alaqah melainkan kemuliaan ini karena Allah memberikan
keistimewaan kepada manusia berupa akal. Sehingga makna dalam
bahasa Mesir Kuno lebih cocok digunakan dalam menafsirkan kata
‘alaq yang mempunyai arti akal.65
Dalam surah al-‘Alaq rasul diperintahkan untuk membaca
dengan nama Allah yang Maha Pencipta. Kata pencipta ini
sangatlah umum mencakup penciptaan semua makhluk Allah
sedangkan penciptaan manusia dari ‘alaq merupakan
keistemewaan manusia dengan ciptaan Allah yang lainnya. Dan
tidak dibenarkan makna ‘alaq mempunyai arti yang sama dengan ‘alaqah karena apabila sama tidak ada keistemewaan antara
manusia dengan binatang karena surat petama tersebut
menjelaskan tentang perintah membaca atau sesuatu yang
berhubungan dengan pengetahuan dan berfikir.66
Dalam tafsir Qurt}ubi> dijelaskan bahwa penafsiran surat al-
‘Alaq yang didahului dengan lafadz iqra’ dan dilanjutkan dengan
kata ‘alaq bertujuan untuk menjelaskan besarnya nikmat Tuhan
yaitu penciptaan manusia yang dimulai dari segumpal darah
hingga menjadi manusia yang sempurna dan berakal yang
membedakanya dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Jadi
65
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqatt{}a‘ah, 27-28. 66
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqatt{}a‘ah, 27
79
sebagian para mufassir dan ulama bahasa dalam menafsirkan
makna suatu lafadz tidak melihat atau tidak bersandar pada
ishtiqa>q al-lafz}i tetapi pada tashabuh al-lafz} seperti ‘alaq dengan
‘alaqah.67
Apabila dilihat dari sejarah para nabi dan bahasa yang
digunakannya seperti yang sudah dipaparkan di atas menunjukkan
bahwa bahasa Mesir Kuno yang dikenal dengan istilah Hieroglif
telah ada sebelum Nabi Muhammad lahir dan sebelum Al-Qur’an
diturunkan. Sejarah kemunculan bahasa Mesir Kuno dan adanya
interaksi antara pengguna bahasa Mesir Kuno dan pengguna
bahasa Arab memungkinkan adanya kosakata Mesir Kuno dalam
Al-Qur’an. Melihat di dalam Al-Qur’an juga terdapat kosakata
asing dari berbagai bahasa.
Keinginan untuk mencari akar-akar historis Al-Qur’an
dengan kebudayaan non Arab berawal dari pemikiran bahwa tidak
mungkin Allah menurunkan lafadz Al-Qur’an tanpa makna yang
tidak bisa dipahami. Seperti contohnya di dalam Al-Qur’an
terdapat huruf-huruf muqat}t}‘ah dimana mayoritas ulama masih
memperdebatkan tentang maknanya. Ketika makna tersebut tidak
ditemukan di dalam bahasa Arab ‘Adl mencoba untuk mencari
makna dari bahasa selain Arab. Bahasa non Arab sangatlah luas
sekali untuk itu ia membatasi pencarian makna hanya sebatas pada
kategori bahasa suci yaitu Mesir Kuno, Babiliyah dan Ibrani,
meskipun dalam bukunya tersebut ‘Adl hanya mengulas bahasa
Mesir Kuno saja.68
C. Metode Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam Melacak
Eksistensi Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl adalah seorang pengkaji Al-
Qur’an abad ke dua puluh yang berusaha menambahkan perspektif
baru dalam menafsirkan Al-Qur’an. ‘Adl berusaha melakukan
67
Qurt}ubi>, al-Ja>mi ‘li Ah}ka>m Al-Qur’an (Riyad}: Da>r ‘A>lim al-Kutub,
2003),118. 68
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 18.
80
pembaharuan dan pembacaan ulang terhadap teks Al-Qur’an
dengan cara mencari akar-akar historis kebudayaan Mesir Kuno
untuk mengkaji dan menafsirkan Al-Qur’an.
Pada perkembangannya, saat ini telah terjadi pergeseran
paradigma dalam studi-studi Al-Qur’an dari penafsiran yang
berwatak literal ke arah yang lebih rasional dan kontekstual.
Kehadiran Sayyid Ahmad Khan 1817-1898 di India, Muhammad
Abduh 1849-1905 di Mesir merupakan tonggak penting dalam
mengubah persepsi kaum muslimin tentang makna teks Al-Qur’an
yang tidak lagi dianggap statis melainkan dinamis dan historis.
Historisitas makna ini semakin disadari ketika para pemikir
muslim mulai bersentuhan dengan temuan-temuan baru di bidang
ilmu-ilmu sosial-humaniora, linguistik, kritik sastra dan filsafat
dalam pemikiran barat kontemporer.69
‘Adl berpendapat bahwa sebagian dari lafadz Al-Qur’an
menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh nabi maupun para
sahabat. Tidak semua lafadz yang ada di dalam Al-Qur’an terdapat
petunjuk tentang makna yang dikandungnya kecuali setelah 14
abad setelah turunnya Al-Qur’an. Berawal dari pemikiran ini ‘Adl
berusaha melakukan pembaharuan dengan cara melakukan
perubahan teks Al-Qur’an yaitu dengan merubah bacaannya untuk
membuktikan bahwa kata tersebut merupakan kosakata Mesir
Kuno. Pemikirannya tersebut ditulis dalam buku yang berjudul al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah. 70
Menurut Asma>’ pemikiran ‘Adl yang ditulis dalam buku al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an merupakan pemikiran yang tidak
ilmiah karena telah memaksakan kaidah-kaidah ilmiah. Seperti
pernyataanya tentang pembagian bahasa menjadi dua yaitu bahasa
69
Moch. Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an: Teori Hermeunetika Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, 36.
70Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sarh} ma Yusamma> bi al-H}uru>f al-Muqatt}}a‘ah, 32.
81
suci dan bahasa tidak suci. Pembagian bahasa seperti itu tidak
disebutkan darimana sumbernya.71
Setelah mengkaji dan melacak akar-akar historis
kebudayaan Mesir Kuno, menurut ‘Adl ia mempunyai hubungan
yang erat dengan bahasa Arab, ‘Adl mencoba memberikan gagasan
baru sebagai ide pembaharuan dalam penafsiran. Ide pembaharuan
itu ia terapkan dalam mengkaji huruf-huruf muqat}t}a‘ah atau bagi
orientalis dikenal dengan istilah misterius letters dimana para
ulama dan sarjana masih memperdebatkan akan maknanya.
Metode yang digunakan ‘Adl untuk melacak eksistensi
bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an:72
قال اننبي ي قزأ حزفا ي كتاب هللا فهو :ري انتزييذي ع عبد هللا ب يسعد قال
بعشز ايثانيا ال اقل أنى حزف نك أنف حزف الو حزف ييى انحسنتانحسنت
حزف صدق رسل هللا
Yang artinya: Diriwayatkan oleh Tirmidhi> dari ‘Abdullah
bin Mas‘u>d Rasullullah Sallahu alaihi wa sallam bersabda
barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an
maka ia akan mendapat pahala satu kebaikan dan satu
kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kalinya. Aku tidak
mengatakan alif la>m mi>m itu satu huruf tetapi alif satu
huruf la>m satu huruf dan mi>m satu huruf.
Dalam menafsirkan riwayat di atas ‘Adl memfokuskan
pada kata ‚la> aqu>lu alif la>m mi>m h}arf‛ yaitu nabi tidak
mengatakan bahwa alif la>m mi>m itu huruf. ‘Adl mempunyai
pemikiran lain terhadap perkataan rasul tentang makna h}arf. Menurut ‘Adl apa yang dimaksud dari perkataan rasul tentang
h}arf bukanlah huruf hijaiyah karena kata h}arf mempunyai banyak
arti salah satunya bermakna sebuah kata.73
71
Asma>’ Binti Muhammad al-H}ami>d}i>, Al-H{uru>f al-Muqatt} }a‘ah hal
Tufassiruha al-Hi>ru>glifiyah?Qira’ah Naqdiyah li Kita>b al-Hi>ruglifiyah Tufassir
Al-Qur’an. faculty.ksu.edu 72
Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi > ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al-
Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998). Vol 5, 175. 73
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah,18.
82
Dalam bukunya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an ‘Adl
sendiri tidak menyebutkan sumber atau referensi yang
menyebutkan bahwa h}arf artinya sebuah kata. Hasil telaah penulis
dalam kamus Lisa>n al- ‘Arab karya Ibn manz}u>r tidak ditemukan
bahwa kata h}arf bermakna sebuah kata seperti yang diungkapkan
‘Adl. Ibn Manz}u>r memaknai kata h}arf dengan huruf hijaiyah, al-‘ada>h allati> tusamma ra>bit}ah, al-qira’ah allati> taqra’ ‘ala> awjah, at}-t}arf wa al-ja>nib, bahasa dan lahjah atau dialek, sebagaimana dalam
hadis nazala Al-Qur’an‘ala> sab’ah ah}ruf..74
Dari pengertian-pengertian makna h}arf seperti yang sudah
dipaparkan di atas ‘Adl lebih memilih mengartikan kata h}arf dengan arti ‚kata‛. Dari definisi h}arf yang menurut dia
mempunyai arti ‚kata‛ lantas ia menetapkan bahwa awalan surat
atau huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu merupakan sebuah kata atau
kalimat dimana jumlahnya ada 29. Untuk memulai penafsirannya
‘Adl menulis awalan surat tersebut sesuai dengan apa yang tertulis
di dalam Al-Qur’an kemudian menulis ulang dengan huruf
hieroglif kemudian mencari makna di dalam kamus bahasa Mesir
Kuno dengan memastikan kebenaran maknanya baik secara istilah
maupun bahasa serta diperkuat dengan buku-buku sejarah, hadis
dan lain sebagainya.75
Selain berpegang pada riwayat yang sudah dipaparkan di
atas, untuk menguatkan pemikirannya ‘Adl juga berpegang pada
penafsiran dari ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
(87:الحجر) ولقد آتناك سبعا من المثان والقرآن العظم Menurut ‘Adl kata a>taina>ka sab‘an mempunyai banyak
makna diantaranya tujuh dari ayat atau tujuh dari surat atau bisa
juga bermakna tujuh faidah karena lafadz ayat tersebut tidak
menunjukkan kepada sesuatu yang jelas, sedangkan kata al-matha>ni> merupakan bentuk plural dimana kata tunggalnya adalah
mathna>h yang artinya segala sesuatu yang dikalikan dua. Dari
pengertian ini kata sab’u al-matha>ni >mempunyai arti sesuatu yang
berjumlah tujuh yang kemudian dikalikan dua sehingga berjumlah
74
Ibn Manz}u>r, Lisa>n al- ‘Arab (Beirut: Da>r S}a>dir,tt), Juz 1,45. 75
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t }a‘ah, 8.
83
empat belas. Jumlah empat belas ini merupakan jumlah huruf-
huruf muqat}t}a‘ah dalam Al-Qur’an.76
‘Adl juga mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> bukanlah
bagian dari Al-Qur’an melainkan sesuatu yang lain di luar Al-
Qur’an. Argumen ini berlandaskan penafsirannya terhadap ayat
walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-‘Az}i>m. Menurut pemikirannya la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli>. Sebagaimana antara ma ‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari jenis yang berbeda.
77
Abu Hila>l al-H{asan bin ‘Abdullah bin Sahl al-‘Askari
dalam bukunya al-furu>q al-lughawiyah menjelaskan bahwa
penyebutan nama yang berbeda mempunyai makna yang berbeda
juga, karena setiap nama dalam suatu kata mempunyai petunjuk
isyarat. Apabila disebutkan nama sesuatu dan dapat diketahui dan
dipahami maka penyebutan untuk kedua dan ketiga tidak
mempunyai faidah. Ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an
berasal dari Allah dan Allah tidak mungkin merangkai ayat-ayat
tanpa faidah. Apabila penyebutan yang kedua dan ketiga berbeda
dengan penyebutan yang pertama maka itu adalah benar. Misalnya
seperti yang terdapat dalam ayat likulli ja‘alna> minkum shir ‘atan wa minha>ja>n kata shir‘atan mempunyai arti yang berbeda dengan
minha>ja>n. Shir‘ah: awalu shai’ dan minha>j mu’d}amihi, muttasi‘ihi.78
Dalam konteks ayat sab‘u al-matha>ni> dengan
menerapkan kaidah ini tidak mungkin sab‘ul matha>ni> itu Al-
Qur’an karena ma’thuf dan ma’thuf ilaihi harus berasal dari jenis
yang berbeda.79
Pendapat ‘Adl ini diperkuat oleh Muhammad Shah}rur yang
mengatakan bahwa kata Al-Qur’an telah di at}f kan (menggunakan
76
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 64-65.
77Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 50. 78
Abu Hila>l al-H{asan bin ‘Abdullah bin Sahl al-‘Askari, Al-Furu>q al-Lughawiyah (Kairo: al-Maktabah al-isla>miyah wa ‚Ilmiyah,1994),158-160.
79Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 70-71.
84
kata sambung waw) dengan sab‘u al-matha>ni> . Hal ini
menunjukkan bahwa Al-Qur’an sesuatu dan sab‘u al-matha>ni> sesuatu yang lain. Sab‘u al-matha>ni> bukanlah bagian dari Al-
Qur’an. Allah meletakkanya sebelum lafadz Al-Qur’an untuk
menunjukkan kemuliaannya dari segi muatan pengetahuan.80
Dalam Maqa>yis al-Lughah الثاء و النون و الاء adalah satu
kata dasar yang berarti mengulangi sesuatu dua kali atau
menjadikan sesuatu dua hal yang saling berurutan. Kata المثناة mempunyai arti ي الخشاش وانما ثنى الشء من اطرافه فطرف الزمام yaitu
ujung tali pengikat jika mengulangi sesuatu dari ujungnya. Dengan
demikian kata al-matha>ni> berarti ujung tiap-tiap sesuatu. Dari
pengertian ini dapat dipahami bahwa setiap surat memiliki ujung.
Maka yang dimaksud dengan al-matha>ni adalah ujung-ujung setiap
surat. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah ayat-ayat pembuka
surat.81
Menurut penulis huruf muqat}t}a‘ah merupakan huruf-huruf
pembuka surat yang diakui kearabannya. Para mufassir sejak
zaman sahabat menyepakati bahwa lafadz huruf muqat}ta‘ah
berasal dari bahasa Arab dan dia bagian dari Al-Qur’an. Tidak ada
yang menyangkal tentang kearaban lafadz ini, namun para ulama
berbeda dalam pendapat apakah lafadz tersebut dari maknu>n hanya
Allah yang mengetahui atau dia dari ma’lum yang mungkin bisa
dipahami maknanya. Apabila dia termasuk ayat mutasyabih
menurut Imam Sha>fi‘i tidak dihalalkan bagi seseorang untuk
menafsirkan ayat-ayat mutasyabih kecuali dengan sunnah nabi
atau khabar sahabat atau ijma>‘ ulama. Sebagaimana firman Tuhan
dalam Q.S Al-Isra>’:36. wa la> taqif ma> laisa laka bihi‘ilm yang
artinya janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.82
Membahas tentang kaidah la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli> sebagaimana antara ma ‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari jenis yang berbeda,
80
Muhammad Shah}ru>r, Al-Qur’an wa al-Kita>b Qira’ah Mu‘a>s}irah, 96. 81
Muhammad Shah}rur, Al-Qur’an wa al-Kita>b Qira’ah Mu‘a>s}irah, 97. 82
Majma’ Fiqh Isla>mi Mu’tamar al-Isla>mi,‛ Kita>b al-Hi>ruglifiyah
Tufassir al-Qur’an al-Kari>m‛
85
tidak selamanya bisa diterapkan dalam penafsiran Al-Qur’an. Ayat
yang berbunyi: walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-‘Az}i>m mempunyai arti bahwa Allah memberikan sab‘u al-matha>ni> (sebagai bagian dari Al-Qur’an) dan Al-Qur’an yang
Maha Agung. Sab‘u al-matha>ni disebut dalam ayat ini karena dia
mempunyai keistemewaan dibanding ayat-ayat lainnya. Ini tidak
menandakan sab‘u al-matha>ni> sesuatu yang lain di luar Al-Qur’an
seperti yang dikatakan oleh ‘Adl. Seperti dalam Surat Al-Baqarah
yang berbunyi man ka>na ‘adu>wan lillahi wa mala>ikatihi wa rusulihi wa Jibri>l wa Mi>ka>l fainnallaha ‘adu>wun lilka>firi>n. Penyebutan Jibril dan Mi>kail dalam ayat tersebut tidak
menandakan dia bukan bagian dari Malaikat. Penyebutan kedua
malaikat itu karena mempunyai keistemewaan.
Pemaparan di atas merupakan metode metode yang
digunakan oleh ‘Adl dalam melacak eksistensi kosakata Mesir
Kuno dalam Al-Qur’an dan juga alasan bahwa bahasa Mesir Kuno
masuk dalam kategori bahasa suci.
D. Respon terhadap Buku al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al-Qur’an
itab al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an karya Sa‘d ‘Abd
al-Mut}allib al-Adl ini sempat dilarang beredar oleh
Majma‘ al-Buh}u>th al-Isla>mi> (Akademi Riset Islam) Mesir
dan menegaskan untuk menjauhkan pendekatan Fir’aun al-Manhaj al-Fir‘auni (yaitu mencari akar-akar historis Al-Qur’an dengan
kebudayaan Mesir Kuno pada zaman Fir‘aun. Menurut ‘Abd al-
H{ali>m Nu>ruddi>n, ‘Adl bukanlah ahli Egyptology khususnya
tentang Hieroglif. Hal ini berdasarkan pengakuan ‘Adl sendiri
bahwa ia mempelajari tentang kemesiran secara otodidak,
sehingga kemungkinan yang terjadi dia tidak menguasai secara
sempurna tentang kemesiran. Apa yang dia lakukan yaitu
menafsirkan Al-Qur’an dengan bahasa Hieroglif merupakan suatu
keberanian karena tidak ada bukti bahwa huruf muqatt{}a‘ah
merupakan bahasa Mesir Kuno. 83
83
S{ubh}i> Muja>hid. www.onislam.net
K
86
‘Abd as-Sata>r Fath}ullah Sa‘i>d menyatakan penolakannya
terhadap pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl. Adanya
kosakata Hieroglif dalam Al-Qur’an merupakan tuduhan terhadap
Al-Qur’an dan ini merupakan kebohongan terhadap kalam Allah,
dimana ayat-ayat dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas. Menurut
‘Abd as-Sata>r Fath}ullah Sa‘i>d pemikiran‘Adl ini dibangun atas
dasar dugaan atau prasangka saja dimana ia mengatakan bahwa
huruf muqat}t}a‘ah merupakan kata yang tidak mempunyai makna
dalam bahasa Arab. Para mufassir sejak zaman sahabatpun
mengakui kearaban huruf muqatt}}aah ini, meskipun di antara para
mufassir mempunyai penafsiran yang berbeda. Pengingkaran ‘Adl
terhadap kearaban huruf muqat}t}a‘ah merupakan takwil yang
batil.84
84
Asma>’ bint Muh{ammad al-H{ami>d}i>, ‚ Al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah hal
Tufassiruha al-Hi>ru>gli>fi>yah‛ faculty.ksu.edu.
87
Bab IV
INTERPRETASI KOSAKATAMESIR KUNO DALAM
PERSPEKTIF SA‘D ‘ABD AL-MUTALLIB AL-‘ADL
Pada bab ini penulis memaparkan tentang penafsiran
kosakata Mesir Kuno menurut Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl agar
dapat diketahui apakah penafsirannya objektif atau telah
memaksakan kaidah-kaidah ilmiah.
A. Relasi Sab’u al-Matha>ni> dengan Kosakata Mesir Kuno
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan
bahasa lisan. Seiring dengan perkembangan zaman setelah Nabi
Muhammad meninggal para sahabat berusaha menghadirkan
pesan-pesan Tuhan tersebut dalam bahasa tulis. Agar pesan-pesan
Tuhan tersebut tidak hanya terekam dalam ingatan atau hafalan
akan tetapi agar dapat dinikmati oleh generasi-generasi
berikutnya.1
Ketika Nabi Muhammad masih hidup semua kesulitan dan
ketidakjelasan suatu makna ayat-ayat Al-Qur’an ditanyakan
langsung kepada nabi, dimana saat itu nabi merupakan mufassir
pertama. Setelah Nabi Muhammad meninggal muncullah
perbedaan penafsiran di antara para sahabat dalam memahami
maksud ayat-ayat Al-Qur’an. Perbedaan penafsiran ini berlanjut
sampai pada masa ta>bi‘i>n, ta >bi‘ ta>bi‘i>n hingga saat ini.2
Perbedaan penafsiran terhadap Al-Qur’an akan selalu ada
karena memang tidak ada pemahaman tunggal mengenai makna-
makna yang dikandung oleh Al-Qur’an sebagai teks yang selalu
terbuka untuk ditafsirkan, dan tidak ada yang tahu kepastian
makna seperti apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh Allah
1Nu>ruddi>n ‘Itr,‘Ulu>m Al-Qur’an (Damaskus: Mat}ba‘ah as}-S}abk,
1996),161. 2Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan,1999), 77-78
88
SWT. Hal ini diperkuat karena nabi sendiri tidak menafsirkan Al-
Qur’an secara keseluruhan,3 sehingga membuka pintu-pintu ijtihad
bagi para ulama untuk menafsirkan Al-Qur’an.
Hasil interpretasi setiap zaman tidak pernah mencapai
tingkat absolut melainkan hanya pada derajat relatif, karena
penafsiran tidak lahir dari budaya yang kosong. Bagaimanapun
penerimaan dan pemahaman manusia terhadap wahyu tertulis
berbeda dari waktu ke waktu tergantung pada tingkat nalar
masing-masing penafsir dan faktor eksternal yang turut
mempengaruhinya. Hal ini menjadi pembenaran bagi sebagian
pemikir bahwa penafsiran tidak pernah menemukan totalitasnya,
bahkan malah cenderung berbenturan antara satu penafsir dengan
lainnya. Sehingga dari sini muncul pluralitas penafsiran.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perbedaan
penafsiran diantaranya adalah: pertama, faktor internal yang
meliputi variasi bacaan atau qira’at terhadap ayat-ayat tertentu,
kondisi objektif teks dimana lafadz-lafadz dalam Al-Qur’an
memungkinkan untuk ditafsirkan secara beragam, karena Al-
Qur’an sendiri menggunakan bahasa Arab yang kaya akan makna
3Permasalahan tentang apakah nabi menafsirkan Al-Qur’an
keseluruhannya atau tidak masih menjadi perbedaan pendapat. Ada yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah menafsirkan Al-Qur’an
keseluruhannya kepada sahabat dengan dalil Q.S An-Nah}l ayat 44 yang artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. Ada yang mengatakan bahwa nabi tidak menafsirkan Al-Qur’an
keseluruhannya kecuali hanya sedikit saja. Perbedaan pendapat ini berdasarkan
beberapa dalil sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Abbas bahwa ayat Al-
Qur’an itu terdiri dari beberapa kategori yaitu: pertama, ayat-ayat Al-Qur’an
dimana hanya Allah yang mengetahuinya seperti terjadinya hari kiamat, hakikat
ruh dan yang berhubungan dengan hal-hal ghaib dimana nabi sendiri tidak
mengetahuinya, kedua ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa diketahui oleh ulama
seperti penjelasan tentang umum dan khusus, taud}i>h} dan mushkil, ketiga ayat-
ayat Al-Qur’an yang bisa dipahami orang Arab dengan bahasanya tanpa
membutuhkan penafsiran dari nabi. Jadi dari dalil-dalil di atas menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad belum menafsirkan Al-Qur’an secara keseluruhan. 4Nur Kholis Setiawan, Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Qur’an
(Jakarta: Prenada, 2008), xv
89
seperti beberapa kata yang mempunyai multi makna. Kedua
adalah faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar teks Al-
Qur’an seperti asba>b an-nuzu>l, latar belakang mufassir seperti
paham keagamaan, kondisi sosio-kultural, politik, ilmu yang
ditekuni mufassir dan lain sebagainya.5
Muhammad H{usain adh-Dhahabi mengatakan bahwa
nuansa penafsiran Al-Qur’an berkembang sesuai dengan latar
belakang keilmuan mufassir. Mufassir yang menekuni dan
mengkaji dalam bidang bahasa dan sastra akan melahirkan tafsir
dengan corak bahasa seperti Abu> H{ayya>n dengan karyanya al-Bah}r al-Muh}it}, begitu juga mereka yang menekuni ilmu logika dan
filsafat akan mengemukakan argumen-argumen tafsirnya dengan
logika dan filsafat seperti tafsir Mafa>ti>h al-Ghaib karya Fakhr ar-
Ra>zi. Begitu juga dengan mufassir yang mendalami fiqh, tasawuf
masing-masing akan menciptakan karya tafsir sesuai dengan
disiplin ilmu yang mereka kuasai.6
Farid Esack mengatakan bahwa para mufassir adalah
manusia biasa yang membawa muatan-muatan kondisi
kemanusiaan yang mereka alami. Maka tidak mengherankan
apabila muncul beragam penafsiran di setiap zaman.7
Penafsiran yang berbeda-beda ini juga tampak pada ayat di
bawah ini. (87: الحجر)ولقد آتيناك سبعا من المثاني والقرآن العظيم
Membahas tentang lafadz sab‘u al-matha>ni> para ulama dan
sarjana berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Pertama, disebut
al-matha>ni karena di dalam surat tersebut dijelaskan berulang-
ulang tentang al-‘ibr, al-ah}ka>m dan juga h}udu>d. Kedua, sab‘u al-matha>ni> merupakan sab‘u at}-t}iwa>l atau tujuh surat-surat panjang
yaitu surah Al-Baqarah, Ali Imra>n, An-Nisa>’, Al-Ma>idah, Al-
An‘a>m, Al-A‘ra>f, Al-Anfa>l dan At-Taubah. Hal ini berdasarkan
5Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005),7-8. 6Muhammad H{usain adh-Dhahabi, At-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:
Maktabah Wahbah, 1995), 158. 7Farid Esack, Qur’an Liberation and Pluralism (Oxford: One World,
1997), 50.
90
dalil Ibn Abbas yang mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni adalah sab‘u at}-t}iwa>l.8 Sebagian kelompok menolak riwayat ini dengan
alasan bahwa ayat tersebut turun di Mekah sedangkan surat-surat
terpanjang itu belum turun.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> adalah bagian-bagian Al-Qur’an yang terdiri dari perintah,
larangan, pemberitaan yang menggembirakan, peringatan,
perumpamaan, ta‘di>d ni‘am dan anba>’ quru>n.9
Mayoritas ulama memahami lafadz sab‘u al-matha>ni> dengan surat al-fatihah karena ia berjumlah tujuh ayat. Dari segi
bahasa السبعartinya tujuh dan المثانى merupakan bentuk plural dari
yang artinya mengulang, atau dari ثنى yang terambil dari kata مثنى
kata مثنىyang terambil dari kata اثنين yang secara harfiah artinya
dua. Yang dimaksud dua karena surah ini turun dua kali yaitu di
Mekah dan Madinah. Bila dipahami dalam arti berulang-ulang
karena ia dibaca berulang-ulang dalam shalat dan di luar shalat
atau karena kandungan pesan setiap ayat al-Fatihah terulang-ulang
dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lain.10
Sebagaimana riwayat yang
menyatakan bahwa Yazid menceritakan kepada Kami ibn Aliyyah
menceritakan kepada kami ia berkata: Yunus menceritakan kepada
kami dari Hasan tentang firman Allah wa laqad ataina>ka sab ‘an min al-matha>ni> ‚dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang‛ ia berkata maksudnya
adalah surah al-fatihah.11
Menurut Ibn jari>r ayat yang berbunyi walaqad a>taina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-Az}i>m mempunyai makna
‚Kami telah memberimu tujuh ayat yang sebagian ayatnya
mengulangi sebagian yang lain‛. Lafadz al-matha>ni merupakan
8Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an (Beirut:
Mu’assasah ar-Risa>lah, 2000), 876. 9Abu> Muja>hid al- ‘Abi>di> , ‚Waqafa>t Muhimmah ma ‘a Qaulihi ta ‘ala
walaqad a>taina>ka sab‘an min al-matha>ni wa Al-Qur’an al-Az}i>m‛ http://vb.tafsir.net
10Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, 162-163. 11
Ibn Jari>r at}-T{{abari, Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an ,885-886.
91
bentuk jamak dari ثناام Dalam Q.S Az-Zumar 39:23 Allah .المم
berfirman ‚Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
yaitu Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang.
Adapun firmannya wa Al-Qur’an al-Az}i>m ma‘t}uf dengan lafadz
sab‘an sehingga ayat ini mempunyai arti ‚Kami telah memberimu
tujuh ayat dari Al-Qur’an dan ayat-ayat lainnya dalam Al-Qur’an‛
sebagaimana dijelaskan dalam riwayat dari Mujahid tentang
firman Allah wa Al-Qur’an al-Az}i>m ia berkata maksudnya adalah
ayat-ayat lainnya dalam Al-Qur’an selain tujuh ayat dalam al-matha>ni>.12
Dalam menafsirkan ayat ini al-Biqa>‘i menghubungkan
dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan keagungan ilmu Allah,
maka ayat berikutnya menyebut anugerah Allah di dunia ini
kepada Nabi Muhammad yang berkaitan dengan sifat ilmu itu.
Allah berfirman: ‚ Dan sesungguhnya Kami telah anugerahkan
kepadamu wahai Nabi Muhammad tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang yaitu surah al-fatihah dan selain itu ada lagi ayat-
ayat Al-Qur’an yang agung.13
Ibn Juraid berkata: ‚Ayahku mengabari kami dari Sa‘i >d bin
Jubair ia berkata: ‚Ayahku bertanya kepada Ibn Abbas tentang
sab‘u al-matha>ni> lalu Ibn Abbas menjawab ‚Ummul Qur’an.‛
Sa‘i>d berkata, ‛Kemudian Ibn Abbas membacanya dari
bismillahirrah}ma>nirrah}i>m. Ayahku berkata,‚Sa‘i>d membacanya
sebagaimana Ibn Abbas membacanya. Ia membaca
bismillahirrah}ma>nirrah}i>m. Sa‘i >d berkata,‛ Aku bertanya kepada
Ibn Abbas apa maksud dari al-matha>ni>? Ia menjawab Ummul
Qur’an. Allah mengecualikannya untuk Muhammad SAW. Tidak
ada seorangpun sebelum Muhammad SAW yang diberi sab‘u al-matha>ni>. Ibn Juraij berkata: At}a’ berkata,‛ maksudnya adalah
surah al-fatihah yang jumlahnya tujuh ayat termasuk
bismillahirrah}ma>nirrah}i>m sedangkan al-matha>ni> adalah Al-
Qur’an.14
12
Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an, 904-906. 13
Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 162.
14 Ibn Jari>r at}-T{abari, Ja>mi ‘al-Baya>n‘an Ta’wi>l ay Al-Qur’an,893.
92
Penafsiran tentang sab‘u al-matha>ni> yang mempunyai arti
al-fatihah dibantah oleh ‘Adl dengan alasan bahwa jumlah ayat
dari al-fatihah bukan tujuh melainkan delapan jika basmalah
termasuk bagian dari surat al-fatihah.15
Menurut penulis yang dimaksud dengan lafadz sab‘u al-matha>ni> adalah al-fatihah karena jumlah ayatnya tujuh dan dia
dibaca berulang-ulang di dalam shalat. Menurut penulis kedudukan
basmalah sebagai bagian dari surat al-fatihah pada dasarnya tidak
merubah jumlah ayat surat al-fatihah tersebut yaitu tujuh ayat. Hal
ini bisa lebih dipahami melalui keterangan di bawah ini:
الرحمن الرحيم .(2)الحمد هلل رب العلمين. (1)بسم هللا الرحمن الرحيماهدنا الصراط . (5)إياك نعبد و إياك نستعين . (4)ملك يوم الدين.(3)
(.7)صراط اللذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم وال الضالين.(6)المستقيم ‘Adl tetap berpegah teguh terhadap pemikirannya yang
menyatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> bukanlah al-fatihah
melainkan perkalian antara tujuh dan dua sehingga berjumlah
empat belas. Empat belas ini merupakan jumlah dari huruf-huruf
muqat}t}}a‘ah yang menurutnya ia adalah lafadz dari Mesir Kuno.
Pemikiran ‘Adl tentang sab‘u al-matha>ni> adalah perkalian
antara 7 dan 2 senada dengan pemikiran Muhammad Shahrur.
Menurut Shahrur sab‘u al-matha>ni> merupakan tujuh ayat yang
masing-masing berkedudukan sebagai pembuka surat yaitu
حم,طسم,طه,يس,كهيعص,المص,الم sedangkan pembuka surat lainnya
merupakan bagian dari sebuah ayat yaitu ص,ق,ن,طس,الر,المر .
Huruf-huruf pembuka surat itu bila dikumpulkan berjumlah 11
yaitu ali>f, la>m, mi>m, s}a>d, ka>f, ha>, ya,‘ai>n, si>n, t}a>, h}a’ sedangkan
jumlah huruf muqat}t}a‘ah yang masuk bagian ayat lain berjumlah 3
yaitu qa>f, ra>’ dan nu>n jadi bila dijumlahkan semuanya berjumlah
14.16
Pemikiran ‘Adl dengan Shahrur dalam pembahasan sab‘u al-matha>ni> berujung pada kesimpulan yang sama meskipun cara
atau metode yang digunakan berbeda.
15
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t{a‘ah, 14.
16Muhammad Shahrur, Prinsip Dasar Hermeneutika Al-Qur’an
Kontemporeri (Yogyakarta:eLSAQ,2004), 124-125.
93
B. Huruf Muqat}t}a‘ah Sebagai Kosakata Mesir Kuno
Allah memulai firman-Nya dengan kalimat pembuka yang
biasa disebut dengan huruf-huruf muqat}t}a‘ah yang keluar dari
pakem firman-Nya yang lain di luar kebiasaan. Dikatakan keluar
dari pakem karena kalimat pembuka tersebut menyisakan misteri
atau tanda tanya besar khususnya bagi para mufassir. Kalimat
pembuka tersebut adalah ah}ruf al-muqat}t}‘ah. Jenis pembuka surat
di dalam Al-Qur’an seperti ini tidak ditemukan maknanya dalam
tradisi berbahasa masyarakat Arab.17
Menurut ‘Adl, Allah tidak mungkin Allah menciptakan
sesuatu sia-sia tanpa makna yang tidak bisa dipahami. Menurutnya
ketika suatu lafadz di dalam Al-Qur’an tidak ditemukan maknanya
di dalam bahasa Arab maka seyogyanya untuk mencari makna
pada bahasa lain baik pada bahasa klasik yaitu bahasa yang
digunakan sebelum diturunkannya Al-Qur’an maupun bahasa
modern atau kontemporer yaitu bahasa yang digunakan setelah Al-
Qur’an diturunkan.18
Pemikiran apabila Allah menciptakan sesuatu tanpa bisa
dipahami dan dimengerti maka akan sia-sia ini pernah muncul
ketika Imam ar-Ra>zi berdebat dengan kaum mutakallimun.
Menurut pendapat mutakallimun di dalam Al-Qur’an tidak boleh
ada hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, karena Allah
SWT telah memerintahkan supaya merenungkan isi ajaran-Nya
dan mengeluarkan hukum-hukum dari dalamnya. Ar-Ra>zi
membantah pendapat mutakallimun ini dengan alasan bahwa
sebagaimana dalam beribadah tidak semuanya apa yang
diperintahkan oleh Allah bisa dipahami oleh manusia. Seperti
perintah shalat lima waktu dengan jumlah rakaat yang berbeda-
17
M.Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf Muqat{t}a‘ah dalam Al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2009), 105
18Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqatt}}a‘ah, 23.
94
beda. Semua itu dimaksudkan untuk menguji ketaatan dan
kepatuhan manusia terhadap perintah Allah.19
Sejak dahulu hingga kini ulama-ulama Al-Qur’an berbeda
pendapat dalam membahas huruf muqat}t}a‘ah. Allahu a‘lam hanya
Allah yang mengetahui itulah jawaban yang dikemukakan oleh
mayoritas ulama abad pertama hingga abad ke tiga.20
Karena
kehati-hatiannya, mereka tidak berani memberi penafsiran dan
tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna
huruf-huruf muqat}t}a‘ah. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah
yang mengetahui maknanya.21
Di dalam mushaf huruf-huruf muqat}t}a‘ah diulang dengan
jumlah yang berbeda-beda yaitu:
Jumlah Pengulangan huruf muqat}t}a‘ah
diulang 6x الم diulang 1x طه diulang 6x حم
diulang 1x المص diulang 1x يس diulang 1x ص
diulang 5x الر diulang 1x طس diulang 1x ق
diulang 1x المر diulang 2x طسم diulang 1x ن
عسق.حم diulang 1x كهيعص diulang
1x
Kajian tentang huruf muqatt}}a‘ah telah dikembangkan oleh
para ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsari kemudian Baid}a>wi
dan juga Ibn Taimiyyah. Para ulama salaf menempatkan huruf-
huruf muqat}t}a‘ah dalam golongan ayat-ayat mutasyabih. Huruf-
huruf tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa
melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan
yang seperti Al-Qur’an.22
19
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 201. 20
Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2000), 83.
21H.A Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam
(Yogyakarta: Mizan, 1993), 27. 22
Hasbi as-Sidqi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Jakarta:Bulan Bintang, 1988),
127.
95
Secara umum terdapat dua pandangan utama di kalangan
sarjana dalam melihat keberadaan huruf muqat}t} }a‘ah di dalam Al-
Qur’an. Pertama, pandangan yang menganggap huruf-huruf
tersebut sebenarnya bukanlah bagian dari wahyu melainkan
sesuatu yang diputuskan oleh para penyusun mushaf untuk
dimasukkan sebagai bagian dari Al-Qur’an pada masa kodifikasi
mushaf resmi. Kedua pandangan yang menganggap huruf
muqat{t}a‘ah sebagai bagian integral dari wahyu sebagaimana
dipegangi oleh mayoritas sarjana muslim dan juga non-muslim
sejak masa permulaan islam.23
Secara garis besar upaya untuk menyingkap rahasia di balik
makna huruf muqat}t}a‘ah dan penafsiran yang berkembang di
kalangan sarjana muslim awal terbagi menjadi tiga kelompok
yaitu: pertama, pendapat yang menempatkan huruf muqatt}{a‘ah
sebagai ayat-ayat mutasyabih yang maknanya hanya diketahui
oleh Allah. Dalam kitab al-Itqa>n fi> ‘Ulu >m Al-Qur’an Suyu>t}i>
memaparkan berbagai pandangan dan pendapat mengenai makna
huruf muqat}t}}a‘ah. Ia menyimpulkan bahwa huruf-huruf
muqat}t}a‘ah makna hakikinya hanya Allah yang mengetahui.24
Merujuk pendapat ‘Abd al-H{ali>m Nu>ruddi>n ketua jurusan
Arkeologi di Universitas Kairo yang dikutip oleh Subh}i> Muja>hid
mengatakan bahwa penafsiran merupakan wilayah ijtihad
meskipun itu termasuk wilayah ijtihad namun di dalamnya ada
rahasia Allah salah satunya rahasia tentang huruf muqatt}a‘ah
maka dari itu beberapa mufassir mengatakan bahwa huruf
muqatt}}a‘ah merupakan i‘ja>z Al-Qur’an.25
Kedua, penafsiran yang menempatkan huruf-huruf
muqat}t}a‘ah sebagai singkatan-singkatan dari kata-kata atau
kalimat tertentu. Sebagaimana Ibn Abbas mengaitkan huruf-huruf
tersebut dengan nama dan sifat Allah. Setiap huruf merujuk pada
23
Montgomerry Watt, Bell’s Introduction to the Qur’an (Edinburgh
University Press, 1970), 61-65. 24
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Lihat juga
Qurtubi, al-Ja>mi ‘ li ah}ka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Hadi>th,2007), 155-156. 25
Subh}i> Muja>hid,‛ Al-Azhar lam Nuwa>fiq ‘Ala> Kita>b li Tafsi>r Al-
Qur’an Al-Kari>m bi al-Hi>ru>glifiyah‛ www.onislam.net
96
sebuah nama atau sifatnya sebagai singkatan (dala>lah al-juz ala al-kulli) dalam konteks seperti ini sebuah huruf dapat menunjuk
pada lebih dari satu nama atau sifat misalnya:26
No Huruf
Muqatt}a‘ah
Arti
,Ar-Rah}ma>n, Ana Alla>h A ‘lam الم 1
Alla>h lat}i>f Maji>d
<Ar-Rah}ma>n, Ana Alla>h Ara الر 2
-Alla>h ar-Rah}ma>n as}-S{amad, al المص 3
Mus}awwir, Ana Alla>h Afd}a>l, Ana
Alla>h al-S{a>diq, Alam Nashrah}
Laka S{adrak
<Ana Alla>h Ara المر 4
,Ka>fin, Ha>din amin, ‘azi>z S{adiq كهيعص 5
Kari>m Ha>din H{aki>m ‘Ali>m S{a>diq,
al-Ma>lik Allah al-‘Azi>z al-
Mus{awwir, al-Ka>fi al-Ha>di al-
‘A>lim al-S{a>diq, Ka>fin Ha>din Ami>n
‘Ali>m S{a>diq atau Ana al-Kabi>r al-
H>a>di ‘Aliyyun Ami>n S{a>diq
Dhu> at}-T{u>l طه 6
Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s ar-Rah}ma>n طسم 7
Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s طس 8
Ya> Sayyid al-Mursali>n يس 9
S{adaqallah. Uqsimu bi as}-S{amad ص 10
as-S{a>ni‘ as}-S{a>diq, S{adi ya>
Muh}ammad ‘Amalaka bi Al-
Qur’an atau S{a>di Muh}ammad
Qulu>b al- ‘iba>d
Ar-Rah}ma>n, ar-Rah}i>m حم 11
,Ar-Rah}ma>n, al-‘A<li>m, al-Quddu>s حم عسق 12
al-Qa>hir
26
Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’an al-‘Az}i>m (Riyad}: Da>r at-Taibah, 2007)
jiliod 1 lihat juga Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an
(Tangerang: PT Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2013), 242-243.
97
Qa>dir, Qa>hir, Qad}i al-Amr, Uqsim ق 13
bi Quwwatin Qalbi Muh}ammad
ar-Rah}ma>n, Nu>r, Nas}i>r, al-H{u>t ن 14
Menurut pendapat dari mufassir kalangan tasawuf huruf
muqat}t}a‘ah adalah huruf-huruf yang terpotong-potong, masing-
masing diambil dari nama Allah atau yang tiap-tiap hurufnya
merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan
yang sesudahnya atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang
dikandung oleh surah, yang surah itu dimulai dengan huruf
muqat}t}a‘ah itu. Seperti alif la>m mi>m Ibn Abbas mentakwilkan
anallahu Ara. Selain itu ada juga yang mentakwilkan tiga huruf t}a
si>n mi>m dengan tursina wa Musa karena dua surah yang masing-
masing diawali dengan tiga huruf tersebut mencerirakan kisah
Nabi Musa di bukit Tursina.27
Theodore Noldeke adalah salah satu sarjana barat yang
turut berperan dalam memberikan makna huruf muqat}t}}a‘ah yaitu
dengan cara mengembangkan gagasan kaum muslim klasik
tentangnya sebagai singkatan. Selain berkontribusi dalam
memberikan makna huruf muqat}t}a‘ah ia mengatakan bahwa huruf-
huruf tersebut bukanlah bagian dari wahyu Ilahi. Menurut Noldeke
sangat aneh apabila huruf-huruf muqat}t}}a‘ah yang sulit dipahami
maknanya itu hanya di letakkan di dalam surah-surah tertentu.
Huruf-huruf muqat}t}a‘ah menurutnya lebih mencerminkan inisial
pemilik naskah Al-Qur’an yang digunakan Zaid ibn Tsabit ketika
pertama kali mengumpulkan Al-Qur’an pada masa kekhalifahan
Abu Bakar. Noldeke mengemukakan sejumlah alternatif tentang
kepanjangan huruf-huruf itu sebagai nama pemilik naskah. Seperti
المر ,menurutnya mungkin merupakan inisial dari al-Zubayr الرinisial dari al-Mughirah, طه inisial dari T{alh}ah atau T{alh}ah{ ibn
‘Ubaydillah.28
Menurut Taufik Adnan Amal kemungkinan untuk
mengajukan nama-nama alternatif lain sebagai kepanjangan yang
ditunjuk oleh huruf-huruf itu membuat gagasan Noldeke menjadi
27
Abu Anwar, Ulum Al-Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Amzah,
2005), 45. 28
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 282.
98
absurd. Demikian juga sulit membayangkan bahwa Zaid bin
Tha>bit hanya bergantung pada satu sumber untuk mengumpulkan
surat-surat panjang yang diawali dengan huruf muqatt}}a‘ah,
sementara untuk surat-surat yang tidak diawali dengan huruf-huruf
tersebut yang jauh lebih banyak dari segi kuantitasnya tidak
terdapat kejelasan dari mana Zaid mengumpulkannya. Lebih jauh
gagasan ini dengan bertentangan dengan dogma kaum muslimin
yang paling mendasar bahwa fawatih merupakan bagian dari
wahyu Ilahi.29
Hirschfeld berupaya mempertahankan dan
mengembangkan asumsi-asumsi Noldeke tentang huruf-huruf itu
sebagi inisial nama pemilik Mushaf. Ia juga sepakat dengan
Noldeke dalam memandang bahwa huruf-huruf tersebut bukan
berasal dari nabi. Ia memberikan inisial nama pemilik mushaf
sebagai berikut: ال kata sandang tertentu, م inisial untuk Mughirah, ط ,Utsman ن ,Abu Hurairah ه ,Abu Bakar ك ,Zubair ر ,H{afs}ah ص
T}alhah, س Sa‘d ibn Abi> Waqas}, ح Hudzaifah, ع Umar atau ali atau
Ibn Abbas atau Aisyah, ق Qasim ibn Rabi’ah.30
Ketiga, pendapat yang tidak menganggap huruf muqat }t}a‘ah
sebagai singkatan tetapi menawarkan penafsiran yang lain seperti:
a). Huruf-huruf tersebut merupakan nama surat.31
Interpretasi bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah merupakan
nama surah didukung oleh beberapa dalil diantaranya adalah: 32
اخرجه الترميذى عن أنس رضى هللا عنه عن النبى صلى هللا عليه و سلم و قلب القرآن يس
أخرج ه الترميذى من قراء آية الكرسي و حم المؤمن عصم ذلك اليوم من كل سوء
Menurut ‘Adl interpretasi terhadap huruf-huruf muqat{t}a‘ah
yang memberikan makna bahwa huruf-huruf tersebut adalah nama
surah sangat rancu. Nama digunakan untuk membedakan antara
sesuatu yang dinamai atau musamma dengan musamma yang
29
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 282. 30
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 282-283. 31
Nu>ruddi>n ‘Itr, ‘Ulu>m Al-Qur’an, 155-156. 32
Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi> ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al-
Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998),159
99
lainnya agar tidak sulit untuk membedakannya. Sangat sulit
diterima apabila sesuatu yang berbeda mempunyai nama yang
sama. Sehingga sulit diterima jika memberi nama surah Al-
Baqarah dengan sebutan surah alif la>m mi>m karena surah yang
diawali dengan alif la>m mi>m tidak hanya surah Al-Baqarah saja
melainkan Ali Imra>n, Al-‘Ankabu>t, Ar-Ru>m, Luqma>n, dan As-
Sajadah. Kalau huruf-huruf muqat}t}}a‘ah itu merupakan nama surat
maka sangat sulit untuk membedakan surat mana yang dimaksud
ketika hanya menyebut surat alif la>m mi>m . Dalam penafsiran
seperti ini Abu> Zaid juga mengatakan bahwa legalitas interpretasi
ini tidak didukung oleh banyaknya surat yang diawali oleh huruf-
huruf muqat}t}a‘ah. Berdasarkan alasan ini menurut ‘Adl huruf-
huruf muqatt}}a‘ah bukanlah nama dari surah.33
Menurut ar-Ra>zi kesamaan nama banyak terjadi hal ini bisa
saja terjadi dalam memberikan nama surah Al-Qur’an. Kesamaan
nama pada alif la>m mi>m misalnya dapat dibedakan dengan cara
menyebut Alif la>m Mi>m Dhalika al-Kita>b la> Raiba fi>h pada surah
Al-Baqarah dan menyebut Alif La>>m Mi>m Allahu La> Ila>ha Illa Huwa al-H{ayyu al-Qayyu>m pada surah Ali Imra>n.
34
Menurut Muh}yiddin Darwi>sh dalam bukunya I’ra>b Al-Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuhu huruf yang berada di awal surah
tersebut merupakan nama surah, namun hikmah dan ma>hiyah nya
para ulama masih berbeda pendapat sehingga Darwish sendiri juga
kesulitan dalam menentukan pengertian ini. Ia menjadikan
pendapat-pendapat para ulama menjadi dua bagian. Pertama,
huruf-huruf tersebut merupakan bagian dari mutasyabih dimana
maknanya dikembalikan kepada Allah. Kedua, huruf-huruf
tersebut seperti kalimat-kalimat yang lainnya yang ada dalam Al-
Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan
mukjizat karena tidak ada yang bisa menandinginya meskipun
33
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqatt}a‘ah, 16-17. Lihat juga Nas}r H{a>mid
Abu> Zaid, Mafhum an-Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 240. 34
Fakhr ar-Ra>zi, Mafa>ti>h} al-Ghaib (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah,
2000), 23.
100
kata-katanya dirangkai dari huruf-huruf yang biasa digunakan oleh
orang Arab.35
Konsep kemukjizatan memiliki keterkaitan erat dengan Al-
Qur’an. Konsep ini dalam Al-Qur’an dibarengkan dengan masalah
tantangan tah}addi> dan sanggahan al-mu‘a>rad}ah. Karakteristik
bahasa Arab serta sejauhmana kemampuan karakteristik bahasa
Arab itu sendiri ditundukkan dalam dua konteks yaitu sebagai
bahasa ilahi samawi dan bahasa manusia yang membumi. Oleh
karena itu konsep kemukjizatan harus diletakkan dalam tiga
kerangka sekaligus yaitu: kerangka agama, kerangka bahasa dan
kerangka historis.36
Jika dinisbatkan kepada nabi kemukjizatan merupakan
sebuah bukti yang dimunculkan untuk menundukkan musuh-
musuhnya. Jika dinisbatkan kepada agama kemukjizatan
merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan risalah ketuhanan.
Sebagai bukti atau hujjah kemukjizatan harus berada dalam
tingkatan yang dapat dijangkau oleh semua orang. Karena jika
tidak dapat dijangkau oleh semua orang maka fungsi dan
manfaatnya menjadi terhambat. Sebagai sarana penyampai risalah
ketuhanan kemukjizatan harus mengungguli kemampuan semua
orang. Sedangkan sebagai sesuatu yang berada dalam ruang dan
waktu kemukjizatan harus memiliki pengaruh sebanding dengan
misi risalah yang disampaikan.37
Menurut Zaki> Muba>rak dalam bukunya an-Nathr wa al-Fani> huruf-huruf muqat}t}a‘ah tidak ditemukan baik di dalam teks
sastra jahili maupun sastra islami, huruf-huruf tersebut hanya
ditemukan di dalam Al-Qur’an. Blanchot guru dari Zaki Mubarak
mengemukakan takwil baru tentang huruf-huruf muqat}t}a‘ah,
menurut pemikiranya huruf-huruf seperti alif la>m mi>m, alif la>m ra>
merupakan huruf AOI yang ditemukan juga di negara-negara lain
35
Muh}yiddi>n Darwi>sh, I‘ra>b Al-Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuh (Damaskus: Da>r Ibn Kathi>r dan Da>r Yama>mah, 2011), 36-37
36Muhammad Tahrish, An-Naqd wa al-I’ja>z (Damaskus: Manshu>ra>t
Ittih}a>d al-Kita>b al-Arab,2004), 17 37
M. Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf Muqat}a ‘ah dalam Al-Qur’an (UIN Malang Press, 2009).58-59.
101
dengan sebutan Chan son Degeste yang merupakan isyarat baya>na>t
musik ia adalah simbol suara. Dengan begitu dapat disimpulkan
bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah seperti ali>f la>m mi>m dan
sebagainya merupakan isyarat suara dalam tartil Al-Qur’an.38
b). Sebagai medium untuk menarik perhatian manusia agar
menyimak Al-Qur’an.
c). Huruf-huruf tersebut adalah semata-mata huruf Arab.
Huruf-huruf tersebut menunjukkan bahwa wahyu Ilahi
diturunkan dalam bahasa yang diakrabi masyarakat nabi yaitu
bahasa Arab. Keempat belas huruf yang ada di dua puluh sembilan
surah itu dihitung secara tidak berulang terpilih secara seksama
dan mewakili separuh alfabet Arab, dari segi artikulasinya
mencakup keseluruhan sistem alphabet atau lebih ringkasnya
sebagai isyarat bahwa Al-Qur’an tersusun dari alfabet yang
diketahui oleh orang Arab.39
‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’ mengatakan bahwa surat-
surat yang diawali dengan huruf-huruf muqat}t}a‘ah menjelaskan
tentang kehujahan Al-Qur’an bahwa ia berasal dari Allah. Surat-
surat tersebut diturunkan pada saat orang musrik mengklaim
bahwa Al-Qur’an bukanlah kalam Allah tetapi ia adalah ucapan
tukang dukun, penyair, tukang sihir. Keberadaan huruf muqat}t}a‘ah
membuktikan bahwa sesungguhnya Al-Qur’an yang kalian tidak
mampu menandinginya itu berasal dari jenis huruf yang sudah
dikenal.40
Sayyid Qut}b menulis perihal kemukjizatan Al-Qur’an
serupa dengan perihal ciptaan Allah yaitu penciptaan manusia.
Hasil ciptaan Allah dan hasil ciptaan manusia tentu sangat
berbeda. Betatapapun teliti dan canggihnya manusia tidak
mungkin akan menghasilkan sesuatu yang serupa dengan ciptaan
Allah. Misalnya Allah menjadikan dari butir-butir tanah itu
manusia yang mempunyai kehidupan, kehidupan yang penuh
38
Zaki> Muba>rak, An-Nathr wa al-Fani> fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ (Kairo:
Mu’assasa>t Hinda>wi, 2013), 43-44. 39
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 80 40
‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’, Al-I’ja>z al-Baya>ni li Al-Qur’an wa Masa>’il ibn al-Azra>q (Kairo: Da>r al-Ma‘arif,1999),179-180.
102
denyut serta mengandung rahasia Tuhan tentang hidup. Berbeda
dengan penciptaan manusia dari bahan butiran tanah hanya bisa
menciptakan sesuatu yang tidak bernyawa seperti batu bata dan
peralatan lainnya. Demikian juga huruf-huruf yang dikenal
manusia darinya manusia bisa menciptakan kalimat-kalimat prosa
atau puisi. Dari huruf-huruf yang sama Allah menjadikan Al-
Qur’an dan al-Furqa>n yang menjadi pemisah antara kebenaran dan
kebathilan. Perbedaan antara hasil karya manusia dan apa yang
datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama
dengan perbedaan antara satu jasad tanpa ruh atau satu patung
manusia dengan seorang manusia yang hidup yang menarik yang
mengehembuskan nafas.41
Ash-Sha‘bi menyatakan‛ Huruf awalan itu adalah rahasia
Al-Qur’an.42
Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Ab Thalib
‛Inna li kulli kitab s}afwatun wa s}afwah hadha al-kitab huru>f tahaji‛ sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati
Al-Qur’an ini adalah huruf-huruf hijaiyah. Abu Bakr shidiq juga
berkata ‚ Fi> kulli kita>b sirrun wa siruhu fi Al-Qur’an awa>il suwar‛
di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasia dalam Al-Qur’an ialah
pemulaan-permulaan surah.43
Fawatih} suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab
bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf
yang mereka kenal. Hal Ini merupakan teguran keras bagi mereka
dan sekaligus membuktikan ketidakmampuan mereka membuat
semisal Al-Qur’an.44
Ada yang menganggap huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu sebagai
kenyataan yang tidak memiliki makna dalam dirinya sendiri,
melainkan sebagai bagian dari sistem bahasa yang menjadi
41
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,84
42Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al-Itqan fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 24
43Muhammad Sayyid T{ant}awi>, At-Tafsi>r al-Wasi>t} li Al-Qur’an al-
Kari>m (Kairo: Da>r al-Sa‘a>dah), 38-39 44
Subh}i> S}a>lih}, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 304. Lihat juga Suyut}i,
al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 20, Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 83.
103
sandaran teks. Keberadaanya yang terpencar-pencar di dalam teks
memiliki makna umum yaitu penegasan bahwa Al-Qur’an
merupakan mukjizat yang tersusun dari huruf-huruf yang sama
dengan huruf yang yang mereka (bangsa Arab) pergunakan dalam
menyusun teks-teks mereka, namun tingkatan teks-teks mereka
tidak mampu menyaingi tingkatan Al-Qur’an. Menurut al-
Baqillani hal ini merupakan salah satu bentuk i’ja>z Al-Qur’an.
Huruf-huruf yang membentuk kalam (ungkapan) Arab berjumlah
29 huruf. Surat yang dimulai dengan huruf-huruf tersebut
berjumlah 29 surat dan jumlah huruf yang disebutkan pada
permulaan surah ada setengahnya yaitu 14 huruf. Apa yang
disebutkan ini dimaksudkan untuk mewakili huruf yang lainnya
selain itu hal ini bertujuan agar mereka mengetahui bahwa Al-
Qur’an ini disusun dari huruf-huruf yang mereka pergunakan
dalam sehari-hari.45
Perhatian terhadap huruf-huruf muqat{t{a‘ah dapat
bertambah setelah mengetahui ada yang berpendapat bahwa hal
itu adalah sumpah. Dalam hal ini seolah-olah Allah bersumpah
dengan huruf-huruf ini untuk mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
firmannya. Atau seperti yang dikatakan Subhi S{a>lih bahwa awalan
surat tersebut adalah sumpah. Allah bersumpah dengan zat-Nya
sendiri karena awalan pada surat-surat itu mengisyaratkan salah
satu di antara nama-nama-Nya. Setiap surat yang dimulai dengan
huruf-huruf muqat{t{a‘ah itu harus menjelaskan tentang pembelaan
terhadap Al-Qur’an serta penjelasan tentang kemukjizatan dan
kemuliaan. Menurut Hasan Mansur Nasution dari jumlah 29 surat
yang diawali huruf muqat}t}a‘ah ada 6 surat yang mengandung
unsur sumpah yaitu pada Q.S Ya> si>n, Q.S Al-Qalam, Q.S Az-
Zukhruf , Q.S Ad-Dukha>n, Q.S S}a>d, Q.S Qa>f.46
Huruf muqat}t{a‘ah di awal surah merupakan i‘ja>z Al-
Qur’an. Penggunaan huruf muqat}t}}aah bertujuan untuk memberi
45
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an-Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an,
238. Jumlah huruf tersebut menurut al-Baqillani 29 dengan anggapan bahwa
lam alif merupakan huruf tersendiri.Jika kita mengaggapnya sebagai huruf yang
terdiri dari dua huruf lam dan alif maka huruf tersebut berjumlah 28. 46
Subh}i> S}a>lih}, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 304.
104
tanbih atau peringatan bahwa Al-Qur’an beserta lafadz-lafadznya
dan juga ayat-ayatnya berasal dari huruf-huruf yang menjadikan
ucapanya bali>gh dan fasi>h, dimana mereka} pernah menantangnya
untuk membuat yang serupa. Kebanyakan setelah penyebutan
huruf muqat}t}a‘ah penyebutan kata kita>b atau Al-Qur’an.47
Menurut Rasyad Khalifah huruf-huruf muqat}t}a‘ah
merupakan isyarat tentang huruf-huruf yang paling banyak
digunakan dalam surah-surahnya. Dalam surah Al-Baqarah huruf
terbanyak adalah ali>f kemudian la>m kemudian mi>m. Demikian
juga pada surah-surah yang lain masing-masing sesuai dengan
huruf-huruf yang disebut pada awal surah kecuali surah yasi>n.
Pada surah ya>si>n kedua huruf yang berada di awal surah tersebut
merupakan huruf yang paling sedikit digunakan. Ini karena huruf
ya’ dalam susunan alfabet Arab berada sesudah huruf si>n sehingga
kedua huruf itu tidak mengisyaratkan huruf yang terbanyak tetapi
yang paling sedikit.48
Menurut Zarkashi pembuka surat dengan huruf-huruf
muqat}t}a‘ah menunjukkan kekhususannya. Huruf ali>f la>m mi>m
tidak bisa menggantikan posisi alif la>m ra> begitu juga h}a mi>m
tidak bisa menggantikan posisi t}a si>n. Hal ini karena setiap surah
yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut menunjukkan bahwa
kalimat-kalimat dalam surat tersebut banyak menggunakan huruf
tersebut. Apabila di dalam posisi huruf qa>f digantikan dengan
huruf lain maka tidak ada kesesuaian atau tana>sub dalam surah
tersebut. Dalam Q.S Qa>f dibuka dengan huruf muqat}t}a‘ah qa>f dikarenakan banyak lafadz-lafadz yang menggunakan huruf qa>f seperti Al-Qur’an, al-Khalq. Surah S}a>d banyak menggunakan
lafadz khus}u>ma>t dimana dalam surah ini dijelaskan berbagai
khusuma>t atau pertengkaran seperti khusumah antara orang-orang
47
Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Amzah,
2005), 30. 48
Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ,84.
105
kafir dengan nabi, ikhtis}am al-khas}maini Dawud, takha>s}um ahl an-
Na>r, takha>sum iblis tentang Adam.49
Huruf-huruf yang berjumlah 14 dalam permulaan berbagai
surah yang dari segi hitungan berjumlah separuh dari jumlah huruf
hijaiyah merepresentasikan seluruh fenomena bunyi yang ada
dalam bahasa yaitu bunyi hams, jahr, shiddah, rakhawah, infitah}, ithbaq, selain itu juga representasi dari pembagian huruf dari segi
makhrajnya menjadi huruf faringal dan non faringal. Ini berarti
bahwa pemilihan huruf-huruf tersebut untuk mengawali berbagai
surah tidak bersifat kebetulan tetapi pilihan yang bermakna bahwa
huruf-huruf itu representasi dari fenomena-fenomena bunyi yang
ada dalam bahasa.50
Menurut ‘Adl huruf-huruf muqat}t}a‘ah bukanlah huruf
hijaiyah karena jumlah dari huruf hijaiyah adalah 28 atau 29,
sedangkan huruf yang dipakai pada awalan surah tersebut hanya
14. Apabila huruf–huruf muqat}t}a‘ah tersebut adalah huruf hijaiyah
maka cara membacanya harus sesuai dengan aturan bacaan huruf
hijaiyah. Seperti ketika membaca يس apabila itu huruf seharusnya
cara membacanya adalah ياء سين bukan يا سين (baca: ya> si>n dengan
menghilangkan hamzah), pada huruf muqat}t}a‘ah طه apabila itu
huruf maka seharusnya cara membacanya adalah طاء هاء. Hal ini
dijadikan ‘Adl sebagai dalil bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah
bukanlah huruf-huruf hijaiyah melainkan sebuah kata atau kalimat
dalam bahasa Mesir Kuno.51
Mufassir kalangan Syiah berpendapat bahwa jika huruf-
huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangan-ulanganya
maka akan mempunyai arti صراط على حق: jalan Ali adalah benar.
Pentakwilan tersebut kemudian dijawab oleh ahlu sunnah,
menurutnya kumpulan huruf muqat}t}a‘ah itu bila dirangkai
49
Nu>ruddin ‘Itr. Ulu>m Al-Qur’an al-Kari>m (Damaskus: Mat}ba‘ah al-
S{aba>h}, 1996).155-160 50
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, 21 51
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah,16
106
menjadi benarlah jalanmu bersama kaum ahl‚صح طريقك بالسنة
sunnah‛.52
Penafsiran terhadap huruf-huruf muqat{t{a‘ah yang terdapat
pada pembukaan beberapa surat Al-Qur’an sangat bervariasi
namun pada umumnya ia merupakan penjelasan untuk
menghilangkan keraguan terhadap Al-Qur’an dan mendorong
orang untuk dapat mengkaji Al-Qur’an lebih dalam lagi.
d). Sebagai pemisah fawasil antar surah.53
e).Sebagai tanda mistis dengan makna simbolik atau
apokaliptik yang didasarkan pada nilai-nilai numerik alphabet
Semitik Utara. Angka-angka ini menurut sebagian mufassir
menunjukkan usia umat nabi seperti:
71 = 40 + 30 +1: الم 131 = 60 + 40 + 30 +1 : المص 231 = 200 + 30 + 1 : الر .271 = 200 + 40 + 30 + 1 : المر
Ali Nashuh at}-T}a>hir54
mengelaborasi kembali gagasan
klasik tentang fawa>tih} al-Suwar sebagai simbol numerik.
Menurutnya nilai-nilai numerik dari huruf-huruf tersebut
mencerminkan jumlah ayat dalam surat atau kelompok surat dalam
bentuk orisinalnya, dalam kebanyakan kasus berasal dari periode
Mekkah. Contohnya surat ke 7 yaitu surat al-A‘ra>f yang diawali
dengan huruf-huruf a-l-m-s (1+30+40+90=161), menurut at}-T{a>hir
pada mulanya hanya terdiri dari 161 ayat pertama. Tetapi dalam
52
Adonis, an-Nas} Al-Qur’an wa A>fa>q al-Kita>bah (Beirut: Da>r al-Adab,
1993),52. 53
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an,244. 54
Ali> Na>s}u>h} T{a>hir adalah seorang penyair Palestina lahir di Jaffa pada
tahun 1906 . Pada tahun 1931 ia dan saudara-saudaranya ke Mesir dan menjadi
warga negara Mesir. Pada tahun 1946 dideportasi ke Yordania disana ia
menjabat sebagai menteri pertanian selama 3 periode dan jabatan wakil perdana
menteri untuk rekonstruksi kemudian ditunjuk sebagai duta besar untuk
kerajaan Yordania ke Iran dan Afghanistan. Pada tahun 1967 ia menyelesaikan
masa tugasnya. Setelah masa tugasnya selesai ia aktif dalam menulis buku
diantaranya menulis tentang huruf-huruf muqat}t}a‘ah dalam awalan surat. Ali
Nas}u>h} T{a>hir meninggal pada tahun 1982. ‚Shubha>t H}aula Bina>’ Al-Qur’an‛.
efiles.mediu.edu
107
kasus–kasus lainnya ia harus menggabungkan berbagai kelompok
surat untuk memperoleh jumlah ayat yang dibutuhkan bagi satu
surat. Jadi dengan menambahkan 111 ayat yang terdapat dalam 12
surat kepada 120 ayat Makiyyah dari 11 surat ia memperoleh 231
ayat yang disimpulkannya sebagai nilai huruf-huruf a-l-r
(1+30+200=231) pada permulaan kedua surat tersebut.55
Penafsiran terhadap huruf-huruf muqat}t}a‘ah dan usaha
untuk menguak misterinya dimulai dari perdebatan orang-orang
Yahudi terhadap Nabi Muhammad mengenai Islam dan Al-
Qur’an. Orang-orang Yahudi berusaha menafsirkan huruf-huruf
muqat}t{a‘ah tersebut berdasarkan penafsiran atas angka-angka.
Mereka mempunyai anggapan bahwa angka-angka itu akan dapat
menyingkapkan berapa lama dominasi dan hegemoni Islam secara
politis.56
55
Taufik, Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 246. Lihat
juga‚Shubha>t H}aula Bina>’ Al-Qur’an‛. efiles.mediu.edu. Ali> Nasu>h} T{a>hir
Dira>sah ‘Ilmiyah: Awa>il al-Suwar fi> Al-Qur’an al-Kari>m. 56
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an-Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an
,236. Ibn Ish}aq meriwayatkan dari Ibn Abbas: Abu Yasir Akhtab pernah
melewati rasulullah yang sedang membaca pembukaan surah al-Baqarah: alif la>m mi>m dha>lika al-kita>bu la> raiba fi>h, kemudian ia mendatangi saudaranya
Hayy bin Akhtab yang sedang berkumpul bersama orang-orang Yahudi lainnya.
Ia berkata ketahuilah demi Allah aku telah mendengar Muhammad membaca
sebagian dari wahyu yang diturunkan kepadanya alif la>m mi>m dzalika al-kita>bu
la>rayba fi>>hi. Mereka bertanya ‚apakah kamu telah mendengarnya? Ia menjawab
‚ya‛ kemudian Hayy bin Akhtab berjalan bersama dengan orang-orang Yahudi
tersebut menuju Rasulullah, mereka berkata kepada Muhammad :‛hai
Muhammad bukankah engkau telah menyebutkan kepada kami bahwa engkau
membacakan sebagian dari yang diturunkan padamu, alif la>m mi>m d}a>lika al-
kita>bu la> rayba fi>hi?rasulullah saw menjawab :‛ya benar, mereka berkata
apakah itu yang dibawa oleh Jibril dari Allah untukmu?beliau menjawab ya,
mereka berkata Allah telah menurunkan sebelum kamu beberapa nabi. apa yang
kami ketahui, menjelaskan berapa lama kekuasaan seorang nabi dan rizki yang
dimakan umatnya, namun terhadapmu kami tidak mengetahui. Kemudian Hayy
bin akhtab berkata seraya menghadap orang-orang yang bersamanya: alif
(bernilai)satu, la>m tiga puluh dan mi>m empat puluh ini berarti tujuh puluh satu
tahun. Maka apakah kalian akan memasuki sebuah agama yang masa
kekuasaanya dan rizki umatnya hanya berlangsung dalam 71tahun?kemudian ia
menghadap Rasulullah dan berkata: Hai Muhammad apakah ada yang
108
Interpretasi seperti ini dijadikan pegangan sebagian ulama
salaf dalam menyingkap masa keberlangsungan dunia atau alam.
Diantara mereka adalah as-Suhaili seperti yang dikatakan oleh Ibn
Khaldu>n: dan dialah (as-Suhaili) orang yang menjumlahkan huruf-
huruf muqat}t}a‘ah di permulaan surah setelah huruf-huruf yang
diulang-ulang dibuang (dihitung satu). Ia mengatakan jumlahnya
14 huruf kemudian ia menjumlahkannya maka hasilnya 703.
Jumlah ini ditambah dengan jumlah seribu tahun terakhir sebelum
nabi diutus, jumlah ini merupakan usia agama.57
Ibn Khaldu>n menolak interpretasi huruf muqatt}}a‘ah dengan
usia sebuah agama atau usia keberlangsungan dunia. Hal ini
berdasarkan dua alasan, pertama bahwa huruf-huruf itu dimaknai
tidak rasional, pemaknaan itu bersifat ‘urfiyyah (konvensi) dan
arbiter. Kedua bahwa orang-orang Yahudi yang memaknai seperti
itu adalah orang-orang tidak terpelajar dan buta huruf secara
kultural. Oleh karena itu pendapat dan ijtihad mereka tidak dapat
dipegang dalam menghadapi persoalan semacam ini.58
lainnya?beliau menjawab ‚ya‛. Ia bertanya: apa itu?beliau menjwab alif la>m
mi>m s}a>d ia berkata demi Allah ini lebih berat dan panjang. Alif satu, la>m tiga
puluh, mi>m empat puluh dan s}a>d sembilan puluh jumlahnya 161 tahun. Apakah
masih ada yang lainnya hai Muhammad?beliau menjawab‛ya‛ alif la>m ra>. ia
berkata ‚demi Allah ini lebih berat dan lebih lama lagi. Alif satu, la>m tigapuluh
dan ra> dua ratus jumlahnya 271 tahun, kemudian ia berkata misimu ini
membingungkan kami hai muhammad hingga kami tidak mengetahui yang
diberikan kepadamu banyak atau sedikit?kemudian mereka meninggalkan nabi .
abu yasir kemudian berkata kepada saudarnya hayy bin Akhtab dan pendeta-
pendeta Yahudi lainnya: mengapa kalian tidak menjumlahkan semuanya untuk
masa kekuasaan Muhammad 71,161,231,dan 271 semuanya menjadi 334 tahun
mereka menjawab misi Muhammad itu membingungkan kita. 57
Ibn Khaldu>n, Muqaddimah Ibn khaldu>n (Damaskus: Da>r Ya‘rub,
2004), 332. 58
Ibn Khaldu>n, Muqaddimah Ibn Khaldu>n,333. Menurut Ibn Khaldu>n,
Abu Yassir dan saudaranya Hayy bukan termasuk orang yang pendapatnya
dijadikan pegangan dalam hal ini dan juga bukan termasuk ulama Yahudi sebab
mereka tinggal di pedalama Hijaz yang tidak pernah memikirkan kreativitas
dan ilmu pengetahuan bahkan terhadap kitab dan syariat agama mereka
sekalipun. Mereka hanya menelan begitu saja perhitungan semacam ini seperti
orang awam yang menelan mentah-mentah agama mereka.
109
Ada perbedaan makna huruf muqat}t}a‘ah seperti yang sudah
disebutkan di atas ada yang mengatakan itu sumpah Allah karena
kaum pada zaman nabi dibagi menjadi dua ada yang mus{addiq dan
mukadhdhib. Bagi orang yang masuk golongan mus}adiq tanpa
sumpah mereka sudah percaya sedangkan bagi yang mukadhdhib perlu ada sumpah untuk meyakinkan suatu ucapan.
59
Para ulama dan sarjana berbeda-beda dalam memahami
makna huruf-huruf yang berada pada awal sejumlah surah Al-
Qur’an, namun terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
huruf-huruf tersebut yang dapat disepakati antara lain: huruf-huruf
yang dipilih sebagai pembuka surah-surah Al-Qur’an sebanyak 14
huruf. Huruf-huruf tersebut ditemukan dalam 29 surah. Dengan
demikian 14 yang terpilih itu adalah seperdua dari huruf-huruf
hijaiyah. Keempat belas huruf itu dirangkai oleh sebagian ulama
antara lain dengan kalimat nas} kari>m qa>t}i‘ lahu sir (teks mulia
yang bersifat pasti dan memiliki rahasia). Huruf yang terpilih itu
mewakili makha>rij al-h}u>ru>f yakni tempat-tempat keluarnya huruf.
Setiap huruf yang terucap ada tempat pengucapannya. Seperti ali>f tempat keluarnya adalah kerongkongan la>m tempat pengucapan
dan keluarnya adalah lidah dengan meletakkanya di langir-langit
mulut sementara bunyi mi>m lahir dari pertemuan bibir atas dan
bibir bawah. Dengan demikian alif, la>m, mi>m merupakan
awal,tengah dan akhir.60
Dengan adanya huruf-huruf muqat}t}a‘ah di dalam Al-
Qur’an seperti alif la>m mi>m membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak
dapat dibaca tanpa bantuan pengajar, karena surah Al-Fi>l dimulai
dengan ayat yang ditulis sepenuhnya sama dengan ayat surah Al-
Baqarah, namun memiliki bacaan yang berbeda. Dalam Q.S al-Fi>l
lafadz الم dibaca alam sedangkan dalam Q.S Al-Baqarah الم dibaca
ali>f la>m mi>m. Tentu saja perbedaan bacaan itu diketahui bukan
dari tulisannya tetapi melalui pendengaran atau pengajaran.
59
Qurtubi, al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-H}adi>th,
2007),157. 60
Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , 84-85. Lihat juga Ibn Kathi>r, Tafsi>r Al-Qur’an al-Az}i>m (Da>r T{aibah,
1999), 61
110
Seperti Nabi Muhammad mendapatkan pengajaran Malakat Jibril
ketika menerima ayat-ayat Al-Qur’an.61
Pemaknaan terhadap huruf-huruf muqatt}{a‘ah telah
bergerak ke wilayah pemaknaan yang tidak terbatas. Berbagai
gagasan tafsir baik gagasan dasar yang diletakkan para mufassir
klasik ataupun varian-varian dan improvisasi-improvisasinya yang
dikemukan sarjana Muslim modern mengenai makna huruf-huruf
muqat}t}aah terlihat sangat spekulatif, namun gagasan-gagasan
tersebut tidak keluar dari konsepsi dasar bahwa huruf-huruf
muqat}t}a‘ah tersebut merupakan bagian dari Al-Qur’an yang
diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad. Konsepsi tentang
huruf-huruf muqatt}}a‘ah sebagai bagian dari Al-Qur’an yang
diwahyukan Tuhan ini mulai bergeser ketika sarjana barat
berupaya mengungkap tabir misteri huruf-huruf muqat}t}a‘ah
tersebut. Keabsahan fawatih sebagai bagian dari risalah Ilahi yang
diterima Nabi Muhammad mulai dipertanyakan lewat interpretasi
mereka tentangnya.62
Sebagaimana Sa‘d ‘Abd al-Mut}alib al-‘Adl mengatakan
bahwa huruf muqat}t}a‘ah bukanlah bagian dari Al-Qur’an
melainkan sesuatu yang lain di luar Al-Qur’an. Argumen ini
berlandaskan penafsirannya terhadap ayat walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-‘Az}i>m. Menurut pemikirannya la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli>. Sebagaimana antara ma‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari
jenis yang berbeda63
Menurut Nasr H}a>mid Abu> Zaid semua interpretasi di atas
mempertegas sensitivitas ulama kuno bahwa ambiguitas makna
huruf-huruf tersebut membentuk salah satu aspek karakteristik
teks. Ambiguitas tersebut mempertegas perbedaan antara Al-
Qur’an dan teks-teks lain. Huruf-huruf muqatt}}a‘ah tersebut
merupakan fenomena ambiguitas semantik yang dapat dijelaskan
61
Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , 84-85.
62 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an,246
63Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 50
111
dan diungkap oleh bagian lain teks. Dengan demikian fenomena
tersebut merupakan fenomena ambiguitas yang memunculkan
perbedaan teks secara internal. Demikianlah teks membedakan
antara dirinya dengan teks-teks lainnya pada satu sisi dan
membedakan antara bagian-bagianya pada sisi lain. Perbedaan ini
sebenarnya salah satu mekanisme teks. Melalui mekanisme ini
teks dapat mewujudkan keistemewaannya dan berarti dapat
mewujudkan kemampuanya untuk berinteraksi dengan kebudayaan
dalam ruang dan waktu.64
Pada bab ini penulis menjelaskan penafsiran ‘Adl terhadap
apa yang selama ini diyakini sebagai huruf muqat}t}a‘ah. Dalam
melakukan penafsiran ‘Adl terlebih dahulu memaparkan beberapa
ayat dari suatu surah yang terdapat huruf muqatt}{a‘ah kemudian
menjelaskan secara rinci surah tersebut merupakan surah Makiyah
atau Madaniyah kemudian menyebutkan jumlah ayat serta urutan
surah baik sesuai urutan mushaf ataupun urutan turunnya surah,
kemudian menafsirkan sesuai dengan konteks surah. Sebelum membahas tentang contoh penafsiran ‘Adl,
penulis akan memberikan contoh kosakata Mesir kuno yang
mempunyai kemiripan dengan rangkaian huruf muqat}t}a‘ah. Tabel 1: Contoh Kosakata Mesir Kuno.
65
Kosakata Mesir Kuno
يم-حامى الف صاد هاى ها
سين. قاف (مرا)ر عيين الم
نون. يا. ميم. كاف طا
Tabel di atas menjelaskan bahwa apa yang selama ini
dalam bahasa Arab disebut dengan huruf (bukan ism atau fi‘il), dalam bahasa Mesir Kuno ia merupakan sebuah kata.
64
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an
, 241. 65
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t{a‘ah, 11.
112
Menurut ‘Adl kosakata Mesir Kuno bila dirangkai sesuai
dengan susunan huruf-huruf muqat}t}}a‘ah akan mempunyai
kemiripan pengucapan, namun cara penulisan dan maknany
berbeda. Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2: Perbedaan antara huruf Muqat}t}a‘ah dan kosakata Mesir Kuno.66
Cara baca Kosakata
Mesir
Kuno
Cara baca Huruf
muqatt}}a‘ah
الم الف الم ميم الم الف الم ميم
الر الف الم را الر الف الممرا
المص الف الم ميم صاد المص الف الم ميم صاد
الف الم ميم را المر الف الم ميممرا
الم
طه طاها طه طا ها
طس طا سين طس طا سين
طسم طا سين ميم طسم طا سين ميم
كاف ها يا عيين صاد
كهيعص كاف ها يا عين صاد كهيعص
حامى يم عيين سين قاف
عسق.حم عسق.حم حا ميم عين سين قاف
يم-حامي حم حا ميم حم
يس يا سين يس يا سين
ق قاف ق قاف
ن نون ن نون
ص صاد ص صاد
Tabel di atas menunjukkan bahwa kosakata tersebut
memiliki kaidah homofon antara kosakata Mesir kuno dan huruf-
huruf muqat}}t}a‘ah, dimana pengucapan huruf muqat}t}a‘ah memiliki
kesamaan dengan pengucapan di dalam kosakata Mesir Kuno
meskipun mempunyai bentuk ejaan yang berbeda.
66
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat{t{a‘ah, 11-12.
113
a. Penafsiran Kosakata Mesir Kuno طه
Lafadz طه terdapat pada surah T{a>ha yaitu surah Makiyah
surah ke 20 menurut urutan mushaf. Surah ini berada pada juz ke
16. Dari segi urutan turunnya surah ini adalah surah ke 45 yang
turun setelah surah Maryam. Cara pembacaan lafadz طه dari segi
ilmu tajwid adalah mad t}abi>‘i dua ها mad t}abi>‘i dua harakat dan اط
harakat. Menurut ‘Adl lafadz ini bukanlah huruf hijaiyah karena
apabila huruf hijaiyah maka seharusnya pembacaanya adalah طاء +
.هاء67
Lafadz طه dalam bahasa Mesir Kuno sebagaimana
dijelaskan oleh ‘Adl mempunyai arti:
!يا هذا او يا أيها الرجل القوى أو الرجل الحق، انتبه أو انظر
(Wahai laki-laki yang kuat yang benar lihatlah!).
:يا أيها الرجل القوى أو الرجل الح ط ( wahai laki-laki yang kuat dan
benar)ز ! :هـ ، تطلع، انظر! انتبه (lihatlah atau perhatikanlah).
68
Asba>b Nuzul dari ayat ini sebagaimana diriwayatkan dari
Ibn Abbas
‚ صلى ان النبي كان اول ما انزل عليه الوحي يقوم على صدور قدميه إذا
‚ kemudian turunlah ayat طه ما أنزلنا عليك لتشقى Beberapa mufassir berbeda pendapat dalam menafsirkan
lafadz طه. Ada yang memberikan makna dengan nama rasul
Muhammad SAW namun menurut ‘Adl penafsiran seperti ini tidak
ada sanadnya. Para mufassir tersebut berfikiran bahwa ketika
menemukan kata yang tidak dipahami dalam bahasa Arab
sedangkan khita>b yang berada di ayat selanjutnya ditujukan
kepada rasul maka mereka menyimpulkan bahwa itu nama dari
Rasul Muhammad SAW.69
67
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma
Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 108. 68
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 108.
69Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an
Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 107
114
Penafsiran lafadz طه dalam konteks Q.S T{a>ha dalam
perspektif ‘Adl adalah ‚Wahai laki-laki yang kuat dan yang benar
dalam keimanannya atau Rasul Muhammad lihatlah dan
perhatikanlah intabih bahwasanya kami tidak menurunkan Al-
Qur’an kepadamu untuk membuatmu susah tetapi Kami
menurunkan Al-Qur’an kepadamu sebagai peringatan bagi orang-
orang yang takut kepada Allah‛.70
Menurut Quraish Shihab kata dipahami sebagai isyarat طه
tantangan terhadap orang-orang yang meragukan kebenaran Al-
Qur’an, seakan akan kedua huruf tersebut menyatakan bahwa
wahyu Ilahi ini tersusun dari huruf-huruf yang mereka gunakan
dalam tutur bahasa mereka sehari-hari, meskipun demikian mereka
tidak mungkin mampu membuat walau satu surah atau beberapa
ayat.71
Ada sebagian ulama yang memahami lafadz dengan طه
sebuah singkatan ط adalah singkatan dari t}a>hir (yang suci) dan هـ
singkatan dari ha>d (pemberi petunjuk). Jadi maksud dari lafadz طه
adalah panggilan kepada Nabi Muhammad yang merupakan
manusia suci dan terpelihara dari dosa serta pemberi petunjuk.
Menurut al-Biqa>’i merupakan kependekan dari kata kerja ط
perintah وطىء (injakkan kaki )dan huruf هـ pengganti nama dari
kata bumi sehingga طه dipahami dengan arti injakkanlah kakimu
hai Nabi Muhammad dalam arti kuasailah bumi ini.72
b. Penafsiran Kosakata bahasa Mesir Kuno كهيعص Lafadz كهيعص terdapat pada QS. Maryam 19:1. Surah ini
termasuk dari surah Makiyah.
Kalimat كهيعص dalam bahasa Mesir Kuno sebagaimana
dijelaskan oleh ‘Adl diartikan dengan:
70
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah ,108
71 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, 268 72
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 268.
115
إليك القصة ! فانتبه, سنكشف لك النقاب عن سر منزل إليك من السماء" " الحقيقية
(Akan Kami tampakkan rahasia yang Kami turunkan
kepadamu dari langit maka perhatikanlah kisah yang benar dan
nyata yang Kami turunkan kepadamu). 73
يظهر حقيقة يقينية , يجلى سر, يفض سرا, يكشف النقاب عن سر : كاف
(menampakkan rahasia)
(diturunkan dari langit) يتنزل من السماء : هـإليك, لهذا : ي (untuk ini, kepadamu) حسن,صادق, حقيقى : عيين (kebenaran, yang membenarkan,
kebaikan)
ذكر, قصة, حكاية, يحكى, يقول : صاد ( diceritakan, kisah,
cerita)
Penafsiran كهيعص dalam konteksnya sebagai ayat pembuka
surah Maryam adalah: Bahwa Allah SWT memerintahkan agar
Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalahnya kepada manusia
dan menyampaikan kebenaran risalah nabi sebelumnya setelah
adanya masa tenggang kenabian selama 600 tahun (jarak masa
kenabian antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad).Untuk itu di
pembuka QS. Maryam Allah berfirman: perhatikanlah wahai
Muhammad! Kami turunkan kepadamu kisah yang mengandung
kebenaran dan nyata yaitu kisah kelahiran Nabi Isa yang lahir dari
seorang ibu tanpa ayah.74
Untuk menyesuaikan kata صاد (bahasa Mesir Kuno)
dengan ayat ذكر رحمة ربك عبده زكريا menurut ‘Adl perlu untuk
memindahkan kata عيينsebelum kata صاد sehingga menjadi - هـ - عكهيص atau كاف عيين-صاد- يـ
Bagi ‘Adl penafsiran dengan menggunakan makna dari
bahasa Mesir kuno lebih cocok daripada menggunakan makna dari
bahasa Arab, namun pernyataan ini dibantah oleh beberapa tokoh
yang menyatakan bahwa bahasa Arab lebih bermakna, hal ini
73Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma
Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqatt}}a‘ah, 82-83. 74Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma
Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 83.
116
disebabkan karena dalam menafsirkan Al-Qur’an harus
menggunakan kaidah-kaidah penafsiran tertentu yang sudah
ditetapkan. Penafsiran lafadz yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah seperti mengutak-atik lafadz tanpa dalil yang jelas tidak
diperbolehkan karena dapat menyebabkan terjadinya penafsiran
tanpa batas yang keluar dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Penafsiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl tergolong
penafsiran kontroversial. Hal ini didasari karena perbedaan yang
mencolok pada corak penafsirannya dengan merubah dan
memotong lafadz Al-Qur’an untuk menyesuaikan arti dalam
bahasa Mesir Kuno. Berbagai kritikan datang muncul untuk
mendebat penafsirannya, namun hal ini tidak menyudutkannya
untuk mengurungkan niat dalam pengembangan dan pembaharuan
dalam bidang tafsir dan quranic studies.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang historis,
yaitu bahasa yang mengandung unsur sejarah dan terpengaruh oleh
bahasa lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya kosakata-kosakata
asing di dalam Al-Qur’an, seperti kosakata yang berasal dari
bahasa Persia, Nabatean, Ibrani, Koptik, dan lain sebagainya.
Meskipun di dalam Al-Qur’an mengandung unsur-unsur bahasa
asing, namun kosakata-kosakata tersebut sudah dikenal oleh
bangsa Arab dan telah mengalami proses arabisasi yang
disesuaikan wazn atau timbangannya dalam bahasa Arab.
Berbeda dengan kosakata yang telah mengalami arabisasi
tersebut, menurut Sa’d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Qur’an juga
mengandung kosakata Mesir Kuno karena adanya hubungan
historis antara Mesir Kuno dan Al-Qur’an. ‘Adl mencoba melacak
kosakata-kosakata yang maknanya tidak terungkap di dalam Al-
Qur’an dan mencoba memberikan makna dalam bahasa Mesir
Kuno. Menurut ‘Adl, bahasa Mesir Kuno memiliki makna yang
lebih konkrit dibandingkan bahasa-bahasa lain dan merupakan
salah satu bahasa suci yaitu bahasa yang digunakan Allah
berbicara kepada para nabi-nabi-Nya. ‘Adl mencoba untuk
membuktikan adanya kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an
melalui penafsirannya terhadap huruf muqat}t}a‘ah. Menurutnya
apa yang selama ini diyakini sebagai huruf ternyata dalam bahasa
Mesir Kuno ia merupakan lafadz yang mengandung makna
tertentu. Hal ini ia awali dengan penafsirannya terhadap lafadz
sab’ul matha>ni yang menurutnya ia adalah perkalian antara 2x7
yang hasilnya adalah 14 dan merupakan huruf muqat }t}‘ah yang
memiliki arti dalam penafsiran bahasa Mesir Kuno.
Pemikiran dan penafsiran ‘Adl ini mendapat banyak
kritikan dari berbagai akademisi. Hal ini dikarenakan ‘Adl terlalu
merekonstruksi Al-Qur’an secara paksa melalui penafsirannya
dengan merubah beberapa lafadz yang ada di dalam Al-Quran
untuk menemukan makna di dalam bahasa Mesir Kuno.
B. Saran
Sebuah penelitian tidak akan lepas dari kekurangan dan
kesalahan. Perbedaan pandangan dan kritikan dalam dunia
akademis pasti akan selalu ada, oleh karenanya tesis ini masih
sangat membutuhkan kritik, saran dan pengembangan. Mengingat
penelitian ini terfokus hanya pada bahasa Mesir Kuno, maka
kajian tentang kosakata asing di dalam Al-Qur’an masih
menyisakan permasalahan yang patut mendapat sorotan untuk
diteliti. Di antara permasalahan tersebut adalah pentingnya kajian
tentang kosakata asing dalam Al-Qur’an dari bahasa lain selain
bahasa Mesir Kuno.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
‘Abdurrah}ma>n,‘A<ishah, At-Tafsi>r al-Baya>ni> li Al-Qur’an al-Kari>m. Kairo: Da>r al-Ma‘a>rif,tt.
‘Abd Tawwa>b, Ramad}a>n. Fus}u>l fi Fiqh al-‘Arabiyah. Kairo:
Maktabah al-Kha>nji>, 1999.
Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid. Imam Syafi’i Moderatisme, Eklektisme, Arabisme. Yogyakarta: LkiS, 1997.
--------.Hermeneutika Inklusif: Mengatasi Poblematika Bacaan dan Cara-cara Pentakwilan atas Diskursus Keagamaan. Jakarta:
International Center for Islam Pluralism (ICIP), 2004.
---------. Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’an. Kairo:
Markaz ath-Thaqa>fi> al-‘Arabi>, 1998.
--------.Naqd Khitab ad-Di>ni >. Kairo: Si>na>’ li an-Nashr, 1994
Al-‘Adl, Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib. Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah. Kairo: Maktabah Madbu>li, 2008.
--------.Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an as-Sab‘u al-Matha>ni laisat al-Fa>tih}ah. Kairo: Maktabah Madbu>li, 2008.
--------.Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Ikhna>tu>n Abu> al-Anbiya>’. Kairo: Maktabah Madbu>li, 2008.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Tangerang:
PT Pustaka Alvabet, 2013.
Arkoen, Muhammad. Kajian Kontemporer Al-Qur’an. Diterjemahkan oleh Hidayatullah. Bandung: Pustaka, 1998.
Armas, Adnin. Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an. Depok:
Gema Insani Press, 2005.
Atiyah, Hani M. Qur’anic Text Toward a Retrieval System.
Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1996.
Al-A‘zami, Muh}ammad Must}afa>. Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi. Diterjemahkan oleh Sohirin
Solihin dkk. Depok: Gema Insani, 2005.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Al-Badra>wi>, Rushdi. Qas}as al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh. Kairo:
Maktabah ‘Arabi,1996.
Bakar, Ya‘qu>b. Nus}us fi> Fiqh al-Lughah al-‘Arabi>yah. Beirut: Da>r
an-Nahd{ah al-‘Arabi>yah, 1971.
Darwi>sh, Muh}yi>ddi>n. I‘ra>b Al-Qur’an al-Kari>m wa Baya>nuh. Damaskus: Da>r Ibn Kathi>r dan Da>r Yama>mah, 2011.
Faiz, Fakhruddin. Hermeneutika Al-Qur’an Tema-tema Kontroversial. Yogyakarta: eLSAQ, 2005.
Fa>khir, Ami>n Muh}ammad. Ibn Fa>ris al-Lughawi Manhajuhu wa Atharuhu fi> ad-Dira>sah al-Lughawiyah. Saudi: Ja>mi‘ah al-
Ima>m Muhammad Ibn Su‘u>d al-Isla>miyah, 1991.
Geiger, Abraham. ‚What did Muhammad Borrow from Judaism?‛ The Origins of the Koran. Editor Ibn Warraq. New York:
Prometheus, 1998.
Haekal, Muhammad Husein. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta:
Pustaka Jaya, 1980.
H{aqi>, Muhammad Shafa>’ Shaikh Ibra>him.’Ulu>m Al-Qur’an min H{ila>l Muqaddima>t al-Tafa>si>r. Beirut: Mu’asasah ar-Risa>lah,
2004.
Hawting, GR. Approaches to the Qur’an. London: Routledge,
1993.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutika. Jakarta: Paramadina, 1996.
Husaini, Adian dan Abdurrahman al-Baghda>di. Hermeneutika & Tafsir Al-Qur’an. Depok: Gema Insani, 2007.
Ibn Khaldu>n. Muqaddimah Ibn Khaldu>n. Damaskus: Da>r Ya‘rub,
2004.
Ibn Manz}u>r. Lisa>n al-‘Arab. Beirut: Da>r as}-S{a>dir, 1997.
Ibn Qudamah. Al-Mughni. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt.
Ibn Uthma>n as-Sabt, Kha>lid. Qawa>‘id at-Tafsi>r Jam‘ wa Dira>sah. Kairo: Da>r Ibn ‘Affan, 2000.
Ibrahim, Muhammad. Ittija>ha>t at-Tajdi>d fi> at-Tafsi>r Al-Qur’an al-Kari>m. Kairo: Da>r al-Sala>m, 2008.
Ichwan, Moch Nur. Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an Teori Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd. Jakarta: Teraju, 2003.
Ichwan, Nor. Memahami Bahasa Al-Qur’an Refleksi atas Persoalan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
‘Itr, H{asan D}iya>uddi>n. Al-Ah}ruf as-Sab‘ah fi> Manzilah al-Qira’a>t minha>. Beirut: Da>r al-Basha>ir al-Isla>miyah, 1988.
‘Itr, Nu>ruddin. Ulu>m Al-Qur’an al-Kari>m. Damaskus: Mat}ba‘ah
as}-S{aba>h}, 1996.
Izutsu, Toshiko. Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an. Yogyakarta: PT Tiara wacana Yogya,
2003.
Al-Jawa>li>qi>, Abu> Mans}u>r. Al-Mu’arrab min al-Kala>m al-A’jami> ‘ala> H{uru>f al-Mu’jam. Damaskus: Da>r al-Qalam, 1990.
Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of The Qur’an. Leiden:
Koninklijke Brill NV, 2007.
Kaelan M.A. ‚Kajian Makna Al-Qur’an: Suatu Pendekatan
Analitika Bahasa‛. Dalam Sahiron Syamsuddin.
Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya. Yogyakarta:Islamika, 2003.
K Hitti, Philip. History of the Arabs . New York: Palgrave
Macmilan, 2002.
Kamba, Abdul Samad. ‚Analisis Historis-Antropologis terhadap
Al-Qur’an‛ dalam Sahiron Syamsuddin. Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya. Yogyakarta:Islamika, 2003.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009.
Latif, Hilman. ‚Kritisisme Tekstual dan Relasi Intertekstualitas
dalam Interpretasi Teks Al-Qur’an‛ dalam Sahiron
Syamsuddin. Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya
.Yogyakarta:Islamika, 2003.
Luxemberg, Christoph. The Syro-Aramaic Reading of the Qur’an A Contribution to the Decoding of the Language of the Qur’an. Berlin: Verlag Hans Schiler, 2007.
McAuliffe, Jane Dammen. Qur’anic Christians an Analysis of Classical and Modern Exegesis. New York: Cambridge
University Press, 1991.
Misrawi, Zuhairi. Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah, 2007.
M, Nur Tajudin. Semantik Bahasa Arab Pengantar Studi Ilmu Makna. Bandung: PPM (Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 2010.
Muba>rak, Zaki>. An-Nathr al-Fani> fi> al-Qarni ar-Ra>bi‘.Kairo:
Mu’assasah Handawi>, 2012.
Nasution, Hasan Mansur. Rahasia Sumpah Allah dalam Al-Qur’an. Jakarta: Khazanah Baru, 2002.
Nu>bilku>r, Kristiander. Al-Mar’ah al-Fir‘auniyah. Kairo: Maktabah
Usrah, 2008.
Noldeke, Theodor.The Koran The Origins of the Koran. Editor Ibn
Warraq. New York: Prometheus, 1998.
Al-Maqri>zi>. Al-Mawa>‘iz} wa al- I‘tiba>r bi Dhikr al-Khit}at} wa al-Athar.
Omar, Kamal. Deep into the Qur’an History of Religion, Quranic Injunctions, History of Compilation of the Qur’an. India:
Noor Publishing House, 1992.
Poeradisastra, S.I. Sumbangan Islam kepada Ilmu&Peradaban Modern. Jakarta:Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat
(P3M).
Qarad}a>wi, Yu>suf. Kaifa Nata‘a>mal ma‘a Al-Qur’an al-‘Az}i>m.
Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2000.
Raco, G.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan. Jakarta: Grasindo, 2010.
Rahman, Fazlur. Tema-tema Pokok Al-Qur’an. Diterjemahkan
oleh Anas Mahyudin. Bandung: Pustaka, 1996.
--------. Islam.Bandung: Pustaka, 2003.
Ar-Ra>jih}i>, ‘Abduh. Al-Lahja>t al-‘Arabiyah fi> al-Qira’a>t Al-Qur’an. Kairo: Da>r al-Ma‘rifah, 1996.
Ar-Ra>zi, Fakhruddin. Mafa>tih} al-Ghaib. Beirut: Da>r al-Fikr, 1981.
Rippin, Andrew.‛ Foreign Vocabulary‛ dalam Encyclopaedia of the Qur’an. edt Jane Dammen McAuliffe. Leiden: Brill,
2002.
--------. ‚ The Designation of Foreign Languages in the Exegesis of
the Qur’an‛ dalam With Reference for the Word Medieval
Scriptural Exegesis in Judaism, Christianity and Islam. Oxford: Oxford University Press, 2003.
As- S}a>lih, Subh}i>. Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Tim
Pustaka Firdaus, 2008.
Salim, Fahmi. Kritik terhadap Al-Qur’an Kaum Liberal. Jakarta:
Gema Insani, 2010.
Sha>fi’i, Ibn Idris. Ar-Risa>lah. Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, tt.
Sha>hin,‘Abd as}-S{a>bu>r. Al-Qira>’at al-Qur’aniyyah fi> D{au’ ‘Ilm al-Lughah al-Hadi>th. Kairo: Maktabah Kha>nji>, 2009.
Shah}ru>r, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Qur’an Kontemporer. Yogyakarta: elSAQ Press, 2004).
Shari>f, Muhammad Ibra>him. Ittija>ha>t at-Tajdi>d fi> Tafsi>r Al-Qur’an al-Kari>m. Kairo: Da>r as-Sala>m, 2008.
Sherif, Faruq. A Guide to the Contens of the Qur’an. UK: Garnet
Publising, 1995.
Shihab, Muh}ammad Quraish. Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Segi Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan, 2001.
--------. Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosa Kata. Tangerang:
Lentera Hati, 2007.
--------. Tafsi>r Misba>h} Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Tangerang:Lentera Hati, 2002.
Siddiqi, Mazheruddin. The Qur’anic Concept of History. Delhi:
Adam Publisers & Distributors, 1994.
Sidney Griffith. ‚Christian lore and the Arabic Qur’an: The
Companions of the Cave in Surat al-Kahf and in Syriac
Christian Tradition‛ The Qur’an in its Historical Context. Editor Gabriel Said Reynolds. New York: Routledge, 2008.
As}-S{ifa>r, Ibtisa>m Marhu>n. Athar Al-Qur’an fi> al-Adab al-‘Arabi>. Jordan: Juhainah, 2005.
As-Suyu>t}i>, Jala>luddi>n. Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Beirut: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2000.
--------. Al-Muhadhab fi>ma> Waqa‘a fi> Al-Qur’an min al-Mu’arrab. Emirat: Ih}ya>’ al-Tura>th al-Isla>mi, tt.
Shohibuddin,M. ‚Nas}r H{a>mid Abu> Zayd tentang Semiotika Al-
Qur’an‛ dalam Sahiron Syamsuddin Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya. Yogyakarta: Islamika, 2003.
Tahrish, Muhammad. An-Naqd wa al-I’ja>z .Damaskus: Manshu>ra>t
Ittih}a>d al-Kita>b al-Arab,2004.
At-Tirmidhi>, Abu> ‘I>sa>. Sunan Tirmidhi> . Beirut: Da>r al-Gharb al-
Isla>mi>, 1998.
Wansbrough, John. Quranic Studies Sources and Methods of Scriptural Interpretation. Oxford: Oxford University Press,
1977.
Watt, Montgomory dan Richard Bell. Introduction to the Qur’an.
Edinburgh: Edinburgh University Press, 1994.
Wilfinson, Israil. Ta>rikh Lughah as-Sa>miyah. Kairo: Maktabah al-I‘tima>d, 1929.
Wilson, Penelope. Hieroglyphs: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press, 2004.
Zaidan, Jurji>. Al-Alfa>z} al-‘Arabiyah wa al-Falsafah al-Lughawiyah. Beirut: Maktabah al-Qadi>s Ja>wu>rjis,tt).
JURNAL, ARTIKEL DAN HASIL PENELITIAN
‘Abd Maji>d, Wathi>q ‘Abd ar-Razaq. Tah}ri>f al-Yahu>d li at-Tah}ri>f al-Kita>b al-Muqaddasah (al-Taurah). Penelitian di Ja>mi‘ah
al-Anba>r.
Ad-Da>li>, Ukashah. Dala>il wa Nuqush Tua’kid Wuju>d al-‘Arabfi Ard}i mis}r ‘A}sr ma> Qabl Usra>t.
http://classic.aawsat.com/details.asp?article=220218&issuen
o=9223#.U_3dB1dnNA4 Ahmed, Dildar. ‚The Imitable Language of the Qur’an‛
Reinassance Islamic Journal of Pakistan. http://www.renaissance.com.pk/NovQur2y6.html (diakses 13
Juli 2013).
As}ba>n, Ibra>him.‛ ‘Arabiyah Al-Qur’an ‚. Markaz al-Dira>sat Al-
Qur’aniyah. www.alqur’an.ma El-Badawi, Emran.‛ Sectarian Scripture: The Qur’an’s Dogmatic
Re-Articulation of the Aramaik Gospel Tradition in the Late
Antique Near East.‛ Universitas Chicago,2011.
http://gradworks.umi.com/34/60/3460175.htm (13 Juli
2013).
Bowering, Gerhard H. ‚The Qur’an as the Voice of God‛.
Proceedings of the American Philosophical Society, Vol.
147, No. 4 Dec, 2003. http://www.jstor.org/stable/1558298
Burgmer, Christoph.‛ The Koran as Philological Mine a
Conversation with christoph Luxenberg.
Dykestein Naomi dan Bev.‛ Anti-semitic Holy Book‛.
http://www.jstor.org/stable/25793768 . diakses 24 Juli 2014
Gruman, Harris L.‛ Freud's "Forgetting of Foreign Words": The
History of the Jews between Parody and Paranoia. Indiana
University History and Memory, Vol. 6, No. 2, 1994.
http://www.jstor.org/stable/25618672
Al-H}ami>d}i>, Asma>’ binti Muhammad.‛ Al-H{uruf> al-Muqatt}a‘ah
Hal Tufassiruha al-Hi>ru>glifiyah? Qira’at Naqdiyah li Kita>b
al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an‛. faculty.ksu.edu
Hansen,Gunna Funder.‛ Word Recognition in Arabic as a Foreign
Language‛. The Modern Language Journal, Vol. 94, No. 4
(Winter 2010). http://www.jstor.org/stable/40959580 .
Hisha>m.‘Ali> Mahra>n.‛ Al-Lughah al-Hi>ruglifiyah al-Mis}riyah al-
Qadi>mah.
Ibra>hi>m, S{aba>h}.‚Al-Kalimah al-A‘jamiyah fi> Al-Qur’an‛ dalam al-H{iwa>r al-Mutamadun http://m.ahewar.org (diakses 18 Juli
2013).
Iskandar, Syahrullah.‛ Kearaban Al-Qur’an Wacana Kosa Kata
Serapan dalam Al-Qur’an.‛ Tesis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007.
Jeffery, Arthur. ‚The Textual History of the Qur'an.‛
http://www.answering-Islam.org/Books/Jeffery/thq.htm
(diakses 31 Mei 2013).
Khoeron, Moh. ‚Kajian Orientalis terhadap Teks dan Sejarah Al-
Qur’an.‛S}uhuf Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayaan Vol. 3 No.2, 2010.
Al-Madani, ‘Abd al-Maji>d. ‚ A Hiya kalimat A‘jamiyah‛ dalam
Majalah al-Da>‘i. http://www.darululoom-deoband.com.
Maimun. Muhammad. ‚Kosa Kata Asing dalam Al-Qur’an.‛ Tesis
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Majma’ Fiqh Isla>m Mu’tamar al-Isla>mi.‛ Kita>b al-Hi>ru>glifiyah
Tufassir Al-Qur’an al-Kari>m
Malibary, Ahmad Akrom. ‚Qad}iyah Wuqu>‘i al-Alfa>z} al-A‘jamiyah
fi> Al-Qur’an al-Kari>m‛ Suh}uf Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Kebudayaan Vol.2 No.1, 2009.
Mir, Mustansir. ‚The Qur’an as Literature‛.
http://www.jstor.org/stable/40059366
Muhammad, Sahi>lah T}aha dan T}a>hir S}a>lih} ‘Ala>wi>. ‚Usus al-
Manhaj al-Muqa>ran ‘inda Ramad}a>n ‘Abd Tawwab fi>
Kita>bihi Fus}u>l fi> Fiqh al-‘Arabiyah‛. Majalah Ja>mi‘ah Takri>t
li al-‘Ulu>m.
Muja>hid, Subhi.‛ Al-Azhar lam Nuwa>fiq ‘ala> Kita>b li Tafsi>r Al-
Qur’an al-Kari>m bi al-Hi>ru>glifiyah. www.onislam.net
Susilo, Adib.‛Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id
Pennacchio, Catherine,‛ Lexical Borrowing in the Qur’an the
Problematic Aspect of Arthur Jeffery List‛ Bulletin du Centre de Recherche Francais a Jerussalem.
http://bcrfj.revues.org/6643 (diakses 18 Juli 2013).
Rippin, Andrew.‛ Syriac in the Qur’an‛ www.lavieaunsens.com
--------. Ibn Abbas Lughah fi> Al-Qur’an‛. Bulletin of the school of
Oriental and African Studies, University of London, Vol.44,
No 1, 1981. www.jstor.org Romdhoni, Ali. ‚Al-Qur’an dan Literasi Arab: Kajian tentang
Pengaruh Al-Qur’an terhadap Perkembangan Literasi Arab.‛
Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
S}aleh, Walid ‚The Etymologycal Fallacy and Quranic Studies:
Muhammad, Paradise and Late Antiquity‛. University of
Toronto. www.safarmer.com (diakses 13 Juli 2013).
Ash-Shadi, ‘A<dil. ‚Al-H{uru>f al-Muqat}a’ah hal Tufassiruha al-
Hi>ru>gli>fiyah Qira>’ah Naqdiyah li Kita>b Al-Hi>ru>gli>fiyah
Tufassir al-Qur’an.‛ http://www.dd-
sunnah.net/forum/showthread.php?p=1433369 (diakses 17
Juni 2013)
Ash-Shahri,‘Abd Rahman. ‚Al-Mualif Kita>b Al-Hi>ru>gli>fi>yah
Tufassir Al-Qur’an wa Ra’yu al-Fat}i>r‛ Multaqa> Ahl Tafsi>r. http://vb.tafsir.net/tafsir4683/ (15 Juni 2013).
Al-Si>si, Wa>sim,‛ Al-Lughah allati Takallama biha Allah.
www.almasryalyoum.com
Tamam, Abas Mansur. ‚Pemikiran Islam Kontemporer dan
Imperealisme Barat.‛ http://forumlingkarpena.net (diakses 7
Juli 2013).
Van Selms, Adriaan. ‚ Siggi>n and Siggi>l in the Qur’an‛.
ttp://www.jstor.org/stable/25682850.
Weinstein, Myron M. ‚A Hebrew Qur’an Manuscript‛.
http://www.jstor.org/stable/27943437 .
Al-Uwayshiz, ‘Ali bin ‘Abd Rah}ma>n al-Qad}i>b.‛ Al-Rad wa al-
Naqd Kita>b al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an‛.
http//www.dd-sunnah.net.
Lampiran I
Kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an
Perspektif Sa‘d ‘Abd al-Mut{allib al-‘Adl dalam al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}}a‘ah
No Lafadz Arti Tempat
المختبئة المخفية او المفاجئة الطامة 1 الشاملة
Q.S An-
Na>zi‘a>t 79: 24
اكالعقل و الفهم و اإلدر علق 2 Q.S ‘Alaq 96:2
الضربة التى تصيب الصاخة 3اإلنذار و اإليذان ,بالصمم
بالحلول و التهديد
Q.S ‘Abasa
80:33
Q.S Al-H{a>qah الساحقة الكبرى الحاقة 4
69:1,2,3
مكان العذاب ,مكان القصاص الحطمة 5 األكبر في اآلخرة
Q.S Humazah
104:4,5
(جماال حقيقيا)الوجوه الجميلة حور عين 6 Q.S Al-
Wa>qi‘ah
56:22, Q.S Ad-
Dukha>n 44:
54, Q.S At}-T{u>r
52: 20
األعمدة و الدعائم الحاملة و سمك 7 األساطين
Q.S An-
Na>zi‘a>t 79:28
Q.S Al-Kah}fi دار البقاء األبدية فردوس 8
18:108, Q.S
Al-Mu’minu>n
23: 11
No Lafadz Arti Tempat
بيت التذكر او ,بيت الحماية برزخ 9 الذكرى
Q.S. Al-
Mu’minu>n
23:101, Q.S
Ar-Rah}ma>n
55: 20, Q.S Al-
Furqa>n 25: 53
يكشف النقاب عن : كاف كهيعص 10يظهر ,يجلي سرا,يفض سرا,سر
حقيقة يقينيةيتنزل من السماء: ه
اليك,لهذا: ى حسن,صادق,حقيقي:عيين حكاية ,يحكى , يقول :صاد
ذكر, قصة, سنكشف لك النقاب عن :كهيعص
! فانتبه,سر منزل اليك من السماء اليك القصة الحقيقية
Q.S. Maryam
19:1
, جهلوا ن 11تبلدوا,غفلوا,انحطوا,هبطوا
Q.S. Al-Qalam
68:1
يتعجب , يسخر من, يتعلى على ق 12 من
Q.S. Qa>f 50: 1
يسوء ,يتقول,يحكى,يقول ص 13يسىء الى,سمعة
Q.S. Sha>d 38:
1
يآ رجل او يآ ايها الرجل : ط طه 14 القوى او الرجل الحق
!انظر,!تطلع,! انتبه:هـ
Q.S. T{aha 20:
1
حقيقة,يقينا,إى, بلى:ن+ياسى يس 15 Q.S.Ya><si>n 36:
1
No Lafadz Arti Tempat
عسق.حم 16 كائن سماوى: حامى الواسطة:يم
بواسطة كائن سماوى : حمامين الوحى جبريل هو ,
الواسطةالعبد نعم العبد اى : عيين
المحبب الى الحسن,الصادق,الجميل,هللا
مبعوث, رسول: سين ذو ,قوى,الذى يظهر فجؤة:قاف
شرف و عزة
Q.S. Shu>ra>
42:1,2
كائن سماوى :حامى حم 17 عن طريق او , بواسطة: يم
هو الواسطة,بطريق بواسطة كائن سماوى اى : حم
أمين الوحى جبريل هو الواسطة
Q.S. Gha>fir 40:
1
Q.S. Fuss}}ila>t 41:
1
Q.S. Al-
Ja>thiyah 45:1,
Q.S. Al-Ah}qa>f
46: 1
Q.S. Az-
Zukhru>f 43:1
Q.S. Ad-Dukha>n
44:1
يؤيها الرجل القوى الحق: ط طس 18 رسول:سين
Q.S. An-Naml
27:1
يايها الرجل القوى الحق, يا:ط طسم 19 رسول:سين
بئر , الباكي, الذارف الدمع:م او عين الماء
Q.S. Ash-
Shu‘ara>’26:1,
Q.S.Al-Qas}as}
28:1
No Lafadz Arti Tempat
, الصديق,المكلف: ألف الم 20المنتمى , الصاحب, الرفيق
الى و المقصود بها النبى, يشتكي, ينتحب, يبكي: الم
المنتخب , الباكي, يشكوالمهموم بهموم الرسالة و )
(المشغول عليها الباكى , الذارف الدمع:م
تهجد هللا و رهبا منه
Q.S. Al-
Baqarah 2: 1
Q.S Ali
‘Imra>n 3:1
Q.S.Luqma>n
31:1
Q.S. As-
Sajadah 32:1,
Q.S. Ar-Ru>m
30:1, Q.S.Al-
‘Ankabu>t 29:1
, الصديق,المكلف: ألف المص 21المنتمى , الصاحب, الرفيق
الى و المقصود بها النبى, يشتكي, ينتحب, يبكي: الم
المنتخب , الباكي, يشكوالمهموم بهموم الرسالة و )
(المشغول عليها الباكى , الذارف الدمع:م
تهجد هللا و رهبا منه
Q.S. Al-A‘ra>f
7:1
(النبى)المكلف بالتبليغ : ألف المر 22 المغتم الباكي:الم
الذارف الدمع تهجد هلل:ميميميل بهواه الى: مرا
Q.S. Ar- Ra‘d
13: 1
, الصديق,المكلف: ألف الر 23المنتمى , الصاحب, الرفيق
الى و المقصود بها النبى, يشتكي, ينتحب, يبكي: الم
المنتخب , الباكي, يشكوالمهموم بهموم الرسالة و )
(المشغول عليها يميل بهواه الى: مرا
Q.S Yu>nus 10:
1
Q.S. Hu>d 11: 1
Q.S. Yu>suf 12:
1
Q.S. Al-H{ijr
15: 1
Q.S. Ibra>him
14: 1
Lampiran II
Kosakata Asing dalam Al-Qur’an
Perspektif Jala>luddi>n as-Suyu>t}i dalam al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an
No Lafadz Asal Tempat
Persi Mu‘arrab Q.S Al-Wa>qi’ah 56:18 اباريق 1
Ahl Gharb Q.S ’Abasa 80:31 ااب 2
Abyssinia, India Q.S Hu>d 11:44 ابلعي 3
Ibrani Q.S Al-A‘ra>f 7: 175 اخلد 4
,Abyssinia Q.S Al-Kahfi 18:31 األرآءك 5
Q.S Ya>si>n 36:56, Q.S
Al-Mut{affifi>n 83:
33,35
Kosakata asing Q.S Al-Fath} 48:69 ءازر 6
,Kosakata asing Q.S Al-A‘ra>f 7:109 اسباط 7
Q.S Al-Baqarah
2:136,140, Q.S Ali
Imra>n 3:84, Q.S An-
Nisa>’4:162
,Kosakata asing Q.S Ad-Dahr 76:21 استبرق 8
Q.S Ar-Rah}ma>n
55:54, Q.S Al-
Kahfi18:31, Q.S Ad-
Dukha>n 44:53
,Suryani أسفار 9
Nabatean
Q.S Al-Jum ‘ah 62:5
Nabatean Q.S Ali> Imra>n 3:81 اصرى 10
Nabatean Q.S Al-Gha>shiyah اكواا 11
88:14, Q.S Az-
Zukhruf 43:71, Q.S
Al-Wa>qi‘ah 56:18,
Q.S Ad-Dahr 76:15
Nabatean Q.S At-Taubah 9:8,10 ااب 12
Zanjiyah, Ibrani Q.S Al-Baqarah أليم 13
2:10,174,54,178 Q.S
Ali Imra>n
3:77,91,177,188, Q.S
Al-Ma>idah 5:39, Q.S
At-Taubah 9:62,80,
Q.S Ibrahi>m 14:22,
Q.S An-Nah}l
16:63,104,112, Q.S
An-Nu>r 24:9, Q.S Al-
‘Ankabu>t 29:23, Q.S
Ash-Shu>ra> 42:21,42,
Q.S Al-H{ashr 59:15,
Q.S At-Tagha>bun
64:5
,Ahl Maghrib انىه 14
Barbar
Q.S Al-Ah}za>b 33 :53
اه 15 ,Abyssinia اوب
Ibrani
Q.S Hu>d 11:75, Q.S
At-Taubah 9:115
اا 16 ,Abyssinia Q.S S{a>d 38:17,19,30 اوب
Q.S Qa>f 50:32
Koptik Q.S S{a>d 38:7 الملبة األخرة 17
Koptik Q.S Ar-Rah}ma>n 55:54 بطاءنها 18
Ibrani Q.S Yu>suf 12:65,72 بعير 19
Persia Mu‘arrab Q.S Al-Baqarah بيع 20
2:254, Q.S Ibrahi>m
14:31, Q.S An-Nu>r
24:37, Q.S Al-
Baqarah 2:275, Q.S
Al-Jum ‘ah 62:9
Persia Mu‘arrab Q.S Hu>d 11:40, Q.S تنبور 21
Al-Mu’minu>n 23:27
,Nabatean Q.S Al-Furqa>n 25:39 تتبيرا 22
Q.S Al-Isra>’ 17:7
Nabatean Maryam 19:24 تحت 23
Abyssinia Q.S An-Nisa>’4:50 بالجبت 24
:Persia, Ibrani Q.S Al-Baqarah 2 جهنبم 25
206, Q.S Ya>si>n 36:63
dan di beberapa ayat
& surat lainnya
Abyssinia Q.S Al-Baqarah حرم 26
2:173, 275
Zanjiyah Q.S Al-Anbiya>’ 31:98 حصا 27
ة 28 ,Kosakata asing Q.S Al-Baqarah 2:58 حطب
Q.S Al-A‘ra>f 7:160
,Nabatean Q.S Ali Imra>n 3: 52 حواريون 29
Q.S al-Al-Ma>idah
5:114,115, Q.S As}-S{af
61:14
Abyssinia An-Nisa>’ 4:2 حوا 30
Ibrani Q.S Al-An‘am 6:105 درست 31
ى 32 ’<Abyssinia Q.S Al-Anbiya درب
21:109,111
Persia Q.S Ali Imra>n 3:75 دينار 33
Ibrani Q.S Al-Baqarah 2:104 راعنا 34
,Ibrani, Suryani Q.S Ali Imra>n 3:79 ربانيبون 35
Q.S Al-Ma>idah 5:
47,66
Suryani Q.S Ali Imra>n 3:146 رببيبون 36
Ibrani Q.S Al-Baqarah الرحمن 37
2:163, Q.S Maryam
19:61,75,89,97, Q,S
T{a>ha 20:5,90,109
,Kosakata asing Q.S Al-Furqa>n 25:38 الرب ب 38
Q.S Qa>f 50:12
قيم 39 Ru>miyah Q.S Al-Kahfi 18:9 الرب
Ibrani Q.S Ali Imra>n 3:41 رمزا 40
,Nabatean رهوا 41
Suryani
Q.S Ad-Dukha>n 44:
24
وم 42 Q.S Ar-Ru>m 30:2 الرب
Persia Q.S Ad-Dahr 76:17 زنجبيا 43
جا 44 ’<Abyssinia, Q.S Al-Anbiya السب
Persia
Mu‘arrab
21:104
يا 45 Persia Q.S Hu>d 11:82, Q.S سجب
Al-H{ijr 15:74, Q.S Al-
Fi>l 105:4
ين 46 Kosakata asing Q.S Al-Mut}affifi>n سجب
83:7,8, Q.S Ash-
Shu‘ara>’ 26:29
Persia سرادق 47
Mu‘arrab
Q.S Al-Kahfi 18:29
,Suryani سرى 48
Nabatean,
Yunani
Q.S Al-Fajr 89:4, Q.S
Q.S T{a>ha 20:77
Nabatean Q.S ‘Abasa 80:15 سفرة 49
Q.S Al-Qamar 54:48 سقر 50
دا 51 ,Suryani Q.S Al-Baqarah 2:58 سجب
Q.S Yu>suf 12:100,
Q.S An-Nah}l 16:48,
Q.S T{a>ha 20:70
Abyssinia Q.S Al-H{ijr 15:15 سكر 52
سبياا 53 Q.S Ad-Dahr 76:18
Q.S An-Nu>r 24:43 سنا 54
,Persia, India Q.S Al-Kahfi 18:31 سند 55
Q.S Ad-Dukha>n
44:53, Q.S Ad-Dahr
76:21
Koptik Q.S Yu>suf 12:25 سيبدها 56
Abyssinia Q.S Yu>suf 12:42, Q.S سنين 57
Al-Kahfi 18:11,25,
Q.S
Q.S T{a>ha 20:40
Nabatean Q.S Al-Mu’minu>n سينآء 58
23:20
Abyssinia شطر 59
Suryani Q.S Al-Baqarah شهر 60
2:185,194,217, Q.S
Al-Qadr 97:3
راط 61 ,Romawi Q.S Ali Imra>n 3:51 الصب
Q.S Al-An‘a>m 6:126,
Q.S Al-H{ijr 15:41
,Nabatean صرهنب 62
Romawi
Q.S Al-Baqarah 2:260
Ibrani Q.S Al-Baqarah صلوت 63
2:157,238, Q.S Al-
H{ajj 22:40, Q.S At-
Taubah 9:100
,Abyssinia طه 64
Nabatean
Q.S T{a>ha 20:1
Abyssinia Q.S Al-Baqarah 2:256 الطغوت 65
Romawi Q.S Al-A‘ra>f 7:21 طفقا 66
India Q.S Ar-Ra‘d 13:29 طوبى 67
,Suryani طور 68
Nabatean
Q.S Al-Mu’minu>n
23:20, Q.S At}-T{i>n
95:2
Ibrani Q.S T{a>ha 20:12, Q.S طوى 69
An-Na>zi‘a>t 79:16
’<Koptik Q.S Ash-Shu‘ara عببدت 70
26:22
,Suryani عدن 71
Romawi
Q.S At-Taubah 9:72
Abyssinia Q.S Saba>’ 34:16 العرم 72
اق 73 ,Turki غسب
T{akha>riyah
Q.S S{a>d 38:56
Abyssinia Q.S Hu>d 11:44 غيض 74
,Romawi الفردو 75
Nabatean
Q.S Al-Kahfi 18:108,
Q.S Al-Mu’minu>n
23:11
Q.S Al-An‘a>m 6:91 قراطي 76
Romawi Q.S Ali Imra>n 3:18 قسط 77
,Romawi Q.S Al-Isra>’ 17:35 قسطا 78
Q.S Ash-Shu‘ara>’
26:186
Abyssinia Q.S Al-Mudathir قسورة 79
74:51
نا 80 Nabatean Q.S S{a>d 38:16 قطب
Persia قفا 81
Mu‘arrab
Q.S Muh{ammad
47:24
Ibrani dan قمبا 82
Suryani
Q.S Al-A‘ra>f 7:132
,Romawi قنطار 83
Suryani, Barbar,
Afrika
Q.S Ali Imra>n 3:75,
Q.S An-Nisa>’ 4:19
Suryani Q.S Al-Baqarah 2:255 القيبوم 84
Persia Q.S Ad-Dahr 76:5 كا ور 85
Nabatean Q.S Muh}ammad 47:2 كفبر 86
Abyssinia Q.S Al-H{adi>d 57:28 كفلين 87
Persia وال 88
Mu‘arrab
Q.S Al-Kahfi 18:82
رت 89 Persia Q.S At-Takwi>r 81:1 كوب
Yahudi Yathrib Q.S Al-H{ashr 59:5 لينة 90
Abyssinia Q.S Yu>suf 12:31 متبكئا 90
Kosakata asing Q.S Al-H{ajj 23:17 مجو 91
Kosakata asing Q.S Ar-Rah}ma>n مرجان 92
55:22,58
Persia Al-Mut}affifi>n 83:26 مسك 93
Abyssinia Q.S An-Nu>r 24:35 مشكاة 94
Persia مقاليد 95
Mu‘arrab
Q.S Az-Zumar 39:63,
Q.S Al-Shu>ra> 42:12
:Ibrani Q.S Al-Mut{affifi>n 83 مرقوم 95
9,20
Koptik Q.S Yu>suf 12:88 مزجاة 96
Nabatean Q.S Al-Mu’minu>n ملكوت 97
23:89, Q.S Ya>si>n 36:
83, Q.S Al-A‘ra>f
7:184, Q.S Al-An‘a>m
6:75, Q.S
Nabatean Q.S S{a>d 38 :3 مناص 98
Abyssinia Q.S Ar-Rah}ma>n 55:24 منسؤة 99
Abyssinia Q.S Al-Muzammil منفطر 100
73:18
,Ahl Magrib مها 101
Barbar
Q.S Al-Kahfi 18:29,
Q.S Ad-Dukha>n
44:45, Q.S Al-Ma‘a>rij
70:8
Q.S Al-Baqarah 2:113 اليهود 102
Abyssinia Q.S Al-Muzammil ناشئة 103
73:6
Persia ن 104
Ibrani Q.S Al-A‘ra>f 7:156 هدنآ 105
هود 106
Suryani, Ibrani Q.S Al-Furqa>n 25:63 هون 107
,Koptik هيت لك 108
Suryani,Ibrani,
H{u>ra>niyah
Q.S Yu>suf 12:23
Nabatean وراء 109
Kosakata asing Q.S Ar-Rah}ma>n 55:37 وردة 110
Nabatean Q.S Al-Qiya>mah وزر 111
75:11
Persi Q.S Ar-Rah}ma>n 55:58 ياقوت 112
Abyssinia Q.S Al-Inshiqa>q 84:14 يحور 113
Abyssinia Q.S Ya>si>n 36:1 ي 114
ون 115 Abyssinia Q.S Az-Zukhruf 43:57 يصدب
Q.S Al-H}ajj 22:20 يصهر 116
,Suryani, Ibrani اليمب 117
Koptik
Q.S T{a>ha 20:39, 78,
97, Q.S Al-A’ra>f 7:
135, Q.S Al-Qas}as}
28:7,40
Lampiran III
Kosakata Asing dalam Al-Qur’an
Perspektif Arthur Jeffery dalam The Foreign Vocabulary of the
Qur’an
No Lafadz Tempat
Q.S ’Abasa 80:31 اب 1
Q.S Al-Fi>l 105:3 ابابيل 2
Q.S Al-Baqarah 2: 126,127,132,258 dan ابراهيم 3
di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-Wa>qi‘ah 56:18 ابريق 4
Q.S Saba’ 34:20, Q.S Al-Baqarah 2:34 ابليس 5
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3: 136, Q.S Yu>suf 12:57 اجر 6
Q.S Al-Ma>idah 5:47,66, Q.S At-Taubah احبار 7
9:35
Q.S Al-Baqarah 2: 23,35,37 dan di آدم 8
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-Anbiya>’ 21:85, Q.S Maryam ادريس 9
19:57
,Q.S Al-Kahfi 18:31, Q.S Ya>si>n 36:56 ارائك 10
Q.S Al-Mut}affifi>n 83: 33,35
Q.S Al-Fajr 89:7 ارم 11
Q.S Al-Fath} 48:69 آزر 12
,Q.S Al-An‘a>m 6:25, Q.S Al-Anfa>l 8:31 اساطير 13
Q.S al-Mu’minu>n 23:84, Q.S An-Naml
27: 68, Q.S An-Nah}l 16:64, Q.S Al-
Furqa>n 25:5, Q.S Al-Ah}qa>f 47:17, Q.S
Nu>n 68:15
Q.S Al-A‘ra>f 7:109, Q.S Al-Baqarah اسباط 14
2:136,140, Q.S
Q.S Ad-Dahr 76:21, Q.S Ar-Rah}ma>n استبرق 15
55:54, Q.S Al-Kahfi18:31, Q.S Ad-
Dukha>n 44:53
Q.S Al-Baqarah 2:133,140 dan di اسحاق 16
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3:49,93, Q.S Al-Baqarah اسرائيل 17
2:40,246 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S At-Taubah 9:109,110 اسس 18
Q.S Al-Baqarah 2:112,131 Al-Baqarah اسلم 19
2:40,246 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Baqarah 2:125,127,133,136,140 اسمعيل 20
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-A‘ra>f 7:45,47 األعراف 21
Q.S An-Nisa>’4:170, Q.S Al-An‘a>m هللا 22
6:19,46, Q.S Al-Mu’minu>n 23:118, Q.S
Al-Furqa>n 25:68, Q.S Qa>f 50:26 dan di
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3: 126, Q.S Al-Ma>idah اللهم 23
5: 17, Q.S Al-Anfa>l 8:32, Q.S Yu>nus
10:10, Q.S Az-Zumar 39:46
Q.S Al-An‘a>m 6:85, Q.S As}-S{a>ffa>t الياس 24
37:123
Q.S Al-An‘a>m 6:86, Q.S S{a>d 38:48 أليسع 25
Q.S Al-Baqarah 2:128,134, Q.S Ali أمة 26
Imra>n 3:110 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Al-Baqarah 2:27, Q.S Ar-Ra‘d أمر 27
13:23,27, Q.S An-Nisa>’ 4:113, Q.S
Al-A‘ra>f 7:28, Q.S Yu>suf 12:40,
Q.S Al-‘Alaq 96:12
Q.S Ad-Dahr 76:2 أمشاج 28
-Q.S Al-Baqarah 2:13,62,176, Q.S At آمن 29
Taubah 9:19,20 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3:3,65 dan di beberapa انجيل 30
ayat & surat lainnya
Q.S Al-Baqarah 2:39, Q.S Ali Imra>n آية 31
3:11 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
’<Q.S Al-An’a>m 6:84, Q.S An-Nisa أيوب 32
4:162, Q.S Al-Anbiya>’ 21:83, Q.S S{a>d
38:41
Q.S Ar-Ru>m 30:2 روم 33
,Q.S Al-H{adi>d 57:13, Q.S Yu>suf 12:67 باب 34
Q.S Ar-Ra‘d 13:25
Q.S Al-Baqarah 2:102 بابل 35
Q.S As-Sajadah 41:10 بارك 36
-Q.S Al-Mu’minu>n 23:101, Q.S Ar برزخ 37
Rah}ma>n 55:20, Q.S Al-Furqa>n 25:53
’<Q.S Al-Baqarah 2:111, Q.S An-Nisa برهان 38
4:175 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
,Q.S An-Nisa>’4:77, Q.S Al-H{ijr 15:16 بروج 39
Al-Furqa>n 25:61, Q.S Al-Buru>j 85:1
Q.S An-Nah}l 16:58,59 بشر 40
Q.S al-A‘ra>f 7:117 بطل 41
Q.S As}-S{a>fa>t 37:125 بعل 42
Q.S Al-A‘ra>f 7:65,72 بعير 43
Q.S An-Nah}l 16:18 بغال 44
Q.S An-Nah}l 16:7, Q.S Fa>t}ir 35: 9, Q.S بلد 45
Al-A‘ra>f 7:56,57, Q.S Al-Balad 90:1,
Q.S At}-T{i>n 95:3, Q.S Ibrahi>m 14:35
Q.S Al-Baqarah 2: 22 بناء 46
Q.S As}-S{af 61:4, Q.S Al-Kahfi بنيان 47
18:21,Q.S As}-S{af>fa>t 37:97
-Q.S An-Nu>r 24:16, Q.S Al بهتان 48
Mumtah}anah 60:12
Q.S Al-Ma>idah 5:2, Q.S Al-H{ajj 22:28 بهيمة 49
Q.S Al-Fath} 48:12, Q.S Al-Furqa>n بور 50
25:18
Q.S Al-Baqarah 2: 254,275, Q.S بيع 51
Ibrahi>m 14: 31, Q.S An-Nu>r 24: 37
Q.S Maryam 19: 60, Q.S T{a>ha> 20: 82 تاب 52
Q.S Al-Baqarah 2: 248, Q.S T{a>ha 20:39 تابوت 53
Q.S Ad-Dukha>n 44:37, Q.S Qa>f 50:14 تبع 54
Q.S Al-Furqa>n 25:39, Q.S Al-Isra>’ 17:7 تتبير 55
Q.S An-Nu>r 24: 37 تجارة 56
Q.S Al-A‘ra>f 7:142, Q.S Al-Laili 92:2 تجلى 57
Q.S Al-Mut}affifi>n 83:27 تسنيم 58
Q.S Al-Furqa>n 25:33 تفسير 59
:Q.S Hu>d 11: 40, Q.S Al-Mu’minu>n 23 تنور 60
27
’<Q.S An-Nu>r 24:10, Q.S An-Nisa تواب 61
4:15,63,Q.S An-Nas}r 110:3, Al-
Baqarah 2:37,54,128,160, Q.S At-
Taubah 9: 105,119
Q.S Ali Imra>n 6:3,48,50,65,93 dan di توراة 62
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S At}-T{i>n 95:1 تين 63
Q.S Saba’34:13 جابية 64
Q.S Al-Baqarah 2:249,250 جالوت 65
Q.S Yu>suf 12:10,15 جب 66
Q.S An-Nisa>’ 4:50 جبت 67
-Q.S Al-Baqarah 2:97,98, Q.S At جبريل 68
Tah}ri>m 66:4
Q.S As}-S{a>ffa>t 37:103 جبين 69
Q.S At-Taubah 9: 30 جزية 70
Q.S Al-Ah}za>b 33:59 جالبيب 71
:Q.S Al-Baqarah 2 جناح 72
198,282,158,229,230,233,234,240,235,
236, Q.S An-Nisa>’ 4:22,23,101,127 dan
di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-Furqa>n 25:15, Q.S An-Najm جنة 73
53:15 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
,Q.S Ya>si>n 36:28,75, Q.S S{a>d 38:11 جند 74
Q.S Ad-Dukha>n 44:24, Q.S Al-Mulk
67:20, Q.S Maryam 19:76
Q.S Ya>sin 36:63, Q.S Al-Baqarah جهنم 75
2:206, Q.S Al-Muja>dalah 58:8 dan di
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Hu>d11:44 جودى 76
Q.S Ali Imra>n 3:103,112, Q.S Qa>f حبل 77
50:16, Q.S Al-Lahab 111:5
-Q.S Al-Mu’minu>n 23:54, Q.S Al حزب 78
Ma>idah 5:59
Q.S Yu>suf 12:47, Q.S Al-An‘a>m 6:141 حصد 79
Q.S Al-H{ashr 59:2 حصن 80
Q.S Al-Baqarah 2:58, Q.S Al-A‘ra>f حطة 81
7:160
-Q.S Al-Baqarah 2:129,151, Q.S Al حكمة 82
Ma>idah5:110
Q.S Maryam 19:13 حنان 83
Q.S Al-Baqarah 2:135, Q.S Ali Imra>n حنيف 84
3:67,95 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Ali Imra>n 3: 52, Q.S Al-Ma>idah حواريون 85
5:114,115, Q.S As} -S{af 61:14
An-Nisa>’ 4:2 حوب 86
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:72, Q.S Al-Wa>qi‘ah حور 87
56:22, Q.S Ad-Dukha>n 44:54. Q.S At}-
T{u>r 52:20
Q.S Al-Ah}za>b 23:40 خاتم 88
Q.S Yu>suf 12:36 خبز 89
Q.S Al-Anbiya>’ 21:47, Q.S Luqma>n خردل 90
31:16
Q.S Az-Zumar 39:71, Q.S Al-Mulk خزانة 91
67:8
’<Q.S Al-Baqarah 2: 81, Q.S An-Nisa خطئ 92
4:91
Q.S Al-Baqarah 2: 102,200, Q.S Ali خالق 93
Imra>n 3:77
Q.S Al-Baqarah 2:219,Q.S Muh{ammad خمر 94
47:15, Q.S Al-Ma>idah 5:93,94, Q.S
Yu>suf 12:36,41
Q.S Al-An‘a>m 6:145, Q.S Al-Baqarah خنزير 95
2: 173, Q.S Al-Ma>idah 5:4, Q.S An-
Nah}l 16:115
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:72 خيمة 96
-Q.S S{a>d 38:22,24,26, 30, Q.S Al داود 97
Anbiya>’ 21:79, Q.S Al-Ma>idah 5:81,
Q.S Saba’ 34:13
:Q.S Al-An‘a>m 6:105, Q.S Al-A‘ra>f 7 درس 98
168
Q.S Yu>suf 12:20 درهم 99
Q.S An-Naba>’ 78:34 دهاق 100
Q.S Al-Ma>idah 5:57, Q.S Al-Ka>firu>n دين 101
109:6, Q.S Az-Zumar 39:14 dan di
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3:75 دينار 102
Q.S Al-Ma>idah 5:4 ذكى 103
Q.S Al-Baqarah 2:104 راعنا 104
Q.S Al-Fa>tih}ah 1:2 dan di beberapa رب 105
ayat & surat lainnya
:Q.S Ali Imra>n 3:79, Q.S Al-Ma>idah 5 ربانى 106
47,66
Q.S Al-Baqarah 2: 16 ربح 107
Q.S Ali Imran 3:146 ربيون 108
Q.S Al-Baqarah 2: 59, Q.S al-A‘ra>f رجز 109
7:161, Q.S Saba>’ 34:5 dan di beberapa
ayat & surat lainnya
Q.S Ali Imra>n 3:36, Q.S Al-H{ijr رجيم 110
15:17,34, Q.S At-Takwi>r 81:25, Q.S
An-Nah}l 16:98, Q.S S{a>d 38:77
Q.S Al-Baqarah 2:163, Q.S Maryam الرحمن 111
19:61,75,89,97, Q,S T{a>ha 20:5,90,109
Q.S Al-Mut}affifi>n 83:25 رحيق 112
Q.S T{a>ha 20:131, Q.S Al-Anfa>l 8:4,74 رزق 113
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S At} -T{u>r 52:3 رق 114
Q.S Al-Kahfi 18:9 الرقيم 115
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:68, Q.S Al-An‘a>m رمان 116
6:99,141
Q.S Ar-Ru>m 30:15 روضة 117
Q.S Ar-Ru>m 30:2 الروم 118
Q.S Al-Baqarah 2:197 زاد 119
Q.S Al-‘Alaq 96:18 زبانية 120
’<Q.S Al-Anbiya>’ 21:105, Q.S An-Nisa زبور 121
4:162, Q.S Al-Isra>’ 17:55
Q.S An-Nu>r 24:35 زجاجة 122
Q.S Al-Isra>’ 17:93, Q.S Al-An‘a>m زخرف 123
6:112, Q.S Az-Zukhruf 43:35, Q.S
Yu>nus 10:24
Q.S Al-Gha>shiyah 88:16 زرابى 124
’<Q.S Ali Imra>n 3:37,38, Q.S Al-Anbiya زكرياء 125
21:89, Q.S Maryam 19:1,6
Q.S An-Nu>r 24:21, Q.S Ash-Shams زكى 126
91:9
Q.S Al-Baqarah 2:43,83,110,177,276 زكوة 127
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Ad-Dahr 76:17 زنجبيل 128
’<Q.S Al-Baqarah 2:230, Q.S An-Nisa زوج 129
4:19,Q.S Al-H{ajj 22:5, Q.S Ash-
Shu‘ara>’ 26:7 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Al-Furqa>n 25:4,Q.S Al-Muja>dalah زور 130
58:2, Q.S Al-H{ajj 22:30, Q.S Al-Furqa>n
25:72
Q.S An-Nu>r 24:35 زيت 131
Q.S At-Taubah 9:118, Q.S Ar-Ru>m ساعة 132
30:55, Q.S Al-A‘ra>f 7:33 dan di
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S T{a>ha 20:85,87,95 السامرى 133
Q.S An-Na>zi‘a>t 79:14 ساهرة 134
Q.S An-Naml 27:22, Q.S Saba’ 34:15 سباء 135
Q.S Al-Baqarah 2: 65, Q.S Al-A‘ra>f سبت 136
7:162
,Q.S Al-H{adi>d 57:1, Q.S Al-H{ashr 59:1 سبح 137
Q.S As}-S{aff 61:1
Q.S Ali Imra>n 3:13,75,99,146,157, Q.S سبيل 138
Al-An‘a>m 6:55, Q.S Al-Baqarah
2:154,190,195,217,218,246,261,262,27
3 dan di beberapa ayat & surat lainnya
’<Q.S Al-Baqarah 2:34, Q.S An-Nisa سجد 139
4:101, Q.S Al-H{ijr 15:30, Q.S S{a>d
38:73 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Anbiya>’ 21:104 سجل 140
Q.S Hu>d 11:82, Q.S Al-H{ijr 15:74, Q.S سجيل 141
Al-Fi>l 105:4
-Q.S Al-Mut}affifi>n 83:7,8, Q.S Ash سجين 142
Shu‘ara>’ 26:29
Q.S Al-Ma>idah 5:45,65,66 سحت 143
Q.S Al-Ma>idah 5:113, Q.S Al-Baqarah سحر 144
2:102, Q.S T{a>ha 20:58 dan di beberapa
ayat & surat lainnya
Q.S Al-Furqa>n 25:61, Q.S Al-Ah}za>b سراج 145
33:46, Q.S Nu>h} 71:16, Q.S An-Naba>’
78:13
Q.S Al-Kahfi 18:29 سرادق 146
Q.S Ibrahi>m 14:50, Q.S An-Nah}l 16:81 سربال 147
Q.S Saba’34:11 سرد 148
Q.S Al-Qalam 68:1,15 سطر 149
Q.S Al-Baqarah 2:184,185,283 سفر 150
Q.S ‘Abasa 80:15 سفرة 151
-Q.S Al-Kahfi 18:72,80, Q.S Al سفينة 152
‘Ankabu>t 29:15
Q.S Al-H{ijr 15:15 سكر 153
Q.S Al-An‘a>m 6:13 سكن 154
Q.S Yu>suf 12:31 سكين 155
Q.S Al-Baqarah 2: 248 سكينة 156
,Q.S Al-An‘a>m 6:54, Q.S Al-A‘ra>f 7:45 سالم 157
Q.S Ya>si>n 36:58, Q.S As}-S{a>ffa>t
37:79,109,120,130,181 dan di beberapa
ayat & surat lainnya
Q.S Al-H{a>qah 69:32 سلسلة 158
Q.S Ibrahi>m 14: 10,11,22, Q.S An-Nah}l سلطان 159
16:99 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Anfa>l 8:44 سلم 160
Q.S Al-Baqarah 2: 57,159, Q.S T{a>ha سلوى 161
20:80
Q.S Al-Baqarah 2:102, Q.S Al-An‘a>m سليمان 162
6:84 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Baqarah 2:261 سنبل 163
Q.S Al-Kahfi 18:31, Q.S Ad-Dukha>n سندس 164
44:53, Q.S Ad-Dahr 76:21
,Q.S Al-Kahfi 18:31, Q.S Al-H{ajj 22:23 سوار 165
Q.S Fa>t}ir35:33, Q.S Az-Zukhruf 43:53
,Q.S Al-Baqarah 2: 23, Q.S Yu>nus 1038 سورة 166
Q.S At-Taubah 9:65,87,125, Q.S
Muh{ammad 47:20, Q.S An-Nu>r 24:1
Q.S Al-Fajr 89:13 سوط 167
Q.S Al-Furqa>n 25:7,20 سوق 168
Q.S Al-Baqarah 2:272, Q.S Al-A‘ra>f سيما 169
7:46,48 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Mu’minu>n 23:20 سيناء 170
Q.S Fa>t}ir 35:40, Q.S Saba’ 34:22 شرك 171
Q.S An-Najm 53:49 شعرى 172
-Q.S Al-Baqarah 2:185,194,217, Q.S Al شهر 173
Qadr 97:3
Q.S Al-Baqarah 2: 282, Q.S Al-H{adi>d شهداء 174
57:19, Q.S An-Nisa>’ 4:68, Q.S A-Nu>r
24:1, Q.S Az-Zumar 39:69
Q.S Ibrahi>m 14:22, Q.S Al-Isra>’ 17:27 شيطان 175
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Maryam 19:69 شيعة 176
Q.S Al-Baqarah 2:62, Q.S Al-Ma>idah الصابؤن 177
5:72, Q.S Al-H{ajj 22:17
Q.S Al-Baqarah 2:138 صبغة 178
,Q.S An-Najm :36, Q.S Al-A‘la> 87:19 صحف 179
Q.S ‘Abasa 80:13
-Q.S Al-Baqarah 2: 196,263, Q.S An صدقة 180
Nisa>’ 4:113, Q.S At-Taubah 9:104, Q.S
Al-Muja>dalah 58:12
Q.S Maryam 19: 41,56, Q.S Yu>suf صديق 181
12:46
-Q.S Al-Baqarah 2: 142,213, Q.S Al صراط 182
An‘a>m 6:51,39 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S An-Naml 27:44 صرح 183
Q.S An-Nisa>’ 4:158, Q.S Al-Ma>idah صلب 184
5:33 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Baqarah 2:157,238, Q.S al-H{aj صلوات 185
22:40, Q.S At-Taubah 9:100
><Q.S Al-Qiya>mah 75:31, Q.S al-A‘la صلى 186
87:15, Q.S Al-‘Alaq 96:10
Q.S Al-A‘ra>f 7:137, Q.S Al-An‘a>m صنم 187
6:74, Q.S Ash-Shu‘ara>’26:72
Q.S Yu>suf 12: 72 صواع 188
Q.S Al-H{ajj 22:40 صوامع 189
Q.S Al-Infit}a>r 82:8 صورة 190
Q.S Maryam 19:26 صوم 191
-Q.S Al-Baqarah 2: 256,257, Q.S An طاغوت 192
Nisa>’ 4:50,59,75, Q.S Al-Ma>idah 5:63,
Q.S An- Nah}l 16:36, Q.S Az-Zumar
39:19
Q.S Al-Baqarah 2:247,249 طالوت 193
Q.S An-Nisa>’ 4:54, Q.S At-Taubah طبع 194
9:94,88
Q.S Al-Inshiqa>q 84:19 طبق 195
Q.S Al-H{ajj 22:26, Q.S Al-Mudathir طهر 196
74:4
Q.S Ar-Ra‘d 13:31 طوبى 197
Q.S Al-Mu’minu>n 23:20, Q.S At}-T{i>n طور 198
95:2
Q.S Al-‘Ankabu>t 29:14, Q.S Al-A‘ra>f طوفان 199
7:132
,Q.S Al-An‘a>m 6:2, Q.S Al-A‘ra>f 7:11 طين 200
Q.S Al-Mu’minu>n 23:12, Q.S As-
Sajadah 32:7, Q.S S{ad 38:71, Q.S As}-
S{a>ffa>t 37:11, Q.S Adh-Dha>riya>t 51:33,
Q.S Al-Isra>’ 17:61
Q.S Al-An‘a>m 6:73, Q.S At-Taubah عالم 201
9:95,106 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Ma>idah 5:63 عبد 202
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:76 عبقرى 203
Q.S Al-H{ajj 22:29,33 عتيق 204
Q.S At-Taubah 9:72, Q.S Ar-Ra‘d عدن 205
13:23 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Al-Wa>qi‘ah 56:37 عروب 206
Q.S Al-Ma>idah 5:12, Q.S Al-A‘ra>f عزر 207
7:157
Q.S At-Taubah 9:30 عزير 208
Q.S An-Naml 27:39 عفريت 209
Q.S Al-Mut}affifi>n 83:18,19 عليون 210
Q.S Al-Fajr 89:7 عماد 211
Q.S Ali Imra>n 3:34,35, Q.S At-Tah}ri>m عمران 212
66:12
Q.S Al-‘Ankabu>t 29:41 عنكبوت 213
Q.S Al-Ma>idah 5:114 عيد 214
Q.S Al-Baqarah 2:87,136,253, Q.S Ali عيسى 215
Imra>n 3:45,59,84 dan di beberapa ayat
& surat lainnya
Q.S Nu>h} 71:27 فاجر 216
Q.S Al-An‘a>m 6:14, Q.S Yu>suf 12:101 فاطر 217
dan di beberapa ayat & surat lainnya
-Q.S Ash-Shu>‘ara>’ 26:118, Q.S As فتح 218
Sajadah 32:28
Q.S Ar-Rah{ma>n 55:14 فخار 219
,Q.S Al-Furqa>n 25:53, Q.S Fa>t}ir 35:12 فرات 220
Q.S Al-Mursalat77:27
-Q.S Al-Kahfi 18:108, Q.S Al فردوس 221
Mu’minu>n 23:11
Q.S Al-Baqarah 2:49 فرعون 222
Q.S Al-Baqarah 2:53,185, Q.S Ali فرقان 223
Imra>n 3:3 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
-Q.S Al-An‘a>m 6:95,96, Q.S Ash فلق 224
Shu‘ara>’ 26:63
Q.S Al-A‘ra>f 7:64 فلك 225
Q.S Al-Fi>l 105:1 فيل 226
-Q.S Al-Qas}as} 28:76,79, Q.S Al قارون 227
‘Ankabu>t 29:39, Q.S Gha>fir 40:24
-Q.S Al-Baqarah 2:87,253, Q.S Al قدس 228
Ma>idah 5:110, Q.S An-Nah}l 16:102
Q.S Al-Baqarah 2:185, Q.S Al-Ma>idah قرآن 229
5:102, Q.S Al-An‘a>m 6:19
Q.S Ali Imra>n 3:183, Q.S 5 Al-Ma>idah قربان 230
:27
Q.S Al-An‘a>m 6:7,91 قرطاس 231
Q.S Al-A‘ra>f 7:94 قرية 232
Q.S Quraish 106:1 قريش 233
-Q.S 3Ali> Imra>n:18,21, Q.S An قسط 234
Nisa>’4:127,135, Q.S Al-Ma>idah5:8,42
dan di beberapa ayat & surat lainnya
’<Q.S Al-Isra>’ 17:35, Q.S Ash-Shu‘ara قسطاس 235
26:186
Q.S An-Nisa>’5:82 قسيسون 236
,Q.S Al-A‘ra>f 7:74, Q.S Al-Hajj 22:45 قصر 237
Q.S Al-Furqa>n 25:10
Q.S S{a>d 38:16 قط 238
Q.S Ibra>hi>m 14:50 قطران 239
Q.S Muh{ammad 47:24 قفل 240
Q.S A>li ‘Imra>n 3:44, Q.S Luqma>n قلم 241
31:27
Q.S Yu>suf12:18-28,93 قميص 242
Q.S Ali> Imra>n 3:75, Q.S An-Nisa>’ 4:19 قنطار 243
Q.S Al-Baqarah 2:85 قيامة 244
Q.S Al-Baqarah 2:255, Q.S Ali Imran قيوم 245
3:2, Q.S T{a>ha 20:111
,Q.S As{-S{a>ffa>t 37:45, Q.S At}-T}u>r 52:23 كأس 246
Q.S Al-Wa>qi’ah 56:18, Q.S Al- Insa>n
76:5,17
Q.S Ad-Dahr 76:5 كافور 247
Q.S At}-T}u>r 52:29, Q.S Al-H}aqqa>h كاهن 248
69:42
Q.S Yu>nus 10:78, Q.S Al-Ja>shiyah كبرياء 249
45:37
-Q.S Al- Baqarah 2:1,89, 187 Q.S Al كتب 250
Ma>idah 5:23 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Al- Baqarah 2:255, Q.S S}a>d 38:34 كرسى 251
-Q.S Al-Baqarah 2:109,161,276, Q.S Al كفر 252
H{adi>d 57:20 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Hu>d 11:12, Q.S Al-Kahf 18:82,Q.S كنز 253
Al- Furqa>n 25:8, Q.S Ashu ‘ara>’ 26:58,
Q.S Al- Qas}as} 28:76
-Q.S Az- Zukhruf 43:71, QS Al كوب 254
Wa>qi‘ah 56:18, QS Al- Insa>n 76:15, QS
Al-Gha>shiyah 88:14
QS Al- An‘am 6:152, QS Al-A‘ra>f كيل 255
7:85, QS Yu>suf 12:59,65,88, QS Al-
Isra>’17:35, QS Ash-Shu‘ara>’ 26:181
QS S}a>d 38:3 الت 256
-QS Al- A‘ra>f 7:145,150,154, QS Al لوح 257
Qamar 54:13, QS Al- Buru>j 85:22
QS Al- Anfa>l 8:86 لوط 258
QS Al- Ma>idah 5:112,114 مائدة 259
Q.S Al- Ma>‘u>n 107:7 ماعون 260
Q.S Az- Zukhruf 43:77 مالك 261
Q.S Al-Hijr 15:87, Q.S Az-Zumar مثانى 262
39:23
,QS An- Nisa’ 4:40, QS Yu>nus 10:61 مثقال 263
QS Al-Anbiya>’ 21:47, QS Luqma>n
31:16, QS Saba’ 34:3,22
Q.S Al-Baqarah 2:214, QS A>li ‘Imra>n مثل 264
3:117, QS Al-A‘raf 7:176
Q.S Al- Hajj 22:17 المجوس 265
,QS Al-A‘ra>f 7:85, QS At-Taubah 9:70 مدين 266
QS Hu>d 11:84,95 dan di beberapa ayat
& surat lainnya
-Q.S Al-A‘ra>f 7:111,123, Q.S At مدينة 267
Taubah 9:101,120 dan di beberapa ayat
& surat lainnya
Q.S Al-H}adid 57:22,58 مرجان 268
Q.S Hu>d 11:41 موسى 269
Q.S Al-Baqarah 2:87 مريم 270
-Q.S Al-Insa>n 76:5,17, Q.S Al مزاج 271
Mut}affifi>n 83:27
Q.S Al-Baqarah 2:144,149,150,191,196 مسجد 272
Q.S Al- Mut}affifi>n 83:26 مسك 273
-Q.S Al-Baqarah 2:83,177, Q.S At مسكين 274
Taubah 9:60
<Q.S A>li ‘Imra>n 3:45, QS An-Nisa مسيح 275
4:158,171,172, Q.S Al-Ma>idah
5:17,72,75, Q.S At-Taubah 9:30,31
QS An-Nu>r 24:35 مشكاة 276
,QS Al-Baqarah 2:61, QS Yu>nus 10:87 مصر 277
QS Yu>suf 12:21,99, QS Az-Zukhruf
43:51
QS Al-H{ashr 59:24 مصور 278
QS Al-Mu’minu>n 23:50, QS As-Sa>ffa>t معين 279
37:45, QS Al-Wa>qi‘ah 56:18, QS Al-
Mulk 67:30
’<QS Az-Zumar 39:62, QS Ashu‘ara مقالد 280
42:12
QS Al-Baqarah 2:120,130,135, QS A>li ملة 281
‘Imra>n 3:95, QS An-Nisa> 4:125, QS Al-
An‘am 6:161, QS Al-A‘ra>f 7:88,89 dan
di beberapa ayat & surat lainnya
QS Al-Baqarah 2:30 ملك 282
QS Yu>suf 12:72,76 ملك 283
QS Al-An‘a>m 6:75, QS Al-A‘ra>f ملكوت 284
7:185, QS Al- Mu’minu>n 23:88, QS
Ya>sin 36:83
QS Al-Baqarah 2:57, QS QS Al-A‘ra>f من 285
7:160, QS T{a>ha> 20:80
Q.S At-Taubah 9:102, Q.S Ali Imra>n منافقون 286
3:17
QS Al-Qa>ri‘ah 101:5 منفوش 287
Q.S Al-Ma>idah 5:48 منهاج 288
Q.S Al-Ma>idah 5:48,QS Al-H}ashr مهيمن 289
59:23
Q.S An-Nahl 16:14, QS Fa>t}ir 35:12 مواخر 290
Q.S At-Taubah 9:70, QS An-Najm مؤتفكة 291
53:53, QS Al-H}a>qqah 69:9
Q.S Al-Baqarah 2:54,60, QS Hu>d 11:17 موسى 292
Q.S Al-Ma>idah 2:98 ميكال 293
Q.S Al-Ma>idah 2 :246, QS A>li ‘Imra>n نبب 294
3:68, QS Al-Anfa>l 8:64
Q.S A>li ‘Imra>n 3:79, QS Al-An‘a>m نبوة 295
6:89 dan di beberapa ayat & surat
lainnya
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:35 نحاس 296
Q.S Al-Baqarah 2:271, QS Al-Insa>n نذر 297
76:7, QS Al-Hajj 22:29
Q.S Al-A‘ra>f 7:154 نسخة 298
Q.S Al-Baqarah نصارى 299
2:62,111,113,120,135,140 dan di
beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-Gha>shiyah 88:15 نمارق 300
<Q.S A>li ‘Imra>n 3:33, QS An-Nisa نوح 301
4:163, QS Hu>d 11:32
Q.S Al-Anbiya>’ 21:87 نون 302
هاروت و 303 ماروت
Q.S Al-Baqarah 2:102
Q.S Al-Baqarah 2:248, QS An- Nisa هارون 304
4:163, QS As}-Sa>ffat 37:114
-Q.S Al-Qas}as} 28:6,8,38, QS Al هامان 305
‘Ankabu>t 29:39, QS Gha>fir 40:24,36
Q.S Al-Qa>ri’ah101:8 هاوية 306
Q.S Al-Anbiya>’ 21:30, QS Al-‘Ankabu>t وثن 307
29:17,25
Q.S Ar-Rah}ma>n 55:37 وردة 308
Q.S Maryam 20:29, QS Al-Furqa>n وزير 309
25:35
يأجوج و 310 مأجوج
Q.S Al-Kahf 18:94,Q.S Al-
Anbiya’21:96
Q.S a-H{adi>d 57:58 ياقوت 311
,Q.S Ali Imra>n 3:39, Q.S a-An‘a>m 6:85 يحيى 312
Q.S Maryam 19:7,12, Q.S al-
Anbiya>’21:90
Q.S Al-Baqarah 2:132-140, Q.S Ali يعقوب 313
Imra>n 3:84 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Al-Jinn 71:23 يغوث 314
Q.S As}-S{a>ffa>t 37:146 يقطين 315
Q.S An-Nisa>’4:158, Q.S Al-H{ijr15:99 يقين 316
dan di beberapa ayat & surat lainnya
Q.S Al-A‘ra>f 7:136, Q.S T{a>ha يم 317
20:39,78,97, Q.S Al-Qas}as} 28:7,40, Q.S
Adh-Dha>riya>t 51:40
Q.S Al-Baqarah 2:113,120, Q.S Ali يهود 318
Imra>n 3:67 dan di beberapa ayat &
surat lainnya
Q.S Al-Inshiqa>q 6:84, Q.S Gha>fir 40:34 يوسف 319
Q.S An-Nisa>’4:163, Q.S Al-An‘a>m يونس 320
6:86, Q.S Yu>nus10:98, Q.S As}-S{a>ffa>t
37:139
GLOSARIUM
’Ajami : Seseorang yang secara rasial bukan dari
Arab tanpa memandang apakah bisa
berbicara dengan menggunakan bahasa
Arab atau tidak
A’jami : Seseorang yang tidak dapat berbicara
dengan bahasa Arab yang benar dan jelas
tanpa memandang secara rasial berasal dari
Arab atau non Arab
Absolut : Tidak dapat diragukan lagi, nyata, mutlak.
Akhenaten : Amenhotep IV yaitu Firaun dinasti ke-18
Mesir dikenal karena mengubah sistem
agama Mesir menjadi monoteism.
Arabisasi : Proses pengambilan kata dari bahasa lain
kemudian disesuaikan dengan wazn atau
timbangan bahasa Arab.
Egyptology : Ilmu yang mempelajari tentang sejarah
Mesir termasuk di dalamnya tentang
bahasa, agama, seni dan segala hal yang
berhubungan dengannya.
Eskatologis : Mengenai hal-hal terakhir seperti
kematian, hari kiamat, kebangkitan.
Hieroglif : Tulisan dan abjad Mesir Kuno yang terdiri
atas 700 gambar dan lambang dalam
bentuk manusia, hewan atau benda.
Lambang tulisan (menyerupai gambar
paku) yang bersifat rahasia atau teka-teki
yang sukar dibaca atau dipahami
maknanya.
Historisitas : Segala sesuatu yang berhubungan dengan
sejarah, kesejarahan.
Huruf Muqatt}}a’ah : Huruf hijaiyah di awal surat. Disebut huruf
muqat}a ‘ah karena huruf ini dibaca
terputus-putus dan tidak bersambung.
Kosakata Asing : Kosakata non Arab
Langue : Sistem bahasa yang lahir dari interaksi
unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
masyarakat yang bertutur yang kemudian
sistem bahasa itu menjadi milik bersama
dari masyarakat bertutur tersebut.
Lingua franca : Sebuah istilah linguistik yang artinya adalah
bahasa pengantar atau atau bahasa
pergaulan di suatu tempat dimana terdapat
penutur bahasa yang berbeda-beda
Linguistik : Ilmu tentang bahasa
Liturgi : Ibadat umum di gereja, tata cara kebaktian.
Istilah yang berasal dari bahasa Yunani
leitourgia yang berarti kerjasama.
Makna dasar : Sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri
yang selalu terbawa dimanapun kata itu
diletakkan.
Makna relasional : Sesuatu yang konotatif yang diberikan dan
ditambahkan pada makna kata yang sudah
ada dengan meletakkan kata itu pada posisi
khusus dalam medan semantik khusus.
Manuskrip : Naskah tulisan tangan yang menjadi kajian
filologi.
Mazhab : Mazhab berasal dari bahasa Arab yang
berarti tempat kembali. Istilah ini mengacu
kepada aliran atau paham yang terdapat
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Istilah ini dominan digunakan dalam
bidang fiqh.
Metafisik : Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
hal-hal non fisik atau tidak kelihatan.
Orientalis : Seseorang yang melakukan studi atau
penelitian terhadap berbagai disiplin ilmu
ketimuran baik bahasa, agama, sejarah dan
permasalahan-permasalahan sosio-kultural
bangsa Timur.
Parole : Suatu tuturan yang bersifat aktual,
temporal, personal dan individual yang
digunakan seseorang dalam komunikasi
dengan merujuk pada sistem bahasa
Semantik : Ilmu tentang makna kata dan kalimat,
pengetahuan mengenai seluk-beluk dan
pergeseran arti kata, bagian struktur bahasa
yang berhubungan dengan makna ungkapan
atau struktur makna suatu wicara.
INDEKS
‘
‘Abd as}-S{a>bu>r Sha>hin 31
‘arabi> 59
A
Ad-Da>li 69
Ah}mad Muh}ammad Sha>kir 25
Akhenaten 52
al-fatihah 57, 90, 91, 92, 93,
94
al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-
Qur’an 51, 52, 53, 54, 55,
57, 64, 66, 67, 68, 79, 81,
83, 84, 95, 112, 114, 116,
117, 118, 121
Ali Na>s}uh} T}a>hir 108
al-Jawa>li>qi 8, 26
Alphonse Mingana 4, 5, 22
Andrew Rippin 3, 4, 8, 22, 71
arabisasi 16, 24, 31, 47, 123
Aramaik 6, 9, 13, 14, 29, 30,
64
ar-Ra>zi 22, 44, 45, 54, 89, 96,
101, 102
Arthur Jeffery 4, 5, 6, 9, 12,
22, 27, 63, 64
ash-Sha>fi‘i 7, 22, 23
B
Badui 29, 58
bahasa Arab 1, 2, 3, 6, 7, 8,
14, 15, 19, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
33, 37, 40, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47, 48, 51, 53, 56,
57, 58, 59, 64, 65, 69, 70,
73, 74, 75, 76, 79, 81, 84,
85, 88, 95, 102, 103, 114,
121, 123
bahasa suci 57, 66, 67, 68, 78,
79, 84, 123
C
Christoph Luxenberg 5, 6, 9,
22, 29, 30, 64, 65
E
Egyptology 51, 85
Ethiopia 5, 25, 30, 63
F
Ferdinannd De Saussure 60
Fir‘aun 52, 65, 67
H
H{asan D{iya>’uddi>n ‘Itr 26
Hieroglif 56, 57, 68, 70, 71,
78, 85
historis 8, 35, 36, 40, 48, 53,
58, 61, 63, 64, 102, 123
huruf muqat}t}a‘ah 9, 53, 55,
56, 57, 81, 85, 94, 96, 97,
98, 99, 101, 103, 104, 105,
106, 107, 108, 109, 110,
111, 112, 123
I
Ibn Abbas 22, 24, 25, 74, 88,
90, 91, 92, 93, 98, 99, 100,
109, 111, 114
Ibn jari>r 91
Ibn Kathi>r 54, 93, 98, 102,
111
Ibrani 5, 6, 8, 9, 14, 25, 27,
30, 35, 57, 63, 66, 67, 70,
76, 123
Islam 3, 4, 6, 7, 9, 22, 30, 36,
41, 60, 61, 62, 65, 84, 95,
96, 109
J
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i 7, 8, 22,
25, 26, 47, 97, 104
K
kearaban 2, 3, 12, 15, 16, 33,
82, 85, 121, 124
Komaruddin Hidayat 40, 66,
67, 72, 73
Koptik 5, 8, 9, 63, 68, 71, 123
kosakata asing 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
18, 19, 21, 22, 25, 26, 31,
33, 43, 48, 51, 58, 78, 79,
123, 124
L
lingua franca 13, 14, 30, 59,
64, 65
M
Madinah 60, 61, 90, 118
Makiyah 113, 115, 118
Mekkah 14, 59, 61, 108
Mesir Kuno 9, 11, 17, 18, 19,
51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,
58, 64, 65, 67, 68, 69, 70,
71, 72, 75, 76, 77, 78, 80,
81, 82, 83, 84, 87, 94, 95,
113, 114, 115, 116, 117,
118, 121, 122, 123, 124
Mu‘tazilah 37, 38
mufassir 5, 10, 18, 20, 21, 31,
76, 77, 81, 85, 87, 89, 95,
98, 99, 108, 112, 114, 117,
121
Muhammad Ibrahim 95
mukjizat 23, 105
N
Nas}r H{a>mid Abu> Zaid 23, 39,
62, 101, 105, 109, 113
naturalis 72
Noldeke 99, 100
Nu>ruddin ‘Itr 107
O
orientalis 3, 4, 9, 13, 19, 22,
30, 65
P
parole 60
Penafsiran 41, 44, 45, 46, 47,
89, 92, 105, 109, 113, 114,
115, 116, 118, 119, 121,
122, 124
peradaban 2, 27, 30, 65, 66,
70, 72
Q
Quraish Shihab 2, 3, 21, 25,
46, 59, 61, 87, 91, 96, 104,
106, 107, 111, 112, 114,
115, 117, 118, 119
R
Richard Bell 32, 61
S
Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-
‘Adl 9, 11, 16, 17, 18, 19,
51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,
58, 64, 66, 67, 68, 69, 76,
77, 78, 79, 80, 81, 82, 83,
84, 85, 92, 95, 101, 112,
114, 116, 117, 118, 119,
122
sab‘u al-matha>ni> 57, 82, 83,
89, 90, 92, 93, 94
Salman Harun 28, 31
Sayyid Qut}b 104
Schawally 27
Semit 8, 27, 75
Shahrur 94
Subh}i> as-S{a>lih 6,104
Syriak 5, 6, 9, 29, 64
T
tafsir 12, 17, 42, 43, 44, 53,
55, 77, 89, 90, 95, 97, 112,
115, 122
Taufik Adnan Amal 27, 98,
100, 108, 112
teologis 32, 48, 72, 75
Toshiko Izutshu 29, 62, 63
Toshiko Izutsu 29, 33, 35, 40,
41, 47
W
wahyu 1, 2, 3, 4, 19, 21, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 39, 40,
41, 62, 74, 88, 97, 99, 100,
103, 109, 114, 119, 122
Watt 32, 61, 97
weltanchuung 63
Y
Yahudi 4, 27, 30, 61, 63, 66,
68, 76, 95, 109, 110
Z
Zamakhshari 48
Zarkashi 2, 107