Kota Bandung

  • Upload
    pikpes

  • View
    91

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Meneliksik mengenai manajemen pemerintahan Kota Bandung

Citation preview

BAB I

A. LATAR BELAKANGKota Bandung sebagai kota yang memiliki potensi luar biasa dalam sosial politik dan ekonomi menjadi daya tarik baik bagi kalangan domestik maupun internasional. Catatan sejarah membuat nama Bandung kian berpengaruh besar, tidak hanya memengaruhi kondisi sosial ekonomi hingga menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara-negara di asia dan afrika. Fakta bisu ini menorehkan prestasi gemilang pemerintah dan masyarakat Bandung kala itu. Tidak berhenti sampai disana, kondisi sosial ekonomi masyarakat Bandung telah menempatkan corak khusus dalam perekonomian Indonesia. Banyak ide-ide kreatif yang diinisiasi oleh anak muda menjadi tren yang diakui secara nasional bahkan global. Lebih lanjut, Bandung juga dikenal sebagai pencetak akademisi yang mampu mengarahkan berbagai kebijakan bahkan arah berdirinya bangsa ini.Perkembangan kota Bandung terbilang pesat, banyak hal yang telah berubah di kota ini. Mulai dari alih fungsi bangunan hingga penggusuran dan pengrusakan ruang terbuka hijau. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah kota. Beberapa kali mengalami perubahan estafet kepemimpinan membuat Bandung kian terlihat abstrak dan tidak bertujuan. Slogan Bandung sebagai kota kembang bergeser pada kondisi masyarakat yang memiliki mental yang tidak dewasa, seringkali terjadi permasalahan yang dibiarkan tanpa menemukan solusi kongkrit.Kawasan hostoris dan industri tidak terpetakan dengan baik sehingga tidak dapat dibedakan secara pola. Pembangunan infrastruktur yang ditunjang dengan pemetaan yang buruk akan mengakibatkan banyaknya permasalahan infrastruktur yang tidak terselesaikan terutama di daerah remote. Kebijakan yang diambil seharusnya mampu mengatasi permasalahan mendasar demi terciptanya keselarasan antara permasalahan dan rencana yang dibuat. Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen yang pada hakekatnya merupakan derivasi dari perencanaan nasional seharusnya mampu mengarahkan dan memetakan pergerakan suatu pemerintahan, dalam hal ini adalah kota Bandung. Dengan perencanaan yang jelas memungkinkan adanya integrasi yang linier dengan berbagai pihak baik masyarakat ataupun pihak swasta. Hal ini pula diharapkan mampu membuat alur perkembangan yang semakin lama tidak dapat diprediksikan dengan pasti karena frekuensi yang cepat. Langkah kebijakan yang diambil oleh elit politik pun seharusnya linier dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya agar tercipta kondisi yang harmonis dan tidak terkesan tumpang tindih. Banyaknya peraturan pemerintah daerah yang dicabut oleh Kementrian Dalam Negeri merupakan indikasi bahwa banyaknya pemerintah daerah mengabaikan aturan dan prosedur yang berlaku menurut undang-undang.Lebih jauh, kota yang telah menginjak usia 202 tahun ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah khususnya pemerataan infrastruktur. Salah satu elemen penting pembangunan ini kini telah menjadi kajian serius semua sektor baik pemerintah maupun pihak swasta, karena selain pembangunan manusia pembangunan infrastruktur menjadi sarat utama dalam akselerasi pembangunan.Maka dari itu, sangatlah penting mengkaji sebuah kota dari perencanaan pembangunan infrastruktur nya. Melalui pengembangan dari visi misi pemimpin terpilih, perencanaan dijabarkan melalui Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dengan itu diharapkan adanya kesinambungan pembangunan berkelanjutan dalam upaya pemerataan akses dan pemberian ruang bagi sektor swasta yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat.

B. IDENTIFKASI MASALAH

Diusianya yang semakin matang Bandung diharapkan mampu membuka potensi, daya tarik, dan peluang masyarakat baik di bidang sosial budaya hingga sektor perekonomian. Selama ini Bandung dikenal sebagai kota produktif yang menghasilkan banyak kreasi dan terobosan. Kota ini juga mampu menjadi industri yang mampu menjadi role model, tidak hanya bagi kota-kota besar di Indonesia namun juga hingga mancanegara. Berbagai produk yang mampu pasar internasional banyak dihasilkan disini. Disamping itu, target pertumbuhan ekonomi yang mencapai 13 % diharapkan linier dengan atmosfer usaha yang didukung dengan berbagai penunjang terlebih di bidang infrastruktur.Dibalik rencana pembangunan berkelanjutan yang diharapkan dapat membentuk kota yang dijuluki dengan paris van java ini menjadi pusat perdagangan yang diakui secara Internasional, masih diselimuti berbagai permasalahan yang dapat menghambatnya perkembangan infrastruktur kota Bandung. Dalam polling independen yang diinisiasi oleh MNC Media Research pada tanggal 10-12 Januari 2013 terhadap 307 responden usia 17-45 tahun keatas mengenai problem terbesar yang dihadapi kota Bandung saat ini, jawabannya mereka yang berpendapat problem terbesar kota Bandung itu kemacetan (34,5%), sampah (31,3%), banjir (13,7%), infrastruktur jalan (12,1%), dan ekonomi (2%), selain itu berdasarkan data Ditlantas Polda Jabar 2012, tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Bandung tergolong terparah dan tersulit dikendalikan. Ditambah dengan jumlah kendaraan yang tidak terkendalo, infrastruktur jalan juga tak memadai secara kuantitas maupun kualitas. Belum lagi pertambahan penduduk yang pesat.Menurut pakar tata ruang kota, Sri Hidayati Djoeffan, dalam menghadapi pertambahan jumlah penduduk dan transportasi di KotaBandungyang semakin semrawut, pemerintah harus semakin menggiatkan rekayasa pengaturan arus lalu lintas. Salah satu alternatifnya adalah dengan adanya pembangunan underpass di bawah.Lebih lanjut iya menjelaskan bahwa dengan terbatasnya lahan diBandung akan sulit membuat pelebaran jalan. Sementara jumlah kendaraan semakin akan bertambah. Selain itu, menurut data bahwa di KotaBandungterdapat 336 persimpangan dan putaran utama, dan setidaknya terdapat 64 kawasan yang rawan terjadinya kemacetan. Dari ke-64 kawasan itu, 34 kawasan berupapasartumpah dan PKL, 11 kawasan pertokoan dan mal, 5 kawasanpendidikan, 5 kawasanfactory outlet(FO), 4 kawasan tempat rekreasi, dan 10 kawasan wisata kuliner. Jika kita melihat lebih lanjut mengenai kawasan mal dan pertokoan di KotaBandungyang rawan kemacetan yakni Jalan Gatot Subroto (TSM), Cicadas (BTM), Purnawarman (BEC), Mohamad Toha (ITC), Dewi Sartika (Kings, Yogya, dll.), Merdeka (BIP, Gramedia,), Otto Iskandar Di Nata (PasarBaru), Setiabudi (Rumah Mode), Cihampelas (Ciwalk), Ujungberung, sampai Dr. Djundjunan BTC (Sri Hidayati Djoeffan,2013).Sementara 10 kawasan wisata kuliner yang menjadi titik rawan kemacetan cukup signifikan adalah kawasan Jalan L.L.R.E. Martadinata, Ir. H. Djuanda (Dago), Pelajar Pejuang '45/Laswi, Pasteur, Banda, Aceh, TamanPramuka, Trunojoyo, Sukajadi, Burangrang, dan kawasan Sudirman, Gardujati, Cibadak. Menurut pakar tata kota ini beberapa penyebab terjadinya kemacetan di lokasi-lokasi tersebut, karena kapasitas parkir yang kurang. Jumlah kendaraan berbanding terbalik dengan lahan parkir yang tersedia.Sebagai contoh, akses jalan dan parkir di sentra sepatu Cibaduyut dan sentra kain Cigondewah yang tergolong tidak memadai. Padahal, sentra industri bisa menjadi tujuan wisata yang bisa meningkatkan perputaran uang. Itulah sederet permasalahan Kota Bandung yang belum efektif dalam mengadakan pembangunan infrastruktur yang merata. Berbagai solusi yang ditawarkan pemerintah seakan belum menunjukan keberpihakan atas permasalahan yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.Peran pembangunan Infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan ekonomi baik di bidang industri kreatif hingga jasa, seharusnya menjadi prioritas serius pemerintah jika ingin mencapai kondisi dimana Bandung dapat menjadi kota yang mampu menjadi percontohan dan pusat industri kreatif, dengan kebijakan yang tepat bukan tidak mungkin rencana pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menciptakan masyarakat madani ini menembus angka 13%.

C. PERUMUSAN MASALAH

Setelah melihat dan mengkaji mengenai permasalahan yang sedang menjangkiti Kota Bandung hari ini, ada beberapa hal yang dapat dirumuskan yang dinilai menjadi permasalahan yang harus dipetakan secara objektif sehingga mampu menerjemahkan berbagai kebutuhan yang sedang dirasakan oleh masyarakat, diantaranya :

a. Bagaimana seharusnya perencanaan dilakukan sesuai dengan teori yang berlaku?b. Apa langkah yang diambil oleh pemerintahan untuk mengatasi berbagai permasalahan infrastruktur?c. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab dalam upaya pembangunan infrastruktur?d. Dimanakah peran pemimpin daerah dalam upaya pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan?e. Kapan permasalahan pembangunan infrastruktur ini diharapkan mampu teratasi di Kota Bandung.

Itu merupakan beberapa permasalahan yang dapat dipetakan sehingga nantinya dapat ditemukan permasalahan riil yang dialami oleh masyarakat pada umumya, lebih lanjut permasalahan diatas juga meruapakan representasi dari berbagai pertanyaan terkait perencaan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.

BAB IILANDASAN TEORI

FDalam teori manajemen, dikenal beberapa fungsi dengan berbagai pendekatan. Tujuannya untuk menciptakan beberapa perspektif sehingga tidak diambil kesimpulan yang stagnan. Adapun beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi manajemen anatara lain :Fungsi Manajemen Menurut Hendry Fayol :Ada 5 fungsi Manajemen (PO3C), terdiri dari :1. Perencanaan (planning) berupa penentuan langkah-langkah yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.2. Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil dan sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.3. Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka4. Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.5. Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk membuktikan apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.

Namun saat ini, Henry Fayol membuat fungsi manajemen dengan detail yaitu :

1). Planning atau perencanaanmerupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan utk mencapai tujuan.2). Organizing atau pengorganisasianPenentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan organisasi.Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.Penugasan tanggung jawab tertentuPendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.

3). StaffingStaffing atau penyusunan personalia adl penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yg menguntungkan dan produktif.

4). Leading atau fungsi pengarahanadalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka lakukan.

5). Controlling atau pengawasanadalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yg telah ditetapkan.Sumber :koleksi.org/fungsi-manajemen-menurut-henry-fayol Fungsi Manajemen Menurut George Terry

Geroge Terry menjelaskan bahwa fungsi manajemen itu yaitu POAC

Dalam bukunya Principles of Management yaitu "Suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demmi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya".

Dari definisi Terry itulah kita bisa melihat fungsi manajemen menurutnya. Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan.Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan.Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.

Hakikat dari fungsi manajemen dari Terry adalah apa yang direncakan, itu yang akan dicapai. Maka itu fungsi perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses pelaksanaanya bisa berjalan dengan baik serta segala kekurangan bisa diatasi. Sebelum kita melakukan perencanaan, ada baiknya rumuskan dulu tujuan yang akan dicapai.

Fungsi Manajemen Menurut Luther GullickFungsi Manajemen menurut luther Gullick ~ Pos Dicorecbug, terdiri dari :

1). Planning (Perencanaan)Perencanaan yang kata dasarnya rencana pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumber daya yang akan dilaksanakan dan digunakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Fungsi dari perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :Menjelaskan berbagai masalah.Menentukan prioritas masalahMenentukan tujuan dan indicator keberhasilanMengkaji hambatan dan kendalaMenyusun rencana kerja operasioanal

Sedangkan manfaat perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:a. Mengurangi ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.b. Dimungkinkan melakukan pilihan dari berbagai alternatif tindakan.c. Mengarahkan perhatian pada tujuan.d. Merupakan sarana untuk mengadakan pengawasan.e. Memudahkan melakukan koordinasi diantara berbagai organisasif. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, sehingga menghemat waktu, usaha dan dana.

Tahap-tahap perencanaan :a. Perumusan tujuan, pada tahap ini penyususn perencanaan harus merumuskan tujuan yang hjendak di capai di masa yang akan datang.b. Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan terkontrol.c. Perumusan prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen (sumberdaya).d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu.e. Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d d dirumuskan dengan baik.

Persyaratan yang dimaksud terdiri dari :a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.b. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak bersifat muluk-muluk.c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan.d. Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.e. Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian tujuan.f. Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.

Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.Kegiatan seorang manejer adalah menyusun rencana. Menyusun rencana, berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :1) Tindakan apa yang harus dikerjakan ?2) Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?3) Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?4) Kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?5) Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?

2). Organizing (Pengorganisasian )Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas sesuai pronsip pengorganisasian. Sehingga pengorganisasian dapat disebut sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-sekolah pada penggunaan waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan, yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah.

3). Staffing (Penyusunan pegawai)Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncakan dan diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.

Penyediaan staf merupakan pengarahan dan latihan sekelompok orang yang mengerjakan sesuatu tugas, dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan. Dalam upaya mengembangkan staf metode yang dapat dipergunakan, antara lain: latihan jabatan, penugasan khusus, simulasi, permainan peranan, satuan tugas penelitian, pengembangan diri dan seterusnya. Sementara itu ada tiga tipe program pengembangan staf yang terdiri dari: presupervisory programs, middle management programs dan executive development programs.

4). Directing (Pengarahan)Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah ditentukan.Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan.

Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatannya

Fungsi pengarahan melibatkan pembimbingan dan supervisi terhadap usaha-usaha bawahan dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran organisasi. Dalam kaitannya dengan fungsi ini, ilmu-ilmu perilaku telah memberikan sumbangan besar dalam bidang-bidang motivasi dan komunikasi.

5). Coordinating (Koordinasi)Koordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.

Pengkoordinating merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerja sama yang harmonis.

Dengan adanya pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.

Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah yang telah ditentukan.

Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang atau saling merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam organisasi. Pengorganisasian dalam suatu organisasi , termasuk organisasi pendidikan, dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti :a. Melaksanakan penjelasan singkatb. Mengadapat rapat kerjac. Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.

6). Reporting (Pelaporan)Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan pemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen, yang merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh manajer.

Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan, bahkan pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak direkam secara baik melalui pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat. Semua proses dan atau kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam organisasi formal, sperti lembaga pendidikan, pada umumnya selalu dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan jika tiudak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam organsasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila dilakukan pencatatan dan pengdokumentasian yang baik.

Fungsi ini memgang peranan penting dalam memberhasilkan kegiatan manjemen pendidikan., fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil catatan ini akan digunakan manajer untuk membuat laporan tentang apa telah, sedang dan akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi recording and reporting ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien.

7). Budgeting ( Pembuatan Anggaran)LUTHER GULLICK mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu fungsi manajemen. Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan pengendalian organisasi melalui perencanaan fiskal dan akuntansi. Sesuatu anggaran, baik APBN maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama sebagai satu pernyataan fiskal dan kedua sebagai suatu mekanisme.

APBN merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. APBN adalah anggaran pendapatan dan belanja negara Republik Indonesia setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPR (Dewan perwakilan Rakyat).

APBD merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah).

Dalam penyusunan anggaran dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :a. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.b. Data masa lalu.c. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.d. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.e. Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.Penelitian untuk pengembangan perusahan.

Dari ketujuh fungsi diatas kita tambahkan 1 item lagi yakni :

8). Controlling (Pengawasan)

Proses pengawasan mencatat perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat.

Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencna, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Penampilan mengindikasikan bahwa secar langsung berhubungan dengan strategi sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu lulusan, resep masyarakat, dan seterusnya. Mungkin biasa menyediakan sinyal peringatan awal dari perjalanan panjang yang efektif. Pengawasan strategi sekolah sering disebut pengawasan strategi. Sebab fokusnya pada kegiatan yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga menjadi sekolah lebih bermutu. Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan sesuai yang dikehendaki, dan dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan.

Kenyataan menunjukkan, pengawasan dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek menunjukkan tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas, efesiensi, dan produktifitas, tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress checking, tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi dan misi pendidikan. Yang ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak terwujud.

Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut massie (1973:89)

a. Tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan.b. Pengawasan harus menjadi umpab balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan.c. Harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan.d. Cocok dengan organisasi pendidikan misalnya organisasi sebagai system terbuka.e. Merupakan control diri sendiri.f. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan control di tempat pekerja dang. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personal pendidiklan.

Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut oteng sutisna (1983 : 203)a. Menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga langka universal.b. Mengukur perbuatan atau kinerja.c. Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan-perbedaan jika ada dand. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan.

Pengawasan manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkan standar prestasi (performance standard) dengan perencanaan sasarannya guna mendesain system informasi umapan balik.

Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu adalah penting, untuk menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan, bahwa semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan penggunaan anggaran dalam penyelanggaraan sekolah yang dapat dipergunakan untuk menjalankan operasi sekolah dan banyak metode pengendalian yang mencakup anggaran belanja (budget), perhitungan rugi laba, dan sarana-sarana keuangan lainnya agar pelaksanaan operasi sekolah dapat berhasil dengan baik. Kualitas layanan belajar akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistic dan ilmu pendidikan dalam pengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor dan petugas sekolah lainnya dalam instituasi sekolah.

Fungsi Manajemen Menurut Lyndall F. Urwick (1974)

Fungsi Manajemen menurut Lindall F. Urwick ~ SPO3C, terdiri dari :

1). StaffingStaffing adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

2). Planning Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaanmerupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?

3). OrganizingOrganizing atau pengororganisasian adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

4). ControllingControlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

5). Directing / CommandingDirecting atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

6). CoordinatingCoordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Fungsi Manajemen Menurut Harold Koentz

Fungsi-fungsi manajemen menurut Harold Koentz ~ POSDC, terdiri dari :1). PlanningPenetapan sejumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan kemudian. Perencanaan merupakan aktivitas untuk memilih dan menghubungkan fakta serta aktivitas membuat rencana mengenai kegiatan-kegitan apa yang akan dilakukan di masa depan. Maka seorang manajer dituntut untuk dapat membuat rencana terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dilakukan. Proses perencanaan sangat penting dilaksanakan sebagai pedoman atau pegangan dalam pengerjaan aktivitas selanjutnya. Adapun beberapa aktivitas perencanaan adalah peramalan, pengembangan tujuan-tujuan, pengembangan strategi-strategi, pemrograman, penjadwalan, penganggaran, pengembangan kebijakan-kebijakan, dan pengembangan prosedur-prosedur.

2). OrganizingPengorganisasian adalah usaha yang dilakukan untuk menciptakan hubungan kerja antar personal dalam organisasi dengan cara mengelompokan orang-orang beserta penetapan tugas-tugas, fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing agar tercapainya tujuan bersama melalui aktivitas-aktivitas yang berdaya dan berhasil guna karena dilakukan secara efektif dan efisien.

3). StaffingPenyusunan kepegawaian pada suatu organisasi dari awal masa penerimaan, seleksi, orientasi, pelatihan dan pengembangan karir hingga menggerakan pegawai agar setiap tenaga kerja yang ada memberikan dan melaksanakan suatu kegiatan yang menguntungkan organisasi.

4). DirectingFungsi directing atau sering dikenal dengan leading adalah satu kegitan yang berhubungan dengan pemberian perintah dan saran agar para bawahan dapat mengerjakan tugas yang dikehendaki manajer. Kegiatannya meliputi mengambil keputusan, mengadakan komunikasi antara manajer dan bawahan agar ada rasa saling pengertian, memberikan semangat, motivasi ataupun dorongan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, memilih orang-oramg yang mempunyai kemampuan untuk bergabung dalam kelompoknya, dan memperbaiki pengetahuan serta sikap bawahan agar terampil dalam mengerjakan pekerjaan.

5). ControllingMelalui aktivitas pengendalian, manajer harus mengevaluasi dan menilai pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan bawahannya untuk mengetahui apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Pengendalian tidaklah bermaksud untuk mencari kesalahan bawahan. Namun pengendalian dilakukan bertujuan untuk mencari penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan kea rah yang lebih baik.

Fungsi Manajemen Menurut James A.F. Stoner

Fungsi-fungsi manajemen menurut James A.F. Stoner ~ POLC, terdiri dari :Dalam buku "Manajemen" dari James A.F. Stoner Jilid 1 terbitan bahasa IndonesiaStoner mengatakan bahwa "Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan".Sekarang jelas bahwa fungsi manajemen menurut Stoner ada empat yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (Controlling).Kemudian Stoner merumuskan keempat fungsi manajemen itu sebagai berikut:Perencanaan (planning) menunjukan bahwa para manajer memikirkan tujuan dan kegiatannya sebelum melaksanakannya. Kegiatan mereka biasanya berdasar suatu cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak saja.Pengorganisasian (organization) berarti para manajer itu mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Sejauh mana efektifnya suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengerahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Tentu saja, dengan makin terpadu dan makin terarahnya pekerjaan akan menghasilkan makin efektifnya organisasi. Mendapatkan koordinasi yang sedemikian itu adalah salah satu tugas manajer.Memimpin (to lead) menunjukan bagaimana para manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu, Dengan menciptakan suasana tepat, mereka membantu bawahannya bekerja sebaik mungkin.Pengendalian (controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari organisasi menuju arah yang salah, para manajer berusaha untuk mencari sebabnya dan kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Bandung

Perkembangan dan pembangunan suatu kota saling berkaitan dengan jumlah, struktur dan dinamika penduduknya, tingkat sosial ekonomi serta luas wilayahnya. Jumlah penduduk yang banyak memerlukan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, sehingga semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan sarana dan prasarana di kota tersebut. Tingkat sosial ekonomi dapat membentuk watak dan kualitas kehidupan penduduk. Kota dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung dapat menimbulkan kekumuhan, sebaliknya kota dengan tingkat sosial ekonomi yang baik cenderung akan lebih teratur. Pada aspek luas wilayah, akan berkaitan dengan tingkat mobilitas dan interaksi antar penduduk. Ketiga hal tersebut di atas merupakan faktor penting dalam penentuan strategi pembangunan suatu kota.

Karena itu, analisis ekonomi Kota Bandung akan berkaitan erat dengan perkembangan daerah sekitarnya (Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung) serta Kota Jakarta. Bahkan kegiatan ekonomi masyarakat Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung sudah sedemikian menyatu, khususnya yang tinggal berdekatan dengan perbatasan kota. Kondisi ini dicirikan oleh penduduk yang dalam pergerakannya cenderung memusat ke Kota Bandung baik untuk kegiatan ekonomi dan sosial. Karena itu, sebenarnya memisahkan secara administratif untuk kegiatan ekonomi Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung relatif sulit karena keduanya secara empiris saling berkaitan yang melebur (aglomerasi) dalam kesatuan daerah Bandung Metropolitan.

Gambar 1. Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandungdan Sekitarnya terhadap Ekonomi Jawa Barat Tahun 2006

Kawasan Bandung Metropolitan memiliki peranan yang signifikan dalam perekonomian Jawa Barat. Kawasan Bandung Metropolitan memberikan kontribusi sebesar 21% dari total PDB Jawa Barat, dimana Kota Bandung sendiri memiliki kontribusi terbesar yakni 10,03% dari perekonomian Jawa Barat. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan nasional. Pada tahun 2006 tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai 7,83% dan diperkirakan pada tahun 2007 mencapai 8,24%. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di Jawa Barat maupun di Indonesia.Gambar 2. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung dan Jawa Barat tahun 2004-2007 (%)

STRUKTUR EKONOMI KOTA BANDUNG

Nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.51,3 trilyun dengan tingkat PDRB per kapita sebesar Rp.22.640.000,-. Tingkat pendapatan perkapita ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber dari dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sekitar 36,4% dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor industri pengolahan sekitar 29,8%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sekitar 10,8% demikian juga dengan sektor jasa-jasa. Pembentukan investasi di Kota Bandung pada tahun 2007 mencapai Rp.5,4 trilyun, meningkat dari tahun sebelumnya Rp.4,2 trilyun.

Sebagai pusat perekonomian Jawa Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata dan pendidikan, aktivitas ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada sektor jasa dan perdagangan. Pada tahun 2007, 36,7% penduduk Kota Bandung bekerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 24,9% tenaga kerja Kota Bogor bekerja di sektor jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta. Walaupun menyerap tenaga kerja dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan dengan jumlah produksi ekonomi, maka produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainya. Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor jasa yang di dalamnya meliputi jasa pemerintahan umum dan sosial kemasyarakatan relatif mendapat tingkat pendapatan atau kesejahteraan yang relatif rendah atau distribusi pendapatan di sektor ini tidak merata. Selain itu ada kemungkinan sektor jasa-jasa menampung banyak tenaga kerja kurang produktif, sehingga ada potensi pengangguran semu cukup besar pada sektor ini.Gambar 3. Kontribusi Sektor Ekonomi dan Persentase Serapan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kota Bandung Tahun 2007 (%)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2007 Kota Bandung sebesar 49,44%. Angka ini jauh di bawah TPAK Jawa Barat yang mencapai 62,51%. TPAK Kota Bandung yang masih rendah disebabkan oleh struktur penduduk Kota Bandung yang walaupun lebih didominasi oleh penduduk pria (50,77%), namun pada usia produktif struktur penduduk Kota Bandung justru lebih didominasi oleh perempuan (50,95%), atau dengan kata lain jumlah penduduk pria yang besar lebih banyak pada penduduk usia yang tidak produktif. Selain itu, sebagai salah satu kota tujuan pendidikan di Indonesia, menjadikan penduduk usia sekolah di Kota Bandung sebagian besar memilih untuk tidak berada di dalam angkatan kerja. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk Kota Bandung yang terlibat dalam angkatan kerja cenderung lebih rendah dibandingkan daerah lain di Jawa Barat.

Permasalahan lain, walaupun TPAK Kota Bandung tidak terlalu besar, jumlah pengganguran terbuka Kota Bandung justru tergolong tinggi. Pada tahun 2007 Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) di Kota Bandung mencapai 21,92%, yang jauh lebih tinggi dibandingkan TPT Jawa Barat yang mencapai 13,08% pada tahun 2007. Kondisi ini semakin menegaskan bahwa perekonomian Kota Bandung telah terintegrasi dengan perekonomian daerah sekitarnya (Metropolitan Bandung). Sehingga walaupun TPAK di Kota Bandung cenderung lebih rendah, tetap tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan karena sebagian kebutuhan tenaga kerja di Kota Bandung telah dipenuhi oleh pekerja dari penduduk daerah penyangga Kota Bandung.Tabel 1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Bandung

Selanjutnya dapat dianalisis tentang PDRB per kapita sebagai pendekatan untuk perhitungan rata-rata pendapatan penduduk walaupun relatif kurang tepat. Dari tahun 2003-2007, PDRB perkapita penduduk Kota Bandung mengalami kecenderungan peningkatan yang cukup pesat yakni rata-rata, mengalami peningkatan mencapai 20% setiap tahunnya. Hal ini semakin menunjukkan eksistensi Kota Bandung sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Selain itu, walaupun meningkat dengan pesat, pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung relatif merata dirasakan oleh penduduknya. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat pemerataan pendapatan di Kota Bandung yang relatif lebih baik daripada pemerataan pendapatan Jawa Barat maupun Nasional. Pada tahun 2005 koefisien gini ratio Kota Bandung sebesar 0,159, nilai ini lebih rendah dari koefisien gini ratio Jawa Barat yang sebesar 0,191 maupun tingkat nasional yang mencapai 0,39. Artinya distribusi pendapatan di Kota Bogor relatif lebih merata dibandingkan kabupaten/kota di Jawa Barat maupun secara nasional.

Intensitas kegiatan ekonomi pada umumnya berbeda-beda menurut lokasinya. Intensitas ini juga terkait dengan penggunaan lahan yang ada di area tersebut. Lahan yang memiliki intensitas kegiatan ekonomi tinggi secara perlahan akan menggeser penggunaannya dari permukiman menjadi area komersial. Dalam situasi ini, umumnya kebutuhan lahan semakin didorong oleh upaya pencapaian produktivitas ekonomi yang lebih tinggi atas lahan tersebut.

Struktur ekonomi Kota Bandung, terutama berasal dari kegiatan sektor jasa (tersier) dan sektor industry pengolahan (sekunder). Tingkat produktivitas ekonomi lahan untuk berbagai jenis kegiatan ekonomi yang ada di Kota Bandung secara umum dapat dianalisis dengan nilai produktivitas lahan per km2. Semakin tinggi nilai produktivitas ekonomi, menunjukkan bahwa setiap km2 area di daerah tersebut memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi bila dibandingkan daerah lainnya. Tingkat produktivitas lahan dapat dibedakan ke dalam nilai bruto (kotor) dan neto (bersih). Nilai produktivitas ekonomi lahan bruto menunjukkan nilai produktivitas ekonomi rata dari seluruh lahan di suatu wilayah, atau tidak spesifik mengacu pada lahan-lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi saja. Tingkat produktivitas ekonomi lahan ini dapat diklasifikasi menurut kecamatan yang ada di Kota Bandung.

Pada tahun 2002 nilai produktivitas ekonomi lahan (bruto) Kota Bandung adalah Rp.126 milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307 milyar per km2. Kenaikan nominal nilai produktivitas lahan ini relatif sangat cepat dalam masa 5 tahun tersebut, yaitu rata-rata tumbuh 19,54% pertahun. Namun bila mempertimbangkan adanya tingkat inflasi atau produktivitas ekonomi riil, maka pada dasarnya rata-rata pertumbuhan lebih lambat, yaitu 7,68% pertahun. Kenaikan produktivitas nominal yang tinggi dapat menjadi indikasi tuntutan produktivitas ekonomi yang lebih tinggi atau dapat menurunkan daya saing ekonomi. Artinya dibutuhkan biaya investasi dan operasional yang lebih tinggi per luasan lahan tertentu. Perkembangan produktivitas ekonomi lahan (bruto) di Kota Bandung dari tahun 2002-2007 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini,Gambar 5. Produktivitas Ekonomi Lahan BrutoKota Bandung Tahun 2002-2007

Selanjutnya nilai produktivitas ekonomi lahan bruto di Kota Bandung, khususnya pada tahun 2006 dapat dikelompokkan menurut Kecamatan. Pengelompokkan ini dapat menunjukkan kecamatan yang memiliki intensitas kegiatan ekonomi tinggi dalam konsep ruang wilayah. Intensitas ekonomi per luasan wilayah yang relatif tinggi di Kota Bandung adalah Cicendo, Andir, Astanaanyar dan Babakan Ciparay. Kecamatan yang tergolong sedang antara lain Bandung Wetan, Bandung Kulon, Ujungberung, Regol, Kiaracondong, Batununggal, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kidul, Sukajadi dan Gedebage. Secara faktual, kecamatan-kecamatan tersebut menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi penting di Kota Bandung. Keberadaan aktivitas ekonomi di wilayah tersebut dapat mendorong pergerakan penduduk untuk bekerja atau beraktivitas ekonomi. Dengan demikian posisi kecamatan ini dapat menjadi pembangkit pergerakan penduduk.Tabel 2. Klasifikasi Kecamatan MenurutProduktivitas Ekonomi Lahan Bruto Tahun 2006

Nilai produktivitas ekonomi lahan Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh sektor perdagangan dan jasa. Wilayah yang memiliki kontribusi yang besar dari kedua sektor tersebut hampir dapat dipastikan memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi. Sedangkan sektor pertanian dinilai tidak memberikan nilai ekonomi yang signifikan terhadap lahan. Hal ini terlihat dari wilayah dengan konsentrasi pertanian yang tinggi justru tidak memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi. Secara lebih lengkap sebaran kegiatan ekonomi Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut.Gambar 6. Sebaran Kegiatan Ekonomi Kota Bandung

Selain itu, dapat dianalisis antara kecamatan dengan intensitas kegiatan ekonomi tinggi dengan tingkat kepadatan penduduknya. Dengan dasar klasifikasi adalah rata-rata kepadatan penduduk per km2 dan produktivitas ekonomi per km2, maka dapat diperoleh informasi klasifikasi sebaran penduduk dan aktivitas perekonomian Kota Bandung. Kecamatan Bandung Wetan, Cicendo dan Ujungberung termasuk kecamatan dengan produktivitas ekonomi tinggi, namun tingkat kepadatan penduduk di bawah rata-rata. Daerah-daerah seperti ini dapat menjadi orientasi pergerakan kerja penduduk. Selanjutnya kecamatan Andir, Astanaanyar, Babakan Ciparay, Bandung Kulon, Batununggal, Bojongloa Kidul, Cibeunying Kidul, Kiaracondong, Regol dan Sukajadi termasuk memiliki intensitas kegiatan ekonomi tinggi termasuk pula pusat kepadatan penduduk. Posisi kecamatan di atas dapat dituangkan ke dalam gambar berikut ini,

Gambar 7. Sebaran Penduduk dan Kegiatan Ekonomi Kota Bandung

Dari hasil sebaran penduduk dan kegiatan ekonomi Kota Bandung tersebut dapat terlihat bagaiman pola pergerakan penduduk tidak hanya terjadi di dalam Kota Bandung sendiri, namun turut pula melibatkan penduduk dari daerah sekitar (Metropolitan Bandung). Hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan sarana dan prasarana perhubungan yang lebih memadai untuk dapat menampung aktivitas pergerakan penduduk tersebut tanpa menyebabkan terjadinya kemacetan arus transportasi baik dalam Kota Bandung sendiri maupun daerah perbatasan.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat, penduduk yang terdidik, dan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah (tingkat Man Power Kota Bandung mencapai 73,74%, hal ini belum termasuk daerah sekitar Metropolitan Bandung) membantu Kota Bandung sebagai Kota yang cocok digunakan sebagai tempat investasi. Hal ini turut dibuktikan melalui hasil survei tingkat kepuasan dan rekomendasi investasi yang dilakukan oleh Majalah Swa pada tahun 2009, mendudukan Kota Bandung sebagai kota kedua yang paling banyak direkomendasikan sebagai tujuan investasi setelah Kota Pekanbaru. Tingkat kepuasan dan rekomendasi yang tinggi menjadi peluang yang sangat besar bagi Kota Bandung untuk mengembangkan diri menjadi kota jasa yang Bermartabat. Untuk itu, perlu persiapan yang matang untuk menyambut perkembangan Kota Bandung menjadi kota jasa yang metropolitan. Pembangunan hunian vertikal mau tidak mau harus dijadikan tren gaya hidup baru guna mengantisipasi pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Selain itu, Kota Bandung memerlukan reformasi dan penataan kembali pola transportasi masal yang lebih efektif untuk menghindari terjadinya stagnasi akibat kelebihan beban angkutan dibandingkan volume jalan yang ada.Gambar 8. Persepsi Pengusaha dalam Kota Tujuan Investasi

SOSIAL DAN BUDAYA

Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM adalah berfungsi sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan yang dilakukan. Pada tahun 2007 IPM Kota Bandung mencapai 78,09, dibentuk oleh indeks kesehatan sebesar 80,65, indeks pendidikan sebesar 89,60, dan indeks daya beli masyarakat sebesar 64,04. Indeks tertinggi adalah indek pendidikan yang semakin mengukuhkan Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.

Tabel 3. Perkembangan IPM dan Komponennyadi Kota Bandung Tahun 2004-2007

Kecamatan Sukasari tercatat sebagai kecamatan dengan nilai IPM terbaik yakni 81,03. Sebaliknya Kecamatan Kiaracondong memiliki nilai IPM terendah yakni 76,69. Walaupun demikian, berdasarkan kriteria UNDP, tingkat IPM yang mencapai Kecamatan Kiaranconding yang sebesar 76,69, telah mencapai status pembangunan manusia pada tingkat menengah atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Kota Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik dalam hal kesehatan, pendidikan dan daya belinya.Gambar 9 Pencapaian Pembangunan Manusia Kecamatan di Kota Bandung

Pada tahun 2004 IPM Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun 2007 relatif tumbuh sangat lambat. Mengikuti pola tersebut, dapat diproyeksikan IPM sampai dengan tahun 2013. Struktur IPM Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya. Indeks Pendidikan adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks terendah. Berdasarkan data yang ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan dapat mengalami pertumbuhan paling cepat. Bila pada tahun 2007 adalah sekitar 80, maka ada kemunngkinan dapat mengalami peningkatan hingga 91, atau sedikit lebih rendah daripada indeks pendidikan. Indeks pendidikan walaupun mengalami peningkatan, namun peningkatan relatif lambat. Perkembangan yang mengkuatirkan adalah Indeks Daya Beli, yang terdapat kecenderungan mengalami penurunan karena beberapa ancaman, misalnya inflasi, kenaikan harga bahan bakar minyak dan perubahan-perubahan ekonomi makro lain yang menyebabkan penurunan daya beli.

Lebih lanjut, sebaran tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut:Gambar 10. Sebaran Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung

Dari sebaran tersebut dapat terlihat bagaimana, tingkat kesejahteraan wilayah utara dan timur Kota Bandung relatif lebih baik daripada wilayah selatan dan barat. Hal ini menunjukkan masih diperlukan upaya pemerataan pembangunan Kota Bandung khususnya di daerah selatan Kota Bandung yang relatif masih tertinggal dibandingkan wilayah lainnya di Kota Bandung.

3.2 Rencana Pembangunan Infrastruktur Kota Bandung

Setelah melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat Bandung, untuk melihat lebih jauh mengenai perencanaan pemerintah Kota Bandung, mari kita lihat Rancangan Menengah Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang RPJMD Kota Bandung Tahun 2009-2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)Kota Bandung Tahun 2008 20013

Misi RPJM

NoMisi

1Pengembangan perekonomian kota yang berdaya saing dalam menunjang penciptaan lapangan kerja dan pelayanan publik serta meningkatkan peranan swasta dalam pembangunan ekonomi kota

2Peningkatan kesadaran Budaya Kota yang tertib, aman, kreatif, berprestasi dalam menunjang Kota Jasa Bermartabat

3Penataan Kota Bandung menuju mertropolitan terpadu yang berwawasan lingkungan

4Peningkatan kinerja pemerintah kota yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan dalam upaya meningkatkan kapasitas pelayanan kota metropolitan

5Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan dan pembiayaan pembangunan kota yang akuntabel dan transparan dalam menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa

Adapun isu-isu yang diangkat dalam RPJMD adalah :1. Peningkatan kualitas pendidikan2. Penumbuhan ekonomi kreatif kota dan sektor ekonomi kreatif dan tradisional3. Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkungan hidup kota4. Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur serta penataan kota5. Peningkatan kualitas kesehatan dan penanganan penyakit6. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran7. Penyediaan pelayanan umum Kota yang prima8. Optimalisasi manajemen pemerintahan kota9. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.Lebih lanjut, RPJMD dijelaskan diantaranya : Mengembangkan perekonomian kota yang berdaya saing dalam menunjang penciptaan lapangan kerja dan pelayanan publik serta meningkatkan peranan swasta dalam pembangunan ekonomi kota.Tujuan-1 :Memantapkan Kemakmuran Warga Kota Bandung (Agenda Prioritas Bandung Makmur).

Sasaran :1. Meningkatnya peranan usaha mikro kecil menengah dan koperasi dalam perekonomian kota ;2. Meningkatnya akses pelayanan perijinan dan kepastian hukum bagi dunia usaha ;3. Meningkatnya kesejahteraan petani dan penguatan ketahanan pangan perkotaan ;4. Meningkatnya kemampuan teknologi, sistem produksi dan penguatan sentra industri ; 5. Meningkatnya pertumbuhan riil dan kontribusi riil sektor perekonomian kota;6. Menjaga stabilitas harga dan distribusi barang kebutuhan pokok ;7. Meningkatnya perluasan kesempatan kerja formal di sektor-sektor yang menjadi core competency kota ; 8. Meningkatnya penertiban dan penataan pedagang kaki lima serta pedagang asongan ;9. Mengembangkan kota sebagai kota kreatif.

Tujuan-2 :Mewujudkan Pariwisata yang Berdaya Saing.

Sasaran :1. Meningkatnya Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata.

Tujuan-3 :Mewujudkan Kerjasama Ekonomi dengan Daerah Lain.

Sasaran :1. Meningkatnya sinergitas kegiatan ekonomi antar wilayah.

1. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengembangkan budaya kota yang tertib, aman, kreatif, berprestasi dalam menunjang Kota Jasa Bermartabat;Tujuan-1 :Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Agenda Prioritas Bandung Makmur).

Sasaran :1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan kelembagaan dan partisipasi dan ekonomi masyarakat.

Tujuan-2 :Meningkatkan Sinergitas Pelestarian Budaya Lokal antar Pemerintah, Pelaku Budaya dan Masyarakat (Agenda Prioritas Bandung Kota Seni Budaya).

Sasaran :1. Meningkatnya sinergitas pelestarian budaya lokal antara pemerintah, pelaku budaya dan masyarakat.

Tujuan-3 :Meningkatkan Prestasi Kepemudaan (Agenda Prioritas Bandung Berprestasi)

Sasaran :1. Meningkatnya peran serta pemuda dalam pembangunan ;2. Meningkatnya prestasi olahraga dan bidang lainnya.

Tujuan-4 :Meningkatkan Kepekaan dan Kepedulian Masyarakat terhadap Lingkungan Sosial.

Sasaran :1. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial ;

2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Tujuan-5 :Meningkatkan Mutu Kerjasama diantara Semua Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Kota Bandung.

Sasaran :1. Terbukanya akses informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota.

Menata Kota Bandung menuju metropolitan terpadu yang berwawasan lingkungan;Tujuan-1 :Mewujudkan Kualitas Udara, Air dan Tanah sesuai Baku Mutu Lingkungan.

Sasaran :1. Terkendalinya pencemaran udara ;2. Terkendalinya pencemaran air ;3. Terkendalinya pencemaran tanah.

Tujuan-2 :Menjamin Tersedianya Kuantitas dan Kualitas Air (Air Permukaan, Air Tanah Dangkal dan Air Tanah Dalam).

Sasaran :1. Pengembangan sumber air baku untuk penyediaan air bersih ;2. Meningkat dan terkendalinya kawasan berfungsi lindung (berfungsi hidrologi).

Tujuan-3 :Mewujudkan Pengelolaan Limbah Padat yang Efektif dan Bernilai Ekonomi.

Sasaran :1. Berkurangnya limbah padat melalui pemanfaatan kembali sehingga memiliki nilai ekonomi.

Tujuan-4 :Menyediakan Ruang Kota yang Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan.

Sasaran :1. Terbentuknya struktur ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan ;2. Tersedianya lahan pemakaman sesuai kebutuhan kerjasama dengan pengembang ;3. Terarahnya hunian vertikal dan teremajakannya kawasan kumuh.

Tujuan-5 :Memantapkan Pembangunan Kota Bandung yang Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan.

Sasaran :1. Tertatanya ruang terbuka publik secara berkualitas ;2. Terkendalinya pemanfaatan ruang.

Tujuan-6 :Menyediakan Sistem Transportasi yang Aman, Efisien, Nyaman, Terjangkau dan Ramah Lingkungan.

Sasaran :1. Berkembangnya sistem prasarana transportasi yang mendukung struktur ruang kota ;2. Terkendalinya aspek-aspek penyebab kemacetan dan kecelakaan;3. Berkembangnya Sarana Angkutan Umum Masal (SAUM) dan terbatasnya penggunaan kendaraan bermotor.

Tujuan-7 :Mewujudkan Sarana dan Prasarana Lingkungan yang Memenuhi Standar Teknis/ Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Sasaran :1. Tersedianya air bersih dengan kualitas dan kuantitas yang baik;2. Tersedianya Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah yang berkelanjutan ;3. Tersedianya sistem drainase kota yang tertata ;4. Tersedianya sistem Penanganan Air Limbah dan IPAL Kota;5. Tersedianya prasarana energi dan komunikasi yang handal.

Tujuan-8 :Mewujudkan Mitigasi Bencana yang Handal.

Sasaran :1. Tumbuh dan meningkatnya pengelolaan bencana alam (gempa, longsor, banjir, gunung meletus, angin topan, dll);2. Tumbuh dan meningkatnya pengelolaan bencana alam kecelakaan (kebakaran dll) ;3. Penanggulangan infrastruktur pasca bencana.

BAB IVKESIMPULAN

Pentingnya pembangunan infrastruktur suatu kota guna mengingkatkan kualitas sosial budaya ekonomi masyarakatnya harus ditunjang dengan kebijakan pembangunan yang linier dengan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut. Melalui Perencanaan yang straight to the point sebagai fungsi dari manajemen seharusnya pemerintah mampu mengatasi keterbatasan yang menghambat perkembangan suatu daerah.Lebih lanjut, dengan danya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dapat sejalan dengan garis yang ditetapkan pemerintah pusat dan mampu menjadi solusi ditengah permasalahan yang berjamur khususnya dibidang infrastruktur. Selain itu dengan dibangunnya garis pembangunan yang berkelanjutan diharapkan masyarakat dapat menjadi partner yang dapat membantu teraktualisasinya perencanaan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara.Silalahi, Ulbert. 1996.Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.Winardi, DR. 2006. Asa-Asas Manajemen. Yogyakarta: Alumni Pakar tata ruang kota & dosen Jurusan Planologi Universitas Islam Bandung (Unisba), Sri Hidayati Djoeffan , 2013, BandungDR. Anang Muftiadi Analisis Ekonomi Dan Sosbud Kota BandungBAPPEDA Kota BandungPemerintahan Umum Kota BandungWebsite Pemerintah Kota Bandung www.Bandung.go.id

37 | Bandung.