Upload
michael-gomez
View
26
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kota berkelanjutan
Citation preview
Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan
KOTA KOMPAK DAN KOTA BERKELANJUTAN
NUR RIZKA MARIONA SYAM60100112077
B
TEKNIK ARSITEKTURFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR2014
KOTA BERKELANJUTAN (ECO CITY)”
Bumi ini sudah tua dan akan terus bertambah tua. Sejak dulu berbagai aktivitas
dilakukan manusia di atas bumi ini untuk memenuhi kebutuhannya. Terkadang proses
eksplorasi tidak memperhatikan kaidah-kaidah ramah lingkungan. Bisa saja suatu saat
nanti sumber daya alam yang ada di Bumi ini habis dan tidak ada gantinya lagi. Oleh
karena itulah seharusnya eksplorasi dan eksploitasi itu berpedoman pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Untuk dalam pembangunan yang berkelanjutan ini
ada yang dikenal dengan kota berkelanjutan sebagai salah satu bagiannya.
Ada banyak contoh kota di dunia yang sudah menerapkan kota berkelanjutan atau
eco city ini. Ini tentu juga bisa menjadi referensi bagi kota lainnya yang ingin
mengadaptasi bentuk kota berkelanjutan.
1. Pertama, Kota Moreland di Australia. Kota yang berada di sebelah utara
Melbourne, ini memiliki program untuk karbon menjadi netral dengan
slogannya “Zero Carbon Moreland”. Selain itu Kota Melbourne sendiri, sejak
10 tahun terakhir telah melaksanakan berbagai metode untuk meningkatkan
transportasi umum. Juga dengan menyisakan berbagai wilayah untuk zona
bebas mobil (car free zone). Kota lainnya di Australia yang mengusung eco
city ini adalah Kota Greater Taree di Utara Sydney yang telah
mengembangan rencana induk dengan meminimalisir jumlah karbon dan ini
yang pertama di Australia.
2. Lalu, Cina yang bekerja sama dengan pemerintah Singapura juga
membangun sebuah eco city di Pesisir Kabupaten Baru yaitu Kota Tianjin di
Cina Utara. Eco city ini disebut dengan “Sino-Singapura Tianjin Eco City”.
Selain itu di Cina juga ada Dongtan Eco-City, Huangbaiyu Big Eco-City. Tak
hanya itu saja, pemanas air dengan tenaga surya yang diperuntukkan untuk
keluarga juga direkomendasikan di Cina. Denmark juga hadir dengan model
ekologi industrinya yaitu The Industrial Park di Kalundborg. Kota lainnya
adalah kota Accra di Ghana dengan improving waste management-nya.
.
[2]
3. Denmark juga hadir dengan model ekologi industrinya yaitu The Industrial
Park di Kalundborg. Kota lainnya adalah kota Accra di Ghana dengan
improving waste management-nya.
4. . begitu pula dengan Kota Tokyo. Kota Tokyo adalah kota ramah
lingkungan dan telah menuju ke arah ecocity. Hal itu terwujud karena
perilaku warganya yang pro penghematan dan bahkan pengurangan emisi.
Warga Tokyo mengganti alat transportasi mobil pribadi dengan sepeda, atau
melakukan car pooling. Mereka menerapkan kebiasaan memilah sampah dan
mendaur ulang barang bekas. Dengan luas 2.187,08 km2 dan jumlah populasi
sekitar 13 juta lebih orang, Tokyo merupakan kota metropolitan terpadat di
dunia. Namun dengan kesadaran ingin mengembangkan tempat hidup yang
nyaman berwawasan ecocity, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakatnya
saling bahu-membahu mewujudkannya. Sebuah kerja bersama yang berbuah
manis.
5. Karachi mengembangkan The Orangi Pilot Project, di mana penduduk
miskin di kawasan Orangi diberi bekal pengetahuan dan keterampilan untuk
bisa mandiri dan memiliki kemampuan mengatasi masalah lingkungan
sendiri. Mereka kemudian berhasil membangun sekolah, klinik kesehatan,
pusat keterampilan wanita, toko, dan bank pinjaman. Program ini telah
diadopsi Pakistan, Sri Lanka, India, Nepal, dan Afrika Selatan.
Sebenarnya kota berkelanjutan atau eco city ini merupakan sebuah kota yang
dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang akan terjadi. Istilah
ini pertama kali muncul dalam buku “Ecocity Berkeley” buah karya Richard Register
pada tahun 1987. Secara harfiah ecocity ini diartikan dengan membangun kota untuk
masa depan yang sehat.
Tumpuan dari kota berkelanjutan ini adalah pada energi terbarukan. Intinya
menciptakan jejak terkecil ekologi dengan menghasilkan jumlah polusi yang rendah.
Selain itu juga dilakukan efisiensi penggunaan lahan seperti dengan menggunakan
kompos atau dengan mendaur ulang sampah. Jadi, kontribusi yang “buruk” dari
seluruh kota bisa dikurangi dengan mematuhi praktek-praktek tersebut.
[3]
Kota berkelanjutan ini sudah menjadi impian banyak pemimpin dunia. Salah
satunya yang diterapkan oleh Howard, Presiden Amerika ke 27 dengan ide Garden
City-nya. Ide ini diterapkan di kota Letchworth yang berhasil menjadi inspirasi bagi
sebuah gerakan dalam memperjuangkan peningkatan dari Livability dari kota-kota di
Eropa pada umumnya.
6. Selain itu juga ide Tropical Garden City dari Thomas Karsten menjadi
inspirasi bagi kota-kota di Hindia Belanda untuk meningkatkan kualitas
lingkungan urban secara menyeluruh. Bahkan Bung Karno pun pernah
tertarik dengan ide kota berkelanjutan ini yang kemudian melahirkan kota
Palangka Raya di Kalimantan. Bagaimana pun impian mengenai “Kota Ideal”
dari sebuah masyarakaat selalu terikat pada tempat dan waktu.
Eco city ini bisa dicapai dengan berbagai cara seperti dengan membentuk
sistem pertanian dalam kota atau bisa dipinggiran maupun di pusat kota. Lalu bisa
juga dengan menggunakan banyak sumber energy terbarukan seperti turbin angin,
panel surya, atau bio-gas yang dibuat dari limbah.
Dengan adanya sumber energy terbarukan, setidaknya bisa mengurangi
penggunaan sumber energi fosil. Selain itu bisa juga dengan menerapkan langkah-
langkah yang bisa melawab efek rumah kaca seperti menyediakan ruang hijau
minimal 20 persen dari luas kota.
Lalu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari transportasi publik
juga bisa berdampak positif bagi kota. Dimana, emisi dari kendaraan pribadi yang
memang menjadi salah satu faktor penting dari emisi yang dihasilkan di kota akan
bisa berkurang. Tak hanya itu saja, dengan merubah pola pikir bahwa pertumbuhan
tidak harus dipusatkan pada pusat kota juga bisa menjadi langkah awal untuk menuju
kota berkelanjutan.
Untuk aplikasi konsep eco-city di indonesia belum banyak di aplikasikan dan
implemntasi dari eco city baru berada pada tahap uji coba di kota bandung dan sejak
2006 Kota Bandung terpilih sebagai salah satu proyek percontohan untuk Eco- Town,
program untuk merespons isu-isu lingkungan di sekitar kawasan Asia Pasifik. Sebuah
strategi untuk program Eco-City adalah mengembangkan eko-kemitraan antara kota-
[4]
kota di kawasan Asia Pasifik,seperti Kota Kawasaki,Jepang; Bandung, Indonesia;
Penang, Malaysia; Dalian, China; dan lainlain. Kini Kota Bandung telah
mengembangkan dan menerapkan konsep Eco- Town sehubungan dengan perspektif
lokal, yang meliputi rencana, regulasi, kelembagaan, program,dan kegiatan. Saat
ini,pengelolaan sampah di Bandung telah memulai penerapan 3R (reduce, reuse, dan
recycle). Karena merupakan aplikasi baru,3R di Bandung membutuhkan penguatan
berbagai aspek: kebijakan dan regulasi, lembaga, infrastruktur termasuk sistem
IT,sumber daya manusia, dan rencana aksi juga. Eco-Town di Bandung harus fokus
pada pengelolaan limbah padat
[5]
KOTA KOMPAK
Kota kompak masih menjadi perdebatan terhadap keberlanjutan kota dewasa ini,
keberlanjutan kota harus didukung oleh tiga klausa abadi yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, yang
ketiganya melekukakn integrasi dan interaksi secara padu dan menyatu sehingga membentuk
bentukan kota kompak. Ketiga klausa harus melakukan integrasi adalah dengan membentuk
sedemikian rupa seperti, lingkungan : menggunakan energy secara efisien, melakukan koservasi
terhadap lingkungan sumber daya alam dan habitat, melakukan mitigasi terhadap lingkungan sehingga
mengurangi resiko bencana. Sosial : melakukan penataan terhadap kualitas hidup yang baik serta
melakukan pemertaaan sosial secara menyeluruh. Ekonomi : melakukan management terhadap
potensi – potensi ekonomi local serta memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Dari
keintegrasian ketiga hal tersebut membentuk sebuah interaksi yang mampu membangun kota secara
kompak. Kota kompak memiliki beberapa kata kunci untuk menjawab kebutuhan akan keberlanjutan
kota pada masa sekarang ini yaitu efisiensi, intensifikasi, konservasi, dan revitalisasi. Hal diatas
muncul sebagai jawaban dari bentuk kota yang sprawl dan tidak berbentuk.
Berdasarkan bentuk kota kompak yang merupakan jawaban dari kota acak, bentuk
kota kompak memiliki struktur yang jelas. Karakter – karakter yang terbentuk pun lebih dapat
dibaca dengan jelas seperti ; Daerah pusat revitalisasi, High-density pengembangan,
Campuran pengembangan penggunaan, Layanan dan fasilitas: rumah sakit, taman, sekolah,
waktu luang dan menyenangkan. Kota kompak lebih memiliki efisiensi yang lebih baik
karena beberapa kepentingan disajikan didalam satu area sehingga mempermudah untuk
menjangkau nya. Intensifikasi lahan yang diterapkan melalui bentuk mixed use membuat
semakin kondusif nya pembangunan yang dilakukan. Konservasi terhadap lingkungan
sumber daya alam dan habitat serta pencegahan bencanapun semakin membuat lingkungan
terjaga, salah satunya adalah penanaman pohon yang melakukan konservasi terhadap
lingkungan dan habitat. Bentuk revitalisasi yaitu meremajakan kembali hal – hal yang sudah
dianggap tidak layak untuk digunakan lagi, misalnya revitalisasi taman kota dan sebagainya.
High Density In The Compact City
Salah satu karakter dari kota kompak adalah kepadatan yang tinggi, kepadatan tinggi
dalam sebuah kota menjadi momok yang mampu merubah wajah kota secara mendasar dan
radikal. Kepadatan merupakan faktor ‘x’ yang dapat mengendalikan perkembangan kota
secara keberlanjutan dan berkesinambungan. Faktor ini biasanya ditandai dengan bentuk –
bentuk pembangunan yang semakin menumbuhi kawasan kota baik secara sprawl ataupun
[6]
terbentuk secara organizes. kota Kompak dapat disebut “A system of cities in driving
growth” yaitu sebuah sistem kota dalam mengendarai pertumbuhan kota itu sendiri, kota
kompak mempunyai kepadatan yang tinggi dan cenderung mampu melakukan rekayasa
terhadap kepadatan kota Sehingga kepadatan dapat di pecahkan dalam bentuk yang khas dan
mampu mengorganisasikan bentuk – bentuk kepadatan sedemikian rupa.
Kepadatan menjadi attribute utama dalam kota kompak karena dasar dari
pengembangan kota kompak salah satunya adalah ketidakmampuan kota dalam mengatasi
kepadatan yang semakin menumbuhi secara radikal dan sprawl di dalam kota. Bentuk dan
kepadatan kota dapat menjadi implikasi terhadap kebrlanjutan kota untuk masa depan.
Kapadatan mampu merubah dan menggeserkan beberapa paradigma positif menjadi negative,
serta sebaliknya. Hal inilah yang patut dicermati secara kondisional, bentuk kepadatan yang
positif seperti yang diterapkan pada kota kompak adalah kemampuan kota kompak untuk
menorganisasikan kepadatan itu sendiri menjadi sesuatu yang lebih baik dan tersusun. Bentuk
nyata yang terbentuk adalah kemampuan untuk menerapkan beberapa fungsi mixed use
dalam satu area sehingga jangkauannya semakin dekat dan aksesnya semakin mudah.
Beberapa isu yang mengenai kepadatan ataupun density pada compact city adalah
kemungkinan high-density yang begitu tinggi tak mampu lagi dikendalikan oleh kota kompak
sehingga menjadi sebuah boomerang bagi compact city itu sendiri. Serta Kemampuan kota
kompak dalam mempertahankan density 24/7 dalam suatu area menjadi sorotan karena
kehidupan kota sendiri memiliki ketergantungan terhadap place and time.
Kota sprawl
Kota sprawl compact city merupakan ilustrasi dari bentukan kota sprawl dan compact
city yang pada segi visual dapat terlihat dengan jelas perbedaannya baik secara bentuk,
fungsi, hirarki, struktur hingga pola yang terbentuk dari dua kota tersebut. Kota kompak
cenderung mengoorganisir beberapa tempat menjadi berfungsi mixed use yang lebih efisien
dan intens. Sedangkan kota sprawl cenderung membangun secara radikal.
Perkembangan kota kompak mampu berkembang begitu pesat dan dapat menjaga
keberlanjutanya menjadi jawaban terhadap isu – isu tentang high density pada compact city.
Hal ini dapat dilihat pada Negara – Negara yang telah menerapkan kota kompak sebagai
pilihan dalam tantangan keberlanjutan kota.
[7]
Korean city sebagai kota kompak
Isu yang telah menjadi wacana untuk kemampuan kota kompak dalam mengorganisir
kepadatan apabila telah mencapai pada puncak kepadatan, adalah keberlanjutan kota ini
membentuk siklus dasar sehingga kembali membentuk compact city yang memulai dari area
kecil sehingga membentuk sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah kota kompak secara
organizes. Hal ini merupakan program dasar dari kota kompak dalam menghadapi
kebrlanjutan kota, bebarapa indicator yang digunakan adalah high density, growth pattern dan
lain – lain. Dari beberapa indicator tersebut kota kompak membentuk sebuah siklus
keberlanjutan yang mampu mengintegrasikan beberapa aspek seperti sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Kepadatan yang tinggi dapat membentuk pola pikir efisiensi waktu, pembentukan
konsentrasi kegiatan yang mempunyai kesamaan. Terbentuknya kawasan mixed use lebih
dikarenakan kepadatan yang tinggi sehingga kebutuhan akan area mixed use lebih
terakomodir dengan baik dalam keadaan density yang begitu tinggi. Beberapa hal yang
mampu membentuk pola yang lebih baik dan lebih jelas apabila terbentuk secara structural
dan mandiri. Bentuk – bentuk mixed use sebagai implikasi dari efisiensi waktu yang menjadi
inti dari pembuatan kota kompak secara integral dan berkelanjutan. Kota kompak mampu
mengakomodir beberapa kebutuhan sektoral seperti ekonomi dan jasa menjadi lebih tersusun
secra khas dan membentuk klaster yang lebih memudahkan dan lebih menguntungkan tetapi
lebih kompetitif. Kemampuan inilah yang dibutuhkan oleh sebuah kota dalam mendorong
pemerataan sosial dan ekonomi, kebutuhan – kebutuhan terhadap kemampuan kota
memanagement basis sektoral dapat di aplikasikan secara integral dan sustainable sehingga
membentuk ekonomi yang kuat dari dalam serta mampu bersaing pada sekala yang lebih luas.
Jakarta High Density
Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta merupakan kota terpadat
di Indonesia dengan luas 661,52 km2 dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010)
memiliki kepadatan penduduk 12.951,8/km². Jakarta satu-satunya kota yang setara dengan
provinsi di Indonesia, hal ini merupakan keistimewaannya sebagai ibukota Negara.
Dengan kepadatan yang tinggi, kota Jakarta menjadi kota yang besar tetapi juga
sempit akibat kepadatannya yang cenderung padat sehingga untuk sekala kota maka
diperlukan perbaikan dalam mengelola kepadatan yang tinggi menjadi hal yang berharga dan
mampu untuk membuat kota ini berkembang secara sustainable.
[8]
Perbaikan yang pertama dalam mengatasi kepadatan tinggi atau high density adalah
membentuk tempat – tempat mixed use sehingga kegiatan – kegiatan yang memiliki
kesamaan dapat diakomodasi secara bersama. Selanjutnya dilakukan pengintensifan lahan
seperti membuat super block atau apartment yang mampu menampung penduduk dengan
jumlah besar sehingga mengurangi kepadatan dan lahan yang lain dapat digunakan dengan
kefisienan yang lebih baik.
Pengelolaan bangunan tinggi juga harus diperhatikan karena terlihat secara view Jakarta tidak
memakai konsep yang baik. Pembentukan super block ataupun apartment seharusnya memiliki aturan
ataupun kaidah yang mengatur secara umum maupun secara detail kota ini. Keberlanjutan kota
Jakarta ini sangat dipengaruhi oleh konsep yang dibuat pada awal pembangunanya, suatu bentuk
kompak tidaklah mengindikasikan kekakuan dan tidak fleksibel. Tetapi kota kompak cenderung
menata secara structural dan efisien serta iniintens.
KESIMPULAN.
Kota kompak merupakan kota yang sederhana dan mengehemat energy, bentuk kota kompak
sulit diaplikasikan secara menyeluruh, tetapi dapat di adopsi secara bagian kecil. Di Indonesia
sendiri pengadobsianya tidak mampu secara penuh, mengingat Indonesia belum menjadi
Negara maju seperti korea. Tetapi ada beberapa perangkat dari compact city yang bisa di
adobsikan secara perlahan sperti high density yang telah diterapkan di kota seoul Korea
Selatan.
[9]