14
Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori KOTA KOMPAK DAN KOTA BERKELANJUTAN NUR RIZKA MARIONA SYAM 60100112077 B TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2014

Kota Berkelanjutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kota berkelanjutan

Citation preview

Page 1: Kota Berkelanjutan

Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan Pemukiman Teori Kota, Perumahan, dan

KOTA KOMPAK DAN KOTA BERKELANJUTAN

NUR RIZKA MARIONA SYAM60100112077

B

TEKNIK ARSITEKTURFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR2014

Page 2: Kota Berkelanjutan

KOTA BERKELANJUTAN (ECO CITY)”

   Bumi ini sudah tua dan akan terus bertambah tua. Sejak dulu berbagai aktivitas

dilakukan manusia di atas bumi ini untuk memenuhi kebutuhannya. Terkadang proses

eksplorasi tidak memperhatikan kaidah-kaidah ramah lingkungan. Bisa saja suatu saat

nanti sumber daya alam yang ada di Bumi ini habis dan tidak ada gantinya lagi. Oleh

karena itulah seharusnya eksplorasi dan eksploitasi itu berpedoman pada konsep

pembangunan yang berkelanjutan. Untuk dalam pembangunan yang berkelanjutan ini

ada yang dikenal dengan kota berkelanjutan sebagai salah satu bagiannya.

   Ada banyak contoh kota di dunia yang sudah menerapkan kota berkelanjutan atau

eco city ini. Ini tentu juga bisa menjadi referensi bagi kota lainnya yang ingin

mengadaptasi bentuk kota berkelanjutan.

1. Pertama, Kota Moreland di Australia. Kota yang berada di sebelah utara

Melbourne, ini memiliki program untuk karbon menjadi netral dengan

slogannya “Zero Carbon Moreland”. Selain itu Kota Melbourne sendiri, sejak

10 tahun terakhir telah melaksanakan berbagai metode untuk meningkatkan

transportasi umum. Juga dengan menyisakan berbagai wilayah untuk zona

bebas mobil (car free zone). Kota lainnya di Australia yang mengusung eco

city ini adalah Kota Greater Taree di Utara Sydney yang telah

mengembangan rencana induk dengan meminimalisir jumlah karbon dan ini

yang pertama di Australia.

2. Lalu, Cina yang bekerja sama dengan pemerintah Singapura juga

membangun sebuah eco city di Pesisir Kabupaten Baru yaitu Kota Tianjin di

Cina Utara. Eco city ini disebut dengan “Sino-Singapura Tianjin Eco City”.

Selain itu di Cina juga ada Dongtan Eco-City, Huangbaiyu Big Eco-City. Tak

hanya itu saja, pemanas air dengan tenaga surya yang diperuntukkan untuk

keluarga juga direkomendasikan di Cina. Denmark juga hadir dengan model

ekologi industrinya yaitu The Industrial Park di Kalundborg.  Kota lainnya

adalah kota Accra di Ghana dengan improving waste management-nya.

.     

[2]

Page 3: Kota Berkelanjutan

3. Denmark juga hadir dengan model ekologi industrinya yaitu The Industrial

Park di Kalundborg.  Kota lainnya adalah kota Accra di Ghana dengan

improving waste management-nya.

4. . begitu pula dengan      Kota Tokyo. Kota Tokyo adalah kota ramah

lingkungan dan telah menuju ke arah ecocity. Hal itu terwujud karena

perilaku warganya yang pro penghematan dan bahkan pengurangan emisi.

Warga Tokyo mengganti alat transportasi mobil pribadi dengan sepeda, atau

melakukan car pooling. Mereka menerapkan kebiasaan memilah sampah dan

mendaur ulang barang bekas. Dengan luas 2.187,08 km2 dan jumlah populasi

sekitar 13 juta lebih orang, Tokyo merupakan kota metropolitan terpadat di

dunia. Namun dengan kesadaran ingin mengembangkan tempat hidup yang

nyaman berwawasan ecocity, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakatnya

saling bahu-membahu mewujudkannya. Sebuah kerja bersama yang berbuah

manis.

5. Karachi mengembangkan The Orangi Pilot Project, di mana penduduk

miskin di kawasan Orangi diberi bekal pengetahuan dan keterampilan untuk

bisa mandiri dan memiliki kemampuan mengatasi masalah lingkungan

sendiri. Mereka kemudian berhasil membangun sekolah, klinik kesehatan,

pusat keterampilan wanita, toko, dan bank pinjaman. Program ini telah

diadopsi Pakistan, Sri Lanka, India, Nepal, dan Afrika Selatan.

   Sebenarnya kota berkelanjutan atau eco city ini merupakan sebuah kota yang

dirancang  dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang akan terjadi. Istilah

ini pertama kali muncul dalam buku “Ecocity Berkeley” buah karya Richard Register

pada tahun 1987. Secara harfiah ecocity ini diartikan dengan membangun kota untuk

masa depan yang sehat.

   Tumpuan dari kota berkelanjutan ini adalah pada energi terbarukan. Intinya

menciptakan jejak terkecil ekologi dengan menghasilkan jumlah polusi yang rendah.

Selain itu juga dilakukan efisiensi penggunaan lahan seperti dengan menggunakan

kompos atau dengan mendaur ulang sampah. Jadi, kontribusi yang “buruk” dari

seluruh kota bisa dikurangi dengan mematuhi praktek-praktek tersebut.

[3]

Page 4: Kota Berkelanjutan

   Kota berkelanjutan ini sudah menjadi impian banyak pemimpin dunia. Salah

satunya yang diterapkan oleh Howard, Presiden Amerika ke 27 dengan ide Garden

City-nya. Ide ini diterapkan di kota Letchworth yang berhasil menjadi inspirasi bagi

sebuah gerakan dalam memperjuangkan peningkatan dari Livability dari kota-kota di

Eropa pada umumnya.

6. Selain itu juga ide Tropical Garden City dari Thomas Karsten menjadi

inspirasi bagi kota-kota di Hindia Belanda untuk meningkatkan kualitas

lingkungan urban secara menyeluruh. Bahkan Bung Karno pun pernah

tertarik dengan ide kota berkelanjutan ini yang kemudian melahirkan kota

Palangka Raya di Kalimantan. Bagaimana pun impian mengenai “Kota Ideal”

dari sebuah masyarakaat selalu terikat pada tempat dan waktu.

Eco city ini bisa dicapai dengan berbagai cara seperti dengan membentuk

sistem pertanian dalam kota atau bisa dipinggiran maupun di pusat kota. Lalu bisa

juga dengan menggunakan banyak sumber energy terbarukan seperti turbin angin,

panel surya, atau bio-gas yang dibuat dari limbah.

   Dengan adanya sumber energy terbarukan, setidaknya bisa mengurangi

penggunaan sumber energi fosil. Selain itu bisa juga dengan menerapkan langkah-

langkah yang bisa melawab efek rumah kaca seperti menyediakan ruang hijau

minimal 20 persen dari luas kota.

    Lalu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari transportasi publik

juga bisa berdampak positif bagi kota. Dimana, emisi dari kendaraan pribadi yang

memang menjadi salah satu faktor penting dari emisi yang dihasilkan di kota akan

bisa berkurang. Tak hanya itu saja, dengan merubah pola pikir bahwa pertumbuhan

tidak harus dipusatkan pada pusat kota juga bisa menjadi langkah awal untuk menuju

kota berkelanjutan.

Untuk aplikasi konsep eco-city  di indonesia belum banyak di aplikasikan dan

implemntasi dari eco city baru berada pada tahap uji coba di kota bandung dan sejak

2006 Kota Bandung terpilih sebagai salah satu proyek percontohan untuk Eco- Town,

program untuk merespons isu-isu lingkungan di sekitar kawasan Asia Pasifik. Sebuah

strategi untuk program Eco-City adalah mengembangkan eko-kemitraan antara kota-

[4]

Page 5: Kota Berkelanjutan

kota di kawasan Asia Pasifik,seperti Kota Kawasaki,Jepang; Bandung, Indonesia;

Penang, Malaysia; Dalian, China; dan lainlain.  Kini Kota Bandung telah

mengembangkan dan menerapkan konsep Eco- Town sehubungan dengan perspektif

lokal, yang meliputi rencana, regulasi, kelembagaan, program,dan kegiatan. Saat

ini,pengelolaan sampah di Bandung telah memulai penerapan 3R (reduce, reuse, dan

recycle). Karena merupakan aplikasi baru,3R di Bandung membutuhkan penguatan

berbagai aspek: kebijakan dan regulasi, lembaga, infrastruktur termasuk sistem

IT,sumber daya manusia, dan rencana aksi juga. Eco-Town di Bandung harus fokus

pada pengelolaan limbah padat

[5]

Page 6: Kota Berkelanjutan

KOTA KOMPAK

Kota kompak masih menjadi perdebatan terhadap keberlanjutan kota dewasa ini,

keberlanjutan kota harus didukung oleh tiga klausa abadi yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, yang

ketiganya melekukakn integrasi dan interaksi secara padu dan menyatu sehingga membentuk

bentukan kota kompak. Ketiga klausa harus melakukan integrasi adalah dengan membentuk

sedemikian rupa seperti, lingkungan : menggunakan energy secara efisien, melakukan koservasi

terhadap lingkungan sumber daya alam dan habitat, melakukan mitigasi terhadap lingkungan sehingga

mengurangi resiko bencana. Sosial : melakukan penataan terhadap kualitas hidup yang baik serta

melakukan pemertaaan sosial secara menyeluruh. Ekonomi : melakukan management terhadap

potensi – potensi ekonomi local serta memenuhi kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Dari

keintegrasian ketiga hal tersebut membentuk sebuah interaksi yang mampu membangun kota secara

kompak. Kota kompak memiliki beberapa kata kunci untuk menjawab kebutuhan akan keberlanjutan

kota pada masa sekarang ini yaitu efisiensi,  intensifikasi, konservasi, dan revitalisasi.  Hal diatas

muncul sebagai jawaban dari bentuk kota yang sprawl dan tidak berbentuk.

Berdasarkan bentuk kota kompak yang merupakan jawaban dari kota acak, bentuk

kota kompak memiliki struktur yang jelas. Karakter – karakter yang terbentuk pun lebih dapat

dibaca dengan jelas seperti ; Daerah pusat revitalisasi, High-density pengembangan,

Campuran pengembangan penggunaan, Layanan dan fasilitas: rumah sakit, taman, sekolah,

waktu luang dan menyenangkan. Kota kompak lebih memiliki efisiensi yang lebih baik

karena beberapa kepentingan disajikan didalam satu area sehingga mempermudah untuk

menjangkau nya. Intensifikasi lahan yang diterapkan melalui bentuk mixed use membuat

semakin kondusif nya pembangunan yang dilakukan. Konservasi terhadap lingkungan

sumber daya alam dan habitat serta pencegahan bencanapun semakin membuat lingkungan

terjaga, salah satunya adalah penanaman pohon yang melakukan konservasi terhadap

lingkungan dan habitat. Bentuk revitalisasi yaitu meremajakan kembali hal – hal yang sudah

dianggap tidak layak untuk digunakan lagi, misalnya revitalisasi taman kota dan sebagainya.

High Density In The Compact City

Salah satu karakter dari kota kompak adalah kepadatan  yang tinggi, kepadatan tinggi

dalam sebuah kota menjadi momok yang mampu merubah wajah kota secara mendasar dan

radikal. Kepadatan merupakan faktor ‘x’ yang dapat mengendalikan perkembangan kota

secara keberlanjutan dan berkesinambungan. Faktor ini biasanya ditandai dengan bentuk –

bentuk pembangunan yang semakin menumbuhi kawasan kota baik secara sprawl ataupun

[6]

Page 7: Kota Berkelanjutan

terbentuk secara organizes. kota Kompak dapat disebut “A system of cities in driving

growth” yaitu sebuah sistem kota dalam mengendarai pertumbuhan kota itu sendiri, kota

kompak mempunyai kepadatan yang tinggi dan cenderung mampu melakukan rekayasa

terhadap kepadatan kota Sehingga kepadatan dapat di pecahkan dalam bentuk yang khas dan

mampu mengorganisasikan bentuk – bentuk kepadatan sedemikian rupa.

Kepadatan menjadi attribute utama dalam kota kompak karena dasar dari

pengembangan kota kompak salah satunya adalah ketidakmampuan kota dalam mengatasi

kepadatan yang semakin menumbuhi secara radikal dan sprawl di dalam kota. Bentuk  dan

kepadatan kota dapat menjadi implikasi terhadap kebrlanjutan kota untuk masa depan.

Kapadatan mampu merubah dan menggeserkan beberapa paradigma positif menjadi negative,

serta sebaliknya. Hal inilah yang patut dicermati secara kondisional, bentuk kepadatan yang

positif seperti yang diterapkan pada kota kompak adalah kemampuan kota kompak untuk

menorganisasikan kepadatan itu sendiri menjadi sesuatu yang lebih baik dan tersusun. Bentuk

nyata yang terbentuk adalah kemampuan untuk menerapkan beberapa fungsi mixed use

dalam satu area sehingga jangkauannya semakin dekat dan aksesnya semakin mudah.

Beberapa isu yang mengenai kepadatan ataupun density pada compact city adalah

kemungkinan high-density yang begitu tinggi tak mampu lagi dikendalikan oleh kota kompak

sehingga menjadi sebuah boomerang bagi compact city itu sendiri. Serta Kemampuan kota

kompak dalam mempertahankan density 24/7 dalam suatu area menjadi sorotan karena

kehidupan kota sendiri memiliki ketergantungan terhadap place and time.

Kota sprawl                                                                               

Kota sprawl compact city merupakan ilustrasi dari bentukan kota sprawl dan compact

city yang pada segi visual dapat terlihat dengan jelas perbedaannya baik secara bentuk,

fungsi, hirarki, struktur hingga pola yang terbentuk dari dua kota tersebut. Kota kompak

cenderung mengoorganisir beberapa tempat menjadi berfungsi mixed use yang lebih efisien

dan intens. Sedangkan kota sprawl cenderung membangun secara radikal.

Perkembangan kota kompak mampu berkembang begitu pesat dan dapat menjaga

keberlanjutanya menjadi jawaban terhadap isu – isu tentang high density pada compact city.

Hal ini dapat dilihat pada Negara – Negara yang telah menerapkan kota kompak sebagai

pilihan dalam tantangan keberlanjutan kota.

[7]

Page 8: Kota Berkelanjutan

Korean city sebagai kota kompak

Isu yang telah menjadi wacana untuk kemampuan kota kompak dalam mengorganisir

kepadatan apabila telah mencapai pada puncak kepadatan, adalah keberlanjutan kota ini

membentuk siklus dasar sehingga kembali membentuk compact city yang memulai dari area

kecil sehingga membentuk sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah kota kompak secara

organizes. Hal ini merupakan program dasar dari kota kompak dalam menghadapi

kebrlanjutan kota, bebarapa indicator yang digunakan adalah high density, growth pattern dan

lain – lain. Dari beberapa indicator tersebut kota kompak membentuk sebuah siklus

keberlanjutan yang mampu mengintegrasikan beberapa aspek seperti sosial, ekonomi dan

lingkungan.

Kepadatan yang tinggi dapat membentuk pola pikir efisiensi waktu, pembentukan

konsentrasi kegiatan yang mempunyai kesamaan. Terbentuknya kawasan mixed use lebih

dikarenakan kepadatan yang tinggi sehingga kebutuhan akan area mixed use lebih

terakomodir dengan baik dalam keadaan density yang begitu tinggi. Beberapa hal yang

mampu membentuk pola yang lebih baik dan lebih jelas apabila terbentuk secara structural

dan mandiri. Bentuk – bentuk mixed use sebagai implikasi dari efisiensi waktu yang menjadi

inti dari pembuatan kota kompak secara integral dan berkelanjutan. Kota kompak mampu

mengakomodir beberapa kebutuhan sektoral seperti ekonomi dan jasa menjadi lebih tersusun

secra khas dan membentuk klaster yang lebih memudahkan dan lebih menguntungkan tetapi

lebih kompetitif. Kemampuan inilah yang dibutuhkan oleh sebuah kota dalam mendorong

pemerataan sosial dan ekonomi, kebutuhan – kebutuhan terhadap kemampuan kota

memanagement basis sektoral dapat di aplikasikan secara integral dan sustainable sehingga

membentuk ekonomi yang kuat dari dalam serta mampu bersaing pada sekala yang lebih luas.

Jakarta High Density

Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta merupakan kota terpadat

di Indonesia dengan luas 661,52 km2 dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010)

memiliki kepadatan penduduk 12.951,8/km². Jakarta satu-satunya kota yang setara dengan

provinsi di Indonesia, hal ini merupakan keistimewaannya sebagai ibukota Negara.

Dengan kepadatan yang tinggi, kota Jakarta menjadi kota yang besar tetapi juga

sempit akibat kepadatannya yang cenderung padat sehingga untuk sekala kota maka

diperlukan perbaikan dalam mengelola kepadatan yang tinggi menjadi hal yang berharga dan

mampu untuk membuat kota ini berkembang secara sustainable.

[8]

Page 9: Kota Berkelanjutan

Perbaikan yang pertama dalam mengatasi kepadatan tinggi atau high density adalah

membentuk tempat – tempat mixed use sehingga kegiatan – kegiatan yang memiliki

kesamaan dapat diakomodasi secara bersama. Selanjutnya dilakukan pengintensifan lahan

seperti membuat super block atau apartment yang mampu menampung penduduk dengan

jumlah besar sehingga mengurangi kepadatan dan lahan yang lain dapat digunakan dengan

kefisienan yang lebih baik.

Pengelolaan bangunan tinggi juga harus diperhatikan karena terlihat secara view Jakarta tidak

memakai konsep yang baik. Pembentukan super block ataupun apartment seharusnya memiliki aturan

ataupun kaidah yang mengatur secara umum maupun secara detail kota ini. Keberlanjutan kota

Jakarta ini sangat dipengaruhi oleh konsep yang dibuat pada awal pembangunanya, suatu bentuk

kompak tidaklah mengindikasikan kekakuan dan tidak fleksibel. Tetapi kota kompak cenderung

menata secara structural dan efisien serta iniintens.

KESIMPULAN.

Kota kompak merupakan kota yang sederhana dan mengehemat energy, bentuk kota kompak

sulit diaplikasikan secara menyeluruh, tetapi dapat di adopsi secara bagian kecil. Di Indonesia

sendiri pengadobsianya tidak mampu secara penuh, mengingat Indonesia belum menjadi

Negara maju seperti korea. Tetapi ada beberapa perangkat dari compact city yang bisa di

adobsikan secara perlahan sperti high density yang telah diterapkan di kota seoul Korea

Selatan.

[9]