39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Rokok dikenal sebagai sebuah benda yang begitu banyak menuai pro dan kontra di kalangan masyarkat. Bukan hanya di Indonesia pro dan kontra seputar rokok pun juga dirasakan oleh seluruh dunia sehingga kerap kali banyak orang yang memprotes akan bahaya rokok yang bisa mengancam nyawa ini. Dengan adanya kegelisahan ini, dunia yang diwakili oleh World Health Organization (WHO) pada akhirnya membuat sebuah kesepakatan mengenai kontrol penggunaan tembakau yang pada akhirnya ditujukan untuk menghindari bahaya rokok yang bisa berdampak pada kesehatan. Kebijakan itu kini dikenal sebagai FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Hal ini pula lah yang akhirnya terus di desak oleh masyarakat Indonesia agar segera meratifikasi FCTC dan segera mendesak pemerintah untuk mengkonvensi

Kretek Sebagai Budaya.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

by Natasha Agatha

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Rokok dikenal sebagai sebuah benda yang begitu banyak menuai pro dan

kontra di kalangan masyarkat. Bukan hanya di Indonesia pro dan kontra seputar

rokok pun juga dirasakan oleh seluruh dunia sehingga kerap kali banyak orang

yang memprotes akan bahaya rokok yang bisa mengancam nyawa ini.

Dengan adanya kegelisahan ini, dunia yang diwakili oleh World Health

Organization (WHO) pada akhirnya membuat sebuah kesepakatan mengenai

kontrol penggunaan tembakau yang pada akhirnya ditujukan untuk menghindari

bahaya rokok yang bisa berdampak pada kesehatan. Kebijakan itu kini dikenal

sebagai FCTC (Framework Convention on Tobacco Control).

Hal ini pula lah yang akhirnya terus di desak oleh masyarakat Indonesia agar

segera meratifikasi FCTC dan segera mendesak pemerintah untuk mengkonvensi

penggunaan tembakau yang terkenal memiliki dampak buruk kepada kesehatan.

Ratifikasi FCTC sontak menjadi sebuah topik hangat akhir-akhir ini di

Indonesia. Presiden SBY sendiri sebelum mengakhiri masa jabatannya dituntut

oleh banyak pihak untuk segera meratifikasi FCTC.

Peran serta Indonesia dalam penyusunan FCTC diuatarakan oleh Tulus

Abadi, anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), sangat

signifikan. Indonesia adalah salah satu negara dari 20 negara yang berperan aktif

dalam penyusunan FCTC.''Tapi sayangnya Indonesia satu-satunya negara dari 20

negara tersebut yang belum juga meratifikasi FCTC dalam perundang-undangan

yang berlaku di negara ini,'' ( dikutip dari Republika.co.id “Indonesia belum Juga

Ratifikasi FCTC” )

Mentri Kesehatan pun turut serta menuntut segera adanya ratifikasi yang

harus segera dilaksanakan oleh Presiden SBY itu sendiri karena berbagai macam

alasan yang tujuannya untuk menekan angka kematian yang tinggi akibat

tembakau.

Namun hal ini tidak didukung oleh beberapa pihak yang merasa ratifikasi

justru semakin membuat banyak pihak terutama petani tembakau dirugikan karena

selain harus mencari cara untuk mengkonversi tanaman tembakau menjadi

tanaman lainnya, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan (Kemeperin) turut

serta mengambil langkah menolak langkah ratifikasi terhadap FCTC ini karena

menilai rokok (tembakau) sebagai penyumbang cukai terbesar saat ini, bahkan

industri rokok pun banyak mempekerjakan banyak pegawai dalam pabrik ataupun

industri tersebut.

Lahir dari latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik akan bidang yang

mengkaji mengenai FCTC dan rokok. Karena sudah tidak dibantahkan lagi bahwa

Indonesia adalah negara pengguna tembakau terbesar ketiga di dunia. Dan

mengenai kebiasaan merokok di masyarakat, rokok sudah dianggap sebagai

sebuah tradisi turun temurun khas Indonesia yang dilambangkan dengan kretek.

Rokok sebagai budaya inilah yang kemudian diangkat sebagai salah satu

industri rokok di Indonesia untuk tetap mempertahakan rokok dan menolak

ratifikasi FCTC itu sendiri.

Dalam menanggapi hal ini industri rokok semakin cermat dalam

memanfaatkan isu ratifikasi FCTC dengan rokok sebagai budaya dan mulai

menggunakan ilmu ke-PR-an dengan menggunakan beberapa startegi untuk

mengangkat hal ini.

Media Comm sebagai salah satu konsultan PR profesional juga menangani

client dari salah satu industri rokok dan menggunakan strategi program Galeri

Indonesia Kaya sebagai upaya untuk mengangkat kretek sebagai budaya.

Program yang dimaksud adalah dengan membangun sebuah tempat di

sebuah pusat perbelanjaan ternama di wilayah Jakarta yaitu Grand Indonesia yang

diberi nama Galeri Indonesia Kaya. Tempat ini memuat dan menampilkan

beberapa kekayaan dan kebuayaan khas Indonesia yang secara gratis bisa

dinikmati oleh pengunjung.

Disisi lain, program ini tentunya memiliki tujuan untuk mendukung para

budayawan dan juga seniman untuk bisa berkarya dan memperkenalkan karya nya

yang secara cuma-cuma bisa mereka tampilkan pada Galeri Indonesia Kaya.

Dengan ini diharapkan para budayawan dan seniman bisa memberikan

dukungan bahwa kebudayaan Indonesia tetap harus dipertahankan dan dipelihara

sebagai bentuk warisan budaya yang berharga dan bernilai tinggi, dan tentunya ini

menjadi nilai positif bagi industri rokok yang ingin mengangkat dan

memperdengungkan lagi kretek sebagai budaya itu sendiri.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang faktual dan

objektif bagi pembacanya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditarik sebuah

gambaran yang lebih mendalam dan aktual mengenai program Galeri Indonesia

Kaya dan misi nya dalam mengangkat seni kebudayaan di Indonesia yang

termasuk di dalamnya adalah kretek sebagai sebuah warisan budaya. Maka,

berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Pelaksanaan Program Galeri

Indonesia Kaya untuk Mengangkat Kretek Sebagai Budaya oleh PT. Media

Comm?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang berikut nya yang muncul berdasarkan fokus penelitian diatas

adalah :

1. Bagaimana pra riset yang dilakukan oleh client PT. Media Comm dalam

Program Galeri Indonesia Kaya untuk PT. Djarum?

2. Bagaimana Program Galeri Indonesia Kaya dalam misinya mengangkat

seni budaya Indonesia?

3. Bagaimana Galeri Indonesia Kaya dalam menonjolkan kretek sebagai

sebuah warisan budaya?

4. Bagaimana PT. Media Comm melakukan monitoring dan evaluasi

Program Galeri Indonesia Kaya?

1.4 Tujuan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai

berikut :

1. Untuik mengetahui latar belakang munculnya program Galeri Indonesia

Kaya yang dibuat oleh PT. Djarum sebagai client dari PT. Media Comm

2. Untuk mengetahui pelaksanaan program Galeri Indonesia Kaya dalam

melaksanakan misi mengangkat seni budaya Indonesia yang begitu kaya dan

beragam

3. Untuk mengetahui perlaksanaan program Galeri Indonesia Kaya dalam

mengangkat dan mempertahankan budaya kretek sebagai warisan Indonesia yang

harus dipertahankan

4. Untuk mengetahui peran PT. Media Comm dalam melakukan fungsi

pengawasan terhadap program Galeri Indonesia Kaya

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi ilmu komunikasi yang berkaitan dengan baik bagi mahasiswa

maupun bagi pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi. Serta sebagai masukan di

dalam keilmuan PR mengenai program yang dijalankan di dalam sebuat korporat

yang disesuaikan dengan kebutuhan korporat itu sendiri.

1.5.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan informasi mengenai program yang dilaksanakan oleh

korporat yang berkaitan dengan ilmu ke PR an

2. Sebagai masukan bagi para mahasiswa, pengajar, pengamat, dan praktisi

komunikasi dalam membuat dan menyusun program-program yang sesuai dengan

korporat yang disesuaikan dengan kebutuhan korporat itu sendiri.

1.6 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.6.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini berjudul Pelaksanaan Program untuk Mengangkat Kretek Sebagai

Budaya Melalui Galeri Indonesia Kaya oleh PT. Media Comm. Sub judulnya

adalah Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Program untuk Mengangkat Kretek

Sebagai Budaya Melalui Galeri Indonesia Kaya oleh PT. Media Comm. Makna

umum dari konsep ini adalah mengenai program yang dibuat oleh PT. Djarum

dalam memenuhi visi dan misi yang berhubungan dengan objek bisnis yang

ditekuni oleh PT. Djarum yaitu kretek.

Pelaksanaan Program untuk Mengangkat Kretek Sebagai Budaya

Melalui Galeri Indonesia Kaya oleh PT. Media Comm

Galeri Indonesia Kaya

OrganizingPlanning Actuating Controlling

Mengangkat Kretek Sebagai Warisan Budaya

1.7 Jenis Studi

1.7.1 Metode Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode

penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang. Metode deskriptif-

kualitatif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif. Penelitian ini tidak

mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat

prediksi. Metode deskriptif-kualitatif mencari teori bukan menguji teori.

Hypothesis-generating, bukan hypothesis testing, dan heuristic, bukan verifikasi.

Ciri lain metode ini adalah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah

(natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai

pengamat. Peneliti membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan

mencatatnya dalam buku observasi (instrumennya adalah pedoman observasi).

Peneliti tidak berusaha memanipulasi variabel. Penelitian deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek

sesuai dengan spa adanya

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,2004:3) metode penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Moleong

mendefinisikan penelitian berdasarkan definisi para ahli yaitupenelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistic, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moleong, 2004:6).

Penelitian kualitatif unggul dalam menyajikan data yang sangat dekat

dengan realita yang dikaji, dan difokuskan pada kasus yang spesifik. Robert K.

Yin (2002:1) mendefinisikan studi kasus kedalam tiga tipe, yaitu studi-studi kasus

eksplanatoris, eksplotoris, dan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

2004:3) metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati. Sebuah penelitian kualitatif dapat unggul dalam

menyajikan sebuah data yang sangat dekat dengan realita yang dikaji dan

difokuskan pada kasus yang spesifik.

1.7.2. Deskriptif

Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif yang berarti data

yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih mengambil bentuk kata-kata

atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan

dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut

mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, video-tape, dokumen

pribadi, memo, rekaman-rekaman resmi lainnya.

Untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi

halaman dar narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik, tetapi mereka

mencoba menganalisis data dengan segala kekayaannya dan sedekat mungkin

dengan bentuk rekaman dan transkripnya

1.7.3 Unit Analisis

Sebagai alat ukur dalam penelitian ini, digunakan unit analisis sebagai berikut :

1. Mengapa budaya kretek di Indonesia dilestarikan oleh PT. Djarum

2. Bagaimana Program Galeri Indonesia Kaya yang dibangun oleh PT.

Djarum dalam melestraikan dan mengangkat kretek sebagai warisan

budaya

3. Bagaimana budaya kretek di Indonesia dilestraikan oleh PT. Djarun

1.8 Teknik Penentuan Key Informan

Pada penelitian ini, sample dan informasi diambil secara purposif, artinya

ditentukan sendiri oleh peneliti atas dasar kebutuhan dan kredibilitas key

informant tersebut. Selain itu, peneliti juga akan menerapkan teori bola salju atau

snowball maksudnya informasi dikumpulkan agar pengamatan tidak ada kendala

kecurigaan orang yang akan menjadi objek pengamatan, maka dipilih teknik

pengamatan terlibat (participan observation).

Selain itu, dengan pertimbangan untuk memperoleh dan meningkatkan

derajat kepercayaan responden terhadap tingkat keamanan rahasia perorangan dan

atau lembaga sebagai akibat pengamatan.

Key informant tersebut adalah :

1. Pihak yang mengetahui tentang konsep, visi, serta misi Galeri Indonesia

Kaya

2. Pihak yang mengetahui proses perencanaan program acara dari Galeri

Indonesia Kaya

3. Pihak yang melaksanakan atau terjun langsung dalam pelaksanaan

Program Galeri Indonesia Kaya

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kurang lebih narasumber

yang akan dipilih penulis antara lain :

1. Ibu Renitasari Adrian sebagai Program Director Bakti Budaya Djarum

Foundation

2. Bapak Jimmy Zefanya Ginting sebagai Senior PR Consultant di PT.

MediaComm yang menangani PT. Djarum

1.9 Teknik Pengumpulan Data

1.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menunjang

penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang bertugas

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan, dalam konteks penelitian ini mewawancarai karyawan

PT. MediaComm dan tentunya beberapa orang yang memiliki kapabilitas dalam

Galeri Indonesia Kaya. Peneliti akan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan-

tujuan tertentu.

Wawancara mendalam tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur

bertujuan untuk membentuk informasi membentuk informasi tertentu dari semua

responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap

responden. Dalam penelitian ini pun penulis lebih banyak menggunakan

wawancara mendalam

2. Observasi Langsung

Penulis melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian melalui pengamatan penginderaan. Observasi ini secara signifikan

dilakukan penulis, dengan menjadikan penulis sebagai pengamat terlibat/berperan

serta, ini merupakan suatu keharusan yang dituntut agar data-data hasil penelitian

memiliki derajat kepercayaan yang tinggi, memiliki keterandalan dan dapat

dipertanggung jawabkan keilmiahannya.

Observasi sesungguhnya adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan. Observasi yang dilakukan penulis pada Galeri Indonesia Kaya,

yaitu membuat kunjungan lapangan di Galeri Indonesia Kaya. Hal ini berkenaan

dengan divisi-divisi apa saja serta pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam

kegiatan yang berlangsung dalam Galeri Indonesia Kaya itu sendiri.

3. Penelusuran data online

Teknik pengumpulan data ini dibutuhkan karena seiring dengan

perkembangan internet yang sudah semakin berkembang pesat serta mampu

menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini. Dan disadari atau tidak,

internet merupakan medium yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai

informasi.

4. Studi Kepustakaan

Teknik ini diperlukan untuk menambah fakta-fakta dan informasi yang

mendukung penelitian ini.

1.9.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada

teknik analisis data menurut Craswell (1998 : 152), yaitu:

1. Deskripsi, yaitu mencoba untuk memaparkan fakta-fakta mengenai kasus

sebagaimana terekam atau tercatat oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti

mencoba untuk mengumpulkan data baik hasil wawancara ataupun pengamatan

yang berkaitan dengan kebutuhan dalam mencari informasi seputar program

Galeri Indonesia Kaya itu sendiri

2. Themes (Analisis Tema), menganalisis data yang merujuk pada tema yang

spesifik, dilakukan dengan mengumpulkan informasi dan mengelompokannya

menjadi beberapa cluster. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data untuk menarik

kesimpulan. Data yang diperoleh dikumpulkan dan di analisi sesuai dengan data

yang didapat pada kondisi lapangan yang ada.

3. Assertions (Penonjolan), merupakan langkah akhir yang meliputi

pemahaman peneliti tentang data dan inteprestasi terhadapnya. Hal ini dapat

dilakukan melalui pandangan personal peneliti ataupun data yang telah

didapatkan. Pada penelitian ini peneliti akan membaca hasil catatan lapangan,

mendengarkan rekaman wawancara, dan membaca dari literatur lainnya untuk

mendapatkan pemahaman mengenai program Galeri Indonesia Kaya itu sendiri.

1.10 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif tidak seperti penelitian kuantitaif yang dapat diuji

validitas dan realibiltasnya melalu ukuran statik. Kebenaran realitas data menurut

penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada

konstruksi manusia. Banyak penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena

beberapa hal (Bungin,2007:255) :

1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian

kualitatif

2. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun

bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka

apalagi kontrol (dalam observasi partisipan)

Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil

akurasi penelitian.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif

antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member

check ( Sugiyono, 2005 : 121)

Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan

mempergunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di laur data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya..

Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-

perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai

pandangan. Dengan kata lain, bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-

recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,

metode, atau teori.

Menurut Patton (1999) terdapat 4 macam triangulasi yaitu triangulasi data,

triangulasi pengamat, triangulasi teori dan triangulasi metode. Dalam penelitian

ini pengecekan keabsahan data akan dilakukan dengan triangulasi pengamat atau

triangulasi sumber.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987:331). Hal tersebut dapat dicapai

dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang diakatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dapat berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti karyawan low, middle, maupun top

management

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumen yang

berkaitan, seperti buku, hasil penelitian, dan artikel yang diperoleh dari media

cetak ataupun media online, dan peralatan yang menunjang dalam

mendokumentasikan data.

Dalam hal ini, penulis tidak terlalu banyak mengharapkan bahwa hasil

perbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran.

Yang peting adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-

perbedaan tersebut (Patton 1987:331). Penulis menggunakan triangulasi sumber

atau pengamat sebagai pemeriksa keabsahan datanya. Triangulasi teknik untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda misalnya wawancara lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi, dan kuisioner.

1.11 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Waktu : Disesuaikan

Tempat : Grand Indonesia - West Mall Lantai 8. Jln. MH.Thamrin No.1

Jakarta 10310 – Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Hakikat Komunikasi

Komunikasi adalah dimana seseorang, kelompok, atau individu saling

menyampaikan informasi kepada sstu sama lain melalui komunikasi agar

terhubung dan terjalin hubungan antara satu dengan yang lainnya. Umumnya

komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non- verbal, selama kedua

komunikan dan komunikator itu saling mengerti dan puas dengan apa yang

disampaikannya itu bisa disebut komunikasi.

Bahasa mengelengkan kepala, menganggukan kepala . lambaiannya tangan

adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal yang sering digunakan banyak

orang. Karena hanya dengan gerakan tubuh saja, komunikasi ini bisa terjalin. Oleh

sebab itulah hal ini bisa disebut sebagai kegiatan komunikasi.

2.1.1.2 Definisi Komunikasi

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. dalam bukunya Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar (2007), mengutip beberapa definisi dari para ahli sebagai berikut:

• Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mendefinisikan bahwa komunikasi

adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar,

figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang

biasa disebut komunikasi.

• Theodore M. Newcomb mengemukakan bahwa setiap tindakan

komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari

rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

• Carl I. Hovland mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang

memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan

(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain

(komunikate).

• Gerald R. Miller menyatakan bahwa komunikasi terjadi suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari

untuk mempengaruhi perilaku penerima.

• Evereth M. Rogers mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses di

mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,

dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

• Raymond S. Ross mengatakan komunikasi (intensional) adalah suatu

proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian

rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons

dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

• Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante mendefinisikan bahwa

komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi

khalayak.

• Harold Lasswell menyatakan bahwa cara yang baik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With

Wath Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada

Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

2.2 Public Relations

Eksistensi Public Relations belakangan ini sudah mulai diterima oleh

banyak kalangan, baik kalangan ilmuwan maupun kaum awam, hampir semuanya

sudah mengetahui keberadaan seorang PR. Perkembangan PR yang sangat pesat

di indonesia berkembang seriring dengan berkembangnya PR di pemerintahan, di

BUMN, dan perusahaan swasta lainnya .

PR adalah sebuah ilmu yang menjadi ilmu induknya ilmu komunikasi. PR

menjadi sebuah profesi di bidang ilmu komunikasi yakni profesi sebagai Public

Relation Officer, PR Consultant, Researcher for Public Relations dan lain-lain.

2.2.1 Definisi Public Relations

Berikut penulis akan memaparkan beberapa definisi Public Relations

menurut beberapa ahli yang diambil dari buku Handbook Of PR kalangan Dr

Elvinaro Ardianto, M.Si.

a. J.C., Seidel, Public Relations Director, Division of Housing, State of New

York : “Public Relations adalah proses yang kontinu dari usaha-usaha

manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para

langganannya, pegawainya, dan publik umumnya; ke dalam dengan

mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, ke luar

dengan mengadakan pernyataan-pernyataan. ”

b. W. Emerson Reck, Public Relations Director, Colgate University : “Public

Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan,

penentuan pelayanan-pelayanan sikap yang disesuaikan dengan

kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu

memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka. Ke dua, pelaksanaan

kebijaksanaan, pelayanan, dan sikap adalah untuk menjamin adanya

pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.

c. Byorn Christian, PR merupakan suatu usaha sadar memotivasi terutama

melalui komunikasi agar orang-orang terpengaruh, timbul pikiran yang

sehat terhadap suati organisasi, memberi rasa hormat, mendukung dan

memberi kesadaran dengen berbagai macam cobaan dan masalah

Sedangkan Menurut IPRA / International Public Relations Association

mendefinisikan PR adalah Fungsi manajemen dari ciri-ciri yang terencana dan

berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau negara untuk

memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau

mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik di antara mereka.

Intinya PR adalah Good image (citra baik), goodwill ( itikad baik ), mutual

understanding (saling pengertian ), mutual confidence (saling mempercayai ),

mutual appreciation ( saling menghargai ), tolerence (toleransi)

Dari definisi diatas maka terdapat beberapa kata kunci yang perlu diingat untuk

menjadi kata kunci apa itu definisi PR , yaitu :

a. Sengaja ( Deliberate) : Kegiatan PR adalah sesuatu yang disengaja ,

dirancang untuk mempengaruhi, mendapatkan pengertian, memberikan

informasi, dan memperoleh umpan balik.

b. Terencana ( Planned ) : Kegiatan PR adalah sesuatu yang terorganisir.

Kegiatan yang sistematis membutuhkan analisis dan riset.

c. Kinerja ( Perfomance) : PR yang efektif didasarkan pada kebijakan dan

penampilan nyata dari seseorang atau sebuah organisasi

d. Kepentingan Publik (Public Interest ) : Setiap kegiatan PR adalah untuk

kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan organisasi maupun

kepentingan diri sendiri. Bukan hanya sekedar untuk meraup keuntungan

sebesar-besarnya.

e. Komunikasi dua arah (two way communication) : PR bukan hanya saja

terdiri dari penyebaran materi melalui informasi, tetapi penting juga

umpan balik dari khalayak. Kemampuan seorang praktisi PR untuk

mendengarkan adalah mutlak hal yang pokok dalam komunikasi

f. Fungsi Manajemen ( management function) : PR berfungsi sebagai

pengambil keputusan oleh manajemen puncak. PR melibatkan konsultasi

dan pengentasan masalah tingkat tinggi.

Berdasarkan definisi dan ringkasan di atas dapat disimpulkan PR

merupakan sebuah kegiatan yang dirancang, terorganisasi melalui riset dan

analisis sebelumnya sehingga terjadi kinerja yang berdasarkan pada kepentingan

masyarakat bukan semata-mata untuk meraup keuntungan sebesar-sebesarnya

demi kepentingan pribadi, sehingga dibutuhkan fungsi manajeen demi

terlaksananya kinerja PR yang mementingkan kepentingan masyarakat luas dan

demi kelangsungan hidup organisasi dan juga masyarakat.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Public Relations

Setelah membahas secara mendalam definisi dari Public Relations ,

penulis juga akan memaparkan apa saja Tujuan dan fungsi atau kegunaan Public

Relations itu di dalam suatu organisasi atau di dalam suatu perusahaan

Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku

seseorang pada saat saling berhubungan secara individu maupun kelompok,

melalui dialog dengan semua kalangan, dimana ada satu tujuan yang sama untuk

menghadapi satu tujuan yaitu kesuksean suatu perusahaan. (Davis, 2003).

Jefkins (2003, p.54) mendefinisikan dari sekian banyak hal yang bisa

dijadikan tujuan public relation sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang

pokok adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan

mengadakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

c. Untuk menceritakan kesuksesan perusahaan, sehingga mendapatkan

pengakuan dari masyarakat.

d. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta

membuka pangsa pasar baru.

e. Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas

rencana perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.

f. Untuk memperbaiki hubungan antar perusahaan itu dengan

masyarakatnya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang

mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan

masyarakat terhadap niat baik perusahaan.

g. Untuk mendidik konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam

memanfaatkan produk-produk perusahaan.

h. Untuk meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau

bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.

i. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam

menghadapi resiko pengambilalihan oleh pihak lain.

j. Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru.

k. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para

pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

l. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari

suatu acara.

m. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-

kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang

bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan kebijakan

pemerintah yang merugikan.

n. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan

perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu

mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.

Selain itu public relation bertujuan untuk menciptakan, membina dan

memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu

pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan

timbal balik (Maria, 2002).

Menurut Rosady Ruslan (2001, p.246) tujuan Public Relation adalah

sebagai berikut:

a. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik

eksternal atau masyarakat dan konsumen.

b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan

perusahaan.

c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

d. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

e. Mendukung bauran pemasaran.