45
KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL (disusun untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Ekonomi Internasional semester 5) Dosen Pengampu : Samsul Arifin,S.E.,M.SE. Disusun Oleh : 1. Ade Firmansyah (5553120671) 2. Enjah Faizah (5553120729) 3. Moch. Denny Ichwan S. (5553121556) 4. Mustika Amaliya (5553121361) 5. Rifky Wahyu Ramadhan (5553120768) i

KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Citation preview

Page 1: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM

MONETER INTERNASIONAL

(disusun untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Ekonomi Internasional semester 5)

Dosen Pengampu : Samsul Arifin,S.E.,M.SE.

Disusun Oleh :

1. Ade Firmansyah (5553120671)2. Enjah Faizah (5553120729)3. Moch. Denny Ichwan S. (5553121556)4. Mustika Amaliya (5553121361)5. Rifky Wahyu Ramadhan (5553120768)

KELAS VC

JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

i

Page 2: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat dan Taufiknya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca

dalam mata kuliah Ekonomi Internasional.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Samsul Arifin selaku

dosen pengampu ekonomi Internasional yang telah memberikan arahan maupun

bimbingan kepada Kami. Serta pihak-pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Harapan Kami semoga makalah ini membantu pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca, sehingga Kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang Kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, Kami harapkan kepada para

pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Serang, 7 November 2014

Penyusun

ii

Page 3: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... ii.

Daftar Isi …………………………………..................................................... iii.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….................................................................. 1.

1.2 Rumusan Masalah ………............................................................. 1.

1.3 Tujuan Penulisan ……………....................................................... 1.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori ............................................................................. 2.

2.2 Krisis Moneter Indonesia ………................................................. 2.

2.3 Dampak Krisis Moneter ….…………………………………….. 11.

2.4 Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Krisis…………………….. 12

2.5 Sistem Moneter Internasional ………........................................... 13.

2.6 Hubungan antara krisis moneter di Indonesia dengan kega-

galan sistem moneter internasional …………………………… 16.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………....................................................................... 16.

3.2 Saran ………………….................................................................. 16.

DAFTAR PUSTAKA ………......................................................................... 17.

iii

Page 4: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

iv

Page 5: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi di Indonesia dari zaman dahulu hingga sekarang sudah

sering terjadi apalagi pada tahun 1997 Indonesia pernah mengalami krisis moneter

selama lebih dari 2 tahun diubahlah menjadi krisis ekonomi yakni lumpuhnya

kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang ditutup dan jumlah

pekerja yang menganggur.

Tingginya krisis ekonomi ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup

tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya

investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya

pertumbuhan ekonomi.

Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan

kekacauan di Negara Indonesia. Pada tahun 1998. Inilah Puncak terjadinya Krisis

Moneter di Indonesia. Mundurnya Soeharto diperkirakan dapat meredakan krisis

moneter, akan tetapi juga tidak dapat berhasil. Rupiah tetap Rp. 11.000/Dollar.

Kecenderungan melemahnya rupiah semakin menjadi setelah terjadi penembakan

mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan aksi penjarahan pada tanggal

14 Mei 1998. kurs Rupiah terjun bebas mencapai Rp. 17.000/Dollar AS paling

rendah dalam sejarah.

Sistem moneter merupakan sistem yang berfungsi menjaga kestabilan nilai

tukar dengan cara membatasi peredaran uang, nilai suku bunga perbankan, dan

kepastian dan kelancaran likuiditas institutisi pembayaran. Oleh karena itu di

Indonesia moneter dikendalikan oleh Bank Indonesia. Ada beberapa system

moneter yang pernah diberlakukan di Indonesia yaitu pada tahun 1960-an berlaku

sistem multiple exchange system, selanjutnya pada tahun 1971-1978 berlaku

sistem fixed exchange rate system, dan tahun 1978-1992 berlaku sistem managed

floating system, serta tahun 1992-1997 yaitu managed floating dengan crawling

band, dan yang terakhir dari 1997 hingga kini berlaku sistem floating/flexible

exchange rate system.

1

Page 6: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku

untuk semua negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi

lintas negara. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan

memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah

adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional

adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar.

Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem

moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke

sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini

pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan

masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang terjadi di Indonesia pada saat krisis 1997/1998 ?

2. Apa saja sistem moneter yang ada di internasional?

3. Apakah kaitannya krisis moneter di Indonesia dengan sistem moneter

internasional?

I.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyebab krisis Indonesia tahun 1997-1998

2. Untuk mengetahui apa saja sistem moneter di internasional

3. Untuk mengetahui apa kaitan krisis moneter Indonesia dengan sistem

moneter Internasional

I.4. Metode Penulisan

Data dalam penyusunan penulisan ini diperoleh dengan menggunakan

metode studi kepustakaan, yang merupakan suatu kegiatan pengumpulan data

dan informasi dari berbagai sumber. Dan metode observasi, yang merupakan

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh panca indra.

2

Page 7: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Landasan Teori

Teori yang berkaitan dengan masalah moneter sering dikaitkan

dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor uang yang

banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar

(quantity of money atau supply money). Teori kuantitas sederhana, inti

dari teori ini adalah perubahan harga komoditi akan berbanding lurus

dengan jumlah uang yang beredar.

Kuat dan lemahnya nilai uang sangat bergantung pada jumlah uang

yang beredar. Jika jumlah uang yang beredar menjadi 2x lipat maka nilai

uang akan menurun setengah kali dari semula, sebaliknya jika jumlah uang

hanya tinggal setengah, maka nilai uang akan naik menjadi 2x lipat. Hal

ini terjadi karena apabila jumlah uang naik menjadi 2x lipat maka akan

berpengaruh pada harga yang naik dan otomatis nilai akan menurun

menjadi setengahnya.

Pada saat kita bicara moneter akan masalah utama yang sering kita

bicarakan adalah berkaitan dengan uang. Setiap Negara mempunyai mata

uang sendiri dan mata uang itu akan menunjukkan nilai barang. Begitu

juga dengan sistem moneter internasional ini mengacu pada institusi-

institusi dimana pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan.

Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan

bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar.

Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan

memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta

mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Elemen inti dari sistem

moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar.

3

Page 8: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

II.2. Krisis Moneter di Indonesia

Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa

Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam

macet, dan banyak utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai

langkah ditempuh, mulai dari pengetatan moneter hingga beberapa

program pemulihan IMF yang diperoleh melalui beberapa Letter of Intent

(LoI) pada tahun 1998. Namun akhirnya masa suram dapat terlewati.

Perekonomian semakin membaik seiring dengan kondisi politik yang

stabil pada masa reformasi. Sejalan dengan itu, tahun 1999 merupakan

tonggak bersejarah bagi Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-

undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang No. 3/2004. Dalam undang-undang ini, Bank

Indonesia ditetapkan sebagai lembaga tinggi negara yang independen

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sesuai undang-undang

tersebut, Bank Indonesia diwajibkan untuk menetapkan target inflasi yang

akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan dan pengendalian

moneter. Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan kembali dan

kerjasama dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM)

pada 2004.

Juli 1997 telah terjadi krisis ekonomi moneter yang menggoncang

sendi-sendi ekonomi dan politik nasional. Bagi perbankan, krisis telah

menimbulkan kesulitan likuiditas yang luar biasa akibat hancurnya Pasar

Uang Antar Bank (PUAB). Sebagai leader of the last resort BI harus

membantu mempertahankan kestabilan sistem perbankan dan pembayaran

untuk mempertahankan kelangsungan ekonomi nasional. Nilai tukar

Rupiah terus merosot tajam, pemerintah melakukan tindakan pengetatan

Rupiah melalui kenaikan suku bunga yang sangat tinggi dan pengalihan

dana BUMN/yayasan dari bank-bank ke BI (SBI) serta pengetatan

anggaran Pemerintah. Ternyata kebijakan tersebut menyebabkan suku

bunga pasar uang melambung tinggi dan likuiditas perbankan menjadi

kering yang menimbulkan bank kesulitan likuiditas. Segera setelah itu

4

Page 9: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

masyarakat mengalami kepanikan dan kepercayaan mereka terhadap

perbankan mulai menurun. Maka terjadi penarikan dana perbankan secara

besar-besaran yang sekali lagi menimbulkan kesulitan likuiditas pada

seluruh sistem perbankan. Akibatnya sistem pembayaran terancam macet

dan kelangsungan ekonomi nasional tergocang.

Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Indonesia

memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta

dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan

sektor bank yang baik.

Pada Juli, Thailand mengambangkan baht, Otoritas Moneter

Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen.

Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997,

pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating-bebas.

Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar

dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari hutang

perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan

Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September.

Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan

kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat

Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur

pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden Sampai 1996,

Asia menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang.

Tetapi, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan memiliki current account

deficit dan perawatan kecepatan pertukaran pegged menyemangati

peminjaman luar dan menyebabkan keterbukaan yang berlebihan dari

resiko pertukaran valuta asing dalam sektor finansial dan perusahaan.

5

Page 10: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada

tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah

terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan membiarkannya

berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistim managed

floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978. Dengan

demikian Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta

asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan

oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan

6

Page 11: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi

Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali

menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999.

Dalam perkembangannya nilai tukar yang belum stabil dan inflasi

yang masih tinggi memaksa Bank Indonesia, sebagi otoritas moneter untuk

mempertahankan uang ketat, yang berakibat tingginya suku bunga didalam

negeri. Disisi lain tingginya suku bunga yang berlebihan telah berdampak

negatif terhadap dunia usaha. Suatu negara didefinisikan mengalami krisis

mata uang apabila nilai tukarnya mengalami perubahan yang besar,

disamping itu negara yang mengalami krisis mata uang umumnya ditandai

dengan adanya perubahan kebijakan mengenai sistim penetapan nilai tukar

(Tjahjono 1998:2)

Tetapi yang utama karena utang swasta luar negeri yang telah

mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam

negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang

7

Page 12: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya. Krisis yang

berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat

tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap

dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam

jumlah besar. Seandainya tidak ada serbuan terhadap dollar AS ini,

meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi

Indonesia tidak akan mengalami krisis. Krisis ini diperparah lagi dengan

akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya yang datangnya saling

bersusulan.

Implementasi kebijakan moneter di Indonesia dalam masa krisis

saat ini dilematis, banyak sasaran yang ingin dicapai secara serentak serta

tidak berfungsinya mekanisme transmisi secara efesien akibat

disintermediasi lembaga keuangan menyebabkan pengendalian moneter

secara tidak langsung menjadi kurang efektif (Tarmiden, 1998 :98).

Ada beberapa Faktor yang menyebabkan permintaan terhadap

Dollar meningkat sehingga nilai Rupiah jatuh (Ritonga. 2004:59), Yakni :

1) Menyusul naiknya nilai dollar US di negara- negara tetangga, para

pengusaha Indonesia yang dalam waktu dekat akan membayar

utang luar negerinya berusaha mendapatkan dollar US dalam

jumlah yang diperkirakan cukup besar.

2) Dalam keadaan sentimen pasar yang demikian, para spekulan pun

berusaha mencari untung dengan cara melepas Rupiah dan

membeli dollar US, maka nilai Rupiah pun jatuh.

3) Sementara itu banyak pula pemegang Rupiah yang berusaha

melindungi asset likuidnya (Rupiah) dari kemerosotan nilai dengan

jalan membeli dollar US.

Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini

adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat

tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak faktor

lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat.

Berikut ini diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut

menurut urutan kejadiannya:

8

Page 13: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

1. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan

yang memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir

keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya.

2. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4%

(1993) hingga 5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang

berada di bawah nilai tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara

kumulatif sangat overvalued. Ditambah dengan kenaikan pendapatan

penduduk dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat dari

kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah, dan produk dalam negeri

yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk impor.

3. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka

pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan

yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang

yang jatuh tempo beserta bunganya ditambah sistim perbankan

nasional yang lemah. Ada tiga pihak yang bersalah di sini, pemerintah,

kreditur dan debitur. Kesalahan pemerintah adalah, karena telah

memberi signal yang salah kepada pelaku ekonomi dengan membuat

nilai rupiah terus-menerus overvalued dan suku bunga rupiah yang

tinggi, sehingga pinjaman dalam rupiah menjadi relatif mahal dan

pinjaman dalam mata uang asing menjadi relatif murah. Sebaliknya,

tingkat bunga di dalam negeri dibiarkan tinggi untuk menahan pelarian

dana ke luar negeri dan agar masyarakat mau mendepositokan dananya

dalam rupiah. Selain itu pemerintah sama sekali tidak melakukan

pengawasan terhadap utang-utang swasta luar negeri ini, kecuali yang

berkaitan dengan proyek pemerintah dengan dibentuknya tim PKLN.

Pihak kreditur luar negeri juga ikut bersalah, karena kurang hati-hati

dalam memberi pinjaman dan salah mengantisipasi keadaan. Jadi

sudah sewajarnya, jika kreditur luar negeri juga ikut menanggung

sebagian dari kerugian yang diderita oleh debitur.

4. Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing (bandingkan juga

Ehrke: 2-3) yang dikenal sebagai hedge funds tidak mungkin dapat

dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia

9

Page 14: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

pada saat itu, karena praktek margin trading, yang memungkinkan

dengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar. Dewasa ini

mata uang sendiri sudah menjadi komoditi perdagangan, lepas dari

sektor riil.

5. Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai

tukar dengan pita batas intervensi. Sistim ini menyebabkan apresiasi

nyata dari nilai tukar rupiah dan mengundang tindakan spekulasi

ketika sistim batas intervensi ini dihapus pada tanggal 14 Agustus

1997.

6. Defisit neraca berjalan yang semakin membesar (IMF Research

Department Staff: 10; IDE), yang disebabkan karena laju peningkatan

impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya

pembayaran bunga pinjaman. Sebab utama adalah nilai tukar rupiah

yang sangat overvalued, yang membuat harga barang-barang impor

menjadi relatif murah dibandingkan dengan produk dalam negeri.

7. Penanam modal asing portofolio yang pada awalnya membeli saham

besar-besaran diiming-imingi keuntungan yang besar yang ditunjang

oleh perkembangan moneter yang relatif stabil kemudian mulai

menarik dananya keluar dalam jumlah besar.

8. Terjadi krisis kepercayaan dan kepanikan yang menyebabkan

masyarakat luas menyerbu membeli dollar AS agar nilai kekayaan

tidak merosot dan malah bisa menarik keuntungan dari merosotnya

nilai tukar rupiah.

Krisis pecah karena terdapat ketidakseimbangan antara kebutuhan

akan valas dalam jangka pendek dengan jumlah devisa yang tersedia, yang

menyebabkan nilai dollar AS melambung dan tidak terbendung. Sebab itu

tindakan yang harus segera didahulukan untuk mengatasi krisis ekonomi

ini adalah pemecahan masalah utang swasta luar negeri, membenahi

kinerja perbankan nasional, mengembalikan kepercayaan masyarakat

dalam dan luar negeri terhadap kemampuan ekonomi Indonesia,

menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang nyata, dan tidak kalah

penting adalah mengembalikan stabilitas sosial dan politik.

10

Page 15: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Runtut awal mula krisis di Indonesia dengan kondisi di dunia

Internasional

Krisis di Indonesia diawali dengan jatuhnya mata uang Baht

Thailand pada juni 1997, akibat ulah para spekulan. Pada saat itu spekulan

menjual mata uang Bath dengan harapan dapat menurunkan harga bath

yang  berharga 26 bath per 1 dollar amerika. Pada akhirnya keinginan para

spekulan tersebut berhasil. Karena banyak bath yang keluar, maka

pemerintah Thailand harus membeli mata uang bath dan menghabiskan

cadangan sebesar US$6,8. Pada januari 1998, harga Bath jatuh dengan

harga 54 bath  per dollar Amerika. Jatuhnya mata uang bath dengan cepat

diikuti jatuhnya mata uang Peso Filipina, Dollar Singapura dan Ringgit

Malaysia yang terlihat sebagai sebuah efek domino, karena jatuhnya mata

uang tersebut berantai antar satu sama lain.

Analisis Kebijakan, Praktek dan Mekanisme di Internasional Terkait

Krisis di Indonesia.

Kebijakan

1. Market reform in developing Asian countries adalah Kebijakan dimana

kebijakan yang dilakukan dengan cara mengadakan perubahan yang

memfasilitasi masuknya bisnis internasional ke pasar Asia dan

mencangkup liberalisasi ekonomi, perdagangan dan investasi, deregulasi

dan hukum perdagangan serta privatisasi dan memperbaharui peraturan

tentang kebangkrutan kompetisi.

2. Kebijakan lainnya adalah “US firm penetration” yang berarti pemasukan

dari FDI (foreign direct investment) oleh perusahaan multinasional.

Foreign direct investment itu sendiri dapat diartikan sebagai investasi

ketika seseorang dari sebuah negara mendapatkan keuntungan jangka

panjang dan tingkat pengaruh yang lebih tinggi dari manajemen sebuah

perusahaan di negara lain.

11

Page 16: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

3. kebijakan memberikan bantuan dana kepada negara-negara yang terkena

krisis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan bersama

dengan IMF dan World Bank.

Praktek

1. Program IMF terlalu seragam, padahal masalah yang dihadapi tiap negara tidak

seluruhnya sama; dan

2. program IMF terlalu banyak mencampuri kedaulatan negara yang dibantu

(Fischer, 1998b). Radelet dan Sachs secara gamblang mentakan bahwa bantuan

IMF kepada tiga negara Asia (Thailand, Korea dan Indonesia) telah gagal. Setelah

melihat program penyelematan IMF di ketiga negara tersebut, timbul kesan yang

kuat bahwa IMF sesungguhnya tidak menguasai permasalahan dari timbulnya

krisis, sehingga tidak bisa keluar dengan program penyelamatan yang tepat.

Mekanisme

1. Surveillance (monitoring), yaitu suatu proses dimana IMF melakukan

penilaian secara reguler terhadap kinerja dan kerangka kebijakan nilai

tukar mata uang masing-masing anggotanya yang hasilnya diterbitkan dua

kali setahun di dalam World Economic Outlook.

2. Financial assistance (bantuan keuangan), yaitu pemberian kredit lunak

kepada negara-negara-negara yang mengalami krisis keuangan dengan

syarat tertentu.

3. Technical assistance, penyediaan tenaga ahli dan berbagai dukunngan lain

bagi negara yang melakukan pembenahan kebijakan moneter dan fiskal.

II.3. Dampak Krisis Moneter

Berbagai dampak Krisis Moneter timbul di Indonesia. Krisis

Moneter membawa dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini

disebabkan karena kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang

melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam

12

Page 17: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti, Banyak perusahaan yang

terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah

para pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia.

Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang yang naik cukup

tinggi, yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-barang

kebutuhan pokoknya. Utang luar negeri dalam rupiah melonjak. Harga

BBM naik. Laju inflasi mencapai 77,63%

Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter. Pada oktober

1998 jumlah keluarga miskin diperkirakan sekitar 7.5 juta. Meningkatnya

jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang

rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara

penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan

pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi.

Sehingga mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak

perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan Negara asing dengan

tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang

Negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa

hikmah. Secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya arus

masuk turis asing akan lebih besar, daya saing produk dalam negeri

dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat sehingga bisa

menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis

pertanian. Dampak dari krisis moneter lebih banyak yang negative

dibandingkan dampak positifnya. Itu di karenakan krisis ini mengganggu

kesejahteraan masyarakat.

II.4. Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Krisis

1. Mengurangi dampak negatif krisis terhadap masyarakat

berpendapatan rendah dan rentan

2. Pemulihan pembangunan ke jalur semula.

3. Menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah

terhadap valuta asing (kebijakan ekonomi makro)

13

Page 18: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

4. Mengangkat kembali sektor-sektor usaha kecil – menegah

masyarakat (pelaku usaha) dengan mekanisme pemberian

pinjaman dana dengan prioritas bunga yang rendah.

(kebijakan ekonomi mikro)

5. Menunda proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang

belum mendesak

6. Memperluas, penciptaan kerja dan kesempatan kerja bagi

mereka yang kehilangan pekerjaan, yang dikaitkan dengan

peningkatan produksi bahan makanan serta perbaikan dan

pemeliharaan prasarana ekonomi, misalnya jalan, irigasi,

7. Memperbaiki sistem distribusi agar berfungsi secara penuh

dan efisien yang sekaligus meningkatkan peranan

pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

8. Merestrukturisasi hutang luar negeri. Tindakan ini

dimaksudkan pemerintah untuk memprioritaskan

pendanaan-pendanaan yang sangat urgen terhadap

perkembangan ekonomi untuk mengatasi krisis yang ada,

sehingga dengan adanya restrukturisasi utang maka

pemerintah dapat melakukan penundaan pembayaran utang

luar negeri Indonesia

9. Mendorong ekspor

II.5. Sistem Moneter Internasional

14

Page 19: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Sistem nilai tukar sangat tergantung pada kebijakan moneter suatu

negara. terdapat 3 sistem nilai tukar berdasarkan pada besarnya intervensi

dan candangan devisa yang dimiliki bank sentral suatu negara yang

dipakai oleh banyak negara di dunia antara lain :

a. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Merupakan suatu sistem nilai tukar dimana nilai suatu

mata uang yang dipertahankan pada tingkat tertentu terhadap mata

uang asing. Dan bila tingkat nilai tukar tersebut bergerak terlalu

besar maka pemerintah melakukan intervensi untuk

mengembalikannya. Sistem ini mulai diterapkan pada pasca

perang dunia kedua yang ditandai dengan digelarnya konferensi

mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di Bretton Woods,

New Hampshire pada tahun 1944, dan pada saat itu negara-negara

industri penting menganut sistem nilai tukar tetap terhadap satu

sama lain.

Dalam sistem ini otoritas moneter selalu mengintervensi

pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri

terhadap satu mata uang asing tertentu. Intervensi tersebut

memerlukan cadangan devisa yang relatif besar. Tekanan terhadap

nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit

neraca perdagangan, cenderung menghasilkan kebijakan

devaluasi.

Dalam sistem ini bank-bank sentral asing selalu siap

memenuhi lonjakan kebutuhan akan mata uang asing yang

diperlukan yang terjadi karena defisit atau surplus neraca

pembayaran dari harga yang tetap konstan dilihat dari mata uang

sendiri. Bank sentral harus membiayai kelebihan permintaan akan,

atau surplus dari, mata uang nasional (yakni, defisit atau surplus

neraca pembayaran) pada tingkat nilai tukar tetap dengan cara

15

Page 20: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

menguras atau menambah cadangan mata uang asing yang

dipegangnya.

Kebijakan

1. Nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan

berdasarkan nilai tukar dollar terhadap negara tersebut sesuai

dengan yang berlaku di pasar valuta asing Jakarta dan

internasional.

2. Menetapkan peraturan sistem kontrol devisa yang ketat.

Praktek

1. Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan

kekurangan di pasar valas.

2. Kurang fleksibel terhadap perubahan global.

3. Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan

mempengaruhi pasar ekspor impor.

Mekanisme

1. Menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang

ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas

penawaran dan permintaan di pasar uang.

2. Jika terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan yang

cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya dengan

membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam

devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali

ke kurs tetap nya.

3. Bank Sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam

penetapan nilai tukar

16

Page 21: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

b. Sistem Nilai Mengambang ( floating exchange rate)

Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka

timbul konsep baru yaitu Floating Exchange Rate System. Dalam

konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan bergerak bebas. Nilai tukar

valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valuta

tersebut di pasar uang.

Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan

sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis

tidak perlu mengintervensi pasar sehingga sistem ini tidak

memerlukan cadangan devisa yang besar. Sistem ini berlaku

di Indonesia saat ini. Dalam sistem nilai tukar mengambang, bank

sentral membiarkan nilai tukar untuk menyesuaikan diri dalam

rangka menyeimbangkan penawaran dan permintaan akan mata

uang asing.

Sistem kurs mengambang ini dibagi atas hal-hal berikut

1) Sistem kurs mengambang scara murni atau clean float

atau freely floating system, yaitu penentuan kurs valas

dibursa valas terjadi tanpa campur tangan pemerintah

2) Sistem kurs mengambang terkendali atau dirty float

atau managed float system, yaitu penentuan kurs valas

dibursa valas terjadi dengan campur tangan pemerintah

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas

melalui berbagai kebijakannya dibidang moneter,

fiskal dan perdagangan luar negeri.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali dapat

dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu managed floating I,

managed floating II, dan crawling band. Periode 1978 -

1986 dapat dianggap sebagai periode managed floating I di

mana unsur manajemen lebih besar dari floating. Kondisi

tersebut terlihat dari pergerakan nilai tukar nominal yang

17

Page 22: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

relatif tetap dan perubahan relatif baru terjadi pada tahun-

tahun tertentu, yaitu pada saat Bank Indonesia melakukan

devaluasi rupiah. Cukup kuatnya unsur manajemen pada

periode tersebut tidak terlepas dari kondisi perekonomian

yang relatif belum berkembang seperti saat ini, sehingga

Bank Indonesia tidak mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan nilai tukar sesuai dengan target yang

diinginkan dalam rangka mengendalikan inflasi dan

menjaga daya saing produk- produk ekspor.

Perkembangan selanjutnya dengan semakin terbukanya

perekonomian nasional terhadap perekonomian dunia yang

ditandai dengan semakin besarnya capital inflow ke

Indonesia, serta semakin pesatnya perkembangan sektor

keuangan dan dunia usaha maka kebijakan nilai tukar

managed floating, lebih ditekankan pada unsur floatingnya

sementara unsur pengendaliannya (managed) semakin

mengecil (periode managed floating II /1987-1992).

Dalam periode ini, kekuatan pasar semakin besar sehingga

unsur floating semakin dirasakan perlu mengingat

manajemen yang terlalu dominan dapat berakibat

misalignment pada nilai tukar riil.

Fleksibilitas nilai tukar rupiah semakin ditingkatkan

melalui penerapan kebijakan nilai tukar crawling band

sejak tahun 1992 hingga Agustus 1997. Peningkatan

fleksibilitas nilai tukar tersebut telah mendorong

perkembangan pasar valuta asing dalam negeri, yang

tercermin dari semakin berkurangnya ketergantungan

bank-bank kepada Bank Indonesia dalam melakukan

transaksi devisa. Kegiatan transaksi valas yang

sebelumnya dilakukan bank dengan Bank Indonesia

hampir seluruhnya telah bergeser ke pasar valas antarbank.

Di samping itu, jumlah pelaku transaksi juga semakin

18

Page 23: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

meningkat dan produk pasar valuta asing semakin

bervariasi. Hal ini terlihat dari transaksi swap Bank

Indonesia yang menurun tajam dari sebesar USD 13 miliar

pada tahun 1991 menjadi sebesar USD 1 miliar tahun

1994. Sebaliknya transaksi swap antarbank meningkat dari

USD 29 miliar pada tahun 1991 menjadi sebesar USD 596

miliar pada tahun 1997. Pada sisi lain, peningkatan

fleksibilitas melalui pelebaran rentang intervensi juga telah

memberikan keleluasaan kepada Bank Indonesia dalam

melaksanakan kebijakan moneter sehingga dapat

mempermudah perencanaan pelaksanaan operasi pasar

terbuka

Pada sistem ini nilai tukar rupiah diambangkan

terhadap sekeranjang mata uang (basket of currencies)

negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Kebijakan

ini diimplementasikan bersamaan dengan dilakukannya

devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33,6%. Dengan

sistem tersebut, pemerintah menetapkan kurs indikasi dan

membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu.

Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, pemerintah

melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas

atas atau batas bawah dari spread.

Sistem ini banyak digunakan oleh berbagai Negara di dunia pada

saat ini, termasuk Indonesia.

Kebijakan

1. Menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah

dibiarkan mengikuti mekanisme pasar

Praktek

1. Praktik spekulasi semakin bebas.

19

Page 24: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

2. Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim

perekonomiannya mapan, masih kurang teapt untuk negara

berkembang.

3. Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

Mekanisme

1. Pemerintah tidak melakukan intervensi atau adanya campur

tangan, kurs ditentukan melalui mekasime permintaan dan

penawaran di pasar.

2. Dalam sistem ini kurs dibiarkan bergerak menyesuaikan diri

dengan keadaan di pasar.

c. Pegged Exchange Rate System

Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan

nilai tukar mata uang suatu Negara dengan nilai tukar mata uang

Negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini antara

lain diterapkan oleh beberapa Negara Afrika yang mengaitkan

nilai mata uangnya dengan mata uang Perancis (FRF) dan

beberapa negara lain yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan

GBP, USD, dan SDR. Selain negara-negara Afrika, beberapa

negara Eropa yang tergabung dalam EEC sejak April 1972 juga

menjalankan Pegged System ini yang dikenal sebagai “snake

system” yang kemudian diubah menjadi Europan Monetary

Sistem (EMS). Dalam Snake System dan EMS setiap mata uang

anggota EEC dikaitkan nilainya dengan European Currency Unit

(ECU) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25% diatas atau

dibawah kurs tengah.

Salah satu variasi dari Pegged System dikenal sebagai

Curency Board System (CBS) yang diterapkan oleh beberapa

Negara yang mengalami kesulitan moneter seperti Argentina, dan

20

Page 25: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Rumania. CBS yang dilaksanakan dengan mengaitkan dan

menetapkan nilai tukar tetap antara mata uang suatu negara dan

Hard Curency tertentu didasarkan kepada jumlah mata uangnya

yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (cadangan

dalam bentuk Hard Curency).

Kesulitan moneter terakhir ini dialami pula oleh Negara

dikawasan Asia, terutama Asia Tenggara khususnya Indonesia

sejak Juli 1997. Keadaam ini tampaknya merupakan suatu

rangkaian dari kesuiltan moneter yang dialami oleh beberapa

anggota IMF semenjak dihapuskannya sistem kurs tetap atau

Fixed Exchange Rate. Berdasarkan Bretton Word System atau

yang dikenal sebagai “krisis moeneter internasional” pada tahun

1971.

Kebijakan

1. Menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar

dengan spread tertentu

Praktek

1. Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca

pembayaran suatu negara.

2. Devisa harus selalu tersedia dan siap digunakan sewaktu-waktu.

3. Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam

memprediksi dan menetapkan kurs.

4. Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.

5.  Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa

karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

Mekanisme

1. Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs

indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik

sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.

21

Page 26: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

2. Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.

3. melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau

batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005)

2. Regim Kurs Fleksibel

Dengan matinya Sistem Bretton Woods, pada Januari 1976

anggota IMF bertemu di Jamaika untuk menyetujui peraturan SMI yang

baru.

Tiga elemen kunci Persetujuan Jamaika:

1. Kurs fleksibel dideklarasikan bagi anggota IMF;

2. Emas secara resmi dibebaskan sebagai aset cadangan internasional;

3. Negara2 nonpengekspor minyak dan negara kurang berkembang diberi

akses lebih besar terhadap dana IMF.

Dalam sistem ini IMF menyediakan bantuan kepada negara2 yang

menghadapi kesulitan neraca pembayaran dan kurs tukar. Sejak Maret kurs

tukar secara substansial lebih bergejolak daripada di era SBW. Kondisi

nilai tukar US$ terhadap 21 negara industri: menurun, meningkat, dan

puncak. Pada September 1985, negara2 G-5 (Prancis, Jepang, Jerman,

Inggris, dan AS) bertemu di Hotel Plaza, New York.

Plaza Accord berisi persetujuan bahwa anggota G-5 setuju untuk

mendepresiasi US$ terhadap mata uang paling utama untuk memecahkan

masalah defisit perdagangan AS dan mengung-kapkan keinginannya untuk

mengintervensi di pasar valas untuk merealisasikan tujuan ini. US$ terus

mengalami penurunan, sehingga mendorong negara2 G-7 mengadakan

pertemuan di Paris pada 1987. Hasilnya berupa Louvre Accord, yang

meliputi:

1. Negara2 G-7 akan bekerjasama untuk mencapai stabilitas kurs tukar

yang lebih besar.

2. Negara2 G-7 menyetujui untuk berkonsultasi dan berkoordinasi lebih

erat atas kebijakan2 makro-ekonomi.

22

Page 27: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Louvre Accord menandai lahirnya sistem mengambang terkendali dalam

mana negara2 G-7 akan bekerjasama mengintervensi dalam pasar valas

untuk mengkoreksi over atau under valuation atas mata uang.

4. Hubungan antara krisis moneter di Indonesia dengan kegagalan

sistem moneter internasional

Kegagalan sistem moneter internasional berpengaruh signifikan

terhadap krisis moneter tahun 1997-1998 di Indonesia. Penerapan sistem

floating exchange rate di Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan

pergerakan nilai tukar di pasar menjadi sangat rentan oleh pengaruh

faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi. (Triyono, 2008). Pada

awalnya bertahan dengan memperluas band pengendalian atau intervensi,

namun di medio bulan Agustus 1997 itu terpaksa melepaskan

pengendalian atau intervensi melalui sistim band tersebut. Rupiah

langsung terdevaluasi. Dalam bulan September/Oktober 1997, Rupiah

telah terdevaluasi dengan 30% sejak bulan Juli 1997. Dan di bulan Juli

1998 dalam setahun, Rupiah sudah terdevaluasi dengan 90%, diikuti oleh

kemerosotan IHSG di pasar modal Jakarta dengan besaran sekitar 90%

pula dalam periode yang sama. Dalam perkembangan selanjutnya dan

selama ini, ternyata Indonesia paling dalam dan paling lama mengalami

depresi ekonomi. Di tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot

menjadi 13,7% dari pertumbuhan sebesar +4,9% di tahun sebelumnya

(1997). Atau jatuh dengan 18,6% dalam setahun.

23

Page 28: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Krisis moneter yang terjadi selama kurang lebih 2 tahun

yakni tahun 1997 dan 1998 yang menyebabkan keterpurukan

kondisi ekonomi di Indonesia, hal itu di picu oleh sistem moneter

yang kurang baik, yaitu penerapan sistem floating exchange rate di

Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan pergerakan nilai tukar di

pasar menjadi sangat rentan oleh pengaruh faktor-faktor ekonomi

maupun non ekonomi

3.2 Saran

Dengan melihat kondisi seperti ini nampaknya pemerintah

kembali harus mencermati perubahan kembali dari kebijakan sistim

nilai tukar mengambang bebas (Floating Exchange Rate System) ke

sistem nilai tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) agar para

spekulan tidak dapat mencari untung dari perubahan sistem nilai tukar

tersebut

Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan-tindakan nyata dari

pemerintah untuk memperbaiki ini semua sehingga Indonesia bisa

menjadi lebih baik dan tingkat pengangguran di Indonesia berkurang.

Sebaiknya pemerintah selalu melakukan usaha-usaha agar nilai

tukar tetap terkendali. Baru-baru ini, pemerintah yakni kementerian

keuangan menetapkan Nilai Kurs sebagai Dasar Pelunasan Bea Masuk,

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan yang diterima

atau diperoleh berupa uang asing harus terlebih dahulu dinilai ke

dalam uang rupiah. Sebagai contoh, 1 dollar amerika mempunyai nilai

dasar kurs Rp12.200,- rupiah. Hal ini untuk mencegah terjadinya

fluktuasi kurs, sehingga diperlukan peletakan nilai dasar kurs.

24

Page 29: KRISIS MONETER TAHUN 1997-1998 DI INDONESIA DIPENGARUHI OLEH KEGAGALAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL

DAFTAR PUSTAKA

Hady, Hamdi. 2009. Ekonomi Internasional (buku kedua) Teori dan Kebijakan

Keuangan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia.

http://fakta-sejarah.blogspot.com/2009/02/moneter-indonesia.html (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 09.05 WIB)

http://safitrifitrieka.blogspot.com/2012/04/terjadinya-krisis-moneter.html (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 09.10 WIB)

http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/3b7ed389a7b4484fbb81173e451f8c1abempvol1no4mar.pdf (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 09.15 WIB)

http://novitalaili.blogspot.com/2011/11/konsep-exchange-rate.html (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 09.23 WIB)

http://strugglemoment.wordpress.com/2010/05/10/kurs-di-indonesia-mekanisme-dan-dampaknya/ (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 10.05 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Bretton_Woods (diakses tanggal 3/11/2014 pukul 10.15 WIB)

http://ikemurwanti.blogspot.com/2011/10/kurs-tetap-kurs-seimbang-dan-kurs.html (diakses tanggal 12/11/2014 pukul 08.04 WIB)

https://ikasamsumantri.wordpress.com/2011/10/17/pengertian-dari-kurs-tetap-dan-kurs-mengambang/ (diakses tanggal 12/11/2014 pukul 08.30 WIB)

http://alexandria05.blogspot.com/2014/10/makalah-sistem-moneter-

internasional.html (diakses tanggal 18/12/2014 pukul 08.11 WIB)

25