2
Kriteria Diagnosis ITP 1. Evaluasi yang Diperlukan a. Riwayat: Gejala pendarahan terisolasi yang konsisten dengan trombositopeni tanpa gejala konstitusional. (Misalnya; kehilangan berat badan yang signifikan, nyeri tulang, keringat di malam hari). b. Pemeriksaan Fisik: gejala pendarahan dengan ketidakhadiran hepatosplenomegali, limfadenopati atau stigmata pada kondisi kongenital. c. Hitung darah komplit: trombositopeni terisolasi (pletelet < 100x10 9 /L). Anemia hanya jika dikarenakan pendarahan signifikan. Akibatnya tampa sel darah merah normal, sel darah putih dan diferensialnya. d. Apus darah tepi: Mengidentifikasi pletelet biasanya ditemukan normal hingga mengalami pembesaran ukuran. Morfologi sel darah merah dan sel darah putih normal. 2. Evaluasi Sum Sum Tulang a. Pengujian sum sum tulang tidak diperlukan pada pasien dengan ciri – ciri yang menonjol pada pasien ITP seperti yang telah disebutkan sebelumnya. b. Pengujian sum sum tulang dirasakan tidak perlu untuk anak anak dengan gejala ITP sebelum terapi awal dengan kortikosteroid, sebelum splenektomi atau pada pasien yang gagal menerima terapi intravena imunoglobin (IVIg). c. Adanya abnormalitas pada riwayat, pemeriksaan fisik atau hitung darah komplit dan apus darah tepi harus diinvestigasi lebih lanjut. Misalnya, dengan pengujian sum sum tulang atau investigasi lainnya yang sesuai, sebelum diagnosis ITP dibuat. 3. Evaluasi tambahan a. Semua pasien dewasa yang baru saja didiagnosis ITP harus mengalami pemeriksaan HIV dan HCV. b. Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung penggunaan rutin dari antipletelet, antifosfolipid, dan anti-nuklear antibodi, trombopoetin level atau parameter pletelet yang didapatkan dari analiser otomatis pada evaluasi pasien diduga ITP.

Kriteria Diagnosis ITP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Kriteria Diagnosis ITP

Kriteria Diagnosis ITP

1. Evaluasi yang Diperlukana. Riwayat: Gejala pendarahan terisolasi yang konsisten dengan trombositopeni tanpa

gejala konstitusional. (Misalnya; kehilangan berat badan yang signifikan, nyeri tulang, keringat di malam hari).

b. Pemeriksaan Fisik: gejala pendarahan dengan ketidakhadiran hepatosplenomegali, limfadenopati atau stigmata pada kondisi kongenital.

c. Hitung darah komplit: trombositopeni terisolasi (pletelet < 100x109/L). Anemia hanya jika dikarenakan pendarahan signifikan. Akibatnya tampa sel darah merah normal, sel darah putih dan diferensialnya.

d. Apus darah tepi: Mengidentifikasi pletelet biasanya ditemukan normal hingga mengalami pembesaran ukuran. Morfologi sel darah merah dan sel darah putih normal.

2. Evaluasi Sum Sum Tulanga. Pengujian sum sum tulang tidak diperlukan pada pasien dengan ciri – ciri yang menonjol

pada pasien ITP seperti yang telah disebutkan sebelumnya.b. Pengujian sum sum tulang dirasakan tidak perlu untuk anak anak dengan gejala ITP

sebelum terapi awal dengan kortikosteroid, sebelum splenektomi atau pada pasien yang gagal menerima terapi intravena imunoglobin (IVIg).

c. Adanya abnormalitas pada riwayat, pemeriksaan fisik atau hitung darah komplit dan apus darah tepi harus diinvestigasi lebih lanjut. Misalnya, dengan pengujian sum sum tulang atau investigasi lainnya yang sesuai, sebelum diagnosis ITP dibuat.

3. Evaluasi tambahana. Semua pasien dewasa yang baru saja didiagnosis ITP harus mengalami pemeriksaan HIV

dan HCV.b. Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung penggunaan rutin dari antipletelet,

antifosfolipid, dan anti-nuklear antibodi, trombopoetin level atau parameter pletelet yang didapatkan dari analiser otomatis pada evaluasi pasien diduga ITP.

Sumber: American Society of Hematology (ASH). Quick Reference: 2011 Clinical Practice Guideline on the Evaluation and Management of Immune Trombocytopenia (ITP). USA: Washington DC. 2011.