Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BIASA
KARYA ANDRE HIRATA DAN IMPLIKASINYA DENGAN
MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Nama : Mohammad Robby
NIM : 1688201047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Mohammad Robby
Nim : 1688201047
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Kritik Sastra dalam Novel Orang-orang Biasa Karya
Andrea Hirata dan Implikasinya Pada Bahan Ajar Bahasa Indonesia
Telah disetujui oleh Tim Pembimbbing Skripsi untuk mengikuti Sidang Proposal.
Tangerang, 23 April 2020
Tim Pembimbing : Tanda Tangan
Pembimbing I,
Sumiyani, M.Pd
NBM. 819 886
....................................
Pembimbing II,
Dr. H. Supyan Sori,M.MPd
NPM. 120 4795
.....................................
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd
NBM. 1094914
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mohammad Robby
NIM : 1688201047
Program studi : Pendidikan bahasa dan sastra indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Uiversitas : Universitas Muhammadiyah Tangerang
Dengan ini menyatakan bahwa judul skrpsi “kritik sosial dalam novel
orang-orang biasa karya Andrea Hirata dan implikasinya dengan materi
pembelajaran bahasa indonesia” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya
senidri dan bukan merupaka plagiat atau jiplakan dari karya orang lain karena hal
tersebut melanggar etika yang berlku dalam kaidah keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Tangerang, 22 April 2020
Mohammad Robby
NIM. 1688201047
iii
HALAMAN MOTTO
“Allah dan Surganya”
“Masa Depan Tergantung Apa yang Kita Lakukan Hari Ini”
-Kami Bukan Sarjana Kertas-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk,
• Kedua orangtua yang dengan ikhlas membesarkan dan mendo’akan anak-
anakmu, sungguh kalian manusia luar biasa yang telah tuhan ciptakan.
• Guru-guruku, yang ikut menyiram mimpi-mimpi ini.
Bu Zahro, SD Belimbing II
Pak Nasrudin, SMP Kosambi II
Pak Isar, SMAN 5 Kab.Tangerang
Pak Arry, Kepala Biro Teknologi dan Sistem Informasi
Pak Enawar, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
• Sahabatku yang sudah merawat mimpi-mimpi ini
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan.
Muhamad Andrian, Muhamad Sigit, Erik Setyawan.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim..
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala nikmat, petunjuk, dan
berkah-Nya yang selalu berlimpah atas terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi Muhammad Saw
beserta keluarga, sahabat, dan kita sebagai pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan tersusunnya penelitian ini semoga apa yang penulis harapkan
dapat tercapai dengan sebaik-baiknya ilmu yang bermanfaat untuk makhluk hidup
di muka bumi.
Banyak krikil yang menghampiri dalam penyelesaian penyusunan skripsi
ini, tetapi semua harus penulis selesaikan sebaik-baiknya. Alhamdulillah semua
berjalan sesuai waktunya.
Dengan ketulusan hati dan tersenyum manis penulis mengucapkan terima
kasih yang teramat tulus kepada:
1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah
Tangerang
2. Dr. Enawar, S.Pd., M.M., MOS., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang
3. Sumiyani, M.Pd., Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Tangerang, sekaligus dosen pembimbing satu
yang sudah memberikan bimbingan terbaik dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Asep Suhendar, M.Pd., Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang
5. Blewuk Setyo Nugroho, M.Pd., Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Tangerang
vi
6. Dr. H. Supyan Sori, M.M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang memberikan
waktu, arahan, motivasi, dan bimbingan terbaiknya dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberian banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama belajar di
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
8. Segenap jajaran Biro Teknologi dan Sistem Informasi yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FKIP Cabang Kota Tangerang
dan seluruh kader IMM yang selalu menyemangati diri dan memberikan
keceriaan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Sahabatku M.Sigit, M.Andrian, Erik S, Intan Yogita, Rijal, Dina, Eka,
Tania, Aisyah dan seluruh sahabat-sahabatku yang sudah menemani,
mengingatkan, dan mengajari untuk tetap semangat dalam menyusun
skripsi ini.
11. Kawan-kawan A1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah berjuang dari awal perkuliahan hingga selesainya penyusunan
skripsi ini.
12. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2016.
13. Seluruh pihak yang sudah bersedia membantu dengan ikhlas dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan barokah-Nya sebagai balasan atas
semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih teramat jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan arahan yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi masyarakat luas. Aamiin.
vii
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang, 23 April 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI....................................................................................................................... viii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6
F. Penjelasan Istilah dan Singkatan ............................................................................ 7
BAB II Kajian Pusaka ........................................................................................................... 8
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................ 8
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 8
1. SASTRA ............................................................................................................... 8
2. Kritik Sastra ...................................................................................................... 11
3. Novel ................................................................................................................ 21
4. Sosiologi Sastra................................................................................................. 36
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................................... 40
BAB III METODOOGI PENELITIAN ..................................................................................... 42
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................................................... 42
B. Waktu Penelitian .................................................................................................. 43
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian ........................................................................ 44
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 44
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 46
ix
F. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 46
G. Keabsahan Data ................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 51
1
BAB I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahirnya karya sastra di tengah-tengah masyarakat merupakan
sebagai hasil imajinasi pengarang terhadap gejala-gejala sosial yang ada.
Sehingga, sebuah karya sastra mencerminkan berbagai masalah yang ada
di dalam masyarakat. Kritik sosial dalam sebuah karya sastra cerpen,
novel, puisi bahkan juga film dapat berupa sindiran atau tanggapan yang
sengaja ditulis pengarang dan ditujukan pada masyarakat yang mengalami
permasalahan dalam kehidupan sekitarnya. Dulu ada anggapan bahwa
seorang sastrawan adalah seorang plagiat. Sesuai dengan uraian tersebut
karya sastra tentunya berangkat dari kehidupan realita yang ada disekitar
pengarang, jika latar belakang lingkungan sekitar pengarang adanya
permasalahan pendidikan maka kritik sosial yang akan pengarang sajikan
tidak akan jauh dari sumber bahasan tersebut. Masalah sosial yang ada
didalam masyarakat pada umumnya seperti masalah kemiskinan, masalah
kejahatan, masalah fasilitas pendidikan yang kurang layak, dan masalah
ketidak adilan, masalah penggelapan uang rakyat dan mungkin masih
banyak lagi. Semua masalah yang hadir dalam masyarakat kemudian
dikemas dalam sebuah karya sastra yang meninggalkan kritik sosial.
Karya sastra bukan semata-mata kualitas otonom atau dokumentasi
social, melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
2
masyarakat, (Nyoman, 2013). Karya sastra itu sendiri mencerminkan
kehidupan realita yaitu kehidupan yang benar adanya dalam lingkungan
sekitar pengarang. Pengarang tentu menulis kan sebuah karya sastra yang
dekat dengan kehidupannya, namun tidak semua yang mereka tulis terlihat
orisinil seperti aslinya, dalam hal ini pengarang menambahkan unsur
estetik dan imajiner agar karya sastra tersebut lebih menarik. Kajian kritik
sosial ini tentunya merupakan bagian dari pendekatan sosiologi sastra
karena memiliki hubungan yang sama yaitu masyarakat. Seperti novel
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Kritik sosial yang akan dibahas
yaitu kritik sosial pada pendidikan, kritik sosial pada kemiskinan dan
kritik sosial pada korupsi.
Seperti yang digambarkan pada novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata yaitu sebuah novel yang Andrea Hirata tulis untuk Putri
Belianti anak miskin yang cerdas dan mengalami kegagalan untuk masuk
Fakultas Kedokteran di Universitas Ternama. Pengarang mengawali
tulisannya dengan mengisahkan sembilan anak yang dijuluki penghuni
bangku belakang: Handai, Tohirin, Honorun, Sobri, Rusip, Salud, dan tiga
anak perempuan: Nihe, Diah, dan Junilah. Mereka dipindahkan
kebelakang karena dianggap bodoh. Selain itu mereka juga sering menjadi
bahan bully dari trio Bastardian dan duo Boron. Singkat cerita mereka
sudah ada yang bekerja dan menikah, namun kehidupan mereka tetap saja
miskin dan susah. Diah memiliki anak yang bernama Aini. Aini gadis
bodoh dan miskin yang awalnya tidak memiliki cita-cita karena sudah
3
dikader ibunya untuk menjadi penjual mainan anak-anak meneruskan
pekerjaan ayah dan ibunya selama ini. Namun semenjak ayahnya
meninggal karena suatu penyakit yang Aini dan ibunya tidak ketahui, Aini
merasa penasaran dan bercita-cita menjadi dokter ahli. Setiap hari Aini
rajin belajar. Namun Aini sangatlah lemah pada pelajaran Matematika.
Sampai Aini mendatangi rumah guru Matematikanya, bahkan sampai
diusir Aini tetap datang setiap hari untuk belajar.
Usaha memang tidak menghianati hasil Aini gadis bodoh yang
tidak mungkin bisa lolos fakultas kedokteran akhirnya diterima, namun
keadaan ekonomi keluarganya membuat Diah ibu Aini pesimis untuk
membayar kuliah Aini di Fakultas Kedokteran. Karena hanya anak orang
kayalah yang bisa melanjutkan pendidikan semahal itu di Fakultas
Kedokteran. Semangatmya yang sangat besar tersebut membuat Aini tidak
pemisis, Aini memilih bekerja disebuah warung kopi dan menabung gaji
dari pekerjaannya. Disisi lain ibu Aini berusaha mencari jalan keluar dan
dibantu Sembilan temannya. Mereka menjalankan misi rahasia, misi besar
yang akan mengungkap kejahatan besar yang terjadi di dalam kota
Belantik. Mereka akan merampok dan singkat cerita hari perampokan pun
tiba, nyali mereka tidak sepenuhnya terkumpul. Perampokan bank
hanyalah pengalihan saja, yang sebenarnya mereka rampok adalah toko
emas milik Trio Bastardin, didalam toko emas tersebut menyembunyikan
kejahatan besar yaitu pencucian uang rakyat yang sama saja dengan
korupsi. Mereka berhasil membawa 18 miliyar uang haram tersebut. Diah
4
tidak ingin membiayai kuliah Aini dengan uang haram, akhirnya mereka
bersepuluh sepakat menjual apa saja yang bisa dijual untuk biaya Kuliah
Fakultas Kedokteran Aini. Akhirnya Aini dapat meraih cita-cita nya dan
disisi lain kejahatan besar tersebut juga terungkap.
Berdasarkan uraian diatas penelitian novel Orang-Orang biasa
karya Andre Hirata menjadi menarik untuk dilakukan, masalah yang
menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana kritik sosial yang
digambarkan oleh novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata? Dengan
demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kritik sosial
yang digambarkan dalam novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata.
Kritik sosial sendiri adalah sebuah sindiran yang ingin disampaikan
pengarang lewat karya sastra karena terdapat keganjalan-keganjalan dalam
lingkungan masyarakat. Kritik sosial pada penelitian ini terfokus kan pada
kritik sosial pendidikan, kemiskinan dan korupsi atau kejahatan. Dan
implikasinya pada materi pembelajaran bahasa indonesia, siswa
diharapkan dapat mempelajari unsur intrinsik dan ekstrinsik.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diketahui bahwa novel Orang-orang Biasa Karya Andre Hirata banyak
mengandung kritik sosial yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca. Maka penulis memfokuskan masalah-masalah yang akan
dibahas tidak melebar kemana-mana, yaitu pada bentuk kritik sosial dalam
5
Novel Orang-orang Biasa Karya Andre Hirata serta implikasinya pada
materi pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Bentuk Penyampaian Kritik Sosial pada Novel Orang-
orang biasa Karya Andre Hirata?
2. Bagaimana Implikasi antara kritik Sosial pada Novel Orang-orang
biasa Karya Andre Hirata dengan Materi pembelajaran di Sekolah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk penyampaian kritik dalam novel Orang-
orang biasa Karya Andre Hirata.
2. Mendeskripsikan Implikasi antara kritik Sosial pada Novel Orang-
orang biasa Karya Andre Hirata dengan Materi pembelajaran di
Sekolah
6
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini senagai
berikut :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan
keilmuan sastra Indonesia terutama dalam pengakajian novel dengan
pendekatan sosiologi sastra, juga hasil penelitian ini dapat memperluas
cakrawala apresiasi pembaca sastra Indonesia terhadap kritik sosial dalam
sebuah novel.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra
Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang kritik
sosial dalam hal pendidikan dan sosial.
2. Bagi Penulis
Melalui pemahaman mengenai perkembangan kritik sosial terkait
dengan pendidikan dan sosial diharapkan dapat membantu peneliti
dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalam novel Orang-
orang Biasa Karya Andre Hirata.
3. Bagi Guru
Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberi dampak positif
kepada guru dan dapat mengambil pelajaran untuk materi
pembelajaran bahasa Indonesia disekolah.
7
4. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan yang positif terhadap
siswa mengenai pembelajaran sastra dengan memperhatikan kritik
terhadap karya sastra.
F. Penjelasan Istilah dan Singkatan
Untuk memberikan keterangan mengenai istilah dan yang terdapat
pada judul penelitian ini, penulis memberikan penjelasan mengenai istilah-
istilah dan singkatan yang digunakan, Yaitu :
1. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah visi dan misi yang penuh
dengan pesan berharga.
2. Kritik sosial adalah sebuah sindiran yang ingin disampaikan pengarang
lewat karya sastra.
3. Novel adalah sebuah karya yang mengisahkan kehidupan seseorang atau
beberapa tokoh, baik fiksi maupun nonfiksi.
4. Implikasi adalah Keterkaitan atau hubungan dalam suatu penelitian.
8
BAB II Kajian Pusaka
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. SASTRA
a. Pengertian Sastra
Karya sastra merupakan pengungkapan kehidupan nyata
menjadi sebuah karya imajinatif yang indah untuk dinikmati.
Kehidupan dan realitas yang terdapat pada karya sastra memiliki
cakupan hubungan antara manusia dengan sosial yang menjadi
inspirasi. Karya sastra juga merupakan ide kratif yang dilakukan
untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui sebuah karya.
Kosasih (2008) berpendapat Sastra merupakan salah satu cabang
seni disamping seni lukis, tari, dan musik, sebagaimana karya-
karya seni lainnya, sastra merupakan produk budaya yang
mengutamakan keindahan (h.2). Jadi, sastra merupakan karya yang
mengutamakan keindahan sebagai unsur utama.
Sastra juga tidak terlepas dari kehidupan masyrakat,
menurut Wellek dan Warren (1990) sastra mempunyai fungsi
sosial tertentu, misalnya sebagai suatu reaksi, tanggapan, kritik,
atau gambaran mengenai situasi tertentu (h.111). Jadi, melalui
karya sastra, sastrawan berupaya menyampaikan kebenaran yang
9
sekaligus juga kebenaran sejarah. Fungsi sastra ini dapat dilihat
pada karya yang merupakan dokumentasi sosial.
Nurholis (2019) sastra adalah karya kreatif hasil penciptaan
manusia yang bersifat ekspresif, imajinatif, dan estetis, serta
mempunyai nilai ajaran kebenaran dengan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya (h.5). Dengan demikian, sastra merupakan
hasil imajinasi manusia yang memiliki nilai kebenaran kehidupan
dan dituangkan dalam bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
karya sastra merupakan rekaan atau hasil dari kehidupan nyata
yang di kreasikan dalam bahasa dan memperhatikan keindahan
sebagai salah satu unsurnya.
b. Fungsi Sastra
Menurut (Kosasih, 2008) Ada dua fungsi atau manfaat
membaca karya sastra, yaitu fungsi rekreatif dan fungsi didaktif.
1) Fungsi Rekreatif
Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat
memperoleh kesenangan atau hiburan, yaitu bisa
menggembara, berekreasi, dan memperoleh suguhan kisah dan
imajinasi pengarang mengenai berbagai kehidupan manusia.
Jadi. dengan fungsi seperti ini sastra menjadi sebuah hiburan
bagi pembacanya melalui kisah-kisah yan menarik.
10
2) Fungsi Didaktif
Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat
memperoleh pengetahuan tentang seluk beluk kehidupan
manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan yang ada di dalamnya.
Sedangkan menurut Sumardjo dan Saini (1988) ada beberapa
manfaat sastra (h.8), yaitu :
1) Karya sastra besar memberi kesadaran kepada pembacanya
tentang kebenaran-kebenaran hidup ini.
2) Karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin.
3) Karya sastra besar itu abadi.
4) Karya sastra tidak mengenal batas kebangsaan, meskipun ditulis
berdasarkan keadaan setempat, namun sastra selalu berhasil
menunjukan hakikat kebenaran.
5) Karya sastra adalah karya seni, indah dan memenuhi kebutuhan
manusia terhadap naluri keindahan.
6) Membaca sastra juga dapat menolong pembacanya menjadi
manusia berbudaya. Manusia berbudaya yaitu manusia yang
responsif terhada apa-apa yang luhur dalam hidup ni.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
sastr memilii banyak manfaat, untuk diri sendiri sebagai
11
kesadaran terhadap keenara-keenaran dalam hidup, dan juga
untuk orang lain sebagai suatu hiburan sekaligus nilai-nilai
kehidupan.
2. Kritik Sastra
a. Pengertian Kritik sastra
Sastra bukan hanya soal untaian kalimat yang indah, bukan
hanya isi hati dan perasaan antara pikiran (Nurholis, 2019). Sastra
mengandung visi dan misi yang penuh dengan pesan berharga.
Pesan tersebut mewakili perasaan seseorang, dirinya atau mewakili
orang lain, namun juga mengandung pesan politik, sosial, ekonomi,
ideologi dan keberagaman. Sumardjo dan Saini (1986) berpendapat
bahwa kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni,
dalam hal karya sastra (h.21). Jadi, kritik adalah sebuah penilaian
terhadap sesuatu karya seni.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kritik ialah
kecaman atau tanggapan, kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik terhadap satu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. wellek
dan warren dalam Pradopo, (2018) Kritik sastra merupakan salah
satu studi sastra. Studi sastra meliputi tiga bidang: teori sastra,
sejarah sastra, dan kritik sastra (h.92). Kritik sastra merupakan
studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra, secara
langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan pada
12
penialiannya. Jadi kritik sastra merupakan penialian terhadap karya
sastra secara langsung. Sedangkan menurut Fatimah (2016), kritik
sastra adalah kegiatan penelitian yang ditunjukan pada karya sastra
atau teks.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan kritik
sastra bukan hnya untuk menunjukan keunggulan-keunggulan,
kelemahan, benar, da salahnya sebuah karya sastra dipadang dari
sudut pandang tertentu, tetapi tujuan akhirnya adalah mendorong
sastrawan untu mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan
juga mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara
lebih baik.
b. Jenis Kritik Sastra
Menurut Sumardjo & Saini (1988) membagi dua jenis
kritik sastra yaitu kritik sastra intrinsik dan kritik sastra ekstrinsik.
Kritik sastra intrinsik menganlisis sebuah karya berdasarkan bentuk
dan gayanya, atau membandingkan sebuah genre dengan genre
lainnya (membandingkan karya komedi dengan tragedi atau puisi
epik enganlirik, misalnya). Kritik intrinsik mengupas unsur-unsur
karya, menilai dan menyimpulkan kelemahan dan kelebihannya
yang ada di dalam karya itu sendiri. Sedangkan kritik sastra
ekstrisik menghubungkan karya sastra itu dengan penuisnya,
pembacanya atau masyarakatnya, yakni hal-hal diluar karya sastra
13
itu sendiri. Karya sastra ekstrinsik melibatkan disiplin ilmu sejarah,
filsafat, agama, antropologi, dan sebagainya (h.21). jadi, ada dua
jenis kritik sastra, satu intinsik yang mengulas unsur-unsur di
dalamnya, sedangkan kritik ekstrinsiknya menghubungkan karya
dengan pengarangnya.
Jenis-jenis kritik sastra dapat dikelompokan berdasarkan
bentuknya Pradopo (2018) kritik sastra teoritis dan kritik sastra
terapan atau praktik. Kritik sastra teoritis adalah prinsip-prinsip
kritik sastra sebagai dasar pengkritikan karya sastra. Sedangkan
kritik sastra praktik berupa penerapan teori atau prinsip kritik sastra
pada karya sastra (h.95).
Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil
kesimpulan bahwa jenis-jenis kritik sastra tentu sangat banyak,
jenis kritik sastra intrinsik yaitu kritik yang mengai unsur didalam
sastra tersebut, dan kritik sastra ekstriksik adalah kritik hal-hal diur
sastra itu sendiri seperti penulisnya, budaya dan sebagainya.
Sedangkan kritik sastra teoritis dan praktik adalah satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan karna saling mengikat.
c. Fungsi Kritik Sastra
Dalam Fatimah (2016) menyatakan ada tiga fungsi kritik sastra
(h.11) yaitu:
1) Untuk membina dan mengembangkan sastra
14
Fungsi utama kritik sastra adalah memelihara dan
menyelamatkan, serta mengembangkan pengalaman
manusia yang berwujud ebagai karya seni yang bernama
sastra.
2) Untuk membina kebudayaan dan apresiasi seni
Fungsinya untuk membina tradisi kebudayaan, membentuk
suatu tempat berpijak cita rasa yang benar, melatih
kesadaran, dan secara sadar pula mengarahkan pembaca
kepada pembinaan pengertian tentang makna dan nilai
kehidupan.
3) Untuk menunjang ilmu sastra
kritik sastra berguna untuk pembinaan dan pengembangan
ilmu sastra (teori sastra). Kritik sastra merupakan wadah
analisa karya sastra, anilisa struktur cerita, gaya bahasa,
teknik penceritaan dan lain sebgainya.
Dan dapat digolongkan fungsi kritik sastra menjadi dua :
a. Fungsi krtitik sastra utuk pembaca
1) Membantu memahami karya sastra.
2) Menunjukan keindahan yang terdapat dalam karya
sastra.
3) menunjukan parameter atau ukuran dalam menilai suatu
karya sastra.
15
4) menunjukan nilai-nilai yang dapat dipetik dari sebuah
karya sastra.
b. Fungsi kritik sastra untuk pengarang
1) mengetahui kekurangan atau kelemahan karyanya.
2) mengetahui kelebihan karyanya.
3) mengetahui masalah-masalah yang mungkin dijadikan
tema karangannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi sastra
memberika mepinailai baik atau buruknya suatu karya. Bermanfaat
juga untuk pengarang atau pencipta karya sastra.
d. Bentuk-bentuk kritik sosial
Kritik sosial adalah krtik tentang masalah-masalah yang terjadi
di masyarakat lalu di ukir dalam tulisan. Masalah Sosial adalah
masalah yang penting untuk dicermati oleh manusia di samping
masalah individu. Manusia sebagai makhluk sosial, membuat manusia
tidak bisa lepas dari berbagai realitas kehidupan. Sebagai makhluk
sosial manusia harus menciptakan tatanan kehidupan yang bebas dari
berbagai konflik, baik bersifat individu, maupun konflik yang
berkaitan dengan masalah sosial dengan masyarakat. Soekanto dan
Sulistyowati (2015) menyatakan bahwa masalah sosial timbul dari
kekurangan kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial
yang bersumber pada factor ekonomis, kemiskinan, pengangguran,
16
dan sebagainya (h.314). Jadi masalah sosial adalah masalah yang
terjadi dikehidupan masyarakat dengan berbagai faktor.
Pada dasarnya masalah sosial sangat tergantung pada kondisi
masyarakat dan kurun waktunya. Sesuatu yang disebut masalah sosial
oleh suatu daerah, belum tentu menjadi masalah sosial bagu daerah
lainnya. Soekanto dan Sulistyowati (2015) menyebutkan ada bebrapa
masalah sosial yang umum terjadi di dalam suatu masyarakat, meliputi
:
a. Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan yakni masalah yang berhubungan
dengan masalah demografi, antara lain: bagaimana
menyebarkan penduduk secara merata dan bagaimana
mengusahakan penurunan angka kelahiran.
b. Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai
dengan taraf kehidupan dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga mental, maupun fisiknya dalam kehidupan tersebut.
Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara
berdampingan tidak merupakan sebuah masalah sosial sampai
saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbul
nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya
perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkannya taraf
17
kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat,
kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu
individu sadar akan kedudukan ekonomisnya, sehingga mereka
mampu mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin.
Kemiskinan dianggap sebagai suatu masalah sosial apabila
perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat
ditentukan secara tegas. Hal ini terlihat di kota-kota besar di
Indonesia, seperti jakarta; seseorang dianggap miskin karena
tidak memiliki radio, televisi, atau mobil, sehingga lama-
kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran
bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah dia
miskin atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin
menjadi lain, yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang
merata.
c. Kejahatan
Seokanto menyatakan bahwa, “kejahatan yang paling
mendapatkan perhatian adalah white-collar crime, yang timbul
pada abad modern ini.” white-collar crime sendiri adalah
bentuk kejahatan yang terjadi yang dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat. Banyak
ahli beranggapan bahwa tipe kejahatan ini merupakan akses
dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat, dan
yang menekankan pada aspek material finansial belaka. Oleh
18
karena itu , pada mulanya gejala awal ini disebut business
crime atau economic criminality. Memang, white-collar crime
merupakan kejahatan yang dilakukan oleh para pengusaha atau
pejabat di dalam menjalankan peranan fungsinya. Keadaan
keuangannya yang relatif kuat, memungkinkan mereka untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang oleh hukum dan
masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan.
Golongan tersebut menganggap dirinya kebal terhadap hukum
dan sarana-sarana pengendalian sosial lainnya karena
kekuasaan dan keuangnya yang dimilikinya dengan kuat.
Sukar sekali untuk memidana mereka sehingga dengan tepat
dikatakan bahwa kekuatan penjahat whitecollar crime terletak
pada kelemahan korban-korbannya.
d. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, yang
termasuk pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
menurut soekanto. antara lain:
1) Pelacuran, diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
bersifat menyerahkan diri sendiri kepada umum untuk
melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan
mendapatkan sejumlah uang.
2) Delinkuesi anak-anak, sorotan terhadap Indonesia
terutama tertuju pada pelanggaran yang dilakukan
19
anak-anak muda di kelas sosial tertentu yang tergabung
dalam ikatan atau organisasi baik formal maupun semi
formal yang mempunyai tingkah laku yang kurang
disukai di masyarakat pada umumnya.
3) Alkoholisme, dapat diartikan sebagai gaya hidup
membudayakan alkohol.
4) Homoseksualitas, adalah orang yang cenderung
mengutamakan orang sejenis kelaminnya sebagai mitra
seksualnya.
e. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri
yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan (misalnya
dalam bentuk radikalisme, delikuensi, dan sebagainya) dan
sikap yang apatis misalnya penyesuaian yang membabi buta
terhadap ukuran moral generasi tua). Generasi muda biasanya
mengahadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang
mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi
untuk dapat dikatakan dewasadalam arti sosial masih
diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu banyak belajar
mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya. Pada
masyarakat bersahaja hal itu tidak menjadi masalah karena
anak memperoleh pendidikan dalam lingkungan kelompok
kekerabatan.
20
f. Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit
karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Disorganisasi keluarga terjadi pada masyarakat-masyarakat
sederhana karena suami sebagai kepala keluarga gagal
memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer keluarganya atau
mungkin karena dia menikah lagi. Dan di dalam zaman
modern ini, disorganisasi keluarga terjadi mungkin karena
konflik peranan sosial atas dasar perbedaan ras, agama, atau
karena faktor ekonomis.
g. Peperangan
Peperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit
dipecahkan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Masalah
peprangan masyarakat berbeda dengan maslah soaial lain
karena menyangkut beberapa masyarakat sekaligus.
Peperangan merupakan satu bentuk pertentangan dan juga
suatu lembaga kemasyarakatan. Peperangan merupakan bentuk
pertentangan yang setiap kali diakhiri dengan suatu
akomodasi.
h. Masalah Lingkunagn Hidup
Apabila seseorang membicarakan lingkungan hidup, biasanya
yang dipikirkan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang berada
21
di sekitar manusia, baik individu maupun dalam pergaulan
hidup. Lingkungan hidup biasanya dibedakan dalam beberapa
kategori, yaitu : Lingkungan fisik, bologis dan sosial.
i. Birokrasi
Birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang dimaksudkan
untuk mengerahkan tenaga dengan teratur dan terus-menerus
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Atau dengan kata lain,
birokrasi merupakan organisasi yang bersifat hirarki, yang
ditetapkan secara rasional untuk mengordinasikan pekerjaan
orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas
administrative.
Dalam Penelitian ini kritik dan masalah sosial yang digunakan
adalah menurut Soekanto dan Sulistyowati. Seperti yang dikemukakan
di atas. Pendapat Soekanto dan Sulistyowati tentang, pengangguran,
kemiskinan, kejahatan, dan disorganisasi keluarga.
3. Novel
a. Pengertian Novel
Novel dalam kamus besar bahasa indonesia dimaknai
sebagai karangan prosa yang panjang mengandung ramngkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel berasal dari
bahasa italia, yaitu Novella yang berarti sebuah barang baru yang
22
kecil, dalam perkembangannya novel diartikan sebagai sebuah
karya sastra dalam bentuk prosa. Menurut Kosasih (2008) Novel
adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika
kehidupan seseorang atau beberapa yang dialami oleh tokoh
hingga tahap penyelesaiannya (h.54). jadi novel ialah sebuah karya
yang mengisahkan kisah hidup seseorang.
Menurut Waluyo (2017) Novel adalah bentuk prosa fiksi
yang paling baru dalam sastra indonesia karena baru ditulis sejak
tahun 1945-an oleh idrus, lewat novelnya yang berjudul aki (h.2).
jadi novel merupakan prosa fiksi baru di dalam sastra Indonesia.
Menurut Nurgiyantoro (2015) Novel berarti sebuah karya prosa
fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga
tidak terlalu pendek. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih
detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
kompleks (h.12). jadi novel merupakan karya fiksi yang
panjangnya cukup dan tidak terlalu Panjang, mengisahkan berbagai
masalah yang kompleks.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
novel merupakan sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, mengisahkan berbagai masalah di kehidupan masyarakat.
23
Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu
kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas,
novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling
berkaitan satu dengan yang lain secara era dan saling
menggantungkan. Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang
kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu
disamping unsur formal bahasa, masih banyak lagi macamnya.
Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara
tradisional dapat dikelompokan menjadi dua bagian walau
pembagian itu tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang
dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstriksik. Kedua unsur inilah
yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji
dan membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.
b. Unsur Intrinsik
Menurut Nurgiyantoro, (2015) unsur intrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, unsur-unsur inilah
yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra, unsur-
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang
(secara langsung) turut serta membangun cerita (h.30). Unsur yang
terdapat dalam unsur intrinstik yaitu :
a) Tema
24
Setiap sastra mengandung gagaan pokok atau yang biasa
disebut tema. Pengarang dalam menulis cerita bukan hanya sekedar
mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya.
Kosasih (2008) berpendapat bahwa tema adalah gagasan yang
menjalin struktur isi cerita, tema cerita menyangkut segala
persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya (h.55). Sedangkan Nurgiyantoro,
(2015) Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, gagasan
dasar umum, sebuah karya novel (h.117). jadi tema inilah yang
tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang
dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Ia selalu berkaitan
dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta,
pengalaman kehidupan, rindu, takut, sosial dan sebagainya. Dalam
hal tertentu, tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan
cerita.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tema adalah sebuah gagasan yang menjadi dasar dalam sebua
cerita, dan berkaitan dengan berbagai macam masalah yang
terdapat dalam kehidupan manusia.
b) Plot/Alur
Plot/alur dengan jalan cerita memang tidak dapat
dipisahkan tetapi harus dibedakan, orang sering mengacaukan
kedua pengertian tersebut. Jaln cerita memuat kejadian, tetapi suatu
25
kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya yang
menggerakan kejadian cerita tersebuut adalah plot/alur.
Kosasih (2008) menjelaskan alur merupakan pola
pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
Secara umum jalan cerita terbentuk atas bagian-bagian berikut ini
(h.58) :
a) Pengenalan situasi cerita (exposition)
Yaitu penganrang memperkenalkan para tokoh serta menata
adegan dan hubungan antartokoh.
b) Pengungkapan peristiwa (complication)
Pada bagian ini disajikan perisriwa awal yang
menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun
kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya
c) Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan,
ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan
bertambahnya kesukaran tokoh.
d) Puncak konflik (turning Point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks, inilah bagian
cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini
pula ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya,
misalnya berhasil tidaknya menyelesaikan masalah.
e) Penyelesaian (ending)
26
Sebagai akhir cerita, bagian ini berisi penjelasan tentang
nasib-nasib yang dialami oleh tokoh setelah mengalami
peristiwa puncak. Namun, ada pula novel yang
penyelesaian akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi
pembaca. Jadi, akhir cerita dibiarkan menggantung, tanpa
ada penyelesaian.
Alur disebut juga jalan cerita. Bentuk alur berupa
peristiwa-peristiwa yang disusun secara berkaitan menurut
hukum sebab-akibat dari awal sampai akhir cerita. Menurut
Nurhayati (2019) Alur cerita ada beberapa jenis. Secara
kualitatif, alur cerita terbagi dua (h.124), yaitu :
a) Alur erat
Pada alur erat, hubungan peristiwa satu dengan lainnya
sangat erat, dan padu sehingga tidak mungkin ada bagian
cerita yang diambil sebagaian saja. Alur jenis ini saling
terikat antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya
(h.124).
b) Alur Longgar
Pada alur ini, ada bagian cerita yang diambil dari cerita
yang telah diuraikan sebelumnya. Disebut karena adanya
degresu atau masuknya peristiwa lain ke dalam cerita
tersebut (h.124).
27
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa
plot/alur adalah kekuatan sebuah cerita yang mengatur
jalannya cerita dari awal ampai akhir dan elemen-elemen
yang ada pada alur/plot yaitu, pengenalan, timbulnya
konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan
masalah.
c) Latar
Latar termasuk unsur intrinsik karya sastra, latar meliputi
latar tempat dan waktu. Tempat dan waktu yang dirujuk dalam
cerita bisa merupakan sesuatu yang faktual dan imajiner. Menurut
Sumardjo & Saini (1988) latar atau setting dalam fiksi bukan hanya
sekedar background artinya bukan hanya menunjukan tempat
kejadian dan kapan terjadinya. setting/latar bukan hanya
menunjukan tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal yang
hakiki dari suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran
rakyatnya, kegilaan merka, gaya hidup meraka, kecurigaan meraka
dan sebagainya (h.78). ini sesuai apa yang disampaikan
Nurgiyantoro (2015) latar dalam cerita fiksi tidak terbatas pada
penunjukan lokasi lokasi tertentu, atau sesuatu bersifat fisik saja,
melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan,
dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan (h.306).
Dari beberapaa pendapat dapat disimpulkan bahwa latar
meliputu tempat dan waktu, tetapi bukan hanya sekedar itu saja
28
melainkan latar lebih rinci dalm suatu wilayah dalam sebuah cerita
misalnya, adat istiadat, nilai-nilai, bahkan debu dalam sebuah
cerita.
Latar juga memilik beberapa unsur. Menurut Nurgiyato
(2015) berpendapat unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga
aunsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial budaya. Walau
masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat
dibicarakan secara sendiri, ketiga unsur itu pada kenyataannya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya (h.314)
a) Latar Tempat
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah tempat-tempat karya sastra.
Unsur tempat yang diergunakan mungkin berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial dan mungkin lokasi
tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah
tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya jakarta,
Yogyakarta, Bangka belitung dan lain-lainnya yang terdapat
dalam novel orang-orang biasa. Tempat dengan inisial
tertentu, biasanya berupa huruf awal (Kapital) nama suatu
tempat, juga menyaran pada tempat tertentu, tetapi pembaca
harus memperkirakannya sendiri, Misalnya kota M, S, T. Latar
tempat yang tanpa nama jelas biasanya hanya berupa
29
penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu,
misalnya desa, sungai, jala, hutam, kota dan sebagainya.
b) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya sastra. Masalahnya “kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya
atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah, pengetahuan dan
persepsipembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian
dipergunakan untuk mencoba masuk kedalam suasana cerita.
c) Latar Sosial-budaya
Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Tata cara
kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks, ia dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir
dan bersikap, dan lain-lainnya. Ketika mengankat latar tempat
tertentu ke dalam cerita pengarang perlu menguasai medan,
keadaan itu juga terlebih berlaku untuk latar sosial-budaya.
Pengertian penguasaan meda lebih terhadap pada penguasaan
latar. Jadi ia mencakup unsur tempat waktu, dan sosial-budaya
sekaligus. Latar sosial-budaya berperan menentukan apakah
30
sebuah latar, khususnya latar tempat, menjadi khas, tipikal dan
fungsional, atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata lain,
untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional deskripsi latar tempat
harus sekaligus disertai latar sosial-budaya, tingkah laku
kehidupan sosial masyarakat ditempat yang bersangkuta.
Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwan
latar memiliki peran penting, terkait tempat, waktu dan
sosial/budaya dalam sebuah cerita karna akan menjelaskan
kondisi cerita yang dibuat sipengarang mengenai sebuah
kejadian.
d) Tokoh dan Penokohan
Merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra, di
samping tema, alur, sudut pandang, dan amanat. Plot atau alur
boleh saja dianggap sebagai tulang punggung cerita, namun kita
pun dapat mempersialkan: siapa yang diceritakan itu? Siapa yang
melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu. Pembicaraan mengenai
tokoh dengan segala perwatakan dengan berbagai citra jati dirinya,
menurut Nurgiyantoro (2015) Istilah tokoh menunjuk pada
orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap
pertanyaan: “siapakah tokoh utama dalam novel itu”?, atau “ada
berapa jumlah tokoh novel itu?”. Daan penokohan itu menunjuk
pada sifat dan sikap para tokoh seperti yng ditafsirkan oleh
pembaca, lebih menunjuk pada kulitas pribadi seorang tokoh,
31
penokohan sering juga disamakan artiny dengn karakter dan
perwatakan (h.247). sedangkan menurut kosasih (2008) Penokohan
adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita (h.61).
Dengan demikian tokoh dan penokohan adalah dua hal
yang berbeda, tokoh adalah orang, pelaku cerita sedangkan
penokohan adalah watak yang tergambarkan dalam sebuah cerita.
e) point of view atau sudut pandang
sudut pandang, point if view, viewpoint, merupakan salah
satu unsur karya sastra yang oleh stanton digolongkan sebagai
mana sarana cerita, liteary device. Walau demikian hal itu tidak
berarti bahwa perannya dalam sastra tidak penting. Sudut pandang
haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan
sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi
afektif pembaca terhadap sebuah cerita fiksi pun dalam banyak hak
akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang. Sudut pandang
menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2015) menunjuk pada cara
sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan
yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
cerita dalam sebuah karya sastra kepada pembaca. Dengan
demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan atrategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan cerita.
32
Hal yang tidak berbeda pengertiannya dikemukakan oleh
Baldic dalam Nurgiyantoro (2015) yaitu bahwa sudut pandang
adalah posisi atau sudut mana yang menguntungkan untuk
menyampaikan kepada pembaca terhadap peristiwa dan cerita yang
diamati dan dikisahkan(h.338). Pemilihan posisi dan kacamata
pengisahan peristiwa dan cerita pada hakikatnya juga merupakan
teknik bercerita agar apa yang dikisahkan lebih efektik.
Sedangkan menurut kosasih (2008) Sudut pandang adalah
posisi pengarang dalam membawakan cerita titik posisi pengarang
terdiri atas dua macam yaitu berperan langsung sebagai orang
pertama dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai
pengamat.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari beberapa
pendapat bahwa sudut pandang adalah cara pengarang dalam
menyampaikan kepada pembaca terhadap peristiwa atau kejadian
cerita.
f) Amanat
Secara umum moral atau amanat menunjuk pada pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainnya. Kosasih (2008)
berpendapat bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan
didaktis yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca melalui karyanya. tidak jauh berbeda dengan bentuk
33
cerita lainnya amanat dalam novel akan disimpan rapi dan
disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh
karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca
dua atau tiga paragraf melainkan harus menghabiskannya sampai
tuntas.
Amanat atau moral dala karya sastra biasanya
mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,
pandangannya tentang nilai-nilai pengarang yang bersangkutan,
pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Kenny dalam Nurgiyantoro
(2015) mengemukakan bahwa moral dalam karya sastra biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran
moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan
ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Sebuah cerita ditulis oleh pengarang untuk, antara lain,
menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Sastra
mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para
tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral atau amanat.
Melalui cerita, tingkah laku, sikap tokoh-tokoh itulah pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan moral yang
disampaikan atau diamanatkan.
Hampir semua novel diindonesia sejak awal
pertumbuhannya hingga sekarang ini mengandaung unsur pesan
34
kritik sosial walau dengan tingkat intensitas yan tidak sama. Wujud
kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam seluas
lingkup kehidupan sosial itu sendiri.
g) Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk mencipta
nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antar tokoh. kemampuan
sang penulis dalam menggunakan bahasa secara cermat dapat
menjelaskan suasana yang terus terang atau satiris Simpati atau
menjengkelkan, dan objektif atau emosional. bahasa dapat
menimbulkan suasana yang tepat guna bagi adegan yang seram
adegan cerita peperangan, keputusasaan, atau harapan. Gaya
bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau
bagaimana sesorang pengarang mengungkapkan sesuatu.
dikemukakannya Abrams dalam Nurgiyantoro, (2015). Gaya
bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan
kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan
kohesi dan lain-lain.sedangkan menurut Sumardjo dan Saini (1988)
gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang pengarang memilih
tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakannya dalam
sebuah karya sastra (h.92). dengan kata lain gaya akan berubah jika
pengarangnya berbeda. Sependapat dengan itu Waluyo (2017)
35
setiap pengarang selalu berusaha menciptakan bahasa yang khas,
lebih hidp, ekspresif dan estetis.
Dari beberapa pendapat dapat diambil kesimpulan bahwa
gaya bahasa adalah pengucapan bahasa dalam karya sastra oleh
pengarang dengan memainkan konflik, persoalan dan isi cerita
dalam sebuah karya sastra.
c. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar teks
sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun atau
sistem organisme teks sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita
sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di
dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh
(untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas
bangun cerita secara keseluruhan. Wellek & warren (1956), walau
membicarakan unsur ekstrinsik tersebut cukup panjang, tampaknya
memandang unsur itu sebagai sesuatu agak negatif, kurang penting.
Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun, akan
membantu dalam hal pemahaman makna karya sastra itu mengingat
bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosangan budaya.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga
terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek &
Wareen, 1956) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu
36
pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup
yang kesemuanya itu akan memengaruhi karya yang ditulisnya.
Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan
corak karya yang dihasilkan. Unsur ekstrinsik berikutkan adalah
psikologi, baik yang berupa pengarang (yang mencakup proses
kreatifinya), psikologi pembaca, maupaun penerapan prinsip
psikologi dalam karya. Keadaan lingkungan pengarang seperti
ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya
sastra. Unsur ekstrinsik lain misalnya oandangan hidup suatu
bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.
4. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dar kata sosiologi dan sastra. Sosiologi
berasal dari akar kata Sosio (yunani) (socius berarti bersama-sama,
bersatu, kawan, dan teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,
perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan
makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi
sosiologi artinyanilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi)
masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan
hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional,
dan empiris. Sastra dari akar kata sas (sansekerta) berarti
mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi, akhiran tra
berarti alat, sarana. Jadi, sastra berrti kumpulan alat untuk mengajar,
buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata satra
37
bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu
kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Ratna (2013)
memaparkan berbagai definisi sosiologi sastra dan menyebutnya
dengan istilah hakikat untuk mempertajam pengertian soiologi sastra
yang sering disalahtafsirkan. Perbedaan antara sastra dan sosiologi
merupakan perbedaan hakikat, fiksi, dan fakta (h.1).
Nurholis (2019) Sosiologi merupakan ilmu kategoris yang
terbatas dalam hal mengkaji sesuatu yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat (h.1). Oleh karena itu, soiologi tidak memiliki
kemampuan untuk membuat sesuatu yang belum terjadi dan jua bukan
merupakan ilmu yang mengkaji sesuatu yang seharusnya terjadi.
Misalnya, keragaman budaya yang ada di indonesia, hal ini
merupakan sesuatu yang secara turun-temurun diwarisi dari nenek
moyang angsa indonesia.
Menurut penjelasan Rtzer dalam Nurholis, (2019), sosiologi
merupakan disiplin ilmu tetnag masyarakat yang melandaskan
masyarakat pada tiga paradigma, yaitu paradigma fakta-fakta sosial
berupa lembaga sosial dn struktur sosial yang dianggap sebagaisesuatu
yang nyata, yang berapa di luar individu. Sosiologi mencoba
mempelajari segala sesuatu tentang manusia dalam masyarakat, baik
dalam ubungan antara individu dan kelompok(h.2). Jadi sosiologi
aalah ilmu yang mempelajari seluk beluk masyarakat baik secara
38
ekonomi, politik, yang pada gilirannya akan membentuk interaksi
sosial, kelompok sosial, dan lembaga-lembaga sosial.
Karya sastra tidak jauh berbeda dengan sosiologi yakni
berhubungan dengan masyarakat. Endraswara dalam Nurholis, (2019)
sastra merupakan tiruan atau cerminan kehidupan msyarakat.
Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai ilusi, fiksi atau
khayalan dri kenyataan. Sastra bukan merupakan jiplakan atau salinan
dari kenyataan, tetapi kenyataan yang telah ditafsirkan. Kenyataan
tersebut bukanlah salinan yang kasar, tetapi refleksi halus dan estetis
(h.4).
Karya sastra memiliki nilai kreatif dan estetis yang sangat
dominan yang tertuang dalam tulisan-tulisan kreatif pengarangnya.
Sastra memiliki bahasa yang khas dengan bulatan-bulatan kata indah
karena sastr merupkan seni kreatif. Dengan demikian ini sesuai
dengan pemikiran Sabrina dalam Nurholis (2019) bahwa karya sastra
merupakan hasil kreatif pikirian, perasaan, dan perbuatan manusia
yang disusun dalam bentuk teks (h.5).
Dengan demikian berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sastra adalah tiruan kehidupan yang kreatif
penciptaan manusia bersifat imajinatif dan estetis serta menggunaka
bahasa sebgai medianya. Demikian maka sosiologi sastra merupaka
titik pandang terhadap sastra. Sosiologi sastra merupakan ilmu tentang
interdisiplin, yang memperhatikan ihwal estetis dan fakta
39
kemanusiaan. Sosiologi sastra sebgaia sebuah metode yang
memahami manusia melalui fakta imajinatif memerlukan paradigma
yang kukuh.
Dalam Nurholis (2019:20) ada beberapa bidang pokok sasaran
soiologi sastra dapat diperinci sebagai berikut :
a. Konteks soisal pengarang
Berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakt
dan berkaitan dengan masyarakat pembaca. Dalam bidang pokok ini
termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat memengaruhi karya
sastranya.
b. Sastra sebagai cermin masyarakat
Sastra sebagai cermin masyarakat, yitu sejauh mana sastra
dianggap mencerminkan keadaan masyarakat karena hal-hal berikut :
1) banyak ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu
berlaku lagi waktu ia ditulis.
2) Sifat ‘lain dari yang lain’, sesorang sstrawan sering
memengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial
dalam karyanya.
3) Genre sastra sering merupaka sikap sosial kelompok tertentu,
bukan sikap sosial seluruh masyarakat.
4) Sastra berusha menampilkan keadaan masyarakat secermat-
cermatnya.(H.20)
40
B. Penelitian yang Relevan
Hasil dari penelitian Dyah Ayu Andita, kritik sosial dalam novel
berjuta-juta dari deli karya Emil. W.Aulia prodi pendidikan bahasa dan
sastra indonesia universitas sebelas maret surakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kritik sosial, nilai sosial, struktur dan
iplikasinya dalam bahan pengajaran dalam novel Berjuta-juta dari Deli
Karya Emil W.Aulia. adapun dalam penelitian tersebut terdapat nilai
pendidikan dan patriotisme dan relevansinya dalam pembelajaran
disekolah. Perbedaan penelitian ini dengan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah objek kajiannya. Penelitian ini objeknya adalah Berjuta-
juta dari Deli Karya Emil W.Aulia sedangkan dalam penelitian yang akan
dilakukan objeknya novel Orang-orang Biasa Karya Andera Hirata.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Galuh Candra Wisesa,
prodi Komunikasi dan Penyiar Islam Universitas Islam Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dengan judul kritik sosial terhadap perilaku masyarakat
urban dalam film Jakarta Magrib. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
kritik sosial yang terdapat pada film Jakarta Magrib yaitu perilaku
masyaraat urban gya hidup masyarakat urban. Dalam penelitian ini
ditemukan perilaku individualisme, kenakalan remaja, modernisme.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis
lakukan adalah objeknya kajiannya. Penelitian ini objeknya film Jakarta
41
Magrib sedangkan penelitiann yang akan penulis lakukan yaitu novel
Orang-orang Biasa Karya Andera Hirata.
42
BAB III ME TODOOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
dengan metode content analysis atau analisis isi. Menurut Sugiyono
(2020) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara tringgulasi
(gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh
cenderung kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil
penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami
keunikan, mengkontruksikan fenomena, dan menemukan hopotesis (h.9).
Hudhana (2018) pada metode analisis isi yang diutamakan adalah isi dari
suatu komunikasidalam penelitian sastra (h.101). metode ini leih
memperhatikan isi komunikasi dalam karya sastra. Prastowo dalam
Sulaeman dan Goziyah, (2019) analisis isi adalah suatu metode yang
teknik penelitiannya dilakukan dengan membentuk inferensi scara
kontekstual (h.286). Sedangkan menurut Sulaeman dan Goziyah, (2019)
dalam analisis isi, pesan, atau informasi yang diperoleh dicatat secara
sistematis, kemudian diinterprestasikan oleh peneliti. (h.227). metode
analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam
43
penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel Orang-orang Biasa
karya Andrea Hirata.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Ratna (2013) mengatakan bahwa “sosiologi adalah ilmu objektif kategoris,
membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, (das sein). Bukan apa
yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya, karya sastra lebih jelas
bersifat evaluatif, subjektif dan imajinatifa” (h.2). dari pendapat tersebut
terlihat bahwa sosiologi merupakan sesuatu yang terjadi dalam kehidupan
sebenarnya, sedangkan dalam sebuah karya sastra, kehidupan dapat dibuat
sesuka hati karena bersifat personal dan khayali.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bukan bersifat statis melainkan sebuah
analisis yang dinamis yang dapat terus dikembangkan. Adapun waktu
penelitian ini dimulai dari pengajuan judul skripsi sampai pada ujian
skripsi yang telah ditentukan.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu Ket
1 Pengajuan Judul Agustus-November
2019
Terlaksana
2 Bimbingan Proposal Desember-Mei
2020
Terlaksana
3 Seminar Proposal Mei 2020 Terlaksana
4 Bimbingan dan revisi Juni 2020 Terlaksana
44
hasil seminar
5 Pembuatan instrumen
penelitian
Juni 2020 Terlaksana
6 Pengumpulan data Juli 2020 Terlaksana
7 Pengumpulan dan
analisis data
Juli 2020 Terlaksana
8 Ujian skripsi Agustus 2020 Terlaksana
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Sumber pada penelitian ini adalah buku novel Orang-orang Biasa
karya Andrea Hirata. Adapun jumlah halaman dalan novel ini adalah 300
halaman dan diterbitkan oleh Bentang, Yogyakarta 2019. Jenis data yang
akan dianalisis adalah kritik sosial, adapun jenis penelitian ini dapat
dikelompokan menjadi data seperti berikut ini :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama.
Data primer dari penelitian ini adalah Novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata.
2. Data sekunder dari penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari
buku referensi yang berkaitan dengan objek yang menjadi peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi
pustaka yaitu dengan menganalisis isi novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata, Pada analisis ini penulis membaca dan menyimak
45
kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer
yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun langkah-
langkah pengumpulan data dalam novel Orang-orang Biasa karya Andrea
Hirata, Yaitu :
1. Membaca secara cermat novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata.
2. Mencatat bagian yang menggambarkan unsur budaya dalam
novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata.
3. Mengelompokan data yang sedang dianalisa khusunya
kritik sosial pada novel Orang-orang Biasa karya Andrea
Hirata.
4. Menganalisis kritik sosial novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata dan implikasinya dengan materi
pembelajaran disekolah.
46
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hasil kerja
pengumpulan data kemudian dicatat dalam alat bantu penelitian yng
berupa kartu tanda. Hal ini untuk memungkinkan pekerjaan secara
sistematis
Tabel 3.2
Instrumen analisis kritik sosial
novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata
dan implikasinya pada materi ajar bahasa indoneseia
No Kutipan Disorganisasi
Keluarga
Kemiskinan Kejahatan Ket
1.
2.
3.
4.
5.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan sebagai alat untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesisi yang telah dirumuskan dalam
penelitian. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan deskriptif
dan analisi digunakan metode kualitatif. Langkah-langkah analisi data
yang dilakukan yaitu :
1. Reduksi Data
47
Dalam mereduksi data lebih memfokuskan pada hal-hal yang
penting dicari. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan
dengan masalah yang akan dianalisis dalam hal ini tentang kritik sosial
yang berkenaan yang terdapat dalam novel Orang-orang Biasa karya
Andrea Hirata.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, kemudian dilakukan penyajian. Sehingga
diperoleh deskripsi tentang kritik sosial yang dikemukakan pengarang
pada novel Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata.
3. Kesimpulan/verifikasi
Pada tahap ketiga dibuat penarikan kesimpulan tentang hasil
analisis yang diperoleh dalam bentuk teks yang terdapat dalam novel
Orang-orang Biasa karya Andrea Hirata. Sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar valid.
Ketiga langkah tersebut saling berberkaitan maka dari itu
harus dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal sampai dengan
penelitian berakhir.
G. Keabsahan Data
Untuk meyakinkan bahwa deskrikpsi data yang disajikan diatas
adalah data yang absah dan memiliki derajat kepercayaan dilakukan teknik
pejaminan keabsahan melalui : confirmability, credibility, transferability,
dependenbility.
1. Objektifitas (confirmability)
48
Bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai
kondisi objektif. Untuk mencapai keobjektivitasan maka peneliti telah
membuat desain penelitian secara baik dan benar, fokus penelitian
ditepatkan, kajian teori yang serelevan mungkin, melakukan teknik
pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam
penelitian, analisis data dilakukan secara benar dan hasil penelitian
yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Kesahihan Internal
a. Meningkatkan Ketekunan
Penulis melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Penulis juga meningkatkan ketekunan
membaca berbagai referesnsi dan hasil penelitian terkait.
b. Triangulasi
Ada empat jenis triangluasi yaitu, tringuluasi data,
triangluasi metode, trianglusi teori dan triangluasi peneliti yang
meliputi teknik diskusi dan teknik seminar. Dari keempat
triangluasi tersebut yang dipandang relevan dengan penelian ini
adalah triangluasi metode.
Triangluasi metode merujuk kepada teknik pengabsahan
data dengan jalan mengumpulkan data lain yang bersesuaian
berdasar penggunaan metode lain. Kalau data primer (kesesuaian
anara data empiris dengan rujukan). Data sekunder yang
49
memvalidasi dengan cara metode seperti interview arau
wawancara.
Wawancara atau konsultasi diajukan kepada mereka yang
memiliki otoritas atau wewenang keilmuan yang terkait. Dalam
konteks ini, karena penulis merupakan mahasiswa yang berada
dalam biingan dosen, maka dosen pembimbinglah yang dipandang
memiliki otoritas. Dosen pembimbing itulah yang menguji atau
mengecek kembali data primer samai data tersebut benar-benar
valid.
c. Diksusi Teman Sejawat
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan
mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara
kepada teman-teman yang sedang atau pernah mengadakan
penelitian dengan fokus penelitian pada konflik, kritik sosial, dan
nila-nilai sosial karya sastra. Pertanyaan dan saran pada saat
diskusi dicatat dan dijadikan bahan perbaikan hasil penelitian
sementara.
3. Kesahihan Eksternal
Tahapan ini bekenaan dengan hasil penelitian yang dapat ditransfer
oleh orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain, untuk
50
mencapai kesahihan eksternal penulis meneliti dengan sistematis, rinci,
jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
4. Ketrandalan
Keterandalan adalah berupa bentuk untuk menguji dan sudah
tercapainya data dalam sebuah penelitian. Maka dengan ini, penulis
siap apabila data yang disajikan akan dilakukan audit kembali terhadap
keseluruhan penelitian yang dimulai dari menentukan fokus masalah,
memasuki lapangan pengambilan data penelitian, analisis data
penelitian, uji keabsahan penelitian sampai pada simpulan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. 2017. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fatimah. 2016. Kritik Sastra. Jakarta.
Hirata, Andrea. 2019. Orang-orang Biasa. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Hudhana, Winda D. 2018. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Samudra Biru
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT Perca.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhayati, Enung. 2019. Cipta Kreatif Karya sastra. Bandung: Ytrama Widya
Nurholis, 2019. Pengantar Sosiologi Sastra. Bandung: CV Pustaka Setia.
Pradopo, Rachmat D. 2018. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman K. 2013. Paradigma Sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soekanto, S & Sulistyowati B. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Persindo
Persada
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Sulaeman, A & Goziyah. 2019. Metodologi Penelitian Bahasa dan sastra. Jakarta: Edu
Pustaka.
Sumardjo, S & Saini. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Teeuw, A. 2015. Sastra dan Teori Sastra. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.
Waluyo, Herman J. 2017. Pengkajian dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Wellek, R & Warren, A. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.