Upload
lynguyet
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KIPRAH KELOMPOK TANI SINAR PEMANCINGAN MENGHIJAUKAN LAHANKRITIS DUSUN GREBEGAN
Oleh :Victor Winarto*)
Satu dasa warsa yang lalu, tepatnya sampai dengan tahun 2003 kondisi Dusun
Grebegan, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat sangat
gersang dan tidak terurus. Banyak lahan yang tidak dikelola dengan baik oleh pemiliknya,
sehingga pada saat musim penghujan terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi
kekeringan. Hal ini sebagai dampak dari rendahnya pengetahuan masyarakat, sehingga dalam
mengolah lahan tanpa disertai dengan teknik-teknik konservasi.
Kondisi tersebut di atas mendorong
Lalu Ahmad Sayadi (34 tahun) bersama warga
setempat membentuk Kelompok Tani Sinar
Pemancingan. Kelompok tani yang didirikan
pada tanggal 23 Mei 2003 ini, semula
beranggotakan 10 orang petani, yang hampir
seluruhnya tidak pernah mengenyam bangku
sekolah.
Gambar 1. Lahan gersang Dusun Grebegan
Mulai dengan PKBM
Kegiatan pertama kali yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sinar Pemancingan
adalah belajar baca dan tulis. Seluruh anggota kelompok tani ini bergabung dalam Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di dusun tersebut. Aktifitas di PKBM ini
diikuti selama lebih kurang satu tahun hingga seluruh anggota mampu membaca dan menulis.
Selain itu, kelompok tani ini mengadakan pertemuan rutin 1 kali setiap bulan, yang
dilaksanakan setiap hari Kamis malam pada Minggu I tiap bulannya. Pertemuan rutin ini
dimanfaatkan oleh pengurus dan anggota kelompok untuk membicarakan permasalahan,
rencana kegiatan bersama dan kegiatan simpan pinjam. Dana untuk pertemuan kelompok
bersumber dari simpanan kelompok, yang terdiri dari simpanan wajib dan simpanan sukarela.
Membuat Teras dan Menanam Pohon
Terhitung mulai tahun 2004, Kelompok Tani Sinar Pemancingan memperoleh
pendampingan dari Penyuluh Kehutanan Kabupaten Lombok Barat dan LSM PSP (Pusat
Studi Pembangunan) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melalui kegiatan pelatihan-pelatihan
yang diselenggarakan oleh PSP, seluruh anggota kelompok untuk pertama kalinya
memperoleh pengetahuan cara-cara membuat teras. Sejak saat itulah lahan yang semula
gersang dan tidak terurus, sedikit demi sedikit dibuat terasering dan ditanami kayu-kayuan
(jati, mahoni dan sengon). Hingga saat ini luas areal penanaman mencapai + 366 Ha, terdiri
dari 100 Ha di lahan milik dan 266 Ha di dalam kawasan hutan, dengan pola Hutan
Kemasyarakatan (HKm).
Budidaya Lebah Madu
Selain kegiatan PKBM, terasering dan
penanaman kayu-kayuan, sejak tahun 2010
Kelompok Tani Sinar Pemancingan membudidayakan
lebah madu jenis Apis cerana sebanyak 13 stup. Stup-
stup tersebut sebagian merupakan bantuan
Pemerintah, sebagian lagi swadaya masyarakat.
Lebah madu dipelihara secara konvensional dengan
mengandalkan sumber pakan bunga-bunga dari lahan pertanian dan pepohonan di hutan.
Saat ini jumlah stup yang diusahakan sebanyak 100 stup. Pada musim penghujan,
masing-masing stup menghasilkan madu + 1,5 botol. Sementara untuk musim kemarau <1
botol. Madu yang dihasilkan oleh kelompok tani ini sebagian dijual langsung kepada
masyarakat umum dengan harga Rp 100.000,-/botol. Sebagian lagi dilakukan labelisasi dan
dijual kepada masyarakat umum dengan harga Rp 150.000,-/botol.
Raih Prestasi
Kini kerja keras Kelompok Tani Sinar Pemancingan sudah membuahkan hasil.
Setidaknya ada dua prestasi yang pernah diraih kelompok tani ini, yaitu Juara II Lomba
Penghijauan dan Konservasi Alam Tahun 2009 Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
Juara I Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari Tahun 2012 Tingkat
Kabupaten Lombok Barat.
Atas prestasi tersebut di atas, Kementerian Kehutanan melalui DIPA Pusat Penyuluhan
Kehutanan Tahun 2013 memberikan dana stimulan untuk kegiatan Kelompok Usahatani
Produktif (KUP) berbasis responsif gender.
Dampak Kegiatan
Perlahan tetapi pasti, kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sinar Pemancingan
telah berdampak kepada kondisi lingkungan dan perilaku sebagian besar masyarakat di Dusun
Grebegan, Desa Jembatan Gantung. Dusun yang sebelumnya gersang setiap musim kemarau,
kini tetap hijau oleh pepohonan yang tumbuh merata di lahan masyarakat.
Disamping itu, saat ini masyarakat
setempat gemar mananam pohon, terutama
tanaman kayu yang digemari yaitu jati,
mahoni dan sengon. Sebagian besar
masyarakat sudah merasakan hasil dari
menjual pohon, ketika mereka membutuhkan
biaya untuk keperluan hajatan, membangun
rumah atau menyekolahkan anak.
Keberadaan kelompok tani yang kini beranggotakan 35 orang ini juga mampu
mendorong terbentuknya kelompok tani baru di Dusun Grebegan dan dusun-dusun lain
disekitarnya. Setidaknya ada 5 kelompok tani baru yang kemudian mengelola kawasan hutan
dengan pola HKm yang ada di desa Jembatan Gantung. Semoga kelompok tani ini terus
menginspirasi terbentuknya kelompok tani baru dan terus berjaya dalam kegiatannya !!!
*) Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan Kehutanan