80
TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI Disusun Oleh : ALFIANA LUTHFI SHOFIANI NIM. P.12066 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

KTI Alfiana Luthfidigilib.ukh.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut-1349...1. Dr. Agnes Sri Harti, M.Si. Selaku ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK

    HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA

    ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI

    RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT

    dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

    WONOGIRI

    Disusun Oleh :

    ALFIANA LUTHFI SHOFIANI

    NIM. P.12066

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2015

  • i

    TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK

    HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA

    ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI

    RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT

    dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

    WONOGIRI

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    Disusun Oleh :

    ALFIANA LUTHFI SHOFIANI

    NIM. P.12066

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2015

  • ii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

    NIM : P.12066

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul Proposal : Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

    anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan

    Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr.

    Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini

    benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini

    adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

    sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Surakarta, 21 Februari 2015

    Yang Membuat Pernyataan

    Alfiana Luthfi Shofiani

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Proposal Penelitian ini diajukan oleh :

    Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

    NIM : P.12066

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul :“Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

    anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan

    Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr. Soediran

    Mangun Soemarso Wonogiri.’’

    Telah disetujui untuk diaplikasikan di rumah sakit oleh pembimbing Karya Tulis

    Ilmiah.Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Di tetapkan di: STIKes Kusuma Husada

    Hari/ Tanggal: Senin, 18 Mei 2015

    Pembimbing : Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns. M.Kep ( )

    NIK. 201284113

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

    NIM : P.12066

    Program Studi : DIII Keperawatan

    Judul : TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP

    PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA

    PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEEPERAWATAN An. B

    DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA

    RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

    WONOGIRI

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapanDewanPenguji Karya Tulis Ilmiah

    Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkandi : STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Hari / Tanggal : Senin, 15 Juni 2015

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep

    NIK201284113 ( )

    Penguji 1 : AtiekMurharyati, S.Kep., Ns., M.Kep

    NIK200680021 ( )

    Penguji 2 : Amalia Senja, S.Kep., Ns

    NIK201189090 ( )

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi D III Keperawatan

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

    Penelitian dengan judul “TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP

    PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF ANAK USIA

    PRASEKOLAH .”

    Dalam penyusunan Proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

    dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

    terhormat:

    1. Dr. Agnes Sri Harti, M.Si. Selaku ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta

    yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIkes

    Kusuma Husada Surakarta.

    2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi DIII

    keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

    di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Sekretaris Ketua Program Studi

    DIII keperawatan yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

    masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

    memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

    4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns. M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang

    memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan

    serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

    5. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Penguji I yang sudah

    memberikan kritik saran serta masukan.

    6. Amalia Senja, S.Kep.,Ns. Selaku Penguji II yang sudah memberikan kritik

    saran serta masukan.

    7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

    serta ilmu yang bermanfaat.

  • vi

    8. Kedua orang tua saya Ismail Warjimo dan Siti Shofiatun, yang selalu menjadi

    inspirasi, memberikan semangat, memberikan doa dan kasih sayang untuk

    menyelesaikan pendidikan.

    9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

    Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

    yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

    Semoga proposal aplikasi riset ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    keperawatan dan kesehatan. Amin.

    Surakarta, 23 Mei 2015

    Penulis

    Alfiana Luthfi Shofiani

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................. v

    DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang ..................................................................... 6

    B. RumusanMasalah ................................................................. 6

    C. TujuanPenulisan ................................................................... 8

    D. ManfaatPenulisan ................................................................. 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. TinjauanTeori ......................................................................... 6

    1. Perkembangan Anak ...................................................... 6

    a. Perkembangan Anak .............................................. 6

    b. Kognitif Anak ........................................................ 6

    c. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan

    Anak ....................................................................... 7

    d. Tahap - tahap Perkembangan ................................. 8

    e. Origami .................................................................. 10

    B. Kerangka Teori ...................................................................... 13

    C. Kerangka Konsep .................................................................. 14

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................... 20

    B. Tempat Penelitian .................................................................. 20

    C. Alat ukur ................................................................................ 20

  • viii

    D. Media yang di gunakan ......................................................... 20

    E. Langkah dan Prosedur ........................................................... 20

    F. Evaluasi ................................................................................. 20

    BAB IV LAPORAN KASUS

    A. Pengkajian ............................................................................. 22

    B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya .... 27

    C. Terapi ..................................................................................... 27

    D. Perumusan Masalah ............................................................... 28

    E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan .......................................... 29

    F. Intervensi Keperawatan ........................................................ 29

    G. Implementasi Keperawatan ................................................... 31

    H. Evaluasi ................................................................................. 39

    BAB V PEMBAHASAN

    A. Pengkajian ............................................................................. 45

    B. Diagnosa keperawatan ........................................................... 49

    C. Intervensi keperawatan .......................................................... 51

    D. Implementasi keperawatan .................................................... 53

    E. Evaluasi keperawatan ............................................................ 54

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 58

    B. Saran ...................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Asuhan Keperawatan

    Lampiran 2 Format Pendelegasian

    Lampiran 3 Log Book

    Lampiran 4 Lembar Konsultasi

    Lampiran 5 Jurnal

    Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut (Soemarti, 2008) Anak usia prasekolah merupakan anak dengan

    umur antara 3-7 tahun dimana mereka mampu untuk mengikuti program

    prasekolah, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok antara lain:

    kelompok anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain dengan

    usia3 tahun, program taman kanak-kanak dengan usia 4-6 tahun.

    Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah dimulai dari ketika

    mereka mulai bisa menilai benda, manusia lain, dan sudah mampu untuk

    memahami dunia mereka sendiri. Mereka maju dengan kecepatan luar biasa

    dimulai dari pengetahuan dasar. Sebagai contoh mereka mampu untuk

    memanipulasi objek, akan tetapi mereka belum bisa mendiskripsikannya

    dengan tulisan maupun dengan kata-kata (Soetjiningsih, 2012).

    Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah antara lain mampu

    untuk berfikir secara logis tentang suatu objek atau kejadian. Anak juga mampu

    untuk mengklasifikasikan benda sesuai dengan ukuran, berat,ataupun bentuk

    (Santrock, 2007).

    Pada anak usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak lebih tepat untuk

    dikembangkan. Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus,

    seperti menggenggam mainan atau melakukan apapun yang memerlukan

    ketrampilan tangan, maka motorik halus anak prasekolah harus dikembangkan

  • 2

    dan diarahkan, yang bertujuan untuk memusatkan fikiran anak, mampu

    mengarahkan anak untuk mencari berbagai macam penyelesaian masalah salah

    satu caranya adalah dengan bermain origami(Apriliyana, 2005).

    Tingkat perkembangan menurut WHO dengan klasifikasi data adanya

    gangguan motorik halus anak didunia (68,5%). Dari data tersebut

    perkembangan motorik halus didunia tergolong rendah. Faktor-faktor yang

    berhubungan dengan tingkat perkembangan motorik halus antara lain status

    gizi, lama PAUD, usia, dan bagaimana cara pengasuhan balita.

    Dampak yang akan timbul dalam permasalahan motorik halus terganggu,

    antara lain proses belajar disekolah maupun dilingkungan akan terganggu

    seperti malas, minat belajar menurun, kepribadian anak pun ikut terganggu

    (Etriyanti. 2011).

    Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan

    berbagai macam bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus

    melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua

    tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP

    memicu neuron melalui tangan(Apriliyana, 2005).

    Manfaat origami salah satunya adalah untuk memupuk kreatifitas, maka

    dampak yang akan ditimbulkan dalam permainan origami adalah antara lain

    kemudahan untuk mengembangkan fikiran yang di pusatkan pada kemampuan

    kuantitas bukan kualitas sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk

    berfikir secara tepat, keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga

    mampu memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang

  • 3

    beragam serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta

    mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara baru

    dalam berfikir. Salah satu aspek dari keluwesan berfikir adalah origanilitas dan

    elaborasi. Pengertian dari origanilitas adalah mampu untuk memunculkan ide-

    ide baru yang unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

    Sedangkan elaborasi adalah mampu untuk merumuskan suatu masalah

    sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,2004).

    Studi pendahuluan yang didapatkan berdasarkan dari hasil

    wawancara dengan kepala ruang, ruang Cempaka RSUD Wonogiri

    didapatkan hasil bahwa selama 6 bulan terakhir ini, terdapat 3 anak yang

    menderita Sindroma Nefrotik, sedangkan hubungan antara Sindrom

    Nefrotik dengan gangguan motorik halus anak adalah karena proses

    hospitalisasi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk penanganan

    di RS dan mempengaruhi proses belajarnya di sekolah, apabila orang tua

    tidak selektif dalam cara mengajarkan anak untuk belajar, masa si anak

    akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang termasuk terhambatnya

    motorik halus anak.

    Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam merawat anak dengan

    sindrome nefrotik hanya memberikan penyuluhan terhadap keluarga untuk

    memberikan mainan kesukaan si anak supaya mendapatkan kesenangan

    dan tidak terlalu stres selama dalam proses hospitalisasi.

    Sehingga tindakan yang telah penulis lakukan untuk meningkatkan

    perkembangan motorik halus untuk pengaruh hospitalisasi terhadap anak

  • 4

    di RSUD Wonogiri sangatlah tepat dikarenakan dari pihak rumah sakit

    tidak terlalu memperhatikan untuk perkembangan motorik halus.

    Permainan origami adalah salah satu permainan yang digunakan untuk

    merangsang berkembangnya motorik halus anak.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Penulis mampu menerapkan tindakan terapi bermain origami untuk

    meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Asuhan Keperawatan

    An.B dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka

    RSUD Wonogiri

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.B

    dengan Sindroma Nefrotik

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.B

    dengan Sindroma Nefrotik

    c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada An.B

    dengan Sindroma Nefrotik

    d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada

    An.B dengan Sindroma Nefrotik

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.B

    dengan Sindroma Nefrotik

  • 5

    f. Penulis mampu menganalisa hasil penerapan tindakan terapi

    bermain origami terhadap peningkatan motorik halus pada An.B

    dengan Sindroma Nefrotik

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Ilmu Pengetahuan

    Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu

    pengetahuan terutama di bidang ilmu keperawatan khususnya mengenai

    origami terhadap perkembangan motorik halus.

    2. Bagi Penulis

    a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 4-5

    tahun sebelum diberikan terapi origami dan setelah diberikan terapi

    origami.

    b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset.

    3. Bagi Perawat

    Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.

    4. Bagi Institusi

    Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai

    perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan terapi origami.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Sindron Nefrotik

    1. Konsep Penyakit

    Pengertian

    Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan

    peningkatan permeabilitas membran glomelurus terhadap protein, yang

    mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif (wong, 2004)

    2. Stres hospitalisasi

    Hospitalisasi merupakan suatu proses dikarenakkan sutu alasan yang

    berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

    menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.

    Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai

    kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman

    yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Wong, 2000).

    Barbagai perasaan yang sering muncul pada anak hospitalisasi yaitu

    cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan

    tersebut dapat dimanipulasi dengan modifikasi lingkungan tempat tinggal

    anak ataupun dengan permainan yang dapat mendukung proses

    perkembangan anak.

    Manfaat terapi bermain origami salah satunya adalah untuk

    memupuk kreatifitas, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam

  • 7

    permainan origami adalah antara lain kemudahan untuk mengembangkan

    fikiran yang di pusatkan pada kemampuan kuantitas bukan kualitas

    sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk berfikir secara tepat.

    Keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga mampu

    memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang beragam

    serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta

    mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara

    baru dalam berfikir. Terdapat 2 pola berfikir yang mendukung dengan

    kasus ini yaitu origanilitas dan elaborasi, yang dimaksud dengan

    origanilitas yaitu mampu untuk memunculkan ide-ide baru yang unik,

    sedangkan yang dimaksud dengan elaborasi yaitu mampu untuk

    merumuskan suatu masalah sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,

    2004).

    a. Etiologi

    Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui,

    dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi entigen-

    antibody. Umumnya etiologi anak dibagi menjadi :

    1) Sindrom nefrotik bawaan

    Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi

    maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan.

    2) Sindrom nefrotik sekunder

  • 8

    Disebabkan oleh malaria kuartana atau parasit lainnya. Penyakit

    kolagen seperti lupus eritematusus diseminata, purpura

    anafilaktoid.

    3) Sindrom nefrotik idiopatik

    Disebut sindroma primer. Berdasarkan hispatologis yang tampak

    pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan

    mikroskop elektron (Christian Ade: 2011).

    b. Manifestasi Klinis

    Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai

    dengn gejala :

    1) Proteinuria masif ( > 40mg/m2 LPB/Jam atau 50mg/kg/hari atau

    rasio protein / kreatin pada urin sewaktu >2mg / mg atau dipstik

    ≥2+)

    2) Hipoalbuminemia 200mg/ dl

    5) Oliguria

    6) Tekanan darah normal

    7) Hipoproteinuria dengan rasioa albumin:globomin terbalik

    8) Ureum/kreatinin darah normal / meninggi

    9) Beta 1C globulin (C3) normal.( Ikatan Dokter Anak Indonesia :

    2011)

  • 9

    c. Penatalaksanaan

    Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya

    dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat

    pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema,

    memulai pengobatan steroid, dan edukasi orang tua.

    Sebelum pengobatan steroid dimulai, dlakukan pemeriksaan

    sebagai berikut

    1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan

    2) Penukuran tekanan darah

    3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda atau gejala penyakit

    sistemik,seperti lupus eritematosus sistemik, purpura henoch-

    Schonlein.

    4) Mencari fokus infeksi di gigi, telinga, ataupun kecacingan

    5) Melakukan uji Mantoux. Boila hasilnya positif berikan

    profilaksis INH selama 6bulan bersama steroid.

    6) Diitetik, pemberian dosis tinggi protein dianggap merupakan

    kontraindikasikarena akan menambah beban glumerulus untuk

    mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan

    menyebabkan sklerosis.

    7) Diuretik, restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat, bila

    pemberian diuretik tidak berhasil biasanya terjadi karena

    hipoambuminemia atau hipovolemia berat, dapat diberikan infus

    albumin 20-25 % untuk menarik cairan dari jaringan intertitial

  • 10

    dan diakhiri dengan pemberian furosemide intravena 1-2mg.

    (Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2012)

    d. Komplikasi

    Komplikasi dari sindrom nefrotik menurut Ikatan Dokter Anak

    Indonesia 2012 adalah sebagai berikut :

    1. Infeksi, pasien SN sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat

    infeksi perlu segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi

    yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer.

    2. Trombosis, menunjukkan bukti defek ventilasi-pervusi pada

    pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembulih

    darah vaskuler paru yang asimotik.

    3. Hiperlipidemia, pada pasien SN relaps atau resisten steroid terjadi

    penigkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,trigliserida dan

    lipoprotein sedangkan kolesterol HDL menurun atau norma,

    sehingga menyebabkan peningkatan morbiditas kardiovaskuler

    dan progresifitas glumerulosklerosis.

    4. Hipokalesemia, terjadi karena pengguanaan steroid dalam jangka

    panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia, dapat

    juga mengalami kebocoran metabolit vitamin D.

    5. Hipovolemia, pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam

    keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan gejala

    hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin.

  • 11

    6. Hipertensi, ditemukan pada perjalanan penyakit SN akibat

    toksisitas steroid.

    e. Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antra lain:

    1) Urinalis, biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala

    klinis yang mengarak kepada infeksi saluran kemih.

    2) Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau

    rasio protein / kreatinin pada urin pertama pagi hari

    3) Pemeriksaan darah:

    a) darah tepi lengkap ( hemoglobin, leukosit, hitung jenis

    leukosit, trombosit, hematokrit, LED )

    b) Albumin dan kolestrol serum

    c) Ureum, kreatinin serta kliners kretinin dengan cara

    klasikatau dengan rumus Schwarts

    d) Kadar komplemen C3: bila dicurigai lupus eritematosus

    sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4,

    ANA(anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA (Ikatan

    Dokter Anak Indonesia, 2012).

    f. Terapi Medis

    1) Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa

    kontraindikasi steroid sesuai dengan anjuran ISKCD adalah

    diberikan prednison 60 mg / m2 LPB / hari atau 2mg / kgbb / hari

    (maksimal 80mg/hari) dalam dosis terbagi, untuk mengedukasi

  • 12

    remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal

    (berat badan sesuai tinggi badan). Prednison dosis penuh (full

    dose) inisial diberikan selama 4 minggu.

    2) Pengobatan SN relaps

    Berikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 4

    minggu) dilakukan dengan dosis alternating selama 4 minggu.

    Pada pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥++

    tanpa edema, sebelum pemberian prednison, dicarilebih dahulu

    pemicunya, biasanya infeksi saluran nafas ata. Bila terdapat

    infeksi berikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian proteinuria

    menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps.

    3) Steroid jangka panjang

    Pada anak yang telah dinyatakan relaps sering ataudependen

    steroid, setelah remisi dari prednison dosis penuh, diteruskan

    dengan steroid dosis 1,6mg / kgbb secara alternating. Dosis ini

    kemudian diturunkan perlahan / bertahap 0,2 mg / kgbb setianp 2

    minggu. Penurunan dosis tersebut diturunkan sampai dosis

    terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1 – 0,5mg

    / kgbb.

    4) Levamisol

    Levamiso terbukti efektif sebagai steroid sparing agen.

    Levamisol diberikan dengan dosis 2,5 mg / kgbb dosis tunggal,

    selang hari selama 4 – 12 bulan.

  • 13

    5) Sitostika

    Sitostika yang serig digunakan pada anak adala siklofosamid

    (CPA). Siklofosamid dapat dapat diberikan peroral dengan dosis

    2-3 mg / kgbb / hari dalam dosis tunggal, maupun secara

    intravena. CPA plus diberikan dengan dosis 500 – 750 mg / m2

    LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml laruutan NaCL 0,9%,

    diberikan selama 2 jam.

    6) Siklosporin ( CyA )

    Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan

    steroid atau sititastik dianjurkan untuk pemberian siklosporin

    dengan dosis 4-5 mg / kgbb / hari (100-150 mg/ m2 LPB). Dosis

    tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin darah berkisar

    antara 150 – 250 mg / ml.

    7) Mikofenolat mofetil

    Pada SNSS yang tidak memberikan respon dengan levamisol atau

    sitotastik dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan

    dosis800 – 1200 mg / m2 LPB atau 25-30 mg / kgbbbersamaan

    dengan penurunan dosis steroid sekama 12 – 24 bulan.

    g. Diagnosa Keperawatan, NIC, NOC

    1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

    mekanisme regualasi

    Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan asupan

    cairan pasien terbatasi dengan NOC danNIC :

  • 14

    a) Noc

    (1) Keseimbangan antara asam basa dan elektrolit

    (2) Keseimbangan cairan

    (3) Hidrasion

    b) Nic

    (1) Timbang popok atau pembalut juka diperlukan

    (2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

    (3) Pasang urin kateter juka diperlukan monitor hasil Hb

    yang suseuai dengan retensi cairan

    (4) Monitor stasus hmodinamik termasuk ( CVP, MAP,

    dan PCWP

    (5) Monitor vital sign

    (6) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan

    (7) Kaji lokasi luas edema

    (8) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung

    intake kalori

    (9) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi

    (10) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan

    eliminasi

    (11) Monitor berat badan

    (12) Monitor serum dan elektrolit urine

    (13) Monitor uris dan osmilalitas urine

    (14) Monitor perubahan irama jantung.

  • 15

    2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan

    metabolisme selular

    Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam

    diharapkan pasien dapat mengurangi keterbatasan fisik, dengan

    NOC dan NIC

    a) Noc

    (1) Mobilosasi bertahap

    (2) Berikan bantuan ADL

    (3) Memberikan dukungan ( transfer performance )

    (4) Join movemen : active

    b) Nic

    (1) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan

    lihat respon pasien

    (2) Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana amblasi

    sesuai kebutuhan

    (3) Bantu klien ntuk memakai tongkat untuk mencegah

    adanya cidera

    (4) Ajarkan pasien untuk ambulasi

    (5) Kaji kemempuaan pasien untuk mobilisasi

    (6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

    (7) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

    bantuan jika diperlukan.

  • 16

    3) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

    dengan pengasuhan yang tidak adequat, setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan pasien

    mampu untung mengembangkan kemampuan motorik halus,

    dengan NOC dan NIC :

    a) Noc :

    (1) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan (

    growth and development, delayed

    (2) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan penerimaan

    tubuh ( nutrition imbalance less than body requirement)

    b) Nic

    (1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

    (2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk

    memfasilitasi berkembangan anak yang optimal

    (3) Berikan perawatan ang konsisten

    (4) Tingkatkan komunikasi verbal

    (5) Berikan instruksi ulang dan sederhana

    (6) Manajemen perilaku anak yang sulit

    (7) Dorong anak untuk melakuknan sosialisasi dengan

    kelompok

    (8) Ciptakan lingkungan yang aman

    (9) Tentukan makanan yang disukai anak

  • 17

    (10) Pantau kecenderunagn kenaikan dan penurunan berat

    badan

    (11) Dorong asupan makanan tinggi kalsium.

  • 18

    B. Kerangka Teori

    Sindroma Nefrotik

    Hospitalisasi Stress Hospitalisasi

    Ciri dari hospitalisasi:

    Cemas, marah, sedih, takut, rasa bersalah, dan gangguan pertumbuhan

    perkembangan dalam proseshospitalisasi yang lama

    Terapi bermain origami

    Peningkatkan motorik halus

    C. Kerangka Konsep

    Srees hospitalisasi Penurunan kemampuan

    motorik halus anak

    Terapi bermain

    origami Peningkatan motorik

    halus

  • 19

    BAB III

    METODE APLIKASI TINDAKAN

    G. Subyek Aplikasi Riset

    Anak dengan sindrom nefrotik dengan usia pra sekolah.

    H. Tempat Penelitian

    Di lakukan di RSUD WONOGIRI bangsal Cempaka dan di ruang

    tumbuh kembang anak.

    I. Alat ukur

    DDST / Denver.

    J. Media yang di gunakan

    Kertas origami.

    K. Langkah dan Prosedur

    Langkah dan prosedur dilakukan sesuan dengan jurnal utama yaitu

    permainan diberikan hingga 4x permainan dengan waktu sesuai dengan

    kondisi anak,dengan waktu pemberian diberikan ±15 menit.

    L. Evaluasi

    Hasil interprestasi Denver II adalah sebagai berikut:

  • 20

    Kemampuan motorik halus:

    1. Menggambar orang 5 bagian, anak hanya bisa menggambar orang 3 bagian

    saja

    Persentil : 75 – 90 (Caution)

    2. Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk menarik

    garis lurus

    Persentil: 75 – 90 (Caution)

    3. Memilih garis yag lebih panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis

    yng lebih panjang

    Passed

    4. Menggambar lingkaran hingga ujung bertemu dengan ujung,anak sudan

    mampu meyatukan kedua ujungnya

    Passed

    Kesimpulan:

    SUSPEC

  • 21

    BAB IV

    LAPORAN KASUS

    Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan yang

    di lakukan pada An.B selama tiga hari mulai tanggal 09 Maret 2015 sampai 11

    Maret 2015 di bangsal Cempaka Rumah Sakit Umun Dareah Wonogiri. Laporan

    kasus yang anak dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan yang

    meliputi : pengkajian, doagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

    implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan

    dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa melalui pengamatan, observasi

    langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat.

    A. Pengkajian

    1. Identitas dan Penanggung Jawab Pasien

    Pasien masuk rumah sakit tanggal 06 Maret 2015 jam 16.20 WIB

    dan pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015, didapatkan dentitas

    pasien bernama An. B, tanggal lahir 06 Agustus 2010, umur 5 tahun 5

    bulan 24 hari. Orang tua dan penanggung jawab Tn. S, usia 48 tahun,

    alamat Kroto, Gesmantoro, Wonogiri. Diagnosa medis Sindroma Nefrotik.

    2. Riwayat Penyakit dan Riwayat Kesehatan Sekarang

    Hasil pengkajian pasien ditemukan riwayat penyakit yaitu keluhan

    utama keluarga pasien mengatakan tubuh anaknya bengkak-bengkak di

    seluruh tubuh. Riwayat penyakit sekarang ibu pasien mengatakan anaknya

  • 22

    mengalami bengkak-bengkak sejak 7 hari yang lalu sejak tanggal 29

    Februari 2015, kemudian pada tanggal 06 Maret 2015 orang tua pasien

    membawa pasien ke IGD RSUD Wonogiri, di IGD pasien mendapatkan

    terapi oksigen 2 liter/menit, infus KaEn 1B 10 tetes per menit, injeksi

    furosemid 10mg/8jam intravena, injeksi ranitidin 12,5 mg/ 12jam

    intravena, injeksi metylprednisolon 8mg/ 12jam, kemudian pasien

    dipindah kebangsal perawatan anak Cempaka ruang III6

    3. Riwayat penyakit keluarga

    Pasien megatakan anak sudah menderita penyakit ini sejak 3 tahun

    yang lalu dengan kisaran umur 2 tahun, dan belum sempat menuntaskan

    pendidikan PAUD. Pasien tidak memiliki alergi obat medis, herbal,

    makanan, atau minuman apapun. Pasien sudah dilakukan imunisasi

    lengkap dasar yaitu: polio, BCG, Campak, Hepatitis B, dan DPT.

    Riwayat ksehatan keluarga, ibu pasien mengatakan dalam anggota

    keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM,

    Asma, Jantung dan lain-lain, adapun silsilah keluarga pasien selama 3

    generasi keturunan, sebagai berikut:

  • 23

    An. B (5TH) An. C (3th)

    Keterangan :

    : Laki - Laki

    : Perempuan

    x : Meninggal

    : Pasien

    Didapatkan pemeriksaan interpretasi NCHS dengan berat badan

    menurut umur (WAZ) adalah - 0,68 masuk dalam kategori berat badan

    normal. Tinggi badan menurut umur ( HAZ) adalah – 0,55 masuk dalam

    kategori tinggi badan normal. Berat badan menurut tinggi badan (WHZ)

    adalah 91.3 masuk dalam kategori gizi baik.

    Pertumbuhan dan perkembangan, dari hasil pemeriksaan melalui test

    denver pada tanggal 09 Maret 2015 didapatkan hasil interprestasi Denver

    II adalah sebagai berikut:

    Kemampuan motorik halus: Menggambar orang 5 bagian, anak

    hanya bisa menggambar orang 3 bagian saja. Persentil : 75 – 90 (Caution)

    x x x

  • 24

    Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk

    menarik garis lurus. Persentil: 75 – 90 (Caution). Memilih garis yag lebih

    panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis yng lebih panjang.

    Passed. Menggambar lingkaran hingga ujung bertebu dengan ujung,anak

    sudah mampu meyatukan kedua ujungnya. Passed. Kesimpulan: SUSPEC

    Status nutrisi pasien sebelum sakit, keluarga pasien mengatakan

    dalam sehari makan 3x dengan menu nasi, sayur, dan lauk, dan selalu

    menghabiskan porsi makan tanpa keluhan. Saat sakit pasien mengatakan

    selalu menghabiskan porsi mkan yang diberikan oleh rumah sakit sedikit-

    sedikit tapi sering dengan perhitungan: kebutuhan kalori dengan usia

    5tahun, berat badan 18kg, didapatkan hasil kebutuhan kalori sebanyak

    1400 kalori/hari. Perhitungan cairan sebanyak 1400 ml/hari. Balance

    cairan yang dihitung selama 24 jam adalah -873.

    Pola eliminasi BAB sebelum sakit, pasien mengatakan BAB

    biasanya 1x setiap hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada

    keluhan, bau khas. Pola elminasi BAK sebelum sakit pasien mengatakan

    BAK sebanyak 4-6x/ hari warna kuning jernih bau amoniak. Saat sakit

    pasien BAK 10-14x/hari warna kuning bau amoniak.

    Pemariksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien,

    didapatkan data yaitu: keadaan umum pasien composmentis. Pemeriksaan

    tanda-tanda vital 37,4ºC, denyut nadi 104x/menit irama teratur dan kuat,

    pernafasan pernafasan 24x/menit, irama teratur.

  • 25

    Pemeriksaan head to toe bentuk kepala mesochepal, palpasi fontanel

    dan sutura rapat, pada kontrol kepala tidak terdapat nyeri, tidak terdapat

    benjolan, tidak terdapat luka, kondisi kepala bersih dan rambut rata.

    Pemeriksaan mata: kedua mata simetris, konjungtifa tidak anemis, tidak

    ikterik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan telinga:

    simetris kanan/kiri, tidak terdapat lesi, dan pendengaran tidak terganggu.

    Pemeriksaaan hidung: nares simetris, tidak terdapat sekret, tidak

    menggunakan pernafasan cupping hidung, tidak mengnakan otot bantu

    pernafasan. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering, mulur bersih, gigi

    bersih, dan warna bibir pucat. Pemeriksaan leher: bentuk simetris, tidak

    terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat distensi vena leher.

    Pemeriksaan fisik dengan tekhnik inspeksi (melihat), palpasi

    (meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada

    yaitu: paru-paru simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu nafas, vocal

    fremitus kanan-kiri sama, suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler

    (inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi), tidak ada suara nafas

    tambahan. Pemeriksaan jantung ictuscordis tidak tampak, terdengar sonor

    diseluruh lapang paru, tidak terdapat lesi, tidak terdengar ronchi/wheezing.

    Pemeriksaan abdomen dinding perut supel tidak terdapat meteorismus,

    tidak ada lesi, bising usus 8x/ menit suara lemah, terdengar dullness, teraba

    tegang.

    Pemeriksaan genetalia hasilnya bersih, tidak terpasang kateter,

    pemeriksaan anus bersih, tidak terdapat hemoroid. Pemeriksaan

  • 26

    ekstremitas kekuatan otot penuh saat sebelum sakit , dan mengalami

    penurunan kekutan otot selama sakit karena kelemahan, terdapat udem di

    ekstremitas bawah. Pemeriksaan integumen kulit kering, kulit kaki,

    tangan, dan perut pecah-pecah, tidak terdapat luka, capilary refil >2 detik,

    turgor kulit tidak kembali dalam 1 detik.

    B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya

    Pemeriksaan penunjang pada tanggal 08 Maret 2015 didapatkan hasil:

    pemeriksaan albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan

    penunjang pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan

    mikroskopis yaitu: warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam

    pemeriksaan kimia didapatkan hasil leukosit 2+, protein 1+, glukosa -, keton -

    , urobilinogen normal, bilirubin -, blood 1+, dan hasil albumin 2,4gram/dl (nilai

    normal 3,5-5,0 gram/dl).

    C. Terapi

    Pasien pada tanggal 9-10 Maret 2015 mendapatkan terapi infus Dextrosa

    5%, 6 tpm intravena makro, pada tanggal 11 Maret 2015 mendapatkan infus

    Dextrosa 5%, 16 tpm intravena makro, tanggal 9-11 Maret 2015 mendapatkan

    terapi injeksi Furosemide 2 x 10mg golongan Diuretik, kandungan furosemide

    40mg, fungsi dan farmakodinamik adalah untuk udem yang disebabkan oleh

    payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik. Injeksi

    ampiciline 3 x 350mg golongan antimikroba, antibakteri, penicilin, kandungan

  • 27

    ampicilin 250 mg, fungsi dan farmakodinamik untuk infeksi saluran

    pernafasan, penernaan dan perkemihan, tanggal 10 Maret 2015 diberikan

    tranfusi Albumin (human) 5%, 20% dosis 2x 50 ml, golongan produk darah

    dan pengganti plasma, kandungan Human Albumin 5%, fungsi dan

    farmakodinamik, untuk hipoalbuminemia dengan atau tanpa edema,

    syokhipovelemik, hipoproteinemia.

    D. Perumusan Masalah

    Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dari hasil pengkajian

    pada tanggal 9 Maret 2015 jam 10.30 WIB, penulis menegakkan dioagnisa

    keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal.

    Diagnosa tersebut ditunjang dengan data subjektif keluarga pasien mengatakan

    anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Data objektif yang diperoleh

    pasien tampak udem, lingkar perut: 70cm, lingkar lengan 26cm, turgor kulit

    tidak kembali dalam 1 detik, capilari refil tidak kembali dalam 2 detik, dengan

    suhu 37ºC, nadi 104x /menit.

    Jam 10.40 WIB didapatkan data subjektif keluarga pasien mengatakan

    anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum bisa membedakan warna, dan

    hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan tuntunan. Dataobjektif yang ditemukan

    pasien tampak terbaring ditempat tidur dam belum bisa diajak berkomunikasi.

    Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan keterlambatan pertumbuhan

    dan perkrmbangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat.

  • 28

    Jam 11.10 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan sejak dari

    IGD pasien sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan

    tangan. Data objektif didapatkan pasientampak terbaring lemah ditempat tidur.

    Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

    berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

    E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan

    Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa

    keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume cairan

    berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan kedua

    adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

    pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa ketiga adalah hambatan

    mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.

    F. Intervensi Keperawatan

    Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah

    setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga pasien mampu

    memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga menyatakan secara

    verbal pemahaman tentang obat yang di programkan, vital sign dalam batas

    normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea, hematokrit dalam batas

    normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat

    perencanaan pantau elektrolit, management cairan masuk, managenen

    elektrolit, managemen eliminasi urin, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan

  • 29

    kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas

    untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan

    pembahasan cairan pasien.

    Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua

    adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam diharapkan

    anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial

    maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.

    Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan

    memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk

    memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif. Mendeteksi

    risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan.

    Membantu orang tua memhami dan meningkatkan tumbuh kembang anak.

    Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan.

    Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga

    adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

    keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa dilakukan,

    mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

    tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign

    sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat respon pasien selama

    melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi

    sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur

    pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi

    lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat

  • 30

    bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien

    bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga

    rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang

    sesuai dengan kemampuan anak.

    G. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi

    diagnosa keperawatan pertama pada hari senin 09 Maret 2015 jam 10.00 adalah

    mengkaji respon dan vital sign pasien, respon subjektif keluarga pasien

    mengatakan pasien udem sejak 7 hari yang lalu dan mau untuk diperiksa

    keadaanya; respon objektif didapatkan kondisi umum lemah, suhu, 37ºC, nadi

    104x/ menit. Jam 10.10 WIB memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien

    untuk memantau asupan nutrisi ataupun cairan pada pasien, respon subjektif

    didapatkan ibu pasien mangatakan sudah sedikit-sedikit memantau asupan

    makanan ataupun cairan sesuai petunjuk dari dokter; data objektif didapatkan

    ibu pasien dapat mengulas apa yang telah di pelajari. Jam 10.25 WIB mengkaji

    perkembangan motorik halus pasien didapatkan data subjektif ibu pasien

    mengatakan anaknya belum sekolah sampai saat ini dikarenakan sakitnya; data

    objektif didapatkan pasien tampak tidak bisa membedakan warna dasar dan

    hanya bisa menghitung angka dari 1-5 dengan tuntunan. Jam 10.40 WIB

    memberikan penyuluhan tentang pentingnya tumbuh kembang untuk masa

    depan anaknya, memberikan penyuluhan tentang origami akan mempengaruhi

    tingkat motorik halus anaknya, didapatkan respon subjektif keluarga pasien

  • 31

    mengatakan anak terganggu perkembangannya dikarenakan telat sekolah; data

    objektif didapatkan keluarga pasien tampak kooperatif. Jam 11.00 WIB

    mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, data subjektif

    didapatkan keluarga pasien mengatakan akan memantau aktifitas pasien; data

    objektif didapatkan keluarga tampak kooperatif dalam menerima penyuluhan.

    Jam 11.10 membantu orang tua untuk mempelajari pentingnya perkembangan

    pada anak dan fungsi meningkatkan perkembangan motorik halus pada usia

    prasekolah, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan sebelumnya tidak

    tahu tentang pentingnya motorik halus; data objektif didapatkan keluarga

    tampak kooperatif. Jam 11.30 membantu pasien dan keluarga untuk menjaga

    rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, data subjektif didapatkan

    keluarga pasien bersedia untuk membersihkan area kamar; data objektif

    didapatkan ibu pasien tampak merapikan sekitar tempat tidur dan membuka

    jendela. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemid 10mg/12 jam

    didapatkan data subjektif pasien mau untuk diberikan obat; data objektif obat

    masuk intravena dan pasien tenang. Jam 13.10 menghitung kebutuhan kalori

    dan cairan, data subjektif yang didapatkan ibu pasien mengatakan anak

    bengkak-bengkak disekujur tubuh; data objrktif didapatkatkan lingkar perut:

    70cm, lingkar lengan: 23cm, dengan hasil perhitungan cairan didapatkan:

    1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )

    1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg

    1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )

    1000 + ( 8x50 )

  • 32

    1000 + 400

    1400

    2. Kebutuhan Kalori

    1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg

    1000 + ( 8x50 )

    1000+ 400

    1400 kalori

    3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

    Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270

    Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari

    Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi

    diagnosa keperawatan kedua, pada hari selasa 10 Maret 2015 jam 08.00

    WIB, melakukan terapi bermain origami, data subjektif yang didapatkan

    pasien mau untuk bermain melipat-lipat kertas, dan data objektif yang

    didapatkan pasien tampak menikmati permainan melipat kertas berwarna-

    warni namun masih belum bisa meniru yang dicontohkan, dan hanya

    mampu melakukan dengan bimbingan.

    Jam 09.00 WIB memberikan terapi Ampicilin 350mg intravena

    untuk penanganan diagnosa keperawatan pertama, didapatkan data

    subjektif adalah pasien mengatakan mau untuk diberikan obat; data

    objektif yang didapatkan adalah terapi ampicilin masuk melalui selang

    infus 350mg.

  • 33

    Jam 10.10 WIB mengajari untuk membedakan warna-warna dasar

    dan menghitung 1-10 untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data

    subjektif pasien mengatakan mau untuk belajar warna dan berhitung, data

    objektif yang didapatkan pasien hanya mampu membedadan 3 warna dasar

    yaitu merah, putih, hitam dengan sedikit bimbingandan menghitung angka

    1-5.

    Jam 11.30 WIB membatasi aktifitas sesuai kemampuan anak untuk

    penanganan diagnosa ketiga, didapatkan data subjektif pasien sudah

    merasa lelah setelah bermain dan mau beristirahat jika merasa lelah, data

    objektif yang didapatkan pasien tampak terbaring ditempat tidur.

    Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 10mg untuk

    penanganan diagnosa pertama, didapatkan data subjektif pasiem mau

    untuk diberikan obat, data objektif yang didapatkan injeksi masuk 10mg

    melalui selang intravena.

    Jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak

    untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data subjektif pasien mau

    untuk menulangi bermain origami, data objektif yang didapatkan pasien

    tampak sudah lebih memahami dimana lipatan harus diarahkan dan dapat

    melakukan dengan satu tangan.

    Jam 13.50 WIB mebedakan warna dan mengajari menghitung untuk

    penanganan diagnosa keperawatan kedua, data subjektif yang didapatkan

    pasien mengatakan sudah dapat menghitung tetapi masih bingung dengan

    warna-warna, data objektif yang didapatkan anak sudah dapat menghitung

  • 34

    anagka 1-5 dengan lancar dan 1-10 dengan sedikit tuntunan, pasien hanya

    mampu menghafal 3 warna dasar yaitu merah, hitam, putih

    Jam 14.20 WIB menghitung balace cairan untuk penanganan

    diagnosa pertama, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan selalu

    memantau asupan minuman yang diminum pasien, data objektif yang di

    dapatkan lingkar perut 64cm, lingkar lengan 23cm, dan hasil perhitungan

    cairan didapatkan:

    Kebutuhan cairan /hari

    Umur 5 tahun, bb 17 kg

    1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg

    1000 + ( 7x50 )

    1000 + 350

    1350

    Kebutuhan Kalori

    1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg

    1000 + (7x50)

    1000 + 350

    1350

    Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar

    Cairan masuk Cairan keluar

    Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari

    Minum = 480cc/ hari BAK =2600cc/ hari

  • 35

    Injeksi =1070cc/ hari IWL = ( 30-5 ) x 17

    = 255

    Air metabolisme = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari

    Cairan masuk = 2.569

    Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar

    = 2.569 – 3.130

    = - 561

    Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi

    diagnosa keperawatan pertama paada hari Rabu 11 Maret 2015 jam 08.00

    WIB melakukan pengkajian keadaan umum pasien didapatkan hasil data

    subjektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa dan di timbang berat

    badannya, data objektif yang didapatkan nadi 104x / menit, bb 15 kg,

    albumin 2,4.

    Jam 08.40 WIB melakukan permainan origami dan menggali

    kemampuan motorik halus didapatkan data subjektif pasien mengatakan

    mau untuk mengulang permainan melitap-lipat kertas dan mau membuat

    tempat pensil dari kertas, data objektif yang didapatkan anak tampak lebih

    kooperatif dan sudah mampu menghafal 3 warna dengan lancar serta

    mampu menghitung 1-10 dengan lancar.

    Jam 09.10 WIB memberikan terapi ampicilin 350mg melalui

    intravena didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk

    diberikan obat, data objektif didapatkan pasien tampak tenang, dan udem

    diperut berkurang.

  • 36

    Jam 10.00 memberikan terapi albumin (human) 100 ml melalui

    intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk diberikan obat,

    data objektif didapatkan albumin masuk melalui intravena dan 1 jam

    setelah diberikan albumin pasien tidak merasakan sesak nafas.

    Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 5mg / 12 jam

    melalui intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk

    biberikan obat, data objektif yang didapatkan hasil terapi furosemide

    masuk 5mg melalui intravena, tidak terdapat udem.

    Jam 13. 45 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak

    diruang tumbuh kembang untuk penanganan diagnosa keperawatan kedua

    didapatkan hasil data subjektif mau untuk bermain lagi diruangan yang

    banyak mainannya, data objektif anak terlihat sangat berantusias untuk

    bermain sambil belajar, pasien tampak lebih lincah untuk melipat kertas

    walau hanya dengan satu tangan dan sudah bisa membedakan 5 warna

    dasar sesuai kertas-kertas yang dimainkan, serta dapat menghitung benda

    1-10, mampu menumpuk balik hingga 6 balok sesuai warna.

    Jam 15.50 menghitung balance cairan untuk penanganan diagnosa

    pertama didapatkan hasil data subjektif keluarga pasien mengatakan selalu

    memantau asupan cairan yang masuk pada anaknya. Data objektif yang di

    dapatkan tidak ada udem, dengan lingkar perut 60cm, lingkar lengan 20

    cm, dan hasil perhitungan cairan didapatkan:

    1. Kebutuhan cairan / hari

    Umur 5th, bb 15kg

  • 37

    1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

    1000 + ( 5x50 )

    1000 + 250

    1250 kaori

    2. Kebutuhan Cairan

    1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

    1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )

    1000 + 250

    1250 ml/ hari

    3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar

    Cairan masuk Cairan keluar

    Makan = 750 BAB = 275

    Minum = 480 BAK = 2000

    Injeksi = 1.065 IWL = ( 30-5 ) x 15

    = 15 x 15

    Infus = 125 =30 cc

    = 15 x 15

    Air metabolisme = 8cc x 15 = 120

    Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305

    Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

    = 2.540 – 2.305

    = 235 cc / hari

  • 38

    H. Evaluasi

    Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil

    dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam 13.50

    WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya besar dan

    kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di

    lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC

    1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )

    1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg

    1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )

    1000 + ( 8x50 )

    1000 + 400

    1400

    2. Kebutuhan Kalori

    1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg

    1000 + ( 8x50 )

    1000+ 400

    1400 kalori

    3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

    Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ;

    cairan keluar= 275+2600+270

    Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari

  • 39

    Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk,

    managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas untuk

    meningkatkan aliran balik vena.

    Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015 jam

    14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna dasar dan

    belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain mobil-mobilan.

    Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutkan: fasilitasi

    atau mengajarkan orang tua untuk memfasilitasiperkembangan anak, deteksi

    risiko atau masalah kesehatan kesehatan dengan memanfaatkan riwayat

    kesehatan, bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang

    anak.

    Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret 2015

    jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan badannya sakit

    semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan.

    Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi dilanjutakn: terapi

    aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi untuk mencegah

    kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat terapeutik, berikan

    latihan fisik sesuai kemampuan.

    Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret 2015

    adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak bengkak,

    hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang, bb17kg, nadi

    80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan

    1. Kebutuhan cairan /hari

  • 40

    Umur 5 tahun, bb 17 kg

    1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg

    1000 + ( 7x50 )

    1000 + 350

    1350

    2. Kebutuhan Kalori

    1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg

    1000 + (7x50)

    1000 + 350

    1350

    3. Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar

    Cairan masuk Cairan keluar

    Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari

    Minum = 480cc/ hari BAK=2600cc/ hari

    Injeksi =1070cc/ hari IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255

    AM = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari

    Cairan masuk = 2.569

    Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar

    = 2.569 – 3.130

    = - 561

    Analisa: masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan:

    managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi, tingkatkan

    extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena.

  • 41

    Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret 2015,

    adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain origami dengan

    kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3 warna dan

    menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum teratasi. Plaining

    : intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh

    kembang anak, melanjutkan terapi bermain origami, membawa pasien keruang

    tumbuh kembang.

    Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret 2015,

    adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun anaknya sudah

    tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif : anak sudah mampu

    menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin bermain. Analisa: Masalah

    teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur penggunaan energi sesuai

    kemampuan, manipulasi ruangan untuk memperoleh manfaat terapeutik,

    memberikan latihan fisik yang sesuai kemampuan.

    Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret 2015

    jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak turun

    hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi 84x/ menit,

    suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan

    1. Kebutuhan cairan / hari

    Umur 5th, bb 15kg

    1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

    1000 + ( 5x50 )

    1000 + 250

  • 42

    1250 ri

    2. Kebutuhan Cairan

    1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

    1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )

    1000 + 250

    1250 hari

    3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar

    Cairan masuk Cairan keluar

    Makan = 750 BAB = 275

    Minum = 480 BAK = 2000

    Injeksi= 1.065 IWL= ( 30-5 ) x 15

    Infus= 125 = 15 x 15

    Air metabolisme= 8cc x 15 = 120 =30 cc

    Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305

    Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

    = 2.540 – 2.305

    = 235 cc / hari

    Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit, managemen

    cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin.

    Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret 2015

    jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih

    bisa menghafal warna dasar dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Objektif

    : anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan menghitung 1-10 dengan

  • 43

    bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining: lanjutkan intervensi : fasilitasi

    orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak, lanjutkan terapi bermain

    origami.

    Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret 2015

    jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak

    lemes, sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri, objektif: anak tampak ceria.

    Analisa: masalah teratasi. Plaining: pertahankan intervensi: batasi aktifitas

    sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar tempat tidur supaya kebutuhan

    terpenuhi dengan mudah.

  • 44

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Pada BAB ini penulis akan membahas tentang “ Pemberian terapi bermain

    origami untuk meningkatkan motorik halus anak usia prasekolah pada asuhan

    keperawatan An. B dengan sindroma nefrotik di ruang Cempaka Rumah Sakit

    RSUD Wonogiri.

    A. Pengkajian

    Hasil pengkajian yang dilakukan secara alloanamnesa dan

    autoanamnesa, keluhan utama yang dirasakan, keluarga pasien mengatakan

    An. B bengkak-bengkk diseluruh tubuh dan pertama kali datang di IGD RSUD

    Wonogiri panas anak 39ºC. Dilakukan pengkajian tanggal 9 Maret 2015

    diapatkan suhu 37,4ºC, nadi 104x / menit, buang air kecil tidak lancar, BB 24

    kg. Pasien oleh dokter terdiagnosis nefrotik syndrome. Sindrome nefrotik akan

    mempengaruhi struktur ginjal yang mengarah ke glumerosklerosis yang akan

    mengakibatkan adanya perubahan sel, sehingga beban nefron akan lebih

    banyak, hal inilah yang akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada

    nefron, dan nefron akan terbuang lebih banyak maka akan menyebabkan gagal

    ginjal (Rachmadi, 2010).

    Menurut Nurarif (2013), nefrotik sindrome adalah penyakit dan gejala

    edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolimia. Kadang kadang

    terdapat hematuria, hipertesi dan penurunan fungsi ginjal.

  • 45

    Pada tanggal 25 Pebruari keluarga pasien mengatakan anaknya panas

    yang mulai ada pembengkakan di perut dan di kelopak mata, sebelumnya

    anaknya sudah menjalani pengobatan di RSUD Wonogiri, dikarenakan

    transportasi sulit maka orang tua tidak rutin untuk memeriksakan anaknya ke

    rumah sakt. Manifestasi klinis pada kasus sindroma nefrotik ditandai dengan

    udem yang akan menjadi udem anasarka, disertai dengan oliguria, proteinuria

    sedang sampai berat, hipoproteinemia dengan rasio albumin: globulinterbalik,

    hiperkolestrolimia(Nurarif, 2013: 475).

    Sindrome nefrotik disebabkan oleh karena rusaknya fungsi atau struktur

    membran filtrasi glumelurus, membran filtrasi glumelurus yang terdiri dari

    endotel fanestra sebelah dalam, membran basialis dan sel epitel bagian luar

    mempunyai tonjolan, dan tonjolan tersebut terdapat di celah diagfragma, yang

    berperan penting dalam pemeliharaan fungsi filtrasi glumelurus (Rahmadi,

    2010).

    Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan, pasien terganggu pada

    motorik halus dengan hasil suspec dikarenakan anak mempunyai dua

    keterlambatan, belum bisa menggambar 5 bagian tubuh dengan benar, anak

    belum bisa mencontoh apa yang di ajarkan oleh penulis seperti belum bisa

    melipat kertas dengan menyatukan dedua sisinya. Denver II adalah revisi

    utama dari standarisasi ulang dari metode screening test dan revisied yang

    merupakan tes diagnostik atau test IQ. memubutuhkan waktu 15-20 menit

    untuk aplikasinya (Rofik, 2008 ).

  • 46

    Pengkajian pada status cairan didapatkan :

    Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

    Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270

    Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari. Sindrom Nefrotik

    merupakan keadaan klinis dengan adanya proteinuria masif (3,5 g/hari)

    ditandai dengan edema ataupun dengan hipoalbuminemia yang diikuti beberap

    glomerulonefrotis primer atau gangguan sistemik ginjal (Kumar, 2003)

    Pengkajian pada pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil

    suspec dikareakan anak mempunyai dua keterlambatan. Pengaruh hospitalisali

    terhadap anak akan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani

    terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses

    tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut

    beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan

    penuh dengan stress (Wong, 2000). Hal itulah yang akan menyebabkan

    kemunduran motorik halus jika tidak didukung oleh pengasuhan orang tua

    yang tidak adequat.

    Pada pendrita sindroma nefrotik akan mengalami berbagai masalah salah

    satunya adalah masalah kekurangan albumin dalam darah normalnya yauitu

    3,5-5g/dl, yang dimana kandungan albumin terdiri dari plasma protein tubuh

    yang separuh dari total protein tubuh dan menjadi plasma protein. Akibat

    rendahnya albumin menjadi penyebab tekanan osmotik turun sehingga

    pengangkutan asam lemah, obat, hormon, dan enzin terganggu. Berdampak

    pada perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan organ tubuh sehingga

  • 47

    terjadi pembengkakan(Astuti dalam Bangun, 2008). Hal itulah yang akan

    mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderita.

    Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien diperoleh hasil pemeriksaan

    albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan penunjang

    pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu:

    warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam pemeriksaan kimia

    didapatkan hasil leukosit 2, protein 1, glukosa (tidak ada penngkatan maupun

    penurunan), keton (tidak ada peningkatan maupun penurunan ), urobilinogen

    normal, bilirubin (tidak ada peningkatan maupun penurunan), blood 1, dan

    hasil albumin 2,4gram/dl (nilai normal 3,5-5,0 gram/dl)

    Pasien pada tanggal 9-11 Maret 2014 mendapatkan infus Dextrosa 0.5%

    dengan dosis 6 tetes per menit intravena makro dan pada tanggal 9-10 Maret

    2014, dosis 16 tetes per menit pada tanggal 11 Maret 2015. Furosemide 2 x

    10mg, ampicilin 3 x 350mg, serta mendapatkan transfusi human albumin

    dengan dosis 2 x 50 ml, terapi diit asupan cairan minum 250cc/ 24 jam.

    Dextrose sebagai larutan elektrilit nutrisi terdiri dari larutan dekstrosa

    monohidrat yang digunakan segabai rehirdasi, penambahan kalori secara

    parenteral (ISO, 2011/2012: 359). Furosemide merupakan golongan

    antimikroba, antibakteri, pinislin yang terdiri dari furosemide 40mg, diberikan

    pada pasien dengan udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati,

    penyakit ginjal: termasuk sindrome nefrotik (ISO, 2011/2012: 246). Ampicilin

    merupakan golongan antimikroba, antibakteri, penicilin yang terdiri dari

    ampisilin 250mg, diberikan pada pasien yang mempunyai infeksi saluran

  • 48

    pernafasan, pencernaan, dan perkemihan ( ISO, 201102012: 38). Albumin

    Human 5% merupakan golongan produk darah dan pengganti plasma yang

    terdiri dari human albumin 5%, diberikan pada pasien hipoalbuminemia

    dengan atau tanpa udem, syokhipovolemik, dan hipoproteinuria,. Pemberian

    terapi diitetik pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan bahkan sekarang

    di anggap kontraindikasikarena akan menambah beban glumelurus untuk

    mengeluarkan sisa metabolisme protein dan menyebabkan terjadinya

    sklerosisglumelurus. Jadi cukup berikan diit protein normal sesuai dengan

    kebutuhan yaitu 2g/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan

    malnutrisi energi protein dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam

    hanya dilakukan ketika nakan mengalami edema. Retraksi cairan juga

    dianjurkan selama ada edem berat (rachmadi, 2004: 4).

    B. Diagnosa keperawatan

    Diagnosa yang pertama kali ditemukan adalah kelebihan volume cairan

    berhubungan dengan difusi ginjal, karena pada saat di lakukan pemeriksaan

    pengkajian didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya

    bengkak- bengkak diseluruh tubuh kecuali daerah lengan tangan. Data objektif

    ditemukan pasien tampak udem dengan turgor kulit tidak kembali dalam lebih

    dari satu detik, capilary refil tidak kembali dalam dua detik , dengan BB 18kg,

    lingkar lengan: 23cm, lingkar perut: 64cm, suhu: 37oc, nadi : 104x/ menit.

    Peningkatan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu

    beresiko mengalami peningkatan , penurunan, atau perpindahan cepat dari satu

  • 49

    keadaan cairan intravaskuler. Yang menyebabkan kelebihan cairan intra seluler

    dan intersisial (Carpenito, 2000).

    Kelebihan volume cairan adalah adanya difusi ginjal

    (Nanda:2012/2014), difusi ginjal adalah proses zat terlarut dan air secara pasif

    melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya ( Price:

    2005).

    Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik kalebihan volume cairan

    secara mayor adalah adanya edema, kulit tegang sedangkan dari data minor

    akan didapatkan adanya tanda-tanda asupan akan melebihi dari keluaran

    adanya sesak nafas dan akan mengalami kelebihan berat badan secara

    signifikan ( Wilkinson,2012).

    Dalam kasus ini kelebihan volume cairan di prioritaskan menjadi

    diagnosa keperawatan yang paling utama karena dalam kasus ini kelebihan

    volume cairanlah yang harus mendapatkan penanganan yang pertama serta

    penganganan harus tepat dan tepat (Potter dan Perry,2006) selain dari alasan

    itu cairan juga menduduki kebutuhan dasar dari Maslow, pemenuhan cairan

    tubuh tersebut di prioritaskan karena berada pada kebutuhan dasar manusia

    secara fisiologis harus terpenuhi sebelum pemenuhan yang lainnya ( Setiadi,

    2012: 38)

    Diagnosa kedua yang ditemukan adalah keterlambatan pertumbuhan dan

    perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, karena

    pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif keluarga pasien

    mengatakan di umur yang sudah 5 tahun lebih 5 bulan anaknya belum bisa

  • 50

    membedakan warna dasar dan belum bisa menghitung 1-10 dengan lancar, data

    objektif belum dapat terkaji dikarenakan kondisi anak masih lemah.

    Keterlambatan pertumbuan dan perkembangan adalah kemampun

    struktur dan fungsi tubuh yang lebihkompleks. Perkembangan menyangkut

    proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang

    sedemikian rupa sehingga masing asing dapat memenuhi fugsinya.(

    Soetjuningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).

    Hal tersebut sesuai dengan batasan kerateristik ketelambatan

    pertumbuhan dan perkembangan yaitu anak mapu melakukan kebiasaan

    sesuan dengan umur, kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usia

    tumbuh kembang, kemampuan kognitif anak sesuai dengan tumbuh kembang

    (Wilkinson, 2012)

    Etiologi dari problem (masalah keperawatan) keterlambatan

    pertumbuhan dan perkembangan adalah karena adanya pengasuhan yang tidak

    adequat (Nanda : 2012/ 2014). Pola pengasuhan yang tidak adekuat adalah

    dimana proses mengasuh yang diakibatkan karena orang tua yang terlalu sibuk,

    maupun dikarenakan orang tua yang tidak mngetahui mendidik anak secara

    tepat,maka akan menjadikan anakyang kurang perhartian, rendah diri,

    kemampuan bersosialisasi yang rendah (Tanuwijaya, 2010).

    Diagnosa ketiga yang ditemukan adalah hambatan mobilitas fisik

    berhubungan dengan penurunan kendali otot, dengan didukung adanya

    pengkajian subjektif keluarga mengatakan sejak dari rumah pasien sudah

  • 51

    lemas dengan udem diseluruh tubuh, dan data objektif yang didapatkan adalah

    pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur.

    Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik

    mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih dengan

    tingkatan:

    0 : mandiri total

    1 : memerlukan penggunaan peralatan dan perlengkapan

    2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengawasi atau

    mengajari

    3 : memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan

    4 : ketergantungan total ( Nurafin, 2013)

    Etiologi dari problem ( masalah keperawatan ) hambatan mobilitas fisik

    adalah penurunan kekuatan otot (Nanda: 2012/ 2014). Penurunan kekuatan

    otot adalah kelemahan gerakan dalam keadaan normal yang dilakukan oleh

    sendi-sendi atau otot-otot yang bersangkutan ( potter, perry 2006).

    Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik hambatan mobilitas fisik,

    yaitu keterbatasan kemampuan untuk gerak kasar, kesulitan berpindah, postur

    yang tidak stabil, hambatan berpindah, pergerakan lambat, tidak

    terkoordinasnya gerakan (NANDA, 2011).

    C. Intervensi keperawatan

  • 52

    Penulis menyusun intervensi atau perencanaan sesuai dengan kriteria

    NIC (Nursing Intervention Clasufication), berdasarkan diagnosa pertama

    penulis menyusun perencanaan antara lain: pantau elektrolit,monitor vital sign,

    management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,

    kaji luas atau likasi edema, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan

    protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk

    meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembatasan

    cairan pasien, monitor berat badan.

    Berdasarkan diagnosa kedua, penulis menyusun perencanaan antara lain:

    anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial

    maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.

    Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan

    memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk

    memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif, tingkatkan

    komunikasi verbal yang konsisten. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan

    dengan memanfaatkan riwayat kesehatan. Membantu orang tua memahami dan

    meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial.

    Menentukan risiko kesehatan.

    Berdasarkan diagnosa ketiga penulis menyusun perencanaan

    keperawatan antara lain: keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik

    yang bisa dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan

    tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas,

    monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat

  • 53

    respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik

    tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam

    mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah

    kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat

    terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun

    keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga

    untuk menjaga rumah sakitsebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan

    latihan fisikyang sesuai dengan kemampuan anak.

    D. Implementasi keperawatan

    Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

    keperawatan yangtelah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

    Implementasi dilakukan dari perencanaan yang telah disusun

    sebelumnya. Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-masing

    diagnosa:

    Diagnosa keperawatan yang pertama adalah kelebihan volume cairan

    berhubungan dengan difusi ginjal , implementasi yang dilakukan pada tanggal

    9, 10, 11 Maret 2015, adalah mengukur vital sign, vital sign diukur untuk

    menentukan status kesehatan klien biasanya (data dasar) untuk mengkaji

    respon klien dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien

    (Tamsuri, 200: 37).

    Pemberian cairan intravena segera dilakukan untuk memperbaiki dan

    mempertahankan cairan yang adekuat (Widagdo, 2012: 125).

  • 54

    Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya

    memantau asupan cairan pada anak dengan gangguan ginjal.

    Melakukan pemantauan asupan cairan pada anak. Observasi intake dan

    output harus diimplementasikan karena pasien mengalami kelebihan volume

    cairan. Pengukuran akurat terhadap masukan dan pengeluaran cairan tubuh

    merupakan hal vital pada kasus kelebihan volume cairan. Hal ini meliputi

    masukan oral dan parenteral dan kehilangan cairan melalui urin atau melalui

    keringat, fases, muntah (Wong, 2004: 382).

    Memberikan injeksi furosemid, furosemide merupakan golongan

    diuretik yang berfungsi untuk udem yang disebabkan oleh payah jantung,

    sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindroma nefrotik (ISO, 2011/ 2012:

    246).

    Memberikan injeksi Ampicilin, ampiciline merupakan golongan

    Antimikroba, yang berfungsi untuk infeksi saluran pernafasan, saluran

    pencernaan, saluran perkemihan ( ISO 2011/2012: 38).

    Memberikan transfusi human albumin yang merupakan golongan produk

    pengganti darah dan pengganti plasma yang berfungsi untuk hipoanbuminemia

    dengan atau tanpa edema, syok hipovolemik, hipoproteinemia ( ISO

    2011/2012: 238).

    Pembahasan dari diagnosa keperawatan kedua keterlambatan

    pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak

    adequat, adalah memberikan terapi bermain origami, walaupun anak sedang

  • 55

    mengalami sakit, tepapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Suryati dkk, 201:

    74).

    Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan

    berbagai macah bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus

    melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua

    tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP

    memicu neuron melalui tangan (Apriliyana 2005). Sensorik motorik adalah

    suatu sensor alamiah yang ada di dalam tubuh manusia, ditinjau dari

    perkembangan dan pertumbuhan saraf-saraf dan otot-otot pada anak, sensor

    motorik meliputi pergerakan tubuh manusia, pengelihatan, daya tangkap, indra

    perasa, sentuhan, dll. Sensor motorik merupakan proses pertumbuhan manusia

    dalam mencapai proses pengaplikasian dikhususkan dalam proses daya

    tangkap, tingkat cekatan dalam bertindak, sinkronisasi pandangan dan

    pemikiran, kesinambungan antara saraf-saraf,otot, daya kerja otak kanan.

    Sensorik motorik dalam gerak motorik halus, adalah pergerakan motorik pada

    anak yang dilakukan berdasarkan sinkronisasi saraf antara otak, pergerakan

    anatomi tubuh dan daya imajinasi si anak. Pergerakan ini mengutamakan

    proses perkembangn imajinasi dan sistem kerja otak kanan pada anak. Pada

    umumnya kagiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan motorik halus

    ini adalah kegiatan menggambar, menulis, bermusik, dll.

    Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya dalam

    memantau dan meningkatkan perkembangan anak (Shalev, 2005)

  • 56

    Pembahasan dari diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan

    dengan penurunan kendali otot, implementasi yang dilakukan adalah mengatur

    penggunaan energi untuk mencegah kelelahan.

    E. Evaluasi keperawatan

    Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan pertama

    hari pertama adalah masalah keperawatan kelebihan volime cairan belum

    teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

    hasil perhitingan balance cairan -873cc, dengan masih terdapat udem di kedua

    kaki, perut, sudah berkurang dibagian mata, BB 18kg, sedangkan kriteria hasil

    tidak didapatkan tanda-tanda udem, hematokrit dalam batas normal.

    Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan kedua yaitu

    keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

    pengasuhan yang tidak adekuat, yang dilakukan penulis belum teratasi karena

    belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, pasien

    mengatakan tidak bisa menghafalkan warna dan mencontoh apa yang

    dicontohkan.

    Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan ketiga yaitu

    hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, yang

    dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan

    kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien belum mampu melakukan aktifitas

    secara mandiri, pasen belum mampu berbicara dengan lantang ketika

    beraktifitas.

  • 57

    Evaluasi pada hari kedua, tanggal 10 Maret 2014 pukul 14.10 WIB

    masalah keperawatan dengan kelebihan volume cairan belum teratasi, belum

    sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil masih terdapat udem di perut, masih

    dibatasinya cairan masuk, dan pemantauan intake-output. Hasil yang

    didapatkan dalam balance cairan yaitu: -561cc.

    Evaluasi pada masalah keperawatan dengan keterlambatan pertumbuhan

    dan perkembangn berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum

    teratasi dikarenakam keterbatasan waktu, dan kemampuan anak yang terbatas.

    Evaluasi pada masalah keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik

    berhubungan dengan penurunan kekuatan otot belum teratasi, karena belum

    sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, pasien belum mampu memenuhu adl

    secara mandiri, akan tetapi sudan mampu berjalan kekamar mandi tanpa alat

    bantu.

    Evaluasi pada hari ketiga, tanggal 11 Maret 2014 pukul 14.10 WIB pada

    masalah keperawatan kelebihan volume cairan belum teratasi , tujuan dan

    kriteria hasil belum sesuai yang diharapkan, dengan hasil balance ciran yaitu

    235cc.

    Evaluasi pada masalah keprawatan keterlambatan pertumbuhan dan

    perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum

    teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak belum

    maksimal untuk mengingat materi yang diberikan, dan mencontoh apa yang

    sudan diberikan.

  • 58

    Evaluasi pada masalah keperawatan hambatan mobilitas fiik

    berhubungan dengan kelmahan otot sudah teratasi, ditunjukkan dengan sudah

    sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak sudah mampu berjalankekamar

    mandi sendiri, sudah bisa untuk makan dan minum dengan mandiri, dansudah

    bermain diluar ruangan.

  • 59

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Pengkajian

    Hasil pengkajian yang didapatkan antara lain data subjektif

    diagnosa pertama keluarga pasien mengatakan keluarga pasien

    mengatakan anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Diagnosa kedua

    kelurga pasien mengatakan anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum

    bisa membedakan warna, dan hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan

    tuntunan. Diagnosa ketiga ibu pasien mengatakan sejak dari IGD pasien

    sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan tangan.

    Data objektif yang diperoleh diagnosa pertama pasien tampak udem,

    turgor kulit tidak kembali kurang dari 2 detik, capilari refil tidak kembali

    dalam 2 detik, dengan suhu 37ºC, nadi 104x /menit. Diagnosa kedua Data

    objektif yang ditemukan pasien tampak terbaring ditempat tidur dam

    belum bisa diajak berkomunikasi. Diagnosa ketiga data objektif yang

    didapatkan didapatkan pasien tampak terbaring lemah ditempat tidur.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan

    diagnosa keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume

    cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan

    kedua adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

  • 60

    berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa

    ketiga adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

    kendali otot.

    3. Perencanaan keperawatan

    Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama

    adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga

    pasien mampu memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga

    menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang di programkan,

    vital sign dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea,

    hematokrit dalam batas normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

    tersebut penulis membuat perencanaan pantau elektrolit, management

    cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,

    kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan protein yang adekuat dan

    pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran

    balik vena, pertahankan dan alokasikan pembahasan cairan pasien.

    Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua

    adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam

    diharapkan anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan

    psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang

    diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis

    membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau

    pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa,

    kognitif. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan

  • 61

    riwayat kesehatan. Membantu orang