Upload
fahrunidianiramani
View
83
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK
TIM PENULIS:
SELVA JUWITA ( 10-135 )
DIYA TRIUTAMI ( 10-129 )
PEMBIMBING:
dr. Rahma Triyana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2013
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT penguasa segala sesuatu. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada rasul kita, Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-
sahabatnya dan umatnya yang setia hingga akhir zaman kelak. Alhamdulillah, atas
kehendak-Nya karya tulis yang berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini dapat
diselesaikan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan, baik secara
moril maupun materiil dari berbagai pihak. Tidak ada hal lain yang bisa diberikan
selain ucapan terima kasih yang penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini mesih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan
evaluasi dan langkah menuju masa depan yang lebih baik.
Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua Amin.
Penulis
28 Oktober 2013
2
Abstract
Acid is anything that produces hydrogen ions in a solution of water (proton
donor). Base are all things that produces hydroxide ions in aqueous solutions
(aseptor protons). Acid and Base is two group of chemical substance that more
important in our life. Maintain acid-base homeostasis is important for living
organisms. Initiated by acid-base abnormalities: PaCO2 changes in respiratory
abnormalities and plasma bicarbonate changes in metabolic abnormalities. The
system acts as a buffer system or system of retaining a buffer against changes in pH.
This buffer consists of a weak acid as hydrogen donor and a weak base ion as an
acceptor of hydrogen ions. Abnormalities of acid-base can be asidosi respiratory,
respiratory alkalosis, metabolic acidosis and alkalosis metabolic. In this paper, the
author will focus on the problem of respiratory alkalosis.
Respiratory alkalosis (lack of carbonic acid) is a primary decrease in PaCO2
(hypocapnia), resulting in a decrease in pH. PaCO2 < 35 mmHg and pH > 7.45 with
compensation in the form of decreased renal excretion of H +, resulting in less
absorption of HCO3-. Decrease of HCO3- serum depend on circumstances that acute
or chronic. As if it leads to symptoms of respiratory system, the complaint that is
often expressed is not able to get enough air to breathe, despite being redundant.
Other noticeable symptoms are head feels light, tingling and numbness in the fingers
and toes.
3
Abstrak
Asam adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidrogen dalam larutan
air (donor proton). Basa adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidroksida
dalam larutan air (aseptor proton). Asam dan Basa merupakan dua golongan zat
kimia yang sangat penting dalam kehidupan. Menjaga homeostasis asam basa
penting utk kehidupan organisme. Kelainan asam basa dimulai oleh : perubahan
PaCO2 kelainan respirasi dan perubahan bikarbonat plasma kelainan metabolik.
Adapun system buffer berperan sebagai sistim penahan atau sistim penyangga
terhadap perubahan pH. Buffer ini terdiri dari asam lemah sebagai donor ion
hidrogen dan basa lemah sebagai akseptor ion hidrogen. Kelainan asam basa dapat
berupa asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolic, dan alkalosis
metabolic. Dalam hal ini, penulis akan memfokuskan masalah pada alkalosis
respiratorik.
Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat ) adalah penurunan primer
PaCO2 (hipokapnia), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2 <35 mmHg dan pH >
7,45 dengan kompensasi ginjal berupa penurunan eksresi H+, dengan akibat lebih
sedikit absorbsi HCO3-. Penurunan HCO3
- serum bergantung pada keadaannya yang
akut atau kronis. Adapun gejala jika menjurus ke system pernafasan , maka keluhan
yang sering diutarakan adalah tidak dapat memperoleh udara yang cukup walaupun
sudah bernafas berlebihan. Gejala mencolok lainnya adalah kepala terasa ringan,
kesemutan dan rasa baal di jari tangan dan kaki.
4
DAFTAR ISI
Halaman Kulit…………………………………………………………. i
Kata pengantar………………………………………………………… ii
Abstrak ………………………………………………………………… iii
Daftar Isi……………………………………………………………….. v
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………...` 1
1.2 Tujuan……………………………………………………… 2
1.3 Manfaat……………………………………………………. 2
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa……………………. 3
2.2 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa……………………… 8
2.3 Alkalosis Respiratorik
2.3.1 Definisi…………………………………………….… 11
2.3.2 Etiologi………………………………………….…… 11
2.3.3 Gejala klinis………………………………..………… 12
2.3.4 Patogenesa…………………………………………… 13
2.3.5 Diagnosa
2.3.5.1. Anamnesa……………………………………. 14
2.3.5.2. Pemeriksaan fisik…………..…………………. 14
2.5.3.3. Pemeriksaan penunjang ….…………………… 15
2.3.6. Diagnosa Banding.….……………………………... 16
2.3.7. Penatalaksanaan…………………………………….. 18
2.3.8. Komplikasi………………………………………….. 19
2.3.9. Pencegahan…………………………………………. 19
Bab III. Penutup…………..…………………………………………... 20
3.1. Kesimpulan………………………………………………..20
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam-basa, larutan
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral. Larutan
asam memiliki pH < 7,35 . Larutan basa memiliki pH > 7,45 dan larutan netral
memiliki pH = 7,35-7,45.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(donor proton). Sedangkan Basa/alkali adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari
zat lain (akseptor proton). Pengaturan keseimbangan ion hydrogen (H+) dalam
beberapa hal sama dengan pengaturan ion lain dalam tubuh. Untuk mencapai
homeostasis harus ada keseimbangan antara produksi H+ dan pembuangan H+ dari
tubuh. Pengaturan H+ yang tepat sangatlah penting, misalnya sebagai pompa proton
mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang akan menghasilkan ATP dan
hampir semua aktivitas system enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H+.
Karena enzim mempunyai fungsi yang sangat banyak di dalam tubuh, maka
gangguan konsentrasi ion hydrogen dapat menyebabkan gangguan system tubuh yang
sangat luas. Di bandingkan dengan ion-ion lain, konsentrasi H+ dalam cairan tubuh
normalnya dipertahankan pada tingkat yang rendah. Perubahan konsentrasi ion
hydrogen akan merubah derajat ionisasi protein sehingga protein tidak akan
berfungsi. Perubahan konsentrasi hydrogen sesungguhnya akan mengubah fungsi
seluruh sel tubuh. Oleh karena itu keseimbangan asam-basa darah harus
dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat
memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Contoh gangguan
keseimbangan asam-basa salah satunya adalah Alkalosis Respiratorik yang akan
dibahas secara khusus pada Karya Tulis Ilmiah ini.
7
1.2 Tujuan penulisan :
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat memahami konsep dari keseimbangan asam basa.
2. Mahasiswa dapat mampu memahami pengaturan keseimbangan asam basa.
3. Mahasiswa mampu memahami gangguan-gangguan keseimbangan asam basa khususnya Alkalosis Respiratorik.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Alkalosis Respiratorik.
1.3 Manfaat penulisan :
Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kami mengharapkan
kepada masyarakat umum khususnya mahasiswa yang membaca dapat
memahami hal-hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa
(khususnya mengenai pengaturan serta gangguan Alkalosis Respiratorik) dan
menjadikan referensi untuk melakukan pengamatan selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengaturan Keseimbangan Asam Basa :
Keseimbangan asam-basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion H+
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion H+ yang dikeluarkan oleh sel.
Walaupun produksi asam akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat
banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen tetap dipertahankan pada kadar rendah
sebesar pH 7,4. Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH melalui system
pengaturan keseimbangan asam-basa karena sebagian besar enzim sangat peka
terhadap perubahan pH.
Asam-Basa Kuat dan Lemah
Asam kuat adalah asam yang yang dapat terurai dengan cepat dan melepaskan
banyak ion H+ dalam larutan (Contoh : HCl). Asam lemah mempunyai lebih sedikit
kecenderungan untuk menguraikan ion-ion H+ (Contoh : H2CO3). Basa kuat adalah
basa yang bereaksi dengan cepat dan kuat terhadap H+ dan oleh karena itu cepat
menghilangkannya dari larutan (Contoh: OH-), yang bereaksi dengan H+ untuk
membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena basa ini
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan
basa dalam cairan ektrasel yang terlibat dalam penganturan asam basa normal adalah
asam basa lemah.
Pengaturan keseimbangan asam-basa diselenggarakan melalui koordinasi dari
tiga system, yaitu : Sistem buffer, pengaturan keseimbangan asam-basa oleh Paru
dan pengaturan keseimbangan asam-basa oleh Ginjal. Berikut penjelasan masing-
masingnya.
9
a. Sistem Buffer
Disebut juga system penahan atau system penyangga. Asam dan Basa lemah
merupakan penyangga (buffer) yang baik. Penyangga adalah suatu bahan
yang mampu menyerap ion hydrogen dari suatu larutan atau membebaskan
ion hydrogen ke dalam larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi/perubahan
pH yang besar.
Sebagai buffer, system ini memiliki keterbatasan, yaitu :
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan extraselular yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
- System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat
pengendali pernafasan bekerja normal.
- Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.
10
Dalam tubuh terdapat beberapa system buffer yaitu :
1. Sistem Buffer Asam Karbonat-Bikarbonat
Sistem penyangga utama dalam tubuh adalah sistem penyangga asam
karbonat-bikarbonat. Sistem ini bekerja dalam darah untuk menyangga pH
plasma. Apabila ion-ion hydrogen bebas ditambahkan ke dalam darah
yang mengandung bikarbonat, maka ion-ion bikarbonat akan mengikat ion
hydrogen dan berubah menjadi asam karbonat (H2CO3). Hal ini
menyebabkan ion hydrogen bebas sedikit dalam larutan sehingga
penurunan pH darah yang drastis dapat dicegah. Asam karbonat dianggap
sebagai suatu asam lemah sedangkan ion bikarbonat dianggap basa
konjungasinya yang juga lemah. Karena asam karbonat juga dapat terurai
menjadi CO2 dan air, maka sistem ini digunakan terutama untuk eliminasi
gas yang mudah menguap. Penguraian asam karbonat menjadi CO2 dan air
memerlukan enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel darah
merah. Reaksi ini bersifat reversible.
2. Sistem Buffer Fosfat
Sistem penyangga kedua yang digunakan oleh tubuh adalah sistem
penyangga fosfat. Asam fosforik (H2PO4-) adalah suatu asam lemah. Asam
ini terurai dalam plasma menjadi fosfat (HPO42-) dan ion hydrogen. Fosfat
adalah suatu basa lemah. Sistem penyangga ini digunakan oleh ginjal
untuk menyangga urin sewaktu ginjal mengekskresikan ion hydrogen.
Walaupun system buffer fosfat tidak berperan penting sebagai buffer
11
cairan ekstrasel namun sangat penting dalam buffer cairan tubulus ginjal
dan cairan intrasel karena alasan berikut:
1. Fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam tubulus sehingga
meningkatkan tenaga buffer sistem fosfat
2. Cairan tubulus biasanya mempunyai pH lebih rendah dari pada
cairan ekstrasel, menyebabkan jangkauan kerja buffer lebih
mendekati pK system (yaitu 6,8)
3. Konsentrasi fosfat dalam cairan intrasel lebih besar dari pada
cairan ektrasel. pH cairan intrasel lebih rendah dari pada pH cairan
ektrasel.
3. Sistem Buffer Hemoglobin
Sistem penyangga utama ketiga di dalam tubuh dihasilkan oleh protein-
protein plasma, terutama Hemoglobin yang terdapat di sel darah merah.
Hemoglobin mengikat ion-ion hydrogen bebas sewaktu beredar melewati
sel-sel yang bermetabolisme secara aktif. Dengan mengikat ion hydrogen
bebas, maka peningkatan konsentrasi ion hydrogen bebas dalam darah
dapat diperkecil dan pH darah vena hanya turun sedikit apabila
dibandingkan dengan darah arteri. Sewaktu darah mengalir melalui Paru,
ion-ion hydrogen terlepas dari hemoglobin dan berikatan dengan
bikarbonat untuk menjadi asam karbonat yang terurai menjadi CO2 dan air.
CO2 dikeluarkan melalui ekspirasi sehingga ion-ion hydrogen yang
dihasilkan oleh proses metabolism dapat dieliminasi. Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan sedikit CO2 dan begitu sebaliknya.
12
b. Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh Paru
Sistem respirasi berperan dalam mempertahankan agar PCO2 selalu konstan
walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolisme tubuh.
Keseimbangan asam-basa oleh system respirasi bergantung pada
keseimbangan produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam
darah tergantung pada metabolic rate (laju metabolism) sedangkan proses
ekskresi CO2 bergantung pada fungsi Paru. Pusat pernafasan di otak mengatur
jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar CO2 darah menurun
dan darah menjadi lebih basa. Begitu pula jika pernafasan menurun, kadar
CO2 darah akan meningkat dan darah menjadi lebih asam.
c. Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh Ginjal
Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion
hydrogen dan ion bikarbonat. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal
sebagian besar dalam bentuk ammonia. Pada mekanisme pengaturan oleh
ginjal ini berperan tiga system buffer asam karbonat-bikarbonat , buffer fosfat,
dan buffer pembentukan ammonia.
2.2 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa :
Gangguan keseimbangan asam basa adalah masalah klinis yang sering
dijumpai dengan keparahan yang bervariasi mulai dari ringan sampai mengancam
jiwa. Gangguan keseimbangan asam-basa disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanisme pengaturan keseimbangan asam-basa seperti system
buffer, system respirasi, fungsi ginjal, gangguan system kardiovaskular, maupun
gangguan fungsi susunan saraf pusat.
14
Faktor-faktor tersebut misalnya :
Konsentrasi ion hydrogen (H+)
Konsentrasi ion bikarbonat (HCO3-)
PCO2
Klassifikasi umum yang digunakan untuk gangguan keseimbangan asam-basa
meliputi:
- Gangguan keseimbangan asam-basa respiratorik :
Terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan perifer
dengan eksresinya di Paru, ditandai oleh peningkatan atau penurunan
konsentrasi CO2. Yang berperan dalam hal ini adalah Paru.
Contoh :
a. Asidosis Respiratorik
Tanda :
- Konsentrasi H+ meningkat
- pH darah turun
- Kadar PCO2 meningkat
b. Alkalosis Respiratorik
Tanda :
- Konsentrasi H+ menurun
- pH darah meningkat
- Kadar PCO2 menurun
- Gangguan keseimbangan asam-basa metabolic :
Terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan asam organic yang
menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau cairan
ekstraseluler. Yang berperan dalam hal ini adalah Ginjal.
15
Contoh :
a. Asidosis Metabolik
Tanda :
- Konsentrasi H+ meningkat
- pH darah turun
- Kadar bikarbonat menurun
b. Alkalosis Metabolik
Tanda :
- Konsentrasi H+ menurun
- pH darah meningkat
- Kadar bikarbonat meningkat
pH PCO2 HCO3- Base Excess
Asidosis respiratorik (PCO2 )
UncompensatedPartly compensatedCompensated N
N N
Alkalosis respiratorik (PCO2 )
Uncompensated Partly compensatedCompensated N
N N
Asidosis metabolic (HCO3- )
Uncompensated Partly compensatedCompensated N
N
Alkalosis metabolic (HCO3- )
Uncompensated Partly compensatedCompensated N
N N
Kompensasi Paru dan Ginjal bila terjadi gangguan ketidakseimbangan asam-
basa tubuh:
Paru dan ginjal bekerja bersama-sama untuk mempertahankan pH plasma
dalam rentang 7,35-7,45. Apabila timbul asidosis atau alkalosis karena penyakit Paru,
maka ginjal berespons dengan mengubah penanganan terhadap ion hydrogen dan
16
basa bikarbonat agar pH kembali normal. Kerja ginjal yang ditujukan untuk melawan
asidosis atau alkalosis karena Paru disebut kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal
mulai memberikan efek sekitar 24 jam setelah perubahan pH karena gangguan
respirasi. Walaupun lambat, kompensasi ginjal sangat kuat.
Apabila asidosis atau alkalosis terjadi karena gangguan metabolic atau ginjal,
maka sistem pernapasan berespons dengan meningkatkan atau menurunkan kecepatan
pernapasan untuk mengembalikan pH ke normal. Kerja respirasi yang ditujukan
untuk melawan asidosis atau alkalosis karena gangguan metabolic atau ginjal disebut
kompensasi respirasi. Kompensasi respirasi berlangsung segera apabila terjadi
peningkatan konsentrasi ion hydrogen, karena ion-ion hydrogen merupakan factor
penentu yang mengontrol pusat pernapasan di otak.
2.3 Alkalosis Respiratorik :
2.3.1 Pengertian :
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa.
Terjadi pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2 yang berlebihan
sebagai kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang ditandai dengan bernafas cepat
dan dalam agar kadar CO2 menjadi rendah dalam darah. Kelainan ini diawali oleh
penurunan kadar PCO2 sehingga ion H+ rendah akan mengasilkan peningkatan pH
(PCO2 < 35 dan pH > 7,45). Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H+ dengan
akibat lebih sedikit absorbsi HCO3-.
2.3.2 Etiologi :
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Penyebab hiperventilasi antara lain
adalah demam dan rasa cemas. Hipoksemia dapat merangsang hiperventilasi apabila
tekanan parsial oksigen dalam darah turun di bawah 50 mmHg (normalnya 100
mmHg). Hiperventilasi menyebabkan kadar CO2 tubuh menurun sehingga pH
meningkat. Kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H+ oleh
ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang.
17
Penyebab lainnya :
Rangsangan pusat pernafasan :
- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional
(penyebab tersering)
- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS
- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak,
intoksikasi salisilat dan infeksi otak yang dapat secara langsung
merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan
kecepatan pernafasan.
Hipoksia
Pneumoni, asma, edema paru
Gagal jantung kongestif
Fibrosis paru
Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang rendah)
Ventilasi mekanis yang berlebihan (factor iatrogenic)
Sepsis gram negative
Sirosis hepatis
Latihan fisik yang berat Hiperpnea
Overdosis aspirin
2.3.3 Gejala klinis :
Pasien sering menguap
Nafas cepat dan dalam
Kepala terasa ringan
Parestesi (kesemutan) sekitar mulut
Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki
Telapak tangan dan kaki teraba dingin dan lembab
Ketegangan emosi
Gangguan konsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop
18
Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis,
berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur bahkan penurunan
kesadaran, kejang dan koma.
2.3.4 Patogenesa :
Pada keadaan hiperventilasi seperti saat mengalami stress/cemas, maka terjadi
pengeluaran CO2 yang berlebihan sehingga kadar ion H+ dalam darah menurun dan
hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan pH. Pada keadaan Hipoksia/penurunan
kadar O2 (misalnya tinggal di dataran tinggi) juga akan menimbulkan penurunan CO2
karena oksigen sebagai bahan pembakar untuk terjadinya metabolism berkurang,
ventilasi alveolar meningkat melebihi produksi CO2 (hipokapnia), lalu terjadi
penurunan PCO2 sehingga kadar ion H+ menurun dan timbul peningkatan pH.
Keadaan peningkatan pH akibat penurunan kadar PCO2 inilah yang disebut Alkalosis
Respiratorik.
Alkalosis juga merangsang pembentukan asam laktat dan piruvat didalam sel
dan membantu pelepasan H+ lebih banyak kedalam cairan ekstrasel (ECF). Buffer
ekstrasel oleh protein plasma hanya sedikit menurunkan HCO3- plasma. Efek
mekanisme buffer ECF (ekstrasel) dan ICF (intrasel) sedikit menurunkan HCO3-
plasma. Apabila hipokapnia tetap berlangsung, maka penyesuaian ginjal
mengakibatkan HCO3- plasma banyak yang berkurang. Terjadi hambatan dalam
reabrsobsi tubulus ginjal dan pembentukan HCO3- baru.
Kompensasi untuk Alkalosis Respiratorik :
Alkalosis yang disebabkan oleh gangguan pernapasan akan merangsang
kompensasi ginjal, seperti yang telah disebutkan diatas. Kompensasi ginjal
mengusahakan pemulihan pH ke tingkat normal dengan menurunkan sekresi ion
hydrogen dan secara aktif mensekresikan ion bikarbonat ke dalam urin. Kompensasi
ginjal memerlukan waktu 24 jam agar efektif.
19
2.3.5 Diagnosa :
Pada alkalosis respiratorik diagnosis pasti yaitu dengan penurunan kadar CO2
yang rendah. Peningkatan frekuensi dan dalam pernafasan umumnya meningkat
bermakna terutama bila disebabkan oleh kelainan otak atau metabolic.
ANAMNESA :
Pada Anamnesa bisa dijumpai keluhan berdasarkan gejala klinik yang ada.
Keluhan pasien umumnya adalah rasa cemas berlebihan dan sesak atau nyeri dada.
Hal lain yang mungkin terjadi dalam kaitan dengan alkalosis respiratorik adalah
tetani, parestasia sirkumoral atau sinkop
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat gejala-gejala
alkalosis yang dapat dilihat melalui inspeksi, palpasi dan auskultasi.
Pada inspeksi bisa ditemui parestesia circum oral dan digitalis, iritabilitas,
spasme carpopedal, tetani dan ganguan gerak pernafasan.
Pada palpasi bisa dijumpai disritmia ventricular dan supra ventricular akibat
hipokapnea.
Pada auskultasi dapat dijumpai peningkatan frekuensi dan volume ventilasi.
Pada alkalosis respiratorik akut dapat terjadi takipnea yang tampak jelas, dan pada
alkalosis respiratorik kronik gejala takipnea dapat digantikan oleh peningkatan
dalamnya ventilasi.
20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada alkalosis respiratorik akut maupun kronis akan terjadi penurunan
kompensasi dari kadar bikarbonat plasma sebesar 2,0 meq/L (akut) dan 5,0 meq/L
(kronik) untuk tiap 10 mmHg penurunan PCO2. Hal inilah yang akan menyebabkan
kenaikan pH. Penurunan kadar ion bikarbonat mencerminkan kenyataan bahwa
ginjal kurang menyerap ulang basa atau mensekresikan basa ke dalam urin.. Oleh
karena itu sangat diperlukan pemeriksaan :
- kadar PCO2
- kadar ion bikarbonat melalui teknik ANALISA GAS DARAH.
- pH
Analisa Gas Darah
Analisa gas darah (AGD/ASTRUP) adalah suatu pemeriksaan daya serap /
interaksi darah dengan gas yang dihirup lewat pernafasan. Sampel darah diambil
langsung dari arteri yaitu arteri radialis atau arteri brakialis atau arteri femoralis.
Nilai normal :
Darah arteri atau kapiler
Parameter Neonates dan bayi Anak dan dewasa
pH 7.32-7,49 7,35-7,45
PCO2(mmHg) 26,4-41,2 35-45 mmHg
HCO3-(mEq/L) 16-24 21-28 mmol/L
PO2(%) 95-99 95-100 mmHg
21
Darah vena
Parameter Anak dan dewasa
pH 7,32-7,43
PCO2(mmHg) 38-50 mmHg
HCO3-( mEq/L) 22-29 mmol/L
b. Pemeriksaan Penunjang : Saturasi Oksigen
Pemeriksaan saturasi oksigen perlu dilakukan untuk mengetahui kadar
oksigen dalam tubuh. Untuk mengetahuinya diperlukan peralatan yaitu pulse
oximetri.
2.3.6 Diagnosa Banding :
Definisi Gejala Tes
laboratorium
Asidosis
respiratorik
Peningkatan
PCO2 dan terjadi
penurunan pH
Sesak nafas, nyeri kepala,
iritabilitas, delirium,
mengantuk dan koma.
Peningkatan
kompensasi dari
kadar bikarbonat,
PCO2 (penurunan
0,9 mmHg untuk
tiap peningkatan
1,0 mEq/L kadar
bikarbonat),
hipokalemia,
kemih yang asam
dan hipokloremia
22
Asidosis
metabolic
Turun kadar ion
HCO3 diikuti
dengan
penurunan
tekanan parsial
CO2 di dalam
arteri
Hipokalemia, hiperkalemia,
penurunan volume,
demikian pula
hiperventilasi
Penurunan pH
serum, penurunan
kadar bikarbonat
plasma,
penurunan PCO2
(yaitu, penurunan
PCO2 sebesar 1,2
mmHg untuk
setiap penurunan
kadar bikarbonat
1,0 meq/l)
Alkalosis
metabolic
Peningkatan
primer bikarbonat
dalam arteri
sehingga PCO2
meningkat di
arteri &
meningkatkan
konsentrasi HCO3
dlm urin
Gejala-gejala penurunan
volume dan hipokalemia
pH serum yang
lebih tinggi,
meningkatkan
kadar bikarbonat,
PCO2 (penurunan
0,9 mmHg untuk
tiap peningkatan
1,0 meq/L kadar
bikarbonat),
hipokalemia,
kemih yang asam
& hipokloremia
2.3.7 Penatalaksanaan :
23
Tata laksana alkalosis respiratorik ditujukan terhadap kelainan primernya.
Adapun terapi yang bermanfaat yang dapat dilakukan untuk penanganan pasien
dengan alkalosis respiratorik adalah berdasarkan penyebab kelainannya, yaitu :
- Alkalosis yang disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan memberikan
terapi oksigen tambahan dan memperbaiki penyebab gangguan pertukaran
gas.
- Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh serangan panik diatasi dengan
menenangkan pasien. Minta pasien untuk memperlambat pernafasannya,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Berikan juga sedasi
dan terutama psikoterapi yang bermanfaat.
- Memberikan pernafasan menggunakan system air rebreathing. Koreksi
alkalosis respiratorik dengan menggunakan rebreathing mask harus berhati-
hati, terutama pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat,untuk
menghindari ketidakseimbangan pH cairan serebrospinal dan pH perifer.
- Overventilasi pada pasien dengan ventilasi mekanik diatasi dengan
mengurangi minute ventilation atau dengan menambahkan dead space.
Ajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian
menarik nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita
dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
- Medikamentosa yang bisa dijadikan pilihan untuk Terapi Alkalosis
Respiratorik adalah Diazepam dosis 5-10 mg secara oral atau secara
intravena sesuai indikasi yang berfungsi sebagai obat penenang untuk
meredakan kecemasan pasien atau diberikan Monoamine oxidase inhibitor
sebagai antidepresan. Klomipramin dan imipramin juga dapat diberikan
untuk membantu menormalkan PCO2 pada penderita yang panik.
- Paracetamol bisa diberikan juga untuk pasien yang mengalami peningkatan
suhu tubuh (demam) dengan dosis pemberian 500 mg perhari untuk dewasa.
24
2.3.8 Komplikasi :
Pada kondisi pH < 7, terjadi kerusakan struktur ikatan kimiawi dan perubahan
bentuk protein yang menyebabkan kerusakan jaringan dan perubahan fungsi selular.
Bila pH > 7, terjadi kontraksi otot skelet yang tidak terkendali. Komplikasinya bisa
berupa :
gagal nafas akut
gagal jantung
gagal ginjal kronik
kerusakan otak
kematian
2.3.9 Pencegahan :
Mengurangi aktivitas yang menyebabkan factor pencetus / kelainan primer
misalnya stress emosional (kecemasan), penggunaan ventilasi mekanik yang
berlebihan yang akan mencetuskan hipoksia misalnya aktivitas fisik yang berlebihan.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
25
3.1 KESIMPULAN
Alkalosis respiratorik adalah gangguan sistem respirasi akibat pengeluaran
CO2 yang berlebihan pada hiperventilasi yang ditandai dengan penurunan kadar PCO2
sehingga ion H+ rendah dan menyebabkan peningkatan pH. Adapun gejala dari
alkalosis respiratorik ini adalah sesak nafas, nyeri dada, rasa ringan dikepala (pusing),
parestesia circumoral, numbness dan kesemutan. Diagnosa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan kadar CO2, ion bikarbonat, dan pH melalui Teknik Analisa Gas Darah.
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan menenangkan pasien yang cemas,
antidepresan bila diperlukan , terapi oksigen, terapi antipiretik bila penderita demam
dan memberikan terapi pernafasan dengan menggunakan system air rebreathing.
3.2 SARAN
Mahasiswa diharapkan bisa mengembangkan konsep dasar teori dari
Alkalosis Respiratorik dan bisa memberikan penatalaksanaan yang tepat dalam
penanganan pasien dengan gangguan keseimbangan asam-basa terutama Alkalosis
Respiratorik.
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan untuk pengembangan tugas
selanjutnya bagi para pembaca.
Daftar Pustaka
26
Utama,Hendra.dr.dkk. 2010. GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-
ELEKTROLIT DAN ASAM BASA. Jakarta: balai penerbit FKUI.
Mark H. Swartz. 1995. BUKU AJAR DIAGNOSTIK FISIK. Jakarta : EGC
Mengel, mark B.MD.MPH. L peter schwiebert.MD. 2001. REFERENSI
MANUAL KEDOKTERAN KELUARGA. Jakarta: Hipokrates.
Guyton , Arthur C. 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN .
Jakarta : Hipokrates.
A prince , Sylvia, Wilson Loraine. 2006. PATOFISIOLOGI VOL.2. Jakarta :
EGC.
Gan Gunawan, Sulistia, dkk. 2009. FARMAKO DAN TERAPI, Ed-5.
Jakarta : balai penerbit FK-UI.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. ILMU PENYAKIT DALAM, Jil-2. Jakarta :
Interna Publishing.
Lynn, Pamella. 2009. BIOKIMIA HARPER. Jakarta :EGC.
Baron, Dn. 1990. KAPITA SELEKTA PATOLOGI KLINIK. Jakarta : EGC.
Soebrata, 2009. LABORATORIUM KLINIK. Jakarta : Dian Rakyat.
Eliastam, Michelle. 1998. PENUNTUN KEDARURATAN MEDIS. Jakarta :
EGC
Kumala, Poppy. 1998. KAMUS SAKU KEDOKTERAN DORLAND. Jakarta :
EGC.
J.Corwin, Elizabeth. 2001. BUKU SAKU PATOFISIOLOGI. Jakarta:EGC
K.widmann,Frances.1992.TINJAUAN KLININS ATAS HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Ed-9. Jakarta:EGC
Silbergnagl Stefan, Agamemnon Despopoulos. 2000. ATLAS BERWARNA
& TEKS FISIOLOGI. Ed-4. Jakarta : Hipokrates.
27