59
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG TAHUN 2012 PROPOSAL PENELITIAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : RONI JEPISAH NIM : 2009.105 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER) SUBANG 2012

KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

  • Upload
    sopandi

  • View
    1.900

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SOpandi-Subang

Citation preview

Page 1: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA

RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2012

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

RONI JEPISAH

NIM : 2009.105

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)

SUBANG 2012

Page 2: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal ini Telah Dipertahankan dan Telah Diperbaiki

Sesuai dengan Masukan Dewan Penguji Proposal Akper Kabupaten Subang

Subang, Juni 2012

Pembimbing

Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes

NIP. 19660411.198703.1.006

Penguji

H. Saefullah, S.Pd., SKM., M.Si., MARS

NIP. 19640504.198501.1.001

Mengetahui

Direktur Akademi Keperawatan Kabupaten Subang

Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep

Pembina IV/a

NIP. 19660807 198903 2 005

Page 3: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

PERNYATAAN

Saya menyatakan Proposal Penelitian yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Keluarga tentang Cara Mengatasi Tetanus di Ruang Dahlia

RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2012” ini sepenuhnya karya sendiri.

Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan

saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menerima resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya bila kemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Subang, Juni 2012

Yang Membuat Pernyataan

RONI JEPISAH

NIM. 2009.105

Page 4: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

LEMBAR PERBAIKAN

Nama : Roni Jepisah

Nim : 2009.105

No Materi Yang Di Perbaiki Hasil Perbaikan Keterangan

1

BAB I

2

BAB II

- Hal 10, cara salah coba (Trial and

error) perbaiki, cara coba salah

Sudah diperbaiki

sesuai saran

3

BAB III

-

4

Lain – Lain

1. Daftar Pustaka

2. Quisioner

3. Lampiran

-

-

-

Pembimbing

Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes

NIP. 19660411.198703.1.006

Penguji

H. Saefullah, S.Pd., SKM., M.Si., MARS

NIP. 19640504.198501.1.001

Page 5: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N a m a : Roni Jepisah

N I M : 2009.105

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal lahir : Subang, 11 November 1989

A l a m a t : Jln. Pusakaratu, Pusakanagara - Subang

RIWAYAT PENDIDIKAN

No. Nama Sekolah Tahun Lulus

1.

2.

3.

4.

SDN Pusakanagara

MTs Cirebon

SMKN I Pusakajaya

Akper Kabupaten Subang

Tahun 1997 - 2003

Tahun 2003 - 2006

Tahun 2006 - 2009

Tahun 2009 - 2012

Page 6: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan

waktu yang telah ditetapkan dengan judul “Gambaran Pengetahuan Keluarga

tentang Cara Mengatasi Tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten

Subang Tahun 2012”.

Penulisan Proposal Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam

rangka menempuh gelar Diploma III Akademi Keperawatan Kabupaten Subang.

Dalam penulisan Proposal Penelitian ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan-kekurangan, baik dari segi ilmiahnya maupun dari segi penyusunan

materi yang disajikan. Terlepas dari kekurangsempurnaan Proposal Penelitian ini,

penulis berharap mudah-mudahan Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Dalam penulisan Proposal Penelitian ini, tidak terlepas dari dorongan,

nasehat, bimbingan serta bantuan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep., selaku Direktur Akademi

Keperawatan Kabupaten Subang.

2. Ibu Ane Widauri, S.Kep., Ners., MARS., selaku pembimbing akademik yang

telah membantu dan memberikan bimbingan dan motivasinya.

3. Bapak Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes., selaku pembimbing dalam

pembuatan Proposal Penelitian yang banyak memberikan arahan, motivasi dan

bimbingannya.

Page 7: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

iii

4. Seluruh dosen beserta staf Akademi Keperawatan Kabupaten Subang yang

telah memberikan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di AKPER

Subang.

5. Kepala Ruang Dahlia RSUD Kelas yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan studi pendahuluan.

6. Responden di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Bapak dan mamah tercinta terima kasih atas dorongan do’a dan kasih

sayangnya dan selalu memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini.

8. Rekan-rekan Akper Angkatan 14, khususnya untuk Dicky, Nana wong, Hery

silalahi, Ucok al-uo, Cplek, Udin dan yang lainnya.

Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu keperwatan pada khususnya.

Subang, Juni 2012

Penulis

Page 8: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan ............................................................... 8

1. Pengertian Pengetahuan .................................................... 8

2. Tingkatan Pengetahuan ..................................................... 9

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................ 10

4. Cara Mengukur Pengetahuan............................................. 11

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............ 12

B. Konsep Keluarga .................................................................... 14

1. Pengertian Keluarga ......................................................... 14

2. Tipe / Bentuk Keluarga ..................................................... 15

3. Tahap Perkembangan Keluarga ........................................ 16

4. Peran Keluarga ................................................................. 17

5. Fungsi Keluarga ................................................................ 18

Page 9: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

v

C. Konsep Tetanus ...................................................................... 20

1. Pengertian Tetanus ............................................................ 20

2. Klasifikasi Tetanus ........................................................... 21

3. Etiologi Tetanus ................................................................ 21

4. Manifestasi Klinis ............................................................. 22

5. Patofisiologi ...................................................................... 25

D. Cara Mengatasi Tetanus ......................................................... 27

E. Pencegahan Tetanus ............................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep .................................................................. 31

B. Definisi Operasional .............................................................. 32

C. Metodologi Penelitian ............................................................ 33

1. Rancangan Penelitian ....................................................... 33

2. Variabel Penelitian ........................................................... 33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 34

1. Populasi ............................................................................ 34

2. Sampel ............................................................................. 34

E. Pengumpulan Data ................................................................. 35

F. Pengolahan Data ..................................................................... 36

G. Analisis Data .......................................................................... 38

H. Etika penelitian ....................................................................... 39

I. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi Jumlah Pasien Tetanus Berdasarkan Umur di

RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2010 – Mei 2012 .... 4

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 32

Page 11: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 32

Page 12: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Kisi-kisi kuesioner

Lampiran 3 Kuesioner penelitian

Lampiran 4 Bersedia menjadi pembimbing

Lampiran 5 Surat Studi Pendahuluan dari Akper Kab. Subang

Lampiran 6 Surat Ijin Studi Pendahuluan dari SDN Sukatani

Lampiran 7 Buku Bimbingan

Page 13: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional

adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum. Sedangkan hakekat pembangunan nasional adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan kualitas hidup secara optimal,

baik jasmani, rohani, sosial maupun ekonomi (Depkes RI, 2008).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah malakukan

upaya-upaya kesehatan dimana upaya yang semula menitikberatkan pada

upaya penyembuhan secara berangsur-angsur, berkembang kearah

keterpaduan, upaya kesehatan yang menyerluruh yaitu upaya peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan

pemulihan (rehabilitatif), yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan

terjadi secara berkesinambungan yang dilakukan oleh setiap profesi

pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 2008).

Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara

yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan

dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang

adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Tetanus adalah salah

Page 14: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

2

satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan kematian (Depkes

RI, 2008).

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Clostridium tetani. Masuk kedalam tubuh melalui luka yang terbuka,

jika masuk kedalam sistem saraf akan dapat menyebabkan kejang otot, kaku

kuduk, perut keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka

serta muka menyeringai. Sebanyak 45 - 55 % kasus tetanus berakhir dengan

kematian. Pencegahan Tetanus adalah dengan Imunisasi bersamaan dengan

difteri dan pertusis, dilakukan sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua

bulan dengan selang waktu penyuntikan satu - dua bulan. (Alimul Aziz,

2008).

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh

neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang merupakan

obligat anaerob, gram positif batang yang motil dan mudah bentuk

endospora, ditandai dengan spasme otot yang periodik dan

berat.(Soejtiningsih, 2004).

Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling beresiko

menyebabkan kematian bayi baru lahir. Tetanus yang menyerang bayi usia

di bawah satu bulan, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum yang

disebabkan oleh basil Clostridium Tetani. Penyakit ini menular dan

menyebabkan resiko kematian sangat tinggi. Bisa dikatakan, seratus persen

bayi yang lahir terkena tetanus akan mengalami kematian.(Kusmariadi,

2009).

Page 15: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

3

Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara

yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan

dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang

adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Karena penyakit ini

terkait erat dengan masalah sanitasi dan kebersihan selama proses kelahiran.

Menurut laporan kerja WHO pada bulan April 2004, dari 8,1 juta kematian

bayi di dunia, sekitar 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian

neonatal, sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus

neonatorum. Sedangkan angka kejadian tetanus neonatorum di Indonesia,

pada tahun 2004 sebanyak 760 kasus, meninggal 478 dengan (Case Fatality

Rate) CFR 72,42%. Pada tahun 2005 sebanyak 806 kasus, meninggal 475

kasus dengan CFR 58,93%. Tahun 2006 terdapat 816 kasus, meninggal 499

dengan CFR 61,15%. Dan pada tahun 2007 terdapat 570 kasus, meninggal

106 dengan CFR 18,6% Sejak tahun 2008, WHO memang mentargetkan

eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang

telah mencapai keberhasilan tersebut (Depkes RI, 2009).

Pada tahun 2007, Filipina dan Indonesia mencatatkan jumlah kasus

tetanus neonatorum tertinggi di antara 8 negara ASEAN. Jumlah penderita

di kedua-dua negara tersebut melebihi 100 orang. Jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di

Kamboja; Indonesia menduduki urutan ke-5. Jumlah kasus tetanus

neonatorum di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 175 kasus dengan

angka kematian (case fatality rate (CFR) 56% (Depkes RI, 2008).

Page 16: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

4

Menurut catatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2008,

10 kasus dengan CFR 80%. Tahun 2009, 16 kasus dengan CFR 81,25%.

Pada tahun 2010, 18 kasus dengan CFR 50%. Dan hingga bulan Oktober

2011, terdapat 21 kasus dengan CFR 50%. (Dinkes Jawa Barat, 2011).

Di Kabupaten Subang data kejadian tetanus di peroleh dari rekam

medik RSUD Kelas B Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Rekapitulasi Jumlah Pasien Tetanus Berdasarkan Umur

Di RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2010 – Mei 2012

NO TAHUN

JUMLAH PASIEN

MENURUT GOLONGAN UMUR KELUAR KELUAR

0 -

28 H

28 H

- 1

T

1 -

4 T

5 -

14 T

15 -

24 T

25 -

44 T

45 -

64 T

> 6

5 T

HIDUP DAN MATI

MATI JNS KEL TOTAL

L P

1 2010 0 0 3 4 0 5 23 5 36 4 40 7

2 2011 0 0 3 5 0 4 17 1 28 2 30 6

3 Mei

2012 0 0 0 3 0 0 2 2 7 0 7 0

JUMLAH 0 0 6 12 0 9 42 8 71 6 77 13

Sumber : Rekam Medik RSUD Kelas B Kabupaten Subang, 2012

Dilihat dari tabel di atas kejadian tetanus di RSUD Kelas B

Kabupaten Subang masih tinggi dan masih adanya pasien meninggal. Untuk

mengurangi hal tersebut sangat diperlukan pengetahuan keluarga tentang

cara mengatasi tetanus.

Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan

pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan,

khususnya tindakan mobilisasi dini pasca oeprasi caesar. Pengetahuan yang

Page 17: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

5

dimiliki keluarga juga dapat dipengaruhi oleh faktor seperti usia,

pendidikan, dan pekerjaan.(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu : umur, pendidikan, pekerjaan, media informasi,

budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan

keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B

Kabupaten Subang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan keluarga

tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten

Subang Tahun 2012?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara

mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang

Tahun 2012.

Page 18: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

6

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus

berdasarkan umur.

b. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus

berdasarkan pendidikan.

c. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus

berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya, khususnya tentang cara mengatasi tetanus.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya

bidan dalam memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya

melakukan cara mengatasi tetanus dengan baik dan benar.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

pada keluarga tentang pentingnya melakukan cara mengatasi tetanus.

4. Bagi Penulis

Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan

menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.

Page 19: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

7

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan pengetahuan keluarga tentang pentingnya

melakukan cara mengatasi dan merawat tetanus, sehingga pengetahuan

dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu

yang telah di dapat selama studi.

Page 20: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu hasil usaha manusia untuk memahami

kenyataan sejauh dapat dijangkau oleh pemikiran manusia, berdasarkan

pengalaman manusia secara empiris (Siswomiharjo, 2005).

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip

oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat

dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

Berdasarkan teori-teori di atas disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah hasil tahu manusia setelah melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata atau telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

Page 21: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

9

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan

seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapi. Pengetahuan

tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman

orang lain.

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang

telah diterima.

b. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Page 22: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

10

d. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

stuktur organisasi tersebut masih ada kaitan satu sama lain.

e. Sintesis (sintesis), yaitu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam sutu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhap suatu materi atua objek.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa cara seseorang

mendapat pengetahuan. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antara lain meliputi :

a. Cara coba salah (Trial and error), Cara coba ini dilakukan dengan

kemungkinan tersebut tidak berhasil di coba kemungkinan yang lain.

b. Cara kekuasaan di otoritas, Dimana pengetahuan perorangan

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan memimpin adanya maupun

ilmu pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi, Dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam mematahkan permasalahan

yang dipahami pada masa yang lalu.

d. Melalui jalan pikiran, Yaitu manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam menggunakan pengetahuan.

Page 23: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

11

e. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah.

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974)

dalam Notoatmodjo (2003), bahwa sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru di dalam dirinya terjadi proses yang beruntun yaitu :

a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tersebut, disini

sikap subyek sudah mulai terbentuk.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

d. Uji coba (Trial) dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (Adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Page 24: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

12

Menurut (Arikunto, 2006) bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitihan atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkat – tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan

pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan

skoring yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 %

2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 76 %

3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55 %

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), fakto-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai

saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang

baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam

pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan

seseorang) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat

Page 25: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

13

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru.

c. Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang

dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan yang

digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi

seseorang. Orang yang bekerja kehidupannya akan lebih baik

dibandingkan dengan yang tidak bekerja, sehingga semakin baik

pekerjaan seseorang maka diharapkan akan baik pula pengetahuan

seseorang.

d. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak

memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan

yang lebih luas.

e. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring

sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

f. Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin

Page 26: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

14

bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman

seseorang akan lebih jauh lebih luas.

g. Sosial Ekonomi

Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya

(misalnya sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin

tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan

lebih mudah untuk mendapatkan informasi.

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut Sudiharto

(2007) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu

yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,

perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang

lainnya, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010),

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.

Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu

yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu

Page 27: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

15

rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah

dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang

sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak,

bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)

a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena

ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan

anak – anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit keluarga

tempat asal seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah

keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek,

bibi, paman, sepupu.

d. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu

keluarga inti.

e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena

perceraian dan / atau kematian pasangan yang dicintai.

Page 28: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

16

f. Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga dari

perkawinan poligami dan hidup bersama.

g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu

keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia

bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.

Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.

h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai – nilai

global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk

keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan

ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.

Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai- nilai budaya, jumlah

keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita

cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan

keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

3. Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan), tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan

kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak – anak

yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan

Page 29: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

17

datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah

kesehatan.

4. Peran Keluarga

Adapun peran keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto

(2007), adalah sebagai berikut :

a. Peran formal

1) Peran parenteral dan perkawinan

Mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial

sebagai suami – ayah dan ibu – istri :

a. Peran sebagai provider (penyedia)

b. Pran sebagai pengatur rumah tangga

c. Peran perawatan anak

d. Peran sosialisasi anak

e. Peran rekreasi

f. Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal)

g. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

h. Peran seksual

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu

hubungan perkawinan yang kokoh. Anak – anak terutama dapat

mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan

menciptakan situasi dimana suami – istri membentuk suatu koalisi

Page 30: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

18

dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan

salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

b. Peran Informal

1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para

anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.

2) Inisiater – kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide – ide

baru atau cara – cara mengingat masalah – masalah atau tujuan -

tujuan kelompok.

3) Pendamai (Compromiser) : Merupakan salah satu bagian dari

konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan

posisi dan mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian

“setengah jalan”

4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan

mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan

kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan

atau keakraban.

5. Fungsi Keluarga (Sudiharto, 2007)

a. Fungsi Afektif

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan psiko social fungsi efektif ini merupakan

sumber energi kebahagiaan keluarga.

Page 31: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

19

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar

anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan

perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan

sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh

keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat

tinggal, dll.

e. Fungsi keperawatan kesehatan

Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan

kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :

1) Keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi masalah kesehatan.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan

4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan

suasana rumah yang sehat.

Page 32: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

20

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

yang tepat.

C. Konsep Tetanus

1. Pengertian Tetanus

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan

meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh

tetanuspasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh

Clostridium tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus termasuk di

dalamnya tetanus neonatorum, tetanus generalisata dan gangguan

neurologis lokal (Sudoyo, 2006).

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh

infeksi Clostridium tetani, pada kulit/ luka. Tetanus merupakan manifes

dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang disebabkan

oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium tetani.

Keadaan sakit diawali dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot

rangka dan diikuti adanya kontraksi paroksismal. Kekakuan otot terjadi

pada rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu akan merata ke

seluruh tubuh.(Brook I., 2002).

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin

kuman Clostridium tetani bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal,

Page 33: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

21

diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu

tampak pada otot massater dan otot-otot rangka. (Hidayat, 2006).

2. Klasifikasi Tetanus

Klasifikasi tetanus menurut Sudoyo, (2006) adalah sebagai berikut :

a. Derajat I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spastisitas

generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau

tanpa disfagia.

b. Derajat II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas,

spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang

dengan frekuensi pernafasan lebihd dari 30 disfagia ringan.

c. Derajat III (berat) : Trismus berat, spastisitas generalsata, spasme

refleks berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40, serangan

apnea, disfalgia berat dan takikardia lebih dari 120.

d. Derajat IV (sangat berat) : Derajat tiga dengan gangguan otonomik

berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia

terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya

dapat menetap.

3. Etiologi Tetanus

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping,

berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk

golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai

Page 34: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

22

bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang

(drum stick). Kuman mengeluarkan toksi yang bersifat neurotoksik.

Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan

saraf penfer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan pada suhu 65 0C

akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenal pula tetanolisin yang

bersifat hemolisis, yang perannya kurang dalam proses penyakit (Hidayat,

2006).

4. Manifestasi Klinis

Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma. Kontaminasi luka

dengan tanah, kotoran binatang, atau logam berkarat dapat menyebabkan

tetanus. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus

gangren, luka gigitan ular yang mengalami nekrosis, infeksi telinga

tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi intramuskular dan pembedahan.

Trauma yang menyebabkan tetanus dapat hanyalah trauma ringan. Trauma

yang menyebabkan tetanus dapat hanyalah trauma ringan, dan sampai 50

% kasus trauma terjadi di dalam gedung yang tidak dianggap terlalu serius

untuk mencari pertolongan medis. Pada 15-25% pasien, tidak terdapat

bukti adanya perlukaan baru.

a. Tetanus Generalisata

Tetanus generalisata merupakan bentuk yang paling umum dari

tetanus yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme

generalisata. Maka inkubasi bervariasi, tergantung pada lokasi luka

Page 35: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

23

dan lebih singkat pada tetanus berat, median onset setelah trauma

adalah 7 hari, 15% kasus terjadi dalam 3 hari dan 10% kasus terjadi

setelah 14 hari.

Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila

berat disfungsi otonomik. Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan

kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal

tetanus. Spasme otot massester menyebabkan trismus atau “rahang

terkunci”. Spasme secara progresif meluas ke otot-otot wajah yang

menyebabkan ekspresi wajah yang khas, “risus sardonicus” dan

meluas ke otot-otot untuk menelan yang menyebabkan disfalgia.

Spasme ini dipicu oleh stimulus internal dan eksternal dapat

berlangsung selama beberapa menit dan dirasakan nyeri. Rigiditas otot

leher menyebabkan retraksi kepala. Rigiditas tubuh menyebabkan

opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya kelenturan

dinding dada. Refleks tendon dalam meningkat. Pasien dapat demam,

walaupun banyak yang tidak, sedangkan kesadaran tidak terpengaruh.

b. Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata

dan biasanya fatal apabila tidak diterapi. Tetanus neonatorum terjadi

pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi secara

adekuat terutama setelah perawatan bekas potongan tali pusat yang

tidak steril. Resiko infeksi tergantung pada panjang tali pusat,

kebersihan lingkungan dan kebersihan saat mengikat dan memotong

Page 36: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

24

umbilikus. Onset biasanya dalam 2 minggu pertama kehidupan.

Rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas dan spasme merupakan

gambaran khas tetanus neonatorum. Diantara neonatonus yang

terinfeksi, 90% meninggal dan retardasi mental terjadi pada yang

bertahan hidup.

c. Tetanus Lokal

Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang dimana

manifestasi klinisnya terbatas hanya pada otot-otot disekitar luka.

Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat

hubungan neuromuskuler. Gejala-gejalanya bersifat ringan dan dapat

bertahan sampai berbulan-bulan. Progresif ke tetanus generalisata

dapat terjadi. Namun demikian secara umum prognosisnya baik.

d. Tetanus sefalik

Tetanus sefalik merupakan bentuk yang jarang dari tetanus

lokal, yang terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga. Masa

inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih

saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke-7. Disfagia dan paralisis

otot ekstraokular dapat terjadi. Mortalitasnya tinggi.

(Sudoyo, 2006).

Masa tunas tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala

klinis biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama

pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesungkaran membuka mulut

(trismus) karena spasme otot masseter. Kejang otot ini akan berlanjut

Page 37: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

25

ke kuduk (opistotonus), dinding perut dan sepanjang tulang belakang.

Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung, sering tampak risus

sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke

atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat

pada gigi. Gambaran umum yang kahs pada tetanus adalah berupa

badan kaku dengan opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku

dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Serangan

timbul paroksismai, dapat dicetuskan oleh rangsang suara, cahaya

maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena

kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,

retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada

anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada

stadium akhir. (Hidayat, 2006).

5. Patofisiologi

Berbagai keadaan di bawah ini dapat menyebabkan keadaan

anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus :

1. Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau

kaleng, pisau dan benda tajam lainnya.

2. Luka karena tabrakan, kecelakaan kerja ataupun karena perang.

3. Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telingan atau

tonsil, gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman

penyebab tetanus.

Page 38: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

26

Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu :

1. Toksin diabsorbsi ujung saraf motorik dan melalui sumbu silidrik

dibawa ke kornu anteriior susunan saraf pusat.

2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi

darah arteri kemudian masuk susunan saraf pusat.

3. Toksin bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat jaringan saraf dan

bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh anatoksin

spesifik. Toksin yang bebas dalam darah, sangat mudah dinetralkan

oleh antitoksin spesifik.

Perubahan morfologi amat minimal dan tidak spesifik. Jaringan

luka biasanya hanya menampakkan reaksi radang non spesifik dengan

nekrosis jaringan. Jaringan saraf juga menampakkan reaksi non spesifik

dan terdiri atas pembengkakan sel-sel ganglion motorik yang berhubungan

dengan pembengkakan dan lisis inti sel. (Hidayat, 2006).

Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala

pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang

waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7

hari. Inkubasi dan onset yang lebih pendek berkaitan dengan tingkat

keparahan penyakit yang lebih berat. Minggu pertama ditandai rigiditas

dan spasme otot yang semakin parah. Gangguan otonomik biasanya

dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan 1-2 minggu. Spasme

berkurang setelah 2-3 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama.

Pemulihan terjadi karena tumbuhnya lagi akson terminal dan karena

Page 39: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

27

penghancuran toksin. Pemulihan bisa memerlukan waktu sampai 4

minggu. (Sudoyo, 2006).

D. Cara Mengatasi Tetanus

Penatalaksanaan dan Pengobatan tetanus secara umum di rumah sakit

berdasarkan klasifikasi, adalah sebagai berikut :

1. Terapi dasar tetanus

a. Antibiotik diberikan selama 10 hari atau 2 minggu bila ada komplikasi

1) Penicillin procaine 50.000 IU/kg BB/kali IM tiap 12 jam

2) Metronidazole loading dose 15 mg/kg BB/jam secara drip,

selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jam

Catatan : bila ada sepsis/pneumonia, dapat ditambahkan antibiotik

yang sesuai.

b. Imunisasi aktif-pasif

1) Anti tetanus serum (ATS) 5000-10.000 UI, diberikan i.m. Untuk

neonatus, bisa diberikan iv; apabila tersedia dapat diberikan

Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 UI i.m

2) dilakukan imunisasi DT/TT/DTP pada sisi lain, pada saat

bersamaan.

c. Antikonvulsi

Pada dasarnya, kejang diatasi dengan diazepam, dosis disesuaikan

dengan respon klinis (titrasi) :

1) Bila datang dengan kejang diberi diazepam :

a) Neonatus : bolus 5 mg iv

Page 40: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

28

b) Anak : bolus 10 mg iv

2) Dosis rumatan maksimal

a) Anak : 240 mg/hari

b) Neonatus : 120 mg/hari

3) Bila dengan dosis 240 mg/hari masih kejang (tetanus sangat berat),

harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis

diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari, dengan atau

tanpa kurarisasi

4) Diazepam sebaiknya diberikan dengan syringe pump, jangan

dicampur dalam botol cairan infus. Bila tidak ada syringe pump,

diberikan bolus tiap 2 jam (12x/hari).

5) Dapat dipertimbangkan penggunaan antikonvulsan lain, seperti

magnesium sulfat, bilamana ada gangguan saraf otonom.

Perawatan luka yang dicurigai, dilakukan sekaligus dengan

pembuangan jaringan yang diduga mengandung kuman dan spora

(debridement), sebaiknya dilakukan setelah diberikan antitoksin

dan antikonvulsi.

d. Terapi suportif

1) Bebaskan jalan napas

2) Hindarkan aspirasi (dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan

memindah-mindahkan posisi pasien)

3) Pemberian oksigen

4) Perawatan dengan stimulasi minimal

Page 41: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

29

5) Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila perlu dapat dipasang

sonde nasogastrik, asal tidak memperkuat kejang

6) Bantuan nafas pada tetanus berat/ tetanus neonatorum

7) Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit

Tetanus ringan dan tetanus sedang diberikan pengobatan tetanus dasar.

2. Tetanus berat/ sangat berat

a. Terapi dasar seperti di atas

b. Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan tracheostomi

c. Balance cairan dimonitor secara ketat

d. Apabila spasme sangat hebat (tetanus berat), perlu ventilasi mekanik

dengan Pancuronium bromide 0,02 mg/kg BB intravena, diikuti 0,05

mg/kg BB/kali, diberikan tiap 2-3 jam

e. Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan, berikan β-blocker

seperti propanolol/ α dan β blocker labetalol

Pengobatan dan penatalaksanaan tetanus oleh keluarga di rumah,

adalah sebagai berikut :

1. Setiap luka terbuka harus selalu di cuci dengan air mengalir.

2. Luka akibat benda diluar rumah harus lebih diwaspadai.

3. Rawat luka sementara dengan kain bersih dan kering. Tekan luka tersebut

sambil dibawa ke pertolongan medis terdekat.

E. Pencegahan Tetanus

Pencegahan terjadinya tetanus menurut PDT Ilmu Kesehatan Anak

edisi III, (2008), adalah sebagai berikut :

Page 42: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

30

1. Imunisasi Aktif

a. Imunisasi dasar Diphteri Pertusis Tetanus (DPT) diberikan tiga kali

sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18

bulan dan 5 tahun

b. Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan imunisasi Tetanus Toxoid

(TT) pada ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 kali suntikan untuk

mencapai tingkat TT lifelong card)

2. Pencegahan pada luka

a. Luka dibersihkan jaringan nekrotik dan benda asing dibuang

b. Luka ringan dan bersih

c. Imunisasi lengkap: tidak perlu Anti Tetanis Serum (ATS)/ tetanus

imunoglobulin

d. Luka sedang/berat dan kotor

e. Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 IU, atau tetanus

immunoglobulin 250-500 IU. Toksoid tetanus pada sisi lain

f. Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun: ulangan toksoid, ATS 3000-

5000 IU, tetanus immunoglobulin 250-500 IU

g. Monitoring

h. Spasme berkurang setelah 2-3 minggu, namun kekakuan dapat terus

berlangsung lebih lama

i. Kekakuan dapat tetap berlangsung sampai 6-8 minggu pada kasus

yang berat

j. Gangguan otonom biasanya dimulai beberapa hari setelah kejang dan

berlangsung selama 1-2 minggu.

Page 43: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

31

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk dari

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan

abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep

hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama

variabel (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003).

Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus dipengaruhi oleh

beberapa faktor, namun dalam penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor :

umur, pendidikan dan pekerjaan.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas tentang Pengetahuan keluarga

tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten

Subang Tahun 2012, maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Page 44: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

32

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber : Notoatmodjo, 2003

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definsi operasional Alat

ukur Skala Hasil Ukur

Pengetahuan

keluarga

tentang cara

mengatasi

tetanus

Segala sesuatu yang

diketahui keluarga

tentang

penatalaksanaan dan

pengobatan, serta

pencegahan tetanus

Kuesioner

Ordinal

1) Baik bila skor

atau nilai 76 –

100 %

2) Cukup bila

skor atau nilai

56 – 76 %

3) Kurang bila

skor atau nilai

< 55 %

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan keluarga,

meliputi :

Cara mengatasi

tetanus

4. Sumber informasi

5. Budaya

6. Pengalaman

7. Sosial ekonomi

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

Page 45: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

33

C. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena

(Arikunto, 2010). Dengan menggunakan pendekatan survey morbiditas

yaitu suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian

dan distribusi penyakit dalam masyarakat atau populasi. Survey ini dapat

sekaligus digunakan untuk mengetahui incidence atau kejadian suatu

penyakit maupun prevalensi.

Dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang Pengetahuan

keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B

Kabupaten Subang Tahun 2012.

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang mengandung pengertian

ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoadmodjo, 2010).

Sedangkan menurut Arikunto (2010), Variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini

terdiri dari dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang menentukan

variabel lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan keluarga.

Page 46: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

34

b. Variabel terikat (variabel dependen)

Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah cara mengatasi tetanus.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia ; pasien) yang

memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2008). Sedangkan menurut

Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien

tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2012

dengan jumlah 64 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010).

Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga

pasien tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun

2012 dengan jumlah 64 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan desain penelitian dengan Total Sampling, adalah teknik

pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian, maka sampel dalam penelitian ini adalah 68 orang.

Page 47: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

35

E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan menggunakan kuesioner pada

semua responden dengan kriteria yang ditentukan dan memohon

persetujuan responden dengan menggunakan informed concent, serta

menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner. Pengumpulan data dilakukan

melalui beberapa tahap yaitu :

a. Data primer

Adalah suatu data yang diperoleh secara lansung dari obyek

penelitian yaitu dibutuhkan sebagai bahan masukan yang nantinya

akan di analisis lebih lanjut, data ini diperoleh dengan cara wawancara,

observasi dan quisioner.

b. Data Sekunder

Adalah data yang sudah diolah atau data yang diperoleh dari

sumber lain, data tersebut diperoleh dari literatur yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

1) Interview

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab

secara langsung berhubungan dengan cara mengatasi tetanus.

2) Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan pedoman

berupa angket atau kuesioner.

Page 48: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

36

3) Observasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala fenomena yang sedang

diteliti.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan pada waktu peneliti

melakukan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner yang diberikan

secara langsung peneliti kepada responden agar hasil yang diharapkan

sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan 10 pertanyaan

mengenai pengertian dan cara mengatasi tetanus.

F. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), agar analisis penelitian menghasilkan

informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan pengolahan data yang

harus dilalui, yaitu :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :

1) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.

2) Jelas : apakah jawaban pertanyaan tulisannya cukup jelas terbaca.

Page 49: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

37

3) Relevan : apakah jawaban yang tertulis sudah relevan atau sesuai

dengan pertanyaannya.

4) Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten atau tetap.

b. Coding

Tahap pemberian simbol – simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka)

untuk hasil setiap jawaban kuesioner sesuai dengan simbol untuk masing-

masing skor untuk selanjutnya data yang ditetapkan untuk diolah

kemudian diberi skor untuk setiap hasil jawaban kuesioner sesuai dengan

sistem yang telah ditetapkan, jika jawaban benar diberi angka 1, dan jika

jawaban yang salah diberi angka 0.

c. Memasukan Data (Processing)

Memasukan data-data hasil penelitian dari masing – masing skor per

point dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari responden selesai dimasukan, perlu di cek

kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalah kode dan

kelengkapannya.

e. Tabulating

Tahap mengelompokan sesuai dengan variabel yang akan diteliti guna

memudahkan dalam menganalisisnya.

Page 50: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

38

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka dilakukan

analisa terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Arikunto, 2010).

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu variabel

atau tiap variabel. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini analisa univariat

akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi presentase pada variabel

independen dan variabel dependen.

Teknik analisa data yang digunakan adalah jumlah jawaban dalam

klasifikasi yang sama dibagi dengan jumlah responden secara keseluruhan

dan dikalikan 100%, hasilnya berupa persentase, dengan menggunakan rumus

berikut ini :

Keterangan :

p = Presentase

x = Jumlah skor jawaban responden

n = Jumlah seluruh item pertanyaan (Arikunto, 2010)

Menurut (Arikunto, 2006), kualitas pengetahuan pada masing –

masing tingkat pengetahuan dapat interpretasikan dengan skoring yaitu :

1. Baik bila skor atau nilai 76 – 100 %

2. Cukup bila skor atau nilai 56 – 76 %

3. Kurang bila skor atau nilai < 55 %

%100xn

xp

Page 51: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

39

H. Etika Penelitian

Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan selama

pelaksanaan penelitian, terutama pada saat pengisian jawaban kuesioner oleh

responden, maka terlebih dahulu responden diminta kesediaannya untuk

menandatangani surat keterangan persetujuan (informed consent).

Segala informasi yang diperoleh dari responden akan dijaga

kerahasiannya serta hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan

setelah selesai, semua catatan/ data mengenai responden akan dimusnahkan.

Sebagai pertimbangan etik, peneliti menyakinkan bahwa responden

terlindungi dengan aspek-aspek self determinations, privacy, anonymity,

confidentiality and protection from disconcomfort (Wella, 2008), dimana

uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Self determination. Responden diberi kebebasan untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak mengikuti penelitian ini secara sukarela

dengan menandatangani informed concent.

2. Privacy responden dijaga dengan merahasiakan informasi yang didapat

dari mereka dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini

3. Anonymity. Selama penelitian, nama dari responden tidak digunakan

sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor partisipan

4. Confidentiality. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dan informasi.

5. Protection from discomfort. Responden bebas dari rasa tidak nyaman

Page 52: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

40

I. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Dahlia RSUD Kelas B

Kabupaten Subang pada bulan Juni tahun 2012.

Page 53: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia dan tidak

keberatan untuk membantu memberikan informasi dan keterangan (responden)

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roni Jepisah, mahasiswa D-III

di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang, yang berjudul “GAMBARAN

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MENGATASI

TETANUS DI RUANG DAHLIA RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2012 “.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya tanpa paksaan

atau tekanan dari pihak manapun.

Subang, …………………… 2012

Responden

(…………………………….)

Page 54: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA

RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2012

No Variabel

Nomor Item

Pertanyaan

No

Pertanyaan

1. Pengetahuan Keluarga tentang

tetanus

1, 2, 3, 4, 5 & 6 1-6

2. Cara mengatasi tetanus 7, 8, 9 & 10 7-10

Page 55: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA

RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2012

A. Biodata

No. Resp : (di isi oleh peneliti)

Umur : ……. tahun

Pendidikan : SD SMP SMA PT

Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja

B. Pertanyaan Pengetahuan Keluarga

1. Apakah bapak/ibu tahu yang di maksud dengan penyakit infeksi tetanus ?

a. Ya, infksi yang disebabkan oleh luka akibat benda berkarat

b. Tidak

2. Apakah bapak/ibu tahu bahwa infeksi tetanus itu disebabkan oleh infeksi

clostiridium tetani ?

a. Ya

b. Tidak

Page 56: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

3. Apakah bapak/ibu tahu tahu bahwa infeksi tetanus bisa juga disebabkan

oleh luka akibat besi berkarat ?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah bapak/ibu tahu bahwa penyakit infeksi tetanus itu ditandai dengan

demam ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak/ibu tahu bahwa luka terbuka lebih potensial terjadi infeksi

tetanus ?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah bapak/ibu tahu bahwa penyakit infeksi tetanus dapat itu ditandai

gejala diantaranya kejang-kejang ?

a. Ya

b. Tidak

C. Pertanyaan Cara Mengatasi Tetanus

7. Apakah bapak/ibu tahu tahu cara mengatasi tetanus di rumah dengan

membersihkan luka dan merawatnya dengan alcohol dan bethadine ?

a. Ya

b. Tidak

Page 57: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

8. Apakah bapak/ibu tahu agar tidak terjadi tetanus pada luka terbuka, maka

luka harus dicuci dengan air bersih yang mengalir?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah bapak/ibu tahu dengan memberikan imunisasi DPT (Dipteri

Pertusis Tetanus) sejak usia 2 bulan dapat mencegah terjadinya tetanus ?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah bapak/ibu tahu salah satu imunisasi anti tetanus yang dapat

mencegah terjadinya tetanus adalah ATS (Anti tetanus serum) ?

a. Ya

b. Tidak

Page 58: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz,Hidayat. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

An, Sudoyo w, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Iv.Jakarta:Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Arikunto S. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Picornaviruses, 2002. Difteria, pertusis, tetanus.

Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :

Sagung Seto.

Kusmariadi, 2009 Biro Pengendalian Penyakit Menular. Tetanus. Jurnal (Online).

http://www.mass.gov/Eeohhs2/docs/dph/disease_reporting/guide/tetanus.

pdf , diakses pada tanggal 11 Juni 2012.

Depkes RI, 2009. Profile Kesehatan Ri tahun 2008. Jakarta

Dinkes Jabar, 2011. Profile Kesehatan Jawa Barat Tahun 2010. Bandung

RSUD Subang, 2012. Rekam Medik Laporan Morbiditas Pasien Rawat Inap.

Tidak dipublikasikan.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Page 59: KTI Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B KAbupaten Subang Tahun 2012

PDT, 2008. Ilmu Kesehatan Anak edisi III.

Siswomihardjo, Koento Wibisono 2005. Kebudayaan: adalah pengetahuan

manusia sebagai makhluk social. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Yurisa, Wella. 2008. Etika Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.