Upload
sopandi
View
1.900
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SOpandi-Subang
Citation preview
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA
RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2012
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :
RONI JEPISAH
NIM : 2009.105
PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG
AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER)
SUBANG 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal ini Telah Dipertahankan dan Telah Diperbaiki
Sesuai dengan Masukan Dewan Penguji Proposal Akper Kabupaten Subang
Subang, Juni 2012
Pembimbing
Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes
NIP. 19660411.198703.1.006
Penguji
H. Saefullah, S.Pd., SKM., M.Si., MARS
NIP. 19640504.198501.1.001
Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan Kabupaten Subang
Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep
Pembina IV/a
NIP. 19660807 198903 2 005
PERNYATAAN
Saya menyatakan Proposal Penelitian yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Keluarga tentang Cara Mengatasi Tetanus di Ruang Dahlia
RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2012” ini sepenuhnya karya sendiri.
Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan
saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menerima resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya bila kemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Subang, Juni 2012
Yang Membuat Pernyataan
RONI JEPISAH
NIM. 2009.105
LEMBAR PERBAIKAN
Nama : Roni Jepisah
Nim : 2009.105
No Materi Yang Di Perbaiki Hasil Perbaikan Keterangan
1
BAB I
2
BAB II
- Hal 10, cara salah coba (Trial and
error) perbaiki, cara coba salah
Sudah diperbaiki
sesuai saran
3
BAB III
-
4
Lain – Lain
1. Daftar Pustaka
2. Quisioner
3. Lampiran
-
-
-
Pembimbing
Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes
NIP. 19660411.198703.1.006
Penguji
H. Saefullah, S.Pd., SKM., M.Si., MARS
NIP. 19640504.198501.1.001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
N a m a : Roni Jepisah
N I M : 2009.105
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal lahir : Subang, 11 November 1989
A l a m a t : Jln. Pusakaratu, Pusakanagara - Subang
RIWAYAT PENDIDIKAN
No. Nama Sekolah Tahun Lulus
1.
2.
3.
4.
SDN Pusakanagara
MTs Cirebon
SMKN I Pusakajaya
Akper Kabupaten Subang
Tahun 1997 - 2003
Tahun 2003 - 2006
Tahun 2006 - 2009
Tahun 2009 - 2012
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan
waktu yang telah ditetapkan dengan judul “Gambaran Pengetahuan Keluarga
tentang Cara Mengatasi Tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten
Subang Tahun 2012”.
Penulisan Proposal Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam
rangka menempuh gelar Diploma III Akademi Keperawatan Kabupaten Subang.
Dalam penulisan Proposal Penelitian ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, baik dari segi ilmiahnya maupun dari segi penyusunan
materi yang disajikan. Terlepas dari kekurangsempurnaan Proposal Penelitian ini,
penulis berharap mudah-mudahan Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Dalam penulisan Proposal Penelitian ini, tidak terlepas dari dorongan,
nasehat, bimbingan serta bantuan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep., selaku Direktur Akademi
Keperawatan Kabupaten Subang.
2. Ibu Ane Widauri, S.Kep., Ners., MARS., selaku pembimbing akademik yang
telah membantu dan memberikan bimbingan dan motivasinya.
3. Bapak Dudi Turyadi, S.Pd., S.Kep., M.M.Kes., selaku pembimbing dalam
pembuatan Proposal Penelitian yang banyak memberikan arahan, motivasi dan
bimbingannya.
iii
4. Seluruh dosen beserta staf Akademi Keperawatan Kabupaten Subang yang
telah memberikan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di AKPER
Subang.
5. Kepala Ruang Dahlia RSUD Kelas yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan studi pendahuluan.
6. Responden di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Bapak dan mamah tercinta terima kasih atas dorongan do’a dan kasih
sayangnya dan selalu memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini.
8. Rekan-rekan Akper Angkatan 14, khususnya untuk Dicky, Nana wong, Hery
silalahi, Ucok al-uo, Cplek, Udin dan yang lainnya.
Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu keperwatan pada khususnya.
Subang, Juni 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan ............................................................... 8
1. Pengertian Pengetahuan .................................................... 8
2. Tingkatan Pengetahuan ..................................................... 9
3. Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................ 10
4. Cara Mengukur Pengetahuan............................................. 11
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............ 12
B. Konsep Keluarga .................................................................... 14
1. Pengertian Keluarga ......................................................... 14
2. Tipe / Bentuk Keluarga ..................................................... 15
3. Tahap Perkembangan Keluarga ........................................ 16
4. Peran Keluarga ................................................................. 17
5. Fungsi Keluarga ................................................................ 18
v
C. Konsep Tetanus ...................................................................... 20
1. Pengertian Tetanus ............................................................ 20
2. Klasifikasi Tetanus ........................................................... 21
3. Etiologi Tetanus ................................................................ 21
4. Manifestasi Klinis ............................................................. 22
5. Patofisiologi ...................................................................... 25
D. Cara Mengatasi Tetanus ......................................................... 27
E. Pencegahan Tetanus ............................................................... 29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep .................................................................. 31
B. Definisi Operasional .............................................................. 32
C. Metodologi Penelitian ............................................................ 33
1. Rancangan Penelitian ....................................................... 33
2. Variabel Penelitian ........................................................... 33
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 34
1. Populasi ............................................................................ 34
2. Sampel ............................................................................. 34
E. Pengumpulan Data ................................................................. 35
F. Pengolahan Data ..................................................................... 36
G. Analisis Data .......................................................................... 38
H. Etika penelitian ....................................................................... 39
I. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rekapitulasi Jumlah Pasien Tetanus Berdasarkan Umur di
RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2010 – Mei 2012 .... 4
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 32
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 Kisi-kisi kuesioner
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Lampiran 4 Bersedia menjadi pembimbing
Lampiran 5 Surat Studi Pendahuluan dari Akper Kab. Subang
Lampiran 6 Surat Ijin Studi Pendahuluan dari SDN Sukatani
Lampiran 7 Buku Bimbingan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional
adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum. Sedangkan hakekat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan kualitas hidup secara optimal,
baik jasmani, rohani, sosial maupun ekonomi (Depkes RI, 2008).
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah malakukan
upaya-upaya kesehatan dimana upaya yang semula menitikberatkan pada
upaya penyembuhan secara berangsur-angsur, berkembang kearah
keterpaduan, upaya kesehatan yang menyerluruh yaitu upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif), yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan
terjadi secara berkesinambungan yang dilakukan oleh setiap profesi
pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 2008).
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara
yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan
dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang
adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Tetanus adalah salah
2
satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan kematian (Depkes
RI, 2008).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium tetani. Masuk kedalam tubuh melalui luka yang terbuka,
jika masuk kedalam sistem saraf akan dapat menyebabkan kejang otot, kaku
kuduk, perut keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka
serta muka menyeringai. Sebanyak 45 - 55 % kasus tetanus berakhir dengan
kematian. Pencegahan Tetanus adalah dengan Imunisasi bersamaan dengan
difteri dan pertusis, dilakukan sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua
bulan dengan selang waktu penyuntikan satu - dua bulan. (Alimul Aziz,
2008).
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang merupakan
obligat anaerob, gram positif batang yang motil dan mudah bentuk
endospora, ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat.(Soejtiningsih, 2004).
Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling beresiko
menyebabkan kematian bayi baru lahir. Tetanus yang menyerang bayi usia
di bawah satu bulan, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum yang
disebabkan oleh basil Clostridium Tetani. Penyakit ini menular dan
menyebabkan resiko kematian sangat tinggi. Bisa dikatakan, seratus persen
bayi yang lahir terkena tetanus akan mengalami kematian.(Kusmariadi,
2009).
3
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara
yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan
dunia WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang
adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Karena penyakit ini
terkait erat dengan masalah sanitasi dan kebersihan selama proses kelahiran.
Menurut laporan kerja WHO pada bulan April 2004, dari 8,1 juta kematian
bayi di dunia, sekitar 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian
neonatal, sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus
neonatorum. Sedangkan angka kejadian tetanus neonatorum di Indonesia,
pada tahun 2004 sebanyak 760 kasus, meninggal 478 dengan (Case Fatality
Rate) CFR 72,42%. Pada tahun 2005 sebanyak 806 kasus, meninggal 475
kasus dengan CFR 58,93%. Tahun 2006 terdapat 816 kasus, meninggal 499
dengan CFR 61,15%. Dan pada tahun 2007 terdapat 570 kasus, meninggal
106 dengan CFR 18,6% Sejak tahun 2008, WHO memang mentargetkan
eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang
telah mencapai keberhasilan tersebut (Depkes RI, 2009).
Pada tahun 2007, Filipina dan Indonesia mencatatkan jumlah kasus
tetanus neonatorum tertinggi di antara 8 negara ASEAN. Jumlah penderita
di kedua-dua negara tersebut melebihi 100 orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di
Kamboja; Indonesia menduduki urutan ke-5. Jumlah kasus tetanus
neonatorum di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 175 kasus dengan
angka kematian (case fatality rate (CFR) 56% (Depkes RI, 2008).
4
Menurut catatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2008,
10 kasus dengan CFR 80%. Tahun 2009, 16 kasus dengan CFR 81,25%.
Pada tahun 2010, 18 kasus dengan CFR 50%. Dan hingga bulan Oktober
2011, terdapat 21 kasus dengan CFR 50%. (Dinkes Jawa Barat, 2011).
Di Kabupaten Subang data kejadian tetanus di peroleh dari rekam
medik RSUD Kelas B Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Jumlah Pasien Tetanus Berdasarkan Umur
Di RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2010 – Mei 2012
NO TAHUN
JUMLAH PASIEN
MENURUT GOLONGAN UMUR KELUAR KELUAR
0 -
28 H
28 H
- 1
T
1 -
4 T
5 -
14 T
15 -
24 T
25 -
44 T
45 -
64 T
> 6
5 T
HIDUP DAN MATI
MATI JNS KEL TOTAL
L P
1 2010 0 0 3 4 0 5 23 5 36 4 40 7
2 2011 0 0 3 5 0 4 17 1 28 2 30 6
3 Mei
2012 0 0 0 3 0 0 2 2 7 0 7 0
JUMLAH 0 0 6 12 0 9 42 8 71 6 77 13
Sumber : Rekam Medik RSUD Kelas B Kabupaten Subang, 2012
Dilihat dari tabel di atas kejadian tetanus di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang masih tinggi dan masih adanya pasien meninggal. Untuk
mengurangi hal tersebut sangat diperlukan pengetahuan keluarga tentang
cara mengatasi tetanus.
Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan,
khususnya tindakan mobilisasi dini pasca oeprasi caesar. Pengetahuan yang
5
dimiliki keluarga juga dapat dipengaruhi oleh faktor seperti usia,
pendidikan, dan pekerjaan.(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : umur, pendidikan, pekerjaan, media informasi,
budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan
keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B
Kabupaten Subang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan keluarga
tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten
Subang Tahun 2012?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan keluarga tentang cara
mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang
Tahun 2012.
6
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus
berdasarkan umur.
b. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus
berdasarkan pendidikan.
c. Diketahuinya pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus
berdasarkan pekerjaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya, khususnya tentang cara mengatasi tetanus.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk menambah wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya
bidan dalam memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya
melakukan cara mengatasi tetanus dengan baik dan benar.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
pada keluarga tentang pentingnya melakukan cara mengatasi tetanus.
4. Bagi Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan
menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
7
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan pengetahuan keluarga tentang pentingnya
melakukan cara mengatasi dan merawat tetanus, sehingga pengetahuan
dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu
yang telah di dapat selama studi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu hasil usaha manusia untuk memahami
kenyataan sejauh dapat dijangkau oleh pemikiran manusia, berdasarkan
pengalaman manusia secara empiris (Siswomiharjo, 2005).
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Berdasarkan teori-teori di atas disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah hasil tahu manusia setelah melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata atau telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
9
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan
pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapi. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman
orang lain.
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang cukup didalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
b. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
10
d. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
stuktur organisasi tersebut masih ada kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (sintesis), yaitu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam sutu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhap suatu materi atua objek.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa cara seseorang
mendapat pengetahuan. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi :
a. Cara coba salah (Trial and error), Cara coba ini dilakukan dengan
kemungkinan tersebut tidak berhasil di coba kemungkinan yang lain.
b. Cara kekuasaan di otoritas, Dimana pengetahuan perorangan
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan memimpin adanya maupun
ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi, Dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam mematahkan permasalahan
yang dipahami pada masa yang lalu.
d. Melalui jalan pikiran, Yaitu manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam menggunakan pengetahuan.
11
e. Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah.
4. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974)
dalam Notoatmodjo (2003), bahwa sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru di dalam dirinya terjadi proses yang beruntun yaitu :
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tersebut, disini
sikap subyek sudah mulai terbentuk.
c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Uji coba (Trial) dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi (Adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
12
Menurut (Arikunto, 2006) bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitihan atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat – tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan
pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
skoring yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100 %
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 76 %
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 55 %
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), fakto-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang
baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam
pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan
seseorang) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat
13
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru.
c. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang
dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan yang
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi
seseorang. Orang yang bekerja kehidupannya akan lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak bekerja, sehingga semakin baik
pekerjaan seseorang maka diharapkan akan baik pula pengetahuan
seseorang.
d. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak
memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan
yang lebih luas.
e. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring
sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
f. Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin
14
bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman
seseorang akan lebih jauh lebih luas.
g. Sosial Ekonomi
Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya
(misalnya sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin
tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan
lebih mudah untuk mendapatkan informasi.
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut Sudiharto
(2007) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010),
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.
Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu
15
rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah
dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak – anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek,
bibi, paman, sepupu.
d. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu
keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena
perceraian dan / atau kematian pasangan yang dicintai.
16
f. Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga dari
perkawinan poligami dan hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia
bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.
Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai – nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan
ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai- nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita
cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan), tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak – anak
yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
17
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah
kesehatan.
4. Peran Keluarga
Adapun peran keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto
(2007), adalah sebagai berikut :
a. Peran formal
1) Peran parenteral dan perkawinan
Mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami – ayah dan ibu – istri :
a. Peran sebagai provider (penyedia)
b. Pran sebagai pengatur rumah tangga
c. Peran perawatan anak
d. Peran sosialisasi anak
e. Peran rekreasi
f. Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal)
g. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
h. Peran seksual
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu
hubungan perkawinan yang kokoh. Anak – anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan
menciptakan situasi dimana suami – istri membentuk suatu koalisi
18
dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan
salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran Informal
1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.
2) Inisiater – kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide – ide
baru atau cara – cara mengingat masalah – masalah atau tujuan -
tujuan kelompok.
3) Pendamai (Compromiser) : Merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian
“setengah jalan”
4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan
atau keakraban.
5. Fungsi Keluarga (Sudiharto, 2007)
a. Fungsi Afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan psiko social fungsi efektif ini merupakan
sumber energi kebahagiaan keluarga.
19
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh
keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat
tinggal, dll.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan
kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
1) Keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi masalah kesehatan.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan
4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan
suasana rumah yang sehat.
20
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tepat.
C. Konsep Tetanus
1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh
tetanuspasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus termasuk di
dalamnya tetanus neonatorum, tetanus generalisata dan gangguan
neurologis lokal (Sudoyo, 2006).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh
infeksi Clostridium tetani, pada kulit/ luka. Tetanus merupakan manifes
dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang disebabkan
oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium tetani.
Keadaan sakit diawali dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot
rangka dan diikuti adanya kontraksi paroksismal. Kekakuan otot terjadi
pada rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu akan merata ke
seluruh tubuh.(Brook I., 2002).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin
kuman Clostridium tetani bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal,
21
diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu
tampak pada otot massater dan otot-otot rangka. (Hidayat, 2006).
2. Klasifikasi Tetanus
Klasifikasi tetanus menurut Sudoyo, (2006) adalah sebagai berikut :
a. Derajat I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spastisitas
generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau
tanpa disfagia.
b. Derajat II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas,
spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang
dengan frekuensi pernafasan lebihd dari 30 disfagia ringan.
c. Derajat III (berat) : Trismus berat, spastisitas generalsata, spasme
refleks berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40, serangan
apnea, disfalgia berat dan takikardia lebih dari 120.
d. Derajat IV (sangat berat) : Derajat tiga dengan gangguan otonomik
berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia
terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya
dapat menetap.
3. Etiologi Tetanus
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping,
berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk
golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai
22
bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang
(drum stick). Kuman mengeluarkan toksi yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan
saraf penfer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan pada suhu 65 0C
akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenal pula tetanolisin yang
bersifat hemolisis, yang perannya kurang dalam proses penyakit (Hidayat,
2006).
4. Manifestasi Klinis
Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma. Kontaminasi luka
dengan tanah, kotoran binatang, atau logam berkarat dapat menyebabkan
tetanus. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus
gangren, luka gigitan ular yang mengalami nekrosis, infeksi telinga
tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi intramuskular dan pembedahan.
Trauma yang menyebabkan tetanus dapat hanyalah trauma ringan. Trauma
yang menyebabkan tetanus dapat hanyalah trauma ringan, dan sampai 50
% kasus trauma terjadi di dalam gedung yang tidak dianggap terlalu serius
untuk mencari pertolongan medis. Pada 15-25% pasien, tidak terdapat
bukti adanya perlukaan baru.
a. Tetanus Generalisata
Tetanus generalisata merupakan bentuk yang paling umum dari
tetanus yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme
generalisata. Maka inkubasi bervariasi, tergantung pada lokasi luka
23
dan lebih singkat pada tetanus berat, median onset setelah trauma
adalah 7 hari, 15% kasus terjadi dalam 3 hari dan 10% kasus terjadi
setelah 14 hari.
Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila
berat disfungsi otonomik. Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan
kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal
tetanus. Spasme otot massester menyebabkan trismus atau “rahang
terkunci”. Spasme secara progresif meluas ke otot-otot wajah yang
menyebabkan ekspresi wajah yang khas, “risus sardonicus” dan
meluas ke otot-otot untuk menelan yang menyebabkan disfalgia.
Spasme ini dipicu oleh stimulus internal dan eksternal dapat
berlangsung selama beberapa menit dan dirasakan nyeri. Rigiditas otot
leher menyebabkan retraksi kepala. Rigiditas tubuh menyebabkan
opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya kelenturan
dinding dada. Refleks tendon dalam meningkat. Pasien dapat demam,
walaupun banyak yang tidak, sedangkan kesadaran tidak terpengaruh.
b. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata
dan biasanya fatal apabila tidak diterapi. Tetanus neonatorum terjadi
pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi secara
adekuat terutama setelah perawatan bekas potongan tali pusat yang
tidak steril. Resiko infeksi tergantung pada panjang tali pusat,
kebersihan lingkungan dan kebersihan saat mengikat dan memotong
24
umbilikus. Onset biasanya dalam 2 minggu pertama kehidupan.
Rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas dan spasme merupakan
gambaran khas tetanus neonatorum. Diantara neonatonus yang
terinfeksi, 90% meninggal dan retardasi mental terjadi pada yang
bertahan hidup.
c. Tetanus Lokal
Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang dimana
manifestasi klinisnya terbatas hanya pada otot-otot disekitar luka.
Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat
hubungan neuromuskuler. Gejala-gejalanya bersifat ringan dan dapat
bertahan sampai berbulan-bulan. Progresif ke tetanus generalisata
dapat terjadi. Namun demikian secara umum prognosisnya baik.
d. Tetanus sefalik
Tetanus sefalik merupakan bentuk yang jarang dari tetanus
lokal, yang terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga. Masa
inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau lebih
saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke-7. Disfagia dan paralisis
otot ekstraokular dapat terjadi. Mortalitasnya tinggi.
(Sudoyo, 2006).
Masa tunas tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala
klinis biasanya mendadak, didahului oleh ketegangan otot terutama
pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesungkaran membuka mulut
(trismus) karena spasme otot masseter. Kejang otot ini akan berlanjut
25
ke kuduk (opistotonus), dinding perut dan sepanjang tulang belakang.
Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung, sering tampak risus
sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi. Gambaran umum yang kahs pada tetanus adalah berupa
badan kaku dengan opistotonus, tungkai dalam ekstensi, lengan kaku
dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Serangan
timbul paroksismai, dapat dicetuskan oleh rangsang suara, cahaya
maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena
kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada
anak). Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada
stadium akhir. (Hidayat, 2006).
5. Patofisiologi
Berbagai keadaan di bawah ini dapat menyebabkan keadaan
anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus :
1. Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau
kaleng, pisau dan benda tajam lainnya.
2. Luka karena tabrakan, kecelakaan kerja ataupun karena perang.
3. Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telingan atau
tonsil, gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman
penyebab tetanus.
26
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu :
1. Toksin diabsorbsi ujung saraf motorik dan melalui sumbu silidrik
dibawa ke kornu anteriior susunan saraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi
darah arteri kemudian masuk susunan saraf pusat.
3. Toksin bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat jaringan saraf dan
bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh anatoksin
spesifik. Toksin yang bebas dalam darah, sangat mudah dinetralkan
oleh antitoksin spesifik.
Perubahan morfologi amat minimal dan tidak spesifik. Jaringan
luka biasanya hanya menampakkan reaksi radang non spesifik dengan
nekrosis jaringan. Jaringan saraf juga menampakkan reaksi non spesifik
dan terdiri atas pembengkakan sel-sel ganglion motorik yang berhubungan
dengan pembengkakan dan lisis inti sel. (Hidayat, 2006).
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala
pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang
waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7
hari. Inkubasi dan onset yang lebih pendek berkaitan dengan tingkat
keparahan penyakit yang lebih berat. Minggu pertama ditandai rigiditas
dan spasme otot yang semakin parah. Gangguan otonomik biasanya
dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan 1-2 minggu. Spasme
berkurang setelah 2-3 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama.
Pemulihan terjadi karena tumbuhnya lagi akson terminal dan karena
27
penghancuran toksin. Pemulihan bisa memerlukan waktu sampai 4
minggu. (Sudoyo, 2006).
D. Cara Mengatasi Tetanus
Penatalaksanaan dan Pengobatan tetanus secara umum di rumah sakit
berdasarkan klasifikasi, adalah sebagai berikut :
1. Terapi dasar tetanus
a. Antibiotik diberikan selama 10 hari atau 2 minggu bila ada komplikasi
1) Penicillin procaine 50.000 IU/kg BB/kali IM tiap 12 jam
2) Metronidazole loading dose 15 mg/kg BB/jam secara drip,
selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jam
Catatan : bila ada sepsis/pneumonia, dapat ditambahkan antibiotik
yang sesuai.
b. Imunisasi aktif-pasif
1) Anti tetanus serum (ATS) 5000-10.000 UI, diberikan i.m. Untuk
neonatus, bisa diberikan iv; apabila tersedia dapat diberikan
Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 UI i.m
2) dilakukan imunisasi DT/TT/DTP pada sisi lain, pada saat
bersamaan.
c. Antikonvulsi
Pada dasarnya, kejang diatasi dengan diazepam, dosis disesuaikan
dengan respon klinis (titrasi) :
1) Bila datang dengan kejang diberi diazepam :
a) Neonatus : bolus 5 mg iv
28
b) Anak : bolus 10 mg iv
2) Dosis rumatan maksimal
a) Anak : 240 mg/hari
b) Neonatus : 120 mg/hari
3) Bila dengan dosis 240 mg/hari masih kejang (tetanus sangat berat),
harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis
diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari, dengan atau
tanpa kurarisasi
4) Diazepam sebaiknya diberikan dengan syringe pump, jangan
dicampur dalam botol cairan infus. Bila tidak ada syringe pump,
diberikan bolus tiap 2 jam (12x/hari).
5) Dapat dipertimbangkan penggunaan antikonvulsan lain, seperti
magnesium sulfat, bilamana ada gangguan saraf otonom.
Perawatan luka yang dicurigai, dilakukan sekaligus dengan
pembuangan jaringan yang diduga mengandung kuman dan spora
(debridement), sebaiknya dilakukan setelah diberikan antitoksin
dan antikonvulsi.
d. Terapi suportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Hindarkan aspirasi (dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan
memindah-mindahkan posisi pasien)
3) Pemberian oksigen
4) Perawatan dengan stimulasi minimal
29
5) Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila perlu dapat dipasang
sonde nasogastrik, asal tidak memperkuat kejang
6) Bantuan nafas pada tetanus berat/ tetanus neonatorum
7) Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit
Tetanus ringan dan tetanus sedang diberikan pengobatan tetanus dasar.
2. Tetanus berat/ sangat berat
a. Terapi dasar seperti di atas
b. Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan tracheostomi
c. Balance cairan dimonitor secara ketat
d. Apabila spasme sangat hebat (tetanus berat), perlu ventilasi mekanik
dengan Pancuronium bromide 0,02 mg/kg BB intravena, diikuti 0,05
mg/kg BB/kali, diberikan tiap 2-3 jam
e. Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan, berikan β-blocker
seperti propanolol/ α dan β blocker labetalol
Pengobatan dan penatalaksanaan tetanus oleh keluarga di rumah,
adalah sebagai berikut :
1. Setiap luka terbuka harus selalu di cuci dengan air mengalir.
2. Luka akibat benda diluar rumah harus lebih diwaspadai.
3. Rawat luka sementara dengan kain bersih dan kering. Tekan luka tersebut
sambil dibawa ke pertolongan medis terdekat.
E. Pencegahan Tetanus
Pencegahan terjadinya tetanus menurut PDT Ilmu Kesehatan Anak
edisi III, (2008), adalah sebagai berikut :
30
1. Imunisasi Aktif
a. Imunisasi dasar Diphteri Pertusis Tetanus (DPT) diberikan tiga kali
sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18
bulan dan 5 tahun
b. Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) pada ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5 kali suntikan untuk
mencapai tingkat TT lifelong card)
2. Pencegahan pada luka
a. Luka dibersihkan jaringan nekrotik dan benda asing dibuang
b. Luka ringan dan bersih
c. Imunisasi lengkap: tidak perlu Anti Tetanis Serum (ATS)/ tetanus
imunoglobulin
d. Luka sedang/berat dan kotor
e. Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 IU, atau tetanus
immunoglobulin 250-500 IU. Toksoid tetanus pada sisi lain
f. Imunisasi (+), lamanya sudah > 5 tahun: ulangan toksoid, ATS 3000-
5000 IU, tetanus immunoglobulin 250-500 IU
g. Monitoring
h. Spasme berkurang setelah 2-3 minggu, namun kekakuan dapat terus
berlangsung lebih lama
i. Kekakuan dapat tetap berlangsung sampai 6-8 minggu pada kasus
yang berat
j. Gangguan otonom biasanya dimulai beberapa hari setelah kejang dan
berlangsung selama 1-2 minggu.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk dari
generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan
abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep
hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama
variabel (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan keluarga tentang cara mengatasi tetanus dipengaruhi oleh
beberapa faktor, namun dalam penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor :
umur, pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas tentang Pengetahuan keluarga
tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten
Subang Tahun 2012, maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
32
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Sumber : Notoatmodjo, 2003
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definsi operasional Alat
ukur Skala Hasil Ukur
Pengetahuan
keluarga
tentang cara
mengatasi
tetanus
Segala sesuatu yang
diketahui keluarga
tentang
penatalaksanaan dan
pengobatan, serta
pencegahan tetanus
Kuesioner
Ordinal
1) Baik bila skor
atau nilai 76 –
100 %
2) Cukup bila
skor atau nilai
56 – 76 %
3) Kurang bila
skor atau nilai
< 55 %
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan keluarga,
meliputi :
Cara mengatasi
tetanus
4. Sumber informasi
5. Budaya
6. Pengalaman
7. Sosial ekonomi
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
33
C. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena
(Arikunto, 2010). Dengan menggunakan pendekatan survey morbiditas
yaitu suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian
dan distribusi penyakit dalam masyarakat atau populasi. Survey ini dapat
sekaligus digunakan untuk mengetahui incidence atau kejadian suatu
penyakit maupun prevalensi.
Dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang Pengetahuan
keluarga tentang cara mengatasi tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B
Kabupaten Subang Tahun 2012.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang mengandung pengertian
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoadmodjo, 2010).
Sedangkan menurut Arikunto (2010), Variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu :
a. Variabel bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang menentukan
variabel lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan keluarga.
34
b. Variabel terikat (variabel dependen)
Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah cara mengatasi tetanus.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia ; pasien) yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2008). Sedangkan menurut
Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien
tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun 2012
dengan jumlah 64 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010).
Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga
pasien tetanus di Ruang Dahlia RSUD Kelas B Kabupaten Subang Tahun
2012 dengan jumlah 64 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan desain penelitian dengan Total Sampling, adalah teknik
pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian, maka sampel dalam penelitian ini adalah 68 orang.
35
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan menggunakan kuesioner pada
semua responden dengan kriteria yang ditentukan dan memohon
persetujuan responden dengan menggunakan informed concent, serta
menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner. Pengumpulan data dilakukan
melalui beberapa tahap yaitu :
a. Data primer
Adalah suatu data yang diperoleh secara lansung dari obyek
penelitian yaitu dibutuhkan sebagai bahan masukan yang nantinya
akan di analisis lebih lanjut, data ini diperoleh dengan cara wawancara,
observasi dan quisioner.
b. Data Sekunder
Adalah data yang sudah diolah atau data yang diperoleh dari
sumber lain, data tersebut diperoleh dari literatur yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
1) Interview
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung berhubungan dengan cara mengatasi tetanus.
2) Kuesioner
Yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan pedoman
berupa angket atau kuesioner.
36
3) Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala fenomena yang sedang
diteliti.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan pada waktu peneliti
melakukan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner yang diberikan
secara langsung peneliti kepada responden agar hasil yang diharapkan
sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan 10 pertanyaan
mengenai pengertian dan cara mengatasi tetanus.
F. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), agar analisis penelitian menghasilkan
informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan pengolahan data yang
harus dilalui, yaitu :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :
1) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
2) Jelas : apakah jawaban pertanyaan tulisannya cukup jelas terbaca.
37
3) Relevan : apakah jawaban yang tertulis sudah relevan atau sesuai
dengan pertanyaannya.
4) Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten atau tetap.
b. Coding
Tahap pemberian simbol – simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka)
untuk hasil setiap jawaban kuesioner sesuai dengan simbol untuk masing-
masing skor untuk selanjutnya data yang ditetapkan untuk diolah
kemudian diberi skor untuk setiap hasil jawaban kuesioner sesuai dengan
sistem yang telah ditetapkan, jika jawaban benar diberi angka 1, dan jika
jawaban yang salah diberi angka 0.
c. Memasukan Data (Processing)
Memasukan data-data hasil penelitian dari masing – masing skor per
point dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari responden selesai dimasukan, perlu di cek
kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalah kode dan
kelengkapannya.
e. Tabulating
Tahap mengelompokan sesuai dengan variabel yang akan diteliti guna
memudahkan dalam menganalisisnya.
38
G. Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka dilakukan
analisa terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Arikunto, 2010).
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu variabel
atau tiap variabel. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini analisa univariat
akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi presentase pada variabel
independen dan variabel dependen.
Teknik analisa data yang digunakan adalah jumlah jawaban dalam
klasifikasi yang sama dibagi dengan jumlah responden secara keseluruhan
dan dikalikan 100%, hasilnya berupa persentase, dengan menggunakan rumus
berikut ini :
Keterangan :
p = Presentase
x = Jumlah skor jawaban responden
n = Jumlah seluruh item pertanyaan (Arikunto, 2010)
Menurut (Arikunto, 2006), kualitas pengetahuan pada masing –
masing tingkat pengetahuan dapat interpretasikan dengan skoring yaitu :
1. Baik bila skor atau nilai 76 – 100 %
2. Cukup bila skor atau nilai 56 – 76 %
3. Kurang bila skor atau nilai < 55 %
%100xn
xp
39
H. Etika Penelitian
Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan selama
pelaksanaan penelitian, terutama pada saat pengisian jawaban kuesioner oleh
responden, maka terlebih dahulu responden diminta kesediaannya untuk
menandatangani surat keterangan persetujuan (informed consent).
Segala informasi yang diperoleh dari responden akan dijaga
kerahasiannya serta hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan
setelah selesai, semua catatan/ data mengenai responden akan dimusnahkan.
Sebagai pertimbangan etik, peneliti menyakinkan bahwa responden
terlindungi dengan aspek-aspek self determinations, privacy, anonymity,
confidentiality and protection from disconcomfort (Wella, 2008), dimana
uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Self determination. Responden diberi kebebasan untuk menentukan
apakah bersedia atau tidak mengikuti penelitian ini secara sukarela
dengan menandatangani informed concent.
2. Privacy responden dijaga dengan merahasiakan informasi yang didapat
dari mereka dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini
3. Anonymity. Selama penelitian, nama dari responden tidak digunakan
sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor partisipan
4. Confidentiality. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dan informasi.
5. Protection from discomfort. Responden bebas dari rasa tidak nyaman
40
I. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Dahlia RSUD Kelas B
Kabupaten Subang pada bulan Juni tahun 2012.
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia dan tidak
keberatan untuk membantu memberikan informasi dan keterangan (responden)
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roni Jepisah, mahasiswa D-III
di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang, yang berjudul “GAMBARAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MENGATASI
TETANUS DI RUANG DAHLIA RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2012 “.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya tanpa paksaan
atau tekanan dari pihak manapun.
Subang, …………………… 2012
Responden
(…………………………….)
KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA
RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2012
No Variabel
Nomor Item
Pertanyaan
No
Pertanyaan
1. Pengetahuan Keluarga tentang
tetanus
1, 2, 3, 4, 5 & 6 1-6
2. Cara mengatasi tetanus 7, 8, 9 & 10 7-10
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
CARA MENGATASI TETANUS DI RUANG DAHLIA
RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2012
A. Biodata
No. Resp : (di isi oleh peneliti)
Umur : ……. tahun
Pendidikan : SD SMP SMA PT
Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja
B. Pertanyaan Pengetahuan Keluarga
1. Apakah bapak/ibu tahu yang di maksud dengan penyakit infeksi tetanus ?
a. Ya, infksi yang disebabkan oleh luka akibat benda berkarat
b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu tahu bahwa infeksi tetanus itu disebabkan oleh infeksi
clostiridium tetani ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah bapak/ibu tahu tahu bahwa infeksi tetanus bisa juga disebabkan
oleh luka akibat besi berkarat ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah bapak/ibu tahu bahwa penyakit infeksi tetanus itu ditandai dengan
demam ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah bapak/ibu tahu bahwa luka terbuka lebih potensial terjadi infeksi
tetanus ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah bapak/ibu tahu bahwa penyakit infeksi tetanus dapat itu ditandai
gejala diantaranya kejang-kejang ?
a. Ya
b. Tidak
C. Pertanyaan Cara Mengatasi Tetanus
7. Apakah bapak/ibu tahu tahu cara mengatasi tetanus di rumah dengan
membersihkan luka dan merawatnya dengan alcohol dan bethadine ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah bapak/ibu tahu agar tidak terjadi tetanus pada luka terbuka, maka
luka harus dicuci dengan air bersih yang mengalir?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah bapak/ibu tahu dengan memberikan imunisasi DPT (Dipteri
Pertusis Tetanus) sejak usia 2 bulan dapat mencegah terjadinya tetanus ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah bapak/ibu tahu salah satu imunisasi anti tetanus yang dapat
mencegah terjadinya tetanus adalah ATS (Anti tetanus serum) ?
a. Ya
b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz,Hidayat. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
An, Sudoyo w, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Iv.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Arikunto S. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Picornaviruses, 2002. Difteria, pertusis, tetanus.
Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Kusmariadi, 2009 Biro Pengendalian Penyakit Menular. Tetanus. Jurnal (Online).
http://www.mass.gov/Eeohhs2/docs/dph/disease_reporting/guide/tetanus.
pdf , diakses pada tanggal 11 Juni 2012.
Depkes RI, 2009. Profile Kesehatan Ri tahun 2008. Jakarta
Dinkes Jabar, 2011. Profile Kesehatan Jawa Barat Tahun 2010. Bandung
RSUD Subang, 2012. Rekam Medik Laporan Morbiditas Pasien Rawat Inap.
Tidak dipublikasikan.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
PDT, 2008. Ilmu Kesehatan Anak edisi III.
Siswomihardjo, Koento Wibisono 2005. Kebudayaan: adalah pengetahuan
manusia sebagai makhluk social. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Yurisa, Wella. 2008. Etika Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.