101
USULAN PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS SRI MARTUTI PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010 Disusun untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Kegiatan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan M e n c a p a i D e r a j a t D i p l o m a III Kebidanan Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta Disusun Oleh : MARIA MUTIARA CO`O 07085 AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA i

Kti Karya Husada Jogja 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASI

Citation preview

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS SRI MARTUTI PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2010

Disusun untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Kegiatan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Diploma III Kebidanan

Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Disusun Oleh :

MARIA MUTIARA CO`O

07085

AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA

PRODI D-III KEBIDANAN

YOGYAKARTA

TAHUN 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan Karya Tulis Ilmiah Berjudul

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta

Tahun 2010

Menyetujui

Pembimbing 1Pembimbing II

Istiqomah,APP,MPH Murti Krismiyati, S.SiT.

Mengetahui

Direktur

Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Bagus Putu Arka, Spd,M.Kes

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta

Tahun 2010

Disusun Oleh:

Maria Mutiara Coo

07085

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal Maret 2010

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

Istiqomah,APP,MPH_______________

Anggota

Murti Krismiyati, S.SiT._______________

Anggota

Siti Maryati, S.Kep, Ns._______________

Mengetahui

Direktur Ka. Prodi

Akademi Kesehatan Diploma III Kebidanan

Karya Husada Yogyakarta

Bagus Putu Arka Spd, M.KesSulistyaningsih,P. S.Si.T

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Diploma III Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta.

Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami berbagai kesulitan, namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Bagus Putu Arka, S.Pd, M.Kes selaku direktur direktur Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta.

2. Ibu Sulistyaningsih.P.S.SiT selaku ketua program studi Diploma III Kebidanan.

3. Ibu Istiqomah,APP.MPH selaku pembimbing I.

4. Ibu Murti Krismiyati, S.SiT., selaku pembimbing II.

5. Dosen-dosen dan staf Akademi Kesehatan karya Husada Atas bimbingannya selama ini.

6. Ibu Sri Martuti, selaku Bidan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul yang telah banyak membantu.

7. Orang tua, adik dan keluargaku tercinta atas dukungan, doa, finansial dan semangat yang selalu diberikan.

8. Kak Ory yang selama ini selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Teman-teman di Akes Karya Husada khususnya Prodi Kebidanan angkatan ke-2 atas kerjasamanya.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempura, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 3 Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah1

B. Rumusan Masalah5

C. Tujuan5

D. Manfaat6

F. Keaslian Penelitian6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori9

1. Pengetahuan 9

2. Praktek 13

3. ASI Eksklusif 14

4.Makanan Pendamping ASI26

B. Kerangka Teori 33

C. Kerangka Konsep 34

D. Hipotesis34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 35

B. Desain Penelitian36

C. Variabel Penelitian 37

D.Definisi Operasional38

E.Populasi dan sampel38

F.Lokasi dan Waktu Penelitian39

G. Tehnik Pengumpulan Data40

H. Instrumen Pengumpulan Data41

I. Pengolahan dan Analisis Data 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kisi-kisi kuisioner41

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori33

Gambar 2. Kerangka Konsep34

Gambar 3. Desain Penelitian36

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Dummy Tabel

Lampiran 3 : Surat Permohonan Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Kuisioner

Lampiran 5 : Kunci Jawaban

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyusui anak kini menjadi trend di seluruh dunia, dan menurut WHO Indonesia merupakan negara yang lambat dalam mengikuti trend ini. Di samping itu, di negara-negara lain di dunia susu formula sangat dibatasi, sedangkan di Indonesia susu formula bahkan di promosikan di sejumlah Rumah Sakit (WHO, 2005).

Gerbang utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dampak pemberian ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual lebih baik. IQ-pun bisa lebih tinggi di bandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi tidak di beri ASI eksklusif (Markum, 2006). Selain itu ASI memiliki kaya gizi, bahkan melindungi bayi dari kematian dan kesakitan. Bayi yang di beri ASI eksklusif kemungkinan menderita diare dan infeksi pernapasan hanya seperempat dari seluruh kejadian yang di derita bayi yang tidak di beri ASI (WHO, 2004).

Pemberian ASI eksklusif menurut hasil penelitian (Bernandus, A., 1999) di pengaruhi oleh berbagai faktor yang cukup kompleks, di antaranya psikis, fisik, pengetahuan, keterampilan ibu, maupun sosial budaya. Contohnya di Kabupaten Indramayu faktor yang paling menonjol yaitu pengetahuan. Karena pengetahuan ibu yang masih rendah menyebabkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan tidak diterapkan dengan baik. Di samping itu faktor lain yang turut berperan adalah pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat, kebijakan dan kegiatan yang memadai.

WHO dan Departemen Kesehatan sudah lama mencanangkan anjuran bagi para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, tapi pada kenyataannya pelaksanaan anjuran tersebut masih jauh dari harapan. Menurut WHO dan Departemen Kesehatan masih banyak ibu yang memberikan ASI kepada bayinya secara tidak benar. Lebih dari 50% bayi di Indonesia sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur kurang dari 1 bulan. Bahkan pada umur 2-3 bulan, bayi ada yang sudah mendapat makanan padat. Bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI berupa cairan, termasuk vitamin, mineral, obat-obatan, di golongkan sebagai predominant breast-feeding baby (bayi ASI predominan). Sedangkan bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI berupa makanan padat, semi padat atau cairan, termasuk vitamin, mineral, atau obat-obatan di definisikan sebagai partial breast baby (bayi ASI parsial).

ASI mampu mengurangi angka kematian bayi karena meningkatkan daya imunitasnya sehingga lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, ASI mengandung zat gizi yang selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Wahyuni, 2005).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan terbatas dan tradisi turun temurun merupakan faktor yang mendukung timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi. Akibatnya para ibu memberikan bentuk cairan sebagai makanan pendamping ASI sebelum bayi mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan sangat sulit di laksanakan sesuai harapan (Roesli, 2005).

Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Sementara penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabodetabek (1995) di peroleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya 5%, sementara 98% ibu-ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2005).

Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Berdasarkan penelitian Haryati (1996) menunjukkan ibu yang berpendidikan rendah hanya 4% memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dan ibu yang berpengetahuan baik dan sering mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan hampir mencapai 100% memberikan ASI secara eksklusif.

Cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Propinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 7.994 (34%), meningkat 118 (1,49%) dibanding tahun 2006. Angka ini belum mencapai target SPM (40%), sehingga perlu sosialisasi ASI pada ibu baru melahirkan untuk memberikan ASInya secara Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan (Profil Kesehatan DIY, 2008). Sedangkan dari hasil studi pendahuluan, di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Januari 2010 jumlah bayi berumur 0-6 bulan sebanyak 50 bayi, yang mendapat ASI eksklusif hanya 25%.

Buruknya pemberian ASI ini di picu oleh promosi susu formula di berbagai media dan sarana pelayanan kesehatan (www.depkes.or.id, 2009), sehingga muncul perilaku meniru yang salah oleh para ibu dari keluarga yang mampu dengan memberikan susu formula pada bayinya karena gengsi, mau menunjukkan kelebihannya ke orang lain. Selain itu banyak juga para ibu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari ASI eksklusif karena bisa dibeli dengan harga yang mahal, sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa bahkan tidak sempat memberikan ASI eksklusif kepada anaknya ( Roesli, 2005 ).

Bila ibu-ibu di Indonesia tetap mengesampingkan ASI dan lebih memilih memberikan susu formula kepada anak-anaknya, kecerdasan anak-anak Indonesia akan tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia yang hanya memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai umur 6 bulan. Padahal Indonesia harus bersandar pada anak-anak itu untuk memasuki era globalisasi. Walaupun manfaat ASI sedemikian nyata, namun jumlah ibu menyusui di Indonesia masih rendah (WHO, 2004).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan masalah penelitian Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a.Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta tahun 2010.

b.Diketahuinya praktek ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

c.Diketahuinya keeratan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta tahun 2010.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi pihak BPS

Dapat memberikan informasi untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

b.Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini menambah bahan bacaan dan wacana untuk penelitian selanjutnya tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan ASI telah banyak dilakukan khususnya MP-ASI, antara lain penelitian yang berjudul ;

1. Penelitian yang dilakukan Triana Ani KTI (2007) yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Puskesmas Bantul I. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi yang digunakan adalah ibu-ibu yang hadir di Puskesmas Bantul I, sedangkan sampelnya adalah ibu-ibu menyusui yang hadir di Puskesmas Bantul I saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian disebutkan bahwa tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang paling tinggi pada sub-variabel contoh MP-ASI sedangkan yang paling rendah pada sub-variabel bentuk MP-ASI. Poltekes Yogyakarta.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat peneliti, etnis penelitian menggunakan deskripsi korelasi, menggunakan dua variabel, dan teknik analisis chi-square.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2006) yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Umur 0-1 Tahun di Puskesmas Sedayu I Bantul. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi yang digunakan adalah ibu-ibu yang hadir di Puskesmas Sedayu I Bantul. Hasil penelitian disebutkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI di Puskesmas sedayu I Bantul cukup.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul, tempat peneliti, etnis penelitian menggunakan deskripsi korelasi, menggunakan dua variabel, dan teknik analisis chi-square.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan saat ini mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010. Perbedaan terletak pada waktu, tempat, variabel dan tehnik pengambilan sampel, dengan rancangan Cross Sectional dan Metode Deskriptif Analitik dengan tujuan untuk mengetahui Apakah Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Poejawijatna (1998) menyebutkan bahwa pengetahuan akan membuat seseorang mampu mengambil keputusan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga seseorang mampu mengambil keputusan.

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloon dalam Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh : pasien dapat menyebutkan efek dari radiasi sinar x.

2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan bahaya dari efek radiasi sinar x.

3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

Umur

Orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi maksimal pada umur muda (Nursalam dan Pariani, 2001). Menurut Manuaba (1998) usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 20-35 tahun dan reproduksi tidak sehat umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Ibu yang mampu menerima dan mengerti informasi yang diberikan dengan baik cenderung akan memberikan persepsi dan bersikap positif sesuai dengan pemahamannya.

Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) berupa UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.

Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah. Menurut Nursalam dan Pariani (2001), pengalaman merupakan pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah. Paritas dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Primipara : wanita yang telah melahirkan anak satu kali dengan usia kehamilan > 28 minggu.

2. Multipara : seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang anak.

3. Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima orang anak atau lebih (Pusdiknakes, 2003).

Peran Pengetahuan terhadap praktek pemberian ASI :

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh responden, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, dan semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat pengetahuannya.

2. Praktek

a. Pengertian Praktek

. Praktek atau practice merupakan salah satu bagian dari perilaku manusia yang sangat kompleks dan ruang lingkupnya sangat luas Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui dua tahap lain setelah pengetahuan, yaitu sikap dan praktek. Sedangkan secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, sosial budaya masyarakat, keyakinan dan sarana fisik atau fasilitas (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku manusia digolongkan menjadi 3 domain atau ranah (Notoatmodjo 2003), yaitu ranah kognitif atau pengetahuan, ranah efektif atau sikap dan ranah psikomotor atau praktek. Praktek dapat dibedakan 4 tingkatan yaitu :

1) Persepsi, adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Sebagai contoh seorang ibu yang dapat memilih makanan bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2) Respon terpimpin, yaitu bila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sesuai contoh. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari mencuci, cara memotong, lama memasak dan sebagainya.

3) Mekanisme, yaitu bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis hingga menjadi kebiasaan. Contoh ibu yang mengimunisasikan anaknya pada umur tertentu tanpa diperintah atau menunggu ajakan orang lain.

4) Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran. Misalnya ibu dapat memilih, memasak makan bergizi tinggi dengan bahan murah dan sederhana.

Praktek adalah suatu perbuatan atau tindakan nyata, pengukurannya dapat secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan cara mengobservasi kegiatan yang dilakukan responden. Secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan responden beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).

3. ASI Eksklusif

a. Pengertian

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes, RI 2005).

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005).

Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi.

b. Manfaat

Manfaat ASI eksklusif yaitu :

1) Untuk Bayi

Beberapa manfaat ASI untuk bayi yaitu :

ASI sebagai nutrisi, dimana ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan di sesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai umur 6 bulan.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan, dimana dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuiakan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi.

ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang, karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2005).

2) Untuk Ibu

Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan keuntungan pada ibu, antara lain :

Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.

Mengurangi terjadinya anemia

Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil selama ibu memberikan ASI ekskluisf dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.

Mengecilkan rahim, dimana kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim ke ukuran semula sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak menyusui.

Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

Mengurangi kemungkinan menderita kanker, pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang.

Lebih ekonomis atau murah, karena dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formula.

Tidak merepotkan dan hemat waktu

Portabel dan praktis, ASI dapat diberikan dimana saja dan kapan saja

Memberi kepuasan bagi ibu, ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005).

3) Untuk Negara

Pemberian ASI eksklusif dapat menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut :

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

Penghematan untuk biaya sakit terutama diare dan sakit saluran nafas.

Penghematan obat-obatan, tenaga, dan saran kesehatan

Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara

Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi bangsa indonesia (Roesli, 2005).

c. Manfaat Lain Pemberian ASI

Di samping zat-zat yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : Steril dan aman dari pencemaran kuman, selalu tersedia dengan suhu yang optimal, produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus, bahaya alergi tidak ada (Soetjiningsih, 2005).

Selain itu, ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi akan jarang sakit, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, membantu pembentukan rahang yang bagus, menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan, menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik (Roesli,2005).

d. Cara Pemberian

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan Kolostum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi, karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral, dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Untuk memudahkan pemberian ASI, sebaiknya dilakukan rawat gabung (rooming-in) antara ibu dan bayi baru lahir.

Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua, lama pemberian ASI ialah 5-10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalah 15-20 menit. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Di samping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi, dan perawatan payudara.

Penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak bayi lahir sangat diperlukan ibu, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat terus diberikan hingga anak berumur 2 tahun (Suherni, dkk, 2008).

e. Volume Air Susu Ibu

Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan sering terdapat produksi kolostrum susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai menghisap, maka suplai air susu meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100ml tersedia pada hari kedua dan ini meningkat menjadi 500ml pada minggu kedua. Produksi ASI yang paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah melahirkan. Selama beberapa bulan selanjutnya bayi yang sehat mengkonsumsi sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian, konsumsi bayi bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi 600 ml atau kurang dan ada pula yang lebih bahkan sampai satu liter selama 24 jam meskipun keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Ukuran payudara tampaknya tidak ada hubungan dengan banyaknya air susu. Faktor emosi seperti stress atau sedih sangat berpengaruh terhadap produksi air susu selama minggu-minggu pertama dan periode menyusui. Pada keadaan yang normal, air susu ibu mampu memberikan zat gizi yang cukup bagi pertumbuhan bayi sampai umur 6 bulan. Namun demikian, seperti telah diuraikan sebelumnya, terdapat variasi dalam hal kebutuhan bayi dan kemampuan produksi air susu ibu. Oleh karena itu untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu, tidak dapat hanya menggunakan ukuran volume atau banyaknya air susu ibu. Tanda-tanda lapar atau kepuasan anak khususnya laju pertumbuhan berat badan merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu (Suhardjo, 2000).

f. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI ini tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, diit ibu (Soetjiningsih, 2005).

Segera setelah melahirkan, air susu ibu yang keluar berwarna kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. Air susu ibu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu air susu yang diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal kandungan (Suhardjo, 2000).

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia.

ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Misalnya, komposisi air susu ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan komposisi air susu ibu yang melahirkan cukup bulan, walaupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang sama.

Komposisi ASI ternyata tidak tepat dan tidak sama dari waktu ke waktu. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu.

Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke hari, bahkan dari menit ke menit (Suherni, dkk, 2008).

g. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya menyusui bayi tanpa jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat akan mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan (Soetjiningsih, 2005).

h. Masalah-masalah Dalam Menyusui

Beberapa masalah yang sering terjadi dalam menyusui antara lain :

1. Putting susu nyeri atau lecet, yang kebanyakan disebabkan oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke areola dan hanya pada puting susu. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. Adapun cara mengatasinya yaitu : mulai menyusu pada payudara yang tidak nyeri, susui sebelum bayi merasa sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat, cara melepaskan mulut bayi dari puting susu setelah selesai menyusui yaitu dengan meletakkan jari kelingking di sudut mulut bayi dan keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putting, jangan membersihkan putting dengan sabun atau alkohol.

2. Payudara bengkak, sekitar hari ke 3-4 setelah persalinan, payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri. Hal ini terjadi karena ASI tidak disusukan dengan adekuat, sehingga ASI terkumpul dan menyebabkan pembengkakan. Cara mengatasinya yaitu susui bayi lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak dan untuk mengurangi rasa sakit, kompres payudara dengan air hangat.

3. Mastitis, dengan tanda-tanda kulit payudara tampak lebih merah, mengeras, nyeri, dan berbenjol-benjol. Adapun cara mengatasinya yaitu dengan tetap menyusui, beri kompres air hangat, pakai bra yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per hari.

4. Abses payudara, yang merupakan kelanjutan dari Mastitis yang disebabkan meluasnya peradangan payudara tersebut. Payudara lebih merah dan mengkilat serta terdapat benjolan yang lebih lunak karena berisi nanah. Untuk sementara payudara yang abses tidak disusukan dahulu, segera berobat, setelah sembuh bayi dapat disusukan kembali (Soetjiningsih, 2005).

i. Tanda Bayi Mendapat Cukup ASI

Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk kecukupan ASI/PASI pada bayi (Suherni dkk, 2008):

Sesudah menyusu atau minum bayi tampak puas, tidak menangis dan dapat tidur nyenyak.

PASI yang diberikan tidak tersisa

Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu lahir, berat badan waktu lahir tercapai kembali. Penurunan berat badan faali selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10% berat badan waktu lahir.

Bayi tumbuh dengan baik, pada umur 5-6 bulan berat badan mencapai dua kali berat badan waktu lahir. Pada umur 1 tahun berat badan mencapai tiga kali berat badan waktu lahir.

j. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI secara ekskluisf. Ini penting untuk diketahui, terutama untuk para ibu menyusui. Menyusui memang akan mempengaruhi seluruh keluarga. Idealnya suami, kakak, nenek, dan kakek, dilibatkan dalam langkah ini, karena dukungan mereka sangat berarti. Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah :

Mempersiapkan payudara

Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui

Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya

Memilih tempat melahirkan yang Sayang Bayi seperti Rumah Sakit Sayang Bayi atau Rumah Bersalin Sayang Bayi

Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif

Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik Laktasi dan atau Konsultasi Laktasi, untuk persiapan apabila menemui kesukaran

Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2005).

4. Makanan Pendamping ASI

a) Pengertian

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan.

Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang tambah pesat pada periode ini (Ade,2007).

b) Alasan Pemberian MP-ASI Setelah 6 Bulan

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) akan berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat (Ade, 2007).

Pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara hygienis. Bayi yang mendapat MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari (Soraya, 2006).

c) Syarat Pemberian MP-ASI

Sebagai panduan pemberian MP-ASI, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan 4 hal berikut ini :

1. Saat yang tepat

Pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi, sebaliknya pengenalan yang terlambat akan meningkatkan resiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan tidak hanya dari tenaga kesehatan tapi dapat juga diperoleh dari internet, majalah dan buku mengenai pemberian makanan pada anak serta informasi yang tercantum pada KMS.

2. Adekuat (mencukupi)

Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara sederhana ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan anak tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Bersih dan aman

Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak

4. Suasana Psikologi yang Menyenangkan

Perlu diingat bahwa pemberian makan pada anak bukan hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan (baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa) adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan dan pola pemberian makan adalah suatu proses pembelajaran. Dengan makan, anak belajar mengunyah atau mengulum juga mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi makan tidak sesederhana memberikan asupan nutrisi saja dan kegagalan pemberian makanan bisa berdampak buruk di kemudian hari, maka suasana psikologi yang menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak pada waktu makan (Ade, 2007).

d) Resiko Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini memang tidak dianjurkan. Beberapa hal yang dapat terjadi akibat pemberian MP-ASI dini yaitu kenaikan berat badan bayi yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna/pengawet yang tidak diinginkan, kemugkinan pencemaran dalam menyediakan atau menyimpannya (Pudjiadi, 2002).

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI

Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh :

1. Perubahan sosial budaya

Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.

Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi masyarakat dan gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau hanya untuk prestise.

Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

2. Faktor psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Setiap ibu yang mempunyai bayi akan mengalami perubahan pada payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui.

Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

3. Faktor fisik ibu

Alasan yang cukup sering yang membuat ibu tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi, jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui.

4.Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya ketidaksediaan menyusui baik di desa dan perkotaan. Distibusi iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan tidak hanya di promosikan di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia.

6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dari masyarakat dan meningkatkan pemberian susu botol.

Prornosi ASI yang efektif harus dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.

7. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun, tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.

B. Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka teori

(Hidayat, 2007)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka Konsep

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

: arah hubungan yang diteliti

: arah hubungan yang tidak diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik adalah penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, dan dilanjutkan melakukan analisis hubungan antara faktor efek dan resiko (Notoatmodjo, 2002).

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007).

B.Desain Penelitian

Gambar 3 : Skema Rancangan Cross-Sectional

(Sugiono, 2007)

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007).

Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiono, 2007). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di BPS Sri Martuti.

b. Variabel dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiono, 2007). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.

D.Definisi Operasional Penelitian

1. Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif

Adalah segala hal yang diketahui ibu tentang ASI, baik pengertian, jenis, manfaat, komposisi dan cara pemberian dengan baik dan benar, di ukur dengan menggunakan kuisioner (pertanyaan tertutup) yang diberi alternatif jawaban dan jika jawaban benar maka nilai 1 dan sebaliknya jika jawaban salah maka nilai 0, dengan skala ordinal dengan kategori (Arikunto, 2006) :

a. Baik apabila 75-100% pertanyaan di jawab dengan benar.

b. Cukup baik apabila 56-75% pertanyaan di jawab dengan benar.

c. Kurang baik apabila 40-55% pertanyaan di jawab dengan benar.

2. Praktek Pemberian MP-ASI

Praktek yang dilakukan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayi sejak umur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan lain, diukur dengan kuisioner (pertanyaan tertutup) yang diberi alternatif jawaban, jika jawaban benar maka nilai 1 dan jika jawaban salah maka nilai 0, dengan menggunakan skala nominal dengan kategori :

a. Diberi MP-ASI

b. Tidak diberi MP-ASI

E.Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi dan yang ada di wilayah kerja BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2002). Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (Hidayat, 2007) dan dipandang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi:

a. Kriteria Inklusi :

Ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul yogyakarta Tahun 2010.

Ibu bersedia menjadi responden

Ibu sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria Eksklusi

Ibu tidak bersedia menjadi responden

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.

F.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2010.

G.Tehnik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam variabel ini adalah data primer adalah data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti (hidayat,2009,51). Menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan cara responden mengisi kuisioner.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data kedua variabel dengan membagikan kuisioner kepada para ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan yang datang ke BPS Sri Martuti yang datang pada hari itu juga. Sebelum kuisioner dibagikan peneliti memberikan penjelasan dan informed consent yang harus diisi oleh responden. Tehnik pengisian data untuk variabel independen (pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif) dengan memberikan tanda (B) pada jawaban yang dianggap benar dan tanda (S) pada jawaban yang dianggap salah. Untuk variabel dependen (Praktek pemberian Makanan Pendampng ASI) dengan memberikan jawaban Ya jika jawaban yang dianggap benar dan jawaban Tidak jika jawaban yang dianggap salah.

H.Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner berupa sejumlah pertanyaan tertulis. Pembuatan kuisioner ini mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan oleh peneliti terhadap penelitiannya (Hidayat, 2009:98).

Sebelum kuisioner dikenalkan pada responden, instrumen tersebut harus diuji coba dengan maksud untuk mendapat instrumen yang baik, instrumen ini harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2002).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur, dan instrument dikatakan reliabel apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2007:348).

Tabel 1. Kisi-kisi Kuisioner

No.

Variabel

Indikator

No soal

Jumlah

1.

2.

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Praktek pemberian MP-ASI

Pengertian ASI Ekslusif

Manfaat ASI Eksklusif

Komposisi ASI

Cara Pemberian

Manfaat lain pemberian ASI

Lama dan Frekuensi Menyusui

Masalah dalam menyusui

Tanda bayi mendapat cukup ASI

Berisi pertanyaan yang dapat di jawab sesuai dengan praktek ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan

1

2,3,5,7,8,11,12,

15,21,25

9,17,18,20,23

6,22,30

10,19,24

13,14,16,26

27,28

29

1

10

5

3

3

4

2

1

19

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Selanjutnya untuk mengukur validitas kuisioner menggunakan rumusan korelasi product moment yaitu sebagai berikut :

rxy =

keterangan

rxy : kolerasi XY

N : jumlah responden

X : skor pertanyaan

Y : skor total

Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai kolerasi (rxy) < r tabel sebaliknya jika nilai kolerasi (rxy) > r tabel berarti tidak valid pada nilai signifikan 0,005 yang berarti mempunyai nilai kesalahan 5%.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang digunakan untuk mencari reliabilitas suatu instrumen adalah menggunakan rumus Flanagan yaitu sebagai berikut:

r11 = 2(1- )

keterangan:

r11 = reliabilitas instrument

V1= varians belahan pertama

V2= varians belahan kedua

Vt= varians skor total

Untuk varians total rumusnya adalah:

V =

Untuk menilai suatu instrumen dianggap reliabel maka harga atau nilai r11 dibandingkan dengan tabel product moment, jika harga r11 hitung lebih kecil dari rt yang diharapkan maka instrumen tidak reliabel (Arikunto, 2007:184).

I.Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dilakukan pengolahan sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyan yang dilakukan di lapangan sehingga apabila terjadi kekurangan atau ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan (Hidayat, 2007).

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kuisioner pengetahuan tentang ASI eksklusif yang meliputi pengertian, manfaat, apabila jawaban benar diberi kode 1 dan apabila salah diberi kode 0, sedangkan untuk praktek pemberian MP-ASI, jawaban benar diberi kode 1 dan apabila salah diberi kode 0.

3. Transfering

Transfering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulating

Menyusun data dalam bentuk tabel silang yaitu tabel karakteristik responden yang digunakan untuk mencari hubungan antar variabel dalam suatu penelitian.

2. Analisis Data

Analisis Univariate

Analisis univariate sering disebut analisis frekuensi tunggal yang menganalisis satu variabel. Analisis univariate dilakukan untuk memperoleh gambaran dari tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Esklusif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi relatif dan disertakan bentuk persentase.

Analisis Bivariate

Analisis Bivariate adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara 2 variabel yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktek pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan, menggunakan CHI-KUADRAT yang berfungsi untuk menerangkan keeratan hubungan antar 2 variabel (Sugiyono, 2005)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

X2 =

Pengolahan data akan memanfaatkan program SPSS agar proses pengolahan data lebih cepat, mudah dan akurat. Data yang telah masuk kedalam master tabel kemudian diolah sehingga memperoleh output berupa distribusi frekuensi, nilai koefisien tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif yang menggunakan skala ordinal dengan praktek pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang menggunakan skala nominal.

DAFTAR PUSTAKA

Ade, 2007. koalisi Untuk Indonesia Sehat. Dapat di akses di http://www.koalisi.org/detail.php?m-2&sm-9 &id -411 di akses tanggal 13 Oktober 2009.

Arikunto, 2007. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi. Rineka Cipta. Jakarta.

(creasoft.wordpress.com/.../makanan-pendamping-asi-mp-asi). Di akses tgl 13 Oktober 2009

Depkes RI, 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, 2007. Profil Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, Yogyakarta : Dinkes Propinsi DI Yogyakarta.

Hidayat, Azis Alimul, 2007. Metode Penelitian kebidanan dan Teknis Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.

Nilu, 2005. Susahnya ASI Eksklusif. Dapat di akses di http://www.humanmedicine.net di akses tanggal 13 Oktober 2009.

Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

(library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf ,PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, Di akses tgl 24 februari 2010).

Pudjiadi, 2002. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Binarupa Aksara. Jakarta.

Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Perkembangan Swadaya Nusantara. Jakarta.

Soetjiningsih, 200

5. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Sugiono, 2007. Statistika Untuk Penelitian Cetakan Kedua Belas Revisi Terbaru. Alfabeta. Bandung.

Suherni, Dkk, 2007. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya, Yogyakarta

Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta.

WHO, 2004. Exclusive Breastfeeding. Dapat di akses di http://asuh.wikia.com.wiki/ASIeksklusif di akses tanggal 13 Oktober 2009.

LAMPIRAN

Lampiran 1

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

waktu

februari

Maret

April

mei

juni

juli

agustus

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

1.

Penyusunan proposal KTI

2

Seminar proposal KTI

3

Revisi proposal

4

Perijinan penelitian

5

Persiapan penelitian

6

Pelaksanaan penelitian

7

Pengolahan data

8

Laporan KTI

9

Sidang KTI

10

Revisi laporan KTI akhir

Lampiran 2

Dummy Tabel

Kadar Hemoglobin

Pengetahuan ibu

Ringan

Sedang

Berat

Total

F(X)

%

F(X)

%

F(X)

%

F(X)

%

Baik

Cukup

Kurang

Total

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama:

Umur:

Agama:

Pendidikan:

Pekerjaan:

Alamat:

Setelah mendapatkan penjelasan, saya menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden dan menjawab pertanyaan secara jujur, pada penelituan yang dilakukan oleh :

Nama: Maria Mutiara Co`o

Pendidikan: Mahasiswa semester V Program Studi DIII Kebidanan di Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Judul Penelitian:Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan, Bantul, Yogyakarta Tahun 2010.

Saya berharap hasil yang saya berikan akan terjaga kerahasiaannya.

Demikian surat pernyataan ini saya setujui tanpa adanya paksaan dari pihak manapaun.

Mengetahui

(Maria Mutiara Co`o)

Yogyakarta, Februari 2010

Responden

()

Lampiran 4

KUISIONER

Identitas ibuIdentitas Bayi

Nama ibu:Nama Bayi:

Umur:Tgl Lahir:

Pedidikan:Jenis Kelamin:

Pekerjaan:Anak ke:

I. Petunjuk Soal

1. Berilah tanda (B) pada kolom BENAR jika pertanyaan benar dan tanda (S) pada kolom SALAH bila pertanyaan salah menurut anda pada soal bagian I.

2. Berilah tanda (Y) pada kolom YA jika jawaban benar dan tanda (T) pada kolom TIDAK jika pertanyaan salah menurut anda pada soal bagian II.

3. Untuk kelancaran dan validnya pertanyaan ini, maka mohon jawaban pertanyaan ini diisi sesuai dengan pengetahuan dan pendapat anda. Anda tidak bertanya kepada siapapun serta jawablah seluruh pertanyaan secara jujur apa adanya.

II. Bagian I : Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

No.

Pertanyaan

Benar

(B)

Salah

(S)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

Mempercepat pengecilan rahim dan mencegah perdarahan adalah salah satu manfaat ASI Esklusif bagi ibu.

Pemberian ASI secara Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi

ASI dapat menyebabkan alergi pada bayi

ASI diberikan pada bayi segera setelah bayi lahir.

Salah satu manfaat ASI Ekslusif bagi Negara adalah penghematan untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

ASI yang diberikan secara Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

ASI lebih baik dari susu sapi karena mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari penyakit infeksi.

ASI dapat menyebabkan diare.

Memberi ASI saja dapat mengurangi kepandaian bayi.

Ibu yang menyusui dengan ASI Eksklusif meningkatkan rasa lapar yang berlebihan sehingga berat badan ibu meningkat.

Setiap menyusui hendaknya menggunakan kedua payudara secara bergantian.

Menyusui yang baik adalah dengan dijadwal.

Kanker payudara sering dialami pada ibu-ibu yang meneteki bayinya.

Bayi dengan ASI Ekslusif akan merepotkan ibu sebab ibu harus meneteki bayinya setiap saat.

ASI yang pertama kali keluar sebaiknya dibuang.

Komposisi ASI adalah Protein, Lemak, Laktosa, Mineral, Vitamin, yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

Bayi dengan ASI Eksklusif akan lebih mudah sakit dibanding bayi yang tidak diberi ASI Ekskluisf.

Keadaan nutrisi ibu juga mempengaruhi komposisi ASI.

ASI Eksklusif yang diberikan pada bayi dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Apabila ASI belum keluar, bayi belum boleh disusukan.

Segera setelah melahirkan, ASI yang keluar berwarna kekuning-kuningan, dan agak lengket disebut Kolostrum.

Bayi yang mendapat susu formula sama sehatnya dengan bayi yang mendapat ASI Ekslusif.

Pemberian ASI dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.

Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.

Putting susu atau lecet salah satu masalah dalam menyusui.

Pada hari ke 3-4 setelah persalinan, payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri.

Sesudah menyusui atau minum bayi tampak puas, tidak menangis dan dapat tidur nyenyak.

Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang.

III. Bagian II : Praktek Pemberian Makanan Pendaming ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan.

No.

Pertanyaan

Ya

(Y)

Tidak

(T)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Apakah Makanan Pendamping ASI diberikan pada bayi saat berumur > dari 6 bulan?

Apakah Makanan Pendamping ASI sebagai makanan pengganti ASI?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI sebelum bayi berumur 6 bulan tidak akan berpengaruh apa-apa pada bayi?

Apakah saat bayi baru lahir dan ASI belum keluar, bayi boleh diberi minum air gula atau susu botol?

Apakah saat bayi enggan menyusu, boleh memberi Makanan Pendamping ASI?

Apakah saat ASI tidak keluar terlalu banyak, bayi boleh diberikan susu formula, pisang atau bubur sebagai pengganti ASI?

Apakah bayi perlu diberi Makanan Pendamping ASI sejak dini agar pertumbuhannya baik?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI lebih baik daripada pemberian ASI saja?

Apakah pemberian susu formula pada bayi umur kurang dari 3 bulan adalah tidak baik?

Apakah makanan atau minuman tambahan selain ASI pada bayi di bawah 6 bulan boleh diberikan sewaktu-waktu?

Apakah pemberian makanan atau minuman selain ASI pada bayi di bawah 6 bulan dapat merugikan bayi?

Apakah bubur susu belum dapat diberikan saat bayi berusia 3 bulan?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi yang berusia di bawah 6 bulan dapat menyebabkan diare?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI dimulai dari makanan yang agak kasar?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan obesitas atau kegemukan pada bayi?

Apakah resiko alergi dapat ditemukan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini?

Apakah bila bayi menangis di malam hari, dapat diberi susu botol sampai bayi tertidur?

Apakah perlu banyak pertimbangan dalam memilih Makanan Pendamping ASI?

Apakah bayi dibawah 6 bulan belum memiliki system imun yang sempurna sehingga belum bisa diberikan Makanan Pendamping ASI?

Lampiran 5

Kunci Jawaban Kuisioner

A. Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

1. B

2. B

3. B

4. B

5. S

6. B

7. B

8. B

9. B

10. S

11. S

12. B

13. B

14. S

15. S

16. S

17. S

18. B

19. S

20. B

21. B

22. S

23. B

24. S

25. B

26. B

27. B

28. B

29. B

30. B

B. Praktek Pemberian Makanan Pendaming ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan.

1. Y

2. Y

3. T

4. Y

5. T

6. T

7. T

8. T

9. Y

10. T

11. Y

12. T

13. Y

14. T

15. Y

16. Y

17. T

18. Y

19. Y

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI

Perubahan sosial budaya

Faktor psikologis

Faktor fisik ibu

Faktor kurangnya tenaga kesehatan

Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

Tingkat Pengetahuan

Tahu (Know)

Memahami (Comprehension)

Aplikasi (Application)

Analisis (Analysis)

Sintesis (Synthesis)

Evaluasi (Evaluation)

Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Variabel Dependen

Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

Variabel Independen

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

Variabel pengganggu

Perubahan sosial budaya

Faktor psikologis

Faktor fisik ibu

Faktor kurangnya tenaga kesehatan

Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

Populasi

Semua ibu menyusui yang berkunjung di BPS Sri Martuti

Sampel

Ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung di BPS Sri Martuti

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang

Praktek

Beri

Tidak beri

x