101
USULAN PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS SRI MARTUTI PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010 Disusun untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Kegiatan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan M e n c a p a i D e r a j a t D i p l o m a III Kebidanan Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta Disusun Oleh : MARIA MUTIARA CO`O 07085 AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA i

Kti Karya Husada Jogja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kti Karya Husada Jogja

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI

EKSKLUSIF DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI

BPS SRI MARTUTI PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2010

Disusun untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Kegiatan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan M e n c a p a i D e r a j a t D i p l o m a I I I K e b i d a n a n

A k a d e m i K e s e h a t a n K a r y a H u s a d a Y o g y a k a r t a

Disusun Oleh :

MARIA MUTIARA CO`O07085

AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADAPRODI D-III KEBIDANAN

YOGYAKARTATAHUN 2010

i

Page 2: Kti Karya Husada Jogja

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan Karya Tulis Ilmiah Berjudul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti

Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010”

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing II

Istiqomah,APP,MPH Murti Krismiyati, S.SiT.

Mengetahui

Direktur

Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Bagus Putu Arka, Spd,M.Kes

ii

Page 3: Kti Karya Husada Jogja

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti

Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010”

Disusun Oleh:

Maria Mutiara Co’o07085

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal Maret 2010

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

Istiqomah,APP,MPH _______________

Anggota

Murti Krismiyati, S.SiT. _______________

Anggota

Siti Maryati, S.Kep, Ns. _______________

Mengetahui

Direktur Ka. Prodi Akademi Kesehatan Diploma III Kebidanan

Karya Husada Yogyakarta

Bagus Putu Arka Spd, M.Kes Sulistyaningsih,P. S.Si.T

iii

Page 4: Kti Karya Husada Jogja

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun

2010”

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh derajat Diploma III Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta.

Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami

berbagai kesulitan, namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari

berbagai pihak proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Bagus Putu Arka, S.Pd, M.Kes selaku direktur direktur Akademi

Kesehatan Karya Husada Yogyakarta.

2. Ibu Sulistyaningsih.P.S.SiT selaku ketua program studi Diploma III

Kebidanan.

3. Ibu Istiqomah,APP.MPH selaku pembimbing I.

4. Ibu Murti Krismiyati, S.SiT., selaku pembimbing II.

iv

Page 5: Kti Karya Husada Jogja

5. Dosen-dosen dan staf Akademi Kesehatan karya Husada Atas

bimbingannya selama ini.

6. Ibu Sri Martuti, selaku Bidan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul yang

telah banyak membantu.

7. Orang tua, adik dan keluargaku tercinta atas dukungan, doa, finansial dan

semangat yang selalu diberikan.

8. Kak Ory yang selama ini selalu memberikan dukungan dan semangat

dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Teman-teman di Akes Karya Husada khususnya Prodi Kebidanan

angkatan ke-2 atas kerjasamanya.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempura, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk

penyempurnaan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 3 Maret 2010

Penulis

v

Page 6: Kti Karya Husada Jogja

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

DAFTAR TABEL..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 5

C. Tujuan....................................................................................... 5

D. Manfaat..................................................................................... 6

F. Keaslian Penelitian.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori........................................................................... 9

1. Pengetahuan ....................................................................... 9

vi

Page 7: Kti Karya Husada Jogja

2. Praktek ............................................................................... 13

3. ASI Eksklusif ..................................................................... 14

4. Makanan Pendamping ASI................................................. 26

B. Kerangka Teori ........................................................................ 33

C. Kerangka Konsep..................................................................... 34

D. Hipotesis.................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 35

B. Desain Penelitian...................................................................... 36

C. Variabel Penelitian ................................................................... 37

D. Definisi Operasional................................................................. 38

E. Populasi dan sampel.................................................................. 38

F. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 39

G. Tehnik Pengumpulan Data........................................................ 40

H. Instrumen Pengumpulan Data................................................... 41

I. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 8: Kti Karya Husada Jogja

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kisi-kisi kuisioner............................................................................ 41

viii

Page 9: Kti Karya Husada Jogja

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori............................................................................ 33

Gambar 2. Kerangka Konsep......................................................................... 34

Gambar 3. Desain Penelitian.......................................................................... 36

ix

Page 10: Kti Karya Husada Jogja

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Dummy Tabel

Lampiran 3 : Surat Permohonan Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Kuisioner

Lampiran 5 : Kunci Jawaban

x

Page 11: Kti Karya Husada Jogja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyusui anak kini menjadi trend di seluruh dunia, dan menurut WHO

Indonesia merupakan negara yang lambat dalam mengikuti trend ini. Di samping

itu, di negara-negara lain di dunia susu formula sangat dibatasi, sedangkan di

Indonesia susu formula bahkan di promosikan di sejumlah Rumah Sakit (WHO,

2005).

Gerbang utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas

adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Dampak pemberian ASI membuat bayi jauh

lebih sehat, kekebalan yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual lebih baik.

IQ-pun bisa lebih tinggi di bandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi tidak

di beri ASI eksklusif (Markum, 2006). Selain itu ASI memiliki kaya gizi, bahkan

melindungi bayi dari kematian dan kesakitan. Bayi yang di beri ASI eksklusif

kemungkinan menderita diare dan infeksi pernapasan hanya seperempat dari

seluruh kejadian yang di derita bayi yang tidak di beri ASI (WHO, 2004).

Pemberian ASI eksklusif menurut hasil penelitian (Bernandus, A., 1999)

di pengaruhi oleh berbagai faktor yang cukup kompleks, di antaranya psikis, fisik,

pengetahuan, keterampilan ibu, maupun sosial budaya. Contohnya di Kabupaten

Indramayu faktor yang paling menonjol yaitu pengetahuan. Karena pengetahuan

ibu yang masih rendah menyebabkan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai

umur 6 bulan tidak diterapkan dengan baik. Di samping itu faktor lain yang turut

Page 12: Kti Karya Husada Jogja

2

berperan adalah pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat, kebijakan dan

kegiatan yang memadai.

WHO dan Departemen Kesehatan sudah lama mencanangkan anjuran bagi

para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, tapi pada

kenyataannya pelaksanaan anjuran tersebut masih jauh dari harapan. Menurut

WHO dan Departemen Kesehatan masih banyak ibu yang memberikan ASI

kepada bayinya secara tidak benar. Lebih dari 50% bayi di Indonesia sudah

mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur kurang dari 1

bulan. Bahkan pada umur 2-3 bulan, bayi ada yang sudah mendapat makanan

padat. Bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI berupa cairan, termasuk vitamin,

mineral, obat-obatan, di golongkan sebagai predominant breast-feeding baby

(bayi ASI predominan). Sedangkan bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI berupa

makanan padat, semi padat atau cairan, termasuk vitamin, mineral, atau obat-

obatan di definisikan sebagai partial breast baby (bayi ASI parsial).

ASI mampu mengurangi angka kematian bayi karena meningkatkan daya

imunitasnya sehingga lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, ASI mengandung

zat gizi yang selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat (Wahyuni,

2005).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan terbatas dan

tradisi turun temurun merupakan faktor yang mendukung timbulnya anggapan

bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi. Akibatnya para ibu

memberikan bentuk cairan sebagai makanan pendamping ASI sebelum bayi

mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan

Page 13: Kti Karya Husada Jogja

3

sangat sulit di laksanakan sesuai harapan (Roesli, 2005).

Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health

Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller

International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar) dan 8

perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel),

menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-

12%, sedangkan di pedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di

perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Sementara

penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabodetabek (1995) di peroleh fakta bahwa

yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya 5%, sementara 98% ibu-

ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan

70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli,

2005).

Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI

satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya

pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita.

Berdasarkan penelitian Haryati (1996) menunjukkan ibu yang berpendidikan

rendah hanya 4% memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dan ibu yang

berpengetahuan baik dan sering mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan

hampir mencapai 100% memberikan ASI secara eksklusif.

Cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Propinsi D.I.Yogyakarta

pada tahun 2007 sebesar 7.994 (34%), meningkat 118 (1,49%) dibanding tahun

2006. Angka ini belum mencapai target SPM (40%), sehingga perlu sosialisasi

Page 14: Kti Karya Husada Jogja

4

ASI pada ibu baru melahirkan untuk memberikan ASInya secara Eksklusif sampai

bayi berusia 6 bulan (Profil Kesehatan DIY, 2008). Sedangkan dari hasil studi

pendahuluan, di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul dari bulan Agustus 2009

sampai dengan Januari 2010 jumlah bayi berumur 0-6 bulan sebanyak 50 bayi,

yang mendapat ASI eksklusif hanya 25%.

Buruknya pemberian ASI ini di picu oleh promosi susu formula di

berbagai media dan sarana pelayanan kesehatan (www.depkes.or.id, 2009),

sehingga muncul perilaku meniru yang salah oleh para ibu dari keluarga yang

mampu dengan memberikan susu formula pada bayinya karena gengsi, mau

menunjukkan kelebihannya ke orang lain. Selain itu banyak juga para ibu

beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari ASI eksklusif karena bisa dibeli

dengan harga yang mahal, sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa bahkan tidak

sempat memberikan ASI eksklusif kepada anaknya ( Roesli, 2005 ).

Bila ibu-ibu di Indonesia tetap mengesampingkan ASI dan lebih memilih

memberikan susu formula kepada anak-anaknya, kecerdasan anak-anak Indonesia

akan tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia yang hanya

memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai umur 6 bulan. Padahal Indonesia

harus bersandar pada anak-anak itu untuk memasuki era globalisasi. Walaupun

manfaat ASI sedemikian nyata, namun jumlah ibu menyusui di Indonesia masih

rendah (WHO, 2004).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia

Page 15: Kti Karya Husada Jogja

5

0-6 Bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan

masalah penelitian ”Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI

Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta

Tahun 2010?“.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6

bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di BPS

Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta tahun 2010.

b. Diketahuinya praktek ibu tentang pemberian makanan pendamping

ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul

Yogyakarta Tahun 2010.

c. Diketahuinya keeratan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI pada

bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta.

Page 16: Kti Karya Husada Jogja

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan

tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktek pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan di BPS Sri

Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta tahun 2010.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak BPS

Dapat memberikan informasi untuk mengambil keputusan atau

tindakan yang tepat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

b. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini menambah bahan bacaan dan wacana untuk

penelitian selanjutnya tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang ASI Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi Usia 0-6 Bulan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan ASI telah banyak dilakukan

khususnya MP-ASI, antara lain penelitian yang berjudul ;

1. Penelitian yang dilakukan Triana Ani KTI (2007) yang berjudul ”Tingkat

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Bayi

Umur 6-12 Bulan Di Puskesmas Bantul I”. Jenis penelitian yang

digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi

Page 17: Kti Karya Husada Jogja

7

yang digunakan adalah ibu-ibu yang hadir di Puskesmas Bantul I,

sedangkan sampelnya adalah ibu-ibu menyusui yang hadir di Puskesmas

Bantul I saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian disebutkan bahwa

tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang paling tinggi

pada sub-variabel contoh MP-ASI sedangkan yang paling rendah pada

sub-variabel bentuk MP-ASI. Poltekes Yogyakarta.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul,

tempat peneliti, etnis penelitian menggunakan deskripsi korelasi,

menggunakan dua variabel, dan teknik analisis chi-square.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2006) yang berjudul Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Umur 0-1

Tahun di Puskesmas Sedayu I Bantul. Jenis penelitian yang digunakan

bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi yang

digunakan adalah ibu-ibu yang hadir di Puskesmas Sedayu I Bantul. Hasil

penelitian disebutkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI di

Puskesmas sedayu I Bantul cukup.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah judul,

tempat peneliti, etnis penelitian menggunakan deskripsi korelasi,

menggunakan dua variabel, dan teknik analisis chi-square.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan saat ini

mengenai ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi

Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun

Page 18: Kti Karya Husada Jogja

8

2010”. Perbedaan terletak pada waktu, tempat, variabel dan tehnik

pengambilan sampel, dengan rancangan Cross Sectional dan Metode

Deskriptif Analitik dengan tujuan untuk mengetahui Apakah Terdapat

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan

Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti

Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun 2010.

Page 19: Kti Karya Husada Jogja

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2003). Sedangkan menurut Poejawijatna (1998) menyebutkan bahwa

pengetahuan akan membuat seseorang mampu mengambil keputusan.

Jadi pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga seseorang mampu

mengambil keputusan.

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloon dalam Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan

ada enam tingkat yaitu :

1)Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh :

pasien dapat menyebutkan efek dari radiasi sinar – x.

2)Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

Page 20: Kti Karya Husada Jogja

10

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Misalnya dapat

menjelaskan bahaya dari efek radiasi sinar – x.

3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di

atas.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :

Page 21: Kti Karya Husada Jogja

11

Umur

Orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan

kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang

belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebih tua.

Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru lebih

mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi

maksimal pada umur muda (Nursalam dan Pariani, 2001). Menurut

Manuaba (1998) usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur

20-35 tahun dan reproduksi tidak sehat umur < 20 tahun dan > 35

tahun. Ibu yang mampu menerima dan mengerti informasi yang

diberikan dengan baik cenderung akan memberikan persepsi dan

bersikap positif sesuai dengan pemahamannya.

Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk

lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin

tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat

serta tepat dalam pengambilan sikap. Menurut Departemen Pendidikan

Nasional (2003) berupa UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu

pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi

SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.

Page 22: Kti Karya Husada Jogja

12

Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali

terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan dimana

semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan

semakin mudah. Menurut Nursalam dan Pariani (2001), pengalaman

merupakan pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah.

Paritas dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Primipara : wanita yang telah melahirkan anak satu kali

dengan usia kehamilan > 28 minggu.

2. Multipara : seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari

seorang anak.

3. Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima orang

anak atau lebih (Pusdiknakes, 2003).

Peran Pengetahuan terhadap praktek pemberian ASI :

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan yang

dimiliki oleh responden, karena semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, dan semakin rendah

tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah pula tingkat

pengetahuannya.

Page 23: Kti Karya Husada Jogja

13

2. Praktek

a. Pengertian Praktek

. Praktek atau practice merupakan salah satu bagian dari perilaku

manusia yang sangat kompleks dan ruang lingkupnya sangat luas

Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau

mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui dua tahap lain

setelah pengetahuan, yaitu sikap dan praktek. Sedangkan secara lebih

terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai

gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut

ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya

adalah faktor pengalaman, sosial budaya masyarakat, keyakinan dan

sarana fisik atau fasilitas (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku manusia digolongkan menjadi 3 domain atau ranah

(Notoatmodjo 2003), yaitu ranah kognitif atau pengetahuan, ranah efektif

atau sikap dan ranah psikomotor atau praktek. Praktek dapat dibedakan 4

tingkatan yaitu :

1) Persepsi, adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan dilakukan. Sebagai contoh seorang ibu

yang dapat memilih makanan bergizi tinggi bagi anak balitanya.

Page 24: Kti Karya Husada Jogja

14

2) Respon terpimpin, yaitu bila seseorang dapat melakukan sesuatu

sesuai urutan yang benar sesuai contoh. Misalnya seorang ibu dapat

memasak sayur dengan benar mulai dari mencuci, cara memotong,

lama memasak dan sebagainya.

3) Mekanisme, yaitu bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis hingga menjadi kebiasaan. Contoh ibu

yang mengimunisasikan anaknya pada umur tertentu tanpa diperintah

atau menunggu ajakan orang lain.

4) Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.

Misalnya ibu dapat memilih, memasak makan bergizi tinggi dengan

bahan murah dan sederhana.

Praktek adalah suatu perbuatan atau tindakan nyata, pengukurannya

dapat secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan

cara mengobservasi kegiatan yang dilakukan responden. Secara tidak

langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan

responden beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).

3. ASI Eksklusif

a. Pengertian

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak

diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes, RI 2005).

Page 25: Kti Karya Husada Jogja

15

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian

ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005).

Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6

bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian,

ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah

tidak berlaku lagi.

b. Manfaat

Manfaat ASI eksklusif yaitu :

1) Untuk Bayi

Beberapa manfaat ASI untuk bayi yaitu :

ASI sebagai nutrisi, dimana ASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan di sesuaikan

dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan

yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai

makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang bayi normal sampai umur 6 bulan.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, karena ASI adalah

cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan

Page 26: Kti Karya Husada Jogja

16

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,

parasit, dan jamur.

ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan, dimana dengan

memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan

anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang

ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuiakan dengan

kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus

yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien-

nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit

terdapat pada susu sapi.

ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang, karena bayi

yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung

ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan

terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2005).

2) Untuk Ibu

Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan

keuntungan pada ibu, antara lain :

Page 27: Kti Karya Husada Jogja

17

Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu

menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna

untuk konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan

angka kematian ibu yang melahirkan.

Mengurangi terjadinya anemia

Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara

kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil selama ibu

memberikan ASI ekskluisf dan belum haid, 98% tidak akan

hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.

Mengecilkan rahim, dimana kadar oksitosin ibu menyusui yang

meningkat akan membantu rahim ke ukuran semula sebelum

hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan ibu

yang tidak menyusui.

Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui

memerlukan energi maka tubuh mengambilnya dari lemak

yang tertimbun selama hamil, dengan demikian berat badan ibu

yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan

sebelum hamil.

Mengurangi kemungkinan menderita kanker, pada ibu yang

memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita

kanker payudara dan indung telur berkurang.

Page 28: Kti Karya Husada Jogja

18

Lebih ekonomis atau murah, karena dengan memberi ASI

berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,

perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu

formula.

Tidak merepotkan dan hemat waktu

Portabel dan praktis, ASI dapat diberikan dimana saja dan

kapan saja

Memberi kepuasan bagi ibu, ibu yang berhasil memberikan

ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan

kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005).

3) Untuk Negara

Pemberian ASI eksklusif dapat menghemat pengeluaran negara

karena hal-hal berikut :

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,

perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

Penghematan untuk biaya sakit terutama diare dan sakit saluran

nafas.

Penghematan obat-obatan, tenaga, dan saran kesehatan

Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan

berkualitas untuk membangun negara

Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari

kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi

bangsa indonesia (Roesli, 2005).

Page 29: Kti Karya Husada Jogja

19

c. Manfaat Lain Pemberian ASI

Di samping zat-zat yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI

juga mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : Steril dan aman dari

pencemaran kuman, selalu tersedia dengan suhu yang optimal,

produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi, mengandung antibodi

yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau

virus, bahaya alergi tidak ada (Soetjiningsih, 2005).

Selain itu, ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi

akan jarang sakit, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian

bicara, membantu pembentukan rahang yang bagus, menunjang

perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat

bisa berjalan, menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan

emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik

(Roesli,2005).

d. Cara Pemberian

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI

yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan Kolostum, yaitu

cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat

menguntungkan bayi, karena mengandung lebih banyak antibodi,

protein, mineral, dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan

dapat diberikan setiap saat. Untuk memudahkan pemberian ASI,

sebaiknya dilakukan rawat gabung (rooming-in) antara ibu dan bayi

baru lahir.

Page 30: Kti Karya Husada Jogja

20

Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua, lama pemberian

ASI ialah 5-10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan

seterusnya lama pemberian ASI adalah 15-20 menit. Produksi ASI

dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Di samping

itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi, dan

perawatan payudara.

Penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin

kelancaran produksi ASI sejak bayi lahir sangat diperlukan ibu,

terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat

terus diberikan hingga anak berumur 2 tahun (Suherni, dkk, 2008).

e. Volume Air Susu Ibu

Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan sering terdapat

produksi kolostrum susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai

menghisap, maka suplai air susu meningkat dengan cepat. Pada

keadaan normal, sekitar 100ml tersedia pada hari kedua dan ini

meningkat menjadi 500ml pada minggu kedua. Produksi ASI yang

paling efektif biasanya dicapai pada 10-14 hari setelah melahirkan.

Selama beberapa bulan selanjutnya bayi yang sehat mengkonsumsi

sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian, konsumsi bayi

bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi

600 ml atau kurang dan ada pula yang lebih bahkan sampai satu liter

selama 24 jam meskipun keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang

sama. Ukuran payudara tampaknya tidak ada hubungan dengan

Page 31: Kti Karya Husada Jogja

21

banyaknya air susu. Faktor emosi seperti stress atau sedih sangat

berpengaruh terhadap produksi air susu selama minggu-minggu

pertama dan periode menyusui. Pada keadaan yang normal, air susu

ibu mampu memberikan zat gizi yang cukup bagi pertumbuhan bayi

sampai umur 6 bulan. Namun demikian, seperti telah diuraikan

sebelumnya, terdapat variasi dalam hal kebutuhan bayi dan

kemampuan produksi air susu ibu. Oleh karena itu untuk mengetahui

cukup tidaknya air susu ibu, tidak dapat hanya menggunakan ukuran

volume atau banyaknya air susu ibu. Tanda-tanda lapar atau kepuasan

anak khususnya laju pertumbuhan berat badan merupakan indikator

yang lebih baik untuk mengetahui cukup tidaknya air susu ibu

(Suhardjo, 2000).

f. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan

garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI ini

tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan

nutrisi, diit ibu (Soetjiningsih, 2005).

Segera setelah melahirkan, air susu ibu yang keluar berwarna

kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. Air susu ibu ini disebut

kolostrum dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu pertama.

Kemudian setelah itu air susu yang diproduksi berwarna putih.

Page 32: Kti Karya Husada Jogja

22

Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal

kandungan (Suhardjo, 2000).

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat

putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini

terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan

dengan komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan

dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan

dengan laju pertumbuhan anak manusia.

ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI

demikian spesifiknya sehingga dari satu ibu ke ibu yang

lainnya berbeda. Misalnya, komposisi air susu ibu yang

melahirkan bayi prematur berbeda dengan komposisi air susu

ibu yang melahirkan cukup bulan, walaupun kedua ibu ini

melahirkan pada waktu yang sama.

Komposisi ASI ternyata tidak tepat dan tidak sama dari waktu

ke waktu. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu.

Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke

hari, bahkan dari menit ke menit (Suherni, dkk, 2008).

Page 33: Kti Karya Husada Jogja

23

g. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya menyusui bayi tanpa jadwal (on demand), karena bayi akan

menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat akan mengosongkan

payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal

yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2

minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang

baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi

ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan

bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Untuk

menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya

setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan

sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap

menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan

(Soetjiningsih, 2005).

h. Masalah-masalah Dalam Menyusui

Beberapa masalah yang sering terjadi dalam menyusui antara lain :

1. Putting susu nyeri atau lecet, yang kebanyakan disebabkan

oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak

menyusu sampai ke areola dan hanya pada puting susu. Rasa

nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu

Page 34: Kti Karya Husada Jogja

24

kurang hati-hati. Adapun cara mengatasinya yaitu : mulai

menyusu pada payudara yang tidak nyeri, susui sebelum bayi

merasa sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat, cara

melepaskan mulut bayi dari puting susu setelah selesai

menyusui yaitu dengan meletakkan jari kelingking di sudut

mulut bayi dan keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putting,

jangan membersihkan putting dengan sabun atau alkohol.

2. Payudara bengkak, sekitar hari ke 3-4 setelah persalinan,

payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa

nyeri. Hal ini terjadi karena ASI tidak disusukan dengan

adekuat, sehingga ASI terkumpul dan menyebabkan

pembengkakan. Cara mengatasinya yaitu susui bayi lebih

sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak dan untuk

mengurangi rasa sakit, kompres payudara dengan air hangat.

3. Mastitis, dengan tanda-tanda kulit payudara tampak lebih

merah, mengeras, nyeri, dan berbenjol-benjol. Adapun cara

mengatasinya yaitu dengan tetap menyusui, beri kompres air

hangat, pakai bra yang longgar, istirahat yang cukup dan

makan makanan yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per

hari.

4. Abses payudara, yang merupakan kelanjutan dari Mastitis

yang disebabkan meluasnya peradangan payudara tersebut.

Payudara lebih merah dan mengkilat serta terdapat benjolan

Page 35: Kti Karya Husada Jogja

25

yang lebih lunak karena berisi nanah. Untuk sementara

payudara yang abses tidak disusukan dahulu, segera berobat,

setelah sembuh bayi dapat disusukan kembali (Soetjiningsih,

2005).

i. Tanda Bayi Mendapat Cukup ASI

Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk kecukupan

ASI/PASI pada bayi (Suherni dkk, 2008):

Sesudah menyusu atau minum bayi tampak puas, tidak menangis

dan dapat tidur nyenyak.

PASI yang diberikan tidak tersisa

Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu lahir, berat badan waktu

lahir tercapai kembali. Penurunan berat badan faali selama 2

minggu sesudah lahir tidak melebihi 10% berat badan waktu lahir.

Bayi tumbuh dengan baik, pada umur 5-6 bulan berat badan

mencapai dua kali berat badan waktu lahir. Pada umur 1 tahun

berat badan mencapai tiga kali berat badan waktu lahir.

j. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI secara

ekskluisf. Ini penting untuk diketahui, terutama untuk para ibu

menyusui. Menyusui memang akan mempengaruhi seluruh keluarga.

Idealnya suami, kakak, nenek, dan kakek, dilibatkan dalam langkah

ini, karena dukungan mereka sangat berarti. Langkah-langkah yang

Page 36: Kti Karya Husada Jogja

26

terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara eksklusif

adalah :

Mempersiapkan payudara

Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui

Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya

Memilih tempat melahirkan yang ” Sayang Bayi ” seperti ” Rumah

Sakit Sayang Bayi ” atau ” Rumah Bersalin Sayang Bayi ”

Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

eksklusif

Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik Laktasi dan atau

Konsultasi Laktasi, untuk persiapan apabila menemui kesukaran

Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui

(Roesli, 2005).

4. Makanan Pendamping ASI

a) Pengertian

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi

diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-

ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai 24 bulan.

Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin

bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan

kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan

peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian

Page 37: Kti Karya Husada Jogja

27

MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas

penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak

yang tambah pesat pada periode ini

(creasoft.wordpress.com/.../makanan-pendamping-asi-mp-asi).

b) Alasan Pemberian MP-ASI Setelah 6 Bulan

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) akan

berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan

secara tepat (Ade, 2007).

Pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan

memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini

disebabkan sistem imun bayi < 6 bulan belum sempurna. Pemberian

MP-ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya

berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara hygienis.

Bayi yang mendapat MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak

terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi

yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Saat bayi berumur 6 bulan ke

atas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima

MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,

pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi

sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan. Menunda pemberian MP-

Page 38: Kti Karya Husada Jogja

28

ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari

(Soraya, 2006).

c) Syarat Pemberian MP-ASI

Sebagai panduan pemberian MP-ASI, Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) mensyaratkan 4 hal berikut ini :

1. Saat yang tepat

Pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan

bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak

(bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar,

hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia di atas

12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu

penyerapan zat gizi, sebaliknya pengenalan yang terlambat akan

meningkatkan resiko kesulitan makan pada anak di fase

berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang

dianjurkan tidak hanya dari tenaga kesehatan tapi dapat juga

diperoleh dari internet, majalah dan buku mengenai pemberian

makanan pada anak serta informasi yang tercantum pada KMS.

2. Adekuat (mencukupi)

Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan

mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup.

Secara sederhana ini berarti memberikan makanan yang tidak

hanya sekedar mengenyangkan anak tetapi secara seimbang juga

Page 39: Kti Karya Husada Jogja

29

memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

3. Bersih dan aman

Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting

untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak

4. Suasana Psikologi yang Menyenangkan

Perlu diingat bahwa pemberian makan pada anak bukan hanya

untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk

kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan

(baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa) adalah bagian dari tahapan

perkembangan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengenalan dan pola pemberian makan adalah suatu proses

pembelajaran. Dengan makan, anak belajar mengunyah atau

mengulum juga mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi

makan tidak sesederhana memberikan asupan nutrisi saja dan

kegagalan pemberian makanan bisa berdampak buruk di kemudian

hari, maka suasana psikologi yang menyenangkan mutlak

diperlukan oleh seorang anak pada waktu makan (Ade, 2007).

d) Resiko Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini memang tidak dianjurkan.

Beberapa hal yang dapat terjadi akibat pemberian MP-ASI dini yaitu

kenaikan berat badan bayi yang terlalu cepat sehingga menjurus ke

Page 40: Kti Karya Husada Jogja

30

obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam

makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat

yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang

dipasarkan terdapat zat pewarna/pengawet yang tidak diinginkan,

kemugkinan pencemaran dalam menyediakan atau menyimpannya

(Pudjiadi, 2002).

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI

Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan

khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi

oleh :

1. Perubahan sosial budaya

Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan

masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan

lamanya menyusui.

Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan

susu botol. Persepsi masyarakat dan gaya hidup mewah

membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan

adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol

sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh

gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau hanya untuk

prestise.

Page 41: Kti Karya Husada Jogja

31

Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara

barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan

memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

2. Faktor psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak

penampilan. Setiap ibu yang mempunyai bayi akan mengalami

perubahan pada payudara, walaupun menyusui atau tidak

menyusui.

Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat

menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk

mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan

mengurangi menyusui.

3. Faktor fisik ibu

Alasan yang cukup sering yang membuat ibu tidak menyusui

adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi,

jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti

menyusui.

4.Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian

Page 42: Kti Karya Husada Jogja

32

ASI, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat mengenai

manfaat dan cara pemanfaatannya.

5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang

memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan

tumbuhnya ketidaksediaan menyusui baik di desa dan perkotaan.

Distibusi iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan

tidak hanya di promosikan di televisi, radio dan surat kabar

melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik

kesehatan masyarakat di Indonesia.

6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan

sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk

meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dari

masyarakat dan meningkatkan pemberian susu botol.

Prornosi ASI yang efektif harus dimulai pada profesi kedokteran,

meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang

menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun

atau lebih.

7. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui

segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun, tidak semua

persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan

Page 43: Kti Karya Husada Jogja

33

menyusui dini (library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf –,

tgl 24 februari 2010).

B. Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka teori

(Hidayat, 2007)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Perubahan sosial budaya Faktor psikologis Faktor fisik ibu Faktor kurangnya tenaga kesehatan Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai

pengganti ASI

Tingkat Pengetahuan Tahu (Know) Memahami (Comprehension) Aplikasi (Application) Analisis (Analysis) Sintesis (Synthesis) Evaluasi (Evaluation)

Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Page 44: Kti Karya Husada Jogja

34

C. Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka Konsep

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

: arah hubungan yang diteliti

: arah hubungan yang tidak diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI

Eksklusif Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada

Variabel Independen

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

Variabel Dependen

Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

Variabel pengganggu

Perubahan sosial budaya Faktor psikologis Faktor fisik ibu Faktor kurangnya tenaga kesehatan Meningkatnya promosi susu kaleng

sebagai pengganti ASI

Page 45: Kti Karya Husada Jogja

35

Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun

2010.

Page 46: Kti Karya Husada Jogja

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik adalah penelitian

yang menggali bagaimana dan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, dan

dilanjutkan melakukan analisis hubungan antara faktor efek dan resiko

(Notoatmodjo, 2002).

Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran

atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor

resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007).

Page 47: Kti Karya Husada Jogja

37

B. Desain Penelitian

Gambar 3 : Skema Rancangan Cross-Sectional

(Sugiono, 2007)

Praktek Beri Tidak beri

Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Praktek Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

SampelIbu menyusui yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang berkunjung di BPS Sri Martuti

PopulasiSemua ibu menyusui yang berkunjung di BPS Sri Martuti

Page 48: Kti Karya Husada Jogja

38

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007).

Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiono, 2007). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas

adalah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di BPS Sri Martuti.

b. Variabel dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiono, 2007). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah praktek pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6

bulan.

Page 49: Kti Karya Husada Jogja

39

D. Definisi Operasional Penelitian

1. Tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif

Adalah segala hal yang diketahui ibu tentang ASI, baik pengertian,

jenis, manfaat, komposisi dan cara pemberian dengan baik dan benar, di

ukur dengan menggunakan kuisioner (pertanyaan tertutup) yang diberi

alternatif jawaban dan jika jawaban benar maka nilai 1 dan sebaliknya jika

jawaban salah maka nilai 0, dengan skala ordinal dengan kategori

(Arikunto, 2006) :

a. Baik apabila 75-100% pertanyaan di jawab dengan benar.

b. Cukup baik apabila 56-75% pertanyaan di jawab dengan benar.

c. Kurang baik apabila 40-55% pertanyaan di jawab dengan benar.

2. Praktek Pemberian MP-ASI

Praktek yang dilakukan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayi sejak

umur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan lain, diukur dengan

kuisioner (pertanyaan tertutup) yang diberi alternatif jawaban, jika

jawaban benar maka nilai 1 dan jika jawaban salah maka nilai 0, dengan

menggunakan skala nominal dengan kategori :

a. Diberi MP-ASI

b. Tidak diberi MP-ASI

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002).

Page 50: Kti Karya Husada Jogja

40

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi dan yang

ada di wilayah kerja BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta Tahun

2010. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2002).

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Purposive

Sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (Hidayat,

2007) dan dipandang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi:

a. Kriteria Inklusi :

Ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang

berkunjung di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul yogyakarta Tahun

2010.

Ibu bersedia menjadi responden

Ibu sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria Eksklusi

Ibu tidak bersedia menjadi responden

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 orang.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPS Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta.

Page 51: Kti Karya Husada Jogja

41

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2010.

G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam variabel ini adalah data primer adalah data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan

tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti (hidayat,2009,51).

Menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan

cara responden mengisi kuisioner.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data kedua variabel dengan membagikan

kuisioner kepada para ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 0-6

bulan yang datang ke BPS Sri Martuti yang datang pada hari itu juga.

Sebelum kuisioner dibagikan peneliti memberikan penjelasan dan

informed consent yang harus diisi oleh responden. Tehnik pengisian data

untuk variabel independen (pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif)

dengan memberikan tanda (B) pada jawaban yang dianggap benar dan

tanda (S) pada jawaban yang dianggap salah. Untuk variabel dependen

(Praktek pemberian Makanan Pendampng ASI) dengan memberikan

jawaban ”Ya” jika jawaban yang dianggap benar dan jawaban ”Tidak” jika

jawaban yang dianggap salah.

Page 52: Kti Karya Husada Jogja

42

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner berupa

sejumlah pertanyaan tertulis. Pembuatan kuisioner ini mengacu pada tinjauan

teori yang telah dipaparkan oleh peneliti terhadap penelitiannya (Hidayat,

2009:98).

Sebelum kuisioner dikenalkan pada responden, instrumen tersebut harus

diuji coba dengan maksud untuk mendapat instrumen yang baik, instrumen ini

harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2002).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

hendak diukur, dan instrument dikatakan reliabel apabila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2007:348).

Tabel 1. Kisi-kisi Kuisioner

No. Variabel Indikator No soal Jumlah

1. Tingkat

Pengetahuan Ibu

Tentang ASI

Eksklusif

Pengertian ASI Ekslusif

Manfaat ASI Eksklusif

Komposisi ASI

Cara Pemberian

Manfaat lain pemberian ASI

Lama dan Frekuensi

Menyusui

Masalah dalam menyusui

Tanda bayi mendapat cukup

ASI

Berisi pertanyaan yang dapat

di jawab sesuai dengan

1

2,3,5,7,8,11,12,

15,21,25

9,17,18,20,23

6,22,30

10,19,24

13,14,16,26

27,28

29

1

10

5

3

3

4

2

1

19

Page 53: Kti Karya Husada Jogja

43

2. Praktek

pemberian MP-

ASI

praktek ibu terhadap

pemberian Makanan

Pendamping ASI pada bayi

usia 0-6 bulan

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Selanjutnya untuk

mengukur validitas kuisioner menggunakan rumusan korelasi product

moment yaitu sebagai berikut :

rxy =

keterangan

rxy : kolerasi XY

N : jumlah responden

X : skor pertanyaan

Y : skor total

Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai kolerasi (rxy)

< r tabel sebaliknya jika nilai kolerasi (rxy) > r tabel berarti tidak

valid pada nilai signifikan 0,005 yang berarti mempunyai nilai

kesalahan 5%.

b. Uji reliabilitas

Page 54: Kti Karya Husada Jogja

44

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Teknik yang

digunakan untuk mencari reliabilitas suatu instrumen adalah menggunakan

rumus Flanagan yaitu sebagai berikut:

r11 = 2(1- )

keterangan:

r11 = reliabilitas instrument

V1= varians belahan pertama

V2= varians belahan kedua

Vt= varians skor total

Untuk varians total rumusnya adalah:

V =

Untuk menilai suatu instrumen dianggap reliabel maka harga

atau nilai r11 dibandingkan dengan tabel product moment, jika

harga r11 hitung lebih kecil dari rt yang diharapkan maka

instrumen tidak reliabel (Arikunto, 2007:184).

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dilakukan pengolahan sebagai berikut :

1. Editing

Page 55: Kti Karya Husada Jogja

45

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan

editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian

dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyan yang dilakukan

di lapangan sehingga apabila terjadi kekurangan atau

ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan

(Hidayat, 2007).

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kuisioner

pengetahuan tentang ASI eksklusif yang meliputi pengertian,

manfaat, apabila jawaban benar diberi kode 1 dan apabila salah

diberi kode 0, sedangkan untuk praktek pemberian MP-ASI,

jawaban benar diberi kode 1 dan apabila salah diberi kode 0.

3. Transfering

Transfering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontigensi.

4. Tabulating

Page 56: Kti Karya Husada Jogja

46

Menyusun data dalam bentuk tabel silang yaitu tabel karakteristik

responden yang digunakan untuk mencari hubungan antar variabel

dalam suatu penelitian.

2. Analisis Data

Analisis Univariate

Analisis univariate sering disebut analisis frekuensi tunggal yang

menganalisis satu variabel. Analisis univariate dilakukan untuk

memperoleh gambaran dari tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

Esklusif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi relatif dan

disertakan bentuk persentase.

Analisis Bivariate

Analisis Bivariate adalah suatu analisis yang digunakan untuk

mengetahui keeratan hubungan antara 2 variabel yaitu tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktek pemberian

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan,

menggunakan CHI-KUADRAT yang berfungsi untuk menerangkan

keeratan hubungan antar 2 variabel (Sugiyono, 2005)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

X2 =

Page 57: Kti Karya Husada Jogja

47

Pengolahan data akan memanfaatkan program SPSS agar proses

pengolahan data lebih cepat, mudah dan akurat. Data yang telah

masuk kedalam master tabel kemudian diolah sehingga memperoleh

output berupa distribusi frekuensi, nilai koefisien tingkat pengetahuan

ibu tentang ASI Eksklusif yang menggunakan skala ordinal dengan

praktek pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang

menggunakan skala nominal.

Page 58: Kti Karya Husada Jogja

DAFTAR PUSTAKA

Ade, 2007. koalisi Untuk Indonesia Sehat. Dapat di akses di http://www.koalisi.org/detail.php?m-2&sm-9 &id -411 di akses tanggal 13 Oktober 2009.

Arikunto, 2007. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi. Rineka Cipta. Jakarta.

(creasoft.wordpress.com/.../makanan-pendamping-asi-mp-asi). Di akses tgl 13 Oktober 2009

Depkes RI, 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, 2007. Profil Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, Yogyakarta : Dinkes Propinsi DI Yogyakarta.

Hidayat, Azis Alimul, 2007. Metode Penelitian kebidanan dan Teknis Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.

Nilu, 2005. Susahnya ASI Eksklusif. Dapat di akses di http://www.humanmedicine.net di akses tanggal 13 Oktober 2009.

Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

(library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf –,PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, Di akses tgl 24 februari 2010).

Pudjiadi, 2002. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Binarupa Aksara. Jakarta.

Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Perkembangan Swadaya Nusantara. Jakarta.

Soetjiningsih, 200

5. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Sugiono, 2007. Statistika Untuk Penelitian Cetakan Kedua Belas Revisi Terbaru. Alfabeta. Bandung.

Page 59: Kti Karya Husada Jogja

Suherni, Dkk, 2007. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya, Yogyakarta

Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta.

WHO, 2004. Exclusive Breastfeeding. Dapat di akses di http://asuh.wikia.com.wiki/ASIeksklusif di akses tanggal 13 Oktober 2009.

Page 60: Kti Karya Husada Jogja

LAMPIRAN

Page 61: Kti Karya Husada Jogja

Lampiran 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatanwaktu

februari Maret April mei juni juli agustusI II III IV I II III IV I II III I

VI II II

IIV I I

IIII IV I II III I

VI II III IV

1. Penyusunan proposal KTI

2 Seminar proposal KTI

3 Revisi proposal

4 Perijinan penelitian

5 Persiapan penelitian

6 Pelaksanaan penelitian

7 Pengolahan data

8 Laporan KTI

9 Sidang KTI

10 Revisi laporan KTI akhir

Page 62: Kti Karya Husada Jogja

Lampiran 2

Dummy Tabel

Kadar Hemoglobin

Pengetahuan ibu

Ringan Sedang Berat Total

F(X) % F(X) % F(X) % F(X) %

Baik

Cukup

Kurang

Total

Page 63: Kti Karya Husada Jogja

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan, saya menyatakan bersedia dengan sukarela

menjadi responden dan menjawab pertanyaan secara jujur, pada penelituan yang

dilakukan oleh :

Nama : Maria Mutiara Co`o

Pendidikan : Mahasiswa semester V Program Studi DIII Kebidanan di Akademi

Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Dengan Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di BPS Sri Martuti Piyungan, Bantul,

Yogyakarta Tahun 2010.

Saya berharap hasil yang saya berikan akan terjaga kerahasiaannya.

Demikian surat pernyataan ini saya setujui tanpa adanya paksaan dari pihak manapaun.

Mengetahui

(Maria Mutiara Co`o)

Yogyakarta, Februari 2010

Responden

( )

Page 64: Kti Karya Husada Jogja

Lampiran 4

KUISIONER

Identitas ibu Identitas Bayi

Nama ibu : Nama Bayi :

Umur : Tgl Lahir :

Pedidikan : Jenis Kelamin :

Pekerjaan : Anak ke :

I. Petunjuk Soal

1. Berilah tanda (B) pada kolom BENAR jika pertanyaan benar dan tanda (S)

pada kolom SALAH bila pertanyaan salah menurut anda pada soal bagian I.

2. Berilah tanda (Y) pada kolom YA jika jawaban benar dan tanda (T) pada

kolom TIDAK jika pertanyaan salah menurut anda pada soal bagian II.

3. Untuk kelancaran dan validnya pertanyaan ini, maka mohon jawaban

pertanyaan ini diisi sesuai dengan pengetahuan dan pendapat anda. Anda tidak

bertanya kepada siapapun serta jawablah seluruh pertanyaan secara jujur apa

adanya.

II. Bagian I : Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

No. Pertanyaan Benar

(B)

Salah

(S)

1.

2.

3.

4.

5.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

Mempercepat pengecilan rahim dan mencegah perdarahan

adalah salah satu manfaat ASI Esklusif bagi ibu.

Pemberian ASI secara Eksklusif dapat menjarangkan

kehamilan.

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi

ASI dapat menyebabkan alergi pada bayi

Page 65: Kti Karya Husada Jogja

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

ASI diberikan pada bayi segera setelah bayi lahir.

Salah satu manfaat ASI Ekslusif bagi Negara adalah

penghematan untuk pembelian susu formula, perlengkapan

menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

ASI yang diberikan secara Eksklusif dapat meningkatkan

jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

ASI lebih baik dari susu sapi karena mengandung zat

kekebalan yang melindungi bayi dari penyakit infeksi.

ASI dapat menyebabkan diare.

Memberi ASI saja dapat mengurangi kepandaian bayi.

Ibu yang menyusui dengan ASI Eksklusif meningkatkan

rasa lapar yang berlebihan sehingga berat badan ibu

meningkat.

Setiap menyusui hendaknya menggunakan kedua payudara

secara bergantian.

Menyusui yang baik adalah dengan dijadwal.

Kanker payudara sering dialami pada ibu-ibu yang meneteki

bayinya.

Bayi dengan ASI Ekslusif akan merepotkan ibu sebab ibu

harus meneteki bayinya setiap saat.

ASI yang pertama kali keluar sebaiknya dibuang.

Komposisi ASI adalah Protein, Lemak, Laktosa, Mineral,

Vitamin, yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

Bayi dengan ASI Eksklusif akan lebih mudah sakit

dibanding bayi yang tidak diberi ASI Ekskluisf.

Keadaan nutrisi ibu juga mempengaruhi komposisi ASI.

ASI Eksklusif yang diberikan pada bayi dapat menciptakan

generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Apabila ASI belum keluar, bayi belum boleh disusukan.

Segera setelah melahirkan, ASI yang keluar berwarna

kekuning-kuningan, dan agak lengket disebut Kolostrum.

Bayi yang mendapat susu formula sama sehatnya dengan

Page 66: Kti Karya Husada Jogja

25.

26.

27.

28.

29.

30.

bayi yang mendapat ASI Ekslusif.

Pemberian ASI dapat melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi.

Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir

disusukan.

Putting susu atau lecet salah satu masalah dalam menyusui.

Pada hari ke 3-4 setelah persalinan, payudara sering terasa

lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri.

Sesudah menyusui atau minum bayi tampak puas, tidak

menangis dan dapat tidur nyenyak.

Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu

yang tenang.

Page 67: Kti Karya Husada Jogja

III. Bagian II : Praktek Pemberian Makanan Pendaming ASI (MP-ASI) pada bayi

usia 0-6 bulan.

No. Pertanyaan

Ya

(Y

)

Tidak

(T)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Apakah Makanan Pendamping ASI diberikan pada bayi saat

berumur > dari 6 bulan?

Apakah Makanan Pendamping ASI sebagai makanan pengganti

ASI?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI sebelum bayi

berumur 6 bulan tidak akan berpengaruh apa-apa pada bayi?

Apakah saat bayi baru lahir dan ASI belum keluar, bayi boleh

diberi minum air gula atau susu botol?

Apakah saat bayi enggan menyusu, boleh memberi Makanan

Pendamping ASI?

Apakah saat ASI tidak keluar terlalu banyak, bayi boleh

diberikan susu formula, pisang atau bubur sebagai pengganti

ASI?

Apakah bayi perlu diberi Makanan Pendamping ASI sejak dini

agar pertumbuhannya baik?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI lebih baik

daripada pemberian ASI saja?

Apakah pemberian susu formula pada bayi umur kurang dari 3

bulan adalah tidak baik?

Apakah makanan atau minuman tambahan selain ASI pada bayi

di bawah 6 bulan boleh diberikan sewaktu-waktu?

Apakah pemberian makanan atau minuman selain ASI pada

bayi di bawah 6 bulan dapat merugikan bayi?

Apakah bubur susu belum dapat diberikan saat bayi berusia 3

bulan?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi yang

berusia di bawah 6 bulan dapat menyebabkan diare?

Page 68: Kti Karya Husada Jogja

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI dimulai dari

makanan yang agak kasar?

Apakah pemberian Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini

dapat menyebabkan obesitas atau kegemukan pada bayi?

Apakah resiko alergi dapat ditemukan dalam pemberian

Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini?

Apakah bila bayi menangis di malam hari, dapat diberi susu

botol sampai bayi tertidur?

Apakah perlu banyak pertimbangan dalam memilih Makanan

Pendamping ASI?

Apakah bayi dibawah 6 bulan belum memiliki system imun

yang sempurna sehingga belum bisa diberikan Makanan

Pendamping ASI?

Page 69: Kti Karya Husada Jogja

Lampiran 5

Kunci Jawaban Kuisioner

A. Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif

1. B2. B3. B4. B5. S6. B7. B8. B9. B10.S11.S12.B13.B14.S15.S16.S17.S18.B19.S20.B21.B22.S23.B24.S25.B26.B27.B28.B29.B30.B

Page 70: Kti Karya Husada Jogja

B. Praktek Pemberian Makanan Pendaming ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-6 bulan.

1. Y2. Y3. T4. Y5. T6. T7. T8. T9. Y10.T11.Y12.T13.Y14.T15.Y16.Y17.T18.Y19.Y