79
i KUALITAS MAKANAN SELINGAN PAGI ANAK PRASEKOLAH PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) BOUGENVIL KOTA BEKASI ULFA APRILILA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

KUALITAS MAKANAN SELINGAN PAGI ANAK PRASEKOLAH … · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

Embed Size (px)

Citation preview

i

KUALITAS MAKANAN SELINGAN PAGI ANAK PRASEKOLAH PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) BOUGENVIL

KOTA BEKASI

ULFA APRILILA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Makanan

Selingan Pagi Anak Prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Bougenvil Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

Ulfa Aprilila NIM I14104040

iii

ABSTRACT

ULFA APRILILA. Quality of brunch of preschoolers in PAUD Bougenvil Bekasi city. Under Direction of Budi Setiawan and Leily Amalia.

Quality of food can be identified from (1) the contribution of the energy content and protein of food to RDA, and (2) diversity/variety of food. The purpose of this study was to analyze the quality of provision and consumption of meal box or snack of preschool children. This study used a case study design. A total of 42 children studied purposively. Data were collected by direct interview using questionnaires and 2x24 hour recall method. Nutrition contribution of meal box to RDA were 14% of energy, 21% of protein, 17% of vitamin A, 9% of vitamin C, 22% of iron (Fe), and 21% of calcium (Ca). Nutrition contribution of snack to RDA were 13% of energy, 8% of protein, 2% of vitamin C, 9% of iron (Fe), and 10% of calcium (Ca). There were no significant corelation between maternal nutrition knowledge in behavior terms of providing meal box or snack and nutritional knowledge with attitude (p>0.05). There were significant corelation between behavior terms of providing meal box or snack with attitude (p0.05). Conclusion: Quality of brunch (meal box or snack) samples are generally not qualified as yet to meet the energy contribution of 150-200 kcal and 4.0-5.0 grams of protein (10-13% RDA), as well as the diversity of sources which include energy substances, substances builders, and regulating substances.

Keyword: meal box, snack, quality of food

iv

RINGKASAN

ULFA APRILILA. Kualitas Makanan Selingan Pagi Anak Prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan LEILY AMALIA.

Tahun-tahun prasekolah adalah masa untuk memperkenalkan dan mendorong anak untuk mengonsumsi beragam makanan bergizi karena paparan makanan yang sehat membantu anak untuk membangun kebiasaan makan mereka hingga mereka dewasa (Laura & Jennifer 2006). Semakin baik konsumsi dan kualitas makanan yang diberikan, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan semakin baik. Kualitas makanan dinilai berdasarkan prinsip gizi seimbang yang merupakan aplikasi dari Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS). Prinsip gizi seimbang yang dijadikan dasar penilaian yaitu 1) kandungan energi dan protein makanan berdasarkan AKG dan 2) keragaman pangan/variasi makanan (Soekirman et al 2008).

Tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah menganalisis kualitas makanan selingan pagi anak prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini (1) menganalisis karakteristik sampel (2) menganalisis sosial ekonomi keluarga sampel (3) menganalisis kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan jajanan) (4) menganalisis kebiasaan membawa makanan bekal atau makanan jajanan (5) menganalisis asupan, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makanan sehari sampel (6) menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu (7) menganalisis hubungan pendidikan ibu, tingkat kecukupan energi dan protein sampel dengan status gizi sampel (8) menganalisis hubungan pendidikan dan sosial ekonomi keluarga sampel dengan kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal dan jajanan) sampel.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Lokasi penelitian di PAUD Bougenvil Kota Bekasi. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi menganut sistem subsidi silang sehingga terdapat sosial ekonomi keluarga menengah keatas dan menengah kebawah yang menyekolahkan anaknya di sana. Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober-November 2012. Secara keseluruhan jumlah sampel yang diambil sebanyak 42 murid. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari 1) karakteristik sampel (jenis kelamin dan umur), 2) status gizi, 3) karakteristik responden dan keluarga sempel (besar keluarga, pendapatan keluarga, umur responden, tingkat pendidikan responden dan jenis pekerjaan responden), 4) pengetahuan gizi responden (definisi zat gizi, jenis dan sumber zat gizi, serta akibat kekurangan dan kelebihan zat gizi) 5) sikap gizi responden (pemberian makanan utama, pemberian makanan bekal atau makanan jajanan), 6) perilaku gizi (pemberian makanan utama, pemberian makanan bekal atau makanan jajanan), 7) kebiasaan membawa makanan selingan pagi (jenis makanan yang dibawa kesekolah), dan 8) konsumsi pangan sehari (berat dan jenis pangan yang dikonsumsi), 9) makanan bekal atau makanan jajanan (berat dan jenis makanan yang dibawa). Data sekunder yang digunakan adalah gambaran umum PAUD Bougenvil Kota Bekasi. Data yang dikumpulkan, diolah, dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0 for windows. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif diantaranya 1) karakteristik sampel, 2) karakteristik responden dan keluarga

v

sempel, 3) pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi responden 4) kualitas makanan selingan (makanan bekal atau makanan jajanan), 5) kebisaan membawa makanan bekal atau makanan jajanan, dan 6) komsumsi pangan sehari. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara inferensial diantaranya 1) menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu, 2) menganalisis hubungan pendidikan responden, tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi sampel, 3) menganalisis hubungan pendidikan responden dan sosial ekonomi keluarga sampel dengan kualitas makanan selingan (makan bekal atau makanan jajanan). Sampel dalam penelitian ini adalah anak laki-laki dan perempuan berusia 4-5 tahun. Sampel umumnya berjenis kelamin perempuan (60%). Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner. Responden adalah ibu sampel, berjumlah 42 orang dengan rentang usia 20-40 tahun dengan pendidikan pada umumnya lulusan SMA/sederajat. Sebanyak (81%) responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Keluarga sampel sebagian besar (67%) merupakan keluarga kecil ( 4 orang). Status ekonomi keluarga umumnya (57%) tergolong dalam ekonomi menengah keatas (>2GK) dengan pendapatan > Rp 456.802,00/kap/bulan, hampir miskin (1-2GK) sebesar 17% dengan pedapatan antara Rp 228.401,00-456.802,00/kap/bulan, miskin (

vi

KUALITAS MAKANAN SELINGAN PAGI ANAK PRASEKOLAH PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) BOUGENVIL

KOTA BEKASI

ULFA APRILILA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

vii

Judul : Kualitas Makanan Selingan Pagi Anak Prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi

Nama : Ulfa Aprilila NIM : I14104040

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.Ir.Budi Setiawan, MS. Leily Amalia, STP. M.Si NIP.19621218 198703 1 001 NIP. 19721209 200501 2 004

Mengetahui :

Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr.Ir.Budi Setiawan, MS. NIP.19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun penulisan skripsi yang berjudul Kualitas Makanan Selingan Pagi Anak

Prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi

yang dilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Gizi

pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor. Sebagai ungkapan rasa syukur, penulis mengucapkan terimakasih yang

mendalam kepada:

1. Bapak Dr.Ir.Budi Setiawan, MS dan Ibu Leily Amalia, STP. M.Si sebagai

dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan semangat dan

masukan ilmu yang sangat membantu serta telah dengan sabar

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drh. M. Rizal M Damanik, M.Rep.Sc, PhD sebagai dosen pemandu

dan penguji yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi

ini.

3. Ibu Tini Sutini selaku kepala sekolah PAUD Bougenvil Kota Bekasi yang

telah mempercayai penulis untuk melakukan penelitian.

4. Ayah, ibu tersayang yang senantiasa memberikan doa di setiap sujudnya

dan selalu memberikan semangat saat penulis menyusun skripsi ini.

5. Saudara ku tersayang ade Indri dan kakak Meitha yang selalu memberikan

masukan saat penulis menyusun skripsi ini.

6. Teman-teman Gizi Masyarakat (GM) ekstensi angkatan 44 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang selalu memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Februari 2013

Penulis

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 April 1989. Penulis adalah

anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Chairoel Saleh dan Ibu

Maisarah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh sejak tahun 1995-2001 di

Sekolah Dasar (SD) Bumi Bekasi Baru II. Pada tahun 2001-2004 penulis

melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16 Bekasi dan

pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

(SMA) 6 Bekasi, dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program

Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Ekstensi Sarjana Institut Pertanian

Bogor (IPB) Departemen Gizi Masyarakat. Selama menempuh pendidikan,

penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di RSUD Margono

Soekarjo Purwokerto selama empat bulan dan pernah juga melakukan Praktek

Usaha Jasa Boga di Hotel Mirah Bogor selama tiga bulan. Pada tahun 2012

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama tujuh minggu di Desa

Tanjung Sari, Kecamatan Karang Ampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

x

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan ........................................................................................................ 2 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3 Anak Prasekolah ........................................................................................ 3 Makanan Selingan ...................................................................................... 3 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ................................................... 5 Kualitas Menu ............................................................................................. 6 Status Gizi .................................................................................................. 7 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Asupan Gizi Anak ............................... 8 Tingkat Konsumsi ....................................................................................... 12 Angka Kecukupan Gizi ............................................................................... 15 Metode Recall ............................................................................................. 16 KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................. 17 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 19 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19 Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ..................................................... 19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 19 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 20 Definisi Operasional ................................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 28 Gambaran Umum PAUD Bougenvil Kota Bekasi ....................................... 28 Karakteristik Sampel................................................................................... 29 Karakteristik Ibu dan Keluarga Sampel ..................................................... 30 Tingkat Pengetahuan, Sikap Gizi, Perilaku Gizi Responden ..................... 32 Kualitas Makanan Selingan Pagi ............................................................... 32 Kebiasaan Membawa Makanan Bekal dan Makanan Jajanan .................. 42 Konsumsi Pangan Sehari .......................................................................... 44 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Gizi Responden .......................... 47 Hubungan Sikap dengan Perilaku Gizi Responden .................................. 48 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Gizi Responden ............... 48 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Status Gizi Sampel .. 49 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan

Status Gizi Sampel .................................................................................... 50 Hubungan Pendidikan Responden, Sosial Ekonomi Keluarga

dan Status Gizi Sampel dengan Kualitas Menu Selingan (Makanan Bekal dan Makanan Jajanan) ................................................... 50

xi

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 51 Kesimpulan ................................................................................................. 51 Saran ......................................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 54 LAMPIRAN ......................................................................................................... 58

xii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Status Gizi Secara Klinis dan Antropometri (BB/TB) .................................. 7 2. Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada Anak Usia 4-6 Tahun ............. 15 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Primer ................................................ 20 4. Status Gizi Secara Klinis dan Antropometri (BB/TB) .................................. 21 5. Kategori Variabel Penelitian ....................................................................... 24 6. Cara Analisis Antar Variabel ...................................................................... 25 7. Jadwal Masuk Sekolah ............................................................................... 28 8. Sebaran Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis kelamin ....... 29 9. Sebaran Sampel Berdasarkan Status Gizi dan Jenis Kelamin .................. 29 10. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................. 30 11. Sebaran Responden Bardasarkan Jenis Pekerjaan .................................. 31 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban Benar pada Pertanyaan

Pengetahuan Gizi ....................................................................................... 32 13. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi................... 15 14. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi dengan Media

Informasi Gizi ............................................................................................. 34 15. Sebaran Sikap Gizi Responden ................................................................. 34 16. Sebaran Persentase Responden yang Menjawab atas

Pertanyaan Perilaku Gizi ............................................................................ 35 17. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Gizi ........................................ 35 18. Rata-Rata Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan Bekal atau

Makanan Jajanan Berdasarkan AKG ......................................................... 38 19. Distribusi Sebaran Sampel Berdasarkan Kontribusi Energi dan Protein

pada makanan selingan pagi (Makanan Bekal atau MakananJajanan) ..... 35 20. Sebaran Distribusi Sampel Berdasarkan Keragaman/Variasi Makanan

Selingan Pagi (Makanan Bekal atau Makanan Jajanan)............................ 41 21. Persentase Sampel Berdasarkan Jenis Makanan Bekal yang Dibawa

Selama 5 Hari ............................................................................................ 43 22. Persentase Sampel Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan yang Dibawa

Selama 5 Hari ............................................................................................ 44 23. Rata-Rata Asupan, Kecukupan, dan Tingkat Kecukupan Energi

dan Zat Gizi Sampel ................................................................................... 45 24. Sebaran Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan

Protein ........................................................................................................ 45 25. Sebaran Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Kecukupan Vitamin dan

Mineral ....................................................................................................... 45 26. Rata-Rata Konsumsi Beberapa Jenis Pangan Sumber Energi dan

Zat Gizi yang Dikonsumsi Sampel Per Hari (g/hari) ................................... 46 27. Keragaman Sikap Gizi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Responden ......... 47 28. Keragaman Perilaku Gizi Berdasarkan Sikap Gizi Responden .................. 48 29. Keragaman Perilaku Gizi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Responden ..... 49 30. Sebaran Sampel Berdasarkan Status Gizi Indeks BB/TB

dengan Tingkat Pendidikan Responden .................................................... 49

xiii

31. Sebaran Sampel Berdasarkan Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi ......... 50 32. Sebaran Pendidikan Responden, Sosial Ekonomi Keluarga Sampel

dan Status Gizi Sampel dengan Kualitas Makanan Selingan .................... 51

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tumpeng Gizi Seimbang ............................................................................ 6 2. Model Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 18 3. Sebaran Sampel Berdasarkan Besar Keluarga .......................................... 30 4. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan Perkapita

Menurut Garis Kemiskinan Perkotaan Provinsi Jawa Barat (2011) .......... 315. Persentase Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan ...................... 336. Sebaran Media Informasi Gizi Responden ................................................. 347. Rata-rata Keragaman/Variasi Makanan Bekal yang Dibawa Sampel

Saat Istirahat Sekolah ................................................................................ 408. Rata-rata Keragaman/Variasi Makanan Jajanan yang Dibawa Sampel

Saat Istirahat Sekolah ................................................................................ 419. Persentase Kebiasaan Sampel Membawa Makanan Bekal atau Jajanan . 42 10. Sebaran Kebiasaan Sampel Membawa Makanan Selingan ...................... 43

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Persentase Responden yang Sesuai dengan Sikap Positif

Atas Peryataan Sikap ............................................................................... 59 2. Foto Kegiatan Penelitian pada PAUD Bougenvil Bekasi ............................ 60 3. Foto Jenis Makanan Bekal Atau Jajanan Sampel ...................................... 61 4. Hasil Analisis Peubah Penelitian ................................................................ 62

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Anak usia prasekolah adalah masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi

masa depan anak. Anak usia prasekolah merupakan anak usia 3-6 tahun dimana

pada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi

motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosial emosional.

Tahun-tahun prasekolah adalah masa untuk memperkenalkan dan mendorong

anak untuk mengkonsumsi beragam makanan bergizi karena paparan makanan

yang sehat membantu anak untuk membangun kebiasaan makan mereka hingga

mereka dewasa (Laura & Jennifer 2006).

Sesuai dengan tahap perkembanganya, di usia ini anak mulai ingin

mandiri. Dalam hal makanan, anak usia ini bersifat sebagai konsumen aktif

artinya, mereka dapat memilih dan menentukan sendiri makanan yang ingin

dikonsumsi. Tak heran bila direntang usia ini kerap terjadi, anak menolak

makanan yang tidak disukai dan hanya mau mengonsumsi makanan favoritnya.

Oleh sebab itu perlu diperkenalkan kualitas menu yang baik. Sebagai pedoman

gizi, Indonesia sudah mengembangkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan

zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi dengan keunggulan zat

gizi makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Sehingga untuk mencapai zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya

oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan

makanan (Kurniasih, et al. 2010).

Semakin baik kualitas makanan yang diberikan maka pertumbuhan dan

perkembangan anak akan semakin baik. Hal ini membutuhkan peran serta ibu

dalam memberikan makanan bekal sekolah maupun makanan jajanan pada

anak. Jenis zat gizi yang diasup anak sangat bergantung pada jenis makanan

yang disajikan oleh orang tuanya. Mengacu pada penelitian yang dilakukan Deni

dan Meti (2009) terhadap 80 anak SD di Kota Bogor (40 anak berstatus gizi

normal dan 40 anak berstatus gizi gemuk), diketahui bahwa 65% anak dengan

status gizi gemuk tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah dan sebagian besar

anak dengan status gizi normal terbiasa membawa bekal makanan. Berdasarkan

pertimbangan di atas, peneliti menilai perlu dilakukan analisis terhadap kualitas

2

makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan jajanan) pada anak

prasekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis kualitas

makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan jajanan) anak prasekolah

pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi.

Tujuan Khusus 1. Menganalisis karakteristik sampel.

2. Menganalisis sosial ekonomi keluarga sampel.

3. Menganalisis kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan

jajanan).

4. Menganalisis kebiasaan membawa makanan bekal atau makanan jajanan.

5. Menganalisis asupan, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makanan

sehari sampel.

6. Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi ibu.

7. Menganalisis hubungan pendidikan ibu, tingkat kecukupan energi dan

protein sampel dengan status gizi sampel.

8. Menganalisis hubungan pendidikan, sosial ekonomi keluarga sampel dan

status gizi sampel dengan kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal

atau jajanan) sampel.

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

informasi dalam hal kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau

makanan jajanan). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dalam memperkaya literatur terutama

yang berkaitan dengan pemberian makanan bekal dan makanan jajanan pada

anak.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun.Kebutuhan gizi

yang semakin besar sejalan dengan perkembangan fisiknya harus diperhatikan.

Seorang anak yang sehat dan cerdas tentu menjadi dambaan setiap orang tua.

Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas memang tidaklah mudah. Masa-

masa yang sangat menentukan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia adalah

pada usia 0 (nol) sampai dengan 5 (lima) tahun. Pada masa-masa ini penting

bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya perawatan

jasmani anak dalam bentuk pemberian gizi seimbang (Wahyuni 2001).

Masa seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun

termasuk salah satu masa yang tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai

susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong hampa

kalori dan hampa gizi. Perhatian terhadap makanan dan kesehatan bagi anak

pada usia ini sangat diperlukan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Makanan Selingan Kebiasaan makan di Indonesia adalah makanan utama dua kali atau tiga

kali dengan disajikan selingan di antaranya. Makan pagi biasanya pada jam

07.00, makan selingan jam 10.00 sampai 11.00, makan siang jam 12.00, makan

selingan jam 16.00 sampai 17.00 dan makan malam jam 19.00. Makanan

selingan diantara makan utama dianjurkan pada anak karena 2 sampai 3 jam

setelah makan, zat gizi didalam tubuh akan berkurang seiring dengan

pengurangan aktifitas tubuh. Selingan berfungsi untuk menambah zat gizi yang

kurang diperoleh pada saat makan utama biasanya dengan jumlah kalori 150-

200 kkal. Makanan selingan tidak bisa menggantikan waktu makan pagi atau

siang/malam karena jumlah kalori yang rendah (Tarwotjo 1998).

Syarat makanan selingan adalah: memberikan zat gizi dan energi yang

cukup, diberikan porsi kecil dan tidak mengenyangkan, mudah dicerna dan tidak

merangsang alat cerna, diberikan dalam waktu yang tidak terlalu dekat dengan

waktu makan, disajikan semenarik mungkin, hindari penggunaan bahan

makanan tambahan, tidak mengandung terlalu banyak gula/lemak, hindari

makanan selingan yang rendah gizi (kripik, chiki), hindari makanan selingan yang

mengandung lemak trans seperti dalam biskuit dan cracker (Soedarmo 1991).

4

Makanan Bekal Makanan bekal adalah makanan yang siap untuk dikonsumsi. Makanan

bekal yang baik adalah makanan yang dibawa dari rumah yang mengandung

semua zat gizi dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan aktivitasnya. Selain

mencukupi kebutuhan gizi, bekal makanan merupakan cara menghindari jajanan

yang belum tentu sehat. Makanan bekal akan sangat membantu mengumpulkan

energi kembali setelah energi digunakan untuk beraktivitas (Luciana 2011).

Menurut Moehji (1980), apabila anak-anak diberi bekal, maka harus

diperhatikan bahwa bekal makanan yang diberikan kepadanya dapat mencukupi

zat gizi yang kurang terdapat dalam makanannya waktu makan pagi, siang dan

malam. Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makanan yaitu energi dan

protein. Kekurangan akan zat gizi lain dapat diberikan melalui makanan mereka

di rumah. Bekal makanan yang paling ideal adalah makanan yang dapat

memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktek, membuat bekal yang

memenuhi syarat demikian itu agak sulit. Bekal makanan untuk anak-anak

memberikan keuntungan, diantaranya anak-anak dapat dihindarkan dari

gangguan rasa lapar, pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari

kekurangan energi, pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan

jajan sehingga, menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan

yang tidak higienis.

Makanan Jajanan Makanan jajanan didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang

dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat

keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa

pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto 2008). Jenis makanan

jajanan menurut Nuraida et al. (2009) dapat dikelompokan menjadi (1) makanan

utama atau sepinggan seperti pecel, mi baso, nasi goreng, dan sebagainya.

Kelompok makanan ini memiliki kandungan energi yang lebih besar

dibandingkan makanan jajanan lainya (2) camilan atau panganan seperti kue-kue

kecil, pisang goreng, dan sebagainya dan (3) minuman seperti es krim, es

campur, jus. PERSAGI (1973) menegaskan bahwa jajan memiliki kelebihan dan

kekurangan, kelebihan jajan adalah jika makanan yang dibeli itu sudah

memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka bisa melengkapi atau menambah

kebutuhan gizi anak. Kerugian dari makanan jajan adalah sering kali jajan yang

5

dibeli tidak terjamin kebersihannya, mungkin kurang bersih cara mencuci serta

memasaknya, kena debu atau kotoran-kotoran, dikerumuni lalat, dan lain-lain.

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia sampai saat ini belum mengembangkan instrument yang

digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan / Healthy Eating Indekx (HEI).

Sebagai pedoman gizi, Indonesia sudah mengembangkan Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS). Seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai

bidang, pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di

Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk

menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu

rekomendasi penting dari kongres itu adalah anjuran kepada setiap. negara agar

menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah

diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna, saat itu sebenarnya merupakan

bentuk implementasi PUGS.

Perbedaan 4 sehat 5 sempurna dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang

(PUGS) adalah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) tidak dapat

diberlakukan sama untuk setiap orang, hal ini berbeda ketika pola makan

diterapkan berdasarkan selogan 4 sehat 5 sempurna yang berlaku bagi semua

orang diatas dua tahun. Pada saat selogan 4 sehat 5 sempurna diciptakan tahun

1950-an, diasumsikan bahwa kebiasaan makan masyarakat semakin sehat

sehingga berbagai masalah kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi

dapat dicegah dan dikurangi. Asumsi itu ternyata tidak terwujud, baik di

Indonesia maupun dinegara-negara lain, termasuk di negara asal 4 sehat 5

sempurna di Amerika Serikat. Oleh karena itu pedoman 4 sehat 5 sempurna

sejak awal tahun 1990-an secara internasional telah digantikan oleh pedoman

yang lebih rinci yang di sebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Kurniasih

et al. 2010). Tumpeng gizi seimbang dapat dilihat pada Gambar 1.

6

Gambar 1 Tumpeng Gizi Seimbang

Dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) terdapat 13 (tiga belas)

pesan yang perlu diperhatikan yaitu: 1) makanlah aneka ragam makanan, yaitu

makanan sumber zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), serta zat

pengatur (vitamin dan mineral) 2) makanlah makanan untuk memenuhi

kecukupan energi. Kecukupan tersebut dapat dipenuhi dari tiga sumber utama,

yaitu karbohidrat, protein, dan lemak 3) makanlah makanan sumber karbohidrat,

setengah dari kebutuhan energi. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi 5% dari

jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok per hari. Seyogyanya sekitar

50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara

dengan 3-4 piring nasi 4) batasi Konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat

dari kecukupan energi 5) gunakan garam beriodium. Dianjurkan untuk

mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari 6) Makanlah

makanan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Sumber yang baik adalah

sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur, dan daging 7) berikan ASI

saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya 8)

biasakan makan pagi 9) minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya, yaitu

minimal 2 liter atau setara dengan 8 gelas setiap harinya 10) lakukan kegiatan

fisik dan olahraga secara teratur 11) hindari minum minuman beralkohol 12)

makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13) bacalah label pada makanan

yang dikemas, untuk mengetahui komposisi bahan penyusun, komposisi gizi,

serta tanggal kadaluwarsa (Soekirman et al 2008).

Kualitas Menu Makanan pada balita harus serasi, selaras dan seimbang yang artinya

sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak dan nilai gizinya harus sesuai

7

dengan kebutuhan berdasarkan usia serta beragam jenis bahan makanannya.

Kualitas makan anak di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas menu yang

diberikan ibu saat istirahat sekolah. Menu yang yang baik adalah menu yang

sudah mempertimbangkan gizi seimbang seperti yang dijabarkan dalam PUGS.

Menu gizi seimbang artinya susunan makanan yang mengandung zat-zat gizi

dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan

prinsip keanekaragaman atau variasi makanan (Kurniasih et al. 2010).

Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, dan penyerapan zat gizi

makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan

menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi

yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi

dan pemanfaatanya di dalam tubuh. Mencapai status gizi yang baik diperlukan

pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman untuk dikonsumsi. Metode

penilaian status gizi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Antropometri merupakan salah satu metode penilaian gizi secara

langsung. Menurut Depkes (2011) terdapat empat indeks antropometri yang

dapat digunakan untuk menilai status gizi anak, yaitu berat badan menurut umur

(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB) dan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U). Pemeriksaan BB/U

dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi

dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Status gizi anak < 2 tahun

ditentukan dengan menggunakan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB),

sedangkan anak umur 2 tahun ditentukan dengan menggunakan Berat Badan

menurut Tinggi Badan(BB/TB). Status Gizi secara klinis dan antropometri (BB/PB

atau BB/TB) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Status gizi secara klinis dan antropometri (BB/TB)

Katagori status gizi Z-skor sangat kurus kurus normal gemuk obese

Z-skor +3 SD

Sumber : WHO 2005 dalam Dinkes

8

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Asupan Gizi Anak Pendapatan

Pendapatan orangtua dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi

keluarga. Pendapatan orangtua akan mempengaruhi besarnya alokasi yang

dikeluarkan untuk pangan. Semakin besar pendapatan, maka akan semakin

besar pengeluaran untuk alokasi pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Padmiari dan Hadi (2001) yang menyatakan bahwa seseorang dengan

pendapatan yang tinggi cenderung akan mengeluarkan uang untuk pangan lebih

tinggi.

Proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bahan makanan dapat

dipakai sebagai ukuran kesejahteraan keluarga atau rumah tangga. Kebiasaan

makan cenderung berubah bersama dengan naiknya pendapatan, dengan

demikian pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

kuantitas dan kualitas makanan (Berg 1986). Berdasarkan garis kemiskinan

perkotaan, BPS (2011) untuk Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar Rp

228,401,00/kap/bulan.

Besar Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang umumnya terdiri

dari sepasang suami istri berserta anak-anaknya. Jumlah anggota keluarga

secara langsung akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga yang ada

terkait dengan ketersediaan pangan yang ada dalam keluarga tersebut.

Besar keluarga menentukan pemenuhan kebutuhan makanan.

Pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi lebih mudah pada keluarga yang

lebih sedikit, apabila jumlah anggota keluarga semakin banyak maka pengaturan

pengeluaran untuk kebutuhan pangan sehari-hari relative semakin sulit. Hal ini

menyebabkan kualitas pangan yang diperoleh semakin tidak mencukupi untuk

masing-masing anggota keluarga termasuk balita (Sediaoetomo 1993).

Pendidikan Ibu Pendidikan adalah proses pembentukan pribadi seseorang melalui proses

belajar baik formal maupun nonformal. Melalui pendidikan diharapkan seseorang

akan memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Di era globalisasi

pendidikan bagi wanita terus meningkat sehingga banyak wanita yang bekerja di

luar rumah. Semakin banyaknya wanita yang bekerja akan berdampak pada

asupan yang diberikan kepada anak mereka. Pendidikan orang tua merupakan

salah satu faktor yang berperan pada tumbuh kembang anak. Dengan

9

pendidikan yang lebih baik orang tua lebih dapat menerima segala informasi

terutama yang berkaitan dengan cara pengasuhan anak (Soetjiningsih 1995).

Menurut Khomsan (2002) ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan

memiliki ketrampilan dalam pengasuhan anak mereka yang baik. Perilaku gizi

merupakan penerapan dari kebiasaan makan. Oleh karena itu, orangtua dengan

pendidikan yang tinggi akan memiliki kebiasaan makan yang baik. Dimana

menurut Sajogyo (1986) perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan

makan dalam keluarga. Dengan demikian, seseorang yang memiliki orang tua

dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung akan memiliki perilaku gizi yang baik.

Jenis Pekerjaan Ibu yang bekerja adalah ibu yang mencurahkan waktunya untuk bekerja

baik untuk sektor formal maupun informal dengan imbalan berupa uang setiap

bulanya. Pekerja formal diartikan sebagai seluruh usaha komersial yang terdaftar

dan memiliki struktur organisasi resmi memiliki ketentuan dan aturan yang jelas

dengan mempersyaratkan keahlian yang dimiliki pekerja . Pekerja di sektor

informal diartikan sebagai seluruh usaha komersil dan tidak komersil yang tidak

terdaftar, yang tidak mempunyai struktur organisasi resmi, dan pada umumnya

dapat dicirikan: dimiliki oleh keluarga, kegiatan dalam sekala kecil, padat tenaga

kerja, menggunakan teknologi yang telah diadaptasi, dan adanya

ketergantungan kepada sumber daya lokal. Sektor informal juga dapat diartikan

sebagai unit usaha skala kecil yang memproduksi barang dan jasa, dan

umumnya masuk kedalam golongan yang belum mendapatkan pelayanan dari

pemerintah, atau mendapatkan bantuan dari pemerintah yang dapat membuat

usaha tersebut berkembang (Depnakertrans 2006).

Peningkatan partisipasi wanita dalam memasuki lapangan pekerjaan di

luar rumah dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain peningkatan tuntutan ekonomi yang menyebabkan

sebagian keluarga tidak dapat mempertahankan kesejahteraannya hanya dari

satu sumber pendapatan. Selain itu dengan semakin tingginya tingkat pendidikan

wanita yang menyebabkan semakin banyaknya wanita yang bekerja di luar

rumah. Masuknya wanita dalam dunia kerja akan mengubah peran ibu dalam

mengasuh anak (Sumarwan 1993).

Akses tehadap Informasi Media masa seperti tv, radio, koran, dan tabloid, dapat memicu respon

yang akan berdampak pada tindakan nyata seseorang. Namun, pengaruh dari

10

media masa sulit diidentifikasi karena banyak faktor yang mempengaruhi sikap

dan perilaku dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Media masa saja tidak

dapat membuat perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka panjang pada

seseorang. Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk

membuat perubahan perilaku pada seseorang. Diskusi tatap muka yang dapat

dilakukan adalah konsultasi atau diskusi dengan tenaga medis dan paramedis,

kader, dan lainnya (Ewles & Simnett 1994).

Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.

Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi

pangan yang salah atau buruk. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan

formal maupun non formal, selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat,

mendengar, atau melalui alat-alat komunikasi seperti membaca surat kabar dan

majalah, mendengar siaran radio dan menyaksikan siaran televisi maupun

melalui penyuluhan kesehatan atau gizi (Suharjo 1989). Menurut Notoatmodjo

(2003) pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan.

Tingkatan tahu (know) ini merupakan tingkatan dari pengetahuan yang

terendah. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari termasuk ke

dalam tingkat ini. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Memahami merupakan kemapuan seseorang dalam menjelaskan suatu

objek serta dapat mengintrepetasikannya dengan benar. Tingkat pengetahuan ini

dapat diukur melalui kata kerja, seperti menjelaskan, menyebutkan contoh,

meramalkan, menyimpulkan, dan sebagainya.

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan materi

yang pernah dipelajarinya. Aplikasinya seperti penggunaan rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya pada kondisi atau situasi sebenarnya.

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan suatu materi

kedalam komponen-komponen secara berkaitan dan terstruktur. Tingkat

pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Sintesis mengarah kepada kemampuan seseorang dalam membentuk

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Tingkat pengetahuan ini

11

dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyusun, merencanakan,meringkaskan,

meneyesuaikan, dan sebagainya.

Evaluasi merupakan kemampuan seseorang melakukan penilaian

terhadap suatu objek yang didasari dengan kriteria-kriteria tertentu. Pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dari beberapa macam proses belajar, yaitu

pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Tingkat

pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang

dalam memilih makanan yang akan mempengaruhi status gizinya. Dengan

demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin

baik status gizinya (Irawati, Damanhuri & Fahrurozi 1992 diacu dalam Khomsan

et al. 2007).

Sikap Gizi Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu objek

untuk menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap suatu objek.

Sikap belum menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan

predisposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2003).

Sikap memiliki dimensi positif, netral, dan negatif. Sikap dapat berubah

dengan berjalannya waktu (Sumarwan 2003). Adanya hubungan yang kuat

antara sikap dan tingkah laku, oleh karena itu, sikap dapat mempengaruhi

perilaku makan secara langsung karena sikap merupakan suatu keadaan jiwa

dan keadaan pikiran atau daya nalar untuk memberi tanggapan terhadap sesuatu

hal. Menurut Allport (1954) diacu dalam Notoatmodjio (2003) sikap memiliki 3

komponen pokok, diantaranya: (1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep

terhadap suatu objek, (2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu

objek dan (3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen tersebut saling mendukung dalam pembentukan sikap

yang utuh. Selain itu, sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti halnya

pengetahuan. Tingkatan-tingkatan tersebut, yaitu menerima (receiving),

merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible)

(Notoatmodjo 2003). Sikap terhadap gizi dan makanan dapat dipengaruhi oleh

tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Pengukuran sikap dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran yang dilakukan secara

langsung yaitu dengan mewawancarai atau memberi pertanyaan kepada

responden mengenai pendapatnya terhadap suatu objek (Notoatmodjo 2003).

12

Perilaku Gizi Perilaku konsumsi pangan merupakan hasil interaksi antar pengetahuan

gizi dan sikap terhadap gizi (Sanjur 1982). Perilaku seseorang dalam pemilihan

makanan yang terjadi secara berulang-ulang dapat dikatakan sebagai kebiasaan

makan (Khumaidi 1994). Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi

terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan dari luar

sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia (Notoatmodjo

2003). Pengetahuan dengan sikap seseorang terhadap suatu obyek tidak sama.

Pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan

suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan perilaku apabila disertai

kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang

dimilikinya (Purwanto 1999). Perkembangan perilaku makan seseorang

dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi.

Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi) diperlukan suatu standar

kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk

sampel yang diteliti. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia yang

digunakan secara nasional adalah Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Dasar

menyajikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) didasarkan pada kelompok umur, jenis

kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan menyusui) dan

aktivitas (Supariasa 2002).

Energi Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari

makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila

mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai

dengan kesehatan jangka panjang, dan memungkinkan pemeliharaan aktivitas

fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang

dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan

seharusnya (ideal). Bila terjadi pada anak-anak akan menghambat pertumbuhan

dan pada keadaan kronis akan mengakibatkan penyakit gizi yang disebut dengan

marasmus dan bila disertai kekurangan protein menyebabkan kwashiorkor.

Sedangkan kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan

melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak

tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan dapat

13

menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan resiko untuk dapat

menyebabkan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit

jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup.

Kebutuhan energi untuk anak usia 4-6 tahun tanpa membedakan jenis kelamin,

kebutuhan energinya adalah 1550 kkal (WNPG 2004).

Protein Protein adalah molekul makro dan bagian dari semua sel hidup dan

merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Sumber protein dapat berasal

dari protein nabati dan hewani. Protein hewani biasanya mempunyai nilai gizi

yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein memiliki fungsi

khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta

memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping itu protein berfungsi untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan, sumber energi, pembentukan antibody, dan

mengangkut zat-zat gizi.

Pada anak-anak kebutuhan protein relatif lebih tinggi, kebutuhan yang

tinggi untuk priode pertumbuhan yang cepat. Konsumsi protein yang memadai

merupakan hal yang penting, yaitu harus mengandung semua jenis asam amino

essensial dalam jumlah yang cukup karena diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan (WNPG 2004).

Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang esensial untuk pemeliharaan

kesehatan. Vitamin A terdapat pada pangan hewani seperti terdapat pada hati,

kuning telur, susu, dan mentega. Vitamin A berperan dalam fungsi faal tubuh,

antara lain: fungsi penglihatan, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan

perkembangan. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan beberapa penyakit

diantaranya adalah gangguan penglihatan pada mata, jika sudah parah, maka

dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, kekurangan Vitamin A dapat

menyebabkan penyakit infeksi seperti campak, infeksi tersebut dapat

menghambat penyerapan zat-zat gizi dan pada saat yang bersamaan akan

mengikis habis persediaan Vitamin A dalam tubuh. Kelebihan Vitamin A juga

ternyata tidak baik meskipun kasus ini jarang terjadi. Kelebihan Vitamin A dapat

mengakibatkan sakit kepala, mual, nyeri sendi, iritasi dan kerontokan rambut

(WNPG 2004).

http://www.lagalus.com/

14

Vitamin C Vitamin C adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting

untuk biosintesis kolagen, karnitin, dan berbagai neurotransmiter. Kebanyakan

tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam askorbat untuk

kebutuhannya sendiri. Akan tetapi manusia tidak dapat mensintesa asam

askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim gulunolactone oxidase, oleh

sebab itu vitamin C (asam askorbat) harus disuplai dari luar tubuh terutama dari

buah, sayuran, atau tablet suplemen Vitamin C. Banyak keuntungan di bidang

kesehatan yang didapat dari fungsi askorbat, seperti fungsinya sebagai

antioksidan, anti atherogenik, dan mencegah flu (Naidu 2003).

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim

atau kofaktor. Defisiensi vitamin C pada tingkat berat jarang terjadi, namun jika

terdapat tanda-tanda awal seperti lemas, nafas pendek, kejang otot, tulang, nyeri

di persendian, nafsu makan kurang, kulit kering, pendarahan gusi, mulut dan

mata kering serta rambut rontok harus segera ditangani. Kekurangan vitamin C

yang berat akan mengakibatkan terganggunya sintesis kolagen dan akan tampak

pendarahan terutama pada jaringan lunak, seperti gusi. Sedangkan pada derajat

ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan

kecepatan penyembuhan luka.

Kelebihan vitamin C dari dosis yang seharusnya tidak akan diserap tubuh

melainkan akan dibuang melalui urine, bahkan dapat mengganggu fungsi tubuh.

Terlalu banyak mengonsumsi vitamin C akan memiliki efek samping seperti sakit

kepala, mual, muntah, sakit perut, kelelahan, mengantuk, gangguan pencernaan,

kram usus, diare, insomnia, batu ginjal, iritasi kerongkongan, hingga

pengeroposan gigi. Mengonsumsi buah segar dapat mencukupi kebutuhan

vitamin C dalam tubuh (WNPG 2004).

Zat Besi (Fe) Zat besi merupakan mineral yang berfungsi sebagai alat angkut oksigen

dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan

sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh

(metabolisme energi, sistem kekebalan tubuh). Sumber baik zat besi adalah

makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainya adalah telur,

serealia, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran hijau. Akibat kekurangan zat besi

dapat menimbulkan defisiensi besi, terutama menyerang golongan rentan seperti

anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui. Secara luas defisiensi zat besi

15

berpengaruh terhadap kualitas SDM yaitu kemampuan belajar dan produktivitas

kerja yang menurun.

Kelebihan zat besi menimbulkan kematian pada anak-anak di bawah usia

enam tahun. Reaksi yang timbul sebagai akibat keracunan zat besi antara lain:

mual, muntah, diare, dan perdarahan pada sistem pencernaan. Reaksi lainnya

adalah akan mengarah pada syok, koma, kejang dan kematian (WNPG 2004).

Kalsium (Ca) Kalsium merupakan jenis mineral yang paling berlimpah dalam tubuh

manusia. Total rata-rata banyaknya kalsium pada tubuh manusia kurang lebih

mencapai 1 kg, dimana 99% terdapat pada tulang dan gigi, lalu 1% sisanya ada

pada cairan tubuh dan aliran darah. Walaupun terkesan sangat sedikit, sisa 1%

ini sebenarnya berperan penting dalam transmisi sistem saraf, konstraksi otot,

pengaturan tekanan darah, dan pelepasan hormon. Sumber utama kalsium

adalah telur, susu dan hasil olahan susu seperti keju. Sumber kalsium lainya

terdapat pada serealia, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tahu dan

tempe serta sayuran hijau namun bahan makanan ini mengandung banyak zat

yang menghambat kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. Kekurangan kalsium

pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan osteoporosis. Kelebihan kalsium

dapat menimbulkan gangguan ginjal (WNPG 2004).

Angka Kecukupan Gizi Menurut Almatsier (2002), Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG)

atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zt gizi

essensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan hampir semua orang sehat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada

patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan

aktivitas fisik. AKG untuk vitamin dan mineral mengacu kepada Widya Karya

Pangan dan Gizi VIII tahun 2004. AKG yang dianjurkan untuk anak usia 4-6

tahun disebutkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada anak usia 4-6 tahun

No Zat gizi Besarnya 1 2 3 4 5 6

Energi (kal) Protein (g) Vitamin A (IU) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Besi (mg)

1550 39

450.0 45.0 500.0 9.0

Sumber : WNPG VIII (2004)

http://gayahidupsehat.org/tag/kematian/http://gayahidupsehat.org/tag/anak-anak/http://gayahidupsehat.org/tag/mual/http://gayahidupsehat.org/tag/muntah/http://gayahidupsehat.org/yogurt-cara-enak-mengatasi-diare/

16

Metode Recall Metode recall (metode mengingat-ingat) merupakan salah satu metode

penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu. Metode ini dapat menaksir

asupan gizi individu (Gibson 2005). Metode ini dicatat jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi pada waktu yang lalu (biasanya recall 24 jam). Pengukuran

recall diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT (Ukuran Rumah

Tangga), setelah itu baru dikonfersikan dalam satuan berat (Kusharto &

Sadiyyah 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali

recall 24 jam tanpa berturut-berturut, dapat menghasilkan gambaran asupan

zat gizi lebih optimal, dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake

harian individu (Supariasa et al. 2002).

Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan metode recall 24 jam adalah (1) mudah dalam pelaksanaannya; (2)

biaya relatif murah; (3) dapat mencakup banyak individu; dan (4) dapat

memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga

dapat dihitung intake zat gizi sehari. Adapun kekurangan metode recall 24

jam, yaitu (1) The flat slope syndrom, yaitu kecenderungan bagi responden yang

kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi

responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate); (2)

ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden; dan (3)

responden perlu diberikan motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian; dan

membutuhkan tenaga yang terlatih (Supariasa et al. 2002).

17

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia prasekolah merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Unsur gizi memegang

peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Masalah gizi

dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas seseorang

di masa yang akan datang. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas

memang tidaklah mudah, karena pada usia balita dalam hal makanan anak

bersifat sebagai konsumen aktif yang artinya, mereka dapat memilih dan

menentukan sendiri makanan yang ingin dikonsumsi. Pada masa-masa ini

penting bagi seorang ibu untuk memberikan perhatiannya, seperti halnya

memperhatikan kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan

jajanan) yang baik pada anak.

Karakteristik anak yang meliputi jenis kelamin dan umur serta karakteristik

ibu dan keluarga yang meliputi pendapatan keluarga sampel, besar keluarga,

umur ibu, pendidikan dan pekerjaan ibu. Pengetahuan gizi ibu yang diperoleh

dari media informasi seperti TV, radio, koran, tabloid dan posyandu.

Pengetahuan gizi ibu akan membentuk sikap gizi, dimana sikap gizi berperan

sebagai faktor predisposisi terjadinya perilaku gizi yang baik. Perilaku gizi ibu

diduga berhubungan dengan kuantitas dan kualitas pemberian makanan.

Kuantitas yang dianalisis yaitu asupan jumlah energi dan zat gizi dan tingkat

kecukupanya. Kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan

jajanan) dilihat berdasarkan prinsip gizi seimbang yang merupakan aplikasi dari

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kuantitas dan kualitas makanan akan

mempengaruhi status gizi. Pemberian kualitas makanan selingan pagi yang baik

diduga berhubungan status gizi anak yang baik pula.

Pada skripsi peneliti menganalisis kualitas makanan selingan pagi

(makanan bekal atau makanan jajanan). Penilaian kualitas tersebut meliputi (1)

Penilaian kandungan energi dan protein berdasarkan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan jajanan), dan (2)

Keragaman/variasi makanan selingan pagi (makanan bekal atau makanan

jajanan), (Soekirman et al. 2008). Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan

pada Gambar 2.

.

18

Ket :

Variabel yang diteliti =

Hubungan yang dianalisis =

Karakteristik anak (sampel): Jenis kelamin Umur

Karakteristik ibu dan keluarga sampel: Pendapatan Besar keluarga Umur ibu Pendidikan ibu Pekerjaan ibu

Pengetahuan gizi ibu Sikap giziibu

Perilaku giziibu

Sumbangan zat gizi

Total asupan zat gizi

Status gizi anak

Media informasi gizi :

TV, Radio, Koran, Tabloid, Posyandu, Lainya

Makanan Utama

Makanan selingan

Makanan bekal

Makanan jajanan

Kualitas makanan

Kuantitas konsumsi

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Tingkat Kecukupan zat gizi

Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Hubungan yang dianalisis =

Gambar 2 Model kerangka pemikiran penelitian

19

METODOLOGI PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini menggunakan desain studi kasus (case study). Lokasi

penelitian berlokasi di PAUD Bougenvil Kota Bekasi. Pemilihan tempat penelitan

dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) Bougenvil Kota Bekasi menganut sistem subsidi silang sehingga

terdapat sosial ekonomi keluarga menengah keatas dan menengah kebawah

yang menyekolahkan anaknya di sana. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-

November 2012.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas matahari dan tulip

yang bersekolah pada PAUD Bougenvil Kota Bekasi yang berjumlah 42 murid.

Kriteria sampel adalah anak laki-laki dan perempuan berusia 4-5 tahun pada

waktu penelitian, tinggal bersama orang tuanya dan ibunya menyatakan

kesanggupan (informed consent) sebagai responden dalam penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer meliputi karakteristik sampel (jenis kelamin dan umur),

antropometri sampel (berat badan dan tinggi badan), Karakteristik keluarga

sampel dan responden (besar keluarga, pendapatan, umur responden, tingkat

pendidikan dan jenis pekerjaan responden), pengetahuan gizi responden (fungsi,

jenis dan sumber zat gizi, akibat kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu),

sikap dan perilaku gizi responden (pemberian makanan utama, dan selingan),

kebiasaan membawa makanan selingan pagi (jenis makanan yang dibawa ke

sekolah), konsumsi pangan sehari (berat dan jenis pangan yang dikonsumsi),

makanan bekal atau makanan jajanan (berat dan jenis makanan yang dibawa).

Data sekunder yang digunakan adalah gambaran umum PAUD Bougenvil Kota

Bekasi.

Jenis dan cara pengumpulan data primer ditunjukan pada Tabel 3. Data

primer diperoleh dengan cara wawancara terstruktur, yaitu menggunakan

kuesioner. Data recall konsumsi sehari sampel diperoleh dengan cara

wawancara ibu sebagai orang terdekat sampel. Data antropometri diperoleh

dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Alat

pengukuran berat badan berupa timbangan injak dengan ketelitian 0,5 kg

sedangkan alat ukur tinggi badan menggunakan microtoise.

20

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data primer No Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

1 Karakteristik sampel 1. Jenis kelamin 2. Umur

Wawancara dengan kuesioner

2 Status gizi sampel BB/TB

1. Berat badan (kg) 2. Tinggi badan (cm)

Pengukuran dengan timbangan injak dan microtoise

3 Karakteristik keluarga

1. Besar keluarga 2. Pendapatan 3. Umur responden 4. Tingkat pendidikan responden 5. Jenis pekerjaan

Wawancara dengan kuesioner

4 Pengetahuan gizi responden

1. Definisi 2. Jenis dan sumber zat gizi 3. Akibat kekurangan zat gizi

tertentu

Wawancara dengan kuesioner

5 Sikap gizi responden 1. Pemberian makanan utama. 2. Pemberian makanan bekal 3. Pemberian makanan jajanan

Wawancara dengan kuesioner

6 Perilaku gizi responden

1. Pemberian makanan utama. 2. Pemberian makanan bekal 3. Pemberian makanan jajanan.

Wawancara dengan kuesioner

7 Kebiasaan membawa makanan selingan pagi

Jenis makanan yang dibawa ke sekolah Pengamatan selama 5 hari

8 Konsumsi pangan sehari

Berat dan jenis pangan yang dikonsumsi

Wawancara dengan kuesioner, metode recall 24

jam

9 Makanan bekal atau makanan jajanan

Berat dan jenis makanan yang dibawa

Pengamatan secara langsung

dan penimbangan

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan meliputi editing, coding, entry dan cleaning. Data yang

dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia menggunakan

program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0 for windows.

Data karakteristik sampel dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin

sampel (laki-laki dan perempuan) dan sebaran usia sampel (4-4.5 tahun dan 4.5-

5.0 tahun). Data status gizi anak umur 2 tahun ditentukan dengan

menggunakan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), selanjutnya status

gizi dikategorikan menurut Z-skor. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-skor

dapat dilihat pada Tabel 4.

21

Tabel 4 Status gizi secara klinis dan antropometri (BB/TB) Katagori status gizi Z-skor

sangat kurus kurus normal gemuk obese

Z-skor +3 SD

Sumber : WHO 2005 dalam Dinkes

Data besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (4 orang),

keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (8 orang). Pendapatan

perkapita diketahui dengan membagi jumlah pendapatan dengan besar keluarga.

Berdasarkan BPS 2011, garis kemiskinan perkotaan Provinsi Jawa Barat

sebesar Rp 228.401,00/kap/bulan. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan

menjadi keluarga miskin (< 1GK), hampir miskin (1-2 GK) dan menengah ke atas

(>2GK).

Usia ibu dikelompokkan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia 20-40

tahun (dewasa awal), 41-64 tahun (dewasa tengah), serta >65 tahun (dewasa

lanjut). Pendidikan ibu dibagi menjadi lima kategori yaitu tamat SD/sederajat,

tamat SLTP/sederajat, tamat SLTA/sederajat, tamat diploma (D1/D2/D3), tamat

sarjana (S1/S2/S3). Data jenis pekerjaan ibu dikelompokan menjadi tujuh, yaitu

Ibu Rumah Tangga (IRT), wiraswasta, buka warung/toko, PNS, guru disekolah,

pegawai.

Pengetahuan gizi ibu diolah dengan cara pemberian skor pada setiap

pertanyaan. Diberi skor 1 untuk jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Nilai

maksimum yang diperoleh adalah 24. Total nilai jawaban yang benar

dipresentasikan terhadap jumlah nilai maksimum dan selanjutnya dikategorikan

menjadi (1) baik >80%, (2) sedang 60%-80%, dan (3) kurang 80%, (2)

sedang 60%-80%, dan (3) kurang

22

Perilaku gizi ibu diolah dengan cara pemberian skor. Pemberian skor

dilakukan sesuai dengan frekuensi perilaku responden, yaitu tidak pernah (TP),

kadang-kadang (KD), dan selalu (SL) dengan skor penilaian sebagai berikut :

Pernyataan positif

0 = tidak pernah

1 = kadang-kadang

2 = selalu

Pernyataan negatif

2 = tidak pernah

1 = kadang-kadang

0 = selalu

Skor maksimal dari pernyataan perilaku ini, yaitu 30. Perilaku dihitung

dengan menjumlahkan skor dan dikelompokkan menjadi tiga kategori (1) baik

>80%, (2) sedang 60%-80%, dan (3) kurang

23

Keterangan

Kgij = Kandungan zat gizi bahan makanan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan pangan yang dikonsumsi

Gij = Kandungan zat gizi yang dikonsumsi dalam 100 gram BDD

BDD = Bagian bahan pangan yang dapat dimakan (%BDD)

(Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)

Data asupan energi dan zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk mendapatkan nilai tingkat kecukupan energi

dan zat gizi sampel (WNPG 2004). Pengukuran tingkat kecukupan energi dan zat

gizi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus seperti berikut:

X 100%

Tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan menjadi 5

kelompok yaitu: 1) defisit tingkat berat (< 70%AKG), 2) defisit tingkat sedang

(70%79% AKG), 3) defisit tingkat ringan (80%89% AKG), 4) normal (90%

119% AKG), dan 5) kelebihan > 120% AKG (Depkes 1996). Tingkat kecukupan

vitamin dan mineral dikategorikan menjadi 2 yaitu kurang (tingkat kecukupan<

77%) dan cukup (tingkat kecukupan > 77%) (Gibson 2005). Angka kecukupan

energi dan protein yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat (dari setiap

kelompok usia) dengan rumus sebagai berikut :

AKG = (Ba/Bs) X AKGI

Keterangan

AKG = Angka Kecukupan energi atau protein

Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan rata-rata yang tercantum dalam AKG

AKGI = Angka kecukupan energi atau protein yang tercantum dalam AKG

Sedangkan untuk mengukur kecukupan vitamin mineral tidak dilakukan

koreksi terhadap berat badan aktual sehat. Angka kecukupan vitamin dan

mineral dilihat langsung seperti yang terdapat dalam Angka Kecukupan Zat Gizi

(AKG). Kategori variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

24

Tabel 5 Kategori variabel penelitian No Variabel Kategori Referensi 1 Karakteristik Sampel Jenis kelamin

Laki-laki dan Perempuan

Umur 4-4.5 tahun dan >4.5 tahun

2 Status gizi (TB/BB) Sangat kurus (+3 SD)

(WHO 2005)

3. Besar keluarga

Keluarga kecil ( 4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar ( 8 orang

(Hurlock 1998)

4. Pendapatan perkapita

Miskin (< 1GK) Hampir miskin (1-2 GK) Menengah ke atas (>2GK)

(Puspitawati 2010)

5. Usia ibu

Dewasa awal (20-40 tahun) Dewasa tengah (41-65 tahun) Dewasa lanjut ( 65 tahun

(Papalia and old 1986).

6. Pendidikan ibu Tamat SD/sederajat, Tamat SLTP/sederajat, Tamat SLTA/sederajat, Tamat Diploma (D1/D2/D3) Tamat Sarjana (S1/S2/S3)

.

7. Pekerjaan ibu Rumah Tangga (IRT) Wiraswasta Buka warung/toko PNS Guru disekolah Pegawai swasta Lainya

8. Pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi ibu

Baik (>80%) Sedang (60%-80%) Kurang (

25

Data yang telah didapat kemudian dianalisis menggunakan korelasi dan uji

beda T-tes antar variabel yang diteliti. Cara analisis antar variabel ditunjukkan

pada Tabel 6. Tabel 6 Cara analisis antar variabel No Variabel 1 Variabel 2 Analisis 1 Pengetahuan gizi ibu Sikap gizi ibu Korelasi pearson 2 Sikap gizi ibu Perilaku gizi ibu Korelasi pearson 3 Pengetahuan gizi ibu Perilaku gizi ibu Korelasi pearson 4 Tingkat pendidikan ribu Status gizi sampel Korelasi spearman

5 Tingkat kecukupan energi dan protein sampel Status gizi sampel Korelasi spearman

6 Tingkat pendidikan ibu

Kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau jajanan) sampel.

Korelasi spearman

7 Pendapatan keluarga sampel

Kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau jajanan) sampel

Korelasi spearman

8 Status gizi sampel

Kualitas makanan selingan pagi (makanan bekal atau jajanan) sampel

Korelasi spearman

9 Jenis kelamin Status gizi. Uji beda T-tes

10 Jenis kelamin Tingkat kecukupan energi dan protein sampel. Uji beda T-tes

Definisi Operasional Akses informasi gizi adalah cara responden dalam mengakses informasi

mengenai gizi termasuk pesan-pesan PUGS melalui media cetak, media

elektronik, tenaga medis dan paramedis, kader, keluarga, dan lain-lain.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan satu dapur serta bergantung pada sumber kehidupan yang sama.

Camilan atau panganan adalah makanan yang dikonsumsi disela-sela waktu makan dan bukan merupakan makanan pokok.

Keragaman makanan adalah dalam satu kali waktu makan baik makan pagi, siang, malam dan selingan memenuhi kebutuhan akan sumber zat

tenaga (Kh), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan

mineral).

Kualitas makanan adalah mutu makanan anak yang disediakan oleh ibu berdasarkan prinsip gizi seimbang yang meliputi kandungan gizi menu

berdasarkan AKG dan keragaman pangan/variasi menu.

26

Kuantitas konsumsi pangan adalah rata-rata jumlah dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainya berdasarkan pangan yang dikonsumsi sampel

yang diperoleh dari recall 2x24 jam.

Lauk pauk adalah segala macam makanan yang disajikan sebagai teman utama hidangan nasi, umumnya banyak mengandung protein, baik hewani

maupun nabati.

Makanan bekal adalah makanan dan minuman yang diolah dan dipersiapkan dari rumah untuk dikonsumsi disekolah pada waktu yang telah ditentukan.

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang tidak melalui proses pengolahan dan persiapan dari rumah untuk dikonsumsi disekolah pada

waktu yang telah ditentukan.

Makanan selingan pagi adalah makanan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama (makan pagi dan makan siang) berupa makanan bekal atau

makanan jajanan.

Makanan utama adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, sayur, dan lauk pauk atau makanan sepinggan.

Minuman adalah segala sesuatu yang diminum masuk ke dalam tubuh seseorang yang juga merupakan salah satu intake makanan yang

berfungsi untukmembentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberi

tenaga, mengatur semua prosesdi dalam tubuh.

Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) adalah tiga belas pesan gizi seimbang yang digunakan sebagai acuan bagi setiap individu untuk berperilaku gizi

yang baik dan benar 1) makanlah aneka ragam makanan, 2) makanlah

makanan untuk memenuhi kecukupan energi, 3) makanlah makanan

sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4) batasi konsumsi

lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, 5) gunakan

garam beriodium 6) makanlah makanan sumber zat besi untuk mencegah

anemia 7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan, 8) biasakan

makan pagi 9) minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10)

lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur 11) hindari minum

minuman beralkohol 12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

13) bacalah label pada makanan yang dikemas.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan.

Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh ibu contoh.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_dasarhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembinaan&action=edit&redlink=1

27

Pengetahuan gizi ibu adalah gambaran pemahaman gizi ibu yang diukur dengan menghitung persentase skor jawaban yang benar dari total

jawaban yang dianjukan.

Pekerjaan ibu adalah pekerjaan responden sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga.

Perilaku gizi ibu adalah Perilaku ibu dalam pemilihan makanan bergizi yang terjadi secara berulangulang yang diukur dengan menghitung

persentase skor jawaban yang benar dari total jawaban yang diajukan.

Recall makanan merupakan salah satu metode penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu dengan cara mengingat-ingat. Bisa dilakukan 1x24

jam atau 2x24 jam.

Responden adalah orang terdekat (ibu) yang memberikan informasi mengenai sampel.

Sampel adalah semua murid baik laki-laki dan perempuan berumur 4-6 th yang bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil Kota Bekasi.

Sikap gizi ibu adalah reaksi atau respon ibu terhadap pemahaman gizi yang diukur dengan menghitung persentase skor jawaban yang benar dari total

jawaban yang diajukan.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat-zat

gizi makanan.

Tingkat kecukupan zat gizi adalah perbandingan antara zat gizi yang dikonsumsi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Umur orangtua adalah umur orangtua (ibu) contoh saat dilakukan pengambilan data penelitian.

Zat gizi adalah zat yang terkandung dalam suatu makanan dan diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, seperti menghasilkan energi, membangun

dan memelihara jaringan.

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PAUD Bougenvil Kota Bekasi Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk

memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil berdiri pada bulan

Juni 2006 yang berada di lingkungan pemukiman RW.06 Perumnas Bumi Bekasi

Baru, Rawa Lumbu. Taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil

memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak,

meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial

dan emosional yang diharapkan anak memiliki interaksi dengan menggunakan

bahasa yang baik dan benar sehingga ketika mereka masuk Sekolah Dasar

(SD), mereka sudah mempunyai modal untuk membaca.

Keberadaan Taman PAUD Bougenvil dinilai cukup strategis di

masyarakat dalam melakukan pendidikan anak usia dini, hal ini karena faktor-

faktor pendukung yang ada di lingkungan Taman PAUD berada, misalnya faktor

tempat, letaknya menyatu dengan lingkungan masyarakat pengguna dan mudah

dijangkau. Berbagai sarana pendukung diantaranya lapangan bola anak, masjid,

taman bermain, sehingga kondisi yang ada memberikan kenyamanan bagi anak

didik maupun orangtua wali. Taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Bougenvil memiliki tiga buah kelas, kelas mawar untuk anak berusia 3-4 tahun,

kelas matahari dan tulip untuk anak usia 4 tahun keatas. Jadwal masuk sekolah

anak dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jadwal masuk sekolah

no Kelas Hari dan Jam 1 Mawar Selasa-kamis (pkl 09.00-11.00) 2 Matahari Senin-jumat (pkl 08.00-11.00) 3 Tulip Senin-jumat (pkl 08.00-11.00)

Taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil berada di bawah

kepengurusan ibu Tini Sutini selaku ketua yang dibantu oleh ibu Hj. Endang

sebagai sekertaris dan ibu Sri Satiawati sebagai bendahara. Taman Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) Bougenvil dibantu oleh tiga orang guru serta satu orang

dibagian tatausaha.

29

Karakteristik Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah anak laki-laki dan perempuan berusia

4-5 tahun yang bersekolah pada Taman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Bougenvil. Karakteristik sampel pada penelitian ini meliputi jenis kelamin dan

umur sampel. Pada umumnya (60%) sampel berjenis kelamin perempuan dan

(40%) berjenis kelamin laki-laki. Data sebaran sampel berdasarkan umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin

No Umur (tahun)

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan n % n % n %

1 4.0-4.5 3 18 5 20 8 19 2 >4.5 14 82 20 80 34 81

Total 17 100 25 100 42 100

Umur sampel berkisar antara 4-5 tahun. Dilihat berdasarkan Tabel 8,

diketahui bahwa persentase tertinggi (34%) berumur diatas 4.5 tahun dengan

jenis kelamin terbanyak adalah perempuan. Rata-rata umur sampel adalah 5.0

tahun dengan standar deviasi 0.5 tahun.

Status Gizi Menurut Aritonang (2000) pengukuran antropometri dengan indeks BB/TB

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi anak umur 2 tahun.

Indikator BB/TB baik untuk mendapatkan proporsi tubuh yang normal, untuk

membedakan anak yang kurus dan gemuk. Dengan alasan tersebut peneliti

menggunakan indeks BB/TB untuk mengetahui status gizi siswa. Tabel 9

menunjukan sebaran sempel berdasarkan status gizi dan jenis kelamin. Tabel 9 Sebaran sampel berdasarkan status gizi dan jenis kelamin

Status gizi Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan

n % n % n % Kurus Normal Gemuk Obese

2 12 2 1

12 70 12 6

- 21 3 1

- 84 12 4

2 33 5 2

5 78 12 5

Total 17 100 25 100 42 100

Sebanyak 33 sampel (78%) berstatus gizi normal. Sebagian besar

sampel dengan status gizi normal berjenis kelamin perempuan. Dilihat dari

sebaran status gizi diatas diperoleh sampel yang mengalami status gizi kurus

berjumlah 2 sampel (5%) dengan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan uji beda T-

test tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin sampel dengan status gizi

sampel (p>0.05).

30

Karakteristik Ibu dan Keluarga Sampel Responden pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita

berusia 4-5 tahun yang bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Bougenvil. Responden berjumlah 42 orang dengan umur ibu yang termasuk

kedalam dewasa awal dengan rentang usia 20-40 tahun, selain umur

karakteristik pada penelitian ini meliputi besar keluarga, tingkat pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan perkapita.

Besar Keluarga sampel Jumlah anggota keluarga menggambarkan besar kecilnya keluarga. Keluarga sampel sebagian besar merupakan keluarga kecil ( 4 orang) yaitu

sebanyak 28 sampel (67%) dan keluarga sedang dengan jumlah anggota

keluarga 5-7 orang sebanyak 14 sampel (33%). Menurut Gabriel (2008), besar

keluarga mempengaruhi tingkat perhatian dalam memenuhi pangan. Keluarga

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan panganya jika jumlah anggota keluarga

yang harus diberi makan lebih sedikit. Gambar 3 menunjukkan sebaran sampel

berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Keluarga kecil ( 4 orang )

Kelurga sedang (5-7 orang)

67%

33%

Gambar 3 Sebaran sampel berdasarkan besar keluarga

Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku gizi. Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan Tabel

10 menunjukkan sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan responden n % Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA/sederajat Akademi/D1/D2/D3 Universitas/sarjana

3 10 25 2 2

7 24 59 5 5

Total 42 100

Pendidikan responden terbesar pada tingkat tamatan SMA/sederajat,

yaitu sebanyak 25 responden (59%) dan pendidikan responden terkecil tamatan

31

SD sebanyak 3 responden (7%). Pendidikan ibu dapat mendasari seseorang

untuk memiliki akses sumber daya yang lebih besar yang penting bagi status gizi

(ACC/SCN 1990 dalam Frost et al.2004).

Pekerjaan Ibu Menurut Meirita et al. (2000), pekerjaan ibu mempengaruhi kuantitas dan

kualitas waktu ibu dengan anak. Sebanyak 34 orang responden (81%) bekerja

sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut berhubungan dengan masih terdapatnya

responden (ibu) yang membuat dan mempersiapkan bekal makanan pada

anaknya. Tabel 11 Menunjukan sebaran responden berdasarkan pekerjaan

responden. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan

Jenis pekerjaan n % Tidak bekerja/IRT Pegawai swasta PNS Usaha warung Buruh pabrik

34 3 2 2 1

81 7 5 5 2

Total 42 100

Pendapatan Perkapita Keluarga Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) garis kemiskinan perkotaan Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebesar Rp 228.401,00/kap/bulan.

Berdasarkan batasan tersebut, diketahui bahwa mayoritas ekonomi keluarga

sampel tergolong dalam keluarga ekonomi menengah keatas (>2GK) dengan

pendapatan > Rp 456.802,00 /kap/bulan sebanyak 24 responden (57%), hampir

miskin (1-2GK) sebanyak 7 responden (17%) dengan pendapatan antara Rp

228.401,00- Rp 456.802,00 kap/bulan, dan keluarga miskin (

32

Rata-rata pendapatan perkapita adalah Rp 659.745,00 dengan standar

deviasi Rp 467.047,3227. Pendapatan keluarga sampel terendah sebesar Rp

160.000,00 sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 2.000.000,00.

Tingkat Pengetahuan Gizi, Sikap Gizi, Perilaku Gizi Responden Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi dan

zat gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap status gizi

dan kesehatan individu yang bersangkutan (Khomsan et al. 2007). Sebaran

responden berdasarkan jawaban benar pada pertanyaan pengetahuan gizi dapat

dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan jawaban benar pada pertanyaan pengetahuan

gizi

Pertanyaan Jawaban n % Fungsi zat gizi 1. Karbohidrat adalah sumber energi utama 2. Protein adalah zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan 3. Vit.C selain berfungsi menjaga daya tahan tubuh juga sebagai koenzim 4. Vit. A berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh 5. Fungsi zat besi (Fe) adalah mengangkut oksigen ke jaringan tubuh 6. Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi Sumber dan jenis zat gizi 1. Karbohidrat adalah sumber energi yang paling murah 2. Tahu dan tempe merupakan sumber utama protein nabati 3. Hati, kuning telur dan mentega adalah sumber vitamin A 4. Sayuran dan buah-buahan adalah sumber vitamin C 5. Daging dan telur adalah sumber zat besi (Fe) 6. Susu dan olahanya merupakan sumber kalsium (Ca) Akibat kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu 1. Akibat kekurangan energi tubuh akan menjadi lemas 2. Pertumbuhan anak akan terhambat jika kekurangan protein 3. Akibat kekurangan vitamin A mata menjadi rabun senja (Xeroftalmia) 4. Akibat kekurangan vitamin C, menyebabkan sariawan pada bibir 5. Anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi (Fe) 6. Osteoporosis disebabkan kurangnya asupan kalsium (Ca) 7. Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak 8. Kelebihan asupan protein akan menyebabkan kerusakan pada ginjal 9. Mengkonsumsi vitamin A berlebih akan menyebabkan keracunan

10. Kelebihan vitamin C akan dibuang melalui urin 11. Pendarahan system pencernaah disebabkan kelebihan asupan zat besi 12. Kelebihan asupan kalsium menyebabkan terganggunya fungsi lambung

32 38 14 31 40 24

41 39 27 29 26 32

30 32 26 31 40 40 39 23 28 33 13 23

76 90 33 74 95 57

98 93 64 69 62 76

71 76 62 74 95 95 93 55 67 79 31 55

Tabel 12 diatas memperlihatkan bahwa dalam aspek fungsi zat gizi yang

sedikit dijawab (33%) dengan benar adalah pertanyaan tentang fungsi vitamin C

sebagai koenzim. Rendahnya persentase tersebut disebabkan oleh istilah

koenzim yang kurang dimengerti oleh populasi. Lebih dari separuh responden

menjawab pertanyaan tentang fungsi energi, protein, vitamin A, zat besi (Fe), dan

k