Upload
hakhue
View
249
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KUALITAS SANAD HADIS TENTANG DAJJAL DALAM KITAB
DZURRAT AL-NĀŞIḪĪN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi Syarat-Syarat mencapai Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Munawaroh Hilmiyah
NIM: 1113034000067
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
iii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Waraḫmatullāhi Wabarakātuh
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberi rahmat, taufik serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Ṣalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW karena dengan perantaranya
kita mendapat nikmat yang terbesar diantara nikmat besar lainnya yakni nikmat
Iman dan Islam.
Teriring rasa syukur atas nikmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini dengan judul: “KUALITAS SANAD HADIS TENTANG
DAJJAL DALAM KITAB DZURRAT AL-NĀṢIḪĪN”.
Penulisan skripsi ini diajukan dalam rangka untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di
Fakultas Ushuluddin, program studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Adapun terlaksananya penyusunan skripsi ini merupakan
berkat adanya bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada penulis selama belajar.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur‟an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin yang selalu memberikan dorongan semangat
dalam mencari ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
4. Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku sekretaris jurusan Ilmu al-Qur‟an
dan Tafsir yang juga telah memberikan masukan dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA. selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan arahan dan motivasi serta mengarahkan penulis dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini serta dengan susah payah memberikan bimbingan
secara ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah ikhlas mengajarkan ilmu-ilmunya dan banyak berjasa
mengantarkan penulis untuk mengetahui arti pentingnya sebuah ilmu
pengetahuan.
iv
7. Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan staff karyawan yang telah membantu penulis
dalam memberikan informasi mengenai buku-buku yang ada di perpustakaan
selama menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orangtua tercinta Bapak M. Baban Suanda dan Ibu Yayah Rosyidah
yang selalu memberikan motivasi selama perjalanan kuliah dan senantiasa
memberikan kasih sayangnya yang tidak ternilai harganya selama masa studi
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman di jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan tahun 2013
khususnya kelas TH B yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang
selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, serta sahabat yang selalu setia
menemani dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala
bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Semoga amal dan jasa, bantuan dan petunjuk serta dorongan yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan pahala dari Allah SWT. Akhir kata,
penulis berharap semoga hasil karya kepustakaan yang tertuang dalam bentuk
skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi amal bagi diri penulis khususnya dan
pembaca peda umumnya. Amīn Yā Robbal „Alamīn. Jazakumullāh aḫsanal jazā
Wassalāmu’alaikum Waraḫmatullāhi Wabarakātuh
Ciputat, 30 April 2018
Penulis
Siti Munawaroh Hilmiyah
NIM: 1113034000067
v
MOTTO
ا يجاهدج لنػفسه إفم اهلل لغن عن العالمي ومن جاهد فإنم“Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka kesungguhannya itu
adalah untuk dirinya sendiri. sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (al-„Ankabūt:6).
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................
Halaman Pengesahan ........................................................................................... i
Lembar Pernyataan ............................................................................................. ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Motto .................................................................................................................. vi
Daftar Isi ........................................................................................................... vii
Pedoman Transliterasi ....................................................................................... ix
Abstrak ............................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 6
E. Metode Penelitian ................................................................. 8
1. Jenis Penelitian .............................................................. 8
2. Sumber Data .................................................................. 9
3. Analisis Data ................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 10
BAB II DESKRIPSI TENTANG KEMUNCULAN DAJJAL
A. Asal Usul Dajjal ................................................................. 12
B. Fitnah dan Simbol Dajjal .................................................... 20
C. Kematian Dajjal .................................................................. 23
D. Hal-hal yang Dapat Menghindarkan Dajjal ........................ 26
E. Kontekstualisasi Dajjal ....................................................... 28
1. Dajjal dan Israel .......................................................... 28
2. Pendapat Ulama Tentang Dajjal .................................. 33
BAB III MENGENAL KITAB DZURRAT AL-NĀṢIHIN
A. Biografi pengarang ............................................................. 36
vii
B. Isi Kitab .............................................................................. 36
BAB IV HADIS TENTANG DAJJAL DI KITAB DZURRAT AL-
NĀṢIHIN DAN KUALITAS SANADNYA
A. Teks Hadis dan Terjemahnya .............................................. 41
B. Takhrij Hadis ....................................................................... 42
C. I‟tibar dan Skema Sanad Hadis ........................................... 54
D. Kritik Kualitas Periwayat Sanad Hadis .............................. 58
E. Kualitas Sanad Hadis .......................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 79
B. Kritik dan Saran................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab Latin dalam penelitian ini menggunakan transliterasi
dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987. Secara garis
besar uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak ا
dilamban
gkan
Tidak dilambangkan
- Ba‟ B ب
- Ta‟ T ت
- Sa‟ Ts ث
- Jim J ج
Ḫa‟ Ḫ H (dengan titik di bawah) ح
- Kha‟ Kh خ
- Dal D د
- Zal Dz ذ
- Ra‟ R ر
- Zai Z ز
- Sin S س
- Syin Sy ش
Sad Ş S (dengan titik dibawah) ص
Dad Ḏ D (dengan garis dibawah) ض
ix
Ta‟ Ṯ T (dengan garis dibawah) ط
Za Ẕ Z (dengan titik dibawah) ظ
ain „ Koma terbalik„ ع
- Gain Gh غ
- Fa‟ F ؼ
- Qaf Q ؽ
- Kaf K ؾ
- Lam L ؿ
- Mim M ـ
- Nun N ف
- Wawu W و
- Ha‟ H هى
Hamzah „ Apostrof (tetapi tidak ء
dilambangkan apabila
terletak di awal kata)
- Ya‟ Y ي
2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti Vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan rangkap atau diftong.
a. Vokal tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya adalah sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah a a
Kasrah i i
x
Ḏammah u u
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya adalah sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan Ya ai a dan i ى
Fathah dan Wau au a dan u و
Contoh:
Haula -هوؿ Kaifa -كيف
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan huruf, transliterasinya
berupa huruf dna tanda:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan Alif ا
atau Alif
Maksurah
ā a dengan garis
diatas
Kasrah dan Ya ī i dengan garis ى
diatas
Ḏammah dan و
Wau
ū u dengan garis
diatas
Contoh:
qīla -قيل qāla -قاؿ
4. Ta‟ Marbutah
Transliterasi untuk ta‟ marbutah ada dua:
a. Ta‟ marbutah hidup
xi
Ta‟ marbutah yang hidup atau yang mendapat harakah fathah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah (t).
b. Ta‟ marbutah mati
Ta‟ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah
(h).
Contoh: طلحة- Ṯalḫah
c. Kalau ada kata yang terakhir dengan ta‟ marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta‟
marbutah itu ditransliterasikan dengan ha/h.
Contoh: ضةاجلنةرو - rauḏah al-Jannah
5. Syaddah (tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan arab dilambangkan dengan sebuah
tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan
dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh: ربنا- rabbanā
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf “ال” .
Namun, dalam transliterasi ini kata sandang itu tidak dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti
oleh huruf qamariyah. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda (-).
Contoh: الرجل- al-Rajulu
7. Hamzah
Sebagaimana dinyatakan diatas, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof.
Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir
kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan arab berupa alif. Contoh:
ta‟khużūna -تأخذوف Syai‟un -شيئ
8. Penulisan kata atau kalimat
xii
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf arab atau
harakat yang dihilangkan. Dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut
ditulis dengan kata perkata. Contoh:
Wa inna Allāh lahuwa khairu al-Rāziqīn -واف اهلل هلو خري الرازقي
9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
seperti yang berlaku dalam EYD, seperti huruf kapital yang digunakanuntuk
menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital harus
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:
wamā muhammadun illa rāsul –وما حممد اال رسوؿ
xiii
ABSTRAK
Hadis dalam bentangan sejarahnya telah mengalami fase sulit. Hadis
terseret ke dalam pusaran konflik dan tarikan berbagai kepentingan. Salah satunya
adalah konflik teologi politik. Imbasnya pemalsuan hadis mengalir deras di tengah
masyarakat Muslim. Sejak saat itulah kritik hadis sebagai upaya pemilahan,
pemilihan, dan pemurnian hadis Nabi SAW dilakukan dengan ketat. Meski
demikian, kontroversi hadis Nabi SAW tetap tak terelakkan. Di antara hadis yang
kontroversial adalah hadis tentang munculnya Dajjal ke muka bumi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas sanad hadis tentang munculnya
Dajjal di muka bumi. Penelitian kualitas sanad hadis dimaksudkan sebagai upaya
penyelidikan secara tajam terhadap sejumlah hadis untuk memastikan autentisitas
dan otoritasnya para periwayat hadis yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn.
Jenis penelitian ini adalah Library Research (Kajian Pustaka) dengan metode
deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan, membaca, mencatat, dan
menela‟ah berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan dari sumber
primer dan sekunder. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis.
Berdasarkan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa hadis-hadis yang diteliti
menunjukkan bahwa Dajjal pasti akan datang sebelum kiamat dan hal itu sudah
terangkum dalam hadis Nabi SAW, tetapi masih ada hadis yang berkualitas
mauḏū‟ dan tidak bisa dijadikan hujjah yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn.
Kata Kunci: Hadis, Sanad, Dajjal, Dzurrat al-Nāṣiḫīn.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis Nabi adalah sesuatu yang menunjukkan pada makna yang
dinisbatkan pada Rasulullah SAW berupa perkataan, perbuatan maupun
persetujuan beliau tentang sifat dan karakternya. Hadis juga mempunyai fungsi
sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur‟ān. Disebut sebagai
sumber hukum Islam yang kedua karena hadis dalam kedudukannya sebagai
Bayān al-Qur‟ān, merinci kemujmalan, membatasi yang bersifat mutlak dan
mengkhususkan yang umum.1
Allah SWT telah menetapkan kewajiban bagi umatnya untuk menaati
Rasulullah SAW dan larangan untuk mendurhakainya dalam masalah apapun,
Allah SWT juga mengancam orang-orang yang menyelisihi Rasulullah SAW dan
memberikan pujian terhadap orang-orang yang taat kepadanya. Hanya saja, dalam
beberapa hal kualitas hadis berbeda dengan al-Qur‟ān seperti tentang periwayatan.
Untuk al-Qur‟ān, semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir,
sedang untuk hadis Nabi SAW sebagian periwayatannya berlangsung secara
mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad2.
Dengan demikian dari segi periwayatannya, seluruh ayat al-Qur‟ān tidak
perlu dilakukan penelitian, sedangkan hadis Nabi SAW dalam hal ini yang
berkategori ahad di perlukan penelitian.
1 Syuhudi Ismail, Kaidah Keshahihan Sanad Telaah dan Tinjauan dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 4 2Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 4
2
Salah satu persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah hadis
tentang munculnya Dajjal. Kemunculan Dajjal ini adalah salah satu dari tanda-
tanda kiamat yang paling besar. Pada awalnya manusia mengira bahwa Dajjal
bukanlah manusia biasa, melainkan dari bangsa jin, karena ia bisa melakukan hal-
hal yang aneh dan luar biasa. Seperti menurunkan air hujan dan menghidupkan
orang yang mati, padahal ia seorang pendusta. Ia berkeliling dunia untuk
mengambil perhatian orang-orang yang ada disekitarnya dan mengajak pada
alirannya. Setelah Dajjal sudah mempunyai pengikut, tiba-tiba ia mengaku
sebagai Nabi Isa yang diutus oleh tuhan, sehingga orang-orang awam yang lemah
imannya dapat terpengaruh dengan perkataan Dajjal. Setelah banyak yang
mempercayainya, kemudian Dajjal memproklamirkan dirinya sebagai tuhan.
Dalam perjalanannya ada dua lokasi yang tidak bisa ia kunjungi yaitu Makkah dan
Madinah. Hal tersebut terdapat dalam potongan hadis riwayat Faṯimah binti Qāis
yang menyebutkan bahwa Dajjal akan keluar dan menelusuri bumi, tidak ada
tempat atau daerah yang tidak ia singgahi kecuali Makkah dan Madinah. Jika dia
memasuki daerah tersebut, maka ia akan dihadang oleh malaikat dengan
pedangnya yang mengkilap dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang
menjaganya.3
Kajian tentang akan datangnya Dajjal ke muka bumi ini sudah muncul
sejak kehadiran Nabi Muhammad SAW terutama sejak beliau diangkat sebagai
rasul, yang kemudian dijadikan panutan oleh para sahabat. Dengan kemahiran
Bahasa Arab yang dimiliki oleh para sahabat, mereka secara umum bisa langsung
menangkap maksud dari sabda yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
dengan kata lain, dulu nyaris tidak ada problem dalam memahami hadis, sebab
3 Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyratu Sā‟ah, bab Qișatu Dajjal, h.
1325.
3
kalaupun muncul kesulitan pasti para sahabat dapat langsung melakukan
konfirmasi dan menanyakan kepada Nabi Muhammad SAW.4
Pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitiannya pada kitab
Dzurrat al-Nāṣīḫīn karangan Syekh „Utsmān bin Ḫasan bin Aḫmad al-Syākir al-
Khaubawī. Dalam kitab tersebut terdapat dua hadis yang membicarakan tentang
fitnah Dajjal, yaitu pada majlis ke sebelas tentang keutamaan bulan Rajab5 dan
majlis ke empat puluh satu yaitu penjelasan tentang hari kiamat.6 Salah satunya
dari kedua hadis tersebut adalah:
ويلعالقف راكذتن ننومالالس الص الةويلعبياالن ني لععلط أالىقارفغلاديسأنابةفي ذحنع
,اتآيرشاعهلب اق ورت ت حموقت نالهن إالقةاعالس راكذاننل؟ق نوراكذاتممالالس وةالالص
لوزن اوبرغمنمسمالش عولطوضرالةاب دوالج الد وانخلدي:امالالس وةالالص ويلعراكذف
فسخوبرغمالبفسخوقرشمالبفسخفوسخةثالثوجوجأموجوجأيومالالس ويلىعسيع
لااسالن درطتنميالنمجرتارنكلذرآخوبرعالةري زب 7.مىرش
“Dari Ḫudzaifah Ibn Asīd al-Ghifāri, ia berkata telah datang kepada kami
Nabi SAW dan kami sedang mengobrol. Nabi SAW bertanya: apa yang
sedang kalian ingat? Kami menjawab: kami sedang mengingat hari kiamat.
Nabi SAW bersabda: sesungguhnya kiamat tidak akan berdiri sampai
muncul sebelumnya sepuluh tanda-tanda, maka Nabi SAW menuturkan:
asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari arah barat, turunnya
„Isa AS, munculnya Ya‟juj dan Ma‟juj, tiga gerhana, gerhana di Timur,
gerhana di Barat, gerhana di Jazirah Arab, dan terakhir keluarnya api dari
Yaman yang menggiring manusia ke tempat perkumpulan.”
4 Ibnu Katsir, al-Fitan Fitnah dan Kehidupan Akhir Zaman (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 2011), h. 138. 5„Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 40.
6„Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 149.
7 „Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 149
4
Wacana mengenai outentisitas dan metodologi otentifikasi sebuah hadis
adalah hal yang paling fundamental dalam kajian hadis. Sanad dan matan hadis
adalah dua komponen pembentuk utuhnya hadis yang menduduki posisi penting
dalam khazanah penelitian sebuah hadis, karena tujuan utama dalam penelitian
hadis adalah untuk mengetahui validitas sebuah hadis. Oleh karena itu, dalam
perkembangannya studi hadis yang dilakukan oleh para ulama lebih
menitikberatkan pada kajian kritik sanad hadis dari pada kajian studi kritik matan
hadis.8 Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian pada sanad hadis
tentang datangnya dajjal di akhir zaman yang tujuannya untuk mengetahui
kualitas sanad hadis tersebut. karena pembahasan ini penting untuk pembaca
khususnya masyarakat awam yang belum paham tentang permasalahan sosok
Dajjal dan sanad hadisnya. Penulis akan mencoba memaparkan hadis-hadis
tentang munculnya Dajjal yang ada di kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn yang telah di
takhrij dengan cara menguraikan satu persatu periwayat hadis, dari hasil takhrij
hadis tersebut akhirnya akan diketahui lebih jelas tentang apakah hadis tersebut
termasuk hadis sahih atau yang lainnya.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis menemukan
beberapa akar permasalahan yang timbul dalam pemahaman penulis dan
perlu adanya penelusuran lebih lanjut berkaitan dengan hadis tentang
munculnya Dajjal yang ada pada kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn, diantaranya:
a. Terdapat banyak hadis-hadis tentang hari kiamat yang ada pada kitab
Dzurrat al-Nāṣīḫīn.
8Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.
24.
5
b. Perlu adanya kritik sanad hadis untuk membuktikan kualitas hadis
tersebut, apakah dapat dijadikan sebagai hujjah atau tidak, karena
dalam menghadapi hadis sangat penting untuk melakukan penelitian
terlebih dahulu terhadap para periwayat hadis yang terlibat dalam
rangkaian sanad hadis tersebut.
c. Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
menyampaikan tidak akan terjadi kiamat apabila belum terjadi
sepuluh perkara, salah satunya adalah akan munculnya Dajjal di akhir
zaman.
2. Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah
mencari dan mengumpulkan data informasi hadis tentang kualitas sanad
hadis Munculnya Dajjal di akhir zaman dari kitab-kitab hadis. Penulis
membatasi permasalahan hadis ini dan memfokuskan pada kualitas sanad
hadisnya saja tanpa mengkritik matan hadis, yaitu hadis-hadis yang ada
dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn meliputi majlis ke sebelas tentang
keutamaan bulan Rajab dan majlis ke empat puluh satu tentang hari
kiamat.
3. Rumusan Masalah
Skripsi ini akan memfokuskan pada penelitian kualitas sanad hadis
tentang munculnya Dajjal yang ada pada kitab Dzurrat al-Nașihin, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Kualitas Sanad Hadis
Tentang Munculnya Dajjal di Akhir Zaman Pada Kitab Dzurratu al-
Nāṣīḫīn?.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan tersebut, maka
tujuan penulis adalah:
a. Untuk menginformasikan kualitas sanad hadis pada kitab Dzurrat al-
Nāṣīḫīn kepada masyarakat luas khususnya masyarakat awam tentang
akan datangnya Dajjal di akhir zaman.
b. Untuk menganalisis hadis-hadis yang berkaitan dengan kemunculan
Dajjal yang ada pada kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn.
c. Untuk memberi tahu kepada masyarakat luas bahwa kita harus
berhati-hati dengan ciri-ciri Dajjal yang sudah diceritakan oleh Nabi
Muhammad SAW.
d. Untuk menguatkan posisi hadis sebagai sumber hukum Islam.
2. Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Diharapkan masyarakat awam dapat memahami tentang kualitas sanad
hadis munculnya Dajjal di akhir zaman dalam kitab Dzurrat al-
Nāṣiḫīn.
b. Diharapkan mampu memperkaya kajian kritik hadis dan memperkuat
posisi hadis yang telah diteliti untuk dijadikan dasar penetapan
hukum.
c. Untuk menambah wawasan keilmuan di bidang hadis terutama yang
berkaitan dengan kualitas sanad hadis tentang kemunculan Dajjal.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah untuk
memberikan kejelasan tentang informasi yang digunakan melalui khazanah
7
pustaka yang relevan dengan tema yang berhubungan dengan hadis tentang
munculnya Dajjal di akhir zaman yang ada pada kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn.
Diantara karya-karya ilmiah yang mengkaji tentang munculnya Dajjal
adalah:
Kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn karya Syekh „Utsmān bin Ḫasan bin Aḫmad al-
Syākir al-Khaubawī. Kitab ini mempunyai arti mutiara para penasehat yang di
dalamnya menghimpun nasihat-nasihat, peringatan-peringatan, kisah-kisah
menarik, dan juga keutamaan dari setiap ibadah. Oleh karena itu, banyak para
penceramah yang mengambil rujukan dari kitab ini. Akan tetapi, hadis-hadis yang
ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn banyak yang termasuk hadis ḏa‟īf yang ada
dalam kitab ini. Di satu sisi, kitab ini kajiannya sangat populer di kalangan non-
akademisi dan di sisi lain banyak akademisi yang mengkritik kitab ini sebagai
kitab yang tidak layak dijadikan rujukan karena banyak terdapat hadis palsu dan
juga cerita yang mubham pelakunya.
Disertasi Hadis-hadis Lemah dan Palsu dalam Kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn
karya Dr. Ahmad Lutfi Fathullah. Disertasi ini menjelaskan kualitas dan hukum
hadis-hadis yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣīḫīn. Dalam studi takhrij hadis
menyimpulkan bahwa banyak hadis-hadis dalam kitab tersebut yang ḏa‟īf bahkan
mauḏu‟ yang tidak absah untuk dijadikan hujjah dalam beribadah. Namun
demikian, dalam fenomena masyarakat muslim khususnya di Indonesia kitab
tersebut sangatlah masyhur dan dijadikan hujjah dalam pelaksanaan ibadah di
kalangan mereka.
Jurnal materi pendidikan dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn karya al-
Khaubawy karya Muhammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur. Jurnal ini
8
menjelaskan tentang sekilas biografi penulis kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn, sistematika
penulisan kitabnya, dan materi kandungan yang ada dalam kitab Dzurrat al-
Nāṣiḫīn. Dalam pembahasan materi kandungannya, Muhammad Yamin dan Fadlil
Munawwar Manshur menjelaskan bahwa ada tujuh puluh lima topik pembahasan.
Dari ke tujuh puluh lima pembahasan tersebut dibagi ke dalam tiga materi
pendidikan yaitu pendidikan akidah, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan
(LibraryResearch) dan bukan penelitian lapangan (Field Research).
Penelitian kepustakaan adalah bentuk penelitian yang dilakukan dengan
penelusuran buku-buku (pustaka) yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti. Jenis penelitiannya menggunakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Menurut Kirk dan
Miller penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya.9 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
mencari data informasi yang berhubungan dengan munculnya Dajjal di
akhir zaman.
9 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 4
9
2. Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian adalah kitab-kitab hadis
diantaranya adalah kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn, kitab al-Mauḏū‟āt, kitab al-
Ḏu‟afā‟, kitab-kitab Rijāl al-Hadis, dan al-Jarḫ wa al-Ta‟dīl. Dalam hal ini
penulis juga menggunakan kitab mu‟jam yakni kitab Mu‟jam Mufahras li
Alfāẕ al-Hadis al-Nabawi dan al-Maktabah al-Syāmilah untuk
mengumpulkan data-data dan informasi hadis.
Sumber data sekunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang
mendukung permasalahan yang dibahas, baik berupa buku, artikel, skripsi,
jurnal, disertasi, maupun lainnya yang dapat dijadikan sebagai data untuk
memperkuat argumentasi dalam penyusunan skripsi ini.
3. Analisis Data
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian pustaka yang
bersifat kualitatif, metode ini akan diterapkan sebagai eksplorasi terhadap
setiap jenis data. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan model analisis data induktif. Data-data yang diperoleh
akan dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih
komprehensif.10
Langkah dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu dengan
menganalisa data agar menyentuh kepada inti permasalahan. Dalam
menganalisa data ini, penulis mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan
dengan tema, meneliti silsilah sanad hadis, menganalisa kualitas sanad
hadis dengan melacak pada kitab Rijāl al-Hadis dan al-Jarḫ wa aTa‟dil.
10 Abdul Hakim Wahid, Autentisitas Hadis Nabi Studi Riwayat Nafi Dalam Kitab al-
Sahihayn (Jakarta, 2017), h. 17.
10
Kemudian menentukan kesimpulan dengan cara analogi yang mengacu
kepada kritik sanad sebagaimana yang telah dirumuskan oleh para ulama
hadis.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan arah yang tepat dan tidak memperluas objek
penelitian, maka perumusan sistematika pembahasan disusun sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah
pendorong penelitian ini dilakukan, dilanjutkan dengan permasalahan yang dirinci
dengan identifikasi masalah, batasan masalah, dan perumusan masalah, kemudian
tujuan dan manfaat penelitian, dilanjutkan dengan metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, sumber data dan analisis data yang dipakai dalam
penelitian skripsi, tinjauan pustaka untuk menelaah buku-buku yang telah
digunakan oleh orang lain sebagai objek penelitian, sistematika penulisan yang
mengatur urutan-urutan pembahasan perbab dalam penelitian ini.
Bab kedua, berisi gambaran umum tentang dajjal yang meliputi asal usul
Dajjal, fitnah dan simbol Dajjal, kematian Dajjal, hal-hal yang dapat
menghindarkan dari fitnah Dajjal, Kontekstualisasi Dajjal, dan ada beberapa
pendapat ulama tentang akan munculnya Dajjal di akhir zaman.
Bab ketiga, berisi tentang pengenalan kitab Dzurrat al-Nāșiḫīn yang
meliputi biografi pengarang kitab Dzurrat al-Nāșiḫīn, isi kitab, dan kualitas hadis-
hadis yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāșiḫīn.
Bab keempat, berisi tentang Hadis-hadis tentang munculnya Dajjal di kitab
Dzurrat al-Nāșiḫīn meliputi teks hadis dan terjemahannya, takhrij hadis, i‟tibar
sanad, skema sanad, kebersambungan sanad, dan kualitas sanad hadis.
11
Bab kelima, penutup berisi kesimpulan akhir hasil penelitian mengenai
hadis-hadis tentang akan munculnya Dajjal di akhir zaman pada kitab Dzurratu al-
Nāṣīḫīn dan saran-saran untuk pihak terkait sebagai masukan pengkajian hadis
selanjutnya.
12
BAB II
DESKRIPSI TENTANG KEMUNCULAN DAJJAL
A. Asal Usul Dajjal
Kata Dajjal berasal dari bahasa Arab Dajala yang berarti al-Kholaṯ
(mencampurkan, mengacaukan dan membingungkan). Kata Dajjal diambil dari
kalimat “Dajjala al-Ba‟īru idza Ṯalāhu bil Qaṯiran wa Ghaṯa bihi” (seseorang itu
mendajjal unta bila melumurinya dengan aspal dan menutupinya).1 Seseorang itu
berbuat Dajjal apabila ia menyamarkan dan memanipulasi, maka al-Dajjal adalah
manipulator atau pembohong yang luar biasa. Kata tersebut termasuk bentuk
mubālaghah (melebihkan) dengan wazan ف ع ال, jadi maknanya adalah banyaknya
kebohongan juga kerancuan darinya.2
Kata Dajjal merupakan isim „alam bagi al-Masih sebagai seorang pendusta
bermata satu, sehingga jika disebut Dajjal maka yang segera di tangkap
pengertiannya si pembohong tersebut. sejalan dengan makna etimologinya, ia
dinamakan Dajjal karena menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena
menutupi kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan dan
penipuan. Tapi ada juga yang menyebutkan karena ia menutupi bumi dengan
kelompoknya yang banyak.3 Nama populernya adalah al-Masiḫ al-Dajjal. Lafaz
al-Masiḫ mengandung dua makna kontradiktif yaitu al-Ṣidīq (yang benar) dan al-
1 Muhammad bin Mukrim bin Manzur al-Afriqy al-Mișry, Lisan al-Arab (Beirut: Dār al-
Ṣādir) juz II, h. 236. 2 Majduddin al-Mubarak bin Atsir al-Jazari, tahqiq: Thahir Ahmad Al-Zawiy dan
Muhammad al-Thanahi, al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, (Beirut: Dar el-Fikr), cet. II,
juz. IV, h. 102. 3Majduddin al-Mubarak bin Atsir al-Jazari, tahqiq: Thahir Ahmad Al-Zawiy dan
Muhammad al-Thanahi, Tartīb al-Qamṻs al-Muḫīṯ „Ala Ṯarīqati al-Mișbāḫ al-Munīr wa al-Asasu
al-Balaghah (Riyaḏ: Dār „Alām al-Kutub, 1996), h. 152.
13
Ḏalāl al-Kadzdzab (yang sesat lagi pembohong). Maka Isa al-Masiḫ adalah al-
Ṣidiq dan al-Masiḫ al-Dajjal adalah al-Ḏalil al-Kadzdzab.4
Dalam buku Armageddon 2 Antara Petaka dan Rahmat, Ibnu Ḫajar al-
„Atsqalāni berpendapat bahwa disebut Dajjal karena ia menutupi kebenaran
dengan kebatilan, menutupi kebenaran dengan dusta. Kata Dajjal berarti yang
menutupi. Pendapat lain menyebutkan bahwa karena Dajjal menutupi
kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan, dan
penipuannya atas mereka. Ada yang mengatakan karena Dajjal menutupi bumi
dengan banyaknya pengikut yang merambah seluruh penjuru dunia.5
Al-Qurṯubi juga menuturkan dalam buku Hari Kiamat Sudah Dekat
bahwa Dajjal secara bahasa memiliki sepuluh makna, dan lafaẕ Dajjal menjadi
sebutan nama untuk al-Masiḫ yang buta lagi pendusta. Jika dikatakan Dajjal,
orang langsung ingat hanya kepadanya. Dinamakan Dajjal karena dia telah
menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan. Ada juga yang
mengatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya
yang banyak.6
Dajjal merupakan seorang penguasa alim pada awal kemunculannya,
kemudian ia mengaku sebagai Nabi dan mengaku sebagai Tuhan yang akhirnya ia
diikuti oleh orang-orang bodoh dari keturunan Adam dan rakyat jelata yang
awam. Sementara orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT (orang-orang
saleh dan bertakwa) mereka akan menyanggahnya.7
4Muhammad bin Mukrim bin Manzur al-Afriqy al-Mișry, Lisan al-Arab (Beirut: Dār al-
Ṣādir) juz II, h. 593. 5 Wisnu Sasongko, Armageddon 2 Antara Petaka dan Rahmat, (Jakarta: Gema Insani,
2008), h. 343. 6Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor: Pustaka
Ibnu Katsir, 2008), h. 293. 7Ibnu Katsir, Al-Fitan Fitnah dan Kehidupan Akhir Zaman, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 2011), h. 194
14
Setelah pengikutnya mulai banyak, maka Dajjal memproklamirkan dirinya
sebagai Nabi. Kemungkinan besar Dajjal akan mengaku sebagai Nabi „Isa AS
yang dijanjikan akan turun kembali di akhir zaman. Dajjal akan berperan sebagai
Nabi „Isa AS yang akan menyembuhkan orang yang sakit, menghidupkan orang
yang mati, dan lain sebagainya, sehingga orang-orang yang lemah imannya dan
orang-orang awam akan segera mengakui Dajjal sebagai Nabi „Isa AS. Setelah
pengikutnya bertambah banyak, ia mengaku sebagai Tuhan. Keberanian Dajjal
mengaku sebagai Tuhan, kemungkinan besar atas dorongan atau bisikan orang-
orang terdekat yang selalu ingin mencari muka. Pada waktu itu Dajjal belum buta
sebelah matanya, serta belum ada tulisan Ka Fa Ra di dahinya. Kemudian pada
puncaknya, setelah Dajjal mengaku sebagai tuhan, maka Allah SWT menghukum
Dajjal dengan bala bencana sampai akhirnya Dajjal terlihat wujud aslinya
sebagaimana dipahami umat yaitu buta sebelah matanya serta ada tulisan Ka Fa
Ra di dahinya.8
Dajjal adalah seorang laki-laki dari keturunan Adam9. Dia memiliki
banyak sifat yang dijelaskan dalam berbagai hadis agar manusia mengenalnya dan
memberikan peringatan kepada mereka atas kejelekannya, sehingga ketika dia
keluar maka orang-orang yang beriman akan mengenali dan tidak terkena
fitnahnya, bahkan mereka akan tetap mengetahui sifat-sifatnya yang dikabarkan
oleh Rasulullah SAW. Sifat-sifat ini dapat membedakan dari manusia lain dan
tidak akan ada yang tertipu kecuali orang bodoh yang ditetapkan kesengsaraan
baginya. Diantara sifat-sifat tersebut bahwa ia adalah seorang laki-laki, masih
muda, berkulit merah, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan, tidak
8Wisnu Sasongko, Armageddon 2 Antara Petaka dan Rahmat, (Jakarta: Gema Insani,
2008), h. 346. 9 Ibnu Katsir, Al-Fitan Fitnah dan Kehidupan Akhir Zaman, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 2011), h. 191.
15
memiliki anak (mandul), berambut keriting, keningnya lebar, dadanya bidang,
mata yang kanannya buta, matanya tidak muncul tidak pula tertancap seolah-olah
buah anggur yang menonjol, sementara diatas mata kirinya ada daging keras yang
tumbuh, diantara kedua matanya tertulis huruf ف,ر dengan huruf yang ك,
terputus-putus, atau dengan tulisan yang bersambung yaitu كافر. Setiap muslim
dapat membacanya baik dia orang yang buta huruf maupun yang bisa membaca.10
Diantara hadis yang menjelaskan tentang Dajjal adalah hadis yang
diriwayatkan dari Ibnu „Umar yang menjelaskan tentang salah satu sifat yang
dimiliki oleh Dajjal, yaitu:
م دبنإسحقعننافععنابنعمرعنالن ث نايزيدأنا ثناب ث ناعبداهللحد ل ىاهللحد ب
كأن هاعنبةطائفة.علي 11ووسل مقالالد ج الأعورالعي
“Telah menceritakan kepada kami „Abdullah telah menceritakan kepadaku
Ayahku telah menceritakan kepadaku Yazid telah mengabarkan kepadaku
Muḫammad bin Isḫaq dari Nafi‟ dari Ibnu „Umar dari Nabi SAW bahwa ia
telah bersabda Dajjal mempunyai mata yang buta sebelah bagaikan buah
anggur yang menonjol.”
Dajjal berasal dari keluarga penyembah berhala, mereka menyembah
sebuah patung berhala yang mirip dengan sapi betina, tetapi sebenarnya berhala
itu bukan sekedar patung sapi betina melainkan setan yang menyerupai dirinya
sebagai patung sapi betina tersebut. setiap hari, mereka menyembelih hewan dan
menyiapkan minuman arak untuk disuguhkan kepada berhala sebagai
penghambaan dan ketaatan mereka kepada patung berhala itu dan setiap paginya
10
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor: Pustaka
Ibnu Katsir, 2008), h. 293-294 11 Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, juz II, h. 33.
16
mereka menemukan sisa dari apa yang mereka kurbankan. Mereka menyangka hal
itu sebagai tanda bahwa tuhan mereka meridhai apa yang mereka lakukan.12
Suatu hari, sepasang suami istri pergi mendatangi berhala-berhala itu dan
dengan penuh khidmat keduanya bersujud dan bersimpuh di hadapan berhala dan
menjelaskan bahwa mereka menginginkan anak laki-laki. Lalu patung itu (setan)
menyuruh mereka untuk menyembelih seekor sapi betina gemuk dan besar
kemudian meletakannya di hadapan berhala itu, sementara mereka berdua
dilarang untuk masuk ke tempat itu sepanjang malam. Akhirnya setelah tiga puluh
tahun usia perkawinan mereka, wanita itu hamil dan melahirkan seorang anak
laki-laki yang di idamkan oleh suaminya.13
Ada sebuah keanehan yang terjadi pada anak laki-laki itu bahwa dia
selama beberapa tahun hanya bisa diam dan hanya bergerak beberapa kali saja,
sehingga orangtuanya menyangka bahwa ia lumpuh atau tuhan-tuhan mereka
memurkainya, kemudian orangtuanya menyajikan sesajian tanda ketaatannya
tetapi tetap saja anak laki-laki itu tidak mengalami perubahan. Setelah berusia
empat tahun, ia mulai bergerak padahal sebelumnya ia belum bisa berjalan, anak
itu hanya bisa minum seteguk susu kambing kemudian ia tidur lagi. Tiba-tiba
anak itu bangun dan berusaha untuk merangkak kemudian berjalan dengan kedua
kakinya, sementara orangtuanya tertidur di sisinya. Ketika terbangun Ayahnya
kaget karena anak laki-lakinya sudah tidak ada di tempat tidur, sang Ayah keluar
rumah dan seketika itu juga dia mendapati anak laki-lakinya berada di pangkuan
tuhan-tuhan mereka. Dia menanyakan kepada tetangganya siapa yang
12 Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h. 30. 13
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h.32
17
memindahkan anak laki-laki tersebut tapi tetangganya itu malah tidak
mempercayainya, mereka mengira bahwa ayahnya yang telah memindahkan anak
laki-laki itu ke pangkuan tuhan-tuhannya. Karena sepengetahuan mereka anak itu
lumpuh dan hanya bisa duduk dan tertidur saja. Berita tentang anak laki-laki itu
seketika tersebar dan orang-orang pun datang berduyun-duyun untuk
menyaksikan dari dekat kejadian aneh yang terjadi pada anak laki-laki itu, bahkan
tidak sedikit mencari berkah darinya.14
Ayah anak laki-laki itu meninggal karena menderita penyakit al-Dzabḫah
al-Șadriyyah al-Mutakarrarah yaitu penyakit tekanan batin berkelanjutan. Sang
ayah meninggal disebabkan oleh watak anaknya yang sangat berbeda dari anak-
anak lain. Setelah ayahnya meninggal, anak laki-laki itu tinggal di istana di bawah
pengawasan hakim. Selang satu tahun ia mulai bangun dari tidurnya dan mencoba
untuk berbicara dengan orang-orang sekitar istana meskipun dengan ucapan yang
terbata-bata dan terputus-putus. Tidak lama dari kejadian tersebut, tiba-tiba Tuhan
memberi peringatan kepada penduduk negeri itu karena mereka telah melakukan
perbuatan zina dan liwaṯ (homoseksual). Allah SWT memerintahkan malaikat
Jibril untuk memendam mereka yang melakukan perbuatan zina dan liwaṯ ke
dalam bumi, kemudian Jibril menghancurkan negeri yang penuh kemaksiatan itu
dan menjungkir-balikkannya, sehingga bagian atas negeri tersebut menjadi di
bawah, yang tersisa hanyalah seorang anak kecil yang berada di dalam istana
hakim. Jibril ditugaskan oleh Allah SWT untuk membawa anak itu ke suatu
pulau15
yang terletak di sebuah lautan luas yang disebut dengan Laut Yaman.
14
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h. 34 15 Sebuah pulau yang berada di tengah lautan di negeri Yaman, nama pulaunya yaitu
pulau Jazirah al-Tsu‟ban al-Rahib wa al-Dabbah al-Halba‟ (pulau ular mengerikan dan hewan
18
Tidak hanya ditugaskan untuk membawa saja, Jibril juga diperintahkan untuk
menjaga, memelihara dan menyayanginya dengan memberi makan dan minum.16
Ketika anak laki-laki itu mencapai usia delapan tahun, ia mulai bergerak
seakan-akan mampu berdiri, sadar, dan mulai berpikir, bahkan ia dapat mencari
makan sendiri. Anak itu mulai berjalan-jalan melancong di sekitar pulau yang
didiaminya tersebut, ia mulai memberanikan diri dan berjalan sambil sembunyi-
sembunyi dan penuh hati-hati. Suatu hari dalam perjalanannya, anak laki-laki itu
dikejutkan oleh seekor binatang yang sangat besar kemudian binatang itu
berbicara kepadanya bahwa anak laki-laki tersebut adalah seorang anak yang
diselamatkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril dari gempa dahsyat yang
mengakibatkan bumi menjadi terbalik dan binatang tersebut memberi tahu jika
malaikat Jibril yang mengurus anak tersebut dan memberi makan dan minum serta
menjaganya. Kemudian binatang itu memberi isyarat kepadanya agar
mengikutinya menuju sebuah panel batu. Di batu tersebut tertulis sebuah kalimat
berbahasa Arab dan binatang tersebut mengajarkan cara membacanya kepada
anak laki-laki tersebut.17
Binatang besar yang menemani anak tersebut menjelaskan makna dari
tulisan yang ada di panel batu itu bahwa ia diberi kebebasan untuk memilih antara
menjadi orang baik atau menjadi orang jahat. Jika ia memilih menjadi orang baik,
maka ia akan menjadi seorang laki-laki biasa dan akan menjadi raja yang
beruntung. Tetapi jika ia memilih menjadi orang jahat, maka ia akan menjadi
seorang yang mengaku-ngaku sebagai tuhan yang berkuasa dengan kerajaan atau
berbulu tebal). Laut ini mempunyai peranan penting dimasa mendatang, dimana lautan ini akan
dilewati oleh seseorang yang nantinya akan memerangi Dajjal. 16
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h. 39. 17
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h. 40.
19
kekuasaan sewenang-wenang atas alam jin kafir dan setan, dan ia akan menjadi
raja yang menguasai alam manusia sedangkan ia termasuk salahsatu diantara
mereka. Binatang itu memberitahukannya bahwa ia diperintahkan untuk berbicara
dengannya kemudian setelah itu ia diam membisu dan hanya mengeluarkan suara
binatang sebagaimana lazimnya. Ia tidak akan berbicara untuk kedua kalinya
kecuali jika masa keluarnya anak laki-laki itu dari pulau yang ia tempati pada
akhir zaman telah mendekat.
Binatang itu bernama Jassāsah (yang terus menerus memata-matai),
karena ia mencari berita dan memberitahukannya kepada anak itu. Hal ini
dilakukan karena kepentingan atau kemaslahatan anak tersebut. Ia bukan saja
sebagai Jassah (tukang mencari berita dan memberitahukan), melainkan juga
sebagai Jassāsah (yang selalu mencari berita dan memberitahukannya). Hal ini
sesuai dengan tugas binatang itu untuk mendapatkan dan memberitahukan
berbagai hal dan berita kepadanya. Semua berita yang dibawanya sangat
menakjubkan dan mengagumkan serta mempunyai peranan yang sangat penting.18
Suatu hari, anak laki-laki itu pergi menuju sebuah gua besar yang terletak
di sebuah gunung besar. Ia mencoba memperbaiki gua itu dan mengubahnya
menjadi sebuah rumah, ia mencoba mengenali lingkungannya secara luas dan
mulai menjelajahi pulau serta menikmati berbagai kenikmatan dan keindahan
pulau tersebut, seakan-akan ia adalah seorang raja tanpa rakyat. Ketika ia
menginjak usia dewasa, laki-laki itu belum juga menjalankan salat yang di
farḏukan. Sementara itu, Jassāsah memberi isyarat dengan gerakan yang tidak
18
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997), h. 46
20
jelas kepadanya seolah-olah mengingatkannya pada suatu hal penting yang
dilupakannya, tetapi laki-laki itu malah bersikap sombong dan meremehkannya.
B. Fitnah dan Simbol Dajjal
Fitnah adalah senjata yang paling ampuh yang dimiliki kaum dajjal-zionis
untuk menghancurkan umat islam. Berapa banyak korban tersungkur karena
tajamnya senjata fitnah yang melahap umat islam yang sedang lengah. Berapa
banyak diantara umat islam maupun umat agama lainnya yang terkena “racun
berbisa” dari fitnah yang dilontarkan oleh para kafir zionis ini. bila ada satu figur
yang dengan ikhlas mengorbankan seluruh hidupnya untuk agama dan mau
mengambil resiko untuk kejayaan umatnya, maka tantangan berat yang ia hadapi
bukanlah musuh yang ingin menghancurkan agamanya, melainkan justru dari
sesama bahkan teman sendiri. mereka menusuk dari belakang dan mencemooh
dari jauh. Mengulasnya seakan-akan dia tahu persis dengan tokoh mujahid
tersebut. orang-orang yang dengan bangga menepuk dada dan menganalisis sang
mujahid tersebut, tidak lain adalah seorang yang paling hina di muka bumi.
bahkan al-Qur‟ān mengibaratkannya sebagai seorang kanibal yang memakan
bangkai daging sesama saudaranya sendiri. kaum kafir zionis sangat tahu bahwa
banyak di antara para juru dakwah agama telah menjadi pengikutnya yang setia,
yaitu dengan cara menyebarkan fitnah yang dihembuskan dari kantong-kantong
konspirasi kafir zionis.19
Fitnah Dajjal juga dikatakan sebagai sebesar-besarnya fitnah sejak Allah
SWT menciptakan Adam sampai hari kiamat, hal itu karena Allah SWT ciptakan
19 Tasmara. Toto, Dajjal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 54.
21
untuk menyertainya di luar kebiasaan yang menjadikan akal manusia menjadi
sangat kagum kepadanya dan membingungkan akal pikiran.20
Fitnah yang lainnya adalah Allah menjadikan Jannah dan Naar ada
di tangannya menurut penglihatan mata kepala manusia, akan tetapi
Jannahnya adalah Naar dan Naarnya adalah Jannah. Barangsiapa yang
menurutinya maka ia akan dimasukan ke dalam jannahnya menurut
penglihatan manusia, akan tetapi sebenarnya Jannahnya itu adalah Naar
yang membakar. Dan barangsiapa yang mendurhakainya akan dimasukan ke
dalam Naar menurut penglihatan manusia, yang sebenarnya adalah Jannah
yang menyenangkan. Oleh karena itulah, kita semua butuh keteguhan dari
Allah karena jika seseorang itu tidak diteguhkan oleh Allah, pasti dia akan
sesat. Kita semua perlu mendapatkan keteguhan dari Allah dengan kuat
dalam berpegang terhadap agama.21
Sungguh aneh jika suatu umat yang menjauhkan dan mengira bahwa jarak
antara mereka dengannya sangat jauh, sedangkan semua nabi telah
memperingatkan kaumnya masing-masing dari fitnah dajjal. Nabi Muhammad
SAW sendiri telah banyak menyebutnya sehingga para sahabat mengira bahwa ia
sedang bersembunyi di balik pohon kurma yang hampir saja mengejutkan mereka
dengan tiba-tiba. Fitnah Dajjal juga dikatakan fitnah Syubhat (yang hak terlihat
sebagai kebatilan) dan syahwat, jadi ia bukanlah cobaan yang bersifat pemaksaan
dan kekerasan. Maka dari itu, fitnah dajjal adalah syaiṯani seperti fitnah setan
yang berkata kepada para pengikutnya dan siapa saja yang telah terpedaya
olehnya pada hari kiamat dengan firman Allah SWT:22
20
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor:
Pustaka Ibnu Katsir, 2008), h. 326. 21
Disalin dari kitab Fatawa „an al-Iman wa Arkaniha, yang disusun oleh Abu
Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal Jawab masalah Iman dan
Tauhid, pustaka al-Tibyan.
22Amin, Muhammad Jamaluddin. Umur Umat Islam, Kedatangan Imam Mahdi,
Munculnya Dajjal. (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2000), h. 109.
22
ووعدتكمفأخلفتكموما وعدكموعدالق كانلعليكموقالالش يطانلم اقضيالمرإن اهلل
أندعوتكمفاستجبتملفالت لومونولومواأن فسكمم آأنابصر خكمومآأن تممنسلطانإال
كفرتبآأشركتمونمنق بلإن الظ المي إن لمعذابأليمبصرخي
“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
“sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali
tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru
kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak
dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya aku tidak pernah membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sesungguhnya orang-
orang dzalim itu mendapat siksaan yang pedih.” 23
Apabila dikatakan fitnah Syaiṯani, maka fitnah tersebut adalah lemah
pengaruhnya terhadap kaum mu‟minin karena ia hanya berupa ujian perdayaan
dan ujian nafsu syahwat, maka inilah yang dimaksud Nabi SAW dalam hadisnya:
“Maka beliau menyembunyikan dan mengangkatnya” yang berarti beliau
mengangkat dan menekankan betapa besarnya fitnah dajjal tersebut. namun
walaupun begitu fitnah tersebut dan pelakunya adalah lemah pengaruhnya
terhadap orang-orang mu‟min dan hina di sisi Allah SWT. Dajjal dengan syubhat
(pemutarbalikan kebenaran dan kebatilan) dan hal-hal luar biasa yang dipunyainya
akan memikat hati dan iman yang lemah dari kaum muslimin apalagi terhadap
kaum musyrikin dan kaum atheis. Dajjal akan keluar pada waktu terjadinya
kekeringan, kemarau dan kelaparan internasional dengan mendakwa kebaikan
kemudian ia mendakwa kenabian dan setelah itu ia mendakwa ketuhanan, maka
pada waktu itu terhapuslah matanya dan tertulis di atas keningnya kata kafir,
23 Q.S. Ibrahim (14): 22.
23
kemudian dengan melihat hal yang demikian larilah darinya orang-orang yang
mempunyai akal.24
C. Kematian Dajjal
Setelah keluarnya Dajjal dan kerusakan yang dia lakukan di bumi, maka
Allah SWT mengutus „Isa as., lalu beliau turun ke muka bumi. Beliau turun di
menara putih sebelah Timur Damaskus di Syam. Beliau memakai dua helai
pakaian yang dicelup dengan minyak ja‟faran lalu meletakkan kedua tangannya
diatas sayap dua malaikat. Apabila dia menundukkan dua kepala maka turunlah
rambutnya, dan jika dia mengangkatnya maka berjatuhanlah keringatnya bagaikan
butir-butir mutiara, tidaklah seorang kafir pun yang mencium nafasnya melainkan
dia akan mati, sementara nafasnya sejauh pandangannya. Nabi Isa as akan turun di
kalangan al-Ṯaifah al-Mansyurah (ahlussunnah wal jama‟ah) yang berperang
diatas kebenaran. Mereka semua bergabung untuk memerangi Dajjal, lalu beliau
akan turun ketika iqamah salat di kumandangkan dan beliau salat di belakang
seorang pemimpin dari kelompok tersebut.25
Turunnya „Isa putra Maryam yaitu pada hari-hari dimana Dajjal sedang
beraksi kemudian „Isa as turun ke bumi di atas menara Damaskus dan orang-orang
mukmin berkumpul kepadanya, kemudian „Isa as berjalan bersama mereka
mencari Dajjal dan pergi menuju Bait al-Maqdis. Dajjal melihat „Isa as di „Uqbah
Afiq (sebuah daerah di Damsyiq) kemudian ia melarikan diri dari mereka dan Isa
24
Amin, Muhammad Jamaluddin. Umur Umat Islam, Kedatangan Imam Mahdi,
Munculnya Dajjal.( Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2000), h. 110.
25 Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor: Pustaka
Ibnu Katsir, 2008), h. 354.
24
as menyusulnya di kota Lod.26
Tatkala Dajjal melihatnya maka ia meleleh
sebagaimana melelehnya garam dalam air. Setelah itu, „Isa as menemukannya dan
membunuhnya dengan pedang di pintu Lod dan kematiannya terjadi di sana.27
Ketika kaum muslimin yang di pimpin oleh al-Mahdi sedang bersiap-siap
berperang melawan Dajjal dan bala tentaranya, tiba-tiba „Isa putra Maryam turun
untuk menguatkan hati mereka, membela kaum muslimin yang hampir terdesak
kalah. Nabi „Isa turun di menara putih di timur Damaskus di Syria, „Isa turun dan
langsung masuk ke mesjid menemui kaum muslimin yang saat itu sedang bersiap
melaksanakan salat subuh. „Isa langsung ikut dalam saf salat subuh sebagai
ma‟mum.28
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang
diriwayatkan oleh sahabat Jābir.
ث ناعبداهلل عحد عنجابران و ث ناإبنليعةعنابالزيب ث ناموسىحد حد ا ث حد
ظاىري ل ىاهللعليووسل مي قولالت زالطائفةمنام تي قاتلونعلىالق قيامةنالي ومالالن ب
لبناف ي قولالإن ب عضكمعلىقالف ي نزلعيسىبنمريعليوالس المف ي قولأمي رىمت عال
رليكرماهللىذهالم ة. 29ب عضأمي
“Telah menceritakan kepada kami „Abdullah, telah menceritakan kepadaku
Ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Lahi‟ah dari Abi al-Zubair dari Jābir bahwa sesungguhnya aku
mendengar Nabi SAW bersabda; senantiasa ada satu kelompok dari umatku
yang berjuang membela kebenaran, mereka selalu mendapatkan pertolongan
sampai hari kiamat. Beliau berkata: Lalu „Isa bin Maryam turun, pemimpin
mereka berkata, salatlah mengimami kami. Beliau berkata; tidak,
26 Lod merupakan salah satu kota yang berkembang di dataran Sharon, yaitu 15 KM di
Tenggara Tel Aviv, Israel. Lod yang dalam bahasa Arab adalah al-Ludd itu, konon menjadi tempat
tinggal suku Benyamin. Kota seluas 12.226 km2 itu sudah muncul sejak periode Kanaan. 27Ibnu Katsir, Al-Fitan Fitnah dan Kehidupan Akhir Zaman, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 2011), h. 194 28 Wisnu Sasongko, Armageddon Peperangan Akhir Zaman I, (Jakarta: Gema Insani,
2007), h. 187. 29Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, juz V, h. 345.
25
sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya,
sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.”
Sebagian kaum berpendapat bahwa dengan turunnya „Isa putra Maryam
akan hilang segala beban kewajiban, agar ia tidak menjadi rasul pada manusia
zaman itu yang menyampaikan perintah dan larangan dari Allah SWT. Keyakinan
ini adalah suatu hal yang tertolak, berdasarkan firman-Nya:
(.....وخاتالن بي ي..)الحزاب:
“.... Dan penutup para nabi..” (QS: al-Ahzab: 40)
Jika demikian halnya, maka tidak boleh disalahfahami bahwa „Isa bin
Maryam akan turun dengan membawa syari‟at baru selain Syari‟at Nabi
Muhammad SAW, bahkan jika dia turun maka dia termasuk pengikut Nabi
Muhammad SAW, sebagaimana disabdakan oleh beliau30
:
ات باعي كانموسىحياماوسعواال لو
“Seandainya Musa masih hidup, maka tidak akan ada keleluasaan baginya
kecuali mengikutiku.”
Sebelum turun ke muka bumi, „Isa as telah diajarkan berbagai perintah
Allah SWT yaitu dengan segala hal yang dibutuhkan berupa ilmu syariat untuk
memberi putusan hukum diantara manusia dan untuk pengamalan dirinya sendiri.
Setelah turun ke bumi, kaum mu‟minin menemui „Isa untuk meminta putusan
hukum bagi mereka karena mengabaikan hukum adalah suatu putusan yang tidak
dibenarkan maka mereka pun mendatangi „Isa untuk meminta putusan hukum
yang akan diamalkan oleh mereka sendiri.31
30
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor: Pustaka
Ibnu Katsir, 2008), h. 375 31 Al-Qurthubi, al-Tadzkirah fii ahwal al-Mautaa wa Umur al-Akhirat, (Madinah: al-
Maktabah al-Islamiyah), h. 677.
26
D. Hal-hal Yang Dapat Menghindarkan Dajjal
Nabi Muhammad SAW telah mengarahkan umatnya untuk berlindung dari
fitnah al-Masih al-Dajjal. Beliau telah meninggalkan umatnya di atas jalan yang
lurus, beliau tidak meninggalkan suatu kebaikan kecuali menunjuki umatnya
untuk melakukannya dan tidaklah terdapat suatu keburukan kecuali telah
mengingatkan umatnya agar waspada terhadap Dajjal.
Diantara yang perlu di waspadai adalah fitnah al-Masih al-Dajjal karena ia
adalah sebesar-besarnya fitnah yang akan dihadapi oleh umat ini hingga hari
kiamat. Setiap Nabi telah mengingatkan umatnya terhadap Dajjal, khususnya bagi
Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah menjelaskan kepada Nabi SAW tentang
berbagai sifat-sifat Dajjal agar beliau mengingatkan umatnya untuk waspada
terhadapnya karena Dajjal itu akan keluar pada masa umat ini.32
Salahsatu cara agar terhindar dari fitnah al-Masih al-Dajjal adalah dengan
merutinkan membaca surah al-Kahfi pada malam jumat khususnya, terutama pada
sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surah tersebut. Rasulullah SAW
dalam hadisnya menjelaskan tentang keutamaan surah al-Kahfi.
كانتلون وراي ومالقيامةمن كماأنزلت ةومنق رأمنق رأسورةالكهف مقاموإلمك
خرجالد ج الليسل طعليو عشرآياتمنآخرىاث
“Barangsiapa yang membaca surah al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan,
maka surah ini akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat dari tempat
tinggalnya hingga ke Mekah, dan barangsiapa yang membaca sepuluh ayat
terakhir dari surah al-Kahfi kemudian dajjal keluar, maka dajjal tidak akan
membahayakannya.”
32
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Hari Kiamat Sudah Dekat!, (Bogor: Pustaka
Ibnu Katsir, 2008), h. 340.
27
Hadis tersebut jelas menunjukkan bahwa surah al-Kahfi mempunyai
kelebihan tersendiri, tanpa menafikan kelebihan surah-surah lain dalam al-Qur‟ān.
Salahsatu kelebihannya ialah surah al-Kahfi terpilih menjadi surah yang
mempunyai senjata untuk menyelamatkan diri dari fitnah al-Masih al-Dajjal yang
merupakan fitnah terbesar bagi umat manusia di dunia. Surah al-Kahfi juga
didalamnya mengandung banyak kisah, diantaranya yaitu kisah pemuda Așḫab al-
Kahfi, kisah pemilik dua buah kebun, kisah Nabi Musa dengan hamba Allah yang
saleh, dan kisah pemerintah yang adil yang bernama Ẕū al-Qarnayn.33
Cara lain agar terhindar dari fitnah Dajjal adalah dengan berlindung
kepada Allah dan berdoa pada shalat ketika tasyahud akhir, sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW.
ىري رةقالقالرسولاهلللىاهللعليووسلمإذتشه دأحدكمف ليس تعذباهللمنعنأب
نةالمحيا والمماتومنأربعي قولالل هم إنأعوذبكمنعذابجهن مومنعذابالقبومنفت
نةالمسيحالد ج ال. فت شر
“Apabila salah seorang diantara kamu bertasyahud dalam salat hendaklah ia
memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan
mengucapkan: Ya Allah sesungguhnya aku berlindug kepadamu dari azab
Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari
fitnah al-Masih al-Dajjal.”
Selanjutnya cara lain agar terhidar dari fitnah Dajjal yaitu dengan cara
berlari atau menjauhi dan yang lebih utama yaitu tinggal di Mekkah dan Madinah
33 Mohd Shahrizal Nasir, Qissah Qur‟aniyyah Dalam Surah al-Kahf Menyerlahkan
Pengajaran („ibrah) dan Fadilat Surah (Universiti Sains Islam Malaysia: „Ulum Islamiyah
Journal, 2014), h. 12.
28
karena kedua negara tersebut tidak akan disinggahi oleh Dajjal.34
Untuk
melindungi diri dari fitnah Dajjal, hal yang paling utama adalah pengetahuan
(ilmu) tentang Dajjal serinci mungkin, baik pengetahuan ini didasarkan atas
pemahaman tekstual ataupun kontekstual terhadap hadis-hadis ini. bukankah
Rasulullah SAW telah menginformasikan secara rinci masalah ini melalui banyak
hadisnya dengan dua model pemahaman.
E. Kontekstualisasi Dajjal
Jika diartikan secara kontekstual, maka akan terasa sulit karena diantara
kedua matanya tertulis lafadz Ka Fa Ra. Imam al-Nawawi berpendapat bahwa
tulisan Ka Fa Ra ini adalah secara zahirnya dan bahwasanya tulisan itu pada
hakikatnya Allah menjadikannya sebagai tanda-tanda yang jelas tentang
kekufurannya, kedustaannya dan kebatilannya.35
1. Israel dan Dajjal
Negara yang kini disebut sebagai “negara Yahudi” israel sebenarnya
dibangun di atas wilayah palestina, dengan cara-cara dan konspirasi
internasional. Negara ini begitu banyak mendapat sorotan internasional,
karena praktik-praktik penjajahan, kejahatan, dan yang dijalankannya
terhadap warga palestina.36
Awal mula munculnya Israel sekitar 4000 tahun yang lalu yaitu pada
masa kelahiran Nabi Ibrāhim, pada saat itu di sebuah kota di wilayah
34
Yusuf al-Wabil, Asyratu al-Sa‟ah, t.p. terj. As‟ad Yasin, Yaumul Qiyamah Tanda-
Tanda dan Gambaran Hari Kiamat Berdasarkan Sumber-Sumber Otentik, (Jakarta: Qisthi Press,
2006), h. 314. 35 Al-Nawawi, Ṣaḫiḫ Muslim bi Syarḫ al-Nawawi (Kairo: al-Maṯba‟ah al-Mișriyyah bi al-
Azhar, 1929), juz XIII, h. 58. 36 Adian Husaini, Pragmatisme Dalam Politik Zionis Israel (Jakarta: Khairul Bayaan,
2004), h. 1.
29
Khaldea hidup seorang raja yang bernama Namrud. Setelah Ibrāhim
dewasa, beliau menikah dengan dua istri (Siti Sarāh dan Siti Ḫājar) yang
masing-masing istri dikaruniai satu orang anak (Ismā‟īl dan Isḫāq). Dari
keturunan Isḫāq yang kesebelas lahirlah Yūsuf yang menjadi leluhur di
negeri Mesir, Ia di percaya sebagai pembesar istana yang bertanggungjawab
terhadap harta benda istana dan kemakmuran rakyat. Namun sepeninggal
Yūsuf, keadaan berubah total, mereka terpisah dari bangsa Mesir dan
dianggap asing oleh rakyat Mesir, kemudian terbentuklah kesenjangan
sosial.37
Selang beberapa waktu di Sungai Nil Mesir terlintas sebuah peti yang
berisi bayi dan didapati oleh istri Fir‟aun yang sedang bermain di sungai
tersebut. kemudian ia meminta kepada Fir‟aun untuk dijadikan anak
asuhnya yang kemudian bayi tersebut diberi nama “Musa”. Tonggak
berdirinya kerajaan Bani Israil ditegakkan oleh Musa setelah membebaskan
kaumnya dari perbudakan kerajaan Mesir. Kekuasaan ini berdiri tegak
berdasarkan syari‟at dan peraturan yang lengkap. Musa yang dibantu oleh
Hārun (saudaranya) membebaskan Bani Israil dari kekuasaan dan
kesewenangan Fir‟aun.38
Suatu ketika, Musa marah besar kepada kaumnya sampai ia
meninggalkan kaum tersebut. Namun ketika Musa kembali kepada kaumnya
mereka telah menyembah patung anak lembu (Samiri), Musa menyatakan
bahwa mereka telah tersesat dan mengingkari Allah. Nabi Musa berdialog
37 Aguk Irawan, Rahasia Dendam Israel Jejak Berdarah Israel di Palestina dan Dunia
Arab (Jakarta: KinzaBooks, 2009), h. 154. 38
Aguk Irawan, Rahasia Dendam IsraelJejak Berdarah Israel di Palestina dan Dunia
Arab (Jakarta: KinzaBooks, 2009), h. 158.
30
bersama Samiri sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟ān Surah Ṯāhā ayat
95-96.39
ي بصروابوف قبضتق بضةمنأثرقالفماخطبكياسامريي) (قالبصرتبال
(الر سولف نبذت هاوكذلكسو لتلن فسى)
“Berkata Musa: Apakah yang mendorongmu berbuat (hal demikian) hai
Samiri?. Samiri menjawab: Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak
mengetahuinya, maka aku mengambil segenggam dari jejak Rasul lalu
aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.”
Samiri mengaku mengetahui banyak hal yang tidak diketahui Bani
Israil. Dia juga mempunyai usia yang relatif panjang dan memiliki banyak
pengalaman yang belum diketahui oleh Bani Israil serta mempunyai
kekuatan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Nabi Musa mulai
menyadari bahwa ia berhadapan dengan seorang Dajjal. Ia juga
diperintahkan oleh Allah SWT untuk memperingatkan kaumnya agar
terhindar dari fitnah Dajjal. Akan tetapi, ia diamanati Allah SWT untuk
menyampaikan risalah kepadanya . Jika saja Nabi Musa diberi kekuasaan
untuk memeranginya, maka tentu ia akan menebas lehernya begitu melihat
wataknya yang buruk. Samiri mengaku bahwa dirinya dibujuk dan
terpedaya oleh nafsunya sendiri. menanggapi hal demikian maka Nabi Musa
hanya bisa mengusirnya.40
Setelah diusir oleh Nabi Musa, Samiri pergi mengembara dan tempat
yang pertama kali dikunjungi yaitu Bilād al-Ghāl (Negeri Makmur), setelah
itu ia pergi menuju kabilah al-Bulghar dan tempat-tempat lainnya. Ia hidup
39
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul di Segitiga Bermuda (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), h. 67. 40
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul di Segitiga Bermuda (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), h. 68.
31
di sebuah pulau sebagai seorang raja. Pada mulanya ia mencari seekor
binatang raksasa tetapi tidak mendapatkannya, lalu ia pergi ke tujuh batu
besar tempat berbagai tulisan yang mengajaknya mengenal Allah SWT.
tiba-tiba ia mendapatkan binatang raksasa itu, tetapi keadaannya sudah
berubah, kemampuan bicaranya sudah hilang dan ia hanya bisa
mengucapkan lafaẕ Lā ilāha illā Allāh (tiada tuhan selain Allah). Pada
mulanya Samiri kebingungan, tetapi hatinya kembali pada apa yang telah
diusahakan dan dilakukannya, namun ia tidak dapat hidup sendiri di pulau
itu tanpa binatang tersebut. Kemudian ia menemukan sekelompok manusia
yang disebut as-Sāmiriyyah yaitu campuran antara Yahudi dan orang-orang
Assyria. Adanya sekelompok manusia itu karena kembalinya sebagian
kelompok Yahudi menyusul kejatuhan negeri Babilonia yang besar itu dan
mereka membangun kuil khusus untuk mereka.41
Dajjal mengetahui bahwa orang-orang Samirah mengaku sebagai
keturunan Musa yang benar dan menjadikan rumah Allah sebagai kiblatnya
setelah tersebar kabar bahwa Nabi Ya‟qub telah membangun tempat
ibadahnya yang disucikan Allah di tempat itu. Tetapi Dajjal mendengar
tentang seseorang dari keturunan Nabi Daud yang akan menjadi penyelamat
Yahudi dari pertikaian, ia datang bukan untuk menghapus melainkan untuk
menyempurnakan Nāmus (ajaran agama), ia adalah al-Masīh. Dajjal tidak
mau berhadapan dengan „Isa al-Masīh, ia ingin membenarkan dirinya
dengan hujjah yang lemah untuk tidak mengimani „Isa al-Masīh. Bahkan ia
tidak akan menemuinya, padahal dalam hatinya ia yakin bahwa „Isa al-
Masīh adalah seorang nabi yang ia baca dalam batu tulis. Namun ia tidak
41
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul di Segitiga Bermuda (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), h. 74
32
ingin menjadi pengikutnya, meskipun Nabi „Isa mengangkatnya sebagai raja
di suatu negara tetapi dia tidak menginginkannya. Dia ingin menjadi
penguasa seluruh negeri, ingin menjadi nabi bahkan tuhan sekalipun, segala
sesuatu menjadi tunduk padanya, tetapi dia tidak tahu caranya.42
Dajjal memutuskan untuk pergi mengembara ke berbagai negara
karena ia telah tergila-gila dengan pemikiran untuk menguasai dunia.
Sebelumnya ia berpikir untuk kembali ke pulaunya yang dulu di laut
Yaman. ia ingin mengasingkan diri dari segala urusan dunia dan akan
merencanakan untuk menguasai seluruh negeri. Sesampainya di pulau yang
dituju, ia dan pengikutnya berjalan menuju gua, namun ia tiba-tiba bertemu
dengan binatang raksasa dan dua puluh orang yang wajahnya bersinar,
sehingga dajjal merasa ketakutan dan pingsan. Setelah siuman, ia mendapati
dirinya berada di dalam gua yang kedua kaki dan tangannya terikat dengan
rantai, sementara binatang raksasa itu ada di depannya. Setelah berdialog
dengan Dajjal binatang itu pergi, hingga suatu hari binatang itu melihat
sekelompok orang berlabuh di tepi pantai pulau tersebut. binatang raksasa
itu mengatakan pada salah seorang laki-laki bahwa ada seseorang di dalam
gua yang sedang menanti kabar gembira darinya. Laki-laki itu adalah
sahabat Rasulullah SAW yaitu Tamim al-Dari. Pertemuan antara Tamim al-
Dari, binatang raksasa serta Dajjal tersebut terangkum dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW.43
42
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul di Segitiga Bermuda (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), h. 77 43
Muhammad Isa Dawud, Dajjal Akan Muncul di Segitiga Bermuda (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), h. 81.
33
2. Pendapat ulama tentang kemunculan Dajjal
Sosok Dajjal yang diceritakan dalam hadis-hadis Nabi SAW mulai
dari awal kemunculan sampai kematian Dajjal, ciri-ciri fisik dan non fisik,
dan hal yang lainnya mengundang perbedaan pendapat di kalangan para
ulama baik itu dimaknai secara tekstual maupun kontekstual. Sebagian
ulama meyakini secara tekstual bahwa sosok Dajjal dapat dilihat secara
fisik. Namun, di pihak lain juga ada yang mengkontekstualisasikan
pemaknaan hadis tersebut sebagai simbol keburukan dan menyebarkan
kemuḏaratan dengan skala kecepatan tinggi. Hal ini juga mengisyaratkan
bahwa dajjalis yang di maksud adalah kaum Yahudi yang saat ini hampir
menguasai seluruh dunia.44
Pipin Armita dan Jani Arni menjelaskan dalam jurnalnya bahwa
Mușṯafa Abu Nașr al-Silbi mengungkapkan peneliti seperti Imam Nawawi
menyebutkan bahwa tulisan KaFaRa pada dahi Dajjal benar-benar ada, yang
dijadikan Allah SWT sebagai tanda dan bukti kuat yang menunjukkan
kekafiran dan kedustaannya. Allah SWT akan menampakkan tulisannya
kepada setiap orang Islam, baik yang bisa menulis maupun tidak dan akan
menyamarkan dari setiap orang yang dikehendakinya akan kecelakaan dan
terkena fitnahnya.45
Abu Daud menyebutkan dalam buku karya Yusuf al-Wabil terjemahan
As‟ad Yasin bahwa Dajjal datang membawa huru-hara dan menyebarkan
syubhat di kalangan orang mukmin. Ia mampu melakukan berbagai kejadian
44
Pipin Armita dan Jani Arni, (Journal) Dinamika Pemahaman Ulama Tentang Hadis
Dajjal “Dari Interpretasi Tekstual ke Interpretasi Kontekstual”, h. 210. 45
Mușṯafa Abu al-Nașr al-Silbi, ṢaḫiḫTanda-tanda Kiamat dan Kehidupan Sesudahnya,
terj. Ali Murtadho (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), h. 198.
34
luar biasa dengan izin Allah SWT. Maka pada saat itu ada yang mengira
bahwa masih ada iman dalam dirinya ketika dajjal datang maka justru ia
mengikutinya.46
Dengan kemampuannya seperti sihir dan lainnya, pengikut
Dajjal menjadi kafir dan mereka tidak menyadarinya. Dengan demikian,
pada saat orang muslim mendengar kedatangannya maka hendaklah
memohon perlindungan kepada Allah dari segala fitnah Dajjal.47
Dalam tulisan Pipin Armita dan Jani Arni, Rasyid Riḏa
menghubungkan Dajjal dengan orang-orang Yahudi. Hubungan ini
direlevansikan dengan tradisi kenabian yang menggambarkan seorang raja
zionis dan para pengikutnya. Rasyid Riḏa juga menjelaskan bahwa Yahudi
mungkin dapat memanfaatkan pengetahuan mereka tentang listrik dan kimia
untuk melakukan mukjizat Dajjal. Hal ini tergambar pada momentum
konflik antara Arab-Israel yang memiliki kekuatan super.48
Adapun secara kontekstual, para ulama mutakhir menilai bahwa hadis
Dajjal merupakan hadis simbolis terhadap tipu daya sebuah adikuasa yang
penuh dengan tipu daya dan menyesatkan di akhir zaman. Di samping itu,
Dajjal juga sebagai simbol kesesatan yang pada sebagian pendapat dikaitkan
dengan peradaban Barat dan orang-orang Yahudi yang dalam konteks
kekinian memang penuh kemajuan dan lebih menguasai dunia, baik dari sisi
keilmuan maupun teknologi. Dengan kemajuan itu pula, mereka dinilai
dapat menciptakan keajaiban-keajaiban yangluar biasa sehingga hal tersebut
46
Yusuf al-Wabil, Asyratu al-Sa‟ah, t.p. terj. As‟ad Yasin, Yaumul Qiyamah Tanda-
Tanda dan Gambaran Hari Kiamat Berdasarkan Sumber-Sumber Otentik, (Jakarta: Qisthi Press,
2006), h. 314. 47
Abu Ṯayyib Muhammad Syamsul Haq, „Aunu al-Ma‟bud Syarah Sunan Abu Daud, juz
IX, h. 357. 48
Pipin Armita dan Jani Arni, (Journal) Dinamika Pemahaman Ulama Tentang Hadis
Dajjal “Dari Interpretasi Tekstual ke Interpretasi Kontekstual”, h. 217.
35
mengindikasikan bahwa kekuatan itu merupakan bukti bahwa mereka
merupakan kaum Dajjalis.49
49
Pipin Armita dan Jani Arni, (Journal) Dinamika Pemahaman Ulama Tentang Hadis
Dajjal “Dari Interpretasi Tekstual ke Interpretasi Kontekstual”, h. 218.
36
BAB III
MENGENAL KITAB DZURRAT AL-NĀṢIHIN
A. Biografi Pengarang
Nama lengkapnya adalah „Utsmān bin Ḫasan bin Aḫmad al-Syākir al-
Khaubawī, Ia dikenal seorang ahli hukum, mufassir, serta seorang pakar hadis
tetapi bukan termasuk periwayat hadis, al-Khaubawī juga terkenal sebagai
seorang pengarang kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn, salah satu kitab klasik yang masih
relevan dan dipakai di kalangan para santri khususnya di Indonesia. Al-Khaubawī
hidup pada kurun tahun 1224 M dan meninggal pada tahun 1824 M. Ia berasal
dari Roma yang bermadzhab Hanafi1 dan pada bagian pendahuluan kitabnya
disebutkan bahwa al-Khaubawī menetap di Konstantinopel.2 Biografinya tidak
banyak ditemukan karena pada bagian pendahuluan kitabnya pun tidak banyak
membahas tentang biografi beliau sendiri.
B. Isi Kitab
Kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn merupakan salah satu kitab klasik yang masih
dipakai oleh para santri di Indonesia khususnya, dan menjadi bahan rujukan atau
acuan pembelajaran ilmu agama Islam. Isinya sarat dengan mutiara-mutiara
nasihat, peringatan-peringatan, dan kisah-kisah menarik yang meliputi ranah
duniawi dan ukhrawi.
Luasnya pemikiran al-Khaubawī menunjukkan bahwa dia adalah pakar
ilmu agama Islam, keseriusan dalam mempelajari kajian Islam tersebut
1 Mohammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur, Materi Pendidikan dalam kitab
Dzurrat al-Nāșihin karya al-Khaubaw, (Tsamrah al-Fikri, vol. 11, 2007), h. 20. 2Syekh „Utsmān al-Khaubawī, Mutarjim: Muhammad „Abdullāh bin Ḫasan, Tarjamah
Sunda Dzurrat al-Nāșihīn (Jakarta: Maktabah Dār al-Hikmah), h. 2.
37
membuahkan hasil dan ketertarikannya meliputi bidang akhlak, filsafat, fiqih, dan
hadis. Pengembangan pola pembelajaran di berbagai bidang yang ditekuni oleh al-
Khaubawī dikemas dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīnyang materinya berbasis pada
dasar-dasar ajaran agama Islam. Dari aspek dasar tersebut, al-Khaubawī dapat
mengembangkan ilmu-ilmu agama Islam dijalankan sesuai dengan kebutuhan
anak didik. Hasil karyanya dapat dinikmati oleh para pengkaji ilmu sebagai bahan
rujukan kajian Islam di berbagai lembaga pendidikan Islam di negeri-negeri
Muslim.3
Tujuan penulisan kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīnterdapat pada bagian
pendahuluan kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīndijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat
yang ada di daerah tempat al-Khaubawī tinggal, mereka menyukai untaian kata-
kata nasihat, faktor lain dari tujuan penulisan adalah pada saat al-Khaubawī
merasa adanya penyimpangan pada penyampaian nasihat-nasihat yang pada saat
itu dibawakan oleh teman-temannya. Dikatakan menyimpang karena pembahasan
yang disampaikan mulai menyimpang dari ajaran al-Qur‟an. Tetapi al-Khaubawī
tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana bentuk penyimpangannya, tidak
lama dari itu al-Khaubawī terserang penyakit keras. Dan pada saat itulah al-
Khaubawī bernadzar apabila Allah menyembuhkan dari penyakitnya, maka ia
akan menyusun kitab nasihat bagi masyarakat luas. Dengan izin Allah, al-
Khaubawī disembuhkan dari penyakitnya dan Ia melakukan nadzarnya yaitu
dengan membuat sebuah karya dengan nama kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn.4
3Mohammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur, Materi Pendidikan dalam kitab Dzurrat
al-Nāșihin karya al-Khaubawī, (Tsamrah al-Fikri, vol. 11, 2007), h. 19. 4Syekh Utsman al-Khaubawī, Mutarjim: Muhammad Abdullah bin Hasan, Tarjamah Sunda
Dzurrat al-Nāṣiḫīn (Jakarta: Maktabah Dār al-Hikmah), h. 4.
38
Kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn memuat berbagai kisah atau hikayat dan
keutamaan-keutamaan dari setiap ibadah. Diantaranya keutamaan puasa,
keutamaan bulan Rajab, keutamaan bulan Sya‟ban, keutamaan bulan Ramaḏan,
keutamaan-keutamaan ṣalat sunnah, dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan
yang lainnya, ada sekitar tujuh puluh lima pasal (penjelasan) yang berkaitan
dengan setiap topik yang dibahas. Dan setiap keutamaan-keutamaan tersebut
disertai dengan berbagai kisah yang menarik bagi pembaca.5
Dari tujuh puluh lima pembahasan yang ada pada kitab Dzurrat al-
Nāṣiḫīnmaka dibagi kedalam tiga kandungan materi utama yaitu Akidah, Ibadah
dan Akhlak. Materi kandungan yang mencakup Akidah meliputi syahadat, Isra
Mi‟raj, kedahsyatan saat terjadinya hari kiamat, proses hisab manusia, dan adanya
surga dan neraka sebagai balasan bagi manusia selama hidup di dunia. Materi
kandungan tentang Ibadah meliputi pengabdian seorang hamba kepada Allah
SWT melalui praktek-praktek keagamaan dengan tujuan supaya selalu teringat
kepada Allah SWT. Selain itu materi tentang ibadah ini juga meliputi keutamaan
puasa dan bulan Ramaḏan, salat, dzikir, membaca al-Qur‟an, dan amalan-amalan
yang lainnya yang menyangkut ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan materi
kandungan utama yang terakhir yaitu Akhlak, kajiannya lebih mengarah pada
hubungan antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya seperti
keutamaan berteman, tolong menolong, larangan memfitnah dan gibah, minum-
minuman keras, dan hal-hal yang dapat menghancurkan tali persaudaraan.6
5 Mohammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur, Materi Pendidikan dalam kitab
Dzurrat al-Nāșihin karya al-Khaubawī, (Tsamrah al-Fikri, vol. 11, 2007), h. 20 6 Mohammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur, Materi Pendidikan dalam kitab
Dzurrat al-Nāșihin karya al-Khaubawī, (Tsamrah al-Fikri, vol. 11, 2007), h. 21
39
Dari ke tujuh puluh lima pembahasan, penulis mengambil salah satu topik
pembahasan yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn yaitu majlis ketiga tentang
keutamaan ilmu. Dalam pembahasan tersebut ada sebuah hadis Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radiallahu „anhu.
العاليست غفرلومنفمنسلكطري قاالالعلمسلكاهللبوطري قاالالن ةوإن الس ماواتومنفالرضحتاليتانفالبحرإنالعلماءورثةالنبياء.
“Barangsiapa yang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah
memberi jalan menuju surga untuk orang tersebut, sesungguhnya makhluk yang
ada di langit dan di bumi sampai ikan-ikan yang ada di lautan memintakan ampun
kepada Allah untuk orang alim, karena sesungguhnya orang alim itu merupakan
pewaris para nabi.”7
Masih dalam majlis keutamaan ilmu, Ibnu Abbās berkata bahwa derajat para
ulama ada di atas derajatnya orang-orang mukmin yakni tujuh ratus derajat dan
jarak antara dua derajatnya adalah lima ratus tahun. Dikatakan pula bahwa ilmu
itu lebih utama dari „amal dengan lima macam. Pertama; ilmu itu ada walaupun
tanpa di amalkan. Kedua; ilmu tanpa amal bisa bermanfaat sedangkan amal tanpa
ilmu tidak akan bermanfaat. Ketiga; mengamalkan ilmu itu wajib karena ilmu
akan menerangi kita seperti lampu. Keempat; ilmu adalah maqamnya para nabi,
dan kelima; ilmu adalah sifat Allah sedangkan amal adalah sifat hambanya,
karena itu sifat Allah lebih utama dari sifat hambanya.8
Sebuah hikayat yang menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW ketika
datang ke masjid, tiba-tiba ia melihat setan dekat pintu masjid. Nabi SAW
bertanya: “Wahai Iblis, apa yang sedang engkau lakukan disini?” setan menjawab:
“Saya bermaksud untuk masuk ke dalam masjid dan berniat untuk mengganggu
orang yang salat. Akan tetapi, saya takut dengan orang yang sedang tidur.” Nabi
7 „Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 14 8 „Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 15
40
SAW berkata: “Wahai Iblis, kenapa kamu tidak takut terhadap orang yang sedang
salat padahal ia sedang beribadah dan bermunajat kepada tuhannya, dan kenapa
kamu takut terhadap orang yang sedang tidur padahal ia sedang lupa kepada
tuhannya.” Setan berbicara: “orang yang sedang salat itu adalah orang bodoh
karena itu lebih gampang untuk mengganggunya, sedangkan orang yang sedang
tidur adalah orang alim. Apabila saya menyesatkan dan mengganggu orang yang
salat, maka saya takut orang alim tersebut bangun dari tidurnya. Nabi SAW
bersabda: “Tidurnya orang alim lebih baik daripada tidurnya orang bodoh.”9
9 „Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, (al-Haramain, 2005), h. 15
41
BAB IV
HADIS TENTANG DAJJAL DI KITAB DZURRAT AL-NĀṢIḪĪN DAN
KUALITAS SANADNYA
A. Teks Hadis dan Terjemahnya
Adapun redaksi hadis yang akan dijadikan sebagai obyek peneitian adalah
sebagai berikut:
Hadis pertama
ناالن بيعليوالص الةالس الموننن ت ذاكرف قالعليوعنحذي فةابنأسيدالغفارىقالأط لععلي
لهاعشرآيات,الص الةوالس المماتذاكرون؟ق لنانذاك ت رواق ب رالس اعةقالإن هالنت قومحت
اون زولفذاكرعليوالص الةوالس الم:الديخانوالد ج الوداب ةالرضوطلوعالش مسمنمغرب
جوجومأجوجوثالثةخسوفخسفبالمشرقوخسفبالمغربوخسفعيسىعليوالس المويأ
شرىم. بزي رةالعربوآخرذلكنارترجمناليمنتطردالن اسال1
“Dari Ḫudzaifah Ibn Asīd al-Ghifāri, ia berkata telah datang kepada kami
Nabi SAW dan kami sedang mengobrol. Nabi SAW bertanya: apa yang
sedang kalian ingat? Kami menjawab: kami sedang mengingat hari kiamat.
Nabi SAW bersabda: sesungguhnya kiamat tidak akan berdiri sampai
muncul sebelumnya sepuluh tanda-tanda, maka Nabi SAW menuturkan:
asap, Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari arah barat, turunnya
„Isa AS, munculnya Ya‟juj dan Ma‟juj, tiga gerhana, gerhana di Timur,
gerhana di Barat, gerhana di Jazirah Arab, dan terakhir keluarnya api dari
Yaman yang menggiring manusia ke tempat perkumpulan.”
1 „Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn (al-Haramain, 2005), h. 149.
42
Hadis kedua
اممنوي وماإياناواحتساباإست وجبعليورضوان مفمن اهللأالإن رجبشهراهللال
فو امي ومياليصفالوا نمنأىلالس ماءوالرضمالوعنداهللمنالكرامةالكبومن
ن ياوعذابالخرةوالن ونوالذموالب ر كلبالءالدي امثالثةأي امعوفمن نةومن صومنفت
عة امسب امثانيةأي امفتحتلوالد ج الومن عةأب وابجهن مومن أي امغلقتعنوسب
أعطاهإي اهو يسألمناهللشيئاإال امعشرةأي امل امخسةثانيةأب وابالن ةومن من
موبدلوبسيئاتوحسناتومنزادزاداهللأجره.عشرة 2ي وماغفراهللت عالذن وبومات قد
“Ketahuilah bahwa rajab itu adalah bulan Allah yang tuli. Maka
barangsiapa puasa satu hari di bulan rajab dengan penuh percaya dan ikhlas
maka pasti mendapat keridhoan yang besar dari Allah. Barangsiapa puasa
dua hari, maka para penghuni langit dan bumi tidak akan menilai dia tidak
memperoleh karomah/kemuliaan di sisi Allah. Barangsiapa puasa tiga hari
maka diselamatkan oleh Allah dari bahaya dunia dan dari siksaan akhirat
serta diselamatkan dari sakit gila, lepra, penyakit balak (penyakit putih-putih
yang menyebabkan gatal), dan diselamatkan dari fitnah Dajjal. Barangsiapa
puasa tujuh hari, ditutuplah baginya pintu jahannam. Barangsiapa puasa
delapan hari, maka dibukakan baginya pintu surga. Barangsiapa puasa
sepuluh hari, dia tidak akan minta sesuatu kepada Allah melainkan pasti dia
kabulkan. Barangsiapa puasa lima belas hari, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti semua kejahatannya dengan
kebaikan. Dan barangsiapa menambah puasanya maka Allah pun menambah
pahala puasanya.”
B. Takhrij Hadis
Dalam melakukan takhrij hadis, penulis menemukan hadis tentang Dajjal
di berbagai kitab hadis dan kitab mu‟jam yang dipakai untuk melacak hadis-hadis
tersebut menggunakan kitab al-Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadis al-Nabawī
karya AJ. Wensinck.
2 ‘Utsmān bin Aḫmad al-Syākir, Dzurrat al-Nāṣiḫīn (al-Haramain, 2005), h. 40.
43
a. Hadis pertama
Takhrij hadis pertama, penulis menelusuri kitab al-Mu‟jam Mufahras Li
Alfāẕ al-Hadis karya AJ. Wensinck. Dari hasil penelusuran di temukan kata
:dan berikut adalah data-data yang ditemukan penulisما,خسف
وثالثخسوفخسفباملغربوخسفباملشرقوخسف......
3 دمالحم,,مفنت,,,تفنت,,جوفنت,,حم,,,,
دمالحم بابأماراتالس اعة
د:ناأبوالحوصقالناف راتالقز ازعنعام دوىن اد,المعن,قالمسد ث نامسد رإبنواثلةحد
كن اق عودان تحد ثفظلغرفوقال ةلرسولىن ادعنأبالطيفيلعنحذي فةبنأسيدالغفاريقال
وات ناف قالرسولاهلللىاهللعليووسلم: لناهلللىاهللعليووسلمفذكرناالس اعةفارت فعتأ
لهاعشرآياتطلوعالش مسمنمغرباوخروج تكونق ب ابةتكونأولنت قومالس اعةحت الد
بالمغربوخروجيأجوجومأجوجوالد ج الوعيسىبنمريوالديخانوثالثخسوفخسف
وخسفبالمشرقوخسفبزي رةالعرب,وآخرذلكترجنارمناليمنعدنتسوقالن اسال
4المحشر.
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Hannād, al-Ma‟na,
Musaddad berkata: Telah mengabarkan kepada Kami Abu al-Aḫwaș, ia
berkata: Telah mengabarkan kepada kami Furat al-Qazzaz dari „Ămir Ibn
Watsilah dan berkata Hannād dari Ibnu al-Ṯufail dari Ḫudzaifah bin Asīd al-
3 Wensinck, al-Mu‟jam Mufahras Li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, (Leiden: Maktabah
Brill, 1936), juz II, h. 30. 4 Abu Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Sajastani, Sunan Abu Daud (Semarang: Thaha
Putera) Juz II, h. 323.
44
Ghifāri, ia berkata: kami sedang duduk bercerita di bawah naungan kamar
(ruangan) Rasulullah SAW kemudian kami ingat hari kiamat dan
meninggikan suara kami, kemudian Rasulullah SAW bersabda: tidak akan
ada atau tidak akan berdiri hari kiamat sampai ada sepuluh tanda-tanda
sebelum hari kiamat: terbitnya matahari dari arah magrib (barat), keluarnya
Dabbah (Binatang melata), keluarnya Ya‟juj dan Ma‟juj, munculnya Dajjal,
Turunnya „Isa bin Maryam, keluarnya asap, tiga gerhana; gerhana di Barat,
gerhana di Timur, dan gerhana di Jazirah Arab, dan terakhir keluarnya api
dari arah Yaman di kota „Adn yang menggiring manusia sampai ke tempat
perkumpulan.”
مفنت بابفالياتال تتكونق بلالس اعة
والل ف ربنحربوإسحقبنإب رىيموابنأبعمرالمكيي ث ناأب وخيثمة,زىي لزىظ_حد
نةعنف راتالقز ازعنأب ث نا(سفيانبنعي ي الطيفيلعن)قالإسحقأخب رناوقالالخران:حد
ناوننن تذاكر.ف قالماحذي فةبنأسيدالغفاريقالأط لعالن بيلىاهللعليووسلمعلي
لهاعشرآياتفذكرالدي خ انتذاكرون؟قالوانذكرالس اعة.قالإن هالنت قومحتت رونق ب
ابةوطلوعالش مسمنمغرباون زولعيسىابنمريو يأجوجومأجوجوثالثةخسوفوالد ج الوالد
دخسفبالمشرقوخسفبالمغربوخسفبزي رةالعربوآخرذلكنارترجمناليمنتطر
شرىم 5الن اسإل
“Bab Tanda-Tanda Sebelum Kiamat. Telah menceritakan kepada kami Abu
Khaitsamah, Zuhair bin Ḫarb, Isḫāq bin Ibrahīm dan Ibn „Umar al-Makki,
lafadznya dari Zuhair (Isḫāq berkata telah menceritakan kepada kami, dua
lainnya berkata telah menceritakan kepada kami) Sufyān bin „Uyainah dari
Furat al-Qazzaz dari Abi al-Ṯufail dari Ḫudzaifah bin Asīd al-Ghifāri, ia
berkata: bahwa Nabi SAW datang kepada kami dan kami sedang
mengingat-ingat hari kiamat. Nabi SAW bersabda: apa yang kalian ingat?.
Kami berkata: kami sedang mengingat kiamat. Nabi SAW bersabda:
sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi sampai datang sepuluh tanda
sebelum kiamat, maka ingat asap, Dajjal, binatang melata, terbit matahari
dari arah barat, turunnya „Isa bin Maryam, Ya‟juj dan Ma‟juj, tiga gerhana;
gerhana di Timur, gerhana di Barat, dan gerhana di Jazirah Arab dan
5 Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, (Dar al-Hadits), Juz IX, h. 254.
45
terakhir keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia sampai ke
tempat perkumpulan.”
تفنت بابماجاءفالسف
ث ناسفيانعنف راتالقز ازع ث ناعبدالر حنبنمهديحد ث ناي ندارحد نأبالطيفيلحد
نارسولاهلللىاهللعليووسلممنغرفةوننن تذاكر عنحذي فةبنأسيدقالأشرفعلي
ت رواعشرآياتطلوعالش مسمنالس اعةف قالالن بيلىاهللعليووسلمالت قومالس اعةحت
اب ةوثالثةخسوفخسفبالمشرقوخسفبالمغربوخسف بزي رةمغرباويأجوجومأجوجوالد
حيثباتواوتقيلمعهمالعربونارترجمنق عرعدنتسوقالن اساوتشرالن اسف تبيتمعهم
6حيثقالوا.
“Telah menceritakan kepada kami Yundar, Telah menceritakan kepada kami
„Abd al-Raḫmān bin Mahdī, Telah menceritakan kepada kami Sufyān dari
Furat al-Qazzaz dari Abu al-Ṯufail dari Ḫudzaifah bin Asīd, ia berkata
bahwa Rasulullah SAW muncul kepada kami dan kami sedang mengingat-
ingat tentang kiamat, maka Nabi SAW bersabda: tidak akan terjadi kiamat
sebelum kalian melihat sepuluh tanda-tanda: terbit matahari dari arah barat,
Ya‟juj dan Ma‟juj, binatang melata, tiga gerhana, gerhana di Timur, gerhana
di Barat, dan gerhana di Jazirah Arab, dan keluarnya api dari dasar kota
„Adn yang menggiring manusia atau mengumpulkannya kemudian mereka
menginap sekiranya mereka diam dan mereka berkumpul sekiranya mereka
berbicara.”
جوفنت باباليات
ث ناسفيانعنف راتالقز ازعنعامرب ث ناوكيعقالحد م دقالحد ث ناعليبن نواثلةأبحد
ط لعرسولاهلللىاهللعليووسلممنغرفةالطيفيلالكنانيعنحذي فةبنأسيدأبسريةقالأ
تكونعشرآياتطلوعالش مسمنمغرب اوننن تذاكرالس اعةف قالالت قومالس اعةحت
6 Imam Tirmidzi, al-Jami‟ al-Shahih, (Semarang: Thaha Putera), juz III, h. 323.
46
اب ةويأجوجومأجوجوخ روجعيسىبنمريعليوالس الموثالثخسوفوالد ج الوالديخانوالد
وقخسفبالمشرقوخسفبالمغربوخسفبزي رةالعربونارترجمنق عرعدنأب يتس
7وتقيلمعهمإذاقالوا.الن اسإلالمحشرتبيتمعهمإذاباتوا
“Telah menceritakan kepada kami „Alī bin Muḫammad, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Wakī‟, ia berkata: telah menceritakan kepada
kami Sufyān dari Furat al-Qazzaz dari „Ămir bin Watsilah, Abī al-Ṯufail al-
Kināni, dari Ḫudzaifah bin Asīd Abī Sarīḫah, ia berkata: Rasulullah SAW
datang dari ruangannya dan kami sedang mengingat hari kiamat, beliau
bersabda: tidak akan terjadi kiamat sampai datang kepadamu sepuluh tanda:
terbitnya matahari dari arah barat, Dajjal, Asap, binatang melata, Ya‟juj dan
Ma‟juj, keluarnya „Isa bin Maryam AS, tiga gerhana, gerhana di Timur,
gerhana di Barat, dan gerhana di Jazirah Arab, dan terakhir keluarnya api
dari sebelum giringnya manusia ke tempat perkumpulan.”
حم,
نةعنف راتعنأبالطيفيلعنحذي فةب ث ناسفيانبنعي ي أب ث ث ناعبداهللحد نأسيدحد
ناوننن تذاكرالس اعةفقالماتذكرونقالوانذكر الس اعةف قالأط لعالن بلىاهللعليووسلمعلي
اب ةوطلوعالش مسمنمغر ت رونعشرآياتالديخانوالد ج الوالد باون زولإن هالنت قومحت
فبالمغربوخسفعيسىبنمريويأجوجومأجوجوثالثخسوفخسفبالمشرقوخس
شرىم. بزي رةالعربوآخرذلكنارترجمنق بلتطردالن اسال8
“Telah menceritakan kepada kami „Abdullāh. Telah menceritakan kepadaku
Ayahku. Telah menceritakan kepadaku Sufyān bin „Uyainah dari Furat dari
Abī al-Ṯufail dari Ḫudzaifah bin Asīd, telah datang kepada kami Rasulullah
SAW dan kami sedang membicarakan tentang hari kiamat. Beliau bersabda:
hal apa yang sedang kalian bicarakan. Sahabat menjawab: kami sedang
mengingat kiamat. Beliau bersabda: sesungguhnya hari kiamat tidak akan
terjadi sampai datang sepuluh tanda-tanda: asap, Dajjal, binatang melata,
terbit matahari dari arah barat, turunnya „Isa bin Maryam, munculnya Ya‟juj
7 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Semarang: Thaha Putera), juz II h. 1347. 8Imam Ahmad bin Hanbali, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, juz IV, h. 6.
47
dan Ma‟juj, munculnya tiga gerhana, gerhana di Timur, gerhana di Barat,
gerhana di Jazirah Arab, dan terakhir keluarnya api dari sebelum
digiringnya manusia ke tempat perkumpulan.”
حم,
م دبنجعفرقالث ناشعبةعنف راتعنأبالطيف ث نا أب ث ث ناعبداهللحد يلعنأبحد
لاهللوسارني لعفرشأفالقثد حتن ننوةفرغلىاهللعليووسلمفاهلللوسرانكالقةيرس
اترآيشعنورت ت محوقت نةلاعالس ن إالةقاعلس وااالقنوركذاتمالقلىاهللعليووسلمف
عولطةواب الد الوج الد انوخالديوبرعالةري زجففسخوبرغمالبفسخوقرشمالبفسخ
بعشالقف اسالن حلرت ندعرعق نجمرارتنجووجأمجووجأياوبرغمنمسمالش توعة
ثد حةوبعشالاقوالقثيحمهعمليقتاوولزن ثيحمهعت ن زلمالسبوقحأو لجثريداالذب
أحدىذينالر جليالقلىاهللعليووسلمف بالن لي رف عوالةويرسبأنلعيفالطيبأنع
9.رحبالحت لقيهمفيررخالالقن زولعيسىبنمريو
“Telah menceritakan kepada kami „Abdullāh telah menceritakan kepadaku
ayahku, telah menceritakan kepada kami Muḫammad bin Ja‟far, ia berkata
telah menceritakan kepada kami Syu‟bah dari Furat dari Abī al-Ṯufail dari
Abī Sarīḫah, ia berkata bahwa Nabi SAW sedang berada di kamar dan kami
sedang mengobrol, Abī Sarīḫah berkata: maka Rasulullah SAW datang
kepada kami dan bertanya: hal apa yang sedang kalian bicarakan. Sahabat
menjawab: tentang hari kiamat. Nabi SAW bersabda: sesungguhnya kiamat
tidak akan terjadi sampai munculnya tanda-tanda: gerhana di timur, gerhana
di barat, gerhana di Jazirah Arab, asap, dajjal, binatang melata, terbit
matahari dari arah barat, munculnya Ya‟juj dan Ma‟juj, keluarnya api dari
dasar tanah „Adn yang membubarkan manusia. Syu‟bah berkata: aku telah
mendengar dan telah menghitungnya. Ia berkata: api diam bersama manusia
yang sekiranya mereka semua diam dan api juga tidur sekiranya manusia
tidur (mengikuti manusia). Syu‟bah berkata: dan telah menceritakan
kepadaku tentang hadis ini seorang laki-laki dari Abī al-Ṯufail dari Abī
Sarīḫah dan tidak melaporkan kepada Nabi SAW. telah berkata seseorang
9 Imam Ahmad bin Hanbali, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, juz IV, h. 7.
48
dari dua orang laki-laki: turunnya „Isa bin Maryam dan yang lainnya
berkata: angin telah menyampaikan kepada kaum di laut.”
حم,
ث ن ث ناعبدالر حنبنمهديث ناسفيانعنف راتعنأبالطيفيلعحد أب ث ناعبداهللحد
نارسولاهلللىاهللعليووسلممنغرفةوننن تذ كراحذي فةبنأسيدالغفاريقالأشرفعلي
اب ةالس اعةف قالالت قومالس اعةحتت رونعشرآياتطلوعالش مسمنمغرباوالديخانوالد
ربوخسفوخروجيأجوجومأجوجوخروجعيسىبنمريوالد ج الوثالثخسوفخسفبالمغ
همحيثبالمشرقوخسفبزي رةالعربونارترجمنق عرعدنتسوقأوتشرالن استبيتمع
10باتواوتقيلمعهمحيثقالوا.
“Telah menceritakan kepada kami Abdullāh telah menceritakan kepadaku
ayahku, telah menceritakan kepada kami „Abd al-Raḫmān bin al-Mahdī,
telah menceritakan kepadaku Sufyān dari Furat dari Abī al-Ṯufail dari
Ḫudzaifah bin Asīd al-Ghifāri, ia berkata: telah datang kepada kami
Rasulullah SAW dari kamar dan kami sedang mengingat hari kiamat. Beliau
bersabda: tidak akan terjadi hari kiamat sampai datang sepuluh tanda-tanda:
Terbit matahari dari Barat, Asap, binatang melata, keluarnya Ya‟juj dan
Ma‟juj, keluarnya „Isa bin Maryam, Dajjal, tiga gerhana, gerhana di Barat,
gerhana di Timur, gerhana di Jazirah Arab dan keluarnya api dari dasar
tanah „Adn yang menggiring atau mengumpulkan manusia yang berdiam
sekiranya mereka diam dan mereka tidur sekiranya mereka tidur.”
b. Hadis kedua
Pada hadis kedua, penulis meneliti di Maktabah Syamilah dan hadis
tersebut dan ditemukan pada kitab al-Mauḏu‟āt Li Ibn Jauzī karya „Abd al-
Raḫmān bin „Alī bin Muḫammad bin „Alī bin al-Jauzī dan kitab al-La Āli al-
10
Imam Ahmad bin Hanbali, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, juz IV, h. 7.
49
Maṣnū‟ah fī Aḫādīts al-Mauḏū‟ah karya Jalal al-Dīn al-Suyūṯī. Berikut ini adalah
hadisnya.
رونأن بأناع م دبنالسنابنخي م دبنعبدالباقيبناحدأن بأنا بدالقاسمعبدالر حنأن بأنا
ث ناأب وعمرأحدبنالعب اسالط بييبنعب يدالرفيأن بأناابوبكر م دبنالسنالن قاشحد
ث ناالعمشعنإب راىيمعنعلقمةعنأبس ث ناأب ومعاويةحد حد ث ناالكسائيي عيدالذريحد
الرسولاهلللىاهللعليووسلم:رجبشهراهللوشعبانشهريورمضانشهرأم تفمنقالق
اممنامرجبإياناواحتساباإست وجبرضواناهللالكبوأسكنوالفردوسالعلىومن
اممنرجبثالثةرجب ن ياومن كلضعفمثلجبالالدي ف لومنالجرضعفانووزن ي ومي
اممنرجبأرب عة رةذلكسنةومن الن ارخندقاطولمسي نووب ي ي امعوفمنأأي امجعلاهللب ي
نةالمسيحالد ج الومنعذابالقبومن اممنرجبالبالءمنالن ونوالذاموالب رصمنفت
لةالبدرو عةأي امفإن لهن مست ةأي امخرجمنق بهووجهوأضوأمنالقمرلي اممنرجبسب من
اممنرجبثانيةأ كلي ومبابامنأب واباومن عةأي امي غلقاهللعنوبصوم ي امفإن للجن ةسب
عةأي امخرجمنق بهثانيةأب وابي فتحاهلللوب اممنرجبسب كلي ومبابامنأب واباومن صوم
اممنرجبعشرةأي امج اهللواليردوجهودونالن ةومن علاهلللوعلىوىوي ناديالالواال
اممنرجبأحدعشري وما ي رىفالقيامةكلميلمنالصراطفراشايستيحعليوومن ل
اممث لوأوزادعليو من كغداءأفضلمنوإال اممنرجبإث نعشري وما ومن ساهاهللعز
اممنرج هاومن ن ياومافي رمنالدي بثالثةعشروجل ي ومالقيامةحل ت ي:الل ةالواحدةخي
اممنرجبفي وماي وضعلوي ومالقيامةمائدةفظلالعرشف يأكلوالن اس ةشديدة،ومن شد
50
عتوالخطرعل ىق لبأرب عةعشري وماأعطاهالل وت عالمنالث وابماالعيرأيتوالأذن
اممنرجبخسةعشري ومايقفوالل و 11ي ومالقيامةموقفالمنيبشر،ومن
“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abd al-Bāqī bin Aḫmad,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ḫasan Ibn Khairun, telah
mengabarkan kepada kami Abd al-Qāsim Abd al-Raḫman „Ubaid al-
Ḫurfiyy, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Ḫasan
al-Naqāsy. Telah menceritakan kepada kami Abu „Umar Aḫmad bin „Abbās
al-Ṯabarī, telah menceritakan kepada kami al-Kisā‟i, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu‟āwiyah, telah menceritakan kepada kami al-A‟masy
dari Ibrāhim dari „Alqamah dari Sa‟īd al-Khudri, ia berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda: Rajab adalah bulan Allah, Sya‟ban bulan saya,
dan Ramaḏan adalah bulan umatku. Barangsiapa puasa satu hari di bulan
rajab dengan penuh percaya dan ikhlas maka pasti mendapat keridhoan yang
besar dari Allah dan ditempatkan di surga Firdaus yang maha tinggi,
barangsiapa puasa dua hari bulan rajab maka Ia mendapat dua kali lipat
pahala dan setiap lipatannya sebanding dengan gunung di dunia.
Barangsiapa puasa tiga hari di bulan rajab maka Allah menjadikan antara
dirinya dan antara neraka seperti parit yang jaraknya seperti perjalanan
selama setahun. Barangsiapa puasa empat hari di bulan rajab maka
diselamatkan dari cobaan, penyakit gila, lepra, penyakit balak (penyakit
putih-putih yang menyebabkan gatal), dari fitnah dajjal dan siksa kubur.
Barangsiapa puasa enam hari di bulan rajab maka keluar dari kuburannya
dan wajahnya seperti bulan purnama. Barangsiapa puasa tujuh hari di bulan
rajab maka selama tujuh hari tersebut Allah mengunci neraka Jahannam dan
setiap sehari berpuasa Allah mengunci satu pintu neraka jahannam.
Barangsiapa puasa delapan hari di bulan rajab maka selama delapan hari
tersebut Allah membuka pintu surga dan setiap sehari berpuasa Allah
membuka satu pintu surga baginya. Barangsiapa puasa sembilan hari di
bulan rajab maka ia keluar dari kuburannya sambil menyeru lafaẕ Lā Ilāha
Ilallāh dan tidak dilarang untuk masuk surga. Barangsiapa puasa sepuluh
hari di bulan rajab maka Allah menjadikan perjalanan menuju ṣiraṯ di setiap
Milnya seperti memakai kasur untuk Ia bersenang-senang. Barangsiapa
puasa sebelas hari di bulan rajab maka Allah tidak akan memperlihatkan
waktu di hari kiamat yang lebih utama dari waktu itu kecuali seperti orang
yang berpuasa sebelas hari atau lebih. Barangsiapa puasa dua belas hari di
bulan rajab maka Allah „Azza wa Jalla memberi pakaian kepada orang
tersebut dengan dua perhiasan, salahsatu perhiasannya yaitu dunia dan
isinya. Barangsiapa puasa tiga belas hari di bulan rajab maka Allah
menyiapkan hidangan pada hari kiamat di bawah „Arasy dan ia
memakannya dan orang-orang berada dalam kepayahan. Barangsiapa puasa
empat belas hari di bulan rajab maka Allah memberi pahal yang tidak
terlihat oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas dalam
pikiran atau hati manusia. Barangsiapa puasa lima belas hari di bulan rajab
maka Allah menempatkan Ia di hari kiamat dengan tempat yang aman.”
11Ibn al-Jauzi, Al-Mauḏu‟āt Min Aḫādits al-Marfū‟āt, Maktabah Syamilah, Juz II, h. 205.
51
ونأنبأناأ م دبنعبدالباقيأن بأناأحدبنالسنبنخ بدالر حنبنعب يدبوالقاسمعأخب رنا
ث نافرال حد الط بي العب اس بن أحد عمر أبو ث نا حد النقاش السن بن م د بكر أبو أن بأنا
ث ناالعمشعنإب راىيمعن ث ناأبومعاويةحد مرفوعا:الكسائيحد علقمةعنأبسعيدالدري
امرجبإياناواحتسابا رجبشهرالل ووشعبانشهريورمضانشهرأم تفمن
اممن ف لومناست وجبرضوانالل والكب روأسكنوالفردوسالعلىومن رجبي ومي
نووب ي اممنرجبثالثةأي امجعلاهللب ي ن ياومن الجرضعفانوزنكلضعمنمثلجبالالدي
اممنرجبأرب عةأي امعو ةذلكسنة،ومن فمنالبالءومنالنونالن ارخندقاطولمس
اممنرجبست ةأي نةالمسيخالد ج الومنعذابالقبومن امخرجمنوالذاموالب رصومنفت
ام لةالبدرومن عةأب وابيغلقق بهووجهوأضوأمنالقمرلي عةأي امفإن لهن مسب منرجبسب
اممنرجبثانيةأي امفإن للجن ةثا كلي ومبابامنأب واباومن نيةأب وابي فتحالل وعنوبصوم
كلي وم اممنرجبتسعةأي امخرجمنق بهوىوي ناديالإلوإاللوبصوم بابامنأب واباومن
اممنرجبعشرةأي امجعلالل ولوعلىكلمي الصراطلمنالل وفالي رديوجهودونالن ةومن
ي رفالقيامةغداأفضلمنو اممنرجبأحدعشري ومال إالمنفراشايستيحعليوومن
كساهالل وت عالي عشري وما اممنرجباث الل ةاممث لوأوزادعليوومن ومالقيامةحل ت ي
اممنرجبثالثةعشري ومايوضعلوي ومالقي ن ياومافيهاومن رمنالدي امةمائدةالواحدةخي
ةشديدةومن اممنرجبأرب عةعشري وماأعطاهالل ومنفظلالعرشف يأكلوالن اسفشد
اممنرجبخسةعشر عتوالخطرعلىق لببشرومن الث وابماالعيرأتوالأذن
52
لكي ومايوقفوالل وي ومالقيامةموقفالمنيفال بوملكمقر بوالنبمرسلإالقالطو يري
12أنتمنالمني
“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abd al-Bāqī bin Aḫmad,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ḫasan Ibn Khairun, telah
mengabarkan kepada kami Abd al-Qāsim Abd al-Raḫman „Ubaid al-
Ḫurfiyy, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Ḫasan
al-Naqāsy. “Telah menceritakan kepada kami Abu „Umar Aḫmad bin
„Abbās al-Ṯabarī, telah menceritakan kepada kami al-Kisā‟i, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu‟āwiyah, telah menceritakan kepada
kami al-A‟masy dari Ibrāhim dari „Alqamah dari Sa‟īd al-Khudri, ia berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda: Rajab adalah bulan Allah, Sya‟ban bulan
saya, dan Ramaḏan adalah bulan umatku. Barangsiapa puasa satu hari di
bulan rajab dengan penuh percaya dan ikhlas maka pasti mendapat
keridhoan yang besar dari Allah dan ditempatkan di surga Firdaus yang
maha tinggi, barangsiapa puasa dua hari bulan rajab maka Ia mendapat dua
kali lipat pahala dan setiap lipatannya sebanding dengan gunung di dunia.
Barangsiapa puasa tiga hari di bulan rajab maka Allah menjadikan antara
dirinya dan antara neraka seperti parit yang jaraknya seperti perjalanan
selama setahun. Barangsiapa puasa empat hari di bulan rajab maka
diselamatkan dari cobaan, penyakit gila, lepra, penyakit balak (penyakit
putih-putih yang menyebabkan gatal), dari fitnah dajjal dan siksa kubur.
Barangsiapa puasa enam hari di bulan rajab maka keluar dari kuburannya
dan wajahnya seperti bulan purnama. Barangsiapa puasa tujuh hari di bulan
rajab maka selama tujuh hari tersebut Allah mengunci neraka Jahannam dan
setiap sehari berpuasa Allah mengunci satu pintu neraka jahannam.
Barangsiapa puasa delapan hari di bulan rajab maka selama delapan hari
tersebut Allah membuka pintu surga dan setiap sehari berpuasa Allah
membuka satu pintu surga baginya. Barangsiapa puasa sembilan hari di
bulan rajab maka ia keluar dari kuburannya sambil menyeru lafaẕ Lā Ilāha
Ilallāh dan tidak dilarang untuk masuk surga. Barangsiapa puasa sepuluh
hari di bulan rajab maka Allah menjadikan perjalanan menuju ṣiraṯ di setiap
Milnya seperti memakai kasur untuk Ia bersenang-senang. Barangsiapa
puasa sebelas hari di bulan rajab maka Allah tidak akan memperlihatkan
waktu di hari kiamat yang lebih utama dari waktu itu kecuali seperti orang
yang berpuasa sebelas hari atau lebih. Barangsiapa puasa dua belas hari di
bulan rajab maka Allah „Azza wa Jalla memberi pakaian kepada orang
tersebut dengan dua perhiasan, salahsatu perhiasannya yaitu dunia dan
isinya. Barangsiapa puasa tiga belas hari di bulan rajab maka Allah
12
Al-Suyūṯī, al-La „Āli al-Maṣnū‟ah fī Al-Ahadits al-Mausu‟ah, Maktabah Syamilah, juz
II, h. 97.
53
menyiapkan hidangan pada hari kiamat di bawah „Arasy dan ia
memakannya dan orang-orang berada dalam kepayahan. Barangsiapa puasa
empat belas hari di bulan rajab maka Allah memberi pahal yang tidak
terlihat oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas dalam
pikiran atau hati manusia. Barangsiapa puasa lima belas hari di bulan rajab
maka Allah menempatkan Ia di hari kiamat dengan tempat yang aman,
Maka tidak lewat ke tempat terdekat malaikat muqarrab dan nabi yang
diutus kecuali malaikat dan nabi berkata bahagia kamu termasuk orang yang
aman.”
Hasil dari beberapa hadis yang telah di takhrij diatas, terdapat beberapa
simbol atau lambang periwayatan yang berbeda antara satu dengan lainnya,
seperti اخب رنا(Ia telah mengabarkan kepada kami), ث نا Ia telah menceritakan)حد
kepada kami), ث .(Ia telah berkata)قال dan ,(Ia telah menceritakan kepadaku)حد
Lambang-lambang periwayatan merupakan cara penyampaian dan penerimaan
sebuah hadis yang dalam ilmu hadis disebut Taḫammul wa al-Adā‟ al-Hadis. Dari
masing-masing lambang periwayatan tersebut mempunyai arti dan kualitas yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Lambang ث نا merupakan lambang dalam Ṣighot al-Adā‟ (bahasaاخب رنا , حد
yang digunakan dalam menyampaikan riwayat hadis) masuk dalam kategori al-
Simā‟. Maksudnya adalah seorang perawi dalam penerimaan hadis dengan cara
mendengar langsung dari seorang guru. Hadis tersebut di diktekan oleh sang guru
kepada muridnya. Cara periwayatan seperti ini diputuskan oleh ulama sebagai
cara yang kualitasnya paling tinggi.13
Selain itu, terdapat juga beberapa kata yang
temasuk daalam kategori al-Simā‟ yaitu عت (Aku telah mendengar), عنا (Kami
13 Muhammad Ma‟sum Zain, Ulumul Hadits dan Mushtholah Hadits (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), h. 213.
54
telah mendengar), لذكر (Ia telah sebutkan kepadaku), أنا Ia telah sebutkan)ذكر
kepada kami), قالل (Dia telah berkata kepadaku), dan لنا Dia telah berkata) قال
kepada kami).14
Sedangkan lambang yang memakai huruf عنsebagian ulama menyatakan
bahwa sanadnya adalah terputus. Tetapi mayoritas ulama menilainya termasuk
dalam kategori al-Simā‟ selama dipenuhi beberapa syarat; pertama: Dalam mata
rantai sanadnya tidak terdapat penyembunyian informasi (tadlis) yang dilakukan
perawi. Kedua: Antara perawi dengan perawi terdekat dimungkinkan terjadi
pertemuan. Ketiga: Para perawi harus orang-orang terpercaya.15
C. I‟tibar dan Skema Sanad Hadis
Kata al-I‟tibār (عتبار .(إعتب ر) merupakan mașdar dari kata I‟tabaro (ال
Menurut bahasa, arti al-I‟tibār adalah peninjauan terhadap berbagai hal dengan
maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. Menurut istilah ilmu
hadis, al-I‟tibār berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis
tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang
periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan
dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian
sanad dari sanad hadis dimaksud.16
14 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: Diponegoro, 2007), h. 351. 15
Muhammad Ma‟sum Zain, Ulumul Hadits dan Mushtholah Hadits (Jombang: Darul
Hikmah, 2008), h. 218. 16 M. Sholahuddin, dkk. Cet I, Ulumul Hadis (Bandung: CV Pustaka Setya, 2009), h. 14.
55
Kata Sanad menurut bahasa adalah sandaran, atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadis bersandar kepadanya. Yang
berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti al-Isnad (menyandarkan,
mengembalikan ke asal, dan mengangkat), al-Musnid (hadis yang disandarkan
atau diisnadkan oleh seseorang), dan al-Musnad (nama bagi hadis marfu‟ dan
muttașil).17
Tujuan dilakukannya I‟tibār yaitu untuk meneliti sanad hadis dari segi ada
atau tidak adanya syahid18
dan muttabi‟19
nama-nama rawinya dan metode
penyampaian hadis dari tingkatan rawi yang lebih tinggi kepada tingkatan rawi
yang paling rendah, atau penyampaian hadis dari guru kepada murid.20
Berdasarkan takhrij hadis di atas, pada hadis pertama penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada periwayat yang berstatus syahid, karena hanya terdapat satu
jalur sahabat yaitu Ḫudzaifah, dari Ḫudzaifah terdapat satu jalur yaitu
melalui Abu Ṯufail atau „Ămir bin Watsilah. Dari „Ămir bin Watsilah
mempunyai satu jalur periwayat juga yaitu Furat al-Qazzaz seorang
tabi‟in yang tsiqoh. Hadis ini diriwayatkan oleh beberapa mukharij
yaitu Imam Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam
Aḫmad bin Ḫanbal. Dengan demikian hadis ini termasuk hadis sahih
17 Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 45. 18 Syahid adalah hadis yang rawinya diikuti oleh perawi lain yang menerima dari sahabat
lain dengan matan yang menyerupai hadis dalam lafaẕ dan maknanya atau dalam maknanya saja. 19 Muttabi‟ adalah hadis yang perawinya diikuti perawi lain yang pantas mentakhrijkan
hadisnya. Jelasnya, orang lain itu meriwayatkan hadis tersebut dari guru perawi pertama atau dari
gurunya lagi. 20 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
h. 51.
56
karena semua periwayat hadis tidak ada yang di nilai ḏa‟if oleh para
ulama.
2. Dari jalur Furat al-Qazzaz bercabang menjadi empat jalur, yaitu
melalui Sufyān bin Sa‟id, Abu al-Aḫwaș, Sufyān bin „Uyainah, dan
Syu‟bah bin al-Ḫajjaj sebagai muttabi‟nya. Dari Sufyān bin Sa‟id
bercabang menjadi dua yaitu melalui „Abd al-Raḫmān bin al-Mahdī
dan Wakī‟. Pada jalur „Abd al-Raḫmān bin al-Mahdī berakhir pada
mukharij al-Tirmīdzī dan Imam Aḫmad bin Ḫanbal, sedangkan pada
jalur Wakī‟ berakhir pada mukharij Ibnu Majah.
3. Dari jalur Abu al-Aḫwaș bercabang menjadi dua jalur yaitu melalui
Musaddad dan Hannad dan berakhir pada mukharij Abu Daud.
4. Dari jalur Sufyān bin „Uyainah bercabang menjadi tiga jalur yaitu
melalui Muḫammad bin Yaḫya, Zuhair bin Ḫarb, dan Ishāq bin
Ibrāhim yang berakhir pada mukharij Imam Muslim, sedangkan pada
jalur Sufyan bin „Uyainah sendiri ada satu jalur yang langsung sampai
kepada mukharij yaitu Imam Aḫmad bin Ḫanbal. Dan pada jalur
Syu‟bah bin al-Ḫajjaj hanya ada satu jalur yaitu melalui Muḫammad
bin Ja‟far yang langsung sampai pada mukharij Imam Aḫmad bin
Ḫanbal.
Pada hadis kedua ini, terdapat satu jalur periwayat hadis dari periwayat
pertama yaitu sahabat Nabi SAW sampai kepada Mukharij. Di mulai dari
periwayat pertama yaitu Abī Sa‟īd al-Khudrī, kemudian periwayat kedua yaitu
„Alqamah. Tetapi sanadnya tidak berlangsung karena tidak ada pertemuan antara
Abī Sa‟īd al-Khudrī dengan „Alqamah. Dari „Alqamah mempunyai satu jalur
periwayat yaitu Ibrāhim al-Nakha‟ī, dari Ibrāhim al-Nakha‟ī sampai kepada
57
periwayat terakhir mempunyai satu jalur saja yaitu Sulaimān al-A‟masy, Abū
Mu‟āwiyah, al-Kisā‟ī, Abū „Umar, Abū Bakar, Abū al-Qāsim, Aḫmad bin al-
Ḫasan, dan Muhammad bin „Abd al-Bāqī. Dari Muhammad bin „Abd al-Bāqī
terdapat dua jalur Mukharij yaitu Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī dan Ibnu al-Jauzī.
Skema Sanad Hadis
Hadis Pertama
Rasulullah
Hudzaifah
Abu Ṯufail
Furat
Sufyan b Sa‟id Abu al-Ahwaș Sufyan b uyainah Syu‟bah
Ibn al-Mahdi Waki‟ Musaddad Hannad Ibn Ja‟far
Yundar Ali Zuhair Ibn Yahya Ishaq
Tirmidzi Ibnu Majah Abu Daud Muslim Ahmad bin Hanbal
58
Hadis Kedua
Rasulullah SAW
Abū Sa‟īd al-Khudrī
„Alqamah
Ibrāhīm
Al-A‟masy
Abū Mu‟āwiyah
Al-Kisā‟ī
Abū „Umar
Abū Bakar
Abū al Qāsim
Aḫmad bin Ḫasan
Muhammad bin „Abd al-Bāqī
Al-Suyūṯī Ibnu al-Jauzī
D. Kritik Kualitas Periwayat Hadis
Dari penelitian takhrij hadis yang telah dilakukan, penulis meneliti kualitas
sanad hadis yaitu sebagai berikut:
1. Hadis Pertama
Dalam penelitian hadis ini penulis menemukan lima mukharij, di antaranya
adalah Muslim, Abū Daud, Ibnu Mājah, al-Tirmidzī, dan Aḫmad bin Ḫanbal.
Dalam hal ini penulis akan mengambil hadis yang dikeluarkan oleh Imam Muslim
yang akan di mulai dari periwayat pertama yaitu Ḫudzaifah. Ḫudzaifah adalah
59
sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengikuti perang Hudaibiyah bersama
Rasulullah SAW.21
Oleh karena itu, pernyataan bahwa dirinya telah menerima
hadis dari Nabi Muhammad SAW dapat dipercaya. Dengan demikian bahwa
rangkaian sanad antara Ḫudzaifah dan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan
bersambung. Di antara guru-guru Ḫudzaifah adalah Rasulullah SAW, „Alī bin Abi
Ṯālib, Abū Bakar al-Ṣidīq, dan Abī Dzar al-Ghifāri. Sedangkan diantara murid-
muridnya adalah Ḫabib bin Ḫimāz, Rabī‟ bin „Umailah, „Āmir bin Syaraḫil, Abū
Ṯufail, Ma‟bad bin Khālid, Hilal bin Abī Huṣain, dan Abu Ḫudzaifah al-Anṣāri.22
Dengan demikian ada pertemuan antara Ḫudzaifah dengan Abū Ṯufail dan
sanadnya Muttaṣil (bersambung).
Periwayat selanjutnya adalah Abū Ṯufail, beliau adalah sahabat Nabi SAW
yang lahir pada tahun perang uḫud dan wafat paling akhir yaitu setelah hijrah
Nabi SAW. Abū Ṯufail adalah seorang yang tsiqoh, ṣoduq, „alim, dan suka
bersyair. Al-Bukhāri mengatakan bahwa Abū Ṯufail tinggal di mekah selama 107
tahun.23
Di antara guru-guru Abū Ṯufail adalah Nabi Muhammad SAW,
Ḫudzaifah bin Asīd, Ḫudzaifah bin Yamān, „Abdullāh bin Mas‟ūd, Salmān al-
Fārisi, Mu‟ādz bin Jabal, „Abdullāh bin „Abbās dan masih banyak lagi. Sedangkan
murid beliau antara lain adalah „Abdullāh bin „Utsmān, „Amr bin Dīnār, „Alī bin
Zaid, Furat al-Qazzaz, Qatādah, Muḫammad bin muslim bin Syihāb al-Zuhri,
Mahdi bin „Imrān dan masih banyak lagi yang lainnya.24
Ada pertemuan antara
Abū Ṯufail dan Furat al-Qazzaz dan sanadnya Muttaṣil.
21 Al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fī Asmā‟ al-Rijāl, juz V, h. 493. 22
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl, juz V, h. 494. 23 Al-Dzahabi, Siyar a‟lam al-Nubala, (Mu‟assasah al-Risalah), juz III, h. 470. 24
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl, juz XIV, h. 80.
60
Kemudian periwayat selanjutnya adalah Furat al-Qazzaz. Isḫāq bin Manṣur
dari Yaḫya bin Mā‟in dan Abū „Abd al-Raḫmān al-Nasā‟i mengatakan bahwa
Furat termasuk orang yang tsiqoh. Abu Ḫātim mengatakan Ṣolih al-Hadis. Di
antara guru-guru Furat adalah Ḫasan al-Baṣri, Sa‟id bin Jubair, Abī Ṯufail, Abī
Ma‟bad Maulā Ibnu „Abbās, dan yang lainnya. Sedangkan muridnya adalah Israil
bin Yūnus, Sufyān al-Tsaurī, Sufyān bin ‘Uyainah, Abū al-Aḫwaṣ, Syarik bin
„Abdullāh, Syu‟bah Ibn al-Ḫajjaj, dan lainnya.25
Ada pertemuan antara Furat al-
Qazzaz dan Abū al-Aḫwaṣ dan sanadnya muttaṣil.
Furat al-Qazzaz menyampaikan hadis kepada Sufyān bin „Uyainah. Sufyān
adalah seorang Imam, hafiz, dan Syaikh al-Islam. Aḫmad bin „Abdullāh
mengatakan bahwa Sufyān bin „Uyainah tsabat fi al-Hadis. Guru-guru Sufyān di
antaranya adalah al-Aswad bin Qais, Ibnu Syihāb al-Zuhri, Hisyām bin Urwah,
Ibn „Ajlān, Sulaimān al-A‟masy, Abī Ḫāzim, Furat al-Qazzaz26
. Sedangkan
muridnya adalah „Abd al-Raḫmān bin al-Mahdi, Ḫammām bin Yaḫya, Sa‟id bin
Manṣur, Abū Kuraib, Zuhair bin Ḫarb, „Alī bin Ḫarb, Muḫammad bin al-
Mutsannā dan masih banyak lagi yang lainnya.27
Dengan demikian, sanadnya
bersambung karena Sufyān bin „Uyainah bertemu dengan gurunya yaitu Furat al-
Qazzaz dan muridnya Zuhair bin Harb.
Periwayat selanjutnya yaitu Zuhair bin Harb, ia adalah seorang hafiz
hujjah. Abū Ḫātim mengatakan bahwa Zuhair termasuk ṣoduq. Al-Nasā‟i
berkomentar bahwa Zuhair termasuk tsiqoh ma‟mun. Sedangkan Abū Bakar bin
al-Khatib berpendapat Zuhair termasuk tsiqoh tsabat hafiz mutqin.28
Di antara
25
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl, juz XXIII, h. 151. 26
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl, juz XI, h. 181. 27
Al-Dzahabi, Siyar A‟lam al-Nubala, juz VIII, h. 456. 28
Al-Dzahabi, Siyar A‟lam al-Nubala, juz XI, h. 490.
61
gurunya adalah Isḫāq bin „Isa, Ismā‟il bin „Ulayyah, Ḫabban bin Hilāl, Sufyān
bin‘Uyainah, Abī „Āṣim, „Abdullāh bin Idris, „Abdullāh bin Numair, „Abdah bin
Sulaimān dan masih banyak lagi. Sedangkan di antara muridnya adalah al-
Bukhāri, Muslim, Abū Daud, Ibnu Mājah, Abi Usamah, Abu Hatim, Ja‟far bin
Abi Utsman, Abū Zur‟ah, dan yang lainnya.29
Periwayat terakhir dalam rentetan sanad ini bernama Muslim. Dia
menerima periwayatan langsung dari Zuhair bin Ḫarb. Pernyataannya bahwa dia
menerima langsung dari Zuhair dapat diterima, karena para kritikus hadis
memberikan predikat baik kepada Muslim. Seperti Ibn Taimiyah mengatakan
“Diatas bumi ini, tidak ada kitab yang lebih sahih dibanding sahih al-Bukhāri dan
sahih Muslim setelah al-Qur‟ān.”30
Ibnu Abī Ḫātim juga mengatakan “Saya
menulis hadis darinya di Ray dan dia merupakan orang yang tsiqoh dari kalangan
ḫuffāẕ, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadis. Ketika
ayahku ditanya tentang dia, maka dia menjawab (muslim) ṣoduq.31
Maka dengan
ini tidaklah menimbulkan keraguan terhadap dirinya selaku periwayat terpercaya.
Jadi periwayatan ini dapat dinyatakan sebagai riwayat bersambung. Jadi hadis
tentang sepuluh tanda kiamat dari jalur Muslim dinyatakan sahih karena semua
rangkaian sanadnya bersambung.
Adapun periwayat lain dari jalur yang berbeda merupakan I‟tibar sanad
yang akan menguatkan hadis yang di takhrij. Di antara jalur yang berbeda tersebut
antara lain yaitu: Dari jalur Abū Daud setelah periwayat Furrat al-Qazzaz yaitu
Abū al-Aḫwaṣ, Musaddad dan Hannād. Dari jalur al-Tirmidzī setelah Furrat yaitu
29
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl, juz IX, h. 404. 30 Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul Hadis: Ulumuhu wa musṯalaḫuhu (Beirut: Dar al-
Fikr, 1989), h. 317. 31 Agus Ma‟mum, Suharlan (dkk). Syaraḫ Sahih Muslim Imam al-Nawāwi (Jakarta:
Darussunnah, 2009), cet. I, h. 26.
62
Sufyān bin Sa‟īd, „Abd al-Raḫmān bin al-Mahdi, dan Yundar. Kemudian dari
jalur Ibnu Majah setelah Furrat yaitu Sufyān bin Sa‟īd, Wakī‟ dan „Alī.
Sedangkan dari jalur Aḫmad bin Ḫanbal yaitu Syu‟bah dan Ibn Ja‟far setelah
periwayat Furrat al-Qazzzaz.
Pendapat para ulama tentang semua periwayat yang menguatkan di atas
kebanyakan yang menilai tsiqoh dan di lihat dari rangkaian sanad secara
keseluruhan semuanya bersambung, maka dari itu hadis tersebut dinyatakan sahih.
2. Hadis Kedua
Pada hadis kedua ini penulis hanya menemukan dua hadis, yang mana
sanad hadisnya sama hanya saja yang membedakan adalah kitab rujukan hadis
tersebut. Kitab pertama yang memuat hadis tersebut adalah al-Mauḏū‟āt Li Ibn al-
Jauzī karya Ibnu al-Jauzī dan kitab keduanya adalah al-La „Āli al-Maṣnū‟ah fī al-
Ahādīs al-Mausū‟āh karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī. Berikut adalah hasil takhrijnya:
Dalam penelitian hadis ini, penulis memulainya dengan hadis yang ada
dalam kitab al-La „Āli al-Maṣnū‟ah fī Al-Ahadits al-Mausu‟ah karya Imam Jalāl al-
Dīn al-Suyūṯī. Periwayat pertama dari hadis tersebutadalah dari Abū Sa‟īd al-
Khudrī. Nama lengkapnya adalah Sa‟ad bin Mālik bin Sinān bin „Ubaid bin
Tsa‟labah bin „Ubaid bin al-Abjar, ia adalah Khudrah bin „Auf bin al-Ḫārits bin
al-Khazraj al-Anṣarī. Ia merupakan ṯabaqat Sahabat yang menerima langsung
hadisnya dari Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang
tahun wafatnya, Al-„Askarī berpendapat bahwaAbī Sa‟īd al-Khudrī wafat pada
tahun 65 H, Abu Ḫasan al-Madāini mengatakan wafat tahun 63 H, sedangkan al-
63
Wāqidī, Yaḫyā bin Bukair, Ibn Numair dan yang lainnya menyebutkan Abī Sa‟īd
al-Khudrī wafat pada tahun 74 H di Madinah.32
Muhammad bin Sa‟ad berkata dalam kitab Tahdzib al-Kamāl karya al-
Mizzi, sebagian orang menduga bahwa Khudrah adalah Umm al-Abjar ibunya
Unaisah binti Abi Ḫāritsah dari Bani „Adi bin al-Najar, Ia mengikuti peperangan
bersama Rasulullah SAW sebanyak 12 kali peperangan. Abī Ḫanẕalah bin Abī
Sufyān berkata dari gurunya bahwa tidak ada seorang pun dari sahabat Nabi
Muhammad SAW yang meriwayatkan hadis yang lebih paham selain Abī Sa‟īd
al-Khudriy dan dalam riwayat lain a‟lamu. Namun tidak ditemukan nama
„Alqomah sebagai muridnya Abī Sa‟īd al-Khudrī jadi sanadnya tidak bersambung.
Periwayat kedua adalah „Alqomah. Nama lengkapnya adalah „Alqamah
bin Qais bin „Abdullāh bin Mālik bin „Alqamah bin Salaman bin Kahl al-Nakha‟ī,
pamannya al-Aswād bin Yazīd „Abd al-Raḫmān bin Yazīd serta pelayannya
Ibrāhīm al-Nakha‟ī. Ia lahir pada saat Nabi Muhammad SAW masih hidup.
Mughirāh bin Ibrāhīm berkata: gelar „Alqamah adalah „Abdullāh „Alqamah Abā
Syibil. Abū Ṯālib berpendapat bahwa „Alqamah termasuk orang yang tsiqoh,
begitupun Isḫāq bin Manṣūr dari Yaḫyā bin Ma‟īn menilainya tsiqoh. „Alī ibn al-
Madīnī berpendapat bahwa tidak ada satupun dari sahabat Nabi Muhammad SAW
yang menjaga Nabi SAW dengan ucapan Nabi SAW tentang ilmu fiqih keculi tiga
sahabat yaitu Zaid bin tsābit, „Abdullāh bin Mas‟ūd, Ibnu „Abbās, dan orang-
orang lebih mengetahui „Abdullāh „Alqamah, al-Aswad, „Ubaidah, al-Ḫārits.
Manṣūr berkata dari Ibrāhīm bahwa keadaan sahabat „Abdullāh yang
membacakan al-Qur‟ān kepada manusia, mengajarkan sunnah yang menimbulkan
pendapat dari orang-orang, enam diantaranya adalah „Alqamah, al-Aswad,
32
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah
64
Masrūq, „Ubaidah, Abū Maisarah Amr bin Syaraḫbīl, al-Ḫārits bin Qais. Al-
Haitsam bin „Adī berkata dari Majālid dari al-Sya‟bī: ada ulama fiqih setelah
sahabat Rasulullāh SAW di Kufah dari sahabat „Abdullāh bin Mas‟ūd yaitu
„Alqamah, „Ubaidah, Syuraih, dan Masrūq. Quraisy bin Anas berkata dari Ibn
„Aun dari Ibn Sīrīn bahwa sahabat „Abdullāh bin Mas‟ūd ada lima yang
semuanya mencela „Abdullāh bin Mas‟ūd yaitu „Ubaidah al-Salmānī menyebut
buta sebelah matanya, Masruq bin al-Ajdā‟ menyebutnya bongkok, „Alqamah bin
Qais menyebutnya pincang, Syuraih menyebutnya tidak lengkap giginya, dan al-
Ḫārits menyebutnya buta sebelah matanya. Abū Isḫāq berkata dari „Abd al-
Raḫmān bin Yazīd bahwa tidak ada yang membaca sesuatu atau mengajarkannya
kecuali „Alqamah yang membaca atau mengajarkannya. Ismā‟īl bin Abī khālid
berkata dari al-Sya‟bī jika ada keluarga yang membuat kebohongan tentang surga
maka mereka dari keluarga „Alqamah dan al-Aswad. „Alqamah meninggal di
Kufah pada tahun 62 H. Guru-gurunya adalah Ḫudzaifah al-Yamāni, Khālid bin
al-Wālid, Sa‟d bin Abī Waqāṣ, Salman al-Fārisī dan yang lainnya, tetapi tidak ada
nama Abī Sa‟īd al-Khudrī pada deretan guru-gurunya. Sedangkan muri-muridnya
adalah Ibrāhīm bin Suwaid al-Nakha‟ī, Ibrāhīm bin Yazīd al-Nakha‟ī, „Āmir al-
Sya‟bī, Abū Ma‟mar, Muhammad bin Sīrīn dan yang lainnya.33
„Alqamah mengeluarkan hadis kepada Ibrāhīm al-Nakha‟ī. Nama
lengkapnya adalah Ibrāhīm bin Yazīd bin Qais bin al-Aswad bin „Amr bin
Rabī‟ah bin Dzahl Ibn Rabī‟ah bin Dzahl bin Sa‟d bin Mālik bin al-Nakha‟ al-
Nakha‟ī Abū „Imrān al-Kūfī, orang yang faham ilmu fiqih di negara Kufah,
ibunya bernama Mulaikah binti Yazīd yang merupakan saudara al-Aswad bin
Yazīd dan „Abd al-Raḫmān bin Yazīd. Usamah berkata dari al-A‟masy bahwa
33
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah
65
Ibrāhīm adalah orang yang memotong hadis. Jarir bin „Abd al-Ḫamīd berkata dari
Ismā‟īl bin Abī Khālid bahwa al-Sya‟bī, Ibrāhīm, Abū al-Ḏuḫā, mereka
berkumpul di masjid membicarakan hadis, apabila datang sesuatu kepada mereka
dalam pembicaraan itu mereka melemparkan kepada Ibrāhīm dengan penglihatan
mereka. Al-Bukhāri berkata dari Ḫasan bin Wāqi‟ dari Ḏamrah bahwa Sa‟īd al-
Musayyab, Ibn Muḫairīz, dan Ibrāhīm al-Nakha‟ī meninggal pada masa
pemerintahan al-Wālid bin „Abd al-Mulk. Abū Nu‟aim menambahkan Ibrāhīm
meninggal pada tahun 96 H. Aḫmad berkata dari Ḫammād bin Khālid dari
Syu‟bah: al-Nakha‟ī tidak mendengar dari Abī „Abdullāh al-Jadalī hadis
Khuzaimah Ibn Tsābit tentang berbohong. Diantara guru-guru Ibrāhīm al-Nakha‟ī
adalah al-Aswad bin Yazīd, Khaitsamah bin „Abd al-Raḫmān, Abī Ma‟mar, „Abd
al-Raḫmān bin Yazīd, „Alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajdā‟, Hamām bin al-
Ḫārits, dan yang lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah Ḫakam bin „Utaibah,
Ḫakīm bin Jubair, Ḫammād bin Abī Sulaimān, Sulaimān al-A‟masy, „Abdullāh
bin „Aun, „Aṯā bin al-Sāib, dan yang lainnya.34
Periwayat selanjutnya yaitu al-A‟masy. Nama lengkapnya adalah
Sulaimān bin Mihrān al-Asādī Abū Muhammad al-Kūfī al-A‟masy, lahir pada
tahun 61 H dan wafat tahun 147 H berasal dari Tabaristan. Al-Bukhārī berkata
dari „Alī ibn al-Madīnī bahwa jumlah hadisnya ada 1.103 hadis. Yaḫyā bin Ma‟īn
berkata semua hadis yang diriwayatkan al-A‟masy dari Anas termasuk hadis
Mursal. Enam orang yang menjaga ilmu dari umat Nabi Muhammad SAW adalah
„Amr bin Dinār dari Makkah, Ibnu Syihāb al-Zuhrī dari Madīnah, Abū Isḫāq dan
Sulaimān al-A‟masy dari Kufah, Yaḫyā bin Abī Katsīr dan Qatādah dari Baṣrah.
„Abbās al-Daurī berkata dari Sahl bin Ḫalīmah: Aku mendengar Ibnu „Uyainah
34
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah
66
berkata al-A‟masy mendahului sahabatnya dalam empat kebiasaan; yang paling
pandai membaca al-Qur‟an, yang paling banyak menghafal hadis, yang paling
mengerti ilmu Faraiḏ, dan mengingat kebiasaan lainnya. Aḫmad bin Ḫanbal
berkata Abū Isḫāq dan al-A‟masy adalah seorang lelaki dari negara Kufah. Qāsim
bin „Abd al-Raḫman memberikan kesaksian kepada al-A‟masy bahwa Syeikh (al-
A‟masy) ini paling banyak mengetahui tentang Abdullāh bin Mas‟ūd. Yaḫyā al-
Qaṯṯan berpendapat bahwa al-A‟masy adalah orang yang pandai tentang Islam.
Aḫmad bin Abdullāh menilainya tsiqoh tsabat. Yaḫya bin Ma‟īn menilainya
tsiqoh, al-Nasā‟ī menilainya tsiqoh tsabat. Abū Daūd al-Khuraijī berkata ketika al-
A‟masy meninggal di hari wafatnya, tak ada seorang pun pengganti ibadah yang
lebih baik darinya. Berkenaan dengan ibadahnya, Wakī‟ bin al-Jarrāh
menggambarkan hampir 70 tahun al-A‟masy tidak pernah ketinggalan dalam
Takbīrah al-Ihrām dalam salat berjamaah dan aku (Wakī‟) mengikutinya selama
dua tahun, dia tidak pernah ketinggalan meskipun satu rakaat pun.35
Diantara guru-guru al-A‟masy adalah Ibrāhīm al-Taimī, Ibrāhīm al-
Nakha‟ī, Ismā‟īl bin Abī Khālid, Anas bin Mālik, Sālim bin Abī al-Ja‟d, Sa‟īd bin
Jubair, Abī Ḫāzim, Sulaimān bin Maisarah, „Aṯā bin al-Sāib, dan yang lainnya.
Sedangkan murid-muridnya diantaranya adalah Jarīr bin Ḫāzim, Ḫasan bin „Iyāsy,
Ḫammād bin Usāmah, Zuhair bin Mu‟āwiyah, Sufyān bin „Uyainah, Sufyān al-
Tsaurī, Sulaimān al-Taimī, Syu‟bah bin al-Ḫajjāj, „Abdullāh bin Basyar,
„Abdullāh bin al-Mubārak, „Abdullāh bin Numair, „Aṯā bin Muslim, „Alī bin
Mushir, Qatādah, Abū Mu‟āwiyah dan yang lainnya. Sanadnya bersambung
kepada Abū Mu‟āwiyah.
35
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah
67
Al-A‟masy mengeluarkan hadis kepada Abū Mu‟āwiyah. Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Khāzim al-Tamīmī al-Sa‟dī, Abū Mu‟āwiyah
al-Ḏarīr al-Kūfī, Maula Banī Sa‟ad bin Zaid bin Tamīm. Penilain ulama terhadap
Abū Mu‟āwiyah adalah: „Abdullāh bin Aḫmad bin Ḫanbal berkata bahwa ia
mendengar Ayahnya yang mengatakan hadis Abū Mu‟āwiyah al-Ḏarīr termasuk
Muḏṯarib kecuali hadis dari al-A‟masy, dia tidak bisa menjaganya dengan
pemeliharaan yang baik. „Abdullāh juga mengatakan ia mendengar dari Ayahnya
bahwa Abū Mu‟āwiyah sungguh hafal al-Qur‟ān. Mu‟āwiyāh bin Ṣālih bertanya
kepada Yaḫyā bin Ma‟īn “siapa orang yang termasuk tsabat pada sahabat al-
A‟masy?” Yaḫyā bin Ma‟īn menjawab: “Setelah Sufyān dan Syu‟bah ada Abū
Mu‟āwiyah al-Ḏarīr. „Alī ibn al-Madīnī mengatakan bahwa kami menulis dari
Abū Mu‟āwiyah dari al-A‟masy sebanyak 1.105 hadis dan dari Jarīr sebanyak
1.200 hadis dari al-A‟masy. Abū Zur‟ah al-Dimasyqī mendengar dari Abū Nu‟aim
bahwa Abū Mu‟āwiyah tinggal bersama al-A‟masy selama sepuluh tahun. Al-
„Ajalī dan al-Nasā‟ī menilai Abū Mu‟āwiyah termasuk tsiqoh. Ibnu Khirāsy
menilainya ṣoduq, dari al-A‟masy tsiqoh dan dari selainnya Muḏṯarib. Ibnu
Ḫibbān menuturkan dalam kitab al-Tsiqāt Abū Mu‟āwiyah termasuk hafiẕ mutqin
tapi juga dia buruk. Yaḫyā bin Ma‟īn dan yang lainnya mengatakan bahwa Abū
Mu‟āwiyah lahir pada tahun 113 H dan wafat pada tahun 194 H. Diantara guru-
gurunya adalah Ismā‟īl bin Abī Khālid, Ḫāritsah bin Abī al-Rijāl, Ḫasan bin
„Amr, Sulaimān al-A‟masy, Syu‟bah bin al-Ḫajjāj, „Abd al-Raḫmān bin Isḫāq,
„Umar bin Rāsyid, „Amr bin Maimūn, Laits bin Abī Sulaim, Hisyām bin Ḫassān,
dan yang lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah Aḫmad bin Ḫanbal, Asad
bin Mūsā, Ḫasan bin Ḫammād, Daūd bin Sulaimān, Sa‟īd bin Manṣur, Ṣalih bin
68
„Abdullāh, dan masih banyak lagi.36
Tetapi nama periwayat al-Kisā‟ī tidak
ditemukan di kumpulan murid Abū Mu‟āwiyah.
Periwayat selanjutnya adalah al-Kisā‟ī. Nama lengkapnya adalah Ḫafṣ bin
„Umar bin „Abd al-„Azīz bin Ṣuhaib al-Kisā‟ī, ada juga yang mengatakan Ibnu
Ṣibhān al-Azdī, Abū „Umar al-Daurī al-Ḏarīr al-Aṣghar. Ia termasuk ṯabaqat ke
sepuluh, lahir pada tahun 150 H dan meninggal tahun 246 H. Penilaian ulama
tentang Al-Kisā‟ī diantaranya adalah: Abū Ḫātim menilainya ṣoduq. Abū Daūd
berkata bahwa ia melihat Aḫmad bin Ḫanbal menulis kitab dari Abī „Umar al-
Daurī. Abū Bakar al-Khaṯīb berkata bahwa ia membaca al-Qur‟ān kepada para
pembesar dan mereka adalah Ismā‟īl bin Ja‟far al-Madani, Syujā‟ bin Abī Naṣr al-
Khurāsānī, Sulaim bin „Īsā, „Alī bin Ḫamzah al-Kisā‟ī dan mereka berpihak pada
al-Kisā‟ī untuk membaca al-Qur‟ān dengan bacaannya dan menjadi terkenal. Abū
al-Qāsim al-Baghawī mengatakan al-Kisā‟ī wafat pada bulan Syawal tahun 246 H,
sedangkan Abū Ḫātim bin Ḫibbān mengatakan al-Kisā‟ī wafat pada tahun 248 H.
Guru-guru al-Kisā‟ī diantaranya adalah Ismā‟īl bin „Iyāsy, Aḫmad bin Isḫāq,
Ḫamzah bin al-Qāsim, Sufyān bin „Uyainah, „Abd al-Wahāb bin „Aṯā, „Utsmān
bin „Abd al-Raḫmān, „Alī bin Muslim, Abī Mu‟āwiyah Muhammad bin Khāzim,
Muhammad bin Marwān, Marwān bin Mu‟āwiyah, Abī Ḫudzaifah Mūsā bin
Mas‟ūd, Hārun bin Ma‟rūf, Wākī‟ bin al-Jarrāḫ, dan yang lainnya. Sedangkan
murid-murid al-Kisā‟i diantaranya adalah Isḫāq bin al-Ḫasan, Ja‟far bin „Abdullāh
bin al-Ṣabāḫ, Abū Zur‟ah, „Alī bin Ibrāhīm al-Ahwāzī, Utsmān bin Syaibah, Abū
36
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah
69
Ḫātim Muhammad bin Idrīs, Muhammad bin Wāṣil, dan lainnya.37
Tetapi tidak
ditemukan nama perawi Abū „Umar Aḫmad bin „Abbās.
Periwayat selanjutnya adalah Abū „Umar Aḫmad bin „Abbās. Penulis tidak
menemukan nama periwayat tersebut dalam kitab Rijāl al-Hadis. Kemudian
periwayat selanjutnya adalah Abū Bakar Muhammad bin al-Ḫasan bin
Muhammad bin Ziyād bin Hārūn al-Naqāsy. Diriwayatkan dari Abī Muslim dan
ṯabaqatnya telah membaca riwayat-riwayat bahwa al-Naqāsy pindah ke beberapa
kota kemudian ia merasa lelah dan menjadi guru ngaji al-Qur‟ān di kerabatnya
yang lemah, dikatakan dalam footnote kitab tersebut kerabatnya bernama
Muhammad bin Mas‟ar. Ṯalḫah bin Muhammad al-Syāhid berpendapat bahwa al-
Naqāsy telah berbohong dalam meriwayatkan hadis. Al-Barqānī menilainya
seluruh hadis al-Naqāsy adalah munkar. al-Naqāsy meninggal pada tahun 351 H.38
Ia merupakan Imam Qira‟āt dan Tafsir yang mempunyai banyak ilmu. Lahir pada
tahun 266 H dan menghabiskan masa kecilnya dengan belajar Qira‟āt dan
mengajarkannya kepada Jama‟ah. al-Naqāsy meriwayatkan hadis dari Abī Muslim
al-Kajī, Isḫāq bin Sunain, Ibrāhīm bin Zuhair, Muhammad bin „Abd al-Raḫmān,
Ḫusain bin Idrīs, Muhammad bin „Alī al-Ṣā‟igh, Ḫasan bin Sufyān dan yang
lainnya.39
Al-Naqāsy belajar al-Qur‟ān kepada Ḫasan bin „Abbās bin Abī Mihrān,
Ḫasan bin al-Ḫubāb, Aḫmad bin Anas bin Mālik, Hārun bin Mūsā, Abī
Muhammad al-Khayyaṯ, dan masih banyak lagi yang lainnya. Diantara murid-
muridnya adalah al-Dāruquṯnī, Ibnu Syāhain, Abū Aḫmad al-Faraḏī, Abū „Alī bin
Syādzan, dan Abū al-Qāsim al-Ḫurfī40
. Al-Dāruquṯnī menilainya Mauḏu‟.41
37
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah 38Al-Dzahabī,Mizan al-I‟tidal, al-Maktabah al-Syāmilah. 39 Ṯabaqāt al-Syāfi‟iyyah al-Kubrā Li al-Subkī, al-Maktabah al-Syāmilah. 40 Al-Dzahabī, Siyar A‟lām al-Nubalā, juz XV, h. 575.
70
Rangkaian sanad selanjutnya adalah Abū al-Qāsim „Abd al-Raḫmān bin
„Ubaid. Nama lengkapnya adalah „Abd al-Raḫmān bin „Ubaidillāh bin „Abd al-
„Azīz bin al-Faḏl bin Ṣālih bin „Alī ibn „Abdullāh bin „Abbās bin „Abd al-Muṯālib
al-Qurasyī al-Hāsyimī al-„Abbāsī al-Ḫalabī al-Ma‟dal Abū Muhammad, dikatakan
Abū al-Qāsim. Tidak banyak diceritakan tentang Abū al-Qāsim, tetapi al-Mizzī
mengatakan di dalam kitab Tahdzīb al-Kamāl fī Asmā al-Rijāl bahwa Abū al-
Qāsim tinggal di Dimasyq selama 123 tahun. Diantara guru-gurunya adalah
Ibrāhīm bin Sa‟īd al-Jauharī, Aḫmad bin Ḫarb, Ḫājib bin Sulaimān, Sahl bin
Ṣālih, „Abdah bin „Abd al-Raḫīm, Abī Umayyah Muhammad bin Ibrāhīm,
Muhammad bin Yaḫyā, Yaman bin Sa‟īd, dan yang lainnya. Sedangkan murid-
muridnya adalah Abū Isḫāq Muhammad bin Ibrāhīm bin Aḫmad bin Muhammad
al-Anṣārī, Abū Ja‟far Aḫmad bin Isḫāq bin Yazīd, Abū Bakar Aḫmad bin
„Abdullāh bin Abī Dujānah, Abū Muhammad bin al-Ḫasan bin „Alī, Abū Aḫmad
„Abdullāh bin „Adī, Abū al-Ḫasan „Alī bin al-Ḫusain bin Bandar, Abū al-Ḫasan
„Alī bin „Amr bin Sahl, Abū al-Ḫasan „Alī bin Muhammad bin Isḫāq, Abū Bakar
Muhammad bin Ibrāhīm al-Aṣbahānī, Abū Bakar Muhammad bin Ja‟far bin al-
Ḫusain al-Baghdadī, Abū Bakar Muhammad bin Sulaimān al-Rib‟ī, dan Abū
Bakar Muhammad bin „Alī bin al-Ḫasan bin Suwaid. tidak ada sanad yang
bersambung baik itu dari guru maupun muridnya.42
Selanjutnya periwayat Muhammad bin Hasan bin Khairun Abū
Muhammad bin Abū al-Faḏl. Ia wafat pada tahun 488 H, muhaddis dari Baghdad
yang termasuk pada kategori tsiqoh tsabat.43
Ia telah mendengar banyak,
meriwayatkan banyak hadis dan orang yang belajar kepada Muhammad bin Hasan
41 Tārīkh al-Islām, al-Maktabah al-Syāmilah. 42
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah. 43 Al-Dzahabī, Mizan al-I‟tidal, al-Maktabah al-Syāmilah
71
adalah Abū Bakar al-Khāṯīb dan yang lainnya. Al-Ḫāfiẕ „Abd al-Wahhāb menilai
bahwa Muhammad bin Hasan termasuk tsiqoh ma‟mun. Abū Sa‟d al-Sam‟āni
berkata Muhammad bin Hasan termasuk tsiqoh amīn, banyak mendengar, luas
periwayatannya, dan juga mutqin. Dalam kitab Dīwan al-Ḏu‟afā disebutkan
bahwa Muhammad bin Hasan adalah orang yang tsiqoh ḫāfiẕ.44
Tidak banyak
diketahui tentang Muhammad bin Hasan termasuk guru dan muridnya tidak
banyak di sebutkan di dalam kitab-kitab yang dirujuk.
Kemudian periwayat terakhir adalah Muhammad bin Abd „al-Bāqī bin
Ahmad, Musnad Iraq, Hafiz, alim, Soduq, Tsiqoh musnad,dia haus akan ilmu dan
banyak mendengar tentang pembelian dan penukilan dan ia memahaminya45
, ia
meninggal pada tahun 564 H46
pada Jumadil Awal.47
Muridnya adalah Ibnu al-
Sam‟ānī dan masih banyak lagi murid yang lain di negaranya, sedangkan ia
berguru kepada Mālik al-Bāniyāsī, Abī al-Ḫasan al-Anbārī, Abī al-Faḏl bin
Khairūn, Abī „Abdullāh al-Ḫumaidi, Abī al-Faḏl bin al-Dzikrā.
Kemudian terakhir mukharij dari hadis ini adalah al-Suyūṯī. Nama
lengkapnya adalah „Abd al-Raḫmān bin al-Kamāl Abī Bakar bin Muhammad bin
Sābiq al-Dīn Ibn al-Fakhr „Utsmān bin Naẕīr al-Dīn al-Hamām al-Khudairī al-
Suyūṯī. Diberi gelar Jalāl al-Dīn serta di panggil dengan nama Abū al-Faḏl.
Sebutan al-Suyūṯī diambil dari tempat kelahirannya yaitu Suyūṯ sebuah daerah
pedalaman di Mesir.al-Suyūṯī lahir pada awal bulan Rajab 849 H dan hidup
menjadi seorang piatu setelah ibunya wafat setelah beliau lahir dan setelah
44
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah. 45 „Abd al-Khāliq bin Asad al-Ḫanafī, Kitab al-Mu‟jam,al-Maktabah al-Syāmilah, juz I,
h. 69. 46 Muhammad bin Aḫmad bin „Utsmān al-Dzahabī, al-„Arsy, juz II, h. 77. 47 „Abd al-Khāliq bin Asad al-Ḫanafī, Kitab al-Mu‟jam, juz I, h. 69.
72
usianya menginjak lima tahun Ayahnya wafat.48
Dalam sebuah kesempatan al-
Suyūṯī pernah mengungkapkan bahwa Ia hafal 200.000 hadis. Satu kelebihan al-
Suyūṯī ia pernah bermimpi bertemu Rasulullāh SAW, dalam mimpinya Ia
bertanya kepada Rasulullāh SAW: “Apakah Saya termasuk ahli Surga?”
Rasulullāh SAW menjawab: “Ya”. Kemudian al-Suyūṯī bertanya lagi: “Apakah
saya akan di adzab terlebih dahulu ya Rasul?” kemudian Rasul menjawab
“Tidak”.49
Setelah al-Suyūṯī berusia 40 tahun, Ia mulai sibuk dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT, berpaling dari dunia dan segala kemewahannya, bahkan ia
sempat tidak mengenal orang-orang di sekitarnya.al-Suyūṯī wafat pada malam
Jum‟at tanggal 19 Jumadil Awal 911 H pada usia 61 tahun. Seminggu sebelum
wafat ia sempat menderita sakit di bagian tangan kiri sehingga mengakibatkan al-
Suyūṯī meninggal. al-Suyūṯī dimakamkan di Husy Quṣun di luar bab Qarafah,
Kairo.50
Diantara guru-gurunya adalah Syaikh Aḫmad bn Ibrāhīm bin Naṣr bin
Aḫmad bin Muhammad bin Abūal-Faṯ al-Kinānī al-„Atsqalānī Al-Qāhirī al-
Ṣāliḫīal-Ḫanbalī, Syaikh Syihāb al-Dīn Aḫmad bin „Alī bin Abū Bakar al-Syafi‟ī,
Syaikh Taqīy al-Dīn al--Syiblīal-Ḫanafī, Imam „Alam al-Dīn Al-Bulqunī, Syaikh
„Abd al-„Azīz bin „Abd al-Waḫīd bin „Abdullāh bin Muhammad al-„Izz bin al-
Tajal-Takrurīal-Syāfi‟ī, dan masih banyak lagi. Sedangkan murid-muridnya antara
lain adalah Syaikh „Abd al-Qādīr bin Muhammad bin Aḫmad al-Syādzilīal-
Syāfi‟ī, Syaikh al-Ḫajj Muhammad Sukyah, Ibnu Ṯulūn, Muhammad bin Yūsuf
48
Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī, al-Itqān fī „Ulūm al-Qur‟ān (Mesir: Dār al-Salām, 2008), cet.
Ke.I, juz I, h. 6. 49 Abī al-Falāḫ „Abdu al-Ḫayy ibn Aḫmad bin Muhammad ibn al-Imād, Syadzarāt al-
Dzahāb, al-Maktabah al-Syāmilah. 50 „Abd al-Ḫālim Aḫmad, Manhaj al-Mufassirīn, terj: Faisal Saleh dan Syahdianor
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006), h. 126.
73
bin „Alī bin Yūsuf al-Syāmī, Yūsuf bin „Abdullāh al-Ḫasanī al-Armayunī al-
Syāfi‟ī, dan yang lainnya.
Pendapat para ulama tentang al-Suyūṯī diantaranya Muhammad al-
Syaukanī mengatakan bahwa al-Suyūṯī adalah imam dalam bidang al-Qur‟ān dan
Sunnah serta menguasai ilmu yang diperlukan untuk melakukan Ijtihad. Ibn „Imād
menilai bahwa al-Suyūṯī adalah seorang penulis produktif kitab-kitab berharga.
Ibn Ammār al-Ḫanbali memujinya dengan mengatakan al-Suyūṯī adalah sandaran
peneliti yang cermat juga mempunyai banyak karangan yang unggul dan
bermanfaat.51
Satu hadis lagi tentang salah satu pahala puasa bulan Rajab adalah
terhindar dari Fitnah Dajjal yaitu terdapat dalam kitab al-Mauḏū‟āt min Aḫādits
al-Marfū‟āt karya Ibn al-Jauzi. Rangkain sanad dalam hadis tersebut sama dengan
rangkaian sanad pada hadis sebelumnya yaitu dimulai dari periwayat Abū Sa‟īd
al-Khudrī, „Alqamah, Ibrāhīm al-Nakha‟ī, Sulaimān al-A‟masy, Abū Mu‟āwiyah,
al-Kisā‟ī, Abū Umar Aḫmad bin al-„Abbas al-Ṯabarī, Abū Bakar Muhammad bin
Ḫasan, Abū al-Qāsim „Abd al-Raḫmān bin „Ubaid, Muhammad bin Ḫasan bin
Khairūn, Muhammad bin „Abd al-Bāqī, dan terakhir yang menjadi mukharijnya
adalah Ibn al-Jauzi.
Nama lengkap Ibn al-Jauzi adalah „Abd al-Raḫmān bin „Alī bin
Muhammad bin „Alī bin „Ubaid bin „Abdillāh bin Ḫamadī bin Aḫmad bin
Muhammad bin Ja‟far bin „Abdillāh bin al-Qāsim bin al-Naḏr bin al-Qāsim bin
Muhammad bin „Abdillāh bin al-Faqīh al-Qāsim bin Muhammad bin Khalīfah
Abū Bakar Al-Ṣidīq Al-Quraisyī al-Taimī al-Bakrī al-Baghdadī al-Ḫambalīal-
51 Muhammad Ismā‟īl Saleh Batubara, Konsistensi Imam Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī
Menafsirkan Ayat-ayat Sumpah, (Medan: UIN Sumatera Utara, 2016), h. 49.
74
Wā‟iẕ. Beliau dilahirkan pada tahun 509 H. Dalam tulisan Muhammad bin „Abd
al-Jalīlal-Mauqānī terdapat penjelasan bahwa Ibnu al-Jauzī meminum sari buah
Baladzar. karenanya, jenggot Ibn al-Jauzī menjadi rontok dan hanya tinggal
sedikit yang tersisa. Jenggot yang tersisa tersebut beliau semir dengan warna
hitam hingga beliau meninggal dunia.52
Diantara guru-guru Abī al-Qāsim bin al-Ḫuṣain, Abī „Abdillāh bin al-
Ḫusain bin Muhammad al-Bāri‟, „Alī bin „Abd al-Wāḫid, Aḫmad bin Aḫmad al-
Mutawakkilī, Ismā‟īl bin Abī Ṣālih, Abī al-Ḫasan bin al-Zaghūniyy, Abī Ghālib
bin al-Bannā‟, Ismā‟īl bin al-samarqandī, Abī Manṣūr bin Khairūn, Abī Sa‟d
Aḫmad bin Muhammad al-Zauzaniy, „Abd al-Wahhāb bin al-Mubārak, Ibn Nāṣr,
dan yang lainnya. Sedangkan murid-muridnya antara lain adalah putranya Muḫyi
al-Dīn Yūsuf Ustādz Dār al-Mu‟taṣim billāh, putra tertuanya „Alī al-Nāsikh,
Syams al-Dīn Yūsuf bin Quzghulī, al-Ḫāfiz „Abd al-Ghaniy, Syeikh Muwafaq al-
Dīn bin Qudāmah, Ibn al-Dubaitsiyyi, Ibn al-Najār, Ibn Khalīl, al-Ḏiyā‟, al-
Yaldaniy, Ibn „Abd al-Dāim, dan yang lainnya.53
Komentar ulama tentang Ibnu al-Jauzī diantaranya menurut Imam
Muwaffaq al-Dīn bahwa Ibnu al-Jauzī adalah seorang Imam yang mengajarkan
pada zamannya, menyusun berbagai ilmu dengan susunan yang bermanfaat, Ia
menyusun ilmu fiqih dan mempelajarinya, keadaannya yaitu ḫāfiẕ dalam bidang
hadis akan tetapi bahwasanya kita tidak menemukan karangan-karangan di dalam
al-Sunnah. Al-Ḫāfiẕ Saif al-Dīn ibn al-Majdi mengatakan Ibnu Jauzī adalah orang
yang sering sekali mengalami kecemasan.54
52 Al-Dzahabī, Siyar a‟lam al-Nubalā, juz XXI, h. 378. 53
Al-Dzahabī, Siyar a‟lam al-Nubalā, juz XXI, h. 367. 54
Al-Dzahabī, Siyar a‟lam al-Nubalā, juz XXI, h. 370.
75
Dari hasil penelitian tersebut banyak para periwayat hadis yang rangkaian
sanadnya tidak bersambung dan ada beberapa periwayat yang termasuk Munkar
al-Hadis.
Berdasarkan takhrij hadis yang diriwayatkan oleh beberapa mukharij di atas,
maka penulis akan menyusun urutan periwayatannya berdasarkan tabel berikut
ini:
Hadis pertama
No
Nama periwayat
Urutan
sebagai
sanad
Lambang
periwayatan
status
1. Muslim
(w. 261 H)
VI حدثنا Tsiqoh
2. Zuhair bin Ḫarb
(w. 234 H)
V حدثنا Tsiqoh, Ṣoduq
3. Sufyān bin
„Uyainah
(w. 198 H)
IV ,Hafiz Mutqin عن
Tsiqoh Tsabat
4. Furat al-Qazzaz III عن Tsiqoh
5. Abū Ṯufail
(w. 107 H)
II عن Sahabat
6. Ḫudzaifah
(w. 42 H)
I قال Sahabat
Tabel Periwayat yang menjadi penguat hadis pertama
No Nama Periwayat Lambang
Periwayatan
Status
1. Abū al-Aḫwaṣ
(w. 279 H) ,Tsabat Mutqin أخبنا
Tsiqoh, Hafiz
2. Musaddad
(w. 228 H) Tsiqoh, ṣoduq قال
3. Abū Daud
(w. 275 H) Tsiqoh, hafiz حدثنا
4. Hannād
(w. 243 H) Tsiqoh, ṣoduq قال
5. Isḫāq bin Ibrāhīm
(w. 238 H) حدثنا
Imam,
Aḫad al-Aimmah
76
6. Muḫammad bin
Yaḫyā
(w. 243 H)
حدثنا
Ṣoduq
7. Al-Tirmidzī
(w. 279 H) حدثنا
Tsiqoh, hafiz
8. Yundar حدثنا Ṣoduq
9. „Abd al-Raḫmān
bin al-Mahdi
(w. 198 H)
حدثنا
Tsiqoh, Ḫujjah
10. Sufyān bin Sa‟īd
(w. 161 H) Tsiqoh, hafiz عن
11. Wakī‟
(w. 198 H) Tsiqoh, hafiz حدثنا
12. „Alī bin
Muḫammad
(w. 233 H)
حدثنا
Tsiqoh, ṣoduq
13. Ibnu Mājah
(w. 275 H) Tsiqoh حدثنا
14. Aḫmad bin Ḫanbal
(w. 241 H) Tsiqoh حدثنا
15. Muḫammad bin
Ja‟far
(w. 194 H)
قال
Tsiqoh, ṣoduq
16. Syu‟bah
(w. 160 H) Tsiqoh tsabat عن
Hadis Kedua
Pada hadis kedua ini, rangkaian sanad keduanya sama periwayatnya dari
kitab yang berbeda.
No
Nama Periwayat
Urutan
Sebagai
Sanad
Lambang
periwayatan
Status
1. Al-Suyūṯī
(w. 911 H)
XII القرآنإمام أخبنا
2. Ibnu al-Jauzī
(L. 509 H)
XII إمام القرآن أنبأنا
3. Muhammad bin „Abd al-
Bāqī (w. 564 H)
XI أنبأنا Tsiqoh, Soduq
77
4. Muhammad bin Ḫasan
(w. 488 H)
X أنبأنا mutqin
5. Abū al-Qāsim IX أنبأنا
6. Abū Bakar
(w. 351 H)
VIII منكر, كذب حدثنا
7. Abū „Umar VII حدثنا
8. Al-Kisā‟ī
(w. 246 H)
VI حدثنا Imam
9. Abū Mu‟āwiyah
(w. 194 H)
V حدثنا Tsiqoh, soduq
10. Al-A‟masy
(w. 147 H)
IV عن Tsiqoh, Tadlis
11. Ibrāhīm al-Nakha‟ī
(w. 96 H)
III عن Tsiqoh
12. „Alqamah
(w. 62 H)
II عن Tsiqoh
13 Abū Sa‟īd al-Khudrī
(w. 65 H)
I مرفوعا Tsiqoh
E. Kualitas Sanad Hadis
Pada umumnya hadis dapat di klarifikasikan ke dalam dua bagian yaitu
maqbul (diterima) dan mardud (ditolak). Hadis sahih dan hadis ḫasan termasuk ke
dalam kategori hadis maqbul, sedangkan hadis ḏa‟īf masuk ke dalam hadis
mardud. Hadis mardud di klarifikasi lagi menjadi dua bagian yaitu hadis yang
ditolak secara total dan hadis yang ditolak tetapi masih bisa diterima jika hadis
tersebut mendapat dukungan kekuatan dari hadis lainnya.55
Dari ketiga penelitian sanad hadis diatas dapat disimpulkan bahwa hadis
pertama melalui mukharij Imam Muslim, al-Tirmīdzī, Ibnu Mājah, dan Aḫmad
bin Ḫanbal melalui periwayat pertama yaitu Ḫudzaifah berkualitas sahih. Karena
setelah melakukan penelitian berdasarkan periwayatan yang mereka gunakan
diantaranya al-Samā‟, „an‟anah dan Qāla. Kemudian berdasarkan data historis
diantara mereka adanya hubungan antara guru dan murid secara estafet, tahun
55 Muhammad Mustafa „Azami, Metodologi Kritik Hadis. Penj. A. Yamin (Bandung:
Pustaka Hidayah), h. 102.
78
(lahir dan wafat) dan beberapa tempat yang pernah mereka singgahi, mata rantai
sanad hadisnya juga dinyatakan bersambung (muttașil). Adapun hasil mencermati
beberapa penilaian para kritikus hadis terhadap para periwayat hadis telah
menunjukkan bahwa mereka dinyatakan bereputasi baik atau tsiqoh, semuanya
dikenal oleh para ulama hadis dan mendapat predikat ta‟dil di semua tabaqatnya,
serta terhindar dari syadz dan „illat.
Kemudian pada hadis kedua melalui mukharij al-Suyūṯī dan Ibnu al-Jauzī
melalui periwayat Abū Sa‟īd al-Khudrī berkualitas Mauḏu‟. Karena setelah
dilakukan penelitian ada beberapa periwayat hadis yang tidak termasuk syarat
diterimanya hadis dan ada nama periwayat yang tidak ditemukan. Pada hadis yang
pertama melalui mukharij al-Suyūṯī berdasarkan periwayatan yang digunakan
periwayat pertama yaitu sahabat tidak menggunakan Qāla, tetapi menggunakan
kata marfū‟an. Sedangkan pada hadis yang mukharijnya Ibnu al-Jauzī memakai
kata Qāla. Adapun beberapa penilaian kritikus hadis menunjukkan bahwa
sebagian besar periwayat hadis berstatus tsiqoh, tetapi kebersambungan sanadnya
tidak muttasil, antara guru dan murid ada yang tidak pernah bertemu. Bahkan
dalam Disertasi karya Dr. Ahmad Lutfi Fatullah, MA. disebutkan hadis yang
berkaitan dengan pahala puasa Rajab yang ada dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn
adalah hadis Mauḏū (palsu).56
56 Ahmad Lutfi Fathullah, Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Dalam Kitab Durratun
Nasihin “Keutamaan Bulan Rajab, Sya‟ban dan Ramadhan”, (Jakarta: Darus Sunnah, 2018), h.
12.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis tentang hari kiamat khususnya tentang akan datangnya Dajjal di
akhir zaman yang terdapat dalam kitab Dzurrat al-Nāṣiḫīn karangan „Utsmān bin
Ḫasan bin Aḫmad al-Syākir al-Khaubawī hanya terdapat dua hadis saja. Penelitian
terhadap hadis-hadis tentang Dajjal mengindikasikan bahwa Dajjal sebagai fitnah
terbesar menjelang hari kiamat. Karena itu para Nabi dan Rasul termasuk Nabi
Muhammad SAW selalu mengingatkan kepada setiap umatnya akan bahaya fitnah
Dajjal.
Berkenaan dengan hadis-hadis yang telah di paparkan pada bab keempat,
penulis menyimpulkan kualitas hadis terhadap kedua hadis yang ada dalam kitab
Dzurrat al-Nāṣiḫīn. Hadis pertama tentang sepuluh tanda sebelum kiamat yaitu
melalui jalur Imam Muslim, Tirmīdzī, Ibnu Mājah, dan Aḫmad bin Ḫanbal
dengan periwayat Ḫudzaifah berkualitas Sahih. Sedangkan hadis kedua tentang
pahala puasa pada bulan Rajab, pada matan hadisnya dijelaskan secara detail
balasan atau pahala dari hari pertama sampai hari kelima belas, salahsatu pahala
puasa di bulan Rajab yaitu terhindar dari segala cobaan, penyakit gila, penyakit
kulit, kusta, dan fitnah Dajjal. Hasil takhrij pada hadis kedua ini terdapat dua
hadis di kitab yang berbeda tetapi rangkaian sanad hadisnya sama satu dengan
lainnya. Setelah dilakukan penelitian oleh penulis, kedua hadis tersebut
berkualitas mauḏū‟ atau hadis palsu.
80
B. Kritik dan saran
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Selanjutnya penulis juga ingin memberikan beberapa saran untuk pengembangan
kajian berikutnya:
1. Terkait dengan hadis-hadis Dajjal, hendaklah setiap umat muslim meyakini
kesahihan dan menjadikan hadis tersebut untuk memperkuat „aqidah, karena
kedatangan Dajjal adalah sesuatu hal yang pasti terjadi.
2. Penulis menyarankan untuk mengembangkan kajian berikutnya seperti
kritik matan hadis tentang kedatangan Dajjal.
3. Penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih hadis yang akan
dijadikan landasan dalil atau sebagai ḫujjah.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah bin Yusuf al-Wabil. Yusuf bin, Asyratu al-Sa‟ah, t.p. terj. As‟ad Yasin,
Yaumul Qiyamah Tanda-Tanda dan Gambaran Hari Kiamat Berdasarkan
Sumber-Sumber Otentik, Jakarta: Qisthi Press, 2006.
Abdillah bin Yusuf al-Wabil. Yusuf bin, Hari Kiamat Sudah Dekat!, Bogor:
Pustaka Ibnu Katsir, 2008.
Afriqy al-Mișry. Muhammad bin Mukrim bin Manzur Al-, Lisan al-Arab, Beirut:
Dār al-Ṣādir.
Agus Ma‟mum, Suharlan (dkk). Syaraḫ Sahih Muslim Imam al-Nawāwi, Jakarta:
Darussunnah, 2009.
Aḫmad. „Abd al-Ḫālim, Manhaj al-Mufassirīn, terj: Faisal Saleh dan Syahdianor,
Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006.
Aḫmad al-Syākir. „Utsman bin, Dzurratu al-Nāṣiḫīn, al-Haramain, 2005.
Aḫmad bin Ḫanbal. Abdullāh bin, Musnad Aḫmad bin Ḫanbal.
Amin. Muhammad Jamaluddin, Umur Umat Islam, Kedatangan Imam Mahdi,
Munculnya Dajjal. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2000.
Atsir al-Jazari. Majduddin al-Mubarak bin, tahqiq: Thahir Ahmad Al-Zawiy dan
Muhammad al-Thanahi, al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar,
Beirut: Dar el-Fikr.
Atsir al-Jazari. Majduddin al-Mubarak bin, tahqiq: Thahir Ahmad Al-Zawiy dan
Muhammad al-Thanahi, Tartīb al-Qamṻs al-Muḫīṯ „Ala Ṯarīqati al-
Mișbāḫ al-Munīr wa al-Asasu al-Balaghah, Riyaḏ: Dār „Alām al-Kutub,
1996.
„Azami. Muhammad Mustafa, Metodologi Kritik Hadis. Penj. A. Yamin,
Bandung: Pustaka Hidayah.
Batubara. Muhammad Ismā‟īl Saleh, Konsistensi Imam Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī
Menafsirkan Ayat-ayat Sumpah, Medan: UIN Sumatera Utara, 2016.
Dawud. Muhammad Isa, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997.
Dzahabī. Al-, Mizan al-I‟tidal, al-Maktabah al-Syāmilah.
Dzahabi. Al-, Siyar a‟lam al-Nubala, Mu‟assasah al-Risalah.
Fathullah. Ahmad Lutfi, Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Dalam Kitab Durratun
Nasihin “Keutamaan Bulan Rajab, Sya‟ban dan Ramadhan”, Jakarta:
Darus Sunnah, 2018.
Ḫanafī. „Abd al-Khāliq bin Asad al-, Kitab al-Mu‟jam, al-Maktabah al-Syāmilah.
82
Ḫaq. Abū Ṯayyib Muhammad Syams al-, „Aun al-Ma‟būd Syarah Sunan Abū
Daūd.
Hasan. A. Qadir, Ilmu Mushthalah Hadits, Bandung: Diponegoro, 2007.
Husaini. Adian, Pragmatisme Dalam Politik Zionis Israel, Jakarta: Khairul
Bayaan, 2004.
Ibnu al-Jauzī, Al-Mauḏu‟āt Min Aḫādits al-Marfū‟āt, Maktabah Syamilah.
Ibnu Katsir, al-Fitan Fitnah dan Kehidupan Akhir Zaman, Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 2011.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Semarang: Thaha Putera.
Imād. Abī al-Falāḫ „Abdu al-Ḫayy ibn Aḫmad bin Muhammad ibn al-, Syadzarāt
al-Dzahāb, al-Maktabah al-Syāmilah.
Imam Tirmidzi, al-Jami‟ al-Shahih, Semarang: Thaha Putera.
Irawan. Aguk, Rahasia Dendam IsraelJejak Berdarah Israel di Palestina dan
Dunia Arab, Jakarta: KinzaBooks, 2009.
Ismail. Syuhudi, Kaidah Keshahihan Sanad Telaah dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Ismail. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, Jakarta: Bulan Bintang,
1992.
Khatib. Muhammad „Ajjaj al-, Ushul Hadis: Ulumuhu wa musṯalaḫuhu, Beirut:
Dar al-Fikr, 1989.
Khatib. Muhammad „Ajjaj al-, Ushul al-Hadis Pokok-Pokok Ilmu Hadis, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2013.
Khaubawī. Syekh „Utsmān al-, Mutarjim: Muhammad „Abdullāh bin Ḫasan,
Tarjamah Sunda Dzurrat al-Nāșihīn, Jakarta: Maktabah Dār al-Hikmah.
M. Sholahuddin, dkk. Cet I, Ulumul Hadis, Bandung: CV Pustaka Setya, 2009.
Mizzi. Al-, Tahdzib al-Kamāl fi Asma al-Rijāl.
Mohammad Yamin dan Fadlil Munawwar Manshur, (Journal) Materi Pendidikan
dalam kitab Dzurrat al-Nāșihin karya al-Khaubawī, Tsamrah al-Fikri, vol.
11, 2007.
Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Munawwir. Ahmad Warsono, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progressy, 1997.
83
Nasir. Mohd Shahrizal, Qissah Qur‟aniyyah Dalam Surah al-Kahf Menyerlahkan
Pengajaran („ibrah) dan Fadilat Surah, Universiti Sains Islam Malaysia:
„Ulum Islamiyah Journal, 2014.
Nawawi. Al-, Ṣaḫiḫ Muslim bi Syarḫ al-Nawawi, Kairo: al-Maṯba‟ah al-Mișriyyah
bi al-Azhar, 1929.
Pipin Armita dan Jani Arni, (Journal) Dinamika Pemahaman Ulama Tentang
Hadis Dajjal “Dari Interpretasi Tekstual ke Interpretasi Kontekstual”.
Qurthubi. Al-, al-Tadzkirah fii ahwal al-Mautaa wa Umur al-Akhirat, Madinah:
al-Maktabah al-Islamiyah.
Rahman. Fachtur, Ikhtisar Mushthalah al-Hadits, Bandung: PT al-Ma‟arif.
Ruwāt al-Tahdzibain, al-Maktabah al-Syāmilah.
Sajastani. Abu Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-, Sunan Abu Daud, Semarang:
Thaha Putera.
Saputra. Thoha. (Skripsi) Kritik Matan Hadis “Studi Komparatif Pemikiran Ibn
Qayyim al-Jauziyyah dan Muhammad al-Ghazali”, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2008.
Sasongko. Wisnu. Armageddon 2 Antara Petaka dan Rahmat, Jakarta: Gema
Insani, 2008.
Sasongko. Wisnu,Armageddon Peperangan Akhir Zaman I, Jakarta: Gema Insani,
2007.
Shalih. Subhi al-, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2013.
Silbi. Mușṯafa Abu al-Nașr Al-, ṢaḫiḫTanda-tanda Kiamat dan Kehidupan
Sesudahnya, terj. Ali Murtadho, Jakarta: Pustaka Azzam, 2011.
Suparta. Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Suyūṯī. Jalāl al-Dīn Al-, al-Itqān fī „Ulūm al-Qur‟ān, Mesir: Dār al-Salām, 2008.
Suyūṯī.Jalāl al-Dīn Al-, al-La „Āli al-Maṣnū‟ah fī Al-Ahādis al-Mausū‟ah,
Maktabah Syamilah.
Syākir. „Utsmān bin Aḫmad al-, Dzurrat al-Nāṣiḫīn, al-Haramain, 2005.
Ṯabaqāt al-Syāfi‟iyyah al-Kubrā Li al-Subkī, al-Maktabah al-Syāmilah.
Tasmara. Toto, Dajjal dan Simbol Setan, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Wahid. Abdul Hakim, Autentisitas Hadis Nabi Studi Riwayat Nafi Dalam Kitab
al-Sahihayn, Jakarta, 2017.
84
Wensinck, al-Mu‟jam Mufahras Li Alfadz al-Hadits al-Nabawi, Leiden:
Maktabah Brill, 1936.
Zaidan, Ulum al-Hadits, Beirut: Muassasah Risalah al-Nasyirun, 2008.
Zain. Muhammad Ma‟sum, Ulumul Hadits dan Mushtholah Hadits, Jombang:
Darul Hikmah, 2008.
85