5
 LADY Oleh : Annisa Rahma ”Miiaw...!” Suara lembut itu mengejutkanku yang sedang asyik mengetik karya tulisku di komputer. aku menghentikan kesibukanku. Menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal suara itu. Tiba-tiba, kakiku yang terjulur di ko long meja komputer terasa geli tersentuh  bulu-bulu lembut, lebat… seekor kucing! “Miaaaw!” aku terpana menatap kucing itu. Makhluk itu cantik sekali. Mungkin ini yang disebut kucing anggora. Bulunya panjang-panjang dan lebat sekali. Bulu ekornya juga  panjang-panjang dan lebat. Warna bulunya indah, kuning keemasan mulai dari kepala, tengkuk, punggung, hingga ujung ekornya. Begitu juga sisi luar keempat kakinya. Sementara, wajah, leher, dada, dan perut, serta sisi dalam kaki-kakinya ditumbuhi oleh  bulu berwarna putih bersih. Cantik sekali! Begitu sempurna! Ragu aku mengelus kepala kucing itu, takut kucing itu mengamuk. Tapi tidak, kucing itu malah tampaknya senang dielus-elus. Bahkan, ia mengusap-usap kepala dan tubuhnya ke kakiku. Aku terkikik kegelian. “Pus, kamu cakep banget. Pasti kamu ada yang punya, ya? Kucing liar mana mungkin cakep begini?” . kuraih tubuh kucing itu. kudekap dan kugendong. Aku memang tidak canggung menyentuh kucing, karena binatang favoritku adalah kucing. Entah mengapa tingkah manja kucing membuatku senang dan terhibur. Dan suara kucing yang imut itu… miaaaw... ih, bikin Aku gemes! Semasa SMP dulu, Aku pernah memelihara kucing. Dinamai Pinky karena hidungnya  berwarna merah muda. Selama satu setengah tahun, Pinky menjadi sahabat terbaik Ku, yang selalu melipur laraku di kala kesedihan melanda. Tingkah lucu Pinky selalu mampu membuatku tertawa. Namun, akibat k eteledoranku, terlambat menyadari Pinky sakit, kucing kesayanganku itu pun sekarat selama tiga hari dan akhirnya mati. Lama aku  berduka dan merasa sangat bersalah. Dan Bunda tak pernah lagi mengijinkan aku memelihara kucing karena aku menunjukkan sikap tak bisa bertanggung jawab terhadap  binatang peliharaanku. “Miaaaw….” Kucing itu mengeong lagi. Matanya terpejam menikmati gelitik jemari aku di lehernya. Aku tersenyum. “Pus, Cakep. Kamu aku panggil si Lady , deh. Karena kamu anggun banget.” Lantas, aku menyibukkan dirinku mengajak si Lady bermain-main. Karya tulis pun terlupakan! “Miaaaw!’’ Si Lady datang lagi! Mataku berbinar-binar menyambut kedatangannya. Si Lady terbiasa datang setiap jam dua siang. Dia muncul dari pintu ruang belajar di lantai atas rumahku yang selalu terbuka, apabila aku sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Rumahku memang berhimpitan dengan rumah tetangga kanan-kirinya. Memudahkan si Lady melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya. Setelah tiga hari pertemuannya dengan si Lady, aku masih belum tahu siapa pemilik 

kucing misterius

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kucing misterius

5/11/2018 kucing misterius - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kucing-misterius 1/5

 

LADY Oleh : Annisa Rahma

”Miiaw...!”

Suara lembut itu mengejutkanku yang sedang asyik mengetik karya tulisku di

komputer. aku menghentikan kesibukanku. Menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal

suara itu. Tiba-tiba, kakiku yang terjulur di kolong meja komputer terasa geli tersentuh bulu-bulu lembut, lebat… seekor kucing!

“Miaaaw!”

aku terpana menatap kucing itu. Makhluk itu cantik sekali. Mungkin ini yang

disebut kucing anggora. Bulunya panjang-panjang dan lebat sekali. Bulu ekornya juga panjang-panjang dan lebat. Warna bulunya indah, kuning keemasan mulai dari kepala,

tengkuk, punggung, hingga ujung ekornya. Begitu juga sisi luar keempat kakinya.

Sementara, wajah, leher, dada, dan perut, serta sisi dalam kaki-kakinya ditumbuhi oleh

 bulu berwarna putih bersih. Cantik sekali! Begitu sempurna!Ragu aku mengelus kepala kucing itu, takut kucing itu mengamuk. Tapi tidak, kucing itu

malah tampaknya senang dielus-elus. Bahkan, ia mengusap-usap kepala dan tubuhnya kekakiku. Aku terkikik kegelian.

“Pus, kamu cakep banget. Pasti kamu ada yang punya, ya? Kucing liar mana mungkin

cakep begini?” . kuraih tubuh kucing itu. kudekap dan kugendong.Aku memang tidak canggung menyentuh kucing, karena binatang favoritku adalah

kucing. Entah mengapa tingkah manja kucing membuatku senang dan terhibur. Dan suara

kucing yang imut itu… miaaaw... ih, bikin Aku gemes!

Semasa SMP dulu, Aku pernah memelihara kucing. Dinamai Pinky karena hidungnya berwarna merah muda. Selama satu setengah tahun, Pinky menjadi sahabat terbaik Ku,

yang selalu melipur laraku di kala kesedihan melanda. Tingkah lucu Pinky selalu mampumembuatku tertawa. Namun, akibat keteledoranku, terlambat menyadari Pinky sakit,kucing kesayanganku itu pun sekarat selama tiga hari dan akhirnya mati. Lama aku

 berduka dan merasa sangat bersalah. Dan Bunda tak pernah lagi mengijinkan aku

memelihara kucing karena aku menunjukkan sikap tak bisa bertanggung jawab terhadap binatang peliharaanku.

“Miaaaw….” Kucing itu mengeong lagi. Matanya terpejam menikmati gelitik jemari aku

di lehernya. Aku tersenyum.

“Pus, Cakep. Kamu aku panggil si Lady , deh. Karena kamu anggun banget.”

Lantas, aku menyibukkan dirinku mengajak si Lady bermain-main. Karya tulis pun

terlupakan!“Miaaaw!’’ Si Lady datang lagi!

Mataku berbinar-binar menyambut kedatangannya. Si Lady terbiasa datang setiap jam

dua siang. Dia muncul dari pintu ruang belajar di lantai atas rumahku yang selalu terbuka,apabila aku sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

Rumahku memang berhimpitan dengan rumah tetangga kanan-kirinya. Memudahkan si

Lady melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya.Setelah tiga hari pertemuannya dengan si Lady, aku masih belum tahu siapa pemilik 

Page 2: kucing misterius

5/11/2018 kucing misterius - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kucing-misterius 2/5

 

kucing itu. Dan aku memang tak ingin tahu. Biar saja, pokoknya aku bisa memiliki si

Lady selama dua jam karena biasanya setiap jam empat sore, si Lady akan berlari pulang.

Selama ini pula, Lady hanya diijinkan bermain-main di ruang belajarku. Oh, jangansampai turun ke lantai bawah dan ditemukan Bunda! Karena pasti akan diusir Bunda!

Si Lady semakin akrab denganku Dia tak takut-takut lagi mengusap-usap tubuhnya ke

kakiku. Bahkan, berani menghampiri jemariku yang menjentik memanggilnya. Si Lady juga semakin sering mengeong. Kadang membuatku khawatir suaranya akan terdengar 

sampai lantai bawah.

“Hush! Pus.... Lady, jangan kenceng-kenceng, ya, ngeongnya, nanti kedengeran Bunda.Cup... cup… diem… diem…,” bujukku. Tapi, si Lady tak jua mengerti. Tetap saja

mengeong semakin kencang dan semakin sering. Sambil matanya tak lepas

memandangku, seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Aduh, pus... jangan berisik dong, Sayang,” seruku sambil mengelus-elus kepala si Lady.Tapi, terlambat... terdengar suara Bunda.

”Icha!” aku sedikit panik.

“Tuh, kan? Pus, sih…,” ujarku dengan nada sangat menyesal. Tapi, si Lady seperti tak 

 peduli. Ia tetap mengeong, semakin sering dan melengking. aku terpaksa membopongnyadan membawanya keluar menuju balkon. Meletakkannya di lantai, tapi belum sempat

menutup pintu, si Lady sudah melesat mendahuluiku masuk ke ruang belajar. Menatapkudan mengeong keras!

“Hhhh!” Aku menarik napas, tak menyangka si Lady akan membuatku kesal.

“icha....!” Terdengar lagi panggilan bunda.

Terpaksa aku membuat trik untuk menipu si Lady. Kulemparkan ke lantai balkon bola ping-pong berwarna oranye yang biasa digunakannya. Benar saja! Si Lady segera

mengejar bola itu. Pada saat itulah, Aku lekas-lekas menutup pintu.

Terdengar suara Lady yang mengeong-ngeong memilukan… sungguh tak tega Aku

mendengarnya. Tapi, Aku harus segera turun menemui Bunda. Secepatnya Aku berlariturun.“Ya, Bundaaa…,” sahutnya.

“cha, dipanggil bunda kok lama banget nyahutnya,” kata Bunda setelahku berada di

hadapannya.“Maaf deh Bunda. tadi lagi tanggung….” Bunda menatapku penuh selidik.

“Tanggung ngapain hayoo?” aku terlihat agak gugup,

“Eh, lagi ngetik tugas.…Tapi, gak ada apa-apa kok Bunda. Bener, deh. Bunda gak denger 

apa-apa, kan?” jawabku dengan pandangan khawatir. Bunda tersenyum,“Makanya Bunda khawatir. Bunda nggak denger apa-apa. Kirain kamu tidur atau sakit?

Kok nggak menyahuti panggilan Bunda…,” kata bunda lembut. aku menarik napas lega.

“Tadi temenmu nelepon. Kamu kelamaan turun, jadi teleponnya Bunda tutup. Nantikatanya mau nelepon lagi. Dia cuma nanya, kok kamu belum dateng ke rumahnya

katanya kamu udah janji mau mengerjakan tugas bersama?” tanya Bunda.

“Ha? Iya, aku lupa!” pekikku dalam hati.aku terlalu asyik bermain dengan si Lady sampai lupa dengan janjiku pada teman-

temannya. aku menatap jam dinding. Wah, sudah pukul setengah empat sore! Sudah

terlambat sekali karena rencananya kami akan mulai mengerjakan tugas pada pukul dua

siang. Segera aku mengangkat telepon untuk menghubungi temenku, semoga aku masih

Page 3: kucing misterius

5/11/2018 kucing misterius - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kucing-misterius 3/5

 

diterima walau datang terlambat….

Keseriusanku menyelesaikan tugas sejak sepulang sekolah terganggu oleh sebuah suara

lembut.“Miaaaw…. Miaaaw….”

Ah, si Lady sudah datang. Seperti biasa, tepat pukul dua siang. Tapi kali ini aku tak ingin

 bermain. Banyak tugas yang harus diselesaikan. Apalagi kemarin aku terlambat ikutmenyelesaikan tugas kelompok ini bersama teman-teman. Maka, beban tugasku pun

menjadi semakin banyak. Belum lagi aku harus menghapal banyak istilah-istilah Biologi

untuk ujian besok. Hhh! Seperti biasa, sistem kebut semalam, deh! Tapi, manalah si Ladydapat mengerti?

Si Laddy langsung menubruk kakiku dan mengusap-usapkan kepalanya, seperti biasa.

 Namun, kali ini ia terdengar semakin cerewet, semakin sering mengeong.

“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…,” celoteh kucing itu. Ih, Aku benar-benar merasaterganggu!

“ Pus… please… jangan ganggu aku, dong… aku lagi belajar nih…,”.

dia malah mengira aku mau mengajaknya bermain. Dia melompat-lompat kegirangan

sambil menatapku penuh harap. Dan suara mengeongnya…. Hiiih!!“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…!”

“Aduh, Pus! Udah deh, Pus.... Keluar aja, ya?” ujarku sambil membopong kucing itu dan

membawanya keluar. Segera setelah kuturunkan kucing itu di lantai balkon, lekas-lekas

aku berniat menutup pintu. Tapi, hup! Si lady lebih gesit. Dia sudah melesat ke dalam

ruang belajar, menatapku tajam seperti menantangku!“Miaaaw!”

aku mendengus, “Hhh! Sepertinya mesti dikibulin lagi nih, ”. Seperti kemarin, aku

melempar keluar bola ping-pong berwarna oranye. Secepat kilat ia mengejarnya. Padasaat itulah segera aku menutup pintu! Dan hatiku pun merasa lega! Namun, suara

mengeong si Lady masih terdengar, memilukan penuh harap. Ah, aku tak ingin peduli.Kali ini tugasku lebih penting. Tak ada waktu buat si Lady! Benarlah tindakanku kali ini,menyingkirkan si Lady!

Siang menjelang sore itu, tiba-tiba tampak mendung menggantung di langit. Kumpulan

air hujan yang membentuk awan kelabu, berarak-arak di angkasa dan tampaknya sebentar lagi siap untuk ditumpahkan. Tak lama, benarlah! Hujan deras tumpah dari langit. Aku

tak peduli. aku masih sibuk menyelesaikan tugas. Baru setengah jam kemudian aku

tersadar. Hujan begitu deras. Dan si Lady? Si Lady telah aku tinggalkan diluar!

Aku menuju pintu dan membukanya perlahan…. Oh, air hujan telah membasahi seluruhlantai balkon sampai ke setiap sudut-sudutnya. Pandangan mataku menyapu lantai balkon

yang basah digenangi air. Si Lady tak ada!

“Jangan-jangan si lady kehujanan di tengah jalan…. Di manakah rumahnya? Jauhkah darisini? Ah, lady… maafkan aku.…”

Pukul dua siang. aku menghempaskan tubuh lelahku ke atas karpet yang tergelar di lantai

ruang belajar. Meletakkan kepala di bantal-bantal besar nan empuk…. Ah, lega rasanya.Tak sia-sia aku begadang semalaman menyelesaikan tugas-tugas dan menghapal istilah-

istilah Biologi yang sulit dan banyak sekali. aku merasa puas karena aku tahu sebagian

 besar jawaban soal-soal ujian tadi. Perkiraan kasarnya, sembilan puluh persen soal

 berhasil dijawabnya dengan benar! Setidak-tidaknya, aku yakin akan meraih nilai delapan

Page 4: kucing misterius

5/11/2018 kucing misterius - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kucing-misterius 4/5

 

 puluh lima. Selain itu, teman-teman puas sekali dengan sisa tugas yang telah

kuselesaikan. Wow, perfect! Hari ini benar-benar sempurna. aku baru ingat, biasanya

 jam-jam segini… si Klady datang….Jam dinding di ruang belajar itu menunjukkan pukul setengah empat sore. Aneh, si lady

tidak datang. aku menjadi gelisah.

“Kenapa ya si lady? Kenapa hari ini tidak muncul?” aku menjadi cemas. Jangan-jangan

kucing itu celaka karena kehujanan dalam perjalanan pulang kemarin.

aku bertanya kepada Bunda apakah pernah melihat kucing cantik berbulu lebat berwarnakuning keemasan. Tapi, Bunda menjawab tak pernah melihat kucing seperti itu. Begitu

 juga ketikaku bertanya kepada Mbok Nar.

“Mbok nggak pernah liat, Neng!” jawab Mbok Nar.

“Tapi, Mbok Nar pasti pernah denger suaranya, kan? Suaranya nyaring banget dancerewet banget gak bisa berhenti mengeong.” aku masih bertanya. Dan lagi-lagi Mbok 

 Nar menggeleng.

“Bener deh, Neng. Mbok nggak pernah denger suara kucing. Ibu kan nggak suka ada

kucing di dalam rumah. Jadi kalo Mbok denger suara kucing di rumah, pasti langsungMbok cari dan kucingnya Mbok usir,” jawab Mbok Nar.

aku mengernyit, tak habis pikir.“Masa, iya sih hanya aku yang melihat dan mendengar si lady? Suaranya aja berisik 

 begitu. Rumah ini tak terlalu besar. Suara si lady yang melengking itu seharusnya dapat

didengar oleh orang yang berada di lantai bawah. Dan anehnya, si lady seperti punya

 jadwal pasti, jam dua datang dan pulang tepat jam empat. Kucing aneh. Milik siapakahia? Dan mengapa hari ini tidak datang? Mmm, positive thinking aja, deh. Semoga hari ini

ia memang sedang senang di rumahnya. Lagi diajak main-main sama yang punya…,”

harap ku.Tiga hari sudah si lady tidak tampak batang hidungnya. aku masih merasa bersalah.

“Jangan-jangan si lady kapok bermain denganku lagi gara-gara aku tega membiarkannyakedinginan dalam cuaca hujan di luar rumah,” pikirkuTiba-tiba, datang Mbok Nar yang baru pulang dari warung dengan tergopoh-gopoh.

Membuatku dan Bunda yang sedang asyik menonton televisi terkejut.

“Bu, Bu!” seru Mbok Nar dengan pandangan nanar.“Ada apa, Mbok? Kok kelihatan panik begitu?” tanya Bunda.

“Ibu inget Oma Nancy? Yang tinggal di belakang rumah?” Mbok Nar malah balik 

 bertanya. Bunda mengangguk.

“Iya, ingat. Nenek tua yang hanya tinggal dengan seorang pembantu itu, kan? Yangrumahnya besar?” jawaban Bunda malah berbentuk pertanyaan. Kali ini gantian Mbok 

 Nar yang mengangguk.

“Sekarang lagi rame di rumahnya, Bu. Ada polisi segala. Katanya, Oma Nancy matidibunuh perampok!” jawab Mbok Nar benar-benar mengejutkan Bunda dan aku.

“Apa??!! Ah, yang bener?” tanya Bunda tak percaya. Mbok Nar mengangguk keras.

“Bener, Bu!” jawabnya tegas. Bunda dan aku saling tatap, masih tak percaya….

Oma Nancy…. Kasihan sekali nenek tua itu. Hidup sendiri hanya ditemani oleh seorang

 pembantu. Anak-anaknya telah hidup sukses, kaya-raya dan sangat sibuk sehingga tak 

sempat sering-sering mengunjungi Oma Nancy. Walaupun mereka tinggal di kota yang

Page 5: kucing misterius

5/11/2018 kucing misterius - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kucing-misterius 5/5

 

sama, tiga orang anak Oma Nancy yang semuanya telah berkeluarga, belum tentu

mengunjunginya tiga bulan sekali. Dan kini, Oma Nancy mati dibunuh perampok?

Betapa mengerikan! Apakah tak ada yang tahu kejadiannya? Mendengar teriakannya?Rumahnya terletak di blok yang membelakangi rumahku. Aku merinding. Tak adakah

yang melihat perampok-perampok itu?

Malamnya, ayah melengkapi kisah Oma Nancy. Karena sepulang dari kantor, ayahmengikuti perkembangan kisahnya secara langsung dan mendapat penjelasan dari Pak 

RT.

“Diduga keras yang membunuh Oma Nancy adalah pembantunya yang baru sebulan bekerja di rumahnya itu,” kata ayah.

“Ih, kejam banget!” pikir ku sambil meringis.

“Karena tak ada tanda-tanda pintu dirusak paksa. Pintu terkunci dari luar. Sang pembantu

menghilang berikut pakaiannya dan barang berharga Oma Nancy. Kata anaknya, Oma Nancy menyimpan sebuah kotak perhiasan berisi emas permata bernilai puluhan juta

rupiah. Kotak itulah yang hilang. Kematian Oma Nancy karena dicekik dengan seutas

kawat. Si pembantu tahu, keluarga Oma Nancy jarang menghubunginya sehingga si

 pembantu yakin dia pasti sempat pergi jauh sebelum perbuatannya itu diketahui oranglain. Seandainya anak-anak Oma Nancy lebih memperhatikannya, menelepon setiap hari

untuk mengecek keadaan Oma Nancy, pasti kejadian itu dapat lebih cepat diketahui”lanjut ayah lagi.

“Lho, memangnya kejadiannya kapan, Yah?” tanya Bunda.

“Oma Nancy telah meninggal sejak seminggu yang lalu…. Tak sengaja kejadian itu

diketahui setelah pembantu sebelah rumahnya curiga mengapa pembantu Oma Nancylama tak terlihat membeli sayur di tukang sayur keliling langganan mereka. Malah, tak 

 pernah terlihat keluar untuk menyapu halaman rumahnya,” jawab ayah.

Oooh, Bunda dan aku sama-sama terkejut dan terenyuh mendengar nasib Oma Nancy.“Anehnya, di atas mayat Oma Nancy tergeletak seekor kucing berbulu kuning.

Sepertinya kucing itu adalah kucing anggora kesayangan Oma Nancy yang setiamenunggui mayat majikannya.” Ayah meneruskan ceritanya.aku langsung pucat pasi mendengarnya! Kucing? Anggora… berbulu kuning?

“Si Lady?” tanyanya dalam hati.