33
ASPEK HUKUM PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN Dr.Mahesa Paranadipa,M.H(Kes) PSPD FKIK UIN Jakarta

Kuliah MEDIKOLEGAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjabarkan mengenai medikolegal yang berlaku di Indonesia. merumuskan dengan baik kondisi legal etik medis yang berlaku di Indonesia.

Citation preview

  • ASPEK HUKUM

    PELAKSANAAN PRAKTIK

    KEDOKTERAN

    Dr.Mahesa Paranadipa,M.H(Kes)

    PSPD FKIK UIN Jakarta

  • EXIT

    EXAMINATION

    PELANTIKAN DOKTER

    SERTIFIKATKOMPETENSI Dengan kewenangan terbatas

    TANDA REGISTRASI

    IDI CABANG

    REKOMENDASI IZIN PRAKTIK

    INTERNSHIP

    BERDASARKAN WAHANA

    DINAS KESEHATAN

    SURAT IZIN PRAKTIK (SELAMA INTERNSHIP)

    CPD BISA PRAKTIK

    TIGA TEMPAT

    (UU

    NO.29/2004)

    SURAT SELESAI

    INTERNSIP

    UKDI X

    KIDI

    SERTIFIKAT PROFESI

    KDPI AIPKI + PERIODE

    INTERNSHIP

    PPDS

  • SERTIFIKASI DOKTER UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004

    TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

    Pasal 1 butir 4:

    Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap

    kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan

    praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji

    kompetensi.

    Pasal 1 butir 13

    Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi

    Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi

    untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas

    mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.

    Penjelasan Pasal 29 ayat 3 huruf d

    Sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh kolegium yang

    bersangkutan.

  • UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2013

    TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

    Pasal 36

    (1) Untuk menyelesaikan program profesi dokter atau dokter gigi, Mahasiswa harus lulus uji kompetensi yang bersifat nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai Dokter atau Dokter Gigi.

    2) Mahasiswa yang lulus uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperoleh sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi.

    (3) Uji kompetensi Dokter atau Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan berkoordinasi dengan Organisasi Profesi.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

    PERMENDIKBUD NO.30 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA PROGRAM PROFESI DOKTER ATAU DOKTER GIGI (Link : http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/Permendikbud_No_30_thn_2014_ttg_Tata_Cara_Uji_Kompetensi_Dokter_setneg.pdf)

  • Mahasiswa

    UJI

    KOMPETENSI

    NASIONAL LULUS

    FK KOLEGIUM

    SERTIFIKAT

    PROFESI

    SERTIFIKAT

    KOMPETENSI

    PANITIA NASIONAL UJI KOMPETENSI

    PROSES SERTIFIKASI

  • SERTIFIKASI ULANG/RESERTIFIKASI

    Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi Pasal 28 ayat (1) UU No.29 Tahun 2004

    Badan pengembangan pendidikan keprofesian berkelanjutan/Continuous Professional Development (BP2KB) adalah badan kelengkapan Pengurus Besar IDI. Bertugas Menyusun sistem pendidikan keprofesian berkelanjutan CPD di bidang Kedokteran, yang sejajar dan merupakan kelanjutan dan pendidikan dokter dan pendidikan dokter spesialis.

    Pasal 47 ART IDI

  • REGISTRASI DOKTER UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004

    TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

    Pasal 29

    1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia

    wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.

    2) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    3) Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter

    gigi harus memenuhi persyaratan :

    a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi

    spesialis;

    b. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter

    atau dokter gigi;

    c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

    d. memiliki sertifikat kompetensi; dan e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika

    profesi.

    4) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi berlaku

    selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan

    tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan

    huruf d.

    LINK REGISTRASI ONLINE : https://registrasi.kki.go.id/

  • IZIN PRAKTIK DOKTER

    UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 36

    Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib

    memiliki surat izin praktik.

    Pasal 37

    (1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh

    pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran

    atau kedokteran gigi dilaksanakan.

    (2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.

    (3) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

    Pasal 38

    (1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,

    dokter atau dokter gigi harus :

    a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang

    masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;

    b. mempunyai tempat praktik; dan

    c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

  • Peraturan Menteri

    Kesehatan RI No.2052

    tahun 2011 tentang Izin

    Praktik dan Pelaksanaan

    Praktik Kedokteran

    Link :

    http://www.hukor.depkes.go.id/up_pr

    od_permenkes/PMK%20No.%20205

    2%20ttg%20Izin%20Praktik%20Ked

    okteran.pdf

  • STANDAR PROFESI UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

    Pasal 24

    Ayat 1 Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,

    standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

    Ayat 3 Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

    UU No.24 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

    Pasal 51 , Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :

    a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; `1

  • Disiplin

    Kedokteran

    Standar Kompetensi

    Standar Pelayanan

    Profesi

    Standar Prosedur

    Operasional

    Standar Pendidikan

    Dokter

    12

    Berlaku Nasional

    Berlaku Nasional

    Berlaku Nasional

    Berlaku Lokal INVESTIGASI

  • Standar

    Tindakan

    Kredensialing

    - Sertifikat Kompetensi

    - STR

    - Rekomendasi Ijin

    Praktik dari OP

    - SIP

    Kredensialing

    - Syarat tempat

    - Syarat alat kesehatan

    - Syarat obat-obat

    - Syarat unit penunjang

    (farmasi, lab,dll)

    - Rangkaian tindakan

    kedokteran

    (anamnesis,

    PF,PP,Dx,Tx)

    - Rekam Medik &

    Inform Consent

    - Rujukan

    Tidak melekat

    ke dokter

    SDM

    SarPras

  • Penegakan Displin Kedokteran

    Majelis Kehormatan &

    Disiplin Kedokteran

    (MKDKI)

    Delik Aduan

    Sangsi Disiplin (Pasal 69 ayat 3, UUPK):

    1. Pemberian peringatan tertulis

    2. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP

    3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

    pendidikan kedokteran

  • Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

    Permenkes 269/2008 Pasal 1 butir 1, Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

  • JENIS REKAM MEDIK

    1. RM Konvensional

    2. RM Elektronik (Permenkes 269/2008 ttg RM Pasal 2 belum ada regulasi yang mengatur)

  • ISI REKAM MEDIK

    1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien,

    pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan

    dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan

    dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai

    dengan kompetensinya.

    2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan

    tersebut, antara lain foto rontgen, hasil laboratorium

    dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi

    keilmuannya.

  • Isi rekam medis sekurang-kurangnya

    memuat catatan/dokumen tentang: (Permenkes 269/2008)

    a. identitas pasien;

    b. tanggal dan waktu;

    c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;

    d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

    e. diagnosis;

    f. rencana penatalaksanaan;

    g. pengobatan dan/atau tindakan;

    h. pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;

    i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan

    j. persetujuan tindakan bila diperlukan.

  • Tata cara penyelenggaraan RM

    Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.

    Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan. Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.

  • Pendelegasian pengisian RM

    Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi

    rekam medis, tenaga kesehatan lain yang

    memberikan pelayanan langsung kepada pasien

    dapat membuat/mengisi rekam medis atas perintah/

    pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter

    gigi yang menjalankan praktik kedokteran.

  • Informasi rekam medis dapat dibuka dalam hal :

    1. Untuk kepentingan kesehatan pasien;

    2. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;

    3. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;

    4. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan

    5. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medic, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

  • Persetujuan dari pasien diberikan setelah

    mendapat penjelasan lengkap dari dokter.

    Penjelasan sekurang-kurangnya mencakup :

    a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

    b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;

    c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

    d. risiko dan komplikasi yang mungkin

    terjadi; dan

    e. prognosis terhadap tindakan yang

    dilakukan.

    Lisan maupun Tertulis

    PERSETUJUAN TINDAKAN

    (Informed Consent)

  • 1. Implied Consent (dianggap diberikan)

    Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien.

    2. Expressed consent (dinyatakan dalam bentuk tulisan atau lisan)

    Jenis Informed Consent

  • Dalam keadaan gawat darurat,

    untuk menyelamatkan jiwa pasien

    tidak diperlukan persetujuan.

    Namun, setelah pasien sadar atau

    dalam kondisi yang sudah

    memungkinkan, segera diberikan

    penjelasan dan dibuat persetujuan.

    Penjelasan Pasal 45 ayat (1)

    UU No.29/2004

  • RAHASIA KEDOKTERAN

    Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk:

    kepentingan kesehatan pasien,

    memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan

    pasien sendiri,

    atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

  • Pasal 322 KUHP

    (1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia

    yang wajib disimpannya karena jabatan atau

    pencariannya, baik yang sekarang maupun yang

    dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama

    sembilan bulan atau pidana denda paling banyak

    sembilan ribu rupiah.

  • Visum et Repertum

    Suatu laporan tertulis dari dokter yang disumpah

    tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada barang

    bukti yang diperiksanya serta memuat pula

    kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna

    kepentingan peradilan.

    (Abdul Munim Indris)

  • Pada KUHAP pasal 6 ayat (1) jo

    PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1)

    mengenai penyidik yang berhak

    untuk meminta visum disebutkan

    bahwa Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh

    undang-undang dengan pangkat

    serendah-rendahnya Pembantu

    Letnan Dua. Penyidik pembantu

    berpangkat serendah-rendahnya

    Sersan Dua.

  • Bentuk VeR Berdasarkan Obyek 1) Visum et Repertum Korban Hidup

    Visum et Repertum (tetap) Visum et Repertum diberikan kepada korban setelah diperiksa didapatkan lukanya tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau aktivitasnya.

    Visum et Repertum Sementara Misalnya visum yang dibuat bagi si korban yang sementara masih dirawat di rumah sakit akibat luka-lukanya akibat penganiayaan.

    Visum et Repertum Lanjutan Misalnya visum bagi si korban yang lukanya tersebut (Visum et Repertum Sementara) kemudian lalu meninggalkan rumah sakit ataupun akibat luka-lukanya tersebut si korban kemudian di pindahkan ke rumah sakit atau dokter lain ataupun meninggal dunia.

    2) Visum et Repertum pada mayat

    Visum pada mayat dibuat berdasarkan otopsi lengkap atau dengan kata lain berdasarkan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada mayat.

    3) Visum et Repertum Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

    4) Visum et Repertum Penggalian Mayat

    5) Visum et Repertum Mengenai Umur

    6) Visum et Repertum Psikiatrik

    7) Visum et Repertum Mengenai Barang Bukti

  • SURAT SEHAT DAN SURAT SAKIT MERUPAKAN

    SURAT KETERANGAN DI BAWAH SUMPAH

    Dokter menjalankan profesi setelah melafazkan SUMPAH DOKTER

    Seluruh tindakan dokter dilakukan dengan prinsip profesionalisme

    Seluruh surat keterangan yang dibuat dilakukan dengan profesional dan tetap

    dibawah Sumpah Dokter

  • SANKSI PIDANA UNTUK

    KETERANGAN PALSU Bab IX tentang Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu, Pasal 242 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

  • SAKSI AHLI

    Pasal 179 ayat (1) KUHAP menyatakan:Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Penjelasan pasal 133 ayat (2) menyatakan:Keterangan ahli yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disbeut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan; dan pasal 187 huruf c menyatakan bahwa salah satu alat bukti surat adalah:surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi kepadanya.

  • Guide the Doctor

    Protect the People