51
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Struktur Dalam perencanaan kayu harus dipenuhi syarat-syarat berikut: 1) Analisa struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku. 2) Analisa dengan komputer, harus menunjukkan prinsip cara kerja program dan harus ditunjukkan dengan jelas data yang dimasukkan serta penjelasan data keluaran. 3) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis. 4) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang menstimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekuatan unsur-unsurnya. 5) Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut: a) Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan yang cukup aman. b) Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan. c) Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas lapangan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu, panitia dapat meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat dan ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan tata cara ini.

Kuliah Struktur Kayu Ir.munasih Itn Malang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

struktur, kayu, bahan, ajar, itn malang

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Struktur

    Dalam perencanaan kayu harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

    1) Analisa struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik

    yang baku.

    2) Analisa dengan komputer, harus menunjukkan prinsip cara kerja

    program dan harus ditunjukkan dengan jelas data yang dimasukkan

    serta penjelasan data keluaran.

    3) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang

    analisis teoritis.

    4) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis

    yang menstimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat

    dari segi sifat bahan dan kekuatan unsur-unsurnya.

    5) Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus

    mengikuti persyaratan sebagai berikut:

    a) Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan

    dan atau percobaan yang cukup aman.

    b) Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana

    dan pelaksana yang bersangkutan.

    c) Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada

    panitia yang ditunjuk oleh pengawas lapangan, yang terdiri dari

    ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan

    dan cara-cara tersebut. Bila perlu, panitia dapat meminta

    diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan

    panitia yang berisi syarat-syarat dan ketentuan penggunaan

    cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan tata

    cara ini.

  • 2

    1.2 Beban dan Kombinasi Pembebanan

    Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam Pedoman

    Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.

    Beban nominal yang harus ditinjau adalah:

    D: dead load (beban mati) yang diakibatkan oleh berat konstruksi

    permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap,

    tangga dan peralatan layan tetap.

    L : live load (beban hidup) yang ditimbulkan oleh penggunaan

    gedung, termasuk pengaruh kejut tetapi tidak termasuk beban

    lingkungan seperti angin, hujan dan lain-lain.

    La (beban hidup atap) yang ditimbulkan selama perawatan oleh

    pekerja, peralatan dan material, atau selama penggunaan biasa oleh

    orang dan benda bergerak.

    H (beban hujan), tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air.

    W : wind (beban angin) termasuk dengan memperhitungkan bentuk

    aerodinamika bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh angin

    topan, puyuh dan tornado bila diperlukan.

    E : earthaquake (beban gempa) yang ditentukan menurut SNI 03-

    1726-1989 atau penggantinya.

    1.3 Kombinasi Pembebanan

    Kecuali ditentukan lain, struktur dan sambungannya harus

    direncanakan dengan menggunakan kombinasi pembebanan berikut ini:

    1,4 D (1)

    1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (2)

    1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) (3)

    1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau W) (4)

    1,2 D 1,0 E + 0,5 L (5)

    0,9 D (1,3 W atau 1,0 E) (6)

    Pengecualian: faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan

    pada persamaan (3), (4), (5) harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir,

  • 3

    daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di

    mana beban hidup lebih besar dari pada 5 KPa.

    1.4 Kuat Acuan Berdasarkan atas Pemilihan Secara Mekanis

    Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan medulus

    elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilihan

    mekanis yang baku. Berdasarkan modulus elastisitas lentur yang

    diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti

    Tabel 1.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel 1.1 dapat digunakan

    apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar-

    standar eksperimental yang baku.

    Tabel 1.1. Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilihan secara mekanis pada kadar air 15 %

    Kode

    mutu

    Modulus

    elastisitas

    Lentur (Ew)

    Kuat

    Lentur

    (Fb)

    Kuat tarik

    // serat

    (Ft)

    Kuat

    tekan //

    serat (Fc)

    Kuat

    Geser

    (Fv)

    Kuat tekan

    tegak lurus

    serat Fc

    E 26 25000 66 60 46 6.6 24

    E 25 24000 62 58 45 6.5 23

    E 24 23000 59 56 45 6.4 22

    E 23 22000 56 53 43 6.2 21

    E 22 21000 54 50 41 6.1 20

    E 21 20000 56 47 40 5.9 19

    E 20 19000 47 44 39 5.8 18

    E 19 18000 44 42 37 5.6 17

    E 18 17000 42 39 35 5.4 16

    E 17 16000 38 36 34 5.4 15

    E 16 15000 35 33 33 5.2 14

    E 15 14000 32 31 31 5.1 13

    E 14 13000 30 28 30 4.9 12

    E 13 12000 27 25 28 4.8 11

    E 12 11000 23 22 27 4.6 11

    E 11 10000 20 19 25 4.5 10

    E 10 9000 18 17 24 4.3 9

  • 4

    Tabel 1.2. Kode mutu dari beberapa kayu perdagangan

    No Nama kayu Kadar air (%) Ew (MPa) Kode mutu

    1 Kapur 12

    15

    13000

    12854

    E13

    2 Kempas 12

    15

    18500

    17526

    E18

    3 Keruing 12

    15

    14300

    13616

    E14

    4 Merbau 15 15400 E16

    5 Mersawa 12

    15

    15700

    13490

    E14

    6 Ramin 12

    15

    15000

    12983

    E14

    7 Balau 12

    15

    15000

    12983

    E14

    8 Meranti 12

    15

    12200

    11940

    E12

    Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan atau mempunyai cacat kayu,

    estimasi nilai modulus elastisitas lentur acuan dari Tabel 1.2 harus

    direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI 03-3527-1991 UDC

    691.11 tentang Mutu Kayu Bangunan, yaitu dengan mengalikan estimasi

    nilai modulus elastisitas lentur acuan dengan rumus:

    Ew = 16.000 0.7 , dengan nilai rasio tahanan seperti pada Tabel 1.3.

    Tabel 1.3. Nilai rasio tahanan

    Kelas Mutu Nialai Rasio Tahanan

    A

    B

    C

    0,80

    0,63

    0,50

  • 5

    Nilai rasio tahanan kayu tergantung pada Kelas mutu kayu, sedangkan

    kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 1.4.

    Tabel 1.4. Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu

    No Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas mutu C

    1 Mata kayu:

    Terletak di muka

    lebar

    Terletak di muka

    sempit

    1/6 lebar kayu

    1/8 lebar kayu

    lebar kayu

    1/6 lebar kayu

    lebar kayu

    lebar kayu

    2 Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu tebal kayu

    3 Pingul 1/10 tebal atau

    lebar kayu

    1/6 tebal atau

    lebar kayu

    tebal atau

    lebar kayu

    4 Arah serat 1:13 1:9 1:6

    5 Saluran damar 1/5 tebal kayu

    eksudasi tidak

    diperlukan

    2/5 tebal kayu tebal kayu

    6 Gubal diperkenankan diperkenankan diperkenankan

    7 Lubang serangga Diperkenankan

    asal terpencar

    dan ukuran

    dibatasi dan

    tidak ada tanda-

    tanda serangga

    hidup

    Diperkenankan

    asal terpencar

    dan ukuran

    dibatasi dan

    tidak ada

    tanda-tanda

    serangga hidup

    Diperkenankan

    asal terpencar

    dan ukuran

    dibatasi dan

    tidak ada

    tanda-tanda

    serangga hidup

    8 Cacat lain (lapuk, hati

    rapuh,retak melintang)

    Tidak

    diperkenankan

    Tidak

    diperkenankan

    Tidak

    diperkenankan

    1.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual

    Pemilihan secara visual harus mengikuti standar pemilihan secara

    visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan

    atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat

  • 6

    lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    1. Kerapatan (dengan satuan kg/m3) pada kondisi basah (berat dan

    volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil

    dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku

    =

    : Wg = berat kayu basah

    Vg = volume basah kayu

    2. Kadar air, m % (m < 30 %), diukur dengan prosedur baku

    m =

    x 100 %

    Wg dan Wd masing-masing adalah berat kayu basah dan berat kayu

    kering oven.

    3. Hitung berat jenis pada m % (Gm) dengan rumus:

    Gm =

    1.000 1+

    100

    4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus:

    Gb =

    1+0,265 ; dengan a =

    (30)

    30

    5. Hitung berat jenis pada kadar air15 % (G15) dengan rumus :

    G15 =

    10,133

    6. Hitung estimasi kuat acuan Modulus Elastisitas Lentur dengan

    rumus sebagai berikut:

    (MPa) = 10.000 0.7

    di mana G = G15

    G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15 %

  • 7

    BAB II

    DASAR PERENCANAAN

    2.1 Perencanaan Keadaan Batas

    Komponen struktur beserta sambungan harus direncanakan

    sedemikian sehingga tidak ada keadaan batas yang terlampaui pada

    saat struktur tersebut memikul beban rencana yang bekerja.

    Keadaan batas tahanan meliputi setiap tahanan yang diperlukan

    (gaya atau tegangan) yang ditinjau pada setiap sistem struktur,

    komponen struktur atau sambungannya.

    2.2 Analisa Struktur

    Pengaruh beban terhadap masing-masing komponen struktur dan

    sambungannya ditentukan dengan metode analisa struktur elastik.

    Analisa tersebut harus memperhitungkan keseimbangan, stabilitas,

    kompatibilitas geometrik dan sifat material jangka pendek maupun

    jangka panjang. Sebagai alternatif, analisis non linier atau inelastis

    dapat digunakan selama data yang mendukung perilaku tersebut

    tersedia dan disetujui oleh pihak yang berwenang.

    2.3 Modulus elastisitas lentur

    Untuk menentukan distribusi beban di dalam struktur statis tak

    tentu dan untuk perhitungan lendutan dan keadaan layan lainnya,

    harus digunakan nilai modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi (Ew),

    yang digunakan dalam perencanaan, bergantung pada penggunaannya.

    Dalam kasus perencanaan di mana tahanan struktural atau stabilitas

    ditentukan berdasarkan perhitungan maka harus digunakan nilai

    persentil ke lima terkoreksi (E05) yang ditetapkan sebagai berikut:

    E05 = 1,03 Ew {1-1,645(KVE)}

  • 8

    Dengan 1,03 adalah faktor koreksi dari nilai Ew yang ditabelkan kepada

    nilai Ew beban geser, KVE =

    " adalah koefisien variasi nilai EW , yaitu

    penyimpangan deviasi standar Ew dibagi dengan nilai rerata EW

    Khusus untuk kayu glulam (kayu laminasi struktural), faktor

    penyesuaian tersebut adalah 1,05. Modulus elastisitas lentur tidak

    perlu dokoreksi terhadap faktor waktu ().

    2.4 Kekangan Ujung

    Perencanaan sambungan harus konsisten dengan asumsi yang

    diambil dalam analisis struktur dan dengan jenis konstruksi yang dipilih

    dalam gambar rencana. Dalam rangka sederhana semua sambungan

    harus diasumsikan bersifat sendi kecuali bila dapat ditunjukkan melalui

    eksperimen atau analisi bahwa sambungan tersebut dapat mengekang

    rotasi. Pada kondisi beban rencana, sambungan harus mempunyai

    kapasitas rotasi yang memadai untuk menghindari elemen penyambung

    terbebani secara berlebihan.

    2.5 Pembebanan Jangka Panjang

    Analisis yang dilakukan pada struktur dan komponen struktur

    yang mengalami deformasi akibat rangkak pada saat memikul beban

    kerja, harus memperhitungkan terjadinya tambahan deformasi akibat

    rangkak dalam masa layannya apabila deformasi tersebut

    mempengaruhi tahanan atau layannya.

    2.6 Kondisi Batas Tahanan

    Perencanaan sistem struktur, komponen struktur, dan

    sambungannya harus menjamin bahwa tahanan rencana di semua

    bagain di semua komponen, dan sambungan struktur sama dengan atau

    melebihi gaya terfaktor (Ru).

  • 9

    2.7 Gaya Terfaktor

    Gaya-gaya pada komponen struktur dan sambungannya (Ru)

    harus ditentukan dari kombinasi pembebanan sebagaimana diatur

    dalam Tabel 2.1.

    2.8 Tahanan Rencana

    Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas yang

    berlaku sebagai hasil kali antara tahan terkoreksi (R), faktor tahanan

    () , dan faktor waktu (). Tahanan rencana harus sama dengan atau

    melebihi tahanan terfaktor (Ru):

    Ru

    Dengan R adalah tahanan terkoreksi untuk komponen struktur,

    elemen, atau sambungan, seperti tahanan lentur terkoreksi (M),

    tahanan geser terkoreksi (V), dan lain-lain.

    Begitu pula Ru diganti dengan Mur, Vur dan sebagainya untuk

    gaya-gaya pada komponen struktur atau sambungan.

    Tahanan terkoreksi harus meliputi pengaruh semua faktor koreksi

    yang berasal dari keadaan masa layan dan faktor-faktor koreksi lainnya

    yang berlaku. Faktor tahanan (), yang digunakan dalam tata cara ini

    dirangkum dalam Tabel 2.2

    Faktor waktu yang digunakan dalam kombinasi pembebanan pada

    persamaan (2) harus sesuai dengan yang tercantum didalam Tabel 2.1.

  • 10

    Tabel 2.1. Faktor Waktu ()

    Kombinasi pembebanan Faktor waktu ()

    1,4 D 0,6

    1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 0,7 jika L dari gedung

    0,8 jika L dari ruangan umum

    1,25 jika L dari kejut

    1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) 0,8

    1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau H) 1,0

    1,2 D 1,0 E + 0,5 L 1,0

    0,9 D (1,3 W atau 1,0 E) 1,0

    Catatan: Untuk sambungan = 1,0 jika dari kejut.

    Tabel 2.2 Faktor tahanan ()

    Jenis Simbul Nilai

    Tekan c 0,90

    Lentur 0,85

    Stabilitas s 0,85

    Tarik 0,80

    Geser/punter 0,75

    Sambungan 0,65

    2.9 Keadaan Batas Kemampuan Layan

    Sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan

    dengan memperhatikan batas-batas deformasi, simpangan lateral,

    getaran, rangkak, atau deformasi lainnya yang dapat mempengaruhi

    layan gedung atau struktur kayu yang bersangkutan.

    Perencanaan harus melakukan peninjauan terhadap keadaan

    batas layan yang meliputi antara lain lendutan jangka pendek,

    getaran,rangkak,perubahan deminsi dan pengaruh waktu lainnya.

    Lendutan akibat beban-beban harus dibatasi sedemikian sehingga tidak

  • 11

    menimbulkan kerusakan pada elemen-elemen struktur atau non

    struktur yang terkait.

    2.10 Struktur yang Sudah Ada

    Ketentuan perencanaan dalam tata cara ini dapat diterapkan

    untuk mengevaluasi struktur yang sudah ada. Apabila gedung atau

    struktur kayu diubah fungsi atau bentuknya maka harus dilakukan

    tinjauan terhadap kemungkinan pengaruh-pengaruh akibat kerusakan

    atau perlemahan yang disebabkan perubahan itu.

    2.11 Syarat-Syarat Perencanaan

    1) Luas bruto dan netto

    Luas bruto (Ag) komponen struktur kayu dalam setiap

    potongan adalah jumlah luas seluruh elemen penyusun

    komponen struktur kayu yang diukur tegak lurus terhadap

    sumbu komponen struktur.

    Luas netto (An) komponen struktur kayu diperoleh dari luas

    bruto dikurangi dengan jumlah material kayu yang hilang

    karena adanya lubang bor, baut, paku, coakan, takik dan lain-

    lain.

    2) Stabilitas

    Stabilitas harus dipenuhi oleh sistem struktur secara keseluruhan

    maupun oleh komponen struktur pada sistem struktur tersebut.

    Perencanaan terhadap stabilitas dilakukan dengan

    memperhitungkan pengaruh beban yang ditimbulkan oleh

    perubahan bentuk struktur atau komponen struktur sistem pemikul

    beban lateral.

    3) Pengekang lateral

    Pada titik-titik tumpu balok, rangka dan komponen struktur kayu

    lainnya,harus disediakan kekangan pada rotasi terhadap sumbu

  • 12

    longitudinalnya. Kecuali bila hal tersebut ternyata tidak diperlukan

    berdasarkan analisa ataupun percobaan.

    4) Kondisi acuan

    Tahan acuan (R) dan tahanan acuan sambungan (Z) ditetapkan

    berdasarkan kondisi acuan berikut ini:

    a. Kondisi kering dengan kadar air setimbang, maksimum tidak

    melebihi 19% untuk kayu massif dan 16% untuk produk-

    produk kayu yang dilem, serta batas bawah kadar air

    setimbang tahunan rerata adalah 6%

    b. Nilai tahan acuan berlaku untuk kondisi terekspos secara

    berkelanjutan pada temperatur hingga 380C, atau temperatur

    yang dapat mencapai 650C pada komponen struktur dan

    sambungan, atau temperatur sesaat yang melebihi 930C pada

    panel struktural. Komponen struktur kayu dan sambungannya

    tidak diperkenankan untuk secara teru-menerus berada pada

    temperature di atas 650C. Panel struktur tidak diperkenankan

    berada pada temperatur di atas 930C kecuali untuk waktu yang

    sangat pendek. Untuk kondisi temperatur diatas 380C secara

    berkelanjutan maka harus diberlakukan faktor koreksi

    temperatur.

    c. Komponen struktur tunggal atau sambungan tanpa pembagi

    beban (load sharing) atau aksi komposit.

    5) Tahanan terkoreksi

    Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut:

    R = R C1C2.Cn

    Dengan R adalah tahanan terkoreksi

    R adalah tahanan acuan

    Ci adalah faktor-faktor terkoreksi

    6) Faktor koreksi untuk masa layan

    Merupakan hasil perkalian dari beberapa faktor koreksi seperti

    berikut:

  • 13

    Ci = CMCtCptCrt

    Faktor koreksi untuk tahanan meliputi:

    CM adalah faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan

    kadar air masa layan yang lebih tinggi dari pada 19% untuk

    kayu massif dan 16% untuk produk kayu yang dilem.

    Ct adalah faktor koreksi temperatur, untuk memperhitungkan

    temperatur layan lebih tinggi daripada 380C secara

    berkelanjutan.

    Cpt adalah faktor terkoreksi pengawetan kayu, untuk

    memperhitungkan pengaruh pengawetan terhadap produk-

    produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan

    berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang

    berlaku.

    Crt adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan

    pengaruh perlakuan tahan api terhadap produk-produk kayu

    dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan berdasarkan

    spesifikasi pemasok, ketentuan atau tata cara yang berlaku.

    7) Faktor koreksi tambahan untuk sambungan struktural

    Sebagai tambahan dari faktor-faktor koreksi yang dibahas

    sebelumnya, hal-hal berikut ini berlaku untuk sambungan:

    Cdi adalah faktor koreksi diafragma, untuk memperhitungkan

    peningkatan tahanan paku-paku yang digunakan pada struktur

    diafragma.

    Cg adalah faktor koreksi aksi kelompok, untuk memperhitungkan

    pembebanan yang tidak merata dari baris alat pengencang

    majemuk.

    C adalah faktor koreksi geometri, untuk memperhitungkan geometri

    sambungan yang tidak lazim.

    Cd adalah faktor koreksi penetrasi, untuk menghitung reduksi tahan

    alat pengencang.

  • 14

    Ceg adalah faktor koreksi serat ujung, untuk memperhitungkan

    reduksi tahan alat pengencang yang dipasang pada serat ujung.

    Cst adalah faktor koreksi pelat baja sisi, untuk sambungan geser

    dengan pelat baja sisi berukuran 100 mm.

    Ctn adalah faktor koreksi paku miring, untuk sambungan paku.

  • 15

    BAB III

    PERENCANAAN BATANG TARIK

    Komponen struktur tarik yang mendukung beban aksial tarik maupun

    desak sering dijumpai pada struktur rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik

    maupun desak memiliki garis kerja gaya yang sejajar dan berimpit dengan

    sumbu pajang batang. Secara umum, perencanaan komponen tarik bertujuan

    untuk mengetahui luas penampang batang minimum yang diperlukan. Apabila

    dimensi komponen struktur tarik telah ditetapkan maka analisis berupa cek

    terhadap luas penampang yang telah ada dapat dilakukan.

    Pada penentuan ukuran batang tarik harus diperhatikan adanya

    perlemahan, karena adanya alat sambung, seperti paku, baut, pelat kokot dan

    lain sebagainya. Dengan digunakan alat sambung tersebut akan mengurangi

    adanya luas tampang dari batang, yaitu akibat adanya lubang di tempat alat

    penyambung tersebut. Akibat adanya lubang, tegangan pada kayu tidak

    merata lagi, tetapi akan timbul pemusatan tegangan di sekitar lubang

    tersebut.

    Bila dilihat dari diagram tegangannya, disekitar lubang jauh lebih besar

    dari tegangan di tepi batang.

    Mengingat adanya perlemahan karena adanya lubang alat penyambung,

    maka dalam menentukan ukuran balok/batang perlu diingat adanya

  • 16

    perlemahan yang disesuaikan dengan alat sambung yang digunakan. Rumus

    yang digunakan adalah sebagai berikut:

    =

    Daftar perlemahan batang dari macam-macam alat sambung antara lain:

    1) Sambungan dengan paku : 10 15%

    2) Sambungan dengan baut + gigi : 20 25%

    3) Sambungan dengan pelat kokot atau pasak cincin : 20%

    4) Sambungan dengan pasak dari kayu : 30%

    5) Sambungan dengan perekat/Lim : 0%

    PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTUR TARIK:

    3.1 Gaya Tarik Terfaktor

    Komponen strukur tarik harus direncanakan dengan memenuhi

    ketentuan sebagai berikut:

    Tu T

    di mana : Tu adalah gaya tarik terfaktor

    adalah faktor waktu

    t adalah faktor tahanan tarik sejajar serat = 0.8

    T adalah tahan tarik terkoreksi

    3.2 Tahanan Tarik Terkoreksi

    Sejajar serat

    Tahanan tarik terkoreksi pada komponen struktur tarik konsentris,

    T, ditentukan pada penampang tarik kritis. Tahanan tarik terkoreksi

    adalah hasil dari perkalian kuat tarik sejajar serat terkoreksi dengan

    luas penampang neto seperti pada persamaan berikut:

    T =

    di mana : adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi

  • 17

    adalah luas penampang neto

    Tegak lurus serat

    Apabila gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka

    perkuatan mekanis harus diadakan agar mampu memikul gaya tarik

    yang terjadi.

    3.3 Kuat Tarik Terkoreksi

    Kuat tarik sejajar serat terkoreksi diperoleh dengan cara

    mengalikan kuat tarik sejajar serat acuan dengan nilai faktor koreksi

    massa layan seperti pada persamaan berikut:

    = CMCtCpCFCrtFt

    3.4 Batang Tarik Tersusun

    Mengenai batang tarik, baik tunggal maupun ganda, kekuatannya

    sama, yang penting dalam konstruksi untuk batang tarik adalah luas

    penampangnya. Untuk batang tarik ganda dengan ukuran panjang,

    maka dalam penyatuan batang-batangnya digunakan perangkai (kloss).

    Penggunaan kloss dimaksudkan supaya batang yang menahan beban

    tarik bekerja lebih baik, bila ada beban-beban sekunder pada batang

    tersebut.

    Komponen struktur tersusun, termasuk batang mejemuk rangka

    atap, batang diafragma, batang penyokong, dan komponen struktur

    serupa, adalah komponen struktur yang terdiri dari dua atau lebih

    elemen sejajar yang digabung dari bahan dengan tahanan dan kekuatan

    yang sama. Tahanan komponen struktur tersusun tersebut harus

    ditentukan sebagai jumlah dari tahan elemen masing-masing selama

    tahanan sambungannya juga dapat menjamin terjadinya distribusi gaya

    tarik aksial di antara elemen-elemen tersebut yang sebanding dengan

    luas masing-masing elemen. Pengaruh perlemahan akibat sambungan

    antar elemen harus ditinjau dalam perencanaan.

  • 18

    BAB IV

    PERENCANAAN BATANG TEKAN

    Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung tekan sering

    dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur truss sering dijumpai

    pada kuda-kuda kayu, sedangkan struktur frame, elemen struktur ini lebih

    dikenal dengan nama kolom

    Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit dari pada perencanaan

    batang tarik, karena perilaku tekuk lateral menyebabkan timbulnya momen

    sekunder selain gaya aksial tekan. Perilaku tekuk ini dipengaruhi oleh nilai

    kelangsingan kolom yaitu nilai banding antara panjang efektif kolom dengan

    jari-jari girasi penampang kolom. Apabila nilai kelangsingan sangat kecil

    (kolom pendek), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

    tekan. Tetapi bila angka kelangsingan kolom sangat tinggi (kolom langsing),

    maka kolom akan mengalami kegagalan tekuk dan serat-serat kayu belum

    mencapai kuat tekannya atau bahkan masih ada pada kondisi elastik.

    Kebanyakan kolom memiliki nilai kelangsingan diantara kedua nilai ekstrim

    tersebut yang disebut intermediate column.

    Ketahanan sebuah kolom tergantung pada perbandingan panjang dibagi

    ukuran melintang. Kapasitas beban batas/limit dari sebuah kolom pendek

    tergatung hanya pada kekuatan bahan yang dipakai dan hanya pada kekuatan

    melintangnya.

    Sebuah kolom panjang dapat runtuh akibat beban yang jauh lebih kecil

    daripada beban batas (ultimit load) kolom pendek. Jika ditambah beban P yang

    bekerja pada sebuah kolom panjang akan mencapai batas Pcr secara tiba-tiba

    menjadi tidak stabil dan melengkung ke arah lateral, peristiwa ini yang disebut

    tekuk (bukling).

  • 19

    Jika sebuah kolom mengalami penekukan, maka kolom itu tidak dapat

    lebih jauh memikul penambahan beban. Untuk beban P > Pcr, kolom akan

    mengalami deformasi terus-menerus hingga runtuh. Persamaan untuk beban

    kritis pada kolom dengan ujung sendi telah ditentukan oleh ahli metematika

    dari Swiss L.Euler (1783).

    Pcr = 2

    2

    Keterangan:

    E = Modulus Elastisitas Bahan Kolom

    I = Momen Inersia Minimum dari Penampang

    le = panjang efektif kolom (panjang tekuk)

    Dengan membagi Pcr dengan luas penampang kolom maka didapat nilai

    tegangan kritis:

    =

    atau =

    2

    2

  • 20

    PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTUR

    Perencanaan batang tekan untuk komponen struktur yang mengalami gaya

    tekan aksial dan gaya tekan tumpu sesuai standart SNI 2002 sebagai berikut:

    4.1 Gaya Tekan Terfaktor

    Komponen struktur tekan harus direncanakan sedemikian

    sehingga:

    Pu

    di mana : Pu = gaya tekan terfaktor

    = faktor waktu

    = 0,9 adalah faktor tahanan tekan sejajar serat

    P = tahanan terkoreksi

    Tahanan koreksi adalah hasil dari perkalian tahanan acuan dengan

    faktor-faktor koreksi.

    Komponen struktur yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus

    mendapatkan pendetailan tahanan dan kesetabilan yang cukup pada

    daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut. begitu pula, komponen struktur

    harus memiliki tahanan rencana lokal dan stabilitas pelat badan yang

    cukup pada tumpuan balok dan pada lokasi gaya-gaya transversal yang

    bekerja.

    4.2 Panjang Efektif dan Kelangsingan

    Panjang efektif kolom

    Panjang kolom tidak terkekang atau panjang bagian kolom tidak

    terkekang (l), harus diambil sebagai jarak pusat ke pusat pengekang

    lateral. Panjang kolom tak terkekang harus ditentukan baik terhadap

    sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari kolom tersebut.

    Panjang kolom efektif = le

    Pada arah yang ditinjau harus diambil sebagai Kel1 di mana Ke

    adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan, l1 adalah

  • 21

    panjang total dalam bidang sumbu bebas bahan. Ke tergantung pada

    kondisi ujung kolom dan ada atau tidak adanya goyangan.

    Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor

    panjang tekuk (Ke), harus diambil sama dengan satu kecuali jika

    analisis memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom

    memungkinkan digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih kecil

    daripada satu.

    Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, faktor

    panjang tekuk, harus lebih besar dari pada satu dan ditentukan

    berdasarkan analisis mekanika dengan memperhitungkan kondisi

    kekangan ujung kolom.

    Nilai Ke untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan untuk

    keadaan dengan goyangan serta tanpa goyangan dapat ditentukan

    dengan menggunakan hubungan pada gambar berikut:

  • 22

    Kelangsingan kolom

    Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang efektif

    kolom pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi penampang

    kolom pada arah itu, atau:

    Kelangsingan =

    Jari-jari girasi dihitung berdasarkan luas penampang bruto dan

    menggunakan penampang transformasi jika digunakan penampang

    komposit.

    Nilai kelangsingan kolom

    , tidak boleh melebihi 175

    Jari-jari girasi penampang persegi :

    r = 3

    12 =

    1

    12 = 0,2887 b (b

  • 23

    Faktor kesetabilan kolom (Cp) dihitung sebagai berikut:

    Cp = 1+

    2

    1+

    2

    2

    di mana : =

    = 205

    2 =

    205

    2

    di mana :

    A adalah luas penampang bruto (mm2)

    adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah dikalikan

    semua faktor koreksi kecuali Cp )(N)

    05 adalah nilai modulus elastik lentur terkoreksi pada persentil

    ke lima, (MPa)

    adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang ditinjau

    (N)

    Po adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat pada

    kelangsingan kolom sama dengan nol, (N)

    C = 0,80 untuk batang massif

    = 0,85 untuk tiang dan pancang bundar

    = 0,90 untuk glulam (kayu laminasi struktur) dan kayu

    komposit struktural.

    adalah faktor tahan tekan = 0,80

    adalah faktor tahanan stabilitas = 0,85

    Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada persentil kelima

    (E05) untuk balok massif dihitung berdasarkan persamaan:

    05 = 1,03

    1 1,645

    adalah modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan

    dengan faktor koreksi CM//, Ct//,Cpt// dan CF

    KVE adalah nilai banding antara standar deviasi/penyimpangan

    dengan nilai rata-rata dalam pengujian modulus elastisitas

  • 24

    lentur. Dari hasil pengujian untuk beberapa jenis kayu nilai

    KVE diperoleh sebesar 0,2. Apabila nilai KVE sebesar 0,2

    disubstitusi pada rumus di atas maka E05 = 0,69 EW

  • 25

    BAB V

    SAMBUNGAN

    Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering diperlukan

    sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang kayu atau

    menggabungkan beberapa batang kayu pada satu buhul. Kegagalan pada

    sambungan dapat berupa: pecahnya kayu di antara dua alat sambung,

    bengkoknya alat sambung itu sendiri, atau lendutannya sudah melampaui

    nilai toleransi. Yang perlu mendapat perhatian dalam konstruksi kayu adalah

    tempat-tempat sambungan, karena di tempat-tempat sambungan merupakan

    titik terlemah.

    Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada

    konstruksi kayu:

    1. Terjadinya pengurangan luas tampang

    Pemasangan alat sambung seperti baut, pasak dan gigi menyebabkan

    berkurangnya luas efektif penampang kayu yang disambung sehingga

    kuat dukung batangnya menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan

    batang yang berpenampang penuh.

    2. Terjadinya penyimpangan arah serat

    Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang,

    tetapi tidak sejajar serat dengan batang yang lain. Karena kekuatan

    kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil dari pada yang sejajar serat,

    maka kekuatan sambungan harus didasarkan [ada kekuatan kayu yang

    tidak sejajar serat (kekuatan yang kecil)

    3. Terbatasnya luas sambungan

    Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil sehingga mudah pecah

    apabila beberapa alat sambung dipasang bersamaan. Oleh karena itu,

    dalam penempatan alat sambung disyaratkan jarak minimum alat

  • 26

    sambung agar kayu terhindar dari kemungkinan pecah. Dengan adanya

    ketentuan jarak tersebut, maka luas efektif sambungan (luas yang dapat

    digunakan untuk penempatan alat sambung) menjadi berkurang dengan

    sendirinya.

    Efektifitas suatu alat sambung dapat diukur berdasarkan kuat dukung

    yang disambung oleh sambungan dibandingkan dengan kuat ultimit kayu

    yang di sambungnya.

    Ciri-ciri alat sambung yang baik:

    1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk penempatan alat

    sambung relatif kecil atau bahkan nol.

    2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat

    ultimit batang yang disambung tinggi.

    3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan(daktail)

    4. Memiliki angka penyebaran panas yang rendah

    5. Murah dan mudah digunakan

    5.1 Sambungan Baut

    Alat sambung baut umumnya difungsikan untuk mendukung

    beban tegak lurus sumbu panjangnya. Kekuatan sambungan baut

    ditentukan oleh kuat tumpu kayu, tegangan lentur baut, dan angka

    kelangsingan (nilai banding antara panjang baut pada kayu utama

    dengan diameter baut). Bila kelangsingan kecil, baut sangat kaku dan

    distribusi tegangan tumpu kayu di bawah baut akan terjadi secara

    merata. Semakin tinggi angka kelangsingan baut, maka baut mulai

    mengalami tekuk dan tegangan tumpu kayu terdistribusi secara tidak

    merata. Distribusi tegangan terlihat seperti pada gambar berikut:

  • 27

    Perencanaan sambungan baut berdasarkan SNI-5 (2002) dengan urutan

    sebagai berikut:

    1) Tahanan Lateral

    Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung baut dihitung

    dengan persamaan;

    Zu Z

    di mana :

    Zu = tahanan perlu sambungan

    = faktor waktu sesuai tabel (faktor waktu, untuk tahanan

    tarik alat pengencang = 1,0)

    = faktor tahanan sambungan = 0,65 sesuai tabel

    = tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dari hasil

    perkalian antara tahan acuan sambungan dengan faktor -

    faktor koreksi

    2) Tahanan Lateral Acuan

    Tahanan lateral acuan dari sambungan yang menggunakan

    baut satu irisan dengan beban tegak lurus terhadap sumbu alat

    pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur,

    diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung

    menggunakan semua persamaan pada Tabel 5.1, yaitu nilai

    tahanan lateral untuk sambungan yang terdiri atas dua komponen

    sambungan dengan satu irisan. Sedangkan Tabel 5.2 untuk

    sambungan tiga komponen dengan dua irisan. Tahanan lateral

    acuan diambil nilai tahan acuan yang terkecil.

  • 28

    Tabel 5.1. Tahanan lateral acuan baut(Z)untuk satu alat satu pengencang dengan satu irisan yang menyambung

    dua komponen (tampang satu)

    Mode Kelelahan Persamaan yang berlaku

    Im Z =

    0,83

    Is Z =

    0,83

    II Z =

    0,93

    dengan:

    kl =

    +22 1++

    2 +2

    2 1+

    1+

    IIIm Z =

    1,043 1+2

    dengan:

    k2 = (-1)+ 2 1 + +2 1+2 2

    3 2

    IIIs Z =

    1,043 2+

    dengan:

    k3 = (-1)+ 2 1+

    +

    2 2+ 2

    3 2

    IV

    Z = 1,042

    2

    3 1+

    Catatan: Rt = tm/ts Re = Fem/Fes = 1 + 0,25

    90

    D = diameter baut

  • 29

    Tabel 5.2. Tahanan lateral acuan baut (Z) untuk satu baut dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen

    (tampang dua)

    Mode Kelelahan Persamaan yang berlaku

    Im Z =

    0,83

    Is Z =

    1,66

    IIIm Z =

    2,084 2+

    dengan: k4 = (-1)+ 2 1+

    +

    2+ 2

    3 2

    IV

    Z = 2,082

    2

    3 1+

    Catatan : Re = Fem/Fes = 1+ 0,25(

    900 )

    3) Kuat Tumpu Kayu

    Kuat tumpu untuk beberapa diameter (D) dan berat jenis

    kayu (G) serta sudut terbesar dari arah gaya terhadap serat kayu

    (tm : tebal kayu utama, ts; tebal kayu samping), dapat dilihat pada

    Tabel 5.3.a.b.c.

    Fem dan Fes adalah kuat tumpu kayu utama dan kayu

    samping dengan satuan MPa.

    Sejajar arah serat : Fe// = 77,25 G

    Tegak lurus serat : Fe = 212 G1,45D-0.5

    Untuk sudut terhadap serat ( )

    = e // e

    e // 2+e 2

  • 30

    Tabel 5.3.a Kuat Tumpu kayu (Fe)(MPa) untuk baut

    Berat

    jenis

    (G)

    Sudut gaya terhadap serat kayu (derajat)

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

    0.50 38.63 32.75 35.42 32.37 29.22 26.57 24.45 22.95 22.07 21.77

    0.55 42.49 41.61 39.28 36.17 32.97 30.13 27.87 26.27 25.12 25.00

    0.60 46.35 45.48 43.15 40.01 36.73 33.79 31.42 29.72 28.70 28.36

    0.65 50.21 49.36 47.04 43.89 40.56 37.53 35.06 33.28 32.21 31.85

    0.70 54.08 53.23 50.95 47.81 44.45 41.35 38.81 36.96 35.84 35.47

    0.75 57.94 57.12 54.87 51.76 48.39 45.25 42.65 40.75 39.59 39.20

    0.80 61.60 61.00 58.81 55.73 52.38 49.72 46.59 44.63 43.44 43.04

    0.85 65.66 64.89 62.75 59.74 56.41 53.26 50.60 48.62 47.41 47.00

    0.90 69.53 68.78 66.71 63.77 60.49 57.36 54.70 52.70 51.48 51.06

    0.95 73.39 72.67 70.67 67.82 64.61 61.52 58.87 56.88 55.64 55.22

    1.00 77.25 76.56 74.65 71.89 68.77 65.74 63.12 61.14 59.91 59.49

    Tabel 5.3.b Kuat Tumpu kayu (Fe)(MPa) untuk baut 5/8

    Berat

    jenis

    (G)

    Sudut gaya terhadap serat kayu (derajat)

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

    0.50 38.63 37.51 34.64 31.00 27.46 24.48 22.22 20.66 19.76 19.46

    0.55 42.49 41.36 38.44 34.68 30.96 27.79 25.35 23.66 22.67 22.34

    0.60 46.35 45.22 42.26 38.40 34.54 31.19 28.59 26.77 25.70 25.35

    0.65 50.21 49.08 46.10 42.17 38.18 34.68 31.93 29.99 28.85 28.47

    0.70 54.08 52.95 49.95 45.97 41.87 38.24 35.36 33.32 32.10 31.70

    0.75 57.94 56.82 53.82 49.80 45.62 41.88 38.88 36.74 35.46 35.03

    0.80 61.60 60.69 57.71 53.67 49.43 45.59 42.49 40.25 38.92 38.47

    0.85 65.66 64.57 61.61 57.56 53.28 49.36 46.17 43.86 42.47 42.00

    0.90 69.53 68.45 65.52 61.49 57.17 53.19 49.93 47.55 46.12 45.63

    0.95 73.39 72.33 69.44 65.43 61.10 57.09 53.77 51.33 49.85 49.36

    1.00 77.25 76.21 73.32 69.40 65.08 61.04 57.67 55.19 53.68 53.17

  • 31

    Tabel 5.3.c Kuat Tumpu kayu (Fe)(MPa) untuk baut 3/4

    Berat

    jenis

    (G)

    Sudut gaya terhadap serat kayu (derajat)

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

    0.50 38.63 37.30 33.96 29.86 26.01 22.87 20.53 18.96 18.05 17.76

    0.55 42.49 41.14 37.71 33.43 29.35 25.98 23.44 21.71 20.71 20.39

    0.60 46.35 44.99 41.48 37.06 32.77 29.17 26.45 24.57 23.49 23.13

    0.65 50.21 48.84 45.28 40.72 36.25 32.45 29.55 27.53 26.36 25.97

    0.70 54.08 52.69 49.09 44.42 39.79 35.81 32.73 30.59 29.34 28.92

    0.75 57.94 56.55 52.91 48.16 43.38 39.24 36.01 33.74 32.41 31.96

    0.80 61.60 60.42 56.75 51.93 47.03 42.79 39.36 36.97 35.57 35.10

    0.85 65.66 64.28 60.61 55.73 50.72 46.29 42.79 40.29 38.82 38.32

    0.90 69.53 68.15 64.48 59.56 54.46 49.86 46.29 43.69 42.15 41.64

    0.95 73.39 72.02 68.36 63.41 58.25 53.60 49.86 47.17 45.57 45.03

    1.00 77.25 75.90 72.25 87.29 62.07 57.33 53.49 50.72 49.06 48.51

    4) Kuat Lentur Baut

    National Design Specification (NDS) U.S untuk konstruksi

    kayu (2001) mendefinisikan kuat lentur baut (Fyb) yaitu nilai

    rerata antara tegangan leleh dan tegangan tarik ultimit pada

    pengujian tarik baut, pada umumnya kuat lentur baut sebesar

    320 MPa.

    5) Geometrik Sambungan Baut

    Untuk baut jarak tepi baut yang diperlukan jarak ujung,

    dan jarak spasi alat pengencang yang diperlukan untuk

    mengembangkan tahanan acuan harus sesuai dengan nilai

    minimum pada Tabel 5.4.

    Spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang

    terluar dalam suatu sambungan tidak boleh lebih besar daripada

    127 mm kecuali bila ada ketentuan mengenai perubahan dimensi

    kayu.

  • 32

    Tabel 5.4.Jarak tepi, jarak ujung dan persyaratan spasi

    sambungan dengan baut

    Beban Sejajar Arah Serat Ketentuan Dimensi Minimum

    Jarak Tepi (bopt):

    Im/D 6 1,5 D

    Im/D < 6 yang terbesar dari 1,5 D atau

    jarak antara baris alat

    pengencang tegak lurus serat.

    Jarak Ujung (aopt)

    Komponen tarik 7 D

    Komponen ujung 4 D

    Spasi (Sopt)

    Spasi dalam baris alat pengencang 4 D

    Jarak antar baris alat pengencang 1,5 D < 127 mm (lihat catatan 2

    & 3)

    Beban Tegak Lurus Arah Serat Ketentuan Dimensi Minimum

    Jarak Tepi (bopt)

    Tepi yang dibebani 4 D

    Tepi yang tidak dibebani 1,5 D

    Jarak Ujung (aopt)

    Spasi (Sopt) 4 D

    Spasi dalam baris alat pengencang Lihat cacatan 3

    Jarak antar baris alat pengencang

    Im/D 2 2,5 D (lihat cacatan 3)

    2 < Im/D < 6 (5 Im + 10 D)/8 (lihat catatan 3)

    Im/D 6 5 D (lihat catatan 3)

    Catatan:

    1. Im adalah panjang pasak pada komponen utama pada suatu

    sambungan atau panjang total pasak pada komponen

    sekunder pada suatu sambungan.

  • 33

    2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang

    menggunakan ring.

    3. Untuk alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus arah

    serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu

    sambungan tidak boleh melebihi 127 mm, kecuali bila

    digunakan pelat penyambung khusus atau ada ketentuan

    mengenai perubahan dimensi kayu.

    6) Faktor Koreksi Sambungan Baut

    a) Faktor aksi kelompok

    Bila suatu sambungan terdiri dari satu alat pengencang

    baut, maka tahanan sambungan acuan harus dikoreksi

    dengan Cg, untuk memperhitungkan ketakseragaman gaya

    yang bekerja pada baut. Karena ada kecenderungan masing-

  • 34

    masing baut mendukung beban lateral yang tidak sama hal

    ini disebabkan:

    Jarak antar alat sambung baut yang kurang panjang

    sehingga menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi

    secara maksimal.

    Terjadi distribusi gaya yang tidak merata antar alat

    sambung baut. Baut yang paling ujung dalam satu

    kelompok akan mendukung gaya yang lebih besar

    daripada baut yang letaknya di tengan, serta akan

    mencapai pliastis deformation lebih dulu. Sehingga

    kemungkinan baut paling ujung akan gagal lebih dulu

    sebelum baut ditengan mencapai plastis deformation.

    Faktor yang mempengaruhi nilai Cg adalah: kemiringan

    kurva beban dan sesaran baut (slip modulus), jumlah

    baut, spasi alat sambung dalam satu baris, plastis

    deformasi, dan perilaku rangkak (creep).

    Cg = 1

    =1

    di mana :

    nf = jumlah total alat pengencang dalam

    sambungan

    nr = jumlah baris alat pengencang dalam

    sambungan

    ai = jumlah alat pengencang efektif pada baris alat

    pengencang i akibat ketakseragaman gaya yang

    bekerja pada suatu baris alat pengencang,

    bervariasi dari 1 hingga ni.

    ni = jumlah alat pengencang dengan spasi yang

    seragam pada baris ke i.

  • 35

    ai = 12

    1+ 1+ 1+2

    1+

    1

    m = u - 2 1

    u = 1 +

    2

    1

    +

    1

    =

    di mana :

    = mobulus beban untuk satu baut,

    = 2,246 1,5 kN/mm

    = spasi dalam baris alat pengencang, jarak pusat-ke

    pusat antar alat pengencang didalam satu baris.

    = kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur

    rerata komponen struktur utama dikalikan

    dengan luas bruto penampang utama sebelum

    dilubangi atau dicoak.

    = kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur

    rerata komponen struktur utama dikalikan

    dengan luas bruto penampang sekunder sebelum

    dilubangi atau dicoak.

    = nilai yang lebih kecil diantara dan

    = nilai yang lebih besar diantara dan

    Jika baut pada baris-baris yang berdekatan dipasang secara

    berselang seling, maka Cg harus dihitung berdasarkan spasi

    dalam baris alat pengencang pada baris-baris yang

    berdekatan dan jarak antar baris alat pengencang. Hal-hal

    berikut ini harus diperhitungkan:

    Bila jarak antar baris alat pengencang lebih kecil

    daripada atau sama dengan seperempat spasi dalam

  • 36

    baris alat pengencang dari baris-baris yang

    berdekatan, maka baris-baris yang berdekatan

    dianggap sebagai satu baris dengan jumlah baut, nir

    sama dengan jumlah baut pada kedua baris tersebut.

    untuk kelompok alat pengencang yang mempunyai

    jumlah baris yang genap, prinsip ini digunakan untuk

    setiap pasang baris, sedangkan untuk jumlah baris

    yang gasal digunakan kombinasi pasangan-pasangan

    baris yang menghasilkan nilai terkecil, seperti gambar

    berikut:

    Bila jarak antar baris alat pengencang lebih besar

    daripada seperempat spasi dalam baris alat

    pengencang pada baris-baris yang berdekatan, maka

    jumlah baut pada setiap baris nir , adalah jumlah baut

    dalam baris tersebut, seperti gambar diatas.

    Menurut National Design Specification (NDS) US. Nilai faktor

    koreksi Cg dapat dilihat pada tabel 5.5, untuk sambungan

  • 37

    yang perbandingan luas penampang kayu samping terhadap

    kayu utama bernilai 1 atau .

    Tabel 5.5 Nilai Faktor Koreksi Nilai Kelompok (Cg)

    As/Am As Jumlah baut dalam satu baris

    0.5

    (in2) 2 3 4 5 6 7 8

    5 0,98 0,92 0,84 0,75 0,68 0,61 0,55

    12 0,99 0,96 0,92 0,87 0,81 0,76 0,70

    20 0,99 0,98 0,95 0,91 0,87 0,83 0,78

    28 1,00 0,98 0,96 0,93 0,90 0,87 0,83

    40 1,00 0,99 0,97 0,95 0,93 0,90 0,87

    64 1,00 0,99 0,98 0,97 0,95 0,93 0,91

    1.0

    (in2) 2 3 4 5 6 7 8

    5 1,00 0,97 0,91 0,85 0,78 0,71 0,64

    12 1,00 0,99 0,96 0,93 0.88 0,84 0,79

    20 1,00 0,99 0,98 0,95 0,92 0,89 0,86

    28 1,00 0,99 0,98 0,97 0,94 0,92 0,89

    40 1,00 1,0 0,99 0,98 0,96 0,94 0,92

    64 1,00 1,0 0,99 0,98 0,97 0,96 0,95

    b) Faktor koreksi geometri

    Faktor geometri (Ca) adalah nilai terkecil dari faktor-

    faktor geometri yang dipersyaratkan untuk ujung atau

    spasi dalam baris baut.

    Jarak ujung:

    Bila jarak ujung diukur dari pusat baut (a), lebih

    besar atau sama dengan aopt pada tabel 5.4, maka

    = 1,0

    Bila

    2 a < aopt maka Ca =

    Spasi dalam baris alat pengencang:

    Bila spasi dalam baris (s), lebih besar atau sama

    dengan sopt pada tabel 5.4,maka = 1,0.

  • 38

    Bila 3D s < maka =

    5.2 Sambungan Gigi

    Sambungan gigi banyak dijumpai dalam konstruksi kayu, yaitu

    terutama untuk meneruskan gaya tekan pada sambungan-sambungan

    yang membentuk sudut < 900. Pada konstruksi kuda-kuda

    sambungan gigi banyak dijumpai, seperti pada bagian ujung.

    Macam sambungan gigi:

    Sambungan gigi tunggal

    Pada sambungan gigi tunggal, tm tidak boleh melebihi sesuatu batas

    yaitu tm 1/3 h, dimana h adalah tinggi komponen struktur

    mendatar. Panjang kayu muka lm harus memenuhi lm 1,5 h, tetapi

    juga lm 200 mm.

  • 39

    Tahanan geser pada bagian kayu muka dapat dihintung dengan

    persamaan sebagai berikut:

    cos

    1 + 0,25

    di mana :

    Nu adalah gaya tekan terfaktor

    adalah sudut antara komponen struktur diagonal terhadap

    komponen struktur mendatar

    adalah faktor tahan

    adalah faktor waktu

    adalah panjang kayu muka

    adalah lebar komponen struktur mendatar

    adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi

    adalah eksentrisitas pada penampang neto akibat adanya

    coakan sambungan.

    Sambungan gigi ganda (majemuk)

    Pada sambungan gigi majemuk terdapat dua gigi dan dua panjang

    kayu muka yang masing-masing diatur sebagai berikut:

    dalamnya gigi pertama, 30 mm

    dalamnya gigi kedua, +

    panjang kayu muka pertama, lm1 200mm dan lm2 4 tm2

    yang mana h adalah tinggi komponen struktur mendatar.

    Sambungan gigi majemuk dianjurkan digunakan bila 450

  • 40

    Tahan geser pada bagian kayu muka yang pertama dihitung

    dengan persamaan sebagai berikut:

    1,25 cos 1

    1+ 2

    1

    1+0,25 1 2

    Tahanan geser pada bagian kayu muka yang kedua dihitung

    dengan persamaan sebagai berikut:

    cos 2

    1 + 0,25

    di mana:

    adalah gaya tekan terfaktor

    adalah sudut antara komponen struktur diagonal terhadap

    komponen struktur mendatar

    adalah faktor tahan

    adalah faktor waktu

    adalah panjang kayu muka rerata

  • 41

    1 adalah panjang kayu muka yang pertama

    2 adalah panjang kayu muka yang kedua

    adalah eksentrisitas rerata pada penampang neto akibat

    adanya coakan sambungan

    1 adalah eksentrisitas rerata pada penampang pertama akibat

    adanya coakan sambungan

    1 adalah luas bidang tumpu bagian kayu yang pertama

    2 adalah luas bidang tumpu bagian kayu yang kedua

    b adalah lebar komponen struktur mendatar

    adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi

    5.3 Sambungan Paku

    Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap,

    dinding atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung

    biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20 mm sampai dengan 40

    mm. Paku bulat merupakan jenis paku yang lebih mudah diperoleh dari

    pada paku ulir (deformed nail) sehingga tahanan cabutnya lebih tinggi.

    Tahanan lateral sambungan dengan alat sambung paku dihitung

    berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI-5 Tata cara

    perencanaan konstruksi kayu (2002).

    Sambungan harus direncanakan dengan persamaan:

    di mana :

    = tahanan perlu sambungan

    = faktor waktu (untuk tahanan tarik alat pengencang = , )

    = faktor tahanan sambungan = 0,65

    = tahanan terkoreksi sambungan

    Tahanan terkoreksi sambungan diperoleh dari hasil perkalian antara

    tahan acuan sambungan dengan faktor-faktor koreksi.

  • 42

    A. Tahanan Lateral Acuan

    Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku

    baja satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu alat

    pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur, diambil

    sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua

    persamaan pada tabel 5.6. dan dikalikan dengan jumlah alat pengencang

    (nt). untk sambungan yang terdiri atas tiga komponen sambungan dengan

    dua irisan, tahanan leteral acuan diambil sebesar dua kali tahan lateral

    acuan satu irisan yang terkecil.

    Tabel 5.6 Tahan lateral acuan paku (Z) untuk satu alat pengencang dengan

    satu irisan yang menyambung dua komponen.

    Mode

    Kelelahan

    Persamaan yang berlaku

    Is Z =

    3,3

    IIIm Z =

    3,31

    (1+2)

    dengan :

    1 = 1 + 2 1 + +2 1+2 2

    3 2

    IIIs Z =

    3,32

    (1+2)

    dengan:

    2 = 1 + 2 1 +

    +

    2 1 + 2 2

    3 2

    IV

    Z = 3,32

    2

    3 1+

  • 43

    Catatan:

    =

    p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen

    pemegang.

    KD = 2,2 untuk D 4,3 mm

    = 0,38 D + 0,56 untuk 4,3 mm < D < 6,4 mm

    = 3,0 untuk D 6,4 mm

    D = diameter paku

    Fe = Kuat tumpu kayu

    = 114,45 1,84MPa (G = berat jenis kering oven)

    = Kuat lentur paku

    B. Kuat Tumpu Kayu

    Nilai kuat tumpu kayu beberapa nilai berat jenis dapat dihat pada tabel

    5.7, semakin besar nilai berat jenis kayu, maka semakin besar nilai kuat

    tumpunya. Umumnya alat sambung paku digunakan pada kayu yang

    mempunyai berat jenis tidak tinggi, hal ini karena mudahnya paku untuk

    tekuk (buckling). Tekuk pada paku juga terjadi karena faktor angka

    kelangsingan. Kelangsingan menjadi ciri khas alat sambung paku.

    Tabel 5.7. Kuat Tumpu Paku (Fe)

    Berat jenis 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70

    Fe (MPa) 21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40

    C. Kuat Lentur Paku

    Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau distributor

    paku. Pengujian kuat lentur paku dilkukan dengan metode three point

    bending test seperti pada ASTM F 1575-03. Untuk jenis paku bulat pada

  • 44

    umumnya, kuat lentur paku menurun dengan semakin meningkatnya

    diameter paku.

    Tabel 5.8. Kuat lentur paku untukberbagai diameter paku

    Diameter Paku (mm) Kuat Lentur Paku (Fyb)(N/mm2)

    D 3,6 689

    3,6 < D 4,7 620

    4,7 < D < 5,9 552

    5,9 < D 7,1 483

    7,1 < D 8,3 414

    D > 8,3 310

    D. Ukuran Paku

    Dimensi paku meliputi diameter, panjang dan angka kelangsingan dapat

    dilihat pada Tabel 5.9

    Tabel 5.9. Berbagai diameter paku

    Nama Paku Diameter Paku

    (mm)

    Panjang Paku

    (mm)

    2 BWG12 2,8 51 18

    2,5 BWG11 3,1 63 20

    3BWG10 3,4 76 22

    3,5BWG9 3,8 89 23

    4BWG8 4,2 102 24

    4,5BWG6 5,2 114 22

    E. Geometrik Sambungan Paku

    Spasi minimum untuk paku pada suatu sambungan tunggal diatur

    sebagai berikut:

  • 45

    a. Spasi dalam satu baris

    Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap arah serat

    kayu, spasi minimum antar alat pengencang dalam suatu baris

    diambil:

    10D bila digunakan pelat sisi dari kayu

    Minimum 7D untuk pelat sisi dari baja

    b. Spasi antar baris

    Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap arah serat

    kayu, spasi minimum antar baris adalah 5D.

    c. Jarak ujung

    Jarak minimum dari ujung komponen struktur ke pusat alat

    pengencang terdekat diambil sebesar:

    Untuk beban tarik lateral:

    15D untuk pelat sisi dari kayu

    10d untyuk pelat sisi dari baja

    Untuk beban tekan lateral

    10D untuk pelat sisi dari kayu

    5D untuk pelat sisi dari baja

  • 46

    d. Jarak tepi

    Jarak minimum dari tepi komponen struktur ke pusat alat

    pengencang terdekat diambil sebesar:

    4D pada tepi yang tidak dibebani

    10D pada tepi yang dibebani

    F. Faktor Koreksi Sambungan Paku

    1. Kedalaman penetrasi

    Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman

    penetrasi (Cd). adapun nilai Koefisien penetrasi ditentukan dari

    kedalaman (p)seperti pada gambar berikut.

    Ketentuan untuk koefisien penetrasi sebagaimana dinyatakan berikut:

    Penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang p 6D

    Cd = = 0

    Untuk 6D p < 12D Cd = p/12D

    Untuk p 12D Cd = 1,0

    2. Serat ujung

    Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung

    Ceg = 0,67, untuk alat pengencang yang ditanamkan ke dalam serat

    ujung kayu

  • 47

    3. Sambungan paku miring

    Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor paku miring,

    Ctn = 0,83.

    4. Sambungan diafragma

    Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu

    untuk plyood seperti pada struktur diafragma dan shear wall (dinding

    geser). Nilai faktor koreksi ini umumnya lebih besar 1,00.

    Paku harus dipasang dengan cara dipukul. Paku miring harus

    dipasang dengan membentuk sudut 300 terhadap komponen struktur

    dan dimulai pada lokasi sepertiga panjang paku diukur dari tepi

    komponen struktur yang dsambung.

    Diameter lubang penuntun untuk paku tidak boleh

    melebihi;),0,90D untuk G > 0,60 dan digunakan paku 3BWG10, asumsi

    nilai faktor waktu 1,0.

  • 48

    BAB VI

    BALOK LENTUR

    Balok yang dibahas dalam hal ini adalah balok lentur murni dan geser

    lentur.

    Balok yang diklasifikasikan atau difabrikasi untuk digunakan pada bentang

    tunggal tidak boleh digunakan untuk bentang majemuk atau konstruksi

    kantilever kecuali bila hasil analisa rinci memperlihatkan bahwa komponen

    struktur tersebut mempunyai tahanan yang cukup berkenaan dengan

    perubahan perntukan penggunaan balok tersebut.

    Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar

    daripada dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya harus memiliki bresing

    lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau

    peralihan lateral. Bresing lateral tidak diperlukan pada balok berpenampang

    bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang mengalami lentur terhadap

    sumbu lemah saja. Bresing lateral harus dapat mencegah gerakan lateral sisi

    tekan balok dan harus dapat mencegah rotasi balok pada lokasi-lokasi yang

    dikekang. Sebagai alternatif untuk balok kayu masih, kekangan yang

    digunakang untuk mencegah rotasi atau peralihan lateral ditentukan

    berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap tebal nominal, d/b

    sebagai berikut:

    1) d/b 2 : tidak diperlukan pengekang lateral

    2) 2< d/b < 5 : posisi tumpuan-tumpuannya harus dikekang menggunakan

    kayu massif pada seluruh ketinggian balok

    3) 5 d/b < 6 : sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok

    4) 6 d/b < 7 : pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk

    setiap selang 2400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik dikekang

    secara bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh

    panjangnya oleh lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberikan

    pengekang lateral untuk mencegah rotasi

  • 49

    5) d/b 7 : kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada

    seluruh panjangnya.

    6.1 Komponen struktur lentur

    Komponen struktur lentur direncanakan sebagai berikut

    Momen lentur:

    Mu

    dengan : Mu = momen terfaktor

    = faktor waktu

    = faktor tahanan lentur : 0,85

    M = tahanan lentur terkoreksi

    6.2 Tahanan Geser

    Gaya Gerser Perlu

    Apabila beban yang mengakibatkan lentur pada muka balok yang

    belawanan dengan muka tumpuan maka seluruh beban yang terletak di

    dalam jarak d (tinggi komponen) dari bidang muka tumpuan tidak perlu

    diperhitungkan dalam menentukan gaya gerser perlu, kecuali dalam

    perencanaan balok I berusuk. Untuk kondisi pembebanan lainnya dan

    untukbalok I berusuk, gaya geser perlu harus diambil sebesar gaya

    geser pada bidang muka tumpuan.

    Untuk balok I berusuk dan balok I yang digunakan sebagai balok

    sederhana, gaya geser perlu ditentukan dengan memperhitungkan

    semua beban pada bentang bersih ditambanh setengah panjang

    minmum tumpuan yang diperlukan. Apabila balok tersebut menerus

    pada sebuah perletakan maka gaya geser perlu harus dihitung pada

    pusat perletakan.

    Apabila beban yang bekerja adalah beban bergerak tunggal maka

    beban tersebut harus ditempatkan sejarak d dari bidang muka

    perletakan dan diperhitungkan dalam menentukan gaya geser perlu.

  • 50

    Apabila beban yang bekerja adalah dua atau lebih beban bergerak maka

    pola pembebanan harus ditempatkan sedemikian sehingga gaya geser

    pada potongan sejarak d dari bidang muka perletakan adalah

    maksimum.

    Tahanan Geser Lentur

    Tahanan geser terkoreksi dari suatu balok, V , dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut:

    =

    dengan :

    : kuat geser sejajar serat terkoreksi

    : momen inersia balok untuk arah gaya geser yang

    ditinjau

    : lebar penampang balok

    momen statis penampang terhadap sumbu netral

    Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b dan tinggi d,

    maka rumus tahanan geser didapat:

    = 2

    3

    bd

    6.3 Lendutan

    Disamping akibat deformasi komponen struktur, lendutan dapat

    terjadi karena pergeseran pada sambungan-sambungan. Untuk

    membatasi perubahan-perubahan bentuk struktur bangunan secara

    berlebihan, sehingga pergeseran masing-masing komponen struktur

    terjadi sekecil mungkin.

    Lendutan struktur bangunan akibat berat sendiri dan muatan tetap

    dibatasi sebagai berikut:

    Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang

    terlindung, lendutan maksimum , fmax 1

    300

    Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak

    terlindung,lendutan maksimum , fmax 1

    400

  • 51

    Untu balok-balok pada konstruksi kuda-kuda antara lain

    gording dan kasau, lendutan maksimum, fmax 1

    200

    Untuk struktur rangka batang yang tidak terlindung,

    lendutan maksimum, fmax 1

    700

    Dengan l adalah panjang batang bersih.