12
06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 1/12 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI AKUNTANSI KEPERILAKUAN (6) AKUNTANSI KEUANGAN (8) AKUNTANSI MANAJEMEN (9) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (4) TIK (7) AKUNTANSI SYARIAH (1) AUDITING (1) CONTOH LAPORAN (2) DAKWAH (2) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) (1) KESENIAN (1) LEMBAGA KEUANGAN BANK & NON BANK (1) PASAR MODAL (2) PENDIDIKAN PANCASILA (1) PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN (1) PEREKONOMIAN INDONESIA (1) PROPOSAL USAHA (2) Sabtu, 01 Desember 2012 PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN BAB I PENDAHULUAN Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri yang hidup dari sektor pertanian (Lynn, 2003). Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang, hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus (Lynn, 2003). Kondonassis et al. (1991) menjelaskan bahwa pembangunan pada sektor pertanian merupakan batu loncatan menuju pembangunan pada sektor industri. Keberhasilan pembangunan industri di negara Jepang dan Taiwan merupakan lanjutan keberhasilan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Taiwan merupakan kontribusi yang sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian. Pemerintah Jepang dan Taiwan juga berhasil dalam membangun budaya kerja sehingga rakyat mereka memiliki produktivitas yang tinggi. Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan (Lynn, 2003). Kontribusi pertanian tersebut adalah: 1. Meningkatkan persediaan makanan. 2. Pendapatan dari ekspor. 3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri. 4. Pembentukan modal. 5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan. Lynn (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan hanya alat bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan kebutuhan milyaran penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan transformasi sektor pertanian: 1. Peningkatan produktivitas pertanian. 2. Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor pertanian. 3. Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar. Handika Pratama Ikuti 7 Lihat profil lengkapku Tentang saya 2013 (34) 2012 (18) 12/16 - 12/23 (1) 12/02 - 12/09 (8) 11/25 - 12/02 (9) KEMAJUAN IPTEK SENI RUPA TERAPAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS KONSEP HUKUM DALAM ISLAM ANALISIS BIAYA VOLUME LABA GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN PENCATATAN MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH Dokumen Blog Pilih Bahasa Diberdayakan oleh Terjemahan Ubah Bahasa Statistik Tayangan Blog 2 9 0 6 7 Pengikut 0 Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 1/12

KUMPULAN MAKALAH,KLIPING, PROPOSAL DANSKRIPSIAKUNTANSI KEPERILAKUAN (6) AKUNTANSI KEUANGAN (8) AKUNTANSI MANAJEMEN (9)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (4)

TIK (7)

AKUNTANSI SYARIAH

(1) AUDITING (1) CONTOH LAPORAN (2) DAKWAH (2) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) (1) KESENIAN (1) LEMBAGA KEUANGAN BANK & NON BANK (1) PASAR MODAL (2)

PENDIDIKAN PANCASILA (1) PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN (1) PEREKONOMIAN INDONESIA (1) PROPOSAL USAHA (2)

Sabtu, 01 Desember 2012

PERTANIAN DAN PROSESPEMBANGUNAN

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran

jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor

industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri

yang hidup dari sektor pertanian (Lynn, 2003).

Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu

pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan

merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep

strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang,

hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan

pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus (Lynn, 2003).

Kondonassis et al. (1991) menjelaskan bahwa pembangunan pada

sektor pertanian merupakan batu loncatan menuju pembangunan pada sektor

industri. Keberhasilan pembangunan industri di negara Jepang dan Taiwan

merupakan lanjutan keberhasilan pembangunan di sektor pertanian.

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Taiwan

merupakan kontribusi yang sangat penting dalam mendukung pembangunan

pertanian. Pemerintah Jepang dan Taiwan juga berhasil dalam membangun

budaya kerja sehingga rakyat mereka memiliki produktivitas yang tinggi.

Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang

sangat besar kepada pembangunan (Lynn, 2003). Kontribusi pertanian tersebut

adalah:

1. Meningkatkan persediaan makanan.

2. Pendapatan dari ekspor.

3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri.

4. Pembentukan modal.

5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.

Lynn (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan

hanya alat bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga

menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan

kebutuhan milyaran penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan

transformasi sektor pertanian:

1. Peningkatan produktivitas pertanian.

2. Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor

pertanian.

3. Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar.

Handika Pratama

Ikuti 7

Lihat profil lengkapku

Tentang saya

► 2013 (34)

▼ 2012 (18)

► 12/16 - 12/23 (1)

► 12/02 - 12/09 (8)

▼ 11/25 - 12/02 (9)

KEMAJUAN IPTEK

SENI RUPA TERAPAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKANAKTIVITAS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS

KONSEP HUKUM DALAM ISLAM

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

GAMBARAN UMUM PEREKONOMIANINDONESIA

PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

PENCATATAN MUSYARAKAH DANMUDHARABAH

Dokumen Blog

Pilih Bahasa

Diberdayakan oleh Terjemahan

Ubah Bahasa

Statistik Tayangan Blog

2 9 0 6 7

Pengikut 0

Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Page 2: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 2/12

Pada tahun 1970-an, produktivitas pertanian di Asia dan Afrika 45

persen di bawah negara barat pada saat awal revolusi industri. Sejak beberapa

dekade, pertumbuhan output pertanian semakin kecil dibandingkan dengan

pertumbuhan output secara keseluruhan (Lynn, 2003).

Pada abad XX, banyak ditemukan perlakuan yang salah kepada petani.

Di Uni Soviet pada tahun 1920-an, Stalin mewajibkan petani menjual hasil

pertaniannya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditentukan oleh

pemerintah. Harga beli yang rendah dan harga jual yang tinggi menghasilkan

pendapatan bagi pemerintah. Petani kecil diperintahkan untuk bergabung

(collective farm), sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan hasil.

Pemerintah RRC juga mengikuti kebijakan collectivization (Lynn, 2003).

Kekuatan bukanlah alat untuk mengeksploitasi petani. Beberapa negara

berkembang menekan harga pertanian rendah, beberapa negara mengenakan

pajak akan aktivitas pertanian, mencabut modal pada daerah pedesaan, secara

umum dapat dikatakan banyak negara menempatkan industrialisasi di atas

segalanya. Model Lewis hanya membuat beberapa ekonom dan pembuat

kebijakan berpikir bahwa pertanian adalah tempat untuk mempekerjakan

kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh industrialisasi (Lynn, 2003).

BAB II

PEMBAHASAN

A. HARGA PERTANIAN: PASAR DAN PEMERINTAH

Salah satu persoalan dalam kebijakan pertanian adalah penetapan harga

dari produk pertanian. Pemerintah pada negara berkembang sering mengambil

alih keputusan penetapan harga. Pernyataan dari Ekonom barat bahwa negara

miskin harus membiarkan pasar bekerja terlihat bohong, terbukti dengan adanya

subsidi kepada pertanian pada negara maju (Lynn, 2003).

Keputusan apa yang akan ditanam, di mana akan dijual, di mana akan

dikerjakan, dan banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh petani kecil, suatu

saat harus cepat, untuk merubah harga relatif. Perlawanan terhadap perubahan

adalah fungsi dari ke-tidak-aman-an ekonomi (Lynn, 2003).

a. Konsekuensi Pembatasan Harga (Price Ceiling)

Pandangan yang salah akan perilaku petani membawa pemerintah untuk

mengatur harga pasar terbawah. Banyak pemerintah mempercayai bahwa

pemaksaan akan mempertahankan produksi pertanian, padahal kekurangan

penawaran untuk pasar akan membuat harga menjadi tidak relevan bagi petani.

Kebijakan harga murah (low-price policy) yang mengenakan pajak pertanian dan

subsidi politik kepada masyarakat kota (Lynn, 2003).

Lynn (2003) menjelaskan bahwa pemerintah melakukan penetapan harga

dengan beberapa alasan. Penetapan harga yang rendah disebabkan oleh:

1. Pengertian yang salah akan respon petani terhadap harga, beberapa pejabat

pemerintah mempercayai bahwa dengan harga yang tinggi hanya orang kaya dan

petani besar saja yang diuntungkan.

2. Pemerintah berpendapat bahwa harga pangan yang rendah akan memberikan

dampak yang positif bagi konsumen dan keuntungan bisnis. Melalui marketing

boards, perusahaan yang membayar harga rendah pada petani dan menjual

dengan harga tinggi pada konsumen, terutama konsumen luar negeri

3. Pemerintah berpikir mereka dapat mengumpulkan dana untuk pembangunan.

4. Pemerintah percaya bahwa dengan penetapan harga pertanian yang rendah

dapat mendorong industrialisasi.

Sebagian besar dari asumsi tersebut adalah salah. Walaupun harga pangan dan

bahan baku yang rendah menguntungkan konsumen dan industri, akan tetapi hal

ini membunuh pertanian di banyak negara, terutama di Afrika. Petani yang miskin

dirugikan karena mereka hanya memiliki sedikit pilihan untuk menanami tanah

mereka (Lynn, 2003).

Karena kesalahan ini, pemerintah tetap segan membiarkan pasar untuk

menentukan harga pertanian. Pejabat pemerintah kadang mencurigai bahwa

pasar akan memberi kesempatan kepada tengkulak untuk mengeksploitasi petani

Page 3: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 3/12

miskin. Kejadian tak terduga juga menyebabkan fluktuasi yang tinggi untuk

produk pertanian. Fluktuasi membatasi keefektifan dari harga sebagai sinyal

kepada produsen dan menyebabkan ketidakpastian pada konsumen. Produsen

merespon harga lebih dapat dipercaya (Lynn, 2003).

Harga pertanian yang ditentukan pasar mencerminkan keterbukaan pada

perdagangan luar negeri. Resesi dan subsidi pada negara industri dapat menekan

harga pertanian. Negara berkembang sebagai pengekspor produk pertanian akan

menekan pendapatan ekspor, produksi domestik yang bersaing dengan bahan

pertanian hasil subsidi dari negara maju akan rugi. Kemampuan untuk

menyediakan bahan pangan murah kepada rakyat terutama daerah kota akan

menjadikan problem tersendiri. Harga pangan yang tinggi akan menyebabkan

tuntutan gaji yang lebih tinggi, dan akan menstimulasi inflasi (Lynn, 2003).

b. Konsekuensi Lain pada Intervensi Harga

Banyak pemerintah negara berkembang mencoba untuk menjembatani

perbedaan antara harga pertanian yang terlalu tinggi untuk konsumen dan terlalu

rendah untuk produsen dengan melakukan intervensi dalam penetapan harga.

Pemerintah dapat menentukan harga farm-gate, yaitu harga yang diterima oleh

petani dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkan produksi. Proses ini

sangat rumit karena ada sejumlah banyak jenis hasil pertanian, dengan

kemungkinan untuk petani untuk melakukan subtitusi dari hasil pertanian satu ke

hasil pertanian lainnya. Pengendalian harga juga ditempatkan pada bahan

pertanian yang telah diolah pada tingkat harga eceran (Lynn, 2003).

Kesalahan dalam penetapan harga menyebabkan banyak masalah. Harga

farm-gate yang rendah mengakibatkan produksi rendah ataupun penjualan hasil

pertanian di luar jalur resmi. Harga eceran yang terlalu rendah menyebabkan

subisidi pemerintah yang besar (Lynn, 2003).

Pemerintah juga sering mencoba untuk mengimbangi harga farm-gate

yang rendah dengan subsidi harga bahan baku pertanian, akan tetapi hal ini

menimbulkan masalah tersendiri. Subsidi pada pabrik pupuk pemerintah yang

tidak efisien akan menyebabkan biaya produksi tinggi dan pengiriman yang tidak

efisien. Subsidi untuk membeli mesin menyebabkan overmechanization.

Mempromosikan kredit, baik melalui subsidi suku bunga atau mencoba kekuatan

bank untuk meminjamkan dana kepada petani, umumnya gagal mengefisienkan

alokasi dana untuk petani (Lynn, 2003).

Harga Bukan Segalanya Peter Timmer menyarankan bahwa fungsi utama

pemerintah bukan hanya merangsang produksi dalam jangka pendek, akan tetapi

juga dalam menciptakan iklim investasi dan ekspektasi pembuat keputusan pada

ekonomi pedesaan akan keuntungan aktivitas di pedesaan di masa depan. Harga

harus ditempatkan sesuai context (Lynn, 2003).

Sebuah penelitian mengenai kebijakan harga pertanian di Asia

menyimpulkan bahwa keuntungan mendorong produksi, keuntungan bukan hanya

menyangkut harga. Penelitian jangka panjang mengenai kebijakan pertanian oleh

Bank Dunia menyatakan bahwa bila insentif harga yang sesuai berdasarkan

makro ekonomi dan kebijakan sektoral memainkan peran penting dalam

menjelaskan kinerja, kualitas sumber daya alam dan dari teknologi, institusi,

politik, dan investasi manusia dan investasi menentukan kemampuan petani kecil

untuk mengelola tanah dan tenaga kerja, dua faktor penting yang menjelaskan

pertumbuhan (Lynn, 2003).

c. Masalah dari Liberalisasi Pasar Pertanian

Pengendalian pemerintah pada harga dan pemasaran pertanian terlihat

mencolok di beberapa negara Afrika. Penetapan harga masih tersisa di pasar,

pemerintah mengijinkan pendekatan privatisasi lebih besar (Lynn, 2003).

Pendekatan privatisasi telah berhasil dalam hal mengirimkan pangan

untuk daerah kota dan pedesaan, akan tetapi tidak ada peningkatan dalam

penawaran seperti yang diperkirakan oleh pendukung reformasi. Hal ini

menjelaskan bahwa memperoleh harga yang benar hanyalah bagian dari jawaban.

Page 4: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 4/12

Kekurangan infrastruktur, penelitian, informasi pasar, dan dukungan legal dan

organisasi telah melemahkan kemampuan petani untuk mencapai harga yang lebih

tinggi (Lynn, 2003).

B. TANAH, TENAGA KERJA DAN MODAL

Faktor produksi seperti tanah (land), tenaga kerja (labor) dan modal

(capital) mengubah bahan baku menjadi barang dan jasa.

a. Tanah (Land)

Lynn (2003) mengemukakan bahwa kebijakan pertanian harus juga

memperhatikan masalah lingkungan. Dua aspek dari tanah sangat penting.Aspek

tersebut adalah:

1. Pengertian fisik dari tanah.

2. Hubungan legal antara tanah dan petani.

Petani harus mengerti mengenai karakteristik tanah sebelum memilih jenis

tanaman yang akan ditanam dan teknik yang akan digunakan. Monocropping

yaitu menanami area yang luas dengan satu jenis tanaman seperti yang pernah

dilakukan di Amerika Utara dan di Asia Tenggara dapat berbahaya. Cuaca

buruk, hama, penyakit, atau penurunan permintaan konsumen dapat merugikan

pada penanaman satu jenis tanaman (Lynn, 2003).

Diversifikasi tanaman yang sesuai memelihara nutrisi tanah dan melindungi

petani dari harga yang rendah pada penanaman jenis tanaman tunggal. Kebutuhan

untuk pengetahuan yang tinggi dan spesifik mengenai geografi dan ekologi berarti

penelitian diperlukan untuk menjamin kecocokan tanah, tanaman, dan teknik.

Teknik di sini termasuk pemilihan dan penggunaan pupuk, mesin yang tepat,

praktik pertanian itu sendiri seperti waktu tanam dan crop rotation (rotasi

tanaman) (Lynn, 2003).

Tekanan populasi dan perubahan pada tanaman atau metode pertanian

mengarah pada degradasi tanah (soil degradation). Studi pada pertanian Kenya

mengevaluasi sejumlah tanaman dari makanan pokok seperti jagung dan kedelai

untuk diekspor, termasuk teh, kopi, sayuran (seperti tomat), dan bunga.

Perlindungan tanah alami digantikan jagung dan kedelai sehingga mengurangi

kekuatan erosi tanah. Sayuran mendorong ekspor ke Eropa, membuat

perlindungan tanah yang jelek, menggunakan pupuk dan pupuk secara besar-

besaran, yang terbawa ke lokasi lain melalui saluran irigasi, dan menggunakan

bibit impor, yang dapat membawa hama asing. Teh yang diekspor selama

beberapa dekade, relatif ramah kecuali sejumlah besar bahan bakar yang

dibutuhkan saat proses pengeringan. Pertimbangan seperti inilah yang dibutuhkan

untuk memutuskan secara berhati-hati apa yang akan ditanam dan di mana akan

ditanam (Lynn, 2003).

Petani lebih produktif apabila mereka memiliki tanah secara langsung.

Akan tetapi karena kepemilikan tanah sangat mahal. Lynn (2003) menjelaskan

bahwa pembagian hasil panen (sharecropping) dapat mengurangi motivasi petani,

akan tetapi pembagian hasil panen memiliki dua keuntungan:

1. Mengurangi risiko bagi petani yang tidak memiliki modal, kecuali risiko cuaca

dan pasar yang tidak baik.

2. Pembagian hasil memberikan petani jalan untuk mendapatkan kredit kepemilikan

tanah.

Pentingnya hubungan antara petani dan pemilik tanah membawa satu isu

politik yang besar dalam pembangunan ekonomi yaitu reformasi tanah (land

reform), yaitu perubahan dalam struktur kepemilikan tanah (Lynn, 2003).

Sepanjang sejarah pembangunan dunia, kolonialisme memberikan bekas

pada tanah. Jepang di Korea dan bangsa Eropa dan Amerika di Afrika, Asia dan

Amerika Latin menghasilkan tanah yang hanya ditanami satu jenis tanaman,

seperti kopi, teh, tebu, pisang, dan lainya yang ditanam untuk ekspor. Penjajah

biasanya memiliki tanah yang paling subur, bahkan setelah kemerdekaan suatu

negara, perkebunan ini tetap dimiliki oleh bangsa asing, oleh karena itu kebutuhan

yang paling sering untuk reformasi tanah adalah untuk menggulingkan perkebunan

Page 5: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 5/12

tersebut (Lynn, 2003).

Lynn (2003) mengemukakan bahwa pihak yang diuntungkan dari adanya

reformasi tanah adalah orang yang tidak memiliki tanah dan bekerja untuk pemilik

tanah dengan upah yang rendah. Beberapa pembenaran ekonomi untuk

menggulingkan perkebunan dan latifύndios (tanah luas) yaitu:

1. Pemilik asing yang pergi biasanya meninggalkan tanah dan dibiarkan

tak tergarap dan tidak memiliki kontribusi kepada pembangunan.

2. Tanaman cenderung untuk ekspor, sehingga adanya kekurangan

pangan untuk rakyat.

3. Kepemilikan tanah bagi petani kecil akan menyediakan insentif dan

akan mendorong metode pertanian yang lebih produktif.

4. Pemerataan pendapatan akan mendorong kebutuhan akan barang

konsumsi.

Pengalaman di Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan menunjukkan bahwa

distribusi tanah yang lebih merata. Bruce Johnston menyebut bentuk unimodal

yaitu tingkat kepemilikan medium sized kebalikan dari bimodal yaitu tingkat

kepemilikan yang sangat besar dan tingkat kepemilikan yang sangat kecil. Setelah

perang dunia kedua, pengusiran Jepang dari Korea menyebabkan distribusi tanah

yang dimiliki oleh Jepang dan orang Korea yang bekerja sama dengan Jepang

(Lynn, 2003).

Bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian kecil lebih efisien. Beberapa

penelitian menghitung produktivitas pertanian kecil. Nilai tambah per hektar

menurun dengan meningkatnya ukuran kepemilikan tanah. Di lain pihak nilai

tambah per pekerja naik seiring dengan ukuran tanah, hal ini kemungkinan

adanya penggunaan mesin (mechanization) (Lynn, 2003).

Bila petani untuk dari bekerja lebih intensif sesudah reformasi, output per

hektar dapat meningkat walaupun output per pekerja turun, dan ini akan menjadi

menguntungkan sampai saat marginal product dari pekerja sama dengan gaji.

Mempekerjakan anggota keluarga pada pertanian kecil lebih efisien daripada

mengupah pekerja, hal inilah yang menyebabkan pemilik tanah pertanian yang

luas menyewakan tanahnya ke keluarga petani (Lynn, 2003).

Dari sisi ekologi, reformasi tanah harus bertujuan untuk menyediakan

keamanan yang diperlukan untuk mendorong penggunaan tanah yang

berkelanjutan (sustainable use of the land). Penggunaan tanah baik oleh individu

maupun kelompok dapat merusak kelanjutan dalam jangka panjang (sustainable

in the long run) karena keinginan untuk memperoleh keuntungan yang cepat

(Lynn, 2003).

Banyak penelitian menyimpulkan bahwa reformasi tanah sebagian besar

gagal. Kasus yang paling sukses adalah Jepang setelah perang dunia kedua,

Taiwan setelah menyingkirnya pemerintahan nasionalis dari daratan (mainland)

sejak revolusi komunis, dan Korea Utara setelah perang Korea, hal ini

dikarenakan adanya beberapa perkecualian (Lynn, 2003).

Lynn (2003) menjelaskan bahwa kunci keberhasilan reformasi tanah

seperti di Jepang dan Taiwan yaitu terdapat organisasi politik yang lebih baik dan

birokrasi pemerintahan mampu membawa reformasi. Reformasi yang dicoba di

Amerika Latin, Filipina, Mesir, dan India gagal karena satu dari problem di

bawah ini, problem tersebut adalah:

1. Ketidakmampuan kekuatan politik untuk membawa reformasi

2. Kurangnya kebijakan ekonomi yang tepat untuk mendukung pemilik

tanah yang baru.

b. Tenaga Kerja (Labor)

Lynn (2003) menjelaskan bahwa ada 2 karakteristik penting tenaga kerja pada

pertanian:

1. Orang yang menanam harus memiliki keahlian yang banyak.

2. Perempuan dan anak-anak memiliki bagian yang signifikan dalam tenaga kerja

pertanian.

Lynn (2003) menjelaskan bahwa kegiatan pertanian sangat bermacam-

macam. Kegiatan tersebut adalah:

Page 6: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 6/12

1. Persiapan pengadaan alat kerja, tenaga kerja, bibit, pupuk dan hal lain yang

dibutuhkan.

2. Persiapan tanah.

3. Penanaman, penyiangan.

4. Penyemprotan pestisida.

5. Pengusiran burung dan binatang dari sawah.

6. Pengambilan hasil panen.

7. Penyimpanan hasil panen.

8. Penjualan hasil panen.

9. Perawatan peralatan.

Beberapa tanaman ditanam dan dipanen tidak dalam waktu bersamaan,

hal ini sering dilakukan lebih dari sekali setahun. Pertanian melibatkan juga

peternakan, baik skala besar, skala kecil, untuk diperdagangkan maupun

konsumsi sendiri (Lynn, 2003).

Lynn (2003) juga menjelaskan bahwa selain aktivitas di atas, petani juga memiliki

tugas lain. Tugas tersebut adalah:

1. Merawat rumah

2. Merawat anak dan orang tua.

3. Mencari pinjaman.

4. Berurusan dengan pemerintah.

5. Berpartisipasi pada politik desa dan organisasi sosial.

Kegiatan ini memerlukan penjadwalan yang tepat. Anak mungkin

diperlukan untuk bekerja di sawah, opportunity cost dari pendidikan mereka

akan menjadi lebih tinggi saat puncak musim, contohnya saat panen (Lynn,

2003).

Salah satu masalah yang dihadapi dalam mengembangkan produksi

pertanian adalah pembagian kerja berdasarkan gender. Di banyak negara

terutama di Afrika, bisnis pedesaan didominasi oleh wanita. Wanita dan anak-

anak mengemban beban yang paling berat secara fisik. Contohnya adalah jalan

jauh untuk mencari kayu bakar dan air, menyiapkan tanah, menyiangi, dan

memanen. Selain itu wanita sering menggendong anak. Wanita harus menjual

sebagian atau seluruh hasil panen serta mengerjakan pekerjaan rumah (Lynn,

2003).

Ringkasan dari 12 penelitian mengenai jam kerja harian di daerah

pedesaan menunjukkan bahwa hanya 2 kasus pria bekerja lebih lama, itupun

tidak signifikan (8,54 jam per hari dibandingkan 8,50 jam kerja wanita).

Sedangkan 10 penelitian lainnya mengungkapkan bahwa wanita bekerja lebih

lama (9,93 jam per hari dibandingkan 7,13 jam kerja pria) (Lynn, 2003).

Penyuluhan pemerintah ke desa biasanya hanya mengundang penduduk

pria saja, walaupun sebenarnya wanita yang mengerjakannya. Jarang ada proyek

pengembangan yang berorientasi kepada wanita (Lynn, 2003).

c. Modal

1. Masalah dengan Mesin

Lynn (2003) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan antara

pembangunan pertanian di masa lalu yang terjadi di negara industri dengan yang

sekarang terjadi di negara berkembang. Di negara barat, intensitas modal (rasio

modal dengan pekerja) pertanian meningkat secara perlahan, biasanya

dikarenakan sumber daya tanah yang berlebihan. Penggunaan modal

berhubungan dengan kelangkaan tenaga kerja, hal ini kebalikan dengan padatnya

penduduk di daerah pedesaan saat ini. Keuntungan pertanian di awal negara

maju adalah:

1) Tidak tergantung dengan mesin, spare part, dan bahan bakar impor.

2) Memiliki kemampuan teknologi tanpa tergantung dengan ahli luar negeri.

3) Tidak berkompetisi dengan bahan pangan impor yang murah.

Penggunaan mesin harus dipertimbangkan untung ruginya. Mesin pertanian harus

tepat guna. Dengan penurunan area, alat tangan, mesin kecil, bajak lebih efisien

daripada penggunaan traktor. Pengaturan sosial yang baik dapat membuat

Page 7: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 7/12

sekelompok orang untuk berbagi pakai mesin (Lynn, 2003).

2. Pendanaan Pembangunan Pertanian

Kurangnya dana pinjaman sering menghalangi petani dalam mengadopsi

teknologi baru. Institusi keuangan formal jarang didirikan di daerah pedesaan

karena bankir berpikir bahwa di pedesaan tabungan sangat kecil dan jarang ada

investasi yang menguntungkan. Institusi pemerintahan biasanya juga menunjukkan

perilaku yang sama (Lynn, 2003).

Ketika tabungan potensial ada di daerah pedesaan, tabungan individu

cenderung sedikit dan tersebar di antara populasi. Di beberapa daerah khususnya

di Amerika Tengah dan Karibia, berhasil mengumpulkan tabungan di daerah

pedesaan. Bank Grameen di Banglades biasanya menyediakan pinjaman non-

pertanian di daerah pedesaan. Proyek di Malaysia dan Malawi menunjukkan

hasil yang sama yang diperoleh negara lain. Bank Rakyat Indonesia mendirikan

sistem bank pedesaan yang telah mencapai “jutaan” nasabah berpendapatan

rendah di daerah pedesaan tanpa bergantung pada subsidi (Lynn, 2003).

Tujuan utama dari kebijakan kredit harus dapat menciptakan

seperangkat institusi keuangan di daerah pedesaan yang mandiri dan

berkelanjutan (self-sustaining). Tujuan dari institusi ini tidak hanya menyediakan

pinjaman dengan mudah, akan tetapi juga mampu memobilisasi tabungan. Institusi

ini harus menyediakan keuntungan untuk penabung (Lynn, 2003).

Pendanaan informal biasanya terdapat di daerah pedesaan, biasanya

menyediakan pinjaman dengan bunga tinggi dan memiliki kekuatan monopoli,

walaupun tidak semuanya. Pinjaman sudah menjadi kehidupan pada pertanian.

Kebutuhan komunitas diidentifikasi dengan kebutuhan individu. Institusi terbaru

yang mengganti pendanaan informal harus membuat kondisi menjadi lebih baik,

bukan lebih buruk (Lynn, 2003).

3. Adopsi Teknologi: Agricultural Extension

Mesin hanyalah salah satu aspek teknologi. Teknologi pertanian

melibatkan masalah fundamental seperti metode penanaman, pupuk untuk tanah

tertentu, dan cara penanaman bibit jenis baru yang benar. Penelitian sampai

menjadi bibit membutuhkan kondisi tanah dan iklim yang baik. Petani harus

mempertimbangkan hubungan antara pupuk dan ekologi. Efektivitas pupuk harus

seimbang dengan biayanya. Agricultural extension adalah sebuah cara untuk

pegawai pemerintahan yang telah terlatih untuk membantu petani belajar

mengenai dan menggunakan teknologi baru. Sebidang tanah kecil ditanami oleh

agen ekstensi dengan kondisi yang sama dengan yang dihadapi petani dapat

menghasilkan beberapa hasil. Sebaliknya, agen ini harus terbuka kepada teknik

yang digunakan penduduk lokal. Percobaan mengkonfirmasi bahwa petani akan

mengadopsi jenis bibit baru dan teknik baru yang terbukti dapat diandalkan

secara teknik maupun ekonomis. Pengalaman di Turki dan India menunjukkan

bahwa agen harus sering mendatangi pertanian. Sistem pelatihan dan kunjungan

(training and visit system) dari Bank Dunia menunjukkan keuntungan yang

dihasilkan dari kontrak antara agen dan petani (Lynn, 2003).

Inovasi lingkungan menjadi penting sehingga beberapa ekonom secara

eksplisit mengikuti model induced innovation dari pembangunan pertanian. Model

ini menekankan pada insentif untuk menabung dari sumber daya yang langka.

Pada negara yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia, seperti Amerika

Serikat dan Kanada, pembangunan teknologi awalnya menekankan

menggunakan mesin yang banyak sehingga hanya diperlukan sedikit pekerja

untuk ladang pertanian yang besar. Pada negara yang memiliki keterbatasan

tanah dan modal, seperti di Asia, induced innovation ditekankan pada alat biologi

dan kimia untuk meningkatkan produktivitas (Lynn, 2003).

4. Karakteristik Sosial dari Teknologi: The Green Revolution

Green Revolution merujuk pada peningkatan produksi dengan kombinasi

dari jenis bibit yang tinggi (high yielding) hasilnya dengan penggunaan air dan

pupuk yang intensive. Aplikasi dari teknologi baru ini memiliki konsekuensi sosial

(Lynn, 2003).

Green Revolution pada tahun 1960-an dan 1970-an adalah tanggapan

Page 8: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 8/12

pada keprihatinan global mengenai pertumbuhan yang lambat dari produksi

pangan di negara berkembang. Ini adalah hasil dari penelitian pertanian yang

sebagian besar dilakukan oleh International Rice Research Institute di Filipina dan

International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT adalah

singkatannya dalam bahasa spanyol) di Mexico. Penelitian ini mengenalkan bibit

yang high yielding varieties (HYVs – kadang disebut juga MVs – modern

varieties), dan dielu-elukan sebagai penyelamat pertanian negara berkembang

(Lynn, 2003).

Kesulitan timbul ketika bibit ini membutuhkan sejumlah tanah, air, pupuk

dan mesin yang sering tidak dimiliki petani kecil. Beberapa orang melihat hal ini

sebagai cara lain dari pemiskinan petani kecil, memperkaya pemilik tanah dan

negara maju yang menyediakan inputs (Lynn, 2003).

Sebuah studi yang dilakukan Inderjit Singh (1990) menunjukkan

beberapa hasil Green Revolution Banglades, India dan Pakistan yang

menghasilkan output per hektar dua kali lipat daripada bibit tradisional.

Walaupun tanpa penggunaan pupuk, beberapa HYVs menghasilkan satu

setengah kali hasil dari padi tradisional dan satu dua per tiga untuk gandum. Singh

(1990) menyimpulkan bahwa banyak penyakit sosial berhubungan dengan paket

HYVs adalah disebabkan kebijakan implementasi bukan teknologinya (Lynn,

2003).

Artikel mengenai analisis Green Revolution di Banglades menyimpulkan

bahwa Green Revolution menghasilkan padi yang lebih banyak dan lebih

konsisten akan tetapi tidak cukup untuk meningkatkan konsumsi per kapita.

Konsumsi padi-padian digantikan oleh konsumsi pangan lainnya seperti buah,

sayuran, dan ikan (Lynn, 2003).

Petani dan para ahli lingkungan prihatin akan dampak dari penggunaan

bibit dan teknologi baru terhadap kerusakan tanah. Bila kesuburan tanah rusak

dan keanekaragaman tanaman berkurang, ini akan menjadi masalah besar bagi

ekologi (Lynn, 2003).

Bagi pemerintah, apabila penyediaan pangan relatif terjamin, maka

pemerintah dapat mengganti perhatian kepada kebutuhan pembangunan yang

lainnya. Berkurangnya subsidi pemerintah dapat membebaskan beberapa sumber

daya untuk penelitian, pendidikan dan infrastruktur (Lynn, 2003).

Bioteknologi menjanjikan dapat mengatasi masalah keterbatasan Green

Revolution. Penelitian rekayasa genetik ditujukan untuk meningkatkan

kemampuan tanaman untuk mengambil nitrogen dari tanah, tahan akan penyakit,

dan meningkatkan nilai nutrisi. Biofertilizers digunakan untuk membantu tanaman

menyerap lebih banyak nitrogen dari atmosfer, dan tanaman hijau dapat

digunakan sebagai pupuk pengganti pupuk kimia (Lynn, 2003).

C. ASPEK TAMBAHAN PADA PEMBANGUNAN PERTANIAN

Pembangunan pertanian adalah bagian utuh dari pembangunan. Industri

harus menyediakan barang untuk petani. Lapangan kerja non pertanian perlu

untuk mempertahankan keluarga di daerah pedesaan. Produksi pangan harus

konsisten dengan selera konsumen (Lynn, 2003).

a. Barang Insentif

Petani tidak memproduksi surplus untuk mendapatkan uang. Uang sangat

berharga jika ada barang yang bisa dibeli, kadang disebut barang insentif

(incentive goods). Apabila barang insentif kurang tersedia, hasil pertanian dapat

turun, atau bisa terjadi penyelundupan bahan baku ke luar negeri untuk

ditukarkan dengan barang konsumsi. Kekurangan barang insentif juga dapat

menyebabkan eksodus populasi (Lynn, 2003).

b. Industri Pedesaan

Pertanian bukan satu-satunya aktivitas yang dilakukan di daerah

pedesaan. Kegiatan lainnya seperti kegiatan jasa yang berhubungan dengan

pertanian, yaitu pemasaran, pendanaan, penyediaan jasa sosial, perawatan mesin,

jasa eceran, pemerintahan dan jasa manajemen dan administrasi. Sebagai

tambahan, pedesaan juga membutuhkan manufakturing, dari bahan baku yang

dihasilkan dari sektor pertanian, yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari

Page 9: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 9/12

daerah yang jauh. Aktifitas tersebut meliputi pengolahan padi dan pengolahan

makanan lainnya, pakaian, barang kulit, material konstruksi, dan peralatan

pertanian (Lynn, 2003).

Bukti empiris mengindikasikan bahwa kegiatan industri di pedesaan tidak hanya

menyediakan lapangan kerja, akan tetapi juga menyediakan sumber penghasilan

yang penting bagi rumah tangga di pedesaan. Beberapa bukti menunjukkan

industri di pedesaan lebih efisien dan ekonomis daripada industri skala besar di

kota (Lynn, 2003).

Urbanisasi memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif. Penelitian dari Uttar

Pradesh, sebuah daerah di India menunjukkan urbanisasi dapat memberikan

aliran dana ke relasinya di pedesaan (Lynn, 2003).

Sumbangan penting bagi kegiatan non pertanian di daerah pedesaan adalah

pemberdayaan wanita untuk mengelola kegiatan non pertanian di daerah

pedesaan. Sebagai tambahan dalam pengembangan pangan, seperti pemasaran

pangan, atau sebagai pekerja kerajinan atau pekerja pabrik, pendapatan wanita

penting untuk meningkatkan hidup di atas garis kemiskinan. Pendidikan wanita,

status resmi, dan akses kredit akan mendukung posisi wanita di dalam industri

pedesaan (Lynn, 2003).

c. Konsumsi Pangan: Perubahan Pertanian dan Makanan

Kebiasaan makan sangat sulit untuk diubah, bahan pangan jenis baru

akan sulit diterima. Pengembangan teknologi baru di bidang pertanian harus

menyesuaikan keinginan pasar (Lynn, 2003).

Pada sisi sebaliknya, perubahan kebiasaan makan juga menimbulkan

persoalan. Perubahan negara berkembang menjadi negara industri, mereka akan

terpaksa membeli apapun yang ditawarkan, pengenalan akan jenis pangan yang

baru menyebabkan perubahan selera. Hal ini dapat mempengaruhi produksi lokal

kurang bersaing dengan komoditi baru. Pemerintah harus berhati-hati akan hal ini,

pemerintah jangan menggunakan sistem harga buatan yang mendorong makanan

pengganti yang mahal (Lynn, 2003).

D. PERAN PEMERINTAH

Campur tangan pemerintah di bidang pertanian merupakan fenomena

yang telah mendunia. Subsidi pertanian dan dukungan pemerintah pada negara

maju hanya mendorong efisiensi dan merusak negara miskin dengan menurunkan

daya saing hasil pertanian negara miskin (Lynn, 2003).

a. Peran Mikro Ekonomi Pemerintah

Salah satu “rule of thumb” yang baik adalah perusahaan swasta yang independen

memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dari badan pemerintah

dalam membawa fungsi komersial, seperti produksi atau pemasaran produk

pertanian dan mendistribusikan kebutuhan pertanian. Di Tanzania, Zambia dan

beberapa negara di Afrika, pemerintah mengambil alih pendanaan, industri

pokok, dan operasi impor ekspor. Dalam 10 sampai 15 tahun, dengan alasan

menghilangkan eksploitasi perusahaan swasta, pemerintah tersebut

mengoperasikan jasa angkutan lokal, mendirikan retail kecil, dan beberapa

perusahaan skala kecil. Dari aktivitas ini dengan cepat membuat buruk

perekomomian karena maraknya ketidakmampuan dan korupsi (Lynn, 2003).

Lynn (2003) menjelaskan bahwa campur tangan pemerintah harus dibatasi,

campur tangan pemerintah di sektor pertanian sangat sulit untuk diidentifikasi.

Beberapa aktivitas sangat penting untuk dilakukan pemerintah karena tidak

terjangkau oleh petani kecil.

1. Infrastruktur

Pemerintah, baik daerah maupun nasional, memiliki peran penting dalam

menyediakan infrastruktur. Beberapa proyek seperti jalan, listrik, komunikasi,

dan irigasi membutuhkan modal yang besar, jangka panjang dan menciptakan

ekonomi eksternal. Infrastruktur ini membuat pertanian lebih produktif dan

menghancurkan rintangan masuk ke pasar, selain itu juga meningkatkan efisiensi

dari alokasi sumber daya.

2. Informasi

Penyediaan informasi sangat bermacam-macam. Petani membutuhkan

Page 10: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 10/12

informasi mengenai kondisi pasar, teknologi baru dan cuaca. Penelitian dan

pengembangan menjadi target utama pemerintah, juga jasa tambahan yang

membawa hasil riset ke pertanian. Pendidikan dan pelatihan membantu petani

meningkatkan dan mengolah operasi mereka.

3. Membangun pasar

Pemerintah dapat membantu menciptakan dan meningkatkan pasar

dengan menyediakan pengukuran akurat untuk hasil panen, penyediaan asuransi

kegagalan panen, dan mendorong kredit skala kecil untuk membuat simpan

pinjam lebih mudah bagi petani. Pada beberapa kasus ketika area terisolasi,

pemerintah dapat memulai membuat transportasi, penyimpanan, dan pemasaran

fasilitas, aktivitas ini akan dilakukan oleh sektor swasta dan individu setelah

penghalang antara pasar runtuh.

4. Kebijakan Publik

Pemerintah harus berhati-hati akan efek dari insentif yang diberikan.

Sebagai contoh, pajak sangat penting akan tetapi tidak boleh mengurangi insentif

produksi, karena akan menyebabkan perbandingan harga pedesaan dan

perkotaan turun (rural/urban terms of trade).

b. Peran Makro Ekonomi Pemerintah

Studi mengenai dampak pemerintah pada pertanian sering menunjuk

kepada masalah makro ekonomi yang tidak berhubungan dengan pertanian.

Dampak ini dirasakan melalui 5 harga makro yaitu gaji, tingkat bunga, biaya sewa

tanah, indek harga pertanian, dan nilai tukar mata uang (Lynn, 2003).

Tingkat bunga mempengaruhi ketersediaan dana untuk petani. Bila

tingkat bunga tinggi demi memerangi inflasi, kredit akan terlalu mahal bagi petani

yang tidak memiliki banyak modal (Lynn, 2003). Kenaikan inflasi memiliki

dampak negatif dalam penurunan daya beli. Masyarakat kota dapat menekan

pemerintah untuk menekan harga pangan di bawah harga pasar. Biaya sewa

tanah dapat naik sejalan dengan inflasi, harga tanah kemudian akan menjadi lebih

tinggi, kenaikan ini menyebabkan petani miskin tidak memiliki tanah (Lynn,

2003). Perbandingan nilai tukar petani (agriculture term of trade) akan tidak

dapat diprediksi dengan peningkatan inflasi. Harga biasanya tidak naik secara

sama, pemerintah lebih menekan harga pangan dari pada harga barang industri

yang akan dibeli oleh petani. Inflasi menghambat investasi dan memperlambat

peningkatkan produktivitas pertanian (Lynn, 2003).

Pemerintah juga dapat mengacaukan ekonomi dengan keputusannya

dengan memanipulasi nilai tukar mata uang. Bila mata uang domestik dihargai di

atas harga pasar, akan menyebabkan kehancuran terbesar di sektor pertanian.

Pertama hal ini akan menghambat ekspor, karena orang asing harus membayar

lebih mahal untuk mendapatkan mata uang untuk membeli barang tersebut.

Padahal pasar dunia sangat kompetitif. Kemudian hal ini mendorong impor

karena mata uang asing relatif lebih murah, impor pangan akan menyebabkan

tekanan bagi produksi, harga dan pendapatan di sektor pertanian. Impor barang

modal dan barang intermediasi menyebabkan bias dalam produksi domestik

menjadi industri dan menjauhi pertanian. Hal ini merusak pertanian di negara

berkembang dan pemerintah perlu mencermati adanya keterkaitan antara makro

ekonomi dan pertanian (Lynn, 2003).

E. PANGAN DAN PERTANIAN: SEBUAH KAJIAN KESEIMBANGAN

Ada sebuah pertanyaan fundamental mengenai tujuan pembangunan

pertanian. Pertanian lebih dari hanya sekedar produksi pangan. Pertanian juga

meliputi industri hasil pertanian seperti kapas, benang, pyrethrum (obat serangga),

dan tembakau. Tidak semua tanaman ditanam untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri melainkan juga untuk ekspor. Ada perdebatan mengenai pilihan yang harus

diambil apakah negara miskin harus berkonsentrasi pada produksi bahan pangan

dasar atau menanam tanaman untuk ekspor untuk mendapatkan devisa. Pilihan

tidak hanya terbatas masalah keuntungan produsen ataupun permintaan

konsumen. Ketergantungan dari banyak negara dalam pertanian berarti bahwa

jenis tanaman memiliki dampak besar bagi pembangunan negara (Lynn, 2003).

a. Politik Kolonial

Page 11: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 11/12

Diposkan oleh Handika Pratama di 00.36

Label: PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

Di bawah pemerintahan kolonial, petani tidak dapat selalu memilih

tanaman yang akan ditanam. Kekuatan kolonial mendikte pertanian sesuai

kebutuhan negara penjajah, yang utamanya ditujukan untuk konsumsi langsung

negara penjajah dan perdagangan. Perkebunan gula di Karibia dan Afrika,

Perkebunan sisal di Afrika dan Asia, dan beberapa area lainnya adalah perintah

dari pemerintahan kolonial. Kewajiban membayar pajak kepada petani dalam

bentuk uang tunai memaksa petani untuk menanam tanaman demi uang daripada

melakukan barter dan memaksa petani untuk meninggalkan keluarganya untuk

bekerja di perkebunan yang jauh. Kemerdekaan disertai ketidakpercayaan

kepada kekuatan pemerintah kolonial dan pasar dunia, memunculkan sebuah

pertanyaan baru, haruskah sebuah negara mengubah orientasi produksi untuk

memenuhi kebutuhan sendiri, atau melanjutkan untuk bergantung pada ekspor

hasil pertanian untuk memperoleh devisa yang akan digunakan untuk mengimpor

makanan (Lynn, 2003).

b. Swasembada Pangan dan Ketahanan Pangan

Banyak kerusakan dilakukan pada produksi pertanian. Ketergantungan

pada bahan pangan impor melahirkan kebijakan pemerintah untuk bermaksud

memperoleh swasembada pangan dan ketahanan pangan (Lynn, 2003).

Swasembada pangan (self-sufficiency) penting untuk negara yang enggan

bergantung pada saat kritis atau bergantung pada fluktuasi harga pangan

internasional. Pada tahun 1973 harga beras dunia naik 85%, diikuti 90% pada

tahun selanjutnya, hanya turun sepertiga di tahun 1975 dan 30% di tahun 1976.

Banyak ekonom memilih ketahanan pangan daripada swasembada pangan. Hal

ini melibatkan gabungan dari produksi domestik dan kepercayaan pada pasar

internasional sebagai tambahan penting, dan teori ekonomi lama yaitu keuntungan

komparatif (comparative advantage). Suatu negara memproduksi barang yang

secara biaya relatif lebih unggul dan mengimpor barang lainnya, hal ini akan

mengolah sumber daya lebih efisien serta memproduksi lebih banyak output dan

pendapatan, makanan impor akan lebih murah daripada penggunaan sumber

daya domestik yang tidak efisien (Lynn, 2003).

Swasembada pangan lebih mahal. Bukti menunjukkan bahwa kebijakan

pertanian yang sesuai dapat menyeimbangkan bermacam-macam ekspor dan

bahan pangan (Lynn, 2003).

c. Situasi Pangan

Kelaparan adalah sebuah fenomena setempat. Bank Dunia pada tahun

1986 dalam laporannya mengenai kemiskinan dan kelaparan (poverty and hunger

began by noting) menyatakan dunia memiliki banyak makanan. Pertumbuhan

global pangan lebih cepat daripada pertumbuhan populasi yang buruk pada 40

tahun terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

· http://blogs.unpad.ac.id/selviwulandari/2010/06/03/peranan-pertanian-dalam-

pembangunan/

· www.google.com

Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Page 12: Kumpulan Makalah, Kliping, Proposal Dan Skripsi_ Pertanian Dan Proses Pembangunan

06/11/13 KUMPULAN MAKALAH, KLIPING, PROPOSAL DAN SKRIPSI: PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

handikadwipratama.blogspot.com/2012/12/pertanian-dan-proses-pembangunan.html 12/12

Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan

Pratinjau

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.