Upload
intan-kamelia-mohtar
View
222
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
puisi
Citation preview
Puisi MatematikaKarya : Intan Kamelia Mohtar
Ragaku terus berotasi disini
tapi serasionalnya aku ingin pergi
pergi dan takkan pernah ku tengok lagi
karena perih terlanjur mensubstitusi
di tempat ini hitam mendominasi
di tempat ini kelam mengeliminasi
bagai relasi tanpa fungsi
bagai subgrup tak berpenghuni
Tuhan,
sampai kapan aku dapat bertahan
bertahan dari bilangan hinaan
hingga merasa vektor hidup ini nyaman
Tuhan,
bantu elemen temukan himpunan
himpunan yang dapat menghargai
hingga elemen dapat tersenyum kembali
wahai penguasa hati
definisikan aku keikhlasan
agar aku tahu cara bersabar
mengharap setetes linier kebahagian
atau teoremakan aku kebencian
agar tak kenal fungsi memaafkan
sampai titik stasioner tinggi menjulang
sampai tak satupun mereka kan ku kenang
]SURGA SAINS DAN AGAMA
Lili peni lestari
Indahnya berteduh dalam sains dan agama
Mengotak-ngatik angka dengan statistika
Menjadikan property limit barisan tilawah
Memenuhi kriteria logaritma sang pujangga
matematika,
Barisan monoton bilangan cacah bermetamorfosa
pecahan rasional
Memberinya bentuk imaginer,aljabar-aljabar
differensial.
Elemen-elemen identitas,seakan tak mau kalah
turut membagi sifat aljabar dalam sedekah deret
kuasa
jika dunia butuh pembuktian teorema,maka agama
buth penjabaran segitiga
antara diri,Tuhan,dan manusia.
Nilai mutlak keberhasilansurga
Terjangkau dengan ketaksamaan iman dan takwa
antara pria dan wanita
Batas atas terbesar akan membawa manusia pada
harkatnya
Batas bawah terendah mengantarkan manusia pada
kehinaan.
Struktur aljabar tuhan terdeskripsi dalam alquran,
terdapat himpunan ayat sistem organisma,relasi
biologi,matematika dan sastra,
membawa kita pada surga sains dan agama.
DO’A SEBELUM TIDUR
Karya : Budiman S. Hartoyo
Maafkan saya, Tuhan
Baru kali ini sempat mengingat-Mu
Maafkan saya, Tuhan
Mungkin besok aku lupa lagi
Aku akan tidur
Mungkin beberapa jam saja
Kini terserah pada-Mu
Nasibku terlena di pangkuan-Mu
Aku tak bisa berdo’a panjang-panjang
Hanya kuminta
Tolong damaikan dunia, tolong damaikan
negeriku
Selama aku lelap tidur dan terlupa
Aku tahu Engkau takkan tidur
Dan takkan kunjung lupa
Oleh karena itu sebelum tidur kuminta pada-Mu
Apa saja yang baik untukku
Dan untuk siapa saja
(ah, barangkali Engkau tertawa
Tapi betapapun, maafkan aku)
BUNGA ANGGREK
Karya : Sukma Pertiwi
Bunga anggrek ...
Adalah bunga kesayanganku
Aku rawat dia setiap hari
Aku siram dia setiap hari
Aku temani dia setiap hari
Bunga anggrek ...
Aku tidak pernah meninggalkan dia sehari saja
Karena aku menyayanginya seperti temanku
sendiri
Bila aku bertemu dengan bunga anggrek
kesayanganku
Aku akan tersenyum gembira
Karena bungaku sangat indah dan bagus
Bunga anggrek semoga kita tidak akan berpisah
KEAKUAN PETUAH RAJA TUA
Karya : Jacksen M. Amin, Palembang
hhhhhuuuurrrrrrrr ...
ruh sejagat alam
runduk
tunduk
lurus
diamlah
“ allata’luu ‘alayyawaatuunii muslimiin “
Titahku titah Sulaiman jemariku jemari Daud
Rejungku rejung Nuh tongkatku tongkat Musa
Tawaku tawa Yusuf otakku otak Ibrahim
Jantungku jantung Isa hatiku hati Muhammad
Kau dengar ?
Tunduklah
Diamlah
Semedi bersamaku
Duduk bersanding menang aku
Tegak bersanding menang aku
Gulat bertanding menang aku
Menang aku barulah tingkah
Menang aku berkata tawa
Menang aku bergagah raga
Menang aku bersilat lidah
Tak satupun mampu tudingkan mata
Lelap !
Hhhhuuuuuuuurrrrrrrr ...
Raga bernyawa sejagat buana
Bertekuklah di sini
Tanpa busung dadamu
Meditasilah
Dengarlah
Gulung gulanggulang kugulung di jari tangan
Gilas gulatgulat kugilas di telapak kaki
Gilang gulingguling kugilang diatas kepala
Galang galinggaling kugalang dengan dada
Gulunggulanggilanggalinggalunggulinggilasgula
t
Gilasgulatgilasgulatgilasgulatgilasgulat
Gilas
Ah !
Luluhlah angkuhmu
DO’AKU
Karya : Susi Mahyuddin, Palembang
Tuhan,
Jangan Kau lepaskan aku
Yang tentram di tangan-Mu
Jangan Kau balikkan arah pandangku
Yang telah memandang lurus ke depan
Jangan Kau campakkan aku
Yang tenang berada di ketinggian-Mu
Tuhan,
Tetapkan aku berada di sini
Bersama kuasa-Mu yang tentram
Bersama elusan-Mu yang paling lembut
Bersama keridhoan-Mu
Tuhanku,
Berikanlah padaku
Bunga dunia dan akhirat yang harum
Berikanlah padaku
Sepotong tongkat bervolume
Kesucian-kesucian, kebaikan-kebaikan
Agar hatiku yang lemah ini tetap tegar berdiri
Berjalan atau berlari mengejar puncak
kebahagiaan itu
Berikanlah padaku
Jiwa besar yang berselubung kesederhanaan
Kerendahan hati, kesabaran, dan kedamaian
PINTU
Karya : Hamid, Jawa Barat
Pintu tempat masuk dan keluar
Pasti kau tahu
Pintu rumahku dari kayu
Ketuklah itu
Dan aku datang membukaan pintu untukmu
Masuklah kawan, masuklah
Kita bermain di dalam
Pintu tempat masuk dan keluar
Aku pun tahu
Jati berukir pintu rumahku
Kubayangkan begitu
Dan akupun datang mengetuk pintu
Bukakanlah wahai kawan
Kuharap kau ada di dalam menyambutku
Dengan senyuman
Pintu tempat masuk dan keluar
Kau dan aku sama-sama tahu
Pintu dapat ditutup dan dibuka
Kitapun sama-sama tahu
Tapi kupinta jangan kau tutup pintu itu
Pintu hatimu
Seperti akupun begitu, membukakan untukmu
pintu hatiku
Pintu hati yang terbuka
Pintu kasih sayang bersaudara
Sesama kita, sesama manusia
MALAM MENJADI HAMPA
Karya : Hendrijal, Bandar Jaya Lampung Tengah
Malam
Bulan terbujur kaku dan patah
Menanti misteri sanghyang
Bayang merambat diam-diam di dinding batu
Malam menjadi hampa
Ketika di bilik tak ada apa-apa
Aroma tanah menjadi irama musim
Namun di sinilah tempat menghabiskan malam
Tempat menyusun lagi kegagalan hari ini
Jadi sepiring bubur
Bekal perjalanan
Malam menjadi hampa
Sebelum kau
Melipatnya di daun ajal
TERBAYANG WAJAHMU YANG AYU
Karya : Muh. Umar, Padang Tikar KalBar
Di taman-taman kulihat
sekumtum mawar putih
berselimut sutera-sutera iman
setetes embun meresap dipori-pori hatimu
mawar-mawar putih
terselimut jilab yang suci
matahari memancarkan cahaya
menerangi jalanmu yang kelam
terbayang wajah yang ayu
bunga-bunga liar
layu, seakan mati
tangkai berduripun seakan sembunyi
kulihat jilbab putih penuh keanggunan
dan sayup-sayup angin pagi
ramah menerpa wajah
dan hatimu yang lugu
BARA KEMISKINAN
Karya : Muh. Umar,
Sisa-sisa keringatku
Menyala disinari mentari
Ranting-ranting kemiskinan
Dan seonggok bara api
Membakar jiwaku
Debu-debu putih suci
Melayang jauh hingga menghilang
Kelopak mata hatiku
Berlinang penuh misteri
Deru motor
Deru mobil
Mengusik malam-malam sunyi
Dan desah nafas panjangku
Mengeluhkan panasnya bara kemiskinan
EMBUN
Karya : Rasyid Masruri, Pancamukti MUBA
Kala fajar menyingsing
Engkau mulai ragu
Akan naik, turun atau menetap
Sinar datang
Mewarnai pudar dan luluhnya sebuah
perubahan
Bagaimana bila sang terang telah bertahta
Mungkinkah kau kuasa
Atau menolaknya
Itulah jalan kehidupan
Ada yang datang
Ada yang pergi
Mewarnai perputaran
Bagai embun-embun yang bertebaran
AKU RINDU
Karya : Asteria Arini
Untuk desaku yang tercinta
Aku rindu kala sendiri
Rindu bau lumpur
Dan sejuk agin sawah
Aku rindu kala sendiri
Rindu gemercik air kali
Dan
Dengkung kodok direrumputan
Aku rindu kala sendiri
Rindu suara seruling
Gembala di punggung kerbau
Aku rindu desaku yang asri
Aku rindu
Ada saatnya aku kembali
Desaku tersenyumlah
KERAWANG BEKASI
Karya : Chairil Anwar
Kami yang kini terbarig antara Kerawang Bekasi
Tidak bisa teriak merdeka dan angkat senjata
lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru
kami
Terbayang maju dan berdekap hati
Kami bicara padamu dalam hening di malam
sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang
berdetak
Kami ... mati muda
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Kenang-kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kami kerja belum selesai ... belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai belum bisa
memperhitungkan arti 4,5 ribu nyawa
Kami Cuma tulang-tulang berserakkan tapi
adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan
Ataukan jiwa kami yang melayang untuk
kemerdekaan
Kenangan dan harapan
Ataukah tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang bertahta
Kami bicara padamu dalam hening dimalam hari
sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang
berdetak
Kenang-kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga bung Karno, Hatta, Syahril
Kami sekarang mayat, berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan
impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami berbaring antara Kerawang Bekasi
KEADILAN
Karya : Tony Roke
Bumi meronta, membara, dan semakin panas
Karena masih ada pemeras rakyat menderita
Karena keresahan yang berlipat ganda, karena
bumi yang semakin tua
Dan, manusia bergelimang dosa
Tetapi ada sesuatu yang masih mencoba
Untuk berdiri tegak, berpijak pada tanah yang
retak
Sesuatu yang sulit untuk dicapai
Yaitu keadilan...keadilan...keadilan
Selama bumi masih penuh dengan kekuasaan
dan kemunafikan manusia
Dan selama perut kita masih harus diisi
Sesuatu yang bernama keadilan itu hanya akan
tercapai kalau;
Dunia ini kosong dan hampa
KENANGAN UNTUK PAHLAWAN DIPONEGORO
Karya : Karwita
Dalam awan redup dan terang
Semerbak kamboja keseluruh buana
Selama suara bergema antara sedu dan
gemilang
Engkau dikenang selama-lamanya
Engkau diingat, setiap waktu
Karena, jasamu yang suci menentang jahat,
mengabdi negara
Biarpun nyawa dan badan, harta serta pikiran
telah dihadapkan ibu pertiwi
Hingga, menderita sepanjang masa
Sampai maut datang menyambut
Memutih berkubur tanah
Biarpun, ragamu sekarang tiada
Tetapi, kau dikenangkan
Diukirkan atas semangat dan digoreskan atas
hati mempelopori.
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Karya : Tito Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang
perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua tangannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia berbaring, tapi bukan tidur
sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara
menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 Nopember, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin memandangnya kembali
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang
tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring,
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru di dadanya
Senyum bekunya berkata, aku sangat muda
ADA TANGIS CECEP DI DESA
Karya : Yan Daryono
Lentera di gardu telah menyala
Pertanda malam tiba
Sesenggukan tangis cecep kecil
Memandangi bulan pucat gemetar di langit
Menerangi sawah-sawah kering
Di tretek rumah itu ia bersunyi diri
Lindap cahaya bulan memantul
Dari bening kristal air dukanya
Sesenggukan tangis cecep,
Harapannya tiada terkabulkan
Bapak telah menolak pintanya
Ia minta disekolahkan, tapi bapaknya tidak
punya biaya
Karena panen tahun ini tinggal milik tengkulak
Wahai,
Ada beliung tajam
menancap di kalbu
KEPADA PENGUSAHA
Karya : Indri Setiawati
Lihatlah wahai Manusia-Manusia
Yang senantiasa bergelimang harta
Manusia-manusia yang tidak pernah puas
Mereguk nikmat menumpuk dosa
Mencari dan terus mencari
Coba, cobalah tengok ke belakang
Sosok-sosok manusia rapuh di bawah sana
Terbujur dengan perut lapar
Seraya memandang menatap tertahan
Tidakkah engkau lihat tuan ?
Berapa derita tiada terperi
Menghimpit serta merajam diri
Bergelut dengan pahit getir hidup ini
Bukan...
Bukan kedudukan yang kami cari
Atau kekuasaan penuh ambisi
Bukan...
Bukan itu
Tidakkah tergerak olehmu tuan ?
Kami yang kini tegak berdiri
Diatas puing-puing asa yang dan cita
Menanti harap menatap masa depan
Adakah cahaya menguak tirai kegelapan ?
KATAKAN KAU MENYAYANGIKU
Karya : Amilia Wardani
Malam nanti
Disetiap aku akan menyapamu
Dengan sapa polos akan canda
Ingin kusimpan, buat mengisi sepiku,
bolehkah ?
Dimalam penuh rahmat di kesucian Ramadhan
Aku ingin melihat wajahmu bersujud
Sambil merangkai do’a
Di dalam surau keil
Yang berpijak diatas tanah negeriku
Kuingin tembang-tembang malam para malaikat
Sejenak berdo’a untukmu seperti anganmu
selalu
Dan aku akan mendengarnya
Lewat dinding-diding putih kamarku
Bila kau bersujud di depannya malam nanti
Tolong bawakan namaku
Bahwa kau mengingat malam ini
Walau kita jauh, katakan kau menyayangi aku
Tiba-tiba aku ingin ramadhan yang suci
Sesuci inikah hatimu malam nanti
DAYANGKU
Karya : Edi Ruslan pe Amanriza
Terbang dayangku terbang
Bagai rajawali
Sayapnya menyentuh awan
Terbang dayangku terbang
Bagai rajawali
Sayapnya menyentuh rembulan
Terbang dayangku terbang
Bagai rajawali
Sayapnya menyentuh bintang
Terbang dayangku terbang
Bagai rajawali
Sayapnya menyentuh matahari
Terbang dayangku terbang
Jangan pijak bumi
Bumi riuh
Senantiasa kisruh
Sungai mengalir di kuala keruh
Hujan dijarah
Gunung di tarah
Tak sudah-sudah
Hidup terjajah
Terbang dayangku terbang
Mengitari arssy
Hingga disidrat
Ditapak Allah
Dayangku tak bisa terbang
Sayapnya patah
Kakinya lemah
Dayangku tak bisa pulang
Tergapai-gapai
Tergapai-gapai
Di pintu ka’bah
LEWAT SHLAWAT, LEWAT SYAHADAT
Karya : Rina fitriani
Rosul, begitu banyak yang akan terungkap
Tapi tak bisa terucap
Dari abad yang lalu kau pergi
Tapi cintamu tetap mengisi hati kami
Aku bersentuh dengan cintamu melalui
shalawat
Puas rinduku bersamamu melalui syahadat
Warisan yang telah kau tinggalkan
Tak akan pernah habis-habisnya
Karena selalu kami gali
Dan kami tanam dalam hati kami
Rasul, rindu kami yang tak pernah luntur
Selalu semarak diantara kami, umatmu
...Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau disini...
Kau masih disini ya Rasul, didalam hati kami
Bersemayamlah selalu, iringi langkah kami
Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad
Wa’ala ali sayyidina Muhammad
Kurindu lewat shalawat
Kurindu lewat syahadat
LIMA-KU
Karya : Rina Fitriani
Diantara bilik-bilik sibukku
Tertanam kelelahan
Tertanam keengganan
Limaku yang belum pernah menjadi lima
Sujudku yang belum pernah bersentuh sajadah
Lidahku yang belum puas menyebut nama Allah
Merenggutku dari kebisingan hidup
Subuhku yang mengintip di balik bantal
Zuhurku yang bergegas diatas keamdaraan
Asharku yang berkutat diantara perjanjian
Maghribku tertindas kelelahan
Isya’ku melayang bersama pulas
Tuhan, begitu kotornya aku
Aku melalaikan waktu-waktu bersama-Mu
Meleburkan diri dengan angkuhnya dunia
Dunia yang kucari, akhiratku yang berlari
Ya Allah, biarkanlah aku menapaki jalan-Mu
Biarkanlah aku mengumpulkan limaku
Terimakasih telah Kau bangunkan aku
BAGIAN DARI IMAN
Karya : Mosthamir Thalib, Riau
Tuhanku,
Padah Rasulmu ; malu itu bagian dari iman
Akan berimankah wanita yang tak lagi punya
rasa malu ?
Tuhanku,
Padah Rasulmu ; kebersihan itu bagian dari
iman
Berdosakah mereka keturunan tak bersih
lingkungan ?
Tuhanku,
Padah Rasulmu ; sabar itu bagian dari iman
Batalkah bila aku puasa mlirik betis molek
berkudis kuman ?
SEMOGA HIDUP SEMAKIN TERANG
Karya : Mustofa W Hasyim
Semoga hidup semakin terang
Dalam gelap hitam menenggelamkan bayangan
Suara tenggelam dalam sunyi
Dan semua gerakan seperti tak menyentuh apa-
apa
Dalam kabut sulit mengenali jalan di depan dan
di belakang
Sulit melakukan percakapan
Bahkan dengan benda sekalipun
Ketika cuaca muram sulit membedakan antara
luar dan dalam
Kehidupan penjara seluruhnya
Sel-sel tanpa kunci, tanpa pintu
Semoga hidup semakin terang
Semakin jelas beningnya mata
Karena luka atau karena langit menyiram
dengan cahaya
Dalam remang kau tak perlu mencari
Arah lahir dengan sendirinya
Jika warna-warna kemudian bergerak
Siapapun bisa menarikan iramanya
Semoga hidup semakin terang
Sehingga rumah menjadi rumah
Taman tampak sebagai taman
Dan bunga tetap sebagai bunga
Bernyanyi dengan cuaca bersih
Nada-nada jernih
Menyegarkan cinta
Bocah dan bapak
Bocah dan semesta
KU KEMBALIKAN SAJAK INI PADAMU
Karya : yufrizal Pisca, Pekan Baru
Ku kembalikan sajak ini padamu
Sejak pemberontakan dari kesengsaraan
panjang
Dalam waktu kau cipta jalan lempang
Kemudin seribu anak panah
Menghujam pengembara
Hingga darah menitik dari sudut luka yang perih
Kau sulap pewayangan bumi
Dari cinta rama dan sinta
Hingga tercipta kesengsraan dalam kancah
bumi
Ku kembalikan sajak ini padamu
Sejak tangis perempuan yang mematik dosa
dari malam ke malam
Kau cipta menara indah pada pantai yang lusuh
Kemudian bukit karang
Pengubur para nelayan di laut
Ku kembalikan sajak ini padamu
Sajak darah hitam
Dari luka pengembara yang sangsai
KELAM
Karya : Avvantila gmh, plg
Ada duka yang menggelayut
Dikala kendala datang beriring
Melingkup asa yang ingin digapai
Perlahan dan melukai pilar nurani
Ada terang yang tiba-tiba datang
Saat kedua tangan tengadah ke atas
Meminta segumpal awan
Buat penghapus luka yang perih
Ada sejuk yang terasa menyentuh
Kala biduk berlabuh ke arah dermagamu
Membimbing langkah diri
Bersama helai demi helai daun kenikmatan
darimu
Buat penghapus kelam yang melekat dihati
AKU CIUM TANGANMU IBU PENUH KHIDMAT
Buya : Zainal Abidin Hanif
Makin ku pandang wajahmu ibu
Makin runduk khidmatku sayang
Makin kureguk bening mukamu ibu
Makin sasar rindu ini mengental
Makin haru tatapku padamu ibu
Makin merajut cinta dan kasihku padamu
Tapi itu hanya tinggal gambar
Ibu...ibu...ibu...
Aku ingin bertemu denganmu
Aku ingin memelukmu dengan muara kerinduan
Aku ingin mencium tanganmu berulang-ulang
Aku ingin menebus buntalan keharuan
Aku ingin
Aku ingin
Aku ingin
Membalas jasamu yang tidak bisa berbalas
Membalas pengorbananmu yang tidak bisa
dengan korban apapun
Aku cium tanganmu ibu penuh khidmat
Sebablah itu engkau segalanya untuk aku
Ibulah yang berat menggelayut, hamil
Dibawa kedapur
Dibawa mencuci
Dibawa memasak, panas minyak goreng,
puntung api
Dibawa tidur gelisah, miring menelentang,
susah dan sakit
Dan jeritan itu menancap tajam bagai pisau
belatih
Tatkala kau melahirkan penuh kesakitan
Bertarung maut
Ibu...ibu...ibu...
Bagaimana aku membalas jasamu
Aku cium tanganmu ibu penuh khidmat
Karena dibawah telapak kakimu
Mengalir sorga yang permai
ANAKKU HIDUP INI BUKAN PUNYA KITA
Karya : buya Zainal Abidin Hanif
Nasihat ini tatkala batuk-batuk ini mengganggu
lagi
Mengantarkan perjalanan yang renta karena
capek menguruskanmu
Sejak bangun tidur daur do’a ini terus
merambat ke langit
Membawa sejuta harapan nama-nama mu
anakku
Agar kau bahagia
Agar kau senang gembira
Agar kau pintar dan cerdas
Agar kau pandai membaca Al-qur’an
Agar kau selesai sekolah
Agar kau dapat sarjana
Agar kau dapat pekerjaan
Agar kau cepat berkeluarga
Agar kau dapat mandiri
Dan selesailah pekerjaan orang tua
Hidup ini bukan kita punya
Begitu panjang perjalanan ini mengantarkanmu
Suka duka
Nestapa dan coba