Upload
elka193
View
115
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kumpulan rangkaian elka
Citation preview
KUMPULAN RANGKAIAN ELKA
1. CARA MEMPERBAIKI MOUSEBelum genap setengah tahun memiliki netbook, mouse optiknya sudah rusak. Gejala yang
terjadi, lampu indikator merah mouse terlihat masih menyala, namun mouse
cursornya diam, pointer tidak bergerak mengikuti gerakan mouse. Mentang-mentang
mouse optik gratisan, bonus pembelian dari netbook, mungkin dengan kualitas dibawah
rata-rata.
Saya coba melakukan trouble shooting, dan saya temukan bahwa kabel pada ujung
soket USB yang bermasalah.
Dalam kabel mouse terdiri dari empat buah kabel berukuran kecil, yaitu dua buah kabel
power supply 5 VDC (plus dan minus) dan dua buah kabel data. Karena sering bergerak,
salah satu kabel data ada yang putus. Untuk memperbaiki hal tersebut, siapkan alat:
AVO meter atau Multi Tester
Pisau cutter
Solder dan timah
Isolasi
Berikut langkahnya:
1. Potong kabel minimal 10 cm dari ujung soket USB
2. Gunakan AVO meter atau Multi Tester untuk menandai warna dan posisi kabel
(identifikasi), seperti gambar berikut
3. Buka cover soket USB dengan memotong vertikal, gunakan pisau cutter, dan
usahakan ditengah agar hasilnya terlihat rapih
4. Lepas solderan kabel 10 cm yang tadi dipotong pada terminal soket USB
5. Solder kabel mouse pada terminal soket USB. Perhatikan warna dan
posisi kabel, harus tepat jangan sampai terbalik
6. Isolasi cover agar tertutup. Contoh hasilnya seperti gambar dibawah ini
2. Rangkaian Sensor Lampu Taman
Keterangan :
D1,D2,D3,D4 : In4002 (2 ampere)
R1 : 820 k
R2 : 33 k
R3 : 4k7
S : Sensor
SCR : FIR3D
L : Lampu (5 Watt/ 10 Watt)
Intro :
Rangkaian Lampu Taman Otomatis ini dapat juga dipergunakan sebagai otomatis lampu luar rumah, dengan menambah sedikit rangkaian yang sangat sederhana dan memanfaatkan LDR sebagai sensor cahaya. dapat membuat lampu taman menyala secara otomatis tanpa harus mematikan atau menghidupkan lampu secara manual, dimana otomatis lampu menyala berdasarkan cahaya matahari yang diterima oleh sensor LDR.
Apabila cahaya matahari mengenai sensor LDR maka nilai tahanan pada LDR berubah secara sendiri,perubahan nilai tahanan ini lah yang kemudian dikirimkan ke basis transistor C9013 yang kemudian di perkuat dengan transistor D313 untuk menggerakan relay. dimana penggunanan relay
disini berfungsi untuk menghidupkan lampu taman yang berdaya besar.Rangkaian Lampu Taman
Dari rangkaian lampu taman diatas disupplay dengan tegangan DC, dimana tegangan DC diperoleh dari penyearah transformator dan dioda bridge, sekilas prinsip kerja rangkaian pada saat ldr mendapatkan cahaya maka nilai tahanan pada LDR menjadi kecil sehingga basis transistor C9013 mendapat tegangan Positif, karena transistor C9013 merupakan transistor type NPN maka pin colector dan emitor seolah-olah terhubung dan pada saat LDR mendapat cahaya dari luar maka basis transistor D313 mendapat logika low dari pin colector C9013 dan relay tidak bekerja, pada saat LDR tidak mendapat cahaya dari luar maka transistor C9013 terputus, dan melewatkan tegangan positif atau logika high dari resistor yang ada pada pin colector transistor C9013 ke pin basis transistor D313 sehingga pin emitor dan kolektor transistor D313 menjadi terhubung, sehingga relay mendapat tegangan dan relay menjadi aktif dan memindafkan point contak yang ada di dalam relay dari Posisi NC menjadi NO yang kemudian lampu yang terhubung ke pin NO dan tegangan sumbar maka lampu menyala.Selama LDR mendapat cahaya maka lampu akan mati, dan sebaliknya jika LDR tidak mendapat cahaya dari luar maka Lampu akan menyala secara otomatis.
Nb : Atur kepekaan cahaya dengan mengatur besar kecil tahanan VR
3. How to build On Off Touch Switch Circuit
The modern mechanic switches are improved concerning of old technology. We need however many times to replacement some old switch or to check currents bigger than the durability of certain switches or simple we need something with modern appearance. For he and different reasons is essential the up circuit. It is simple in the manufacture and the materials that use they exist everywhere.
Circuit diagram:
Parts:
R1 = 3.3M R2 = 3.3M
R3 = 10K
R4 = 1K
C1 = 10nF-63V
D1 = 1N4007
D2 = Red LED
Q1 = BC547
IC1 = NE555
RL1 = 12V Relay
Circuit Operation:
This circuit is based on the well known timer IC 555 (IC1), which drives a relay of which the contacts play the role of switch. The metal surfaces can have what form we want, but it should they are clean and near in the circuit. In order to it changes situation it suffices touch soft somebody from the two plates. Plate MP1 in order to the contacts of RL1 close [ON], or plate MP2 in order to the contacts of RL1 open [OFF]. The current that RL1 will check depended from his contacts. The Led D2 turns on when the switch they are in place ON and the contacts of RL1 closed. Two small pieces of metal can be used instead of MP1 – MP2. Because MP = Metal Plate.
4. RANGKAIAN INTERKOM
5. Rangkaian Rain Detector Using 555
Sensor air yang digunakan pada rangkaian Rain Detector Using 555 ini dapat kita buat sendiri degan sebuah PCB yang kita buat dengan jalur seperti terlihat pada gambar diatas atau seperti yang dijelaskan dari gambar diatas yaitu dengan menggunakan alumunium foil yang ditempel di papan plastik atau papan yang bersifat isolator. Yang penting prinsip sensor ini adalah dapat menghantarkan arus listrik dengan baik bila permukaannya terkena air walaupun sedikit. Semoga bermanfaat
6. RANGKAIAN PENDETEKSI KEBOCORAN GAS
description :D1-d5: Diode Min 0.5 AmpereTransformer (Trafo): 0-12 volt 0.5 AmpereZ: Diode Zener 5,1Volt/0.5 wattFor the other as written in the series scheme
In this series of detention sensor will change when there is leakage. With changes in the value of this detention, the transistor base voltage will be changed (increased base voltage) so that the transistor T1 to be active. when the transistor T1 on, SCR get rigger so SCR on and relay active (change kutup). This relay can be used to control the lights, sirens or ALRM as if there is leakage of gas.
7. RANGKAIAN IR
how to work a circuit of Pendeteksi obyek Infra RedNE 555 is wires as an astable multivibrator . IR diode connected at the output of this IC produces infrared beams of frequency 5Khz. These beams are picked by the photo transistor Q1 . At normal condition ie; when there is no intrusion the output pin (7) of IC2 will be low. When there is an intrusion the phase of the reflected waveforms has a difference in phase and this phase difference will be picked by the IC2. Now the pin 7 of the IC 2 goes high to indicate the intrusion. An LED or a buzzer can be connected at the output of the IC to
indicate the intrusion.
Note: Comparators IC2a and IC2b are belonging to the same IC2 (LM1458). When there is disturbance in the air or vehicles passing nearby, the circuit may get
false triggered.
POT R5 can be used for sensitivity adjustment.
8. Sistem Alarm Cahaya
Alarm ini bekerja ketika adanya cahaya yang datang pada sensor dengan taraf keterangan
tertentu. Pengaturan taraf terang – redup ini dapat dilakukan dengan mengatur potensiometer
R12. Sistem ini mempunyai 2 keunggulan yaitu dilengkapi dengan waktu tunda pengaktifan
alarm, pengaturan bunyi buzzer dan detektor baterai.
Rangkaian Tunda
Gambar 1Rangkaian Tunda
Rangkaian alarm cahaya ini menggunakan sumber tenaga berupa baterai 9V agar dapat
dibawa-bawa, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diberikan sumber tenaga dari sebuah
power suplai 12V. Rangkaian pada gambar 1 merupakan bagian dari rangkaian lengkap alarm
cahaya. Pada gambar 1 merupakan rangkaian yang menunda aktifnya alarm ketika tombol
SW1 di ‘ON’-kan/di tekan.
Dengan adanya rangkaian ini maka memungkinkan user untuk meletakkan alarm ini di dalam
sebuah lemari/laci sebelum alarm aktif. Rangkaian in dibentuk dari rangkaian C1, R1, R2, Q1
dan D1. Pada saat tombol SW1 maka kapasitor C1 akan mengisi muatan melalui R1 sehingga
tegangan basis menjadi turun mendekati 0 volt. Kondisi ini akan menyebabkan transistor Q1
akan aktif dan memaksa tegangan di pin 1 IC 1A akan high.
IC 1 merupakan gerbang inverter dengan schimtt trigger sebanya 6 buah. IC in merupakan IC
CMOS sehingga tegangan suplainya maksimal adalah 18 volt sehingga dengan tegangan
suplai saat ini (9 V dari baterai atau 12V dari power suplai eksternal) masih dapat bekerja
dengan baik.
Kondisi pin 1 pada IC1 yang high ini akan menyebabkan berapapun tegangan yang
dihasilkan oleh pembagian tegangan R3, R12 dan R11 (LDR) tidak berubah yaitu mendekati
5 volt.
Beberapa saat setelah muatan kapasitor telah penuh maka tegangan basis Q1 sudah cukup
untuk membuat Q1 untuk OFF sehingga tegangan di pin 1 benar-benar dikendalikan oleh
pembagian tegangan antara R3, R12 (potensiometer) dan R11 (LDR).
Jadi ketika Q1 ON maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditahan tetap sekitar 5 volt dan
tegangan pembagian antara R3, R11, dan R12 akan diabaikan. Sebaliknya ketika Q1 OFF
maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditentukan oleh pembagian tegangan antara ketiga
tahanan tersebut. Oleh sebab itu ketika Q1 ON maka apa pun kondisi cahaya lampu
(terang/redup) tidak akan mempengaruhi sistem sehingga buzzer akan selalu OFF. Jika
diperlukan waktu tunda yang lebih lama maka nilai kapasitor C1 dapat diganti dengan yang
sedikit lebih besar. Semakin besar nilai kapasitor C1 akan menyebabkan waktu tunda
keaktifan sistem akan semakin lama.
Rangkaian Schmitt Trigger dan Pewaktu Buzzer
Gambar 2
Rangkaian Schimtt Trigger dan Pewaktu Buzzer
Rangkaian yang paling depan pada gambar 2 merupakan rangkaian untuk menentukan logika
dari suatu keadaan terang gelap cahaya. Dengan digunakannya inverter dengan schmitt
trigger akan mencegah trigger yang tidak diinginkan.
LDR merupakan komponen yang mempunyai karakteristik dimana nilai resistansinya yang
tinggi ketika tidak terkena cahaya tetapi nilai resistansinya akan turun dengan drastis ketika
LDR terkena cahaya. Besarnya penurunan nilai resistansi LDR juga dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang masuk ke LDR, semakin tinggi intensitas cahayanya maka semakin
rendah pula nilai resistansinya.
Ketika Q1 OFF dan dalam kondisi gelap maka tegangan di pin 1 IC1 akan dihasilkan dari
pembagian tegangan antara R3, R11 dan R12 akan menghasilkan tegangan yang cukup
tinggi, cukup untuk dianggap logika high oleh gerbang inverter.
Sedangkan sebaliknya ketika dalam kondisi terang maka tegangan di pin 1 akan cukup
rendah karena nilai resistansi LDR yang turun drastis. Nilai tegangan ini bervariasi
berdasarkan tingkat terang-redupnya cahaya yang masuk ke LDR. Kondisi ini dapat
menimbulkan trigger yang berulang-ulang sehingga untuk menghindari trigger seperti ini
digunakan gerbang dengan schmitt trigger, dalam sistem ini digunakan gerbang inverter.
Dasar pemilihannya adalah karena murah dan di dalam satu kemasan terdapat 6 gerbang.
Output dari inverter IC1a sudah berupa logika dan dapat diumpakan langsung ke buzzer.
Namun, pada gambar 2, di depan IC1a ditambahkan rangkaian yang berfungsi untuk
mengatur cara/lama bunyi dari buzzer. Ketika output dari gerbang IC1a high maka melalui
R4 dan C4 (LPF filter) akan men-drive IC1b sehingga outputnya menjadi low dan
menyebabkan kapasitor C6 mengosongkan muatan. Kondisi ini akan menyebabkan tegangan
di pin 5 IC1C akan low untuk selang beberapa waktu (selama kapasitor C8 dis-charge) dan
memberikan output high ke basis transistor Q2. Aktifnya transistor Q2 ini akan menyebabkan
buzzer menyala.
Sesaat kemudian (setelah kapasitor C8 dis-charge) kapasitor C8 akan melakukan pengisian
ulang dan kemudian tegangan di pin 5 IC1c akan naik kembali dari menghasilkan output low
pada basis transistor Q2, buzzer mati. Jadi lama buzzer aktif ditentukan dari lama waktu dis-
charge – charge kapasitor C8 dan R6.
Gambar 3
Rangkaian Detektor Low Battery
Tetapi jika diinginkan buzzer tetap aktif selamanya sampai SW1 OFF maka jumper JP3 dapat
disambungkan. JP3 yang tersambung akan memaksa tegangan diinput pin 3 IC1b akan low
sehingga buzzer akan berbunyi terus walaupun LDR sudah tidak terkena cahaya lagi. Buzzer
akan mati setalh tombol SW1 OFF. Sebaliknya ketika jumper JP3 ini tidak dihubungkan
maka buzzer akan berbunyi hanya ketika LDR terkena cahaya. Setelah LDR tidak terkena
cahaya maka buzzer akan tidak berbunyi.
Detektor Baterai
Sistem ini memang didisain dengan menggunakan power suplai dari baterai oleh sebab itu
perlu dibuat detektor baterai agar dapat dketahui kapan baterai yang digunakan tesebut sudah
layak untuk diganti. Tegangan baterai yang terlau rendah dapat menyebabkan sistem alarm
salah dalam mengartikan terang-gelap cahaya. Selain itu bunyi buzzer pun akan semakin keci
dan lemah.
Seperti pada gambar 3, detektor baterai dibangun dari rangkaian D7 dan R10. Ketika
tegangan baterai (VCC) di atas 4.3 volt maka masih terdapat arus bocor menuju R10 dan
cukup untuk menyebakan tegangan di pin 9 IC1d high. Kondisi ini akan menyebabkan
osilator yang dibentuk dari rangkaian IC1e, R9, C8, C5, dan R8 tidak bekerja sehingga
menyebabkan tegangan di pin 13 IC1f high. Kondisi ini akan menyebabkan Q2 OFF dan
hanya tergantung dari IC1c.
Gambar 4
Rangkaian Lengkap Alarm Cahaya
Sebaliknya ketika tegangan baterai sudah dibawah tegangan 4.3 volt maka tidak ada arus
bocor menuju R10 sehingga tegangan di pin 9 akan mendekati 0 volt dan dianggap sebagai
logika low. Kondisi ini menyebabkan osilator aktif sehingga pin 13 IC1f akan mendapat
pulsa-pulsa dari osilator sehingga Q2 akan aktif pula. Pulsa-pulsa yang dihasilkan oleh IC1f
akan mengaktifkan Q2 walaupun IC1c juga aktif.
Hal ini nantinya kan terdengar dengan perpaduan bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi
bunyi buzzer ketika sistem mendapatkan cukup cahaya.
Pengaturan Kepekaan LDR
Pengaturan kepekaan LDR diatur dengan menggunakan potensiometer R11. Pada pengaturan
awal, posisikan potensiometer kira ditengah-tengah. Kemudian letakkan cahaya pada tempat
yang ingin di deteksi dan aturlah potensiometer supaya menghasilkan bunyi ketika
mendapatkan cahaya dan tidak berbunyi ketika sistem tidak mendapatkan cahaya.
Durasi pengatikfan buzzer ditentukan oleh nilai C6 dan R6, untuk waktu yang lebih lama
disarankan untuk mengganti nilai kapasitor dengan nilai yang lebih tinggi.
Untuk buzzer yang lebih besar, yang membutuhkan arus lebih besar transistor Q2 dapat
diganti dengan transistor darlington yang mempunyai arus kolektor lebih besar. Perhatikan
konsumsi arus buzzer dan kemampuan arus yang mampu dilewatkan oleh kolektor pada
transistor Q2.