Upload
dwitantri-rezkiandini
View
8.812
Download
30
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
LAPORAN PETA RUPA BUMI DIGITAL INDONESIA
“KOMPONEN-KOMPONEN PETA RUPA BUMI DIGITAL INDONESIA” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071 Primadea Arijani 21040112140115
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interpretasi ruang merupakan suatu proses penerjemahan data-data
yang bersifat keruangan. Penerjemahan ini memiliki arti memahami dan
menganalisis keadaan suatu ruang atau wilayah. Salah satu
data/informasi yang bersifat keruangan adalah peta. Kemampuan
meninterpretasikan suatu ruang, terutama peta, sangat diperlukan
dalam berbagai proses perencanaan wilayah dan kota. Kemampuan
melakukkan interpretasi ruang harus diasah secara rutin agar rencana
yang dihasilkan dapat direalisasikan secara cepat dan tepat sasaran.
Dalam membuat suatu rencana wilayah di Indonesia, seorang
perencana harus memiliki kemampuan membaca peta meliputi
membayangkan, menganalisis, dan mempunyai pengetahuan umum
yang luas. Selain itu, perencana juga memerlukan referensi peta
sebagai acuan untuk mengembangkan suatu wilayah. Referensi peta
yang digunakan harus bersumber dari instansi resmi agar tidak terjadi
kekeliruan dalam perencanaan. Salah satu jenis peta yang dapat
digunakan adalah peta rupabumi digital Indonesia.
1.2 Landasan Teori
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang
menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di
wilayah NKRI. Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat
dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
Tema 1 : Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan,
sawah, pemukiman dan sebagainya
Tema 2 : Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai,
danau, garis pantai dan sebagainya
Tema 3 : Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan
kontur
Tema 4 : Bangunan: gedung, rumah dan bangunan
perkantoran dan budaya lainnya
Tema 5 : Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api,
2
kabel transmisi dan jembatan
Tema 6 : Batas administrasi: batas negara provinsi,
kota/kabupaten, kecamatan dan desa
Tema 7 : Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau,
nama selat, nama gunung dan sebagainya
3
BAB 2 ANALISIS KOMPONEN PETA RUPABUMI
Data peta yang digunakan dalam proses analisis ini adalah peta rupabumi
wilayah Gegerbitung yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (Badan Koodinasi Survey
dan Pemetaan dan Nasional). Peta ini merupakan hasil scanning peta asli. Namun,
kualitas gambar cukup bagus sehingga pembaca masih bisa melihat atau
membaca peta dengan jelas.
4
Pada dasarnya dalam sebuah Peta rupabumi Indonesia akan ditemui 2
informasi, yaitu :
2.1 Muka peta
Merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah
obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.
Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan-
kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut :
Buatan manusia, seperti jalan, rel kereta api, bangunan sawah, dan
sebagainya.
Perairan, seperti laut, danau, rawa, sungai dan sebagainya.
Unsur alam, seperti gunung, bukit, pegunungan, lembah dan
sebagainya.
Tumbuhan, seperti hutan, semak belukar, padang rumput, dan
sebagainya
5
2.2 Informasi tepi peta
Merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara detil, yang dapat
membentu menggunakan peta. Tata letak informasi tepi Peta Rupabumi
Indonesia publikasi BAKOSURTANAL telah dibakukan untuk
memudahkan pengguna dalam membaca peta.
Keterangan :
1. Judul Peta
2. Petunjuk Letak Peta dan
Diagram Lokasi
3. Informasi Sistem Referensi
4. Informasi Pembuat dan Penerbit
Peta
5. Informasi Nama dan Nomor
Lembar Peta
6. Legenda
7. Keterangan Riwayat Peta
8. Petunjuk Pembacaan Koordinat
Geografi
9. Petunjuk Pembacaan Koordinat
UTM
10. Pembagian Daerah Administrasi
11. Skala Grafis
12. Singkatan dan Kesamaan Arti
Peta
13. Diagram Arah Utara
14. Nomor Lembar Peta Kiri Bawah
1
2
6
8
10 11 12 13 9
3
4
5
7
14
6
2.2.1 Judul Peta
Pada kolom judul peta, dapat ditemukan informasi sebagai berikut :
1. Judul Peta : Peta Rupabumi Indonesia
2. Skala : 1 : 25.000
3. Nomor Lembar : 1209-211
4. Nama Lembar :Gegerbitung
5. Edisi (Tahun Penerbitan/Pencetakan) : I-1999
2.2.2 Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi
Petunjuk letak peta menunjukkan nomor dan nama lembar peta terhadap
nomor dan lembar peta di sekelilingnya. Biasanya matrik petunjuk peta
berukuran 3x3, dan lembar peta yang sesuai judul berada di tengah-tengah.
Petunjuk letak peta sangat membantu pengguna dalam mencari nomor
lembar peta-peta yang bersebelahan.
Diagram lokasi berbentuk letak nomor peta pada area yang lebih luas,
misalnya bagian dari Provinsi Jawa Barat.
2.2.3 Informasi Sistem Referensi
Informasi sistem referensi terdiri dari informasi sistem proyeksi, sistem grid,
datum horizontal dan vertical, satuan tinggi, dan selang kontur.
Proyeksi peta adalah penggambaran sistematis dari garis-garis di atas
permukaan bidang datar untuk menggambarkan garis-garis paralel dari
7
lintang dan garis-garis meridian dari bujur bumi dari sebagian permukaan
atau keseluruhan bola bumi. Proyeksi peta yang digunakan pada peta
rupabumi Indonesia adalah proyeksi Transverse Mercator (TM) sedangkan
sistem grid mengikuti sistem grid Universal Transverse Mercator (UTM).
Grid peta adalah sistem koordinat persegi panjang yang ditumpang
susun terhadap peta atau suatu penggambaran dari permukaan bumi yang
mempunyai karakteristik dan ketelitian tertentu, sehingga dapat
mengidentifikasi lokasi di permukaan bumi terhadap lokasi lainnya dan juga
dipakai untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain.
Datum yang dipakai biasanya datum horizontal dan datum vertikal.
Sesuai dengan perkembangan, Indonesia mengalami beberapa penggunaan
datum, misalnya Datum Indonesia 1974 (ID-1974). Saat ini, dipakai Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) atau WGS84 untuk peta bumi yang
dibuat setelah tahun 1995.
2.2.4 Informasi Pembuat dan Penerbit Peta
Informasi pembuat dan penerbit peta merupakan instansi yang bertanggung
jawab terhadap pembuatan dan peneribitan peta rupabumi Indonesia, dalam
hal ini adalah BAKOSURTANAL. Peta rupabumi produksi BAKOSURTANAL
ini juga dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta (Copy Rights) No. 19 tahun
2002.
8
2.2.5 Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
Informasi nama sangat penting untuk memudahkan pengguna mencari lokasi
yang diinginkan. Nomor lembar dibuat secara sistematis untuk memudahkan
pencarian pada indeks peta.
2.2.6 Legenda
Suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-simbol
konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskripsinya
ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim disebut
dengan keterangan atau legenda. Legenda peta dibuat untuk simbol-simbol
yang terdapat di dalam peta. Simbol di dalam peta dikelompokkan sebagai
berikut :
Gedung dan Bangunan Lainnya
Gedung dan bangunan yang dimaksudkan dalam hal ini antara lain
pemukiman, bangunan, tempat ibadah, kuburan, kantor, sekolah, dll. Simbol
bangunan yang berupa kotak segiempat berwarna hitam bukan berarti
menunjukkan sebagai rumah atau bangunan tunggal, melainkan merupakan
gambaran bahwa di lokasi tersebut terdapat bangunan-bangunan atau
kumpulan bangunan.
Informasi yang menyertai pemukiman atau bangunan biasanya berupa
teks yang menerangkan nama bangunan atau pemukiman tersebut. Jenis
dan ukuran huruf yang dipakai untuk nama tempat (kota atau desa)
mempunyai arti penting untuk membedakan status kelas tempat tersebut.
9
Masalahnya adalah sempitnya ruang pada peta. Untuk itu, maka
dimanfaatkan huruf besar atau kecil dalam menyatakan perbedaan kelas.
Ukuran huruf semakin kecil jika tingkat atau kelas tempat tersebut juga
semakin rendah (nama kampong lebih kecil daripada nama kota).
Simbol-simbol bangunan umumnya berwarna hitam dan menunjukkan
ciri alami dari obyek yang disimbolkan, misalnya simbol gereja akan
menyertakan gambar salib, simbol masjid akan menyertakan gambar bulan
sabit.
Perhubungan
Unsur simbol perhubungan yang dipetakan antara lain jalan, jalan kereta api,
jembatan, stasiun, terminal bis, lapangan terbang dan obyek-obyek lain yang
berkaitan.
Simbol jalan, khususnya jalan raya, digambarkan dengan garis ganda
berwarna hitam dengan warna isian merah. Semakin tinggi kelas jalan maka
semakin lebar simbolnya. Garis tunggal dan putus-putus menunjukkan tingkat
kelas jalan tersebut yang lebih rendah, misalnya jalan lain dan jalan setapak.
Sesuai dengan spesifikasi teknis peta rupabumi Indonesia, kelas jalan
dibagi menjadi 5, yaitu :
Jalan arteri, yaitu setara dengan jalan negara (yang menghubungkan
antar ibukota propinsi), jalan propinsi (yang menghubungkan antar
ibukota kabupaten), jalan bypass, jalan lingkar, dan jalan bebas
hambatan (jalan tol).
Jalan kolektor, yaitu setara jalan kabupaten (menghubungkan
antarkecamatan).
Jalan lokal, yaitu jalan di dalam kota.
Jalan lain-lain, yaitu setara jalan kecamatan (yang menghubungkan
antardesa).
Jalan setapak, yaitu jalan kecil yang penting (misalnya di tengah hutan
atau di atas gunung), namun bukan untuk lalu lintas kendaraan
bermotor.
Jembatan digambarkan bersilangan dengan sungai atau jalan lain. Pada
bagian tepi jembatan umumnya dibuat dengan garis yang tebal. Jika
jembatan tersebut berupa titian, maka digambarkan x pada persilangannya.
Sedangkan terowongan dan tambangan digambarkan dengangaris putus-
putus.
10
Jalan atau rel kereta api digambarkan dengan simbol garis tunggal
berwarna hitam. Umumnya hanya dibedakan dengan jalan kereta api rangkap
dan jalan kereta api tunggal. Kelas yang lebih rendah diberikan untuk jalan
lori, yaitu dengan mengurangi ketebalan garisnya.
Tumbuh-tumbuhan
Untuk tumbuh-tumbuhan didalam peta berupa sawah irigasi dan tadah hujan,
kebuh/ perkebunan, hutan, semak/belukar, tegalan/ ladang, rumput/ tanah
kosong, dan hutan rawa. Unsur tumbuh- tumbuhan pada umumnya dibatasi
dengan garis warna hijau, disertai dengan symbol-simbol yang membentuk
pola tertentu untuk pohon atau tanaman.
Untuk sawah irigasi diberi symbol kotak-kotak teratur berwarna biru, dan
untuk sawah tadah hujan diberi symbol kotak-kotak tidak teratur. Warna biru
menggambarkan unsur air yang terkandung pada sawah. Sawah irigasi
adalah lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara irigasi, sedangkan
sawah tadah hujan adalah yang diusahakan untuk padi dengan cara tadah
hujan.
Hutan ditampilkan dengan isian tidak teratur berwarna hijau, sedangkan
semak atau belukar dengan pola isian yang sama tetapi memiliki kerapatan
yang lebih rendah daripada hutan. Kebun/ perkebunan diberi isian warna
hijau tanpa pola, demikian pula dengan tegalan/ ladang diberi warna kuning
tanpa pola. Untuk daerah yang berumput dan lahan kosong tidak diberi isian
11
warna atau putih saja. Sedangkan hutan rawa disimbolkan dengan warna
hijau dan berpola garis putus-putus berwarna biru.
Relief/ Titik Kontrol
Relief adalah isitilah umum untuk menunjukkan bentuk permukaan lapangan
pada bidang vertikal. Penyajian relief di peta dengan cara menunjukkan tinggi
dan bentuk permukaannya, diatas atau dibawah datum yang biasanya
dipakai, yaitu permukaan laut. Penyajian relief pada peta rupabumi memiliki
tingkat kelengkapan dan ketelitian bermacam-macam sesuai dengan
skalanya.
Untuk relief umumnya diberi warna oranye, coklat, dan hitam. Warna
oranye menggambarkan keadaanrelief tanah biasa dan warna hitam
menggambarkan kondisi tanah daerah yang berbatu atau diperkeras.
Sedangkan titik kontrol digambarkan dengan simbol titik dengan angka
untuk Titik Tinggi, segitiga dengan tiitk untuk Titik Triangulasi, persegi dengan
titik untuk Titik Tinggi Geodesi (TTG) dan bintang untuk Titik Astronomi (A)
dan Gaya Berat (GB). Titik tinggi dengan angka menunjukkan tinggi suatu
lokasi dalam satuan meter diatas permukaan laut. Titik triangulasi terdapat
tiga kelas yaitu primer (P), sekunder (S), dan tertier (T).
Batas Administrasi
Simbol untuk batas administrasi biasanya selalu garis tunggal dengan
ketebalan bervariasi, garis putus-putus atau kombinasi titik-titik diantara garis
putus-putus tersebut. Batas administrasi internasional biasanya ditambah
dengan strip warna untuk menonjolkan penyajiannya.
12
Perairan
Unsur perairan umumnya diberi warna biru dengan garis batas (outline)
biru. Unsur perairan yang dimaksud antara lain laut, rawa, empang,
penggaraman, sungai, danau, bendungan, dan lainnya. Penggaraman
digambarkan sebagai suatu area dengan isian warna biru muda dan batas
garis tepi berwarna hitam. Sedangkan empang diberi isian warna biru dengan
pola kotak-kotak tidak teratur berwarna putih.
Sungai, anak sungai, kanal irigasi, dan selokan akan digambarkan
dalam garis ganda, jika skalanya memungkinkan. Tetapi jika sebaliknya maka
hanya dengan garis tunggal saja.
2.2.7 Keterangan Riwayat Peta
Catatan riwayat peta diletakkan pada sebelah kanan di bawah daftar
keterangan (legenda) yang menerangkan tentang sumber data untuk
penyusunan peta, metode kompilasi, tahun pemotretan foto udara, survei
lapangan, catatan penting lain misalnya “Peta ini bukan referensi resmi batas
administrasi nasional atau internasional”.
13
2.2.8 Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM
Tabel petunjuk pembacaan koordinat geografi dan koordinat grid UTM
diletakkan disebelah kanan bawah. Tulisan berwarna biru untuk pembacaan
koordinat geografi dan tulisan berwarna hitam untuk koordinat grid UTM.
Petunjuk koordinat bertujuan memberikan ilustrasi bagaimana pengguna
membaca koordinat geografi atau koordinat grid UTM. Salah satu indikasi
biasanyadiberikan contoh titik tinggi beserta nilai ketinggian atau symbol
bangunan dan nama obyek.
Pada dasarnya sistem koordinat pada peta rupabumi menggunakan
sistem koordinat grid geografi (gratikul) dengan warna biru, sedangkan grid
UTM diberikan pada keempat sisi peta dan diberi warna hitam. Koordinat
geografi mempunyai satuan derajat, menit dan detik. Lintang geografi diberi
indikasi Utara (U) atau Selatan (S). Bujur geografi untuk wilayah Indonesia
akan selalu mengarah ke Timur (T). Contoh salah satu koordinat pojok kanan
bawah peta (L, B atau ɸ,λ) : ɸ=115º 15’00” T dan λ= 08º 45’00”. Koordinat
yang sama bila dihitung dalam sistem grid UTM adalah X,Y : 0307491 Mt dan
9032336 mU.
2.2.9 Pembagian Daerah Administrasi
Pembagian daerah administrasi merupakan sketsa dari gambaran pembagian
wilayah administrasi sebenarnya yang ada pada isi peta. Gambar ini dapat
membantu para pembaca peta mengetahui cakupan wilayah yang dipetakan.
Pembagian wilayah administrasi tersebut meliputi wilayah propinsi,
kabupaten, kecamatan, dan desa.
Koordinat UTM Koordinat
geografis
14
2.2.10 Skala Grafis
Terdapat dua tipe skala, yaitu skala numerik dan skala grafis. Skala numerik
adalah skala yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1:25.000, diletakkan
secara jelas dibagian kanan atas peta dan juga dibagian tengah bawah,
biasanya diatas skala grafis. Skala grafis diletakkan dibagian tengah bawah
dan umumnya dinyatakan dalam kilometer. Skala grafis digambarkan dalam
bentuk unit batang disertai nilai per unit. Contoh: 1 unit batang mempunyai
satuan panjang 1 km; satuan ini dapat dibagi menjadi 10 bagian. Jadi satu
bagian kecil adalah 100 meter (lihat gambar).
2.2.11 Singkatan dan Kesamaan Arti Peta
Peta umumnya menampilkan sejumlah singkatan atau kesamaan arti
(glossary). Singkatan atau nama-nama geografi antara satu daerah dengan
daerah lainnya tidak selalu sama. Glosari diletakkan dibagian bawah, sebelah
kanan/ kiri skala grafis. Sebagai contoh, sebutan sungai di daerah Jawa Barat
(Ci) tidak sama dengan di Pulau Bali (Tukad, Yeh, Pangkung). Contoh
singkatan, Tel= Teluk, Tg= Tanjung, dan sebagainya.
15
2.2.12 Diagram Arah Utara
Setiap peta mempunyai informasi yang perlu untuk menentukan arah
sebenarnya, arah grid dan arah magnetik atas garis manapun pada peta.
Informasi ini diberikan dalam bentuk diagram dengan catatan
penjelasan.diagram ini diletakkan dibagian paling kiri bawah.
16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peta rupabumi Indonesia merupakan salah satu jenis peta yang
dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukkan pendekatan
suatu wilayah Unsur-unsur informasi yang ada pada peta rupabumi
Indonesia cukup detail dan tersusun rapi sehingga pembaca dapat
dengan mudah menginterpretasikan gambar yang ada pada peta.
Hal-hal yang perlu dikuasai dalam membaca peta adalah
meliputi memahami peta, menganalisis peta, dan memilki pengetahuan
umum yang luas. Kemampuan menginterpretasikan peta akan dapat
berkembang apabila dilakukkan latihan secara rutin.
3.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan laporan peta rupabumi
Indonesia ini belum sempurna, Maka dari itu, bagi para penerus agar
dapat membuat laporan yang lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Warsito, Heru dkk. 2004. Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia. Cibinong :
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.
http://www.bakosurtanal.go.id/peta-rupabumi/. Tanpa Angka Tahun. “Peta Rupabumi“
dalam Bakosurtanal. Diunduh Sabtu, 23 Maret 2013.
LAPORAN GPS
“PEMBUATAN TITIK KONTUR MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING
SYSTEM (GPS)” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang
Dikerjakan Oleh :
BUNGA KASIH AGYAPUTERI 21040112140113 DWITANTRI REZKIANDINI LESTARI 21040112130071 FERA WAHYU PINANTI ISLAMIYAH 21040112110111 SYARIF HIDAYATULLAH 21040112130085
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
1
I. TUJUAN
a) Memahami cara-cara menggunakan GPS dalam mencari titik koordinat dan
ketinggian.
b) Mengetahui fungsi dan prinsip kerja GPS.
c) Mengetahui cara-cara mengolah data dari GPS ke personal computer.
d) Melatih diri dalam melakukkan survei lapangan untuk melakukkan
pendekatan terhadap suatu wilayah.
e) Mengetahui cara-cara membuat peta kontur.
II. KAJIAN LITERATUR
2.1. Pengertian GPS
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan
sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan
menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan untuk kepentingan militer
maupun sipil seperti survei dan pemetaan (Winardi, Tanpa Angka Tahun).
2.2. Prinsip Kerja GPS
Menurut Winardi (Tanpa Angka Tahun), sistem GPS, yang nama aslinya
adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global
Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelite, pengontrol,
dan penerima/pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit
dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumlah 24
buah di mana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan.
Satelit berguna untuk menerima dan menyimpan data yang
ditransmisikan oleh stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan
menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam
atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara
kontinyu ke pesawat penerima (receiver) dari pengguna.
Pengontrol bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari
bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi
orbit dan waktu, sinkronisasi waktu antarsatelit, dan mengirim data ke
satelit.
Penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya
untuk menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi
2
plus ketinggian), arah, jarak, dan waktu yang diperlukan oleh
pengguna. Ada dua macam tipe penerima yaitu tipe NAVIGASI dan
tipe GEODETIC. Yang termasuk receiver tipe NAVIGASI antara lain :
Trimble Ensign, Trimble Pathfinder, Garmin, Sony, dan lain
sebagainya, Sedangkan tipe GEODETIC antara lain : Topcon, Leica,
Astech, Trimble seri 4000 dan lain-lain.
2.3. Pengertian Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi
dan garis lengkung horisontal. Garis kontur dapat dibentuk dengan
membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan
permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat
dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami
pengecilan sesuai skala peta.
(Arifin, Tanpa Angka Tahun)
2.4. Sifat Garis Kontur
Adapun sifat-sifat garis kontur menurut Arifin (Tanpa Angka Tahun),
adalah:
a. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan
saling berpotongan.
b. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah
yang landai lebih jarang.
c. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu
garis.
d. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang
menghadap ke bagian yang lebih rendah.Garis kontur pada punggung
bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang
lebih tinggi.
e. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90°
dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U
menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
f. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur
yang menutup-melingkar.
3
g. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.
h. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat
dihubungkan dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
III. ALAT DAN BAHAN
GPS (Global Positioning System)
Peta lokasi dari Google Earth
Alat tulis (spidol, pulpen, penggaris, pensil, penghapus, tipe-x)
Lembar catatan titik koordinat dan ketinggian
Papan jalan
Kertas HVS A3
Komputer (telah diinstall ArcGIS dan MapSource)
IV. LANGKAH KERJA
a) Menentukan Koordinat Lokasi dengan Menggunakan GPS
1. Tentukan titik ujung koordinat pada peta lokasi. Hal ini bertujuan agar
tim mengetahui batas-batas wilayah survey sehingga tidak terjadi
kesalahan tempat survei.
Sumber : Dokumen Pribadi
4
2. Buat grid pada peta. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam
menentukan titik.
Sumber : Dokumen Pribadi
3. Setelah itu, beralih ke GPS. Pilih simbol sinyal. Perhatikan titik koordinat
dan akurasi pada GPS.
Sumber : Buku Panduan Menggunakan Oregon
437304 9219930
437054 9219535
437304 9219535
437054 9219930
Koordinat Akurasi
5
4. Setelah menemukan titik yang diinginkan, kembali ke Main Menu pilih
Mark Way Point Save and Edits Beri Nama Titik Pilih simbol
centang .
Sumber : Buku Panduan Menggunakan Oregon
5. Jika ingin melihat titik, kembali ke Main Menu Manage Waypoint.
6. Catat titik koordinat dan ketinggian pada lembar survei.
b) Mengolah Data dari GPS ke Personal Computer
1. Setelah data dari GPS diubah kedalam jenis file dxf, jalankan program
ARcGIS
Sumber : Dokumen Pribadi
6
2. Sebelum memulai pengerjaan sebaiknya ubah dulu Units keukuran
Meter dengan cara klik kanan pilih Data Frame Properties, pada Units
pilih Meters
Sumber : Dokumen Pribadi
3. Setelah pengaturan Units pilih Add Data untuk menambahkan data dan
pilih data yang ingin dimasukkan
Sumber : Dokumen Pribadi
7
4. Pada ArcToolbox pilih Data Management Tools General
Sumber : Dokumen Pribadi
5. Lakukan Double Klik pada pilihan Merge
6. Pada input data set pilih data yang berupa point
Sumber : Dokumen Pribadi
7. Klik kanan pada Point_Merge1 dan pilih Open Attribute Table
8
8. Pada Attribute Table Point_Merge1 hapus field yang bernama
BlkLineTyp dengan cara klik kanan pada BlkLineTyp dan pilih Delete
Field dan pilih OK.
Sumber : Dokumen Pribadi
9. Pilih Options dan pilih Add Field
Sumber : Dokumen Pribadi
10. Tentukan nama Field dan pilih Long Interger
Sumber : Dokumen Pribadi
9
11. Klik kanan pada Field Tinggi dan pilih Field Calculator
Sumber : Dokumen Pribadi
12. Pada Field Calculator double klik pada Elevation dan dibagi 3.28 agar
ukurannya menjadi meter
Sumber : Dokumen Pribadi
10
13. Setelah selesai klik kanan pada Point_Merge1 pilih Properties pilih
tab Labels
Sumber : Dokumen Pribadi
14. Pada Label Field pilih tinggi dan pilih OK
Sumber : Dokumen Pribadi
11
15. Klik kanan pada Point_Merge1 pilih Label Features, dan pada layar
akan tampil ketinggian dari tiap titik
Sumber : Dokumen Pribadi
16. Klik kanan pada Point_Merge1 pilih Properties pilih Symbologi
Sumber : Dokumen Pribadi
17. Klik pada gambar Symbol pilih jenis simbol yang diinginkan
tentukan ukuran simbol pilih OK
12
Sumber : Dokumen Pribadi
18. Setelah selesai pilih Editor pilih Start Editing
Sumber : Dokumen Pribadi
19. Pilih salah satu titik dan hapus satu titik supaya keterangan tinggi titik
hanya satu
Sumber : Dokumen Pribadi
20. Setelah selesai menghapus semua pilh Editor pilih Stop Editing
pilih Save
13
Sumber : Dokumen Pribadi
21. Setelah selesai masukkan data jalan dan sungai tembalang dengan
cara pilih Add Data pilih data sungai dan jalan pilih Add
Sumber : Dokumen Pribadi
22. Pilih ikon Layout View klik kanan pada sembarang tempat pilih
Page and Print Setup
Sumber : Dokumen Pribadi
14
23. Pada Page and Print Setup pilih Size A3 dan centang pada pilihan Scale
Map Elements to Changes in Page Size dan pilih OK
Sumber : Dokumen Pribadi
24. Pada tampilan Layout View perbesar area lembar kerja
Sumber : Dokumen Pribadi
25. Klik kanan pada lembar kerja pilih Properties pilih Tab Grids
15
Sumber : Dokumen Pribadi
26. Pilih New Grid pilih Measure Grid pilih Labels Only pilih
Measure Grid pilih Labels Only Centang pada Place A Border
Between grid and axis labels dan place a border outside the grid pilih
Finish pilih OK
27. Setelah selesai mulai dengan pembuatan ITP, untuk pengetikan nama
pilih ikon New Text dan tulis apa yang diinginkan, untuk memasukkan
gambar pilih insert kemudian pilih picture, dan untuk memasukkan skala
atau arah mata angina pilih insert dan pilih scale bar atau scale text
untuk skala dan pilih north arrow untuk arah mata angina dan tentukan
jenis yang diinginkan.
Sumber : Dokumen Pribadi
16
28. Hasil pembuatan ITP
Sumber : Dokumen Pribadi
c) Membuat Peta Kontur
Pembuatan garis kontur dapat dilakukkan dengan berbagai cara antara lain
dengan metide interpolasi linear dan grafis.
Metode Interpolasi
Metode ini digunakan dengan menghitung titik tinggi yang akan
mewakili garis kontur dengan cara membandingkan antara jaraj
pada peta dengan jarak sebenarnya. Setelah titik-titik tinggi yang
akan mewakili garis kontur tersebut diperoleh, maka selanjutnya
adalah menghubungkan titik-titik tersebut menjadi sebuah garis.
Metode Grafis
Metode ini pada dasarnya membagi dengan garis-garis bantu.
Hubungkan 2 titik, lalu tarik garis lurus sehingga membentuk sebuah
segitiga. Bagilah garis bantu sembarang menjadi bagian yang sama
besar dan tarik garis yang sejajar.
V. HASIL
5.1. Tabel
No. Titik
x y z
(ketinggian/m) Keterangan
T1 0437166 9219751 212
T2 0437246 9219729 213
T3 0437198 9219729 211
T4 0437179 9219691 212
T5 0437174 9219677 209
T6 - - - -
T7 - - - -
T8 0437253 9219800 212
T9 0437258 9219804 213
T10 0437209 9219800 212
T11 0437212 9219814 212
T12 0437196 9219814 212
T13 0437192 9219821 212
T14 0437182 9219798 209
17
T15 0437156 9219784 208
T16 0437133 9219784 213
T17 0437192 9219775 211
T18 0437171 9219783 208
T19 0437147 9219776 208
T20 0437275 9219785 209
T21 0437279 9219809 208
T22 0437258 9219854 207
T23 0437249 9219884 207
T24 0437248 9219857
T25 0437239 9219910 208
T26 0437241 9219932 210
T27 0437213 9219892 209
T28 0437208 9219870 208
T29 0437215 9219848 209
T30 0437197 9219840 207
T31 0437297 9219883 207
T32 0437237 9219939 207
T33 0437225 9219922 206
T34 0437117 9219667 211
T35 0437121 9219679 215
T36 0437108 9219671 215
T37 0437107 9219666 215
T38 0437204 9219678 215
T39 0437216 9219685 214
T40 0437242 9219679 215
T41 0437244 9219674 215
T42 0437266 9219675 213
T43 0437280 9219709 215
T44 0437282 9219638 215
T45 0437291 9219627 217
T46 0437301 9219549 214
T47 0437281 9219563 213
T48 0437270 9219579 211
T49 0437252 9219578 212
T50 0437251 9219553 211
T51 0437231 9219591 211
T52 0437228 9219578 211
T53 0437202 9219577 212
T54 0437193 9219561 213
T55 0437185 0219555 213
T56 0437183 9219575 211
T57 0437131 9219568 212
T58 0437098 9219562 212
T59 0437082 9219567 214
T60 0437094 9219596 213
T61 0437094 9219613 212
T62 0437009 9219624 213
T63 0437251 9219607 210
T64 0437236 9219639 207
T65 0437212 9219634 209
18
T66 0437198 9219635 211
T67 0437186 9219625 210
T68 0437146 9219629 211
T69 0437115 9219623 212
T70 0437060 9219646 212
T71 0437040 9219646 213
T72 0437167 9219718 211 Sumber : Hasil Survei Lapangan
VI. KESIMPULAN
Penguasaan GPS merupakan suatu keharusan bagi seorang calon perencana.
Hal ini bertujuan untuk menganalisis kondisi atau keadaan suatu wikayah.
Selain itu, dengan menggunakan GPS, seorang perencana dapat melakukkan
pendekatan dan mengetahui lingkungan fisik dalam suatu wilayah.
Walaupun GPS memiliki beberapa kekurangan, keberadaan GPS
sangat berguna bagi bidang perencanaan wilayah dan kota. GPS membantu
dalam menentukan ketinggian, koordinat, dan pembuatan peta. Hal-hal tersebut
sangat berguna bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Tanpa Angka Tahun. Modul 10 : Garis Kontur. Jurusan Teknik Sipil
Universitas Mercu Buana.
Diktat Mata Kuliah Interpretasi Ruang. 2013
Winardi. Tanpa Angka Tahun. Penentuan Posisi dengan GPS untuk Survei Terumbu
Karang. Pusat Oseanografi LIPI.
LAPORAN PENGINDERAAN JAUH
“INTERPRETASI CITRA MANUAL” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari
21040112130071
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 1
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mangetahui cara interpretasi citra secara manual
2. Mengetahui karakteristik suatu wilayah dari sebuah peta citra
3. Mengetahui kunci-kunci interpretasi manual yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu objek
II. KAJIAN LITERATUR
2.1. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk
perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut
khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau
dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren). Sedangkan menurut
Lillesand and Kiefer, tagun 1979, Penginderaan Jauh adalah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala
dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji.
2.2. Pengertian Interpretasi Citra
Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa
interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut. Interpretasi citra penginderaan jauh dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan
interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001).
2.3. 8 Kunci Interpretasi Citra Manual
Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh
yang mendasarkan pada pengenalan ciri atau karakteristik objek secara
keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur
interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona atau warna,
tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital
adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan
pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 2
berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik.
Adapun 8 macam kunci interpretasi foto udara secara manual antara
lain:
RONA DAN WARNA
Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan
atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Berbeda dengan rona yang
hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan tingkat
kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna
biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Rona dan warna
disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan
warna dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra
berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama
dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona
atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran
dan bayangannya.
BENTUK
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan
konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan
atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya saja. Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris
yang artinya bentuk, yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau
bentuk umum, sedang form merupakan susunan atau struktur yang
bentuknya lebih rinci. Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya
merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang
khas sehingga memudahkan pengenalan obyek pada citra.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk
Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau
berbentuk empat segi panjang
Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus
berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 3
UKURAN
Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka
di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus
selalu diingat skalanya.
Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:
Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,
lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi
lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tennis,
dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.
TEKSTUR
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand
dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu
kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975).
Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak
bertekstur halus.
POLA
Pola, tinggi, dan bayangan pada dikelompokkan ke dalam tingkat
kerumitan tersier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat
kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra.
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi
banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Contoh:
Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis
batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran
yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan
jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau
tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik
pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 4
vokanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis
(Paine, 1981)
BAYANGAN
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah
bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-
kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering
merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang
justru lebih tampak dari bayangannya.
Contoh:
Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang
dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya.
SITUS
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam
kerumitan yang lebih tinggi pada Situs bukan merupakan ciri obyek
secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan
sekitarnya. Contoh:
Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.
Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa
sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya
bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak
pada foto tersebut mungkin sekali nipah.
ASOSIASI
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang
satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu
obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.
Contoh:
Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat
persegi panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m,
lapangan sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang
situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan
sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 5
gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang
tampak pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar.
III. ALAT DAN BAHAN
- Citra Quick Bird
- Kalkir A4
- MiliIpen
- Pensil Warna
- Penggaris
- Drawing Pen for OHP
- Plastik Mika
- Benang
- Milimeter Block
- Penjepit Kertas
IV. LANGKAH KERJA
1. Ambillah peta citra yang telah disediakan.
2. Tumpuk peta citra dengan platsik mika. Setelah itu, jepit kedua lembar
tersebut dengan penjepit kertas agar posisi peta citra dan plastik mika tidak
berubah.
3. Lakukkan identifikasi objek pada peta citra dengen menggunakan 8 kunci
interpretasi citra. Buatlah tabel seperti berikut ini :
No. Rona/Warna Tekstur Ukuran Bentuk Pola Situs Asosiasi Objek
4. Tandai objek yang memilki karakteristik berbeda-beda di atas plastik mika
dengen menggunakan drawing pen for OHP.
5. Jiplak objek yang telah ditandai di plastik mika ke kertas kalkir berukuran a4
dengen menggunakan milipen.
6. Warnai objek-objek tersebut sesuai dengan warna yang terdapat pada citra
dengan menggunakan pensil warna.
7. Untuk mengukur panjang jalan dan sungai, gunakan benang, kemudian
ukur panjang benang dengan menggunakan penggaris.
8. Untuk mengukur luas, gunakan millimeter block dengan rumus :
Luas Daerah = Jumlah Kotak x Luas Kotak Sebenarnya
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 6
V. HASIL DAN ANALISIS
5.1. Menghitung Ukuran Objek
No.
Objek Objek Perhitungan Ukuran
1 Sawah
tanpa padi
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 24 x 100.000.000 cm2
= 2.400.000.000 cm2
= 240.000 m2
2 Semak-
semak
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 7 x 100.000.000 cm2
= 700.000.000 cm2
= 70.000 m2
3 Sawah
berpadi
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 9 x 100.000.000 cm2
= 900.000.000 cm2
= 90.000 m2
4 Pemukiman Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 28,5 x 100.000.000 cm2
= 2.850.000.000 cm2
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 7
= 285.000 m2
5 Tanah
kering
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 6 x 100.000.000 cm2
= 600.000.000 cm2
= 60.000 m2
6 Jalan raya Panjang garis sebenarnya
= 1 cm x 10.000
= 10.000 cm
Panjang jalan raya
= 28 x 10.000
= 280.000 cm
= 2800 m
7 Pabrik Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 2,5 x 100.000.000 cm2
= 250.000.000 cm2
= 25.000 m2
8 Pepohonan Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 4 x 100.000.000 cm2
= 400.000.000 cm2
= 40.000 m2
9 Kolam
renang
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 8
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 1 x 100.000.000 cm2
= 100.000.000 cm2
= 10.000 m2
10 Tanah
berumput
Luas kotak sebenarnya
= (1 cm x 10.000) x (1 cm x 10.000)
= 100.000.000 cm2
Luas daerah
= jumlah kotak x luas kotak sebenarnya
= 3 x 100.000.000 cm2
= 300.000.000 cm2
= 30.000 m2
5.2. Tabel Identifikasi Objek Citra
No.
Objek Objek
Rona/
Warna Tekstur Bentuk Pola Situs Asosiasi
1 Sawah
tanpa padi
Gelap/
Coklat
tua
Halus Persegi Teratur Dekat
sema
k-
sema
k dan
pepo
hona
n
Jalan
pematang
sawah
2 Semak-
semak
Teran
g/Hija
u
muda
Sedang Persegi Tidak
teratur
Dekat
sawa
h
Sawah
3 Sawah
berpadi
Gelap/
Hijau
tua
Halus Persegi Teratur Dekat
sema
k-
sema
k dan
pepo
Jalan
pematang
sawah
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 9
hona
n
4 Pemukiman Gelap/
Coklat
oranye
Kasar Persegi Tidak
teratur
Di
tepi
jalan
Atap
coklat
atau
oranye
5 Tanah
kering
Teran
g/Cokl
at
muda
Halus Persegi Tidak
teratur
- -
6 Jalan raya Agak
gelap/
Abu-
abu
Halus Garis Teratur Sepa
njang
sawa
h dan
pemu
kiman
Garis
pembatas
jalan
7 Pabrik Teran
g/Abu-
abu
muda
Halus Persegi Teratur Di
tepi
jalan
Atap seng
8 Pepohonan Gelap/
Hijau
tua
Kasar Lingkar
an tidak
sempur
na
Tidak
teratur
Dekat
deng
an
ruma
h
-
9 Kolam
renang
Teran
g/Biru
muda
Halus Persegi Teratur Dekat
deng
an
ruma
h
Papan
lompat
10 Tanah
berumput
Teran
g/Hija
u
muda
Halus Persegi Teratur Dekat
bang
unan
-
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 10
Analisis :
Dari kedua tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap objek memilki
karakteristik masing-masing. Walaupun sejenis, hutan, semak-semak, dan
rumput memilki karakteristik yang berbeda. Hutan memilki tekstur kasar,
semak-semak memilki tekstur sedang, dan rumput memiliki tekstur halus. Hal
yang lainnya adalah pemukiman memiliki tekstur yang kasar. Hal ini disebabkan
karena rumah-rumah dalam suatu pemukiman memilki ketinggian yang
berbeda-beda.
Selain itu, terdapat pula suatu objek yang memilki keterkaitan dengan
objek lain. Seperti pemukiman selalu berkaitan dengan atap yang berwarna
coklat tua atau oranye. Sawah, semak-semak, dan pepohonan selalu berkaitan
satu sama lain. Kolam renang berkaitan dengan papan lompat. Pabrik berkaitan
dengan atap yang terbuat dari seng. Jalan raya berkaitan dengan garis
pembatas jalan. Dan masih banyak lagi objek lainnya yang saling berkaitan.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan interpretasi citra penginderaan jauh sangat dibutuhkan oleh
seorang perencana untuk mengidentifikasi karakteristik suatu wilayah tanpa
kontak langsung dengan wilayah tersebut.
2. Untuk mengidentifikasi suatu objek pada citra, dibutuhkan kunci interpretasi
citra.
3. Sebuah wilayah memiliki objek-objek dengan karakteristik yang berbeda-
beda sehingga membutuhkan interpretasi yang berbeda pula.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 11
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Ichwan. 2009. “Interpretasi Citra dengan Menggunakan Delapan Unsur
Interpretasi” dalam I-Geography.
http://one-geo.blogspot.com/2009/12/interpretasi-citra-dengan-
menggunakan.html. Diunduh pada Sabtu, 8 Desember 2012.
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html. Tanpa Angka
Tahun. “Unsur Interpretasi Citra” dalam Jurnal Geologi. Diunduh Sabtu, 8
Desember 2012.
Pangi dan Pigawati, Bitta. 2011. Pengolahan Data Citra. Semarang: Biro Penerbit
Plano UNDIP.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Manual 12
LAMPIRAN
1. Peta Objek Hasil Interpretasi Citra
2. Tabel Kunci Interpretasi Citra
LAMPIRAN 2
TABEL KUNCI INTERPRETASI CITRA
No.
Objek Objek Rona/Warna Tekstur Bentuk Pola Situs Asosiasi Ukuran
1 Sawah tanpa padi Gelap/Coklat tua Halus Persegi Teratur Dekat semak-
semak dan
pepohonan
Jalan
pematang
sawah
0,24 km2
2 Semak-semak Terang/Hijau muda Sedang Persegi Tidak teratur Dekat sawah Sawah 0,07 km2
3 Sawah berpadi Gelap/Hijau tua Halus Persegi Teratur Dekat semak-
semak dan
pepohonan
Jalan
pematang
sawah
0,09 km2
4 Pemukiman Gelap/Coklat oranye Kasar Persegi Tidak teratur Di tepi jalan Atap coklat
atau oranye
0,285 km2
5 Tanah kering Terang/Coklat muda Halus Persegi Tidak teratur - - 0,06 km2
6 Jalan raya Agak gelap/Abu-abu Halus Garis Teratur Sepanjang
sawah dan
pemukiman
Garis
pembatas
jalan
2,8 km
7 Pabrik Terang/Abu-abu muda Halus Persegi Teratur Di tepi jalan Atap seng 0,025 km2
8 Pepohonan Gelap/Hijau tua Kasar Lingkaran
tidak
sempurna
Tidak teratur Dekat dengan
rumah
- 0,04 km2
9 Kolam renang Terang/Biru muda Halus Persegi Teratur Dekat dengan
rumah
Papan lompat 0,01 km2
10 Tanah berumput Terang/Hijau muda Halus Persegi Teratur Dekat bangunan - 0,03 km2
LAPORAN PENGINDERAAN JAUH
“INTERPRETASI CITRA MENGGUNAKAN ARCGIS” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari
21040112130071
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 1
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mangetahui cara interpretasi citra secara manual dan digital
2. Mengetahui karakteristik suatu wilayah dari sebuah peta citra
3. Mengetahui kunci-kunci interpretasi manual dan mengolah peta citra
dengan ArcGIS.
II. KAJIAN LITERATUR
2.1. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk
perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut
khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau
dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren). Sedangkan menurut
Lillesand and Kiefer, tagun 1979, Penginderaan Jauh adalah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala
dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji.
2.2. Pengertian Interpretasi Citra
Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa
interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut. Interpretasi citra penginderaan jauh dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan
interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001).
2.3. 8 Kunci Interpretasi Citra Manual
Adapun 8 macam kunci interpretasi foto udara secara manual antara
lain:
Rona dan Warna
Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan
atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Berbeda dengan rona
yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan
tingkat kegelapan yang lebih beraneka.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 2
Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan
konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk
merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya saja.
Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume.
Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand
dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan
Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus,
dan belang-belang.
Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai
bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek
alamiah.
Bayangan
Bayangan sering menjadi kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.
Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam
kerumitan yang lebih tinggi pada Situs bukan merupakan ciri
obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan
lingkungan sekitarnya.
Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang
satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya
suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya
obyek lain.
2.4. Pengertian Deliniasi
Deliniasi adalah penarikan garis batas sementara suatu wilayah atau
suatu negara di atas peta.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 3
2.5. Pengertian Tata Guna Lahan
Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan
yang dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan
berupa:
Kawasan permukiman
Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan
yang disertai prasana dan sarana serta infrastrukutur yang
memadai. Kawasan permukiman ini secara sosial mempunyai
norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
Kawasan perumahan
Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-
bangunan perumahan dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan ini sesuai pada
tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
Kawasan perkebunan
Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis
tanaman yang bisa menghasilkan materi dalam bentuk uang.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).
Kawasan pertanian
Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu
tanaman saja. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-
15% (landai).
Kawasan ruang terbuka hijau
Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya
ditanami oleh tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit.
Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai
jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 15-25% ( agak curam ).
Kawasan perdagangan
Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya
bangunan pertokoan yang menjual berbagai macam barang.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-8% ( datar )
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 4
Kawasan industri
Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik
dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini
sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% ( hingga landai ).
Kawasan perairan
Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan,
seperti budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi
wilayah dan sekitarnya.
Standar Warna Tata Guna Lahan
No Keterangan Kode
Warna Warna
1. Kawasan Permukiman Padat 42
2. Kawasan Permukiman Sedang 41
3. Kawasan Permukiman Rendah 2
4. Kawasan Pasar Tradisional 12
5. Kawasan Perdagangan dan
Pertokoan 1
6. Kawasan Institusi, Pemerintahan,
dan Pendidikan 141
7. Ruang Terbuka dan Areal
Rekreasi, taman 3
8. Kawasan Industri 252
9. Kawasan Pertambakan 4
10. Lahan Pertanian 74
11. Lahan Perkebunan 76
12. Hutan dan Kawasan Konservasi 137
13. Perairan, Genangan Air, Danau 5
14. Fasilitas Transportasi: Terminal
dan Stasiun KA 183
15. Kawasan Militer 143
16. Lahan Kosong dan Padang Rumput 81
17. Kuburan 200
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 5
III. ALAT DAN BAHAN
- Peta Citra Kawasan Kampus Undip Tembalang
- Komputer yang telah diinstall ArcGIS
IV. LANGKAH KERJA
1. Buka aplikasi ArcGISArcMap.
Pilih jenis pengolahan yang akan dilakukkan. Dalam praktikum ini, pilih A
new empty map. Setelah itu klik OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 6
Maka akan muncul tampilan seperti berikut ini.
2. Mengatur satuan yang akan dipakai. ViewData Frame Properties.
Maka, akan muncul kotak dialog berikut ini. Pilih kolom GeneralPada
kolom Map dan Display, pilih MetersApply OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 7
3. Mengatur satuan koordinat. ViewData Frame Properties Kolom
Coordinate System.
Pada kolom Select Coordinate System, pilih Predifined Projected
Coordinate System UTM WGS 1984 WGS 1984 UTM Zone 49S.
Setelah itu, pilih Apply dan klik OK.
4. Memasukkan gambar FileAdd Data atau klik ikon Add Data pada Toolbar
. Pilih seperti gambar di bawah ini.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 8
Lalu, akan muncul tampilan seperti berikut ini.
5. Untuk melakukkan digitasi, warna peta harus dihilangkan. Double click
warna batas wilayah Pilih hollow outline width 2 outline color :
red OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 9
Lalu, akan muncul tampilan seperti berikut ini.
6. Buat Attribute Table sesuai degan 8 kunci intepretasi diatambah dengan
kolom keterangan dan kode. Klik kanan pada layer batas wilayah
Open Attribute Table Options Add Field Name (kunci
interpretasi citra)Type : Text OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 10
Semua kolom attribute table dibuat :
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 11
7. Setelah itu, mulai digitasi peta. Editor Start Editing Cut Polygon
Features Klik bagian dalam peta Pilih icon pensil Mulai digitasi.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 12
8. Setiap selesai digitasi, buka attribute table, lalu lengkapi bagian-bagian
tabel 8 kunci interpretasi citra.
Kolom ketrangan diisi dengan penggunaan lahan.
Kolom kode diisi dengan angka sesuai obyek.
Gambar pengisian kolom attribute table
Jika sudah selesai mengisi attribute table, pilih Editor Stop Editing.
9. Menghitung ukuran kawasan. Sorot judul kolom ‘ukuran’ klik kanan
calculate geometry Yes OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 13
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 14
10. Memberikan nomor kode pada peta. Klik kanan pada layer batas wilayah
Properties Labels Label Field : kode Ubah tulisan dan
ukuran font. Lalu, pilih Symbology Categories Unique Value
Value Field : Kode Add All Values Ubah Warna OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 15
11. Jika nomor belum keluar, klik kanan pada layer batas wilayah pilih
label features.
Gambar peta setelah diberi label kode
12. Setelah diberi kode, berilah warna. Klik mouse bagian kanan pada layer
yang telah didigit Properties Symbology Categories Unique
Features Value field : Keterangan Add All Values Klik value
tiap keterangan pilih warna yang sesuai Apply OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 16
Gambar peta yang telag diberi warna sesuai standar TGL
13. Setelah itu, lakukkanlah layouting. Ubah tampilan peta ke tampilan layout.
Lihat gambar di bawah ini.
Tampilan Layout
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 17
14. Maka, akan muncul tampilan seperti berikut ini.
Untuk mengubah format kertas, pilih menu File Pages and Print Setup.
Gambar kertas setelah diubah formatnya
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 18
15. Buatlah ITP. Berikut ini adalah menu-menu yang dapat digunakan untuk
membuat ITP.
Masukkan skala : insert Scale Bar
Masukkan orientasi : insert North Arrow
Masukkan logo Undip : insert Picture
Masukkan legenda : insert Legend
16. Berikan grid pada peta. View Data Frame Properties New Grid
Pilih format yang diinginkan.
Membuat
Rectangle Memasukan
huruf Jenis
Font Font
Size Font
Format
Warna
Huruf
Warna
Rectangle
Warna
Garis
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 19
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 20
V. HASIL DAN ANALISIS
5.1. Attribute Table
keterangan kode rona_warna bentuk ukuran tekstur
lahan kosong 2 hijau persegi 52206 sedang
permukiman sedang 6 coklat tua persegi 8380 kasar
permukiman sedang 6 coklat tua persegi 39052 kasar
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 78225 sedang
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 71371 sedang
kawasan pendidikan 1 biru tua persegi 6517 kasar
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 12839 sedang
kawasan pendidikan 1 putih persegi 27317 kasar
kawasan pendidikan 1 putih persegi 6006 kasar
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 36425 kasar
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 27307 kasar
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 19359 kasar
kawasan pendidikan 1 abu-abu persegi 4000 kasar
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 14868 kasar
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 36464 sedang
taman 3 hijau tua berkelok 8040 sedang
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 25928 kasar
kuburan 4 hijau tua persegi 3036 kasar
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 17835 kasar
jalan 5 abu-abu garis 5058 halus
jalan 5 abu-abu garis 30857 halus
taman 3 hijau persegi 1576 sedang
jalan 5 abu-abu garis 1092 halus
taman 3 hijau persegi 4197 halus
jalan 5 abu-abu garis 2031 halus
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 87391 kasar
lahan kosong 2 hijau persegi 13294 sedang
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 1494 kasar
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 5625 kasar
lahan kosong 2 hijau persegi 13649 sedang
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 40270 kasar
taman 3 coklat hijau persegi 7308 sedang
lahan kosong 2 hijau persegi 5201 sedang
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 24453 kasar
kawasan pendidikan 1 abu-abu tua persegi 118836 kasar
pemukiman padat 6 oranye coklat persegi 49963 kasar
lahan kosong 2 hijau berkelok 33358 sedang
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 5936 kasar
lahan kosong 2 hijau persegi 8576 sedang
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 21
jalan 5 abu-abu garis 23462 halus
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 97334 kasar
pemukiman padat 6 oranye coklat persegi 25946 kasar
jalan 5 abu-abu garis 59110 halus
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 22257 kasar
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 2240 kasar
kawasan pendidikan 1 coklat tua persegi 5288 kasar
lahan kosong 2 hijau persegi 18752 halus
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 48276 sedang
lahan kosong 2 hijau tua berkelok 1.#QNAN sedang
lahan kosong 2 hijau berkelok 4626 sedang
sungai 7 abu-abu berkelok 1963 sedang
sungai 7 abu-abu berkelok 8095 sedang
keterangan pola bayangan situs asosiasi
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung rumput dan semak
permukiman sedang tidak teratur ada dekat jalan setapak atap coklat
permukiman sedang tidak teratur ada dekat jalan setapak atap coklat
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama pos satpam
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
taman tidak teratur tidak ada depan gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
kuburan tidak teratur tidak ada pinggir gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan teratur ada pinggir jalan utama lapangan parkir
jalan teratur tidak ada di antara kawasan pendidikan
aspal
jalan teratur tidak ada di antara kawasan pendidikan
aspal
taman teratur tidak ada di depan gedung rumput dan semak
jalan teratur tidak ada di antara taman aspal
taman teratur tidak ada di depan gedung rumput
jalan teratur tidak ada di antara gedung dan taman aspal
kawasan pendidikan tidak teratur ada di pinggir jalan utama lapangan parkir
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 22
lahan kosong tidak teratur tidak ada di belakang gedung semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada di pinggir jalan utama lapangan parkir
kawasan pendidikan tidak teratur ada di pinggir jalan utama lapangan parkir
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung-gedung
taman tidak teratur tidak ada pinggir jalan utama rumput dan pohon
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung rumput
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung dan lapangan parkir
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung-gedung
pemukiman padat tidak teratur tidak ada di antara kawasan pendidikan
rumah-rumah
lahan kosong tidak teratur tidak ada di belakang gedung dan pemukiman
semak dan pohon
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung dan lapangan parkir
lahan kosong tidak teratur tidak ada pinggir jalan utama semak dan pohon
jalan teratur tidak ada di antara pemukiman dan kawasan pendidikan
aspal
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung dan lapangan
pemukiman padat tidak teratur tidak ada pinggir jalan rumah-rumah
jalan teratur tidak ada di antara pemukiman dan kawasan pendidikan
aspal
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung-gedung
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung dan lapangan
kawasan pendidikan tidak teratur ada pinggir jalan utama gedung dan lapangan
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung rumput
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
lahan kosong tidak teratur tidak ada belakang gedung dan pemukiman
semak dan pohon
sungai tidak teratur tidak ada belakang gedung dan pemukiman
semak dan pohon
sungai tidak teratur tidak ada belakang gedung semak dan pohon
5.2. Analisis
Dari salinan attribute table di atas, wilayah kampus undip dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
a. Kawasan Pendidikan
Kawasan pendidikan terdiri dari gedung-gedung kuliah dan lapangan
parkir. Gedung-gedung di kawasan pendidikan pada umumnya
berwarna abu-abu dan biru tua. Menurut hasil analisis, kawasan
pendidikan merupakan kawasan yang mendominasi kawasan
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 23
kampus Undip Tembalang. Luas kawasan pendidikan mencapai
569.379m2 atau 44,7% dari luas seluruh daerah.
b. Pemukiman
Pemukiman terdiri dari rumah-rumah penduduk, kos-kosan, dan
pertokoan yang sebagian besar bersatu dengan rumah penduduk.
Ada 2 jenis pemukiman di kawasan kampus Undip Tembalang, yaitu
pemukiman sedang dan pemukiman padat. Pemukiman sedang
terletak agak jauh dari wilayah kampus. Sedangkan pemukiman
padat terletak lebih dekat dengan wilayah kampus. Pemukiman di
wilayah kampus Undip Tembalang berpola tidak teratur. Luas
pemukiman di wilayah kampus Undip Tembalang mencapai
75.909m2 atau 6% dari luas seluruh daerah.
c. Lahan Kosong
Lahan kosong merupakan lahan yang telah memiliki dasar
kepemilikan dan dapat berupa lahan terbangun maupun tidak
terbangun yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh penguasa
lahan tersebut. Jumlah lahan kosong di kawasan kampus Undip
Tembalang terbilang cukup banyak yakni mencapai 424.144m2 atau
33,3% dari luas seluruh daerah. Lahan kosong yang belum
dimanfaatkan ini akan dibangun gedung-gedung baru untuk
perkuliahan atau dijadikan ruang terbuka hijau.
d. Taman
Taman di wilayah kampus Undip Tembalang masih sangat minim. Di
wilayah ini hanya terdapat 3 taman. Padahal taman merupakan
salah satu objek terpenting yang harus dimiliki setiap kampus.
Taman berfungsi sebagai lokasi untuk berbagai kegiatan
mahasiswa. Luas taman di kawasan kampus Undip Tembalang
hanya 21.121m2 atau 1.7% dari luas seluruh daerah.
e. Kuburan
Di kawasan kampus Undip Tembalang, terdapat beberapa lahan
yang diperuntukkan untuk kuburan. Luas wilayah kuburan di
kawasan kampus Undip Tembalang adalah 3036m2.
f. Jalan
Berdasarkan peta citra, jalan difungsikan sebagai akses untuk
menuju gedung-gedung perkuliahan. Jalan-jalan di kawasan kampus
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 24
Undip Tembalang saling berkaitan satu sama lain, yakni
menghubungkan antara kawasan pendidikan dan pemukiman.
g. Sungai
Kawasan kampus Undip Tembalang dilewati sungai yang cukup
lebar. Namun, berdasarkan peta citra, sungai tersebut tidak terawat
dengan baik dan kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari warna
sungai yang gelap dan tertutup semak belukar yang tidak terawat.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan interpretasi citra penginderaan jauh sangat dibutuhkan oleh
seorang perencana untuk mengidentifikasi karakteristik suatu wilayah tanpa
kontak langsung dengan wilayah tersebut.
2. Untuk mengidentifikasi suatu objek pada citra, dibutuhkan kunci interpretasi
citra.
3. Sebuah wilayah memiliki objek-objek dengan karakteristik yang berbeda-
beda sehingga membutuhkan interpretasi yang berbeda pula.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 25
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Ichwan. 2009. “Interpretasi Citra dengan Menggunakan Delapan Unsur
Interpretasi” dalam I-Geography.
http://one-geo.blogspot.com/2009/12/interpretasi-citra-dengan-
menggunakan.html. Diunduh pada Sabtu, 8 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertahanan_laut. Tanpa Angka Tahun. “Pertahanan Laut”
dalam Wikipedia. Diunduh Sabtu, 13 April 2013.
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html. Tanpa Angka
Tahun. “Unsur Interpretasi Citra” dalam Jurnal Geologi. Diunduh Sabtu, 8
Desember 2012.
http://kasihdalamkata.blogspot.com/2010/01/tata-guna-lahan.html. Tanpa Angka
Tahun. “Tata Guna Lahan: dalam Kasih dalam Kata. Diunduh Sabtu. 13 April
2013.
Pangi dan Pigawati, Bitta. 2011. Pengolahan Data Citra. Semarang: Biro Penerbit
Plano UNDIP.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 26
LAMPIRAN
1. Peta Citra Kampus Undip Tembalang
2. Peta Tata Guna Lahan Kampus Undip Tembalang
3. Print Screen Attribute Table
ATTRIBUTE TABLE
LAPORAN PENGINDERAAN JAUH
“PENGOLAHAN PETA CITRA DAN PETA TATA GUNA LAHAN” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari
21040112130071
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 1
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mangetahui cara pengolahan peta citra dan peta tata guna lahan.
2. Memahami teknik penggabungan band, koreksi geometrik, koreksi
radiometrik dan cropping peta citra menggunakan software ER Mapper.
3. Memahami teknik digitasi peta citra yang meghasilkan peta tata guna lahan
dengan menggunakan software ArcGIS.
4. Mengetahui pemanfaatan lahan di suatu kawasan berdasarkan peta citra.
II. KAJIAN LITERATUR
2.1. Pengertian Peta Citra
Peta citra satelit merupakan kombinasi data peta rupabumi jenis vektor
dengan data satelit orthogonal jenis raster yang dioverlay secara
terintegrasi pada sistem referensi koordinat pemetaan (Dodi S, dkk
dalam Gantin). Pemetaan citra satelit pada dasarnya lebih
mempertimbangkan segi kualitas geometris dan sajian citra, selebihnya
untuk melaksanakan analisis/interpretasi citra diserahkan kepada para
pengguna.
Dasar pertimbangan produksi peta citra satelit :
a. Hasil pengolahan data citra penginderaan jauh dapat dimanfaatkan
untuk pemenuhan informasi dan pemetaan sumberdaya alam.
b. Keberadaan berbagai citra satelit yang multi resolusi serta ditunjang
oleh kemampuan perangkat keras dan lunak untuk kebutuhan
pemetaan.
c. Penggunaan teknik penginderaan jauh dinilai relatif murah
dibandingkan dengan teknik pembuatan peta yang menggunakan
survei tristis dan survei udara/fotogrametris.
d. Data citra satelit dimungkinkan untuk memutakhirkan peta rupabumi
dan lainnya.
e. Keberadaan Stasiun Bumi Satelit Sumber Alam (SBSSA) LAPAN
yang menjadi sumber data untuk produksi peta citra satelit.
f. Dengan adanya durasi lintasan satelit dari daerah yang sama
kurang dari satu bulan, maka produksi peta citra dapat diselesaikan
dalam waktu relatif singkat. (Gantin, Tanpa Angka Tahun)
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 2
2.2. Pengertian Tata Guna Lahan
Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan
yang dilakukan sesuai dengan kondisi eksisting alam. Tata guna lahan
berupa:
Kawasan permukiman
Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan
yang disertai prasana dan sarana serta infrastrukutur yang
memadai. Kawasan permukiman ini secara sosial mempunyai
norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
Kawasan perumahan
Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-
bangunan perumahan dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan ini sesuai pada
tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).
Kawasan perkebunan
Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis
tanaman yang bisa menghasilkan materi dalam bentuk uang.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).
Kawasan pertanian
Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu
tanaman saja. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-
15% (landai).
Kawasan ruang terbuka hijau
Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya
ditanami oleh tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit.
Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai
jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai pada tingkat
kelerengan 15-25% (agak curam).
Kawasan perdagangan
Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya
bangunan pertokoan yang menjual berbagai macam barang.
Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-8% (datar).
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 3
Kawasan industri
Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik
dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini
sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (hingga landai).
Kawasan perairan
Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan,
seperti budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi
wilayah dan sekitarnya.
Standar Warna Tata Guna Lahan
No Keterangan Kode
Warna Warna
1. Kawasan Permukiman Padat 42
2. Kawasan Permukiman Sedang 41
3. Kawasan Permukiman Rendah 2
4. Kawasan Pasar Tradisional 12
5. Kawasan Perdagangan dan
Pertokoan 1
6. Kawasan Institusi, Pemerintahan,
dan Pendidikan 141
7. Ruang Terbuka dan Areal
Rekreasi, taman 3
8. Kawasan Industri 252
9. Kawasan Pertambakan 4
10. Lahan Pertanian 74
11. Lahan Perkebunan 76
12. Hutan dan Kawasan Konservasi 137
13. Perairan, Genangan Air, Danau 5
14. Fasilitas Transportasi: Terminal
dan Stasiun KA 183
15. Kawasan Militer 143
16. Lahan Kosong dan Padang Rumput 81
17. Kuburan 200
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 4
III. ALAT DAN BAHAN
- Citra ALOS Kota Semarang
- Komputer yang telah diinstall Er Mapper
- Komputer yang telah diinstall ArcGIS
IV. LANGKAH KERJA
a. Penggabungan Band
1. Buka aplikasi Er Mapper
2. Pilih menu File Open Pilih satu file jenis .tif OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 5
Maka akan muncul tampilan seperti berikut ini :
3. Pilih menu View Algorithm atau klik ikon pada toolbar.
Maka akan muncul tampilan seperti berikut ini :
4. Klik icon untuk menduplikasi layer. Jumlah layer yang diduplikasi
sesuai dengan jumlah band dari citra yang akan diolah. Dalam
praktikum ini, jumlah band citra adalah 4.
atau
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 6
5. Double click layer Ubah nama Load Dataset Pilih sesuai
dengan nomor band OK this layer only. Hal ini diberlakukan untuk
semua band citra.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 7
6. Setelah itu, simpan file. Pilih menu File Save as isi nama file
‘citragabung’ isi tipe file ‘ER Mapper Raster Dataset (.ers)’ OK.
7. Tutup file, kemudian buka kembali file ‘citragabung’ yang telah disimpan.
File Open citragabung.ers. Maka akan tampil tampilan seperti
berikut ini :
Band telah digabungkan
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 8
b. Koreksi Geometrik
1. Buka aplikasi ER Mapper. Setelah itu, buka file citra yang telah
digabungkan bandnya. File Open citragabung.ers.
2. Pilih menu Process Geocoding Wizard
Isi step 1 sampai dengan 5
Step 1 (Start)
Input file : citragabung.ers
Geocoding type : Polynomial
Setelah itu klik Save dan klik step 2) Polynomial Setup
Step 2 (Polynomial Setup)
Polynomial order : Linear
Setelah itu klik Save dan klik step 3) GCP Setup
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 9
Step 3 (GCP Setup)
Klik Change, lalu akan muncul :
Pengisian Datum : WGS 84
Pengisian Projection : SUTM 49
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 10
Pengisian Coord system type : Eastings/Northings
Setelah semuanya terisi klik OK Save 4) GCP Edit
Step 4 (GCP Edit)
Dalam keadaan off
Arahkan pointer sesuai titik pada gambar citra dari google earth
Masukkan koordinat titik dari google earth yang telah diketik
ulang dalam notepad
Lakukkan penitikkan searah atau bertolak belakang jarum jam
Setelah membuat titik, ubah on menjadi off. Lihat RMS-nya.
Semakin kecil RMS, semakin sesuai dengan titik.
Apabila RMS-nya masih besar, ubah kembali posisi titik dengan
mengarahkan pointer pada titik yang akan diubah.
Setelah itu, klik Save Pilih 5) Rectify
Untuk menambah titik
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 11
Step 5 (Rectify)
Pilih Save and Start Rectification OK. Setelah itu pilih file Save as
File name : citragabungrek File type : ER Mapper Raster Dataset
(.ers) Close
c. Koreksi Radiometrik
1. Buka aplikasi ER Mapper. Setelah itu, buka citra yang telah
digabungkan band dan dikoreksi geometric. Pilih menu File Open
citragabungrek.ers
2. Pilih menu View Algorithm atau klik ikon pada toolbar.
Maka akan muncul tampilan seperti berikut ini :
atau
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 12
3. Pilih Edit Transform Limits Periksa Actual Input Limits
Apabila 0, dibirakan
Apabila bukan 0, pilih Edit Formula Masukkan rumus
Apply Changes Close. Hal ini berlaku untuk RGB.
Rumus : INPUT1-(angka Actual Input Limits yang terkecil)
Setelah itu, pilih File Save As File name : citragabungrekradio
File type : ER Mapper Raster Dataset (.ers) Close
d. Cropping
1. Buka aplikasi ER Mapper. Setelah itu, buka file citra yang telah
digabungkan bandnya. File Open citragabungrekradio.ers.
2. Pilih menu Utilities Import Vector and GIS Formats ESRI Shape
File Import. Pilih file dalam bentuk .shp
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 13
Map projection : SUTM 49 Set Color : Red OK OK Close
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 14
3. Pilih menu View Algorithm atau klik ikon pada toolbar.
4. Pilih Edit Add Vector Layer Annotation/Map Composition
5. Pada Layer Annotation, pilih Load Data set pilih file dalam bentuk
.erv OK. Batas telah muncul.
atau
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 15
Batas telah muncul
6. Pilih ikon , maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Lalu
perbesar peta dengan memilih ikon , drag pada peta.
Peta yang telah diperbesar
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 16
7. Setelah itu, beri nama batas wilayah pada citra. Klik ikon pada
tools, klik bagian dalam batas peta citra klik ikon isi
dengan ‘batas_wilayah’ Apply Close.
8. Simpan batas. Kilk ikon Raster Region OK Close.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 17
9. Menghitamkan daerah selain daerah yang diinginkan. Algorithm
Edit Formula if inregion (‘batas_wilayah’) i1 else null Apply
changes. Hal ini berlaku untuk RGB.
10. Simpan file. Pilih menu File Save as File name :
citragabungrekradiocrop File type : ER Mapper Raster Dataset
(.ers) Close
PETA SUDAH SIAP DIDIGITASI DALAM ARCGIS
if inregion
(‘batas_wilayah’) i1
else null
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 18
e. Digitasi dengan ArcGIS
1. Buka aplikasi ArcGISArcMap.
2. Pilih jenis pengolahan yang akan dilakukkan. Dalam praktikum ini, pilih
A new empty map. Setelah itu klik OK.
3. Mengatur satuan yang akan dipakai. ViewData Frame Properties.
Maka, akan muncul kotak dialog. Pilih kolom GeneralPada kolom
Map dan Display, pilih MetersApply OK.
4. Mengatur satuan koordinat. ViewData Frame Properties Kolom
Coordinate System.
Pada kolom Select Coordinate System, pilih Predifined Projected
Coordinate System UTM WGS 1984 WGS 1984 UTM Zone
49S. Setelah itu, pilih Apply dan klik OK.
5. Memasukkan gambar FileAdd Data atau klik ikon Add Data pada
Toolbar . Pilih terboyo.ers dan terboyo.shp.
6. Untuk melakukkan digitasi, warna peta harus dihilangkan. Double click
warna batas wilayah Pilih hollow outline width 2 outline
color : red OK.
7. Buat Attribute Klik kanan pada layer batas wilayah Open Attribute
Table Options Add Field Name : Keterangan Type : Text
OK.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 19
8. Setelah itu, mulai digitasi peta. Editor Start Editing Cut Polygon
Features Klik bagian dalam peta Pilih icon pensil Mulai
digitasi.
9. Setiap selesai digitasi, buka attribute table, lalu lengkapi bagian
keterangan sesuai dengan tata guna lahan. Jika sudah selesai mengisi
attribute table, pilih Editor Stop Editing.
10. Setelah semua bagian didigitasi, berilah warna. Klik mouse bagian
kanan pada layer yang telah didigit Properties Symbology
keterangan
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 20
Categories Unique Features Value field : Keterangan Add
All Values Klik value tiap keterangan pilih warna yang sesuai
Apply OK.
11. Setelah itu, lakukkanlah layouting. Untuk mengubah format kertas, pilih
menu File Pages and Print Setup.
12. Buatlah ITP. Berikut ini adalah menu-menu yang dapat digunakan untuk
membuat ITP.
Membuat
Rectangle Memasukan
huruf Jenis
Font Font
Size Font
Format
Warna
Huruf
Warna
Rectangle
Warna
Garis
Tampilan Layout
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 21
Masukkan skala : insert Scale Bar
Masukkan orientasi : insert North Arrow
Masukkan logo Undip : insert Picture
Masukkan legenda : insert Legend
13. Berikan grid pada peta. View Data Frame Properties New Grid
Pilih format yang diinginkan.
14. Untuk membuat legenda pada peta citra. Buka wilayah di google earth
gunakan Snipping Tool untuk mengidentifikasi kawasan (Start All
Programs Acessories Snipping Tool) Drag Save as.
V. HASIL DAN ANALISIS
Peta Citra
Peta Tata Guna Lahan
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 22
Analisis :
Berdasarkan pengamatan penulis, wilayah Kelurahan Terboyo Kulon,
Semarang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Pemukiman Padat
Pemukiman padat di Kelurahan Terboyo Kulon terletak di antara kawasan
pertambakan. Hal ini menandakan bahwa mata pencaharian sebagian
besar masyarakat Kelurahan Terboyo Kulon adalah nelayan atau
pengusaha tambak. Selain itu, pemukiman berpola tidak teratur.
2. Kawasan Industri
Kawasan industri terletak di sekitar pemukiman padat dan kawasan tambak.
Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan besar bidang industri di Kelurahan
Terboyo Kulon adalah bidang perikanan. Luas dan jumlah kawasan industri
di Kelurahan Terboyo Kulon terbilang cukup besar dan banyak.
3. Kawasan Pertambakan
Kelurahan Terboyo Kulon terletak di daerah pesisir pantai, sehingga banyak
sekali ditemukan kawasan pertambakan. Walaupun memiliki tekstur yang
sama halusnya dengan perairan, kawasan pertambakan dan perairan masih
tetap dapat dibedakan. Kawasan pertambakan terdapat sekat atau pemisah
antara lahan tambak yang satu dengan lahan tambak yang lain, sedangkan
daerah perairan tidak memiliki sekat atau pemisah. Kawasan pertambakan
merupakan kawasan terbesar di Kelurahan Terboyo Kulon.
4. Perairan
Perairan di Kelurahan Terboyo Kulon berupa laut dan muara sungai. Pada
peta citra, terlihat jelas suatu garis yang berkelok-kelok berakhir pada suatu
daerah yang lebih luas. Dari hal tersebut, penghuni dapat mengidentifikasi
adanya sungai yang bermuara di laut yang berlokasi di Kelurahan Terboyo
Kulon.
5. Jalan
Akses jalan di Kelurahan Terboyo Kulon tidak terlalu banyak. Hal ini dapat
disebabkan karena sebagian besar wilayah di Kelurahan Terboyo adalah
berupa air. Akses jalan yang tersedia hanya terdapat untuk tujuan ke
kawasan industri serta pemukiman.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 23
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan interpretasi citra penginderaan jauh sangat dibutuhkan oleh
seorang perencana untuk mengidentifikasi karakteristik suatu wilayah tanpa
kontak langsung dengan wilayah tersebut.
2. Software Er Mapper dan ArcGIS merupakan software yang dapat
membantu interpretasi suatu peta citra.
3. Sebuah wilayah memiliki objek-objek dengan karakteristik yang berbeda-
beda sehingga membutuhkan interpretasi yang berbeda pula.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 24
DAFTAR PUSTAKA
Gantin, Tuti dan Slamet Soelaeman. Tanpa Angka Tahun. Pemetaan Citra Satelit.
http://kasihdalamkata.blogspot.com/2010/01/tata-guna-lahan.html. Tanpa Angka
Tahun. “Tata Guna Lahan: dalam Kasih dalam Kata. Diunduh Sabtu. 13 April
2013.
Pangi dan Pigawati, Bitta. 2011. Pengolahan Data Citra. Semarang: Biro Penerbit
Plano UNDIP.
Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071
Laporan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 25
LAMPIRAN
1. Peta Citra Kelurahan Terboyo Kulon Semarang
2. Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Kulon Terboyo
LAPORAN INTERPRETASI CITRA
“UJI KLASIFIKASI CITRA” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang
(TKP 256)
Dikerjakan Oleh :
Bunga Kasih Agyaputeri 21040112140113 Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071 Fera Wahyu Pinanti Islamiyah 21040112110111 Syarif Hidayatullah 21040112130085
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 1
I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi lahan yang terdapat di suatu
wilayah berdasarkan citra.
2. Mahasiswa dapat membuat peta klasifikasi lahan menggunakan aplikasi
ERMapper dan ArcGIS berdasarkan standar warna peta tata guna lahan.
3. Mahasiswa dapat melakukan pemotongan citra satelit menggunakan
ERMapper.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apakah klasifikasi lahan pada citra sesuai
dengan klasifikasi lahan sebenarnya pada suatu wilayah.
II. KAJIAN LITERATUR
2.1. Pengertian Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra merupakan proses yang berusaha
mengelompokkan seluruh pixel pada suatu citra ke dalam sejumlah
class (kelas), sedemikian hingga tiap class merepresentasikan suatu
entitas dengan properti yang spesifik (Chein-I Chang dan H.Ren, 2000).
Klasifikasi citra penginderaan jauh (inderaja) bertujuan untuk
menghasilkan peta tematik, dimana tiap warna mewakili sebuah objek,
misalkan hutan laut, sungai, sawah dan lain-lain (Agus Zainal Arifin dan
Aniati Murni 2007).
Klasifikasi citra digital merupakan proses pengelompokan piksel
ke dalam kelas-kelas tertentu. Hal ini sesuai dengan asumsi yang
digunakan dalam klasifikasi multispektral ialah bahwa setiap objek dapat
dibedakan dari yang lainnya berdasarkan nilai spektralnya (Projo
Danoedoro,1996). Pada umumnya Klasifikasi citra digital yang
digunakan adalah klasifikasi terselia (supervised).
Menurut Projo Danoedoro (1996) klasifikasi supervised ini
melibatkan interaksi analis secara intensif, dimana analis menuntun
proses klasifikasi dengan identifikasi objek pada citra (training area).
Sehingga pengambilan sampel perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan pola spektral pada setiap panjang gelombang
tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan yang baik untuk mewakili
suatu objek tertentu.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 2
2.2. Jenis-jenis Klasifikasi Citra
Dalam klasifikasi citra ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu :
Klasifikasi Citra Terawasi (Supervised Classification)
Penggunaan istilah terawasi disini mempunyai arti berdasarkan
suatu referensi penunjang, dimana kategori objek-objek yang
terkandung pada citra telah dapat diidentifikasi. Klasifikasi ini
memasukkan setiap piksel citra tersebut kedalam suatu kategori
objek yang sudah diketahui. Sebelum klasifikasi dilakukan, maka
kita harus memasukkan input sebagai dasar pengklasifikasian yang
akan dilakukan. Dengan klasifikasi ini, kita lebih bebas untuk
memilah data citra sesuai dengan kebutuhan. Misalnya dalam suatu
kawasan kita hanya akan melakukan klasifikasi terbatas pada jenis
jenis kenampakan secara umum misal jalan, pemukiman, sawah,
hutan, dan perairan. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan
klasifikasi ini. Proses input sampel juga cukup mudah, hanya saja
perlu ketelitian dan pengalaman agar sampel yang kita ambil dapat
mewakili jenis klasifikasi. Baik buruknya sampel diwujudkan dalam
nilai indeks keterpisahan.
Proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang
diinginkan dan memilih training area untuk tiap ketegori penutup
lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi merupakan klasifikasi
terbimbing. Klasifikasi terbimbing digunakan data penginderaan jauh
multispectral yang berbasis numeric, maka pengenalan polanya
merupakan proses otomatik dengan bantuan komputer.
Klasifikasi terbimbing yang didasarkan pada pengenalan pola
spectral terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap training sample: analisis menyusun kunci interpretasi
dan mengembangkan secara numeric spectral untuk setiap
kenampakan dengan memeriksa batas daerah (training area).
2. Tahapan klasifikasi: setiap pixel pada serangkaian data citra
dibandingkan steiap kategori pada kunci interpretasi numeric,
yaitu menentukan nilai pixel yang tak dikenal dan paling mirip
dengan kategori yang sama. Perbandingan tiap pixel citra
dengan kategori pada kunci interpretasi dikerjakan secara
numeric dengan menggunakan berbagai strategi klasifikasi
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 3
(dapat dipilih salah satu dari jarak minimum rata-rata kelas,
parallelepiped, kemiripan maksimum). Setiap pixel kemudian
diberi nama sehingga diperoleh matrik multi dimensi untuk
menentukan jenis kategori penutupan lahan yang diinterpretasi.
3. Tahapan keluaran: hasil matrik didenileasi sehingga terbentuk
peta penutupan lahan, dan dibuat tabel matrik luas berbagai
jenis tutupan lahan pada citra.
Klasifikasi Citra Tak Terawasi (Unsupervised Classification)
Proses klasifikasi disebut tidak terawasi, bila dalam prosesnya
tidak menggunakan suatu referensi penunjang apapun. Hal ini
berarti bahwa proses tersebut hanya dilakukan berdasarkan
perbedaan tingkat keabuan setiap piksel pada citra. Klasifikasi citra
tak terawasi mencari kelompok-kelompok (cluster) piksel-piksel,
kemudian menandai setiap piksel kedalam sebuah kelas
berdasarkan parameter-parameter pengelompokkan awal yang
didefinisikan oleh penggunanya.
Klasifikasi unsupervised melakukan pengelompokan data
dengan menganalisa cluster secara otomatis dan menghitung
kembai rata-rata kelas (class mean) secara berulang-ulang dengan
computer.
Sumbu horizontal menunjukkan nilai piksel pada band2 dan
sumbu vertical menunjukkan nilai kecerahan piksel pada band1.
Pengelompokan piksel menjadi kelas spectral diawali dengan
menentukan jumlah kelas spectral yang akan dibuat. Penentuan
jumlah kelas ini dapat dilakukan dengan memperhatikan jumlah
puncak histogram sehingga diperoleh jumlah kelas spectral yang
akan dibentuk. Setelah jumlah kelas spectral ini ditentukan
kemudian dipilih pusat-pusat kelas spectral terhadap setiap pusat
kelas spectral. Berdasarkan hasil pengukran jarak ini setiap piksel
dikelompokkan ke dalam suatu kelas spectral yang memiliki jarak
terdekat.
Setelah setiap piksel dikelompokkan lalu masing-masing rata-
rata kelas spectral dihitung kembali. Kemudian dilakukan lagi
pengukuran jarak setiap piksel terhadap rata-rata kelas baru ini dan
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 4
akhirnya piksel dikelompokkan ke dalam kelas spectral yang
memiliki jarak terdekat.
Parameter yang menentukan pemisahan dan pengelompokan
piksel-piksel menjadi kelas spectral yaitu:
1. Standar deviasi maksimum, nilai standari deviasi maksimum
yang sering digunakan berkisar antara 4,5 sampai 7
2. Jumlah piksel minimum dalam sebuah kelas spectral dinyatakan
dalam persen (%).
3. Nilai pemisahan pusat kelas yang dipecah
4. Jarak minimum antara rata-rata kelas spectral, berkisar antara
3,2 sampai 3,9.
Proses pemisahan dan pengelompokkan piksel-piksel menjadi
kelas-kelas spectral terus diulangi dan akan dihentikan bila telah
memenuhi salah satu ketentuan:
1. Jumlah iteasi maksimum, jumlah iterasi dapat ditentukan sesuai
dengan kebutuhan
2. Jumlah piksel yang kelas spektralnya tidak berubah antara
iterasi (dalam persentase, %).
Setelah kelas spectral terbentuk umumnya dilakukan proses
asosiasi antaa obyek dan kelas spectral terbentuk untuk
mengidentifikasi kelas spectral menjadi kategori obyek tertentu.
Pengidentifikasian kelas spectral menjadi obyek tertentu dapat
dilakukan menggunakan suatu data acuan atau referensi penunjang.
Setelah semua kelas spectral teridentfikasi kemudian dapat
dilakukan penyederhaan untuk menggabungkan kelas-kelas yang
tergolong sama, misalnya pengabungan perkampungan 1 dan
perkampungan 2 menjadi satu kelas perkampungan. Hasil klasifikasi
dapat ditunjukka dari gradasi warna yang terbentuk yang
menunjukkan jenis kelas yang dikelompokkan oleh komputer.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 5
2.3. Tujuan dan Manfaat Klasifikasi Citra
1. Mengidentifikasi besarnya perubahan liputan lahan di suatu wilayah.
2. Mengidentifikasi pengurangan dan penambahan kawasan di suatu
wilayah.
3. Menguji keterandalan citra dalam identifikasi objek atau kawasan
tertentu.
4. Menganalisis pengelolaan tata ruang di suatu wilayah.
III. ALAT DAN BAHAN
- Aplikasi ER Mapper
- Aplikasi ArcGIS
- Citra ALOS Semarang 2009
- Global Positioning System (GPS)
IV. LANGKAH KERJA
Mengolah citra dengan menggunakan er mapper
1. Buka aplikasi ER Mapper, lalu buka citra yang sudah dicropping. Kemudian
klik Process Classification ISOCLASS Unsupervised Classification.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 6
2. Kemudian masukkan data cropping pada Input Dataset dan Output Dataset.
Kelas klasifikasi minimal terdiri dari 6 kelas dan maksimal 8 kelas. Pilih OK,
tunggu beberapa saat, klik OK, close kotak dialog unsupervised
classification.
3. Tutup kotak dialog lalu buka kembali folder output. Citra akan berwarna
hitam seperti berikut ini.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 7
4. Lalu klik process pada ER Mapper Classification Edit Class/Region
Color and Name. Akan muncul kotak dialog baru untuk memberi warna
pada citra yang telah di cropping. Sesuaikan warna dan nama sesuai
dengan standard warna tata guna lahan yang berlaku. Setelah itu, pilih
Save.
5. Klik Edit pada Edit Algorithm dan pilih Change Raster Layer Class
Display. Lalu kanan pada Class Display dan pilih Class Display Layer.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 8
6. Simpan file citra yang telah diwarnai. File Save As File name :
citrarekradiogajah_class1.ers File type : ER Mapper Raster Data Set.
Mengolah citra dengan menggunakan ArcMap
1. Buka file citra yang telah diberi warna klasifikasi citrarekradiogajah.ers. File
Add data citrarekradiogajah.ers.
2. Pilih ArcCatalog New Shapefile
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 9
3. Lalu, akan muncul kotak dialog. Nama : koreksi Feature type : point.
Setelah itu, menentukan coordinate system. Pilih Edit…
4. Maka akan muncul kotak dialog. Pilih Select Projected Coordinate
System UTM WGS1984 WGS 1984 UTM zone 49S Add.
5. Drag shapefile koreksi ke ArcMap.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 10
6. Membuat Attribute Table. Klik kanan pada layer koreksi Options Add
field Name : nomor Text OK. Lalu buat lagi field keterangan.
7. Lakukkan penitikan pada ArcMap. Pilih Editor Start Editing Open
Attribute File tulis nomor titik dan keterangan titik Editor Stop
Editing. Lakukan langkah ini sampai mencapai jumlah titik yang diinginkan.
Setiap melakukan penitikan, catat dan simpan koordinat tiap titik.
8. Memberi label titik. Klik kanan pada layer koreksi Properties Label
tentukan font size dan font color OK.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 11
9. Memunculkan label nomor. Klik kanan pada layer koreksi Labe Features.
Label nomor telah muncul.
10. Setelah itu, lakukkanlah layouting peta.
Melakukkan survei lapangan
1. Setelah menentukan titik, lakukkanlah survei lapangan.
2. Cari koordinat titik yang telah ditentukan dalam ArcMap.
3. Catat pada lembar survey, apakah lahan sesuai dengan keterangan pada
ArcMap atau tidak.
4. Lakukkanlah analisis dari survei lapangan.
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 12
V. HASIL DAN ANALISIS
5.1. Peta Klasifikasi Citra
5.2. Tabel Atribut dan Survei
No x y keterangan survei
1 434506.598 9223562.989 hutan hutan
2 434346.726 9223644.924 hutan hutan
3 430475.37 9223864.343 hutan hutan
4 434186.281 9223771.418 pemukiman pemukiman
5 422972.865 9223978.244 hutan hutan
6 433885.185 9224001.85 ruang terbuka ruang terbuka
7 434027.946 9224050.187 hutan hutan
8 434482.133 9223777.473 hutan hutan
9 434630.514 9223688.669 hutan hutan
10 433214.56 9224489.539 pemukiman pemukiman
11 432964.816 9224478.864 pemukiman pemukiman
12 432634.939 9224170.017 hutan hutan
13 433127.712 9225372.869 ruang terbuka pemukiman
14 432676.455 9224448.011 pemukiman pemukiman
15 432448.728 9224581.41 ruang terbuka pemukiman
16 432472.627 9224706.883 pemukiman pemukiman
17 432977.763 9225241.535 pemukiman pemukiman
18 434118.023 9224595.868 pertanian pertanian
19 434620.321 9224168.253 lahan kosong lahan kosong
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 13
20 435082.308 9223682.469 pemukiman pemukiman
21 432410.375 9225204.975 ruang terbuka ruang terbuka
22 435040.07 9226170.81 hutan hutan
23 434049.915 9225298.545 ruang terbuka ruang terbuka
24 435478.068 9224244.587 pemukiman pemukiman
25 433761.074 9225082.166 lahan kosong lahan kosong
26 433712.207 9225725.023 pemukiman pemukiman
27 433871.781 9225137.387 lahan kosong lahan kosong
28 434062.673 9225048.9 lahan kosong lahan kosong
29 433780.126 9224938.431 lahan kosong lahan kosong
30 434283.955 9225774.549 hutan hutan
31 434859.098 9224127.104 lahan kosong lahan kosong
32 434846.85 9224208.961 lahan kosong lahan kosong
33 434786.503 9224169.526 lahan kosong lahan kosong
34 434591.052 9226508.677 pemukiman pemukiman
35 434965.459 9224867.282 pemukiman pemukiman
36 433899.963 9224567.494 perkebunan perkebunan
37 434030.261 9224627.922 pertanian pertanian
38 433969.833 9220686.461 pertanian pertanian
39 433972.665 9224541.057 perkebunan perkebunan
40 434074.637 9224513.675 perkebunan perkebunan
41 434617.539 9225392.126 lahan kosong lahan kosong
42 434647.812 9225497.284 lahan kosong lahan kosong
43 434986.225 9226021.592 ruang terbuka ruang terbuka
44 435624.401 9223682.584 ruang terbuka ruang terbuka
45 435858.794 9223652.842 ruang terbuka ruang terbuka
46 434430.351 9226095.178 ruang terbuka ruang terbuka
47 435030.894 9225736.191 ruang terbuka ruang terbuka
48 434420.147 9225830.845 hutan hutan
49 434010.484 9224665.843 pertanian pertanian
50 434065.718 9224598.393 pertanian pertanian
51 434171.748 9224522.748 pertanian pertanian
52 434134.216 9224582.227 pertanian pertanian
53 434028.704 9224526.992 perkebunan perkebunan
54 433916.854 9224284.243 perkebunan perkebunan
55 433972.56 9224205.875 perkebunan perkebunan
56 434057.537 9224201.155 perkebunan perkebunan
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 14
5.3. Perhitungan Ketelitian Uji Klasifikasi Citra
Ketelitian Interpretasi Tutupan Lahan
= 96, 43%
5.4. Analisis
Berdasarkan hasil survei, ketelitian dalam menginterpretasi citra
yaitu sebesar 96,43%. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan
interpreter dalam menginterpretasi citra cukup baik. Selain itu, hal ini
juga mengindikasikan bahwa konversi lahan di Kecamatan
Gajahmungkur, Semarang terbilang rendah. Terdapat beberapa
klasifikasi lahan yang sudah dikonversi, contohnya terdapat beberapa
lahan yang ada pada citra merupakan lahan kosong, sekarang sudah
dikonversi menjadi lahan pemukiman. Sementara itu, untuk lahan
pemukiman dan industri tidak mengalami konversi lahan.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Ketelitian interpretasi yang baik adalah minimal 90%. Hal ini memiliki arti
bahwa kawasan yang diklasifikasi pada citra hampir sesuai dengan kondisi
lapangan.
2. Konversi lahan suatu wilayah bisa diidentifikasi melalui uji klasifikasi.
3. Keahlian interpreter dalam menginterpretasi suatu data citra dapat
disimpulkan melalui ketelitian interpretasi tutupan lahan.
Hutan 11 0 0 0 0 0 11
Ruang Terbuka 0 8 2 0 0 0 10
Pemukiman 0 0 11 0 0 0 11
Pertanian 0 0 0 7 0 0 7
Perkebunan 0 0 0 0 7 0 7
Lahan Kosong 0 0 0 0 0 10 10
Jumlah 11 8 13 7 7 10 56
Kelas
Hasil K
lasif
ikasi
Hasil Lapangan
HutanRuang
TerbukaPemukiman Pertanian Perkebunan
Lahan
KosongJumlah
Kelompok 13
Laporan Uji Klasifikasi Citra 15
DAFTAR PUSTAKA
http://geod-4-us.blogspot.com/2012/09/klasifikasi-citra.html. 2012. Klasifikasi Citra
dalam GEOD4US. Diunduh Kamis, 9 Mei 2013.
http://sekerasbatu.blogspot.com/2009/08/klasifikasi-citra.html. Tanpa Angka Tahun.
Klasifikasi Citra dalam Jendela Ilmu. Diunduh Kamis, 9 Mei 2013.
Pangi dan Pigawati, Bitta. 2011. Pengolahan Data Citra. Semarang: Biro Penerbit
Plano UNDIP.
INTERPRETASI TATA RUANG KAWASAN KEBUN RAYA BOGOR DAN SEKITARNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)
Dosen Pembimbing:
Ir. Parfi Khadiyanto, MSL
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM 21040112130071
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2013
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 15
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................................... 2
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................................ 2
1.4.2 Ruang Lingkup Materi .......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 3
BAB 2 REFERENSI (KAJIAN LITERATUR) ............................................................................4
2.1 Sejarah Kebun Raya Bogor .......................................................................................4
2.2 Wilayah Sekitar Kebun Raya Bogor .......................................................................... 5
2.2.1 Istana Bogor ......................................................................................................... 5
2.2.2 Hotel Salak The Heritage ..................................................................................... 6
2.2.3 Tugu Kujang .......................................................................................................... 7
2.2.4 Lapangan Sempur ................................................................................................. 7
2.2.5 Museum Zoologi .................................................................................................. 8
BAB 3 ANALISIS ................................................................................................................. 9
3.1 Analisis Ruang.......................................................................................................... 9
3.2 Kelemahan dan Kelebihan ...................................................................................... 12
BAB 4 ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 14
ii
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kebun Raya Bogor…………………………………………………………. 2
Gambar 2.1 Pintu Masuk Kebun Raya Bogor…………………………………................ 4
Gambar 2.2 Istana Bogor……………………………………………………………….. 6
Gambar 2.3 Hotel Salak The Heritage………………………………………………….. 6
Gambar 2.4 Tugu Kujang……………………………………………………………….. 7
Gambar 2.5 Lapangan Sempur…………………………………………………………. 8
Gambar 2.6 Museum Zoologi Bogor…………………………………………………….. 8
Gambar 3.1 Kota Bogor…………………………………………………………………. 9
Gambar 3.2 Kawasan Kebun Raya Bogor………………………………………………. 10
Gambar 3.3 Blenheim Palace (atas) dan Istana Bogor (bawah)……………................ 11
iii
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Interpretasi ruang sangat
dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan suatu ruang dari waktu ke waktu.
Kota Bogor sebagai kota yang tidak jauh dari Ibukota Jakarta, memiliki kondisi
pola ruang yang khas. Hal ini tidak terlepas dari adanya Kebun Raya Bogor. Kebun
Raya Bogor telah menjadi ciri khas Kota Bogor. Kawasan Kebun Raya Bogor
memberikan daya tarik Kota Bogor terhadap wisatawan dalam negeri maupun
mancanegara. Selain itu, dengan dibangunnya Kebun Raya Bogor, telah
mempengaruhi perkembangan pola ruang di sekitar Kebun Raya Bogor. Banyak
bangunan dan tempat yang memiliki fungsi penting di sekitar kawasan Kebun Raya
Bogor. Oleh karena itu, untuk menganalisis pola ruang di Kota Bogor, diperlukan
interpretasi ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pola ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya?
2. Bagaimana penggunaan ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya?
3. Apa kelebihan dan kelemahan kondisi tata ruang di kawasan Kebun Raya Bogor
dan sekitarnya?
I
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 2
1.3 Tujuan
1. Menganalisis pola ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya.
2. Menganalisis penggunaan ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya.
3. Menganalisis kelebihan dan kelemahan tata ruang di kawasan Kebun Raya Bogor
dan sekitarnya.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kebun Raya Bogor merupakan salah satu objek wisata di Kota Bogor yang
menjadi daya tarik para wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara.
Kebun Raya Bogor memiliki luas mencapai 87 hektare dan memiliki 15.000 jenis
koleksi pohon dan tumbuhan. Batas-batas Kebun Raya Bogor adalah sebagai
berikut:
Utara : Jalan Jalak Harupat
Timur : Jalan Pajajaran
Selatan : Pasar Bogor
Barat : Jalan Ir. H. Djuanda
Sumber: Google Earth, 2013
Gambar 1.1 Kebun Raya Bogor
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 3
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Berdirinya Kebun Raya Bogor telah mempengaruhi perkembangan pola ruang
di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor. Tidak hanya perkembangan pola ruang,
penggunaan ruang juga telah berkembang dari dahulu hingga sekarang.
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial dan budaya yang ada
di Kota Bogor. Oleh karena itu, ruang lingkup materi dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Pola ruang dan penggunaan ruang di kawasan Kebun Raya Bogor dan
sekitarnya
Sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor dan kawasan penting di sekitar Kebun
Raya Bogor
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup wilayah, ruang lingkup
materi dan sistematika penulisan. Bab ini berisi tentang latar belakang penngambilan
wilayah studi dan kondisi umum wilayah studi.
BAB II REFERENSI (KAJIAN LITERATUR)
Bab ini berisi referensi-referensi atau teori-teori mengenai wilayah studi.
BAB III ANALISIS
Bab ini berisi analisis atau ulasan-ulasan menganai pola ruang di wilayah studi.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis mengenai wilayah
studi.
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 4
BAB 2
REFERENSI (KAJIAN LITERATUR)
2.1 Sejarah Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan
atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga
Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis
dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga
kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di
samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan
Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda
takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen
membangun rumah peristirahatan (saat ini Istana Bogor) di salah satu sudutnya pada
pertengahan abad ke-18.
Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.1 Pintu Masuk Kebun Raya Bogor
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami
Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan
halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli
botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap
halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya
Bogor dalam bentuknya sekarang.
II
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 5
Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang
menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu
terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun
tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi
pengembangan kebun-kebun yang lain.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van
der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama Lands
Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul
pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu,
yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt dibantu oleh James Hooper dan W.
Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris). (Wikipedia, 2013)
2.2 Wilayah Sekitar Kebun Raya Bogor
2.2.1 Istana Bogor
Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti
"tanpa kekhawatiran". Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan
tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang
Gubernur Jenderal Inggris. Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem
Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor
(Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di
hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut
sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat
tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang
membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh
arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di
Inggris. Bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan.
Sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi
bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan
luas bangunan 14.892 m². (Wikipedia, 2013)
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 6
Sumber: Info Bogor, 2013
Gambar 2.2 Istana Bogor
2.2.2 Hotel Salak The Heritage
Pada tahun 1856 berbarengan dengan dibangunnya kembali Istana Bogor,
pemerintah Belanda membangun sebuah hotel yang dibangun sebagai rumah
kediaman tamu di Istana Bogor. Hotel ini dulunya dikenal dengan Binnenhof
Hotel atau Bellevue Hotel, setelah Indonesia merdeka, Hotel ini kemudian
diserahkan ke pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak The Heritage
Bogor yang mengambil nama dari Gunung Salak sebagai gunung terbesar di
Bogor. (Wikipedia, 2013)
Sumber: Travel to Bogor Indonesia, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.3 Hotel Salak The Heritage
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 7
2.2.3 Tugu Kujang
Tugu setinggi kira-kira 25 meter ini dibangun pada 4 Mei 1982 diatas sebuah
lahan seluas 26m x 23m dan diperkirakan menghabiskan biaya sebesar 80 juta
rupiah. Nama Kujang sendiri diambil dari nama sebuah senjata pusaka
tradisional etnis Sunda yang diyakini memiliki kekuatan gaib. Pusaka Kujang itu
sendiri sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Pajajaran pada abad ke-14 Masehi,
di masa pemerintahan Prabu Siliwangi. (Jelajah Unik, 2012)
Sumber: Yulyawidjaya, 2011
Gambar 2.4 Tugu Kujang
2.2.4 Lapangan Sempur
Lapangan Sempur terletak di seputar Kebun Raya Bogor, tepatnya di sisi
bagian utara setelah Jalan Si Jalak Harupat. Posisi lanskap lapangan ini lebih
rendah dari jalan raya sehingga jika sedang diadakan acara-acara tertentu akan
sangat terlihat jelas dari atas jalan. Namanya berasal dari nama sejenis
tumbuhan, sempur. (Wikipedia, 2013)
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 8
Sumber: Panoramio, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.5 Lapangan Sempur
2.2.5 Museum Zoologi
Berdirinya Museum Zoologi merupakan gagasan dari J. C. Koningsberger,
seorang ahli botani berkebangsaan Jerman yang menetap di Belanda. Pada
awal pembangunannya tahun 1894, tempat ini berfungsi sebagai laboratorium
zoologi yang menjadi wadah penelitian yang berkaitan dengan pertanian dan
zoologi, meliputi kegiatan inventarisasi fauna Indonesia dengan nama
Landbouw Zoologisch Laboratorium. Seiring dengan perkembangannya,
Museum Zoologi mengubah namanya sesuai dengan fungsinya. (Pemerintah
Kota Bogor, Tanpa Angka Tahun)
Sumber: Potlot Adventure, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.6 Museum Zoologi Bogor
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 9
BAB 3
ANALISIS
3.1 Analisis Ruang
Kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya tidak terlepas dari kerajaan
Pajajaran. Hal ini disebabkan karena Kota Bogor merupakan pusat atau ibukota dari
Kerajaan Pajajaran. Pada zaman Prabu Siliwangi, Kebun Raya Bogor merupakan
kawasan hutan buatan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lokasi Kebun Raya
Bogor tepat di jantung Kota Bogor sehingga menjadi pusat dari Kota Bogor. Keadaan
tersebut menyababkan terjadinya pembangunan atau perkembangan tata ruang yang
pesat di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor.
Sumber: Google Earth, 2013
Gambar 3.1 Kota Bogor
Pola ruang di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dipengaruhi oleh struktur
jalan. Banyak bangunan-bangunan meliputi kantor, toko, pusat perbelanjaan, kampus,
pasar dan kawasan komersil lainnya yang menyebar di sepanjang jalan utama yaitu
Jalan Pajajajaran, Jalan Si Jalak Harupat, dan Jalan Ir. H. Djuanda. Jalan-jalan tersebut
merupakan jalan yang mengelilingi Kebun Raya Bogor. Di kawasan sekitar Kebun Raya
Bogor merupakan kawasan yang padat dengan bangunan-bangunan yang pada
III
Kebun Raya Bogor
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 10
umumnya dikhusukan untuk publik. Hal-hal tersebut menyebabkan konsentrasi dan
aktivitas di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor memiliki tingkat yang terbilang cukup
tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga pemukiman yang padat menyebar di segala
penjuru kawasan Kebun Raya Bogor.
Sementara itu, morfologi kawasan sekitar Kebun Raya Bogor adalah radial-
konsentris menerus. Hal ini memiliki arti bahwa perkembangan kota berpusat di
Kebun Raya Bogor kemudian berkembang terus menerus sepanjang waktu hingga
membentuk kawasan permukiman dan komersil yang padat di sekitar Kebun Raya
Bogor.
Sumber: Google Earth, 2013
Gambar 3.2 Kawasan Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor berbentuk hampir menyerupai persegi. Di keempat ujung
sisinya terdapat empat tempat paling penting dan menjadi ikon kota Bogor yaitu Tugu
Kujang, Lapangan Sempur, Hotel Salak The Heritage, dan Museum Zoologi. Hal ini
memiliki filosofi keseimbangan antara semua sisi kehidupan masayarakat Kota Bogor
sebagaimana menurut sejarah Kebun Raya Bogor pada zaman Prabu Siliwangi
diperuntukkan untuk menjaga keseimbangan alam.
Adapun Istana Bogor terletak di dalam kawasan Kebun Raya Bogor. Tujuan
awal dibangunnya Istana Bogor adalah sebagai tempat peristirahatan untuk Gubernur
Jenderal Inggris dan Belanda. Istana Bogor terletak di dalam Kebun Raya Bogor
Museum Zoologi
Hotel Salak
Istana Bogor
Lapangan Sempur
Tugu Kujang
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 11
karena untuk menciptakan kedamaian bagi penghuni istana karena di sekitar istana
terdapat berbagai macam tumbuhan dan taman yang luas sehingga dapat
menenangkan hati dan pikiran penghuni istana.
Bentuk atau arsitektur Istana Bogor sangat mirip dengan Blenheim Palace di
Inggris. Hal ini disebabkan karena Istana Bogor dirancang oleh Gubernur Jenderal
Gustaaf Willem Baron Van Imhoff yang terinsipirasi dengan arsitektur Blehheim
Palace.
Sumber: Info Britain, 2013 (atas) dan Semangat yang Manyegarkan, 2010 (bawah)
Gambar 3.3 Blenheim Palace (atas) dan Istana Bogor (bawah)
Untuk menunjang aktivitas di Istana Bogor, dibangunlah hotel di dekat Istana
Bogor yang saat ini bernama Hotel Salak. Letak Hotel Salak tidak jauh dari Istana
Bogor. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mobilisasi tamu istana.
Tugu Kujang pun tidak terlepas dari Kerajaan Pajajaran. Kujang merupakan
senjata tradisional yang mulai dikenal pada masa kerajaan Pajajaran. Lokasi Tugu
Kujang juga dekat dengan Kebun Raya Bogor. Hal ini disebabkan karena keterkaitan
sejarah yang kuat dari Kerajaan Pajajaran yaitu di Kebun Raya Bogor terdapat makam
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 12
Ratu Ratu Galuh Mangkualam yang merupakan istri kedua dari Prabu Siliwangi, Raja
Kerajaan Pajajaran.
Lapangan sempur merupakan tempat yang menjadi pusat kegiatan di Kota
Bogor. Nama sempur berasal dari nama tumbuh-tumbuhan. Hal ini memiliki arti
bahwa ada keterkaitan lapangan sempur dengan Kebun Raya Bogor yang notabene
merupakan pusat penelitian tumbuh-tumbuhan. Hal demikian juga sama dengan
Museum Zoologi yang merupakan laboratorium penelitian tumbuh-tumbuhan.
3.2 Kelemahan dan Kelebihan
Kelemahan dari kondisi tata ruang di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor
adalah ikon-ikon Kota Bogor dapat tenggelam seiring dengan perkembangan kota
yang pesat akibat dari modernisasi. Ikon-ikon Kota Bogor terletak di wilayah yang
sangat rentan dengan pembangunan yang pesat seperti pembangunan gedung-
gedung dan kawasan komersil. Hal tersebut disebabkan karena kawasan sekitar
Kebun Raya Bogor merupakan kawasan yang strategis, ramai, dan memiliki tingkat
aktivitas yang tinggi.
Namun, kondisi kata tata ruang di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor juga
memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah memiliki potensi pariwisata yang unik dan
menarik. Apabila pemerintah Kota Bogor bisa menjaga sejarah dan keaslian Tugu
Kujang, Lapangan Sempur, Hotel Salak The Heritage, dan Museum Zoologi, maka
dapat diprediksikan bahwa tempat pariwisata di Kota Bogor akan bertambah dan
tingkat pariwisata di Kota Bogor dapat meningkat.
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 13
BAB 4
KESIMPULAN
Kota Bogor merupakan kota yang kaya dengan sejarah bangunan-bangunan dan
tempat-tempatnya. Banyak bangunan dan tempat bersejarah di Kota Bogor. Salah satunya
adalah Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor merupakan ciri khas dari Kota Bogor. Di
sekitar Kebun Raya Bogor terdapat empat ikon Kota Bogor yaitu Tugu Kujang, Lapangan
Sempur, Hotel Salak The Heritage, dan Museum Zoologi. Di dalam Kebun Raya Bogor juga
terdapat Istana Bogor yang kaya dengan sejarah-sejarahnya.
Selain itu, letak Kota Bogor tidak jauh dari ibukota Jakarta. Hal ini membawa potensi
dan ancaman bagi Kota Bogor. Ancamannya adalah Kota Bogor rentan dengan pengaruh
modernisasi dari ibukota Jakarta. Hal ini mengancam bangunan-bangunan bersejarah dapat
hilang akibat dari modernisasi. Di sisi lain, potensi yang dapat timbul adalah Kota Bogor
tingkat pariwisata yang akan meningkat. Dengan banyaknya bangunan dan tempat
bersejarah di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor yang notabene merupakan kawasan yang
strategis, hal tersebut menarik pada turis dari dalam negeri maupun mancanegara untuk
berkunjung ke Kota Bogor.
Pemerintah Kota Bogor perlu menjaga keaslian bangunan-bangunan bersejarah
tersebut agar tetap terawat dan dalam kondisi yang sebenarnya. Hal tersebut dapat
membawa dampak positif bagi Kota Bogor yaitu tingkat pariwisata di Kota Bogor dapat
meningkat dan Kota Bogor tetap menjadi kota yang kaya dengan sejarah-sejarahnya.
IV
Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) 2013
Interpretasi Tata Ruang di Kawasan Kebun Raya Bogor dan Sekitarnya 14
DAFTAR PUSTAKA
Info Bogor (2013) Pengunjung Istana Bogor Meningkat [online]. Didapatkan dari: http://info-bogor.com/home/pengunjung-istana-bogor-open-meningkat/. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Info Britain (Tanpa Angka Tahun) Travel Through History in UK [online]. Didapatkan dari: http://www.infobritain.co.uk/Blenheim_Palace.htm. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Jelajah Unik (Tanpa Angka Tahun) Sejarah Tugu Kujang Bogor [online]. Didapatkan dari: http://www.jelajahunik.us/2012/02/sejarah-tugu-kujang-bogor.html (Diakses pada 3 Juli 2013)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Tanpa Angka Tahun) Kebun Raya Bogor. Didapatkan dari: http://www.krpurwodadi.lipi.go.id/index.php?pages=the%20garden&sk=KRB. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Panoramio (Tanpa Angka Tahun) Lapangan Sempur [online]. Didapatkan dari: http://www.panoramio.com/photo/7057476. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Pemerintah Kota Bogor (Tanpa Angka Tahun) Museum Zoologi [online]. Didapatkan dari: http://www.kotabogor.go.id/component/content/article/264-wisata-pendidikan-dan-ilmiah/9080-museum-zoologi. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Potlot Adventure (Tanpa Angka Tahun) Museum Zoologi Bogor [online]. Didapatkan dari: http://www.potlot-adventure.com/2009/03/17/museum-zoologi-bogor/. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Semangat yang Menyegarkan (2010) Rusa-rusa Istana Bogor [online]. Didapatkan dari: http://2dheart.wordpress.com/2010/05/14/rusa-rusa-istana-bogor/. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Travel to Bogor Indonesia (Tanpa Angka Tahun) Bogor Luxury Hotel [online]. Didapatkan dari: http://bogor-indonesia.blogspot.com/2012/10/bogor-luxury-hotels.html. (Diakses pada 3 Juli 2013)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wikipedia (2013) Istana Bogor [online]. Didapatkan dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Bogor. (Diakses pada 3 Juli 2013) Wikipedia (2013) Kebun Raya Bogor [online]. Didapatkan dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Raya_Bogor. (Diakses pada 3 Juli 2013) Wikipedia (2013) Lapangan Sempur [online]. Didapatkan dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Lapangan_Sempur. (Diakses pada 3 Juli 2013) Yulyawidjaya (2011) Tugu Kujang Bogor [online]. Didapatkan dari:
http://yulyawidjaya28.wordpress.com/2011/05/19/tugu-kujang-bogor/. (Diakses pada 3 Juli 2013)