12
Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. keun Membiasakan siswa dengan percobaan sains dan menyusun laporan yang teliti dan panjang hasil pemikiran sendiri (12/5). Di Tangan Guru Inspiratif Siswa Lahirkan Karya Orisinal Pelatihan untuk pelatih (TOT) mengawali paket pelatihan putaran tiga di Jawa Barat. Modul 3 difokuskan pada upaya mendorong kemampuan literasi di kalangan siswa. Koordinator Jawa Barat Erna Irnawati sebut kegiatan guru dan siswa telah menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. “Pada pelatihan modul 3, siswa difasilitasi menghasilkan karya siswa yang orisinal, panjang, dan teliti,” ucapnya. Dr. H. Asep Hilman, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, menilai penting pelatihan guru yang menekankan praktik percobaan dan mendorong kemampuan literasi. Menurutnya, kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas proses pembelajaran yang kuncinya dimainkan guru. Sebab itu, dinas pendidikan menaruh apresiasi tinggi pada USAID yang terus-menerus mengupayakan meningkatkan kualitas guru. “Pelatihan ini menjadi penting bagi dosen untuk mepersiapkan calon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan, dosen UPI yang menjadi peserta pelatihan. [DS] USAID PRIORITAS/Dindin Siswa Termotivasi Belajar Sains dengan Praktik Kunjungan Direktur Misi USAID Aku senang belajar dengan praktik percobaan sains seperti ini. Belajar IPA jadi mudah paham. Hefina Aissa Gunawan Siswa Kelas VII SMPN 3 Cimahi Andrew menyaksikan kelompok siswa yang tengah melakukan eksperimen sains. Direktur Misi USAID Andrew Sisson melakukan lawatan ke mitra USAID RIORITAS SMPN 3 Kota Cimahi dan UPI Bandung (10/6). Sisson terkesan dan sebut anak-anak SMP 3 Cimahi asyik menikmati proses pembelajaran IPA secara praktis berupa percobaan sains. “Saya sangat menghargai siswa dan sekolah yang tampak sejalan dengan tujuan kerja kami,” puji Sisson. “USAID membantu sekolah di Jawa Barat agar siswa mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas,” katanya. Kepala Sekolah Hilda Hidayati tampak bangga mendampingi Andrew Sisson mengamati proses pembelajaran. Ia tampak gembira Sisson banyak berkomunikasi dengan siswa. Tata Wikanta, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi, sebut kinerja siswa merupakan bukti program USAID PRIORITAS berdampak positif. “Kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih untuk USAID,” ucapnya. Di UPI, dosen IPA Parsaoran Siahaan sebut USAID sangat membantu pihaknya membekali calon tenaga kependidikan dengan kemampuan praktis, relevan, dan maju dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. [DS] USAID PRIORITAS/Irwan IKH A L LA M S - B E R A Edisi 11 April - Juni 2015

Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Media KomunikasiPendidikan Dasar

di Jawa Barat

diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

keun

Membiasakan siswa dengan percobaan sains dan menyusun laporan yang teliti dan panjang hasil pemikiran sendiri (12/5).

Di Tangan Guru InspiratifSiswa Lahirkan Karya Orisinal

Pelatihan untuk pelatih (TOT) mengawali paket pelatihan putaran tiga di Jawa Barat. Modul 3 difokuskan pada upaya mendorong kemampuan literasi di kalangan siswa. Koordinator Jawa Barat Erna Irnawati sebut kegiatan guru dan siswa telah menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. “Pada pelatihan modul 3, siswa difasilitasi menghasilkan karya siswa yang orisinal, panjang, dan teliti,” ucapnya.

Dr. H. Asep Hilman, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, menilai penting pelatihan guru yang menekankan praktik percobaan

dan mendorong kemampuan literasi.

Menurutnya, kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas proses pembelajaran yang kuncinya dimainkan guru. Sebab itu, dinas pendidikan menaruh apresiasi tinggi pada USAID yang terus-menerus mengupayakan meningkatkan kualitas guru.

“Pelatihan ini menjadi penting bagi dosen untuk mepersiapkan calon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan, dosen UPI yang menjadi peserta pelatihan. [DS]

USAID PRIORITAS/Dindin

Siswa Termotivasi Belajar Sains dengan PraktikKunjungan Direktur Misi USAID

”“Aku senang belajar

dengan praktik percobaan sains

seperti ini.Belajar IPA jadimudah paham.Hefina Aissa Gunawan

Siswa Kelas VII SMPN 3 Cimahi

Andrew menyaksikan kelompok siswa yang tengah melakukan eksperimen sains.

Direktur Misi USAID Andrew Sisson melakukan lawatan ke mitra USAID RIORITAS SMPN 3 Kota Cimahi dan UPI Bandung (10/6). Sisson terkesan dan sebut anak-anak SMP 3 Cimahi asyik menikmati proses pembelajaran IPA secara praktis berupa percobaan sains.

“Saya sangat menghargai siswa dan sekolah yang tampak sejalan dengan tujuan kerja kami,” puji Sisson. “USAID membantu sekolah di Jawa Barat agar siswa mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas,” katanya.

Kepala Sekolah Hilda Hidayati tampak bangga mendampingi Andrew Sisson

mengamati proses pembelajaran. Ia tampak gembira Sisson banyak berkomunikasi dengan siswa.

Tata Wikanta, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi, sebut kinerja siswa merupakan bukti program USAID PRIORITAS berdampak positif. “Kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih untuk USAID,” ucapnya.

Di UPI, dosen IPA Parsaoran Siahaan sebut USAID sangat membantu pihaknya membekali calon tenaga kependidikan dengan kemampuan praktis, relevan, dan maju dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. [DS]

USAID PRIORITAS/Irwan

IKH ALLA MS - BERA

Edisi 11 ISSN2460 - 3996April - Juni 2015

Page 2: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Showcase

2

Cirebon - Para kepala sekolah hendaknya menjadi agent of change melalui penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara penuh komitmen, konsisten, dan konsekuen. Esensinya MBS adalah otonomi, sehingga penerapan MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan handal. Sebagai lokomotif sekolah yang memainkan peran penting lagi strategis, kepala sekolah perlu terus melatih diri menggali dan membangun kemampuan sekolah. Kepsek juga harus mempunyai komitmen dan kapasitas pembelajaran yang lebih baik sehingga MBS itu berorientasi pada kualitas pembelajaran.

Demikian dikatakan oleh Dr. H. Asep Hilman, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, sebagaimana disampaikan oleh Asep Suhanggan, Kepala Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Umum dan Kejuruan (BPPTK-UK) Disdikbud Jabar, saat membuka pelatihan manajemen berbasis sekolah di Swiss-BelHotel Cirebon (15/5).

Asep Suhanggan juga mengapresiasi pola pendampingan USAID PRIORITAS dalam

Kepala Sekolah Kunci Perubahan

Bandung - USAID PRIORITAS Jawa Barat bekerja sama dengan UPI, UIN, dan sekolah binaan UPI/UIN menyelenggarakan lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) selama tiga hari (10-12/4). Lokakarya ini merupakan putaran ketiga kelanjutan dua putaran lokakarya sebelumnya. Berlangsung di hotel Novotel, Bandung, lokakarya ini fokus pada empat topik, yaitu (1) literasi bahasa SD, (2) literasi bahasa SMP, (3) literasi matematika MTs, dan (4) literasi Sains MTs.

Lokakarya diikuti oleh 16 orang, terdiri atas delapan orang dosen (UPI/UIN Bandung) dan delapan orang guru SDN Sukarasa, SMP Lab UPI, dan MTsN 2 Bandung. “Peserta terbagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok terdiri atas dua orang dosen dan dua

Nomor 11

USAID PRIORITAS/Ipin Rohana

Mengkaji praktik yang baik penerapan

modul 1 dan 2 bidang manajemen

sekolah (15/5).

Tendi Setiadi (paling kiri) dan Raden Kurniawan(kedua kanan) tampak tengah mengolah

data didampingi dosen UNY, Roro Sri Hastuti (kedua kiri) dan dosen UIN, Ida Rosyidah (paling kanan)

(11/4).

USAID PRIORITAS/Dindin

Kabar Utama

bentuk lesson study. Menurutnya, dengan lesson study, kepala sekolah bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga matematika, misalnya, menjadi semacam 'tradisi' sekolah yang menyenangkan siswa. Suhanggan percaya atas dorongan USAID para kepala sekolah dapat memiliki integritas yang baik dan mengelola sekolah secara transparan.

Asep Syarif Hidayat, dosen UPI Bandung, menilai pelatihan ketiga ini sangat membantu kepala sekolah dalam hal pengembangan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. “Kepala sekolah dibekali strategi dan langkah praktis menilai kinerja guru sebagai bagian upaya pengembangan profesi,” katanya. [DS]

Penelitian Tindakan Kelas

Perkuat Mutu Proses Pembelajaran

orang guru dan fokus pada salah satu dari empat topik di atas,” jelas Khaerudin Kurniawan, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat. Setiap kelompok didampingi oleh seorang ahli PTK dari UNY Yogyakarta, Unesa Surabaya, UNJ Jakarta, dan UPI Bandung.

Khaerudin juga mengatakan, setiap kelompok telah melakukan riset aksi di sekolah dan telah mulai mengolah data hasil penelitian tindakan sebelum hadir pada lokakarya ini. Setiap kelompok kemudian menyajikan hasil analisis datanya untuk mendapatkan umpan-balik dari segenap peserta lokakarya.

Tatat Hartati, Ph.D, dosen di UPI Bandung, menaruh apresiasi terhadap PTK yang disebut mampu mendorong gairah meneliti para guru dan dosen. “Temuan-temuan PTK langsung menjadi modal strategis para guru memandu proses pembelajaran yang baik dan tentu saja meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan,” ujar Tatat.

Hal senada disampaikan Tendi Setiadi, guru di MTsN 2 Kota Bandung. Menurutnya, melalui penelitian tindakan kelas ditemukan titik-titik lemah proses pembelajaran sehingga guru mengetahui apa yang mesti diperkuat. “PTK menjadi strategi ampuh memperkuat kualitas proses belajar,” ucapnya. [DS]

Page 3: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Cimahi - Direktur Misi USAID Andrew Sisson berinteraksi dengan siswa SMPN 3 Kota Cimahi dan terlibat dalam percakapan akrab. Sisson tampak hendak mengecek penguasaan siswa mengenai percobaan sains yang sedang dilakukannya.

Sisson berbaur dengan siswa kelas 7 yang sedang mengikuti proses pembelajaran IPA. Proses belajar berlangsung di pinggir kolam sekolah. Rupanya siswa tengah melakukan eksperimen perpindahan kalor konduksi dan konveksi. Setiap kelompok mencoba merakit perahu bertenaga uap dengan bahan stirofom dan lilin. Usai dirakit, setiap perahu dicoba dijalankan di atas air kolam. Riuh para siswa, guru, dan Sisson bertepuk tangan merayakan

keberhasilan percobaan.

Di kelas 8, Sisson mendapati siswa juga sedang melakukan percobaan mengamati tekanan zat cair pada sistem peredaran darah manusia. Setiap kelompok melakukan percobaan tingkat tekanan

sesuai dengan kedalamannya.

Menyaksikan proses pembelajaran di sekolah, Andrew Sisson menyatakan salut dan bangga terhadap siswa yang tampak menikmati proses belajar. “Keasyikan siswa belajar sains dan kecermatan mereka dalam melakukan percobaan sains menunjukkan kemajuan yang menggembirakan,” ujar Sisson. Ia juga menyampaikan, pengalaman belajar para siswa itu merupakan bukti relevansi proses pendidikan di perguruan tinggi dengan perkembangan sekolah.

Usai proses belajar, Sisson mengajak siswa berdialog. Ia meotivasi siswa dan meminta masukan untuk penyempurnaan program.

Hevina, siswa kelas 7, tidak canggung bercakap-cakap bahasa Inggris dengan Sisson. Ia mengaku senang belajar di sekolah ini karena pembelajarannya asyik, menyenangkan, dan mudah diikuti. “IPA mudah dipahami dengan praktik percobaan seperti ini,” katanya. Mendengar Hevina fasih berbahasa Inggris, Sisson memberikan penguatan, “Hevina, kamu cocok jadi diplomat.”

Eriko, siswa lain, bertanya kepada Sisson, “Apakah menurut Bapak cara belajar kami barusan bagus atau tidak?” Sisson menjawab, hanya dalam beberapa menit berada di tengah siswa, ia sudah mendapat kesan positif. “Pembelajarannya luar biasa,” pujinya.

Andrew lalu meminta saran kepada para siswa apa yang perlu ditingkatkan ke depan. Anggia, siswa kelas 8, meminta bantuan USAID kiranya sekolah dibantu dengan tablet berisi e-book agar tidak perlu membawa tumpukan buku yang berat. Sisson memuji minat baca Anggia dan ia merujuk pada rencana Mendikbud Anies Baswedan yang telah mewacanakan penyediaan tablet e-book bagi sekolah.

Tingginya minat baca Anggia menjadi salah satu bukti dampak program USAID PRIORITAS itu sendiri karena memang salah satu fokus program ini adalah mendorong budaya baca di sekolah. [DS]

Bila Direktur Misi USAID Minta Masukan Siswa

3

Cirebon - Para kepala sekolah hendaknya menjadi agen perubahan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara penuh komitmen, konsisten, dan konsekuen. Sebagai lokomotif sekolah yang memainkan peran penting lagi strategis, kepala sekolah perlu terus melatih diri menggali dan membangun kemampuan sekolah. Kepsek juga harus mempunyai komitmen dan kapasitas pembelajaran yang lebih baik sehingga MBS itu berorientasi pada kualitas pembelajaran.

Demikian dikatakan Dr. H. Asep Hilman, M.Pd, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, sebagaimana disampaikan Asep Suhanggan, kepala Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependi-dikan Umum dan Kejuruan (BPPTK-UK)

Disdikbud Jabar, saat membuka pelatihan manajemen berbasis sekolah di Swiss-BelHotel, Cirebon (15/5).

Asep Suhanggan juga mengapresiasi pola pendampingan USAID PRIORITAS dalam bentuk lesson study. Menurut dia, dengan lesson study, kepala sekolah bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Suhanggan percaya atas dorongan USAID para kepala sekolah dapat memiliki integritas yang baik dan mengelola sekolah secara transparan.

Asep Syarif Hidayat, dosen UPI Bandung, menilai paket tiga membantu kepala

sekolah mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. “Kepala sekolah dibekali strategi dan langkah praktis menilai kinerja guru sebagai bagian dari upaya pengembangan profesi,” ujarnya mengakhiri. [DS]

Manajemen Berbasis Sekolah

April - Juni 2015

Siswa SMP 3 Cimahi tampak akrab berdialog dengan Andrew Sisson (10/6).

Peserta menyusun langkah-langkah manajemen praktis mendorong tumbuhnya literasi di sekolah.

USAID PRIORITAS/Dindin

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

Dorong Literasi Kuatkan Kualitas Pembelajaran

Kabar Utama

Page 4: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

ShowcaseBekasi/Cirebon– Pemerintah daerah bekerja sama dengan USAID melakukan lokakarya perencanaan implementasi kebijakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di Kabupaten Bekasi (16/6) dan Kabupaten Cirebon (25/6). Disdikbud, Bappeda, BKD, BPKAD, UPTD, dan pengawas sekolah menganalisis dampak kebijakan PPG guna meminimalkan risiko.

“Guru mesti mengajar dengan kemampuan penuh memandu proses belajar yang menyenangkan siswa dan mampu merangsang potensi dirinya sehingga sekolah menjadi ramah anak,” papar Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. “Distribusi guru harus dilakukan atas dasar kebutuhan anak, bukan kebutuhan guru,” tegas Erna.

Rochim Sutisna, kepala dinas pendidikan Bekasi, mengaku pihaknya tengah merancang peraturan bupati tentang distribusi guru PNS berdasar kebutuhan dan kualifikasi pendidikan. Perbup distribusi diperlukan karena di SD ada kekurangan 58 guru kelas, sementara di SMP ada kekurangan guru IPA dan IPS, kelebihan 81 guru PAI, kelebihan 152 guru penjaskes, dan kelebihan guru matematika dan bahasa Indonesia.

Asdullah Anwar, kepala Disdikbud Cirebon, sebut masalah-masalah pendidikan perlu ketegasan. Soal sekolah gemuk dan kurus satu komplek, misalnya, perlu ketegasan kepala desa/UPTD untuk mengatur orangtua agar anak-anaknya tidak diarahkan ke satu sekolah favorit. “Termasuk soal distribusi guru memerlukan ketegasan,” ujar Asdullah.

Iis Wahyudianto, Kasubid Formasi dan Penempatan Pegawai BKD Bekasi, mengaku rumit menangani tenaga guru honorer yang berjumlah tiga ribuan. Di satu sisi, Bekasi membutuhkan jumlah guru yang banyak, namun di sisi lain, kemampuan daerah juga sangat terbatas. Maka, Iis mengaku sangat terbantu dengan program PPG dari USAID.

Masdi, kepala UPT Lemahabang Cirebon, menilai pemerataan guru PNS menjadi mendesak untuk meredam penambahan guru honorer baru. Cardi, kepala UPT Pangenan Cirebon, mengatakan jangan ada persaingan antarsekolah, dalam arti mestinya semua sekolah berkualitas setara. Ia hendak menekankan perlunya pelatihan

guru dan kepala sekolah agar mutu sekolah merata.

Arief F.R. dari BPKAD (badan pengelola keuangan dan aset daerah) Bekasi, merespons hasil analisis kelompok tentang sekolah gemuk. Menurut dia, unit sekolah baru (USB) bisa saja direncanakan untuk mengatasi masalah kegemukan sekolah.

Ceceng Hidayat, pengawas SMP di Bekasi, melihat guru pada umumnya sudah merasa nyaman di sekolahnya sehingga tidak mau mutasi. “Karena itu, mutasi guru sebaiknya dilakukan ke sekolah terdekat yang membutuhkan,” kata Hidayat.

Ciamis – Kekurangan guru kelas yang cukup signifikan di Kabupaten Ciamis mendorong munculnya berbagai inovasi mengatasi persoalan. Salah satunya adalah kebijakan pembelajaran kelas-rangkap (multigrade) di sekolah-sekolah terpencil. Atang, misalnya, mengajar kelas 1 dan 6 secara bersamaan di SDN Banjaranyar 3, Banjarsari, Ciamis.

“Ini mendesak kami lakukan, terutama terkait janji pemerintah dalam melaksanakan layanan prima bagi masyarakat,” ucap Toto Marwoto, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pada kegiatan review meeting implementasi kebijakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di aula Disdikbud Kabupaten Ciamis (27/5).

“Kami berharap kebijakan ini bisa menjadi jembatan terselenggaranya pembelajaran yang berkualitas dalam kondisi kekurangan guru,” lanjut Toto.

“Pembelajaran multigrade sudah dimulai sejak tahun 2013 melalui peningkatan kapasitas guru di sekolah kecil,” papar Wawan, pengawas sekolah.

M. Sulhan, praktisi pendidikan UIN Bandung, menjelaskan bahwa alternatif kebijakan kelas rangkap dipandang sebagai alternatif jitu sementara ketika kondisi nyata di lapangan menunjukkan kekurangan guru dan tidak memungkinkan adanya mutasi guru dari sekolah yang lain.

“Sebenarnya ada upaya lain yang bisa dilakukan, yaitu merger bagi sekolah kecil terpencil yang berdekatan,”ucapnya. Sulhan juga menyebut, pembelajaran kelas rangkap ini perlu persiapan matang karena guru perlu memahami metode pembelajaran yang efektif untuk mengajar anak didik dengan pendekatan khusus seperti ini.

“Pelatihan yang dilakukan oleh dinas pendidikan di akhir tahun 2013 sangat membantu kami dalam menyelenggarakan pembelajaran kelas-rangkap,” papar Atang lagi. “Kami sangat bersyukur karena selain pembelajaran bisa dilakukan secara efektif, hak-hak kami untuk menerima tunjangan profesi tidak terkendala,” katanya.

Chandra, sekretaris Disdikbud, menyatakan bahwa kebijakan kelas-rangkap diambil untuk menyelamatkan guru. “Peraturan mengenai pembatasan rasio-guru anak 1: 20 akan diberlakukan mulai tahun 2016 sehingga pada tahun anggaran tersebut, bila pemerintah tidak mengambil kebijakan multigrade, bisa dipastikan guru-guru yang mengajar di sekolah terpencil, yang pertumbuhan anak usia sekolahnya rendah, akan tertahan tunjangan profesinya,” papar Chandra. (RS)

Kelas-Rangkap Obat Jitu Kekurangan Guru

4 Nomor 11

Distribusi Guru Harus Ramah Anak

USAID PRIORITAS/Dindin

Kelompok pemangku kepentingan pendidikan Cirebon sajikan hasil analisis

antisipatif risiko kebijakan PPG dan susun strategi pemecahannya (25/6).

Kabar Daerah

Page 5: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

5

Bekasi - Pelatihan guru putara kedua bergulir di daerah mitra kohor 2. Di Bekasi, pelatihan diawali jenjang SMP/MTs di Hotel Santika, Cikarang, diikuti oleh 70 peserta (30/3-2/4).

Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menyebut telah terjadi perubahan penting di tingkat sekolah sebagai dampak paket satu. Disebutkan, di awal program praktik mengajar yang baik di kalangan guru hanya mencapai 9,3% dan kini telah mencapai 70,2%. Perilaku belajar siswa yang posisitf awalnya hanya mencapai 22,6% kini 88,1%. “Dampak paket satu ternyata signifikan karena para peserta mengikuti pelatihan dengan baik sehingga mereka mampu menerapkannya dengan baik,” tutur Erna.

Pada putaran dua, pelatihan diawali

dengan kaji ulang dan berbagi praktik CTL di sekolah masing-masing bagi perbaikan ke depan. “Selanjutnya, peserta diberi keterampilan strategis dalam menerapkan pembelajaran aktif dan efektif, pengelolaan kelas, pengembangan lembar kerja, penilaian autentik, mengembangkan keterampilan literasi budaya baca, dan praktik pembelajaran yang melayani perbedaan individu serta sensitif gender,” kata Yeti Heryati, ahli pelatihan guru USAID PRIORITAS.

Muhammad Mukri, peserta dari SMPN 3 Cikarang Selatan, tertarik untuk melayani perbedaan individu dalam pembelajaran. “Pelatihan ini mengingatkan bahwa setiap individu siswa itu unik. Seharusnya saya memperlakukan setiap siswa secara berbeda sesuai dengan karakter dan kebutuhan yang berbeda,” ucapnya yakin.

Nunung dari SMPN 1 Cikarang Selatan mengaku mendapat cara baru membuat lembar kerja (LK). “Ternyata LK itu tidak sekadar tugas atau pertanyaan, melainkan harus pertanyaan tingkat tinggi yang membuat siswa imajinatif dan kreatif,” ujarnya.

Kasmianto, kepala SMPN 1 Cikarang Selatan, mengaku telah belajar dari pelatihan ini dengan merevisi pandangannya seputar gender. Ia selama ini mengira bahwa korban bias gender itu selalu perempuan. Ternyata laki-laki juga bisa terkena bias gender.

Emmi Budiarti, pengawas SMP, menyampaikan apresiasi serta kesan yang positif terhadap pelatihan ini. ”Sebagai pengawas saya sangat terbantu oleh kegiatan seperti ini,” tuturnya. [IR/DS]

Cara Belajar, Aktif, Efektif, dan Setara

Karyono

Kuningan - Dukungan bagi pembelajaran di sekolah tidak hanya muncul dari kepala sekolah dan guru, tetapi juga dari komite sekolah. Hal ini terungkap ketika pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) SD/MI yang melibatkan komite sekolah sebagai perwakilan orangtua siswa (6-7/6).

Selain pembelajaran, dukungan komite sekolah harus diwujudkan dalam ikut serta merencanakan perencanaan sekolah. Sebab, tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya guru dan kepala sekolah.

''Dari pengalaman kami, pelibatan komite sekolah dalam perencanaan ternyata memudahkan sekolah dalam kegiatan pembelajaran karena sejak awal memang sudah direncanakan secara bersama dan berkala, baik guru, kepala sekolah, maupun komite sekolah itu sendiri,” ujar Sodikin MPd, narasumber pelatihan dari Cimahi Jawa Barat.

Selain dilatih merencanakan anggaran sekolah, para peserta juga dilatih dalam program budaya baca senyap. Sodikin menambahkan, penerapan budaya baca di sekolah bukan hanya untuk siswa, tapi semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, hingga penjaga sekolah.

“Budaya baca itu harus menyeluruh sehingga hasilnya adalah seluruh warga

sekolah membudayakan membaca dan menjadi kebutuhan sehari-hari dalam hal membaca,” tuturnya.

Juhardi, salah seorang fasilitator daerah mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan awal dari proses untuk membantu sekolah memfasilitasi proses perencanaan sampai dengan melaksanakan kegiatan, khususnya budaya baca.

“Pelatihan perencanaan kan sudah dilaksanakan pada modul satu. Modul dua ini lebih pada bagaimana komite sekolah, kepala sekolah, dan guru sama-sama mendorong kemajuan sekolah melalui budaya membaca,” ujar Juhardi.

Sabukti, komite SDN 3 Bojong, mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh USAID PRIORITAS sehingga sekolahnya bisa lebih aktif dan kreatif dalam menyelenggarakan pembelajaran.

”Setelah saya lihat selama satu tahun berjalan, ada perubahan. Siswa lebih senang dan

tentu lebih aktif dibandingkan sebelum program USAID masuk. Guru pun sudah menerapkan pembelajaran PAKEM,” terangnya.

Karena fokus pelatihan adalah budaya baca, USAID PRIORITAS menyalurkan bantuan buku dari The Asia Foundation sebanyak 150 buah buku per sekolah. Hibah diharapkan jadi stimulan agar tumbuh budaya baca di sekolah/madrasah. “budaya baca melibatkan bukan hanya siswa melainkan juga seluruh warga sekolah,” ujar Ahmad Syaiful Bahri, koordinator USAID PRIORITAS Kuningan.[ASB]

Komite Sekolah Turut Kembangkan Budaya Baca

April - Juni 2015

USAID PRIORITAS/Pribadi

Siswa SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahiberterima kasih secara khusus atas bantuan buku.

Kabar Daerah

Page 6: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Showcase

Belajar IPA di SMP umumnya sebatas hapalan konsep/teori dan penerapan rumus dalam soal hitungan tanpa pemahaman konsep itu sendiri. Siswa belum mampu menerapkan atau menghubungkan konsep IPA dengan alat/media/sumber belajar dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Hal itu menyebabkan siswa kurang tertarik belajar IPA.

Berbagai model dan metode pembelajaran IPA terus dikembangkan. Metode demonstrasi dan praktikum yang sering dilaksanakan selama ini belum cukup meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa. Pelaksanaan praktikum hanya menitikberatkan pada pengujian kebenaran suatu konsep/teori dan keterampilan penggunaan alat/bahan saja.

Siswa hanya diminta melaksanakan semua petunjuk yang ada dalam lembar kerja siswa dengan cara kerja yang sudah runtut dan jelas. Dengan demikian, siswa tidak terbiasa mencoba, merancang, dan merangkai suatu percobaan sendiri di sekolah. Akibatnya, siswa kurang dapat mengeksplorasi kreativitasnya. Untuk itu,perlu dilakukan pembelajaran yang lebih bermakna agar kondisi tersebut dapat diperbaiki.

Laboratorium dapat dimanfaatkan siswa untuk mengeksplorasi kreativitas. Dian, guru IPA di SMPN 3 Kota Cimahi, mencoba memanfaatkan laboratorium IPA untuk proses pembelajaran sistem peredaran darah.

Sehari sebelum pelaksanaan praktikum, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri atas tiga orang. Guru memperlihatkan beberapa produk alat yang sudah ada dan berhubungan dengan materi/konsep/teori IPA dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan kegiatan ini merangsang rasa ingin tahu siswa. Guru memberikan tugas bermakna membuat alat yang sama/modifikasi alat/membuat alat yang

baru sehingga menjadi suatu produk IPA yang berbasis TI.

Setiap kelompok diberi kesempatan berdiskusi dan bekerjasama untuk menentukan sendiri, materi/konsep IPA yang dipilih, informasi/sumber

belajar yang dijadikan rujukan, alat yang mau dibuat, bahan yang dibutuhkan, cara kerja, dan kegunaan alat tersebut dengan menggunakan TI sebagai media/sumber pembelajaran.

Siswa diminta mengkonsultasikan rincian alat yang akan dibuat kepada guru. Hal ini sebagai pengecekan dan bimbingan dari guru terhadap pemahaman konsep yang akan dibuatkan alatnya, untuk menghindari kegagalan alat.

Siswa diminta merancang dan merangkai alat pada hari yang sudah disepakati di luar jam pelajaran efektif untuk memberi keleluasaan waktu percobaan. Kemudian, setiap kelompok diminta mempresentasikan dan memperlihatkan produk IPA buatannya.

Selama proses pembelajaran, guru melakukan pengamatan keterampilan kooperatif (meliputi persiapan, pelaksanaan, dan presentasi), pengamatan afektif, dan kognitif siswa sesuai dengan penilaian autentik pada kurikulum 2013. Guru melakukan evaluasi keragaman dan kualitas produk siswa pada kelas yang diteliti. Guru lantas memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik.

Dari praktik yang baik ini, diperoleh beberapa produk/alat IPA karya siswa yang dilengkapi dengan penjelasan berupa nama alat, konsep IPA, fungsi alat, bahan yang digunakan, dan cara kerja alat berbasis TI. Keragaman

jenis produk IPA yang dihasilkan dalam praktik ini juga sangat memuaskan, menunjukkan kreativitas siswa lebih tereksplorasi. Siswa mempunyai pengalaman mencoba, menentukan informasi sendiri, menerapkan konsep IPA ke dalam produk/alat, merancang, dan merangkai alat.

Selain itu, siswa mempunyai kemampuan dalam membuat laporan dan mempresentasikan produknya dengan baik sebagai implementasi kerja ilmiah. Siswa lebih terampil dalam menggunakan TI sebagai media pembelajaran.

Produk siswa dapat dijadikan media pembelajaran bagi guru pada pembelajaran selanjutnya. Manfaat lain dari praktik ini adalah siswa lebih CERDAS (creative, egaliter, responsif, dinamis, agamis, dan berkesinambungan) sesuai visi Kota Cimahi. Akhirnya, guru dan siswa mendapat kepuasan belajar yang menyenangkan. [YH]

6

Foto USAID PRIORITAS/Dindin

Nomor 11

‘Produk IPA-ku Berbasis TI’Cerdas di Laboratorium

USAID PRIORITAS/Dindin

Merancang karya berbasis TI.

Konsultasikan rincian alat kepada guru agar tidak gagal-alat.

Presentasikanalat hasil karya kelompok.

USAID PRIORITAS/Dindin

Praktik yang Baik

Page 7: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Showcase

Pagi itu (16/4) sejumlah anak berkumpul membentuk formasi lingkaran di halaman SDN 1 Lengkong, Kabupaten Kuningan. Keceriaan tampak jelas dari raut wajah dan gerak-gerik mereka. Tak lama seorang guru masuk ke tengah lingkaran dengan sejumlah potongan kertas warna-warni di tangannya. Setiap kertas bertuliskan satu angka Romawi atau satu angka Arab.

Potongan kertas itu dibagikan. Siswa yang menerima potongan kertas melihat angka yang tertulis dan segera menempel-kannya di dada dengan posisi angka menghadap ke dada. Guru pun berseru, “Are you ready?” “Yees, Madam,” sambut siswa serentak.

Tanpa dikomando, seluruh siswa menghadap ke sisi kiri, lalu berjalan searah jarum jam sambil bernyanyi. Begitu nyanyian selesai, seluruh siswa membalik angka di dadanya lalu berhamburan mencari pasangan angka Romawi atau angka Arab miliknya dengan yang dimiliki temannya. Contohnya, jika potongan

kertas di dada siswa bertuliskan angka Arab 21, ia harus mencari teman yang memiliki angka Romawi bertuliskan XXI.

Siswa yang pertama menemukan pasangan berbaris di hadapan guru. Pasangan siswa berikutnya berbaris di belakang pasangan pertama. Begitulah permainan ”Dada Berangka” dilakukan dengan sangat seru dan menyenangkan.

Chantika dan Agnia menunjukkan potongan kertas bertuliskan angka yang didapatnya. Mereka tampak ceria dalam permainan “Dada Berangka”. “Permainan ini sangat menyenangkan. Pelajaran matematika tidak lagi menakutkan,” kata Chantika Putri.

Lain lagi cerita Agnia Nurul Badhiah tentang permainan ini. ”Saya senang permainan ini karena bisa bernyanyi,

berjalan, dan berlari juga seperti berlomba dulu-duluan mencari pasangan angka,” ucapnya.

“Pokoknya seru!” jawab Ferdiansyah saat ditanya kesannya setelah mengikuti permainan. “Gagasannya sederhana. Awalnya, saya hanya ingin membuat suasana baru dalam mengajarkan matematika. Anak-anak bisa memahami konsep bilangan Romawi dengan cara yang menyenangkan,” papar Ika Rahmawati, guru Kelas IV.

Menurut Ika, hal yang paling menyenangkan bagi anak-anak adalah bermain. “Dengan bahan dan alat yang sangat sederhana dan cara bermain yang mudah, jadilah permainan ini,” terang Ika Rahmawati. [SMD]

7April - Juni 2015

Permainan Seru Mengenal BilanganDada Berangka

Membuncah rasa puas batin saat menyaksikan siswa asyik memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan pemanfaatan sumber daya alam. Dalam diskusi kelompok, siswa saling menjelaskan arti daur air dan keguanaan air sebagaimana mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga berupaya menghubungkan daur air dengan upaya manusia mempertahankan keberadaan air dan upaya melestarikan lingkungan. Anak-anak kelas V itu bak para insinyur saja. Apalagi, saat setiap kelompok bekerja sama membuat skema skulus air, mereka seperti kelompok profesional.

Padahal, untuk memicu diskusi seru tentang daur air itu, tidak banyak yang saya lakukan. Saya hanya menayangkan slide animasi daur air, gambar daur air, sepintas pengertian dan penjelasan istilah, lalu tanya-jawab. Selebihnya, para siswa tampak terdorong rasa ingin tahu bekerjasama dalam kelompok secara aktif, kreatif, dan penuh kemandirian. Bagi saya, bukan kebenaran ilmiah yang menjadi kepentingan pertama melainkan proses aktif-kreatif berdiskusi dan bekerjasama dalam suasana ilmiah. Mereka juga memanfaatkan buku paket sebagai salah satu sumber.

Dalam kegiatan diskusi, terdengar mereka menyebut sejumlah kegunaan air. Hal ini dilakukan siswa dengan menghubungkan pembicaraan pada berbagai kegiatan yang berkaitan dengan air. Sebagai siswa madrasah, mereka pertama-tama menyebut wudlu, mandi, dan kegiatan bersuci lain dalam konteks ibadah. Setelah itu, barulah terdengar diskusi tentang minuman, kebersihan, olahraga, pertanian, dan serba kegiatan manusia yang berkaitan dengan air.

Dalam amatanku berkeliling dari kelompok ke kelompok, siswa berdiskusi seputar air, kegunaannya, dan bagaimana cara melestarikannya. Terdengar ada kelompok yang mencoba mengingat kembali tayangan slide tentang daur air, lantas mereka bertukar pikiran mengenai manfaat air dan apa yang perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian air. Ada juga siswa yang mengutip hadis nabi tentang kebersihan.

Di akhir sesi diskusi, setiap kelompok bekerjasama membuat laporan hasil diskusi mengenai daur air dan upaya melestarikan air. Ada satu siswa per kelompok yang bertugas menulis sementara anggota kelompok lain membacakan catatan notulen dan

memberikan koreksi atau penyempurnaan. Setiap kelompok lalu menunjuk salah seorang anggotanya untuk mewakili kelompok menyajikan hasil kerja kelompok.

Penyajian hasil kerja kelompok berlangsung seru. Setiap kelompok tampak ingin tampil terbaik. Usai pembahasan pleno hasil kerja kelompok, saya berusaha memberikan konfirmasi dan penguatan. Kami bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

Saya mencoba meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan menarik poin-poin penyimpul bahwa (1) air dibutuhkan manusia untuk minuman, pembersih, dan sarana olahraga serta ibadah, dan bahwa (2) daur air adalah perubahan yang terjadi pada air secara berulang dalam suatu pola tertentu. Saya mengajak siswa untuk merenungkan bahwa air merupakan bagian dari rejeki pemberian Allah SWT yang wajib disyukuri dengan memanfaatkan air sebaik-baiknya. Akhirnya, saya menugasi siswa untuk membuat peta daur air di rumah masing-masing. []

Insinyur Cilik Lestarikan Alam SolehudinMIN Cicendo, Bandung

Praktik yang Baik

Page 8: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

8

Demikian sepenggal bait syair lagu ‘Bersama’ yang selalu dikumandangkan peserta pada setiap pelatihan Modul II. Guru di sekolah bukanlah satu-satunya narasumber. Begitu pun ruangan kelas bukan satu-satunya tempat untuk murid belajar. Murid bisa belajar dari siapa pun dan di tempat mana pun.

Hal tersebut ditunjukkan secara nyata oleh guru-guru kelas IV di MI Asih Putera Cimahi. Belum lama ini mereka mengajak siswanya untuk mengunjungi perkebunan teh di kawasan PTP VIII Ciater Kabupaten Subang. Melihat langsung apa yang terjadi. Bertanya langsung kepada narasumber yang sebenarnya.

“Kali ini kami bawa anak-anak untuk mengunjungi kebun teh dan pabrik pengolahannya di Ciater, Subang. Mereka diajak menyaksikan dan mengalami langsung tahapan pengolahan daun teh sejak dipetik hingga terhidang di atas meja dalam bentuk sajian secangkir teh. Mereka berjalan menyusuri luasnya perkebunan teh, bertemu dengan ibu-ibu pemetik pucuk teh dan kemudian mewawancarainya, serta melihat langsung teh itu diangkut ke pabrik. Mengunjungi pabrik pengolahan teh untuk menyaksikan secara langsung bagaimana pucuk teh

segar itu dibersihkan, difermentasi, dirajang, dikeringkan, dipilah, dan kemudian dikemas,” jelas Anggi Erbany, guru kelas IV MI Asih Putera.

Anak-anak terlihat sangat menikmati kegiatan itu. Dengan tertib mereka berbaris berkelompok di sela-sela rapatnya pepohonan teh. Sesekali terdengar teriakan anak perempuan yang terpeleset atau tergelincir diiringi gelak tawa teman sekelompoknya. Sementara di kelompok lain anak-anak bernyanyi dan bertepuk tangan dengan riangnya.

“Asyik, di sini luas, udaranya juga segar, jadi enggak berasa belajar!” seru Rhizoma Lazuardi, salah seorang murid kelas IV.

“Iya, tapi kamu mah malah main terus, padahal tugas dari Bu Guru belum dikerjakan,” sahut Olivia Zahra, teman sekelompok Rhizoma, sambil menunjukkan lembar kerja kelompok yang belum selesai diisi.

Di pabrik, anak-anak dibimbing menyaksikan proses pengolahan pucuk daun teh oleh petugas pemandu dari PTP VIII. Pengetahuan yang guru sampaikan kepada murid di kelas bertambah nilainya dengan pengalaman langsung di tempat, dengan narasumber dan dalam suasana

sebenarnya. Proses dan hasil pembelajaran dengan cara seperti ini pastilah lebih bermakna.

“Perkebunan ini merupakan salah satu aset sangat penting bagi bangsa Indonesia. Kami, pihak PTP VIII, membuka diri kepada generasi muda seperti adik-adik dari MI asih Putera ini untuk belajar mengenal, mengetahui, dan memahami kekayaan alam ini. Harapannya akan muncul kecintaan dan kesadaran untuk merawat, menjaga, dan melestarikannya demi kemajuan bangsa,” tutur Pak Kusnadi, salah seorang pemandu, ketika menerima rombongan guru dan murid MI Asih Putera Cimahi.

Ada “ritual” menarik sebelum rombongan meninggalkan kawasan pabrik. Pihak PTP VIII menyajikan teh hangat yang bisa dinikmati setiap pengunjung. Teh manis hangat dinikmati di tengah alam pegunungan Ciater yang sejuk dan masih diselimuti kabut tipis siang itu. “Ehm, segar!” [SMD]

Lingkungan sebagai Sumber Belajar

“Kalau membacanya sudah selesai, bukunya kembalikan ke rak yang ini lagi ya, Dik!”

Sekonyong-konyong terdengar ucapan Rauma kepada adik-adik kelasnya yang membaca buku di teras Madrasah Ibtidaiyah PUI Cibadak pada saat istirahat. Rauma adalah salah seorang duta baca di madrasah itu. Ia terpilih menjadi duta baca karena kesenangannya membaca dan kecintaannya terhadap buku.

Sejak dilaksanakan budaya baca di MI PUI Cibadak sebagai tindak-lanjut program USAID PRIORITAS, membaca menjadi kegiatan baru untuk siswa-siswi madrasah pada saat istirahat. Sebab, buku-buku begitu mudah mereka dapatkan di teras madrasah. Ada Roda Baca, Gerobak Baca,

dan Saung Ilmu. Setiap tempat buku itu dilengkapi dengan daftar buku di dalamnya. Duta baca bertugas dengan sukarela mengecek keberadaan buku-buku itu agartidak rusak atau hilang.

Duta baca dipilih setiap satu bulan sekali dari tiap kelas dengan mengacu pada sejumlah kriteria. Pertama, siswa yang paling banyak membaca dilihat dari kartu membaca. Kedua, kecintaan siswa terhadap buku dilihat dari cara dia memperlakukan buku. Ketiga, siswa itu peduli terhadap buku, sehingga setiap melihat buku yang acak-acakan, tanpa disuruh siswa itu langsung membereskannya. Duta baca dipilih oleh wali kelas. Selain bertugas mengecek dan membereskan buku, duta

baca juga mengajak teman-temannya untuk gemar membaca. Ia berusaha meyakinkan temanya bahwa dengan membaca banyak sekali ilmu yang didapat.

Kegemaran membaca siswa-siswi itu ternyata ada korelasinya terhadap kemampuan menulis siswa. Ini terbukti bila diberi tugas menulis tentang pengalaman liburan atau membuat karangan, siswa-siswi mampu menulis lebih dari satu halaman. Padahal, biasanya untuk menulis satu halaman saja begitu susahnya. Majalah dinding yang tadinya hanya satu kini bertambah menjadi dua karena melimpahnya karya tulisan siswa MI PUI Cibadak. []

Nomor 11

Berguru pada Alam

Semua orang itu guruAlam raya sekolahkuSejahteralah bangsaku

MI Asih Putera

Lancar Menulis karena Gemar Membaca Nina Nur InayahMI PUI Cibadak, Ciamis

Praktik yang Baik

Siswa MI Asih Putera telusuri kebun teh.

Page 9: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Sesuai kurikulum tingkat satuan pendidikan, ada tiga hal perlu perhatian guru. Pertama, guru bukan lagi pentransfer pengetahuan melainkan narasumber, fasilitator, motivator, dan inovator. Kedua, dalam tiga tahun pembelajaran bahasa Indonesia siswa harus mampu membaca buku fiksi dan nonfiksi dan harus ada laporan hasil membaca. Ketiga, dalam pembelajaran siswa harus selalu berhubungan dengan buku selain buku paket untuk pendalaman kompetensi. Ketiga hal tersebut menuntut ketersediaan buku yang memadai. Sementara itu, koleksi buku di madrasah amat terbatas.

Kepala MTs Al-Ahliyah dan para guru lalu berembug. Kami sampai pada sejumlah langkah yang bisa ditempuh, yakni (1) menyisihkan sebagian kecil dana BOS untuk pembelian buku, (2) menghimpun sumbangan buku dari siswa kelas akhir, (3) kerja sama antarsekolah, (4) meminta sumbangan buku ke pusat perbukuan, dan gerakan infak buku.

Infak buku adalah pemberian sumbangan baik dalam bentuk buku atau uang untuk membeli buku. Infak buku ternyata menarik bagi keluarga/orangtua siswa.

Infak berupa uang setiap hari Kamis dihimpun oleh kelompok siswa membeli sebuah buku dan setelah dibaca diberikan kepada perpustakaan sekolah.

Infak buku dari keluarga/orangtua siswa juga mencakup buku bekas namun masih layak dibaca. Gerakan infak buku juga mendorong siswa setiap minggu memberikan infak sebesar seribu rupiah. Uang tersebut dikumpulkan oleh OSIS atau petugas perpustakaan. Setelah terkumpul satu bulan, barulah petugas perpustakaan membeli buku atau majalah yang bermanfaat bagi anak didik.

Jumlah siswa MTs Al Ahliyah kelas 9 adalah 304 orang. Infak berupa uang, dalam satu bulan sebesar Rp 1.216.000. Dana digunakan untuk pembelian buku sesuai dengan kebutuhan anak dan atas pertimbangan guru. Harga buku rata-rata Rp 25.000, sehingga ada sekitar 50 judul baru dalam sebulan. Dalam satu tahun madrasah telah menambah koleksi tidak kurang 580 bahan bacaan.

Pengelolaan infak buku bersifat transparan. Rincian infak yang diterima dan pembelian buku dari dana infak diumumkan melalui papan pengumuman.

Perpustakaan kini menjadi aktif dan kondusif karena infak buku. Untuk merangsang siswa berkunjung, perpustakaan madrasah memberikan penghargaan atau hadiah kepada pengunjung/peminjam buku paling rajin. Penghargaan diberikan sekali per semester. Biaya untuk hadiah juga berasal dari uang infak buku. Kunjungan siswa ke perpustakaan juga didorong dengan jam wajib selain waktu istirahat dan kegiatan pembelajaran di perpustakaan. []

Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi

9

Kreatif dalam KeterbatasanMembelajarkan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) tanpa praktik hanya akan menjadikan IPA sebagai sebuah cerita. Praktikum dalam pembelajaran IPA adalah sebuah keniscayaan. Berbagai dalih dikemukakan guru IPA ketika ditanya mengapa tidak dilakukan praktikum saat pembelajaran IPA. Salah satunya adalah karena keterbatasan sarana yang diperlukan.

MTsN Sindangkasih mencoba menepis alasan di atas dengan memanfaatkan benda-benda bekas yang ada di lingkungan sebagai media pembelajaran. Salah satu contoh yang telah dilaksanakan adalah penggunaan bekas berbagai kemasan makanan atau minuman pada pembelajaran IPA materi zat adiktif. Siswa diminta untuk membawa bekas kemasan makanan seperti makanan kaleng, minuman sachet, snack, dan makanan ringan lainnya yang bisa siswa dapatkan dari tempat sampah atau memungutnya di

depan para penjual makanan atau minuman kemasan. Artinya, barang-barang bekas tersebut sangat mudah didapatkan.

Para siswa sangat antusias saat pembelajaran berlangsung. Mereka diminta memeriksa bahan-bahan makanan dengan membaca kemasan. Lalu mereka dibiarkan mendiskusikannya dalam kelompok.

Siswa menjadi lebih banyak tahu tentang makanan atau minuman yang dikonsumsinya. Mereka dapat mengetahui kandungan nutrisi apa yang ada di dalamnya, zat kimia apa yang ada di dalamnya, serta bahaya apa yang ditimbulkannya bila mengonsumsi dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cukup lama. Siswa dapat lebih sadar memilih makanan dan minuman yang dikosumsinya.

Kami guru IPA di MTsN Sindangkasih beranggapan, kurangnya fasilitas

laboratorium IPA bukan alasan untuk tidak melakukan praktikum saat pembelajaran. Pemanfaatan sampah sebagai media pembelajaran merupakan salah satu jawaban penyelesaiannya. Kami merasa justru keterbatasan membuat kami lebih kreatif. []

April - Juni 2015

Gerakan Infak Buku Dorong Minat Baca

Penyerahaninfak buku dari kelas 9-A (7/5).

Pemanfaatan sampah bekas kemasan makanan

dan minuman menjadi solusi keterbatasan

fasilitas laboratorium. Siswa tetap bisa praktik

pada proses pembelajaran.

MTsN Sindangkasih

Praktik yang Baik

s Al-AhliyyahMT

Istiqomah SalamahMTs Al-Ahliyyah, Kotabaru, Karawang

Page 10: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Showcase

10

AKUARIUM AJAIB

Tiga buah kotak mirip akuarium tertata rapi berderet di atas meja. Kotak pertama bertuliskan RATUSAN, kotak kedua di sampingnya bertuliskan PULUHAN, dan kotak ketiga di paling kanan bertuliskan SATUAN. Di belakang setiap akuarium berdiri seorang siswa dengan sejumlah batang lidi di genggaman tangannya. Pada salah satu ujung setiap lidi ditempel potongan kertas bergambar ikan.

Siswa pertama memegang lidi bergambar ikan warna merah, siswa kedua memegang warna kuning, sedangkan siswa ketiga memegang lidi bergambar ikan warna hijau. Ketiganya secara bergiliran menancapkan batang lidi ke dasar akuarium yang telah dilapisi stirofom.

Ketika kotak ratusan diisi ikan warna merah, para siswa lain serempak membilang (mengucapkan bilangan) “Satu, dua, tiga… TIGA RATUSAN.” Ketika ikan

Sel merupakan organ yang sangat kecil sehingga sulit untuk bisa diamati. Untuk membantu peserta didik mengamati sel tersebut, dibuatlah model sel. Udin Jaenudin, guru IPA SMPN 1 Cilimus, memfasilitasi siswa kelas VII membuat model sel hewan dari bahan sederhana.

Amelia Erkanopthiosa dan Fathan Mubina, siswa kelas VII, mengaku sangat senang membuat model sel hewan. Mereka menyebutkan alat-alat yang dibutuhkan untuk merangkai sel tersebut, stirofom, cutter, plastisin/malam, jarum pentul, penggaris, pensil, dan kertas karton.

Untuk membuat model sel hewan, buatlah pola dalam bentuk bulat pada kerta karton lalu tempelkan pada stirofom.

Potong stirofom sesuai pola tersebut, lalu rapihkan. Setelah itu buat organel-organel sel dengan menggunakan plastisin, lalu tempelkan organel-organel sel itu pada stirofom dengan menggunakan jarum pentul, lalu nomori organel-organel tersebut.

Bagian-bagian sel hewan itu adalah:

1. Vesicle (organel kecil dalam sel yang terdiri atas cairan tertutup oleh membran lipid bilayer).

Vesicle adalah alat dasar yang digunakan oleh sel untuk mengatur bahan seluler dan dapat juga bertindak sebagai tempat terjadinya reaksi kimia;

2. Lisosom, berfungsi sebagai penghasil enzim pencernaan;

3. Retikulum endoplasma halus, adalah sistem membran yang menghubungkan membran inti dan membran sel;

4. Badan golgi, berfungsi untuk alat sekresi protein;

5. Selaput Inti, berfungsi sebagai pembungkus inti sel;

6. Vakuola, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan;

7. Membran plasma, berfungsi untuk mengatur zat yang masuk dan keluar sel;

8. Retikulum endoplasma kasar merupakan sistem membran yang menghubungkan membran inti dan membran sel, yang ditempeli oleh ribosom;

9. Ribosom, berfungsi sebagai tempat pembentukan protein;

10. Kromatin adalah benang-benang halus kromosom;

11. Nukleolus merupakan anak inti sell;

12. Nukleus adalah inti sel yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sel;

13. Sentriol adalah bagian sel yang berperan dalam pembelahan sel;

14. Mitokondria berfungsi sebagai tempat

terjadinya respirasi sel untuk

menghasilkan energi.

Apa yang mereka ciptakan dalam

proses pembelajaran disimulasikan pada

kegiatan district showcase di hadapan

Bupati Kuningan. Luar biasa, mereka

jelaskan sel hewan secara tinci dalam

bahasa Inggris. [YH]

Model Sel Mudahkan Pahami Sel Hewan

Nomor 11

Media Inovatif Belajar Matematika

USAID PRIORITAS/Seno

Nunung Pujawati menjelaskannilai tempat menggunakan

“Akuarium Ajaib.”

Fathan jelaskan sel hewan kepada Bupati Kuningan Utje Khaeriyah (paling kanan).

USAID PRIORITAS/Irwan

Praktik yang Baik

warna kuning ditancapkan, siswa lain membilang, “Satu, dua… DUA PULUHAN.” Ketika murid ketiga menancapkan ikan, teman-temannya pun membilang disambut dengan tepuk tangan meriah guru dan seluruh murid di kelas, “Satu, dua, tiga, empat, limaa. . . LIMA SATUAN.” Jadi, TIGA RATUS DUA PULUH LIMA.

Peristiwa yang menggambarkan praktik yang baik dalam pembelajaran itu terjadi di kelas III MIS Cokroami-noto, Kabupaten Kuningan. Nunung Pujawati, guru kelas III, berhasil mengembangkan media pembelajaran inovatif dari barang bekas sederhana yang mudah didapat. “Saya membuatnya dari barang bekas dan sederhana, seperti kotak bekas kardus

sepatu, plastik bening bekas sampul buku, lidi, sterofom bekas kemasan VCD, dan kertas lipat warna-warni yang digambari ikan. Saya mengajak anak-anak untuk membuatnya,” katanya.

Media ini memberi kemudahan kepada murid dalam memahami konsep nilai tempat dalam mata pelajaran matematika. “Saya lebih mengerti karena Bu Nunung mengajak kami membuat Akuarium Ajaib bersama-sama,” tutur Mitha Meilany, siswa kelas III. [SMD]

Page 11: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Ada suasana berbeda di aula MI Asih Putera Cimahi siang itu (20/4). Beragam alat peraga/media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan, bahkan sebagian lagi tergeletak di lantai ruangan beralas karpet warna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan dan memperagakan alat/media pembelajaran buatannya di hadapan para juri. Apa yang dilakukan guru-guru di MI Asih Putera itu sungguh patut ditiru.

“Kami undang guru mentor kami, guru senior dari madrasah lain, serta kepala biro kurikulum dan layanan pendidikan Yayasan Asih Putera untuk menjadi juri. Kami juga mengundang DC dan TTO-PS dari USAID PRIORITAS untuk dapat menyaksikan lomba ini sekaligus memberi dukungan semangat dan motivasi kepada kami.”

Demikian dituturkan Iis Siti Aisyah, kepala MI Asih Putera, saat membuka pelaksanaan ekspose dan presentasi pengembangan dan pembuatan media pembelajaran kreatif di madrasahnya. Kepada setiap tim guru, madrasah memberi modal seratus ribu rupiah untuk membeli bahan dasar dalam pembuatan media pembelajaran kreatif.

“Kesulitan kami bukan pada pembuatannya, tetapi penemuan gagasannya. Kesulitan kami terbayar

11

Susun Strategi Pembiasaan Literasi

April - Juni 2015

Guru kelas III presentasikan sejumlah alat/

media buatannya.

Lewat KKG Sekolah

MI Asih Putera

Praktik yang Baik

MI Asih Putera Cimahi

Lomba Kreativitas Guru

sudah ketika kami berhasil mewujudkan gagasan alat/media yang kami kembangkan, membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ratu Siti Nurkhotimah, guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif.

Sodikin, guru kelas VI, menuturkan bahwa alat/media pembelajaran matematika yang dikembangkannya dibuat dari bahan sangat sederhanya, yaitu tutup kardus kertas photocopy yang diberi sekat-sekat sesuai dengan kebutuhannya, ditambah dengan sejumlah kerikil warna-warni. Alat ini dapat dipergunakan untuk menunjukkan secara sederhana namun konkret dan jelas berbagai operasi hitung dalam pembelajaran matematika.

“Meskipun baru sekarang saya ikutkan lomba, alat ini telah saya manfaatkan di

kelas. Hasilnya sangat efektif. Murid semakin senang belajar matematika dan pemahamannya meningkat. Mereka juga bisa bermain menggunakan alat ini di luar jam pelajaran dan tanpa sadar bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar,” tutur Sodikin.

Pada lomba kali ini para guru berhasil membuat lebih dari 12 media pembelajaran. Matematika: Tangga Satuan Ukuran, Jam Serba Guna, Kotak Operasi Hitung, Botol Pengukur Debit, dan Kantong Nilai Tempat. IPS dan Bahasa Indonesia: Roda Berputar, Vocab Card, Puzzle Kalimat, Big Book, serta Papan Kata dan Kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: Pohon Rukun Islam, Kuartet Sejarah Nabi, dan Papan Permainan Muamalah Syar'iyah. [SMD]

Sebagai kepala sekolah, Cucum Suminar terbilang sukses. Cucum berhasil ‘menyulap’ SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi yang semula kumuh kini menjadi sekolah rujukan. Sejumlah prestasi siswa tingkat Cimahi diraih sekolah ini. Meski sekolah ini sebenarnya sudah terbilang maju, Cucum tidak mudah puas dengan raihannya. Ia menyadari minat baca siswa masih kurang.

Cucum berpikir kelemahan tersebut bisa diatasi melalui KKG. Dengan guru terampil mengemas kegiatan pembelajaran menggunakan media literasi yang tepat, maka minat membaca, menyimak, menulis, dan berbicara siswa, bisa meningkat. Lantas Cucum mengatur pertemuan KKG tingkat sekolah yang dihadiri oleh guru-guru kelas 1 sampai kelas 6 dan guru mapel berjumlah 27 orang (28/4). Setiap guru diminta pendapatnya mengenai tingkat kemampuan siswa membaca. Guru kemudian diajak

berpikir kemungkinan solusi yang bisa ditempuh.

Guru yang telah mengikuti pelatihan GPS diminta berbagi pengalaman kepada guru yang tidak ikut pelatihan. Perwakilan guru peserta pelatian menjelaskan teknik pembiasaan literasi, teknik menyusun dan memanfaatkan big book dalam pembelajaran. Mereka diminta menjelaskan strategi membaca dan memberi contoh peragaan penggunaan big book.

Para guru tampak antusias tertarik dengan strategi membaca. Mereka meminta untuk praktik membuat big book saat itu juga. Cucum segera menyiapkan ATK yang dibutuhkan. Para guru mengaku terinspirasi dari forum KKG sekolah ini. Mereka yakin ide membuat dan memanfaatkan big book menarik bagi siswa. Big book bagus untuk kegiatan PBM setiap mata pelajaran. {Pri]

Page 12: Kunjungan Direktur Misi USAID Siswa Termotivasi Belajar ... filecalon guru yang dirinya kreatif dan terbiasa berliterasi untuk menjadi inspirasi bagi siswanya,” tutur Parsaoran Siahaan,

Budaya Baca

12

tiga

Tlp. 022-2003133 Fax. 022-2007266

Kunjungi:www.prioritaspendidikan.org

www.siapbelajar.com

Dalam upaya mengembangkan budaya baca, SMPN 2 Banjarsari terus berbenah diri. Salah satunya adalah gelaran pameran buku (30/4). Pameran cukup menarik perhatian siswa dan orangtua.

Dua alasan melatari kegiatan pameran. Pertama, upaya nyata memasyarakatkan budaya baca, khususnya di lingkungan sekolah. Kedua, upaya memotivasi masyarakat, khususnya orangtua siswa, untuk membiasakan membaca dan berperan serta dalam pengembangan perpustakaan sekolah dan sudut baca.

Sebagai sekolah mitra USAID PRIORITAS, SMPN 2 merasa berkewajiban menjadikan lingkungan sekolah sebagai sentra budaya

Nomor 11

Siswa SMPN 1 Padakembang, Tasikmalaya, memanfaatkanlingkungan sekolah sebagai sumber belajar (9/2).

USAID PRIORITAS JAWA BARATmengucapkan

Mohon Maaf Lahir dan Batinتقبل اهللا منا وجعلنا من العائدین والفائزینSelamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H

Pameran Buku Kembangkan Budaya Baca

baca. Sebab, dengan membacalah pengetahuan dan wawasan seseorang bisa makin bertambah.

Ada yang menarik dari kegiatan tersebut, yakni antusiasme dan sambutan orangtua siswa saat mengikuti pameran. Mereka berlomba memilih buku yang sesuai dengan minatnya dan secara bergerombol membaca bersama, diselingi obrolan-obrolan pendek, dan menceritakan buku yang mereka baca.

Saat ditanya kesan, Yeti, orangtua siswa dari Dusun Karangkamal, mengatakan, ”Kegiatan ini sangat baik untuk terus dilakukan karena orangtua juga bisa membaca, yang biasanya di rumah jarang dilakukan.”

Mengenai buku-buku yang dipamerkan, Yeti menilai buku-buku cukup baik, tinggal ditambah jumlah dan jenisnya. Ia mengusulkan lebih banyak ditambah buku-buku pengetahuan keagamaan serta keterampilan. Untuk pengadaan buku, Yeti juga berjanji bila punya rezeki lebih akan turut menambah perbendaharaan buku di sekolah.

Buku yang dipamerkan pada kegiatan ini merupakan koleksi buku bacaan yang ada di perpustakaan sekolah, termasuk hibah yang diterima dari USAID PRIORITAS. Meski jumlah judul buku yang dipamerkan masih terbatas, ternyata tidak mengurangi antusiasme dan apresiasi dari pengunjung. [Sunardi]