28
  Kunthoro Basuki, SH., M.Hum. TINJAUAN MATA KULIAH Mata kuliah yang akan kita pelajari diberi nama “Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia (PIH/PTHI)”. Ruang lingkup mata kuliah PIH/PTHI meliputi pokok-pokok bahasan yang akan dikaji secara lebih terperinci dalam Modul 1 sampai dengan Modul 12, yakni sebagai berikut: 1. Modul 1: Kaidah Sosial. Modul ini membahas tentang manusia dan masyarakat, pengertian kaidah sosial, jenis-jenis kaidah sosial, rasio adanya hukum, serta persamaan dan perbedaan diantara kaidah sosial. 2. Modul 2: Mengenal Kaidah Hukum Modul ini membahas tentang pengertian hukum, kaidah hukum, teori etis, teori utilitis, keadilan distributif, dan keadilan komutatif. 3. Modul 3 : Sumber Hukum Modul ini membahas tentang pengertian sumber hukum, sumber hukum material dan formal, bentuk-  bentuk sumber hukum formal, undang-undang,  pengundangan, asas-asas peraturan perundang- undangan, kebiasaan, treaty, yurisprudensi, doktrin dan perjanjian. 4. Modul 4 : Beberapa Pengertian Hukum Modul ini membahas tentang asas hukum, sistem hukum, klasifikasi hukum, dan peristiwa hukum. 5. Modul 5 : Subjek Hukum, Objek Hukum dan Hak Modul ini membahas tentang manusia sebagai subjek hukum, badan hukum, domisili, objek hukum, hak, hubungan antara hukum dan hak. 6. Modul 6 : Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum Modul ini membahas tentang pengertian penegakan hukum, kekuatan berlakunya peraturan perundang- undangan, budaya hukum, kesadaran hukum, elemen

Kunthoro Basuki

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 1/28

 

Kunthoro Basuki, SH., M.Hum.

TINJAUAN MATA

KULIAH

Mata kuliah yang akan kita pelajari diberi nama

“Pengantar Ilmu Hukum/Pengantar Tata Hukum

Indonesia (PIH/PTHI)”. Ruang lingkup mata kuliah

PIH/PTHI meliputi pokok-pokok bahasan yang akan

dikaji secara lebih terperinci dalam Modul 1 sampai

dengan Modul 12, yakni sebagai berikut:

1. Modul 1: Kaidah Sosial.

Modul ini membahas tentang manusia dan

masyarakat, pengertian kaidah sosial, jenis-jenis

kaidah sosial, rasio adanya hukum, serta persamaan

dan perbedaan diantara kaidah sosial.

2. Modul 2: Mengenal Kaidah Hukum

Modul ini membahas tentang pengertian hukum,

kaidah hukum, teori etis, teori utilitis, keadilan

distributif, dan keadilan komutatif.

3. Modul 3 : Sumber Hukum

Modul ini membahas tentang pengertian sumber 

hukum, sumber hukum material dan formal, bentuk-

 bentuk sumber hukum formal, undang-undang,

 pengundangan, asas-asas peraturan perundang-

undangan, kebiasaan, treaty, yurisprudensi, doktrin

dan perjanjian.

4. Modul 4 : Beberapa Pengertian Hukum

Modul ini membahas tentang asas hukum, sistem

hukum, klasifikasi hukum, dan peristiwa hukum.

5. Modul 5 : Subjek Hukum, Objek Hukum dan Hak 

Modul ini membahas tentang manusia sebagai

subjek hukum, badan hukum, domisili, objek hukum,

hak, hubungan antara hukum dan hak.

6. Modul 6 : Penegakan Hukum dan Penemuan

Hukum

Modul ini membahas tentang pengertian penegakan

hukum, kekuatan berlakunya peraturan perundang-

undangan, budaya hukum, kesadaran hukum, elemen

Page 2: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 2/28

 penegakan hukum, penemuan hukum, metode

interpretasi, metode argumentasi, aliran-aliran dalam

 penemuan hukum, legisme, Begriffsjurisprudenz,

Interessenjurisprudenz, Soziologische rechtsshule,

dan aliran sistem hukum terbuka..

7. Modul 7 : Tata Hukum Indonesia

Modul ini membahas tentang tata hukum nasional,

 politik nasional Indonesia, bidang-bidang hukum di

Indonesia, bentuk peraturan hukum, kilasan produk 

hukum di Indonesia.

8. Modul 8 : Hukum Pidana dan Hukum

Internasional

Modul ini membahas tentang pengertian hukum

 pidana dan hukum internasional, ilmu hukum pidana,

 perbuatan pidana, tujuan hukum pidana, KUHP,

sumber-sumber hukum pidana dan hukum

internasional, subjek hukum pidana dan hukum

internasional, asas-asas hukum pidana dan hukum

internasional, alasan penghapus pidana dan

 penuntutan, sejarah hukum internasional, dan

hubungan hukum internasional dan hukum nasional.

9. Modul 9 : Hukum Lingkungan, Hukum Agraria

dan Hukum Pajak Modul ini membahas tentang pengertian hukum

lingkungan, hukum agraria dan hukum pajak beserta

 pembagian kajian keilmuannya, perkembangan

hukum lingkungan secara internasional maupun

nasional, metode penegakan hukum lingkungan

nasional, arahan pembangunan hukum agraria

nasional, tujuan diundangkannya UUPA dan

manfaatnya bagi sistem hukum nasional, beberapa

hak yang timbul atas tanah, hubungan hukum

lingkungan dan hukum agraria, hubungan hukum

 perdata dan hukum pajak, serta kaitannya denganhukum lingkungan dan hukum agraria, dan

 pembagian pajak dan tata cara pemungutannya

10. Modul 10 : Hukum Administrasi Negara dan

Hukum Tata Negara

Modul ini membahas tentang pengertian hukum

administrasi negara dan hukum tata negara,

 perbedaan prinsipiil antara hukum administrasi

negara dengan hukum tata negara, hubungan antara

hukum administrasi negara dengan hukum tata

negara, asas-asas pemerintahan dan penyelenggaraan

Page 3: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 3/28

administrasi negara yang baik, unsur dan ruang

lingkup dari hukum tata negara, pembagian dan

 perbedaan rakyat antara warga negara dengan

 penduduk, sifat dan pembatasan dari hak kedaulatan

negara, teori dan sistem pemerintahan negara, sertahubungan kerja antara pemerintah pusat dan

 pemerintah daerah.

11. Modul 11 : Hukum Perdata, Hukum Adat,

Hukum Islam

Modul ini membahas tentang pengertian hukum

 perdata, hukum adat dan hukum Islam; isi dari

hukum perdata, hukum adat dan hukum Islam;

sistem dan sumber–sumber hukum perdata, hukum

adat dan hukum Islam; pluralisme hukum perdata di

Indonesia; serta pembagian hukum perdata, hukum

adat dan hukum Islam.

12. Modul 12 : Hukum Acara

Modul ini membahas tentang pengertian hukum

acara pidana, hukum acara perdata, peradilan tata

usaha negara (PTUN); sumber-sumber hukum acara

 pidana dan hukum acara perdata; proses dan tahapan

hukum acara pidana dan hukum acara pedata;

konsepsi tentang bantuan hukum; asas penting dalam

hukum acara perdata; bentuk-bentuk putusan acara perdata dan proses eksekusinya; objek-objek 

sengketa yang bisa diajukan di PTUN; kewenangan

dari PTUN; subjek hukum dari PTUN dan ketentuan

 beracara dari peradilan tentang permasalahan terkait

tata usaha negara.

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, diharapkan

dapat menjelaskan konsep-konsep dasar dari ilmu

hukum dan hukum positif atau tata hukum di

Indonesia.

Petunjuk Cara Mempelajari BMP

Agar mendapatkan hasil yang baik, maka Anda harus

mempelajari BMP ini dengan tahapan berikut ini:

1. Pelajari secara berurutan atau secara hierarkhi,

khususnya Modul I sampai dengan Modul VII,

misalnya dari Modul I dahulu baru meningkat ke

Modul II, III dan seterusnya sampai dengan Modul

VII. Namun untuk Modul VIII sampai dengan XII,

Anda tidak perlu mempelajari secara berurutan.

2. Pelajari setiap Tujuan Instruksional Khusus dari

setiap Pokok Bahasan, agar Anda mengetahui apa

Page 4: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 4/28

yang diharapkan setelah Anda selesai mengikuti

Pokok Bahasan yang bersangkutan.

3. Pelajari materi yang ada pada setiap modul.

4. Kerjakan setiap Latihan pada setiap Kegiatan

Belajar, agar Anda lebih memahami penekanan- penekanan dari setiap Kegiatan Belajar.

5. Kerjakan setiap Tes Formatif yang ada pada setiap

Kegiatan Belajar dan kemudian cocokkan dengan

Kunci Jawaban untuk mengetahui tingkat

 penguasaan Anda.

MODUL 1. KAIDAH SOSIAL

Kegiatan Belajar 1. 

Masyarakat dan Kaidah Sosial

Sifat kaidah sosial yaitu deskriptif, preskriptif dan

normatif; sedangkan kaidah sosial itu terdiri dari

kaidah agama, kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan

dan kaidah hukum. Dalam masyarakat sifat

hubungannya adalah saling membutuhkan, pengaruh

mempengaruhi dan tergantung satu sama lain. Hidup

 bermasyarakat agar kepentingan pribadi dan sosial

terpenuhi dan terlindungi. Kedamaian dalam

masyarakat terealisasi apabila ada ketenteraman danketertiban. Perilaku yang biasa dilakukan dalam

kurun waktu yang lama dan diterima masyarakat

dapat menjadi kaidah. Kaidah hukum perumusannya

tegas dan disertai sanksi yang tegas dan dapat

dipaksakan oleh instansi resmi. Orang bunuh diri

menggambarkan, bagi yang bersangkutan sanksi dari

kaidah kesusilaan lebih berat dibanding sanksi yang

 berasal dari kaidah hukum.

Kegiatan Belajar 2.

Kaidah Hukum dan Kaidah

Sosial yang lain

Konflik kepentingan manusia dianggap sebagai

rasio adanya hukum. Warga masyarakat mengetahui

 bahwa ia berhadapan dengan orang lain dan ia

mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan/atau

harus ditinggalkan. Fungsi kaidah hukum sebagai

social control adalah menganjurkan, menyuruh dan

Page 5: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 5/28

memaksa agar warga masyarakat mentaati hukum.

Kaidah hukum sebagai perlindungan kepentingan

haruslah dinamis. Fungsi khusus yang pertama

menggambarkan adanya hubungan fungsional antara

kaidah hukum dengan kaidah sosial yang lain. Salingmenggeser antara kaidah hukum dengan kaidah

kesopanan terutama terletak pada unsur sanksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, Rien G., 1988, Pengantar Ilmu

Hukum Lengkap, Bina Aksara, Jakarta.

Kartohadiprodjo, Kardiman, 1977, Pengantar Tata

Hukum di Indonesia, PT Pembangunan, Bandung.

Kusumaatmadja, Mochtar, 1980, Hukum,

Masyarakat, dan Pembangunan, Binacipta, Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 1986, Mengenal Hukum

(suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Purbacaraka, Purnadi, dan Soerjono Soekanto, 1979,

Perihal Kaidah Hukum, Alumni, Bandung.

Rahardjo, Satjipto, 1982, Ilmu Hukum, Alumni,

Bandung.

---”--- dkk., 2001, Pengantar Ilmu

Hukum/Pengantar Tata Hukum Indonesia, Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.

Rasjidi, Lili, 1988, Filsafat Hukum, Remadja Karya

CV, Bandung.

Soekanto, Soerjono, dan Soleman B. Taneko,

1981, Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali,

Jakarta.

MODUL 2. MENGENAL KAIDAH HUKUM

Kegiatan Belajar 1.

Mengenal Kaidah Hukum

Dalam literatur, banyak dijumpai macam-macam

 perumusan tentang tujuan hukum yang diajukan oleh

 para sarjana hukum atau ahli hukum. Di antara

rumusan-rumusan tersebut tidak ada keseragaman,

Page 6: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 6/28

namun demikian dapat kita kelompokkan menjadi

tiga. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan

adanya tiga teori tentang tujuan hukum, yaitu: teori

etis, teori utilitis atau utilitarisme atau eudaemonistis,

dan teori gabungan atau campuran.Di antara para sarjana dalam memberikan definisi

hukum tidak ada keseragaman, namun dari definisi-

definisi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga). Berdasarkan isi kaidah hukum dalam

 peraturan hukum konkrit dapat kita ketahui apakah

sifat dari kaidah hukumnya. Ada hubungan

fungsional antara fungsi, tugas dan tujuan hukum.

Dari isi dan makna yang terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945 kita dapat menyimpulkan

 bahwa tujuan hukum yang termuat di dalamnya

adalah membentuk masyarakat yang tata tenteram

karta raharja.

Atas dasar tujuan hukum tersebut, maka dalam

 penyelesaian kasus hendaknya dapat menerapkan

asas kepastian hukum, asas keadilan dan asas

kemanfaatan secara proporsional.

Kegiatan Belajar 2.

Hubungan Hukum dengan

Keadilan dan Kekuasaan

Apabila kedua unsur penegakan hukum tersebut

digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh hakim,

maka harus ditambah unsur kemanfaatan, yang

selanjutnya diterapkan secara proporsional

seimbang. Mengingat ketiga unsur tersebut sangat

 penting dalam penyelesaian kasus, maka dalam

 pembuatan undang-undang harus dirumuskan

sedemikian rupa, sehingga masih memberi

kesempatan hakim untuk menyelesaikan perkaradengan memperhatikan keadilan. Hukum tidak sama

dengan kekuasaan, tetapi hukum dapat merupakan

kekusaan. Kekuasan dapat bersumber pada

wewenang formal atau dapat juga bersumber pada

kekuatan. Dalam penegakan hukum diperlukan

sanksi. Dalam kenyataannya tidak setiap orang yang

melanggar hukum harus dihukum.

DAFTAR PUSTAKA

Apeldoorn, van, 1971, Pengantar Ilmu Hukum,

Pradnya Paramita, Jakarta.

Page 7: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 7/28

Hart, H.L.A., 1970, The Concept of Law, Oxford

University Press, London.

Kansil, C.S.T., 1980, Pengantar Ilmu Hukum danTata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 1990, Mengenal Hukum

(suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Paton, G.W., 1951, A. Textbook of Jurisprudence,

Oxford at the Clarendon Press.

Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekanto *,

1979, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung.

--------- ” ---------- **, 1979, Perundang-undangan

dan Yurisprudensi, Alumni, Bandung.

--------- ” ---------- ***, 1979, Sendi-sendi Ilmu

Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung.

Rasjidi, Lili, 1988, Filsafat Hukum, Remadja Karya

CV, Bandung.

Rahardjo, Satjipto, 1982, Ilmu Hukum, Alumni,Bandung.

Sanusi, Achmad, 1971, Pengantar Ilmu Hukum dan

Tata Hukum Indonesia, Tarsito, Bandung.

Soekanto, 1978, Pengantar Ilmu Hukum, Roneografi.

Sumitro, Ronny Hanitijo, 1980, Permasalahan

Hukum Dalam Masyarakat, Alumni, Bandung.

The Liang Gie, 1971, Teori-teori Keadilan, Super,Yogyakarta.

Utrecht, E., 1961, Pengantar Dalam Hukum

Indonesia, PT Ichtiar, Bandung.

MODUL 3. SUMBER HUKUM

Kegiatan Belajar 1. 

Pengertian Sumber Hukum, 2

Page 8: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 8/28

(dua) Arti Sumber

Hukum dan Undang-undangSebagai Bentuk 

Sumber Hukum Formal

Yang menjadi sumber hukum bukan hanya yang

mempunyai kualifikasi sebagai hukum, namun lebih

luas dari itu. Faktor-faktor kemasyarakat merupakan

sumber isi hukum. Penetapan saat berlakunya

 peraturan perundang-undangan sangat penting untuk 

menjamin kepastian hukum, namun demikian

 berlakunya peraturan perundang-undangan tidak 

harus ditetapkan setelah diundangkannya. Kalau

menetapkan saat berlakunya berbeda dengan asas

yang berlaku, maka harus ditetapkan secara tegas

dalam peraturan perundang-undangan itu sendiri.

Asas-asas peraturan perundang-undangan

melengkapi berlakunya sistem peraturan perundang-

undangan, oleh sebab itu kalau terjadi kasus harus

memperhatikan sifat materi yang diatur dan ruang

lingkup berlakunya.

Kegiatan Belajar 2.

Kebiasaan, Treaty,

Yurisprudensi, Doktrin dan

Perjanjian

Tidak semua perilaku yang diulang menjadi hukum

kebiasaan, sebab masih ada syarat lain. Hukum

kebiasaan dan hukum adat sama-sama sebagai

hukum yang tidak tertulis, sedangkan adatrecht ada

 bagiannya yang tertulis. Undang-undang dan juga

treaty harus diundangkan agar diketahui umum serta

sah berlakunya. Yurisprudensi yang tepat dan baik 

sering diikuti oleh hakim berikutnya sebagai dasar 

dalam memutus perkara yang sejenis. Hal tersebut

kalau dilakukan dalam kurun waktu yang lama dapat

menjadi yurisprudensi tetap. Agar putusannya

 bersifat obyektif dan berwibawa, hakim sering

menggunakan doktrin dalam putusannya. Sebagai

Page 9: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 9/28

unsur pokok atau essensialia adanya perjanjian yang

sah adalah harus memenuhi syarat-syarat sahnya

 perjanjian.

DAFTAR PUSTAKAApeldoorn, van, 1971, Pengantar Ilmu Hukum,

Pradnya Paramita, Jakarta.

Harahap, M. Yahya, 2005, Hukum acara perdata

tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika,

Jakarta.

Kansil, C.S.T., 1980, Pengantar Ilmu Hukum dan

Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 1990, Mengenal Hukum

(suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Paton, G.W., 1951, A. Textbook of Jurisprudence,

Oxford at the Clarendon Press.

Pudjosewojo, Kusumadi, 1983, Pedoman Pelajaran

Tata Hukum Indonesia, Penerbit Universitas.

Rahardjo, Satjipto, 1982, Ilmu Hukum, Alumni,Bandung.

Sanusi, Achmad, 1971, Pengantar Ilmu Hukum dan

Tata Hukum Indonesia, Tarsito, Bandung.

Setiawan, 1992, Aneka Masalah Hukum dan Hukum

Acara Perdata, Alumni, Bandung..

Soedjito, Irawan, 1969, Teknik Membuat Undang-

undang, Pradnya Paramita, Jakarta.

Utrecht, E., 1961, Pengantar Dalam Hukum

Indonesia, PT Ichtiar, Bandung.

MODUL 4. BEBERAPA PENGERTIAN

HUKUM

Kegiatan Belajar 1.

Asas Hukum, Sistem Hukum dan

Page 10: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 10/28

Klasifikasi Hukum

Pengertian hukum berbeda dengan pengertian sehari-hari. Ciri sistem hukum adalah terdiri dari sub-sub

sistem yang saling berhubungan dan saling pengaruh

mempengaruhi, serta diantara sub-sub sistem

tersebut mempunyai struktur tertentu. Asas hukum

ada dalam sistem hukum dan tidak selalu dituangkan

dalam peraturan hukum konkrit. Kalau terjadi

 pertentangan diantara 2 (dua) peraturan perundang-

undangan penyelesaiannya dengan asas hukum, jika

undang-undang itu sendiri tidak mengaturnya.

Manfaat dan tujuan klasifikasi hukum adalah untuk 

kepentingan teoritis dan untuk kepentingan praktis.Dengan terjadi perluasan bidang hukum publik,

maka pada waktu sekarang pembedaan hukum

 publik dan hukum privat tidak dapat dipertahankan

secara konsekuen.

Kegiatan Belajar 2.

Peristiwa Hukum

Peristiwa alamiah dapat menjadi peristiwa hukum jika telah ada peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya. Kaidah hukum dalam peraturan

 perundang-undangan bersifat pasif dan umum, agar 

aktif memerlukan peristiwa alamiah atau peristiwa

konkrit. Seseorang yang terbukti bersalah dan

dijatuhi pidana, itu sebagai akibat adanya peraturan

 perundang-undangan yang menetapkan sebagai

 perbuatan pidana. Pengurusan kepentingan tanpa

diminta sebagai perbuatan yang sah dan mempunyai

akibat hukum, berbeda halnya dengan perbuatan

melawan hukum yang mempunyai akibat hukum

tetapi perbuatannya termasuk yang tidak sah. Suatu

 perbuatan hukum adalah perbuatan yang sah, yang

memiliki 2 (dua) unsur.

DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo, Sudikno, 1990, Mengenal Hukum

(suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Paton, G.W., 1951, A. Textbook of Jurisprudence,

Oxford at the Clarendon Press.

Page 11: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 11/28

Rahardjo, Satjipto, 1982, Ilmu Hukum, Alumni,

Bandung.

Sanusi, Achmad, 1971, Pengantar Ilmu Hukum danTata Hukum Indonesia, Tarsito, Bandung.

MODUL 5. SUBJEK HUKUM, OBJEK HUKUM

DAN HAK 

Kegiatan Belajar 1.

Subjek Hukum

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dianggap

dapat menjadi pendukung hak dan kewajiban. Setiapmanusia sebagai subjek hukum dan mempunyai

kewenangan hukum, dan tidak dibenarkan kalau

sampai hak-hak keperdataannya dihapuskan sama

sekali. Sebagai subjek hukum tidak semua manusia

dapat melakukan perbuatan hukum. Penyamaan

 badan hukum dengan manusia sebagai subjek 

hukum, sifatnya terbatas, sebab ada hak-hak dalam

lapangan hukum badan pribadi dan dalam lapangan

hukum keluarga yang hanya mungkin melekat pada

manusia. Pemegang kekuasaan tertinggi pada

yayasan adalah pengurus, sedang pada PT ada padaRUPS. Pemilihan domisili termasuk hak asasi

manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28E ayat

(1) UUD 1945.

Kegiatan Belajar 2. Objek Hukum

dan Hak 

Objek hukum yang berupa benda mempunyai nilai

atau harga, sehingga perlu ditentukan siapa yang

 berhak atasnya. Dalam perkembangan lalu lintas

hukum telah terjadi perubahan perlakuan terhadap

 benda bergerak, hal itu sebagai akibat adanya benda

 bergerak yang terdaftar. Hak relatif yang timbul

karena perikatan melahirkan timbulnya hak dan

kewajiban secara bertimbal balik. Hak sebagai suatu

kenikmatan, sehingga yang berhak tidak dapat

dipaksa untuk melaksanakan haknya. Dalam

melaksanakan haknya, seseorang tidak bebas artinya

tidak boleh menyalahgunakan haknya dan tidak 

 boleh sampai merugikan orang lain. Lebih dahulu

Page 12: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 12/28

mana antara hukum dan hak itu tergantung dari sudut

 pandangan yang digunakan. Ada hak-hak 

warganegara yang menjadi kewajiban Negara untuk 

memenuhinya, tetapi belum dapat terealisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo, Sudikno, 1986, Mengenal Hukum

(Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Paton, G.W., 1951, A Textbook of Jurisprudence,

Oxford at the Clerendon Press.

Sofwan, Sri Soedewi M., 1975, Hukum Badan

Pribadi, Liberty, Yogyakarta.

Syahrani, Riduan, 1988, Hukum Acara Perdata di

Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka Kartini,

Jakarta.

Vollmar, H.F.A., 1989 Pengantar Studi Hukum

Perdata, terjemahan I.S. Adiwimarta, Rajawali Pers,

Jakarta.

MODUL 6. PENEGAKAN HUKUM DAN

PENEMUAN HUKUM

Kegiatan Belajar 1.

Penegakan Hukum, Budaya

Hukum dan Kesadaran

Hukum

Setiap orang wajib melaksanakan hukum, tetapi

kalau dilanggar penegakannya menjadi monopoli

 penguasa. Penegakan hukum sebenarnya bukan

hanya ditangani oleh lembaga yudikatif. Penegakan

hukum sebagai kegiatan menserasikan hubungan

nilai-nilai dalam kaidah untuk terciptanya kedamaian

dalam pergaulan hidup. Sistem Anglo Saks lebih

menekankan hukum yang lahir dari peradilan, dan

hal itu berbeda dengan keadaan di negara kita yang

 banyak berorientasi pada peraturan perundang-

undangan. Ada yang mengartikan penegakan hukum

sebagai bentuk pelaksanaan peratur-an perundang-

undangan dan/atau putusan hakim. Undang-undang

yang baik, yaitu dibuat oleh DPR dengan persetujuan

 bersama Presiden, berlaku dalam kenyataan dan

Page 13: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 13/28

sesuai dengan Pancasila dan menopang terbentuknya

masyarakat adil dan makmur. Kesadaran hukum

merupakan faktor esensial dari hukum yang berlaku

dan sekaligus merupakan faktor sentral dalam

 penegakan hukum.

Kegiatan Belajar 2.

Penemuan Hukum

Dalam memutus perkara hakim wajib

memperhatikan hukum kebiasaan dan rasa keadilan

yang hidup dalam masyarakat. Kebebasan hakim

tidak bersifat mutlak. Dalam penemuan hukum

 peristiwa konkrit dicarikan dan sekaligus diarahkankepada peraturan hukum, dan sebaliknya peraturan

hukum disesuaikan dengan peristiwa tersebut,

sehingga menjadi peristiwa hukum. Perjanjian

internasional tidak dapat langsung digunakan oleh

hakim, kecuali yang bersifat self executing.

Interpretasi otentik diberikan oleh pembentuk 

undang-undang. Dalam menggunakan metode

interpretasi hakim bebas. Ketentuan hukum yang

mengatur waktu tunggu juga berlaku bagi duda

(bekas suami), tetapi cara penerapannya berbeda

dengan yang berlaku bagi janda.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, 2006, Pembangunan Hukum Dan

Penegakan Hukum Di Indonesia, Yogyakarta.

Departemen Kehakiman, 1994, Seminar Hukum

 Nasional Keenam Tahun 1994 Buku II, BPHN,

Jakarta.

Friedman, 1977, Law and Society, Prentice-Hall,

 New Jersey.

Harahap, M. Yahya, 2005, Hukum Acara Perdata

tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika,

Jakarta.

Loudoe, John Z., 1985, Menemukan Hukum Melalui

Tafsir Dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta.

Manan, Bagir, 2005, Sistem Peradilan Berwibawa

Page 14: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 14/28

(Suatu Pencarian), UII Press, Yogyakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 1986, Mengenal Hukum

(Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta.

--- “” ---, 1993, Hukum Acara Perdata Indonesia,

Liberty, Yogyakarta.

---“”---, 2001, Penemuan Hukum Sebuah

Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Oetojo Oesman, 1994, Ceramah Menteri Kehakiman

RI pada Seminar Hukum Nasional ke-VI, dalam

Varia Peradilan Tahun IX No. 108 September 1994.

Purbacaraka, Purnadi, 1966, Perundang-undangan

dan Jurisprudensi, Tandjung Pengharapan, Jakarta.

Purbacaraka, Purnadi, dan Soerjono Soekanto, 1979,

Perihal Kaidah Hukum, Alumni, Bandung.

Rahardjo, Satjipto, 1982, Ilmu Hukum, Alumni,

Bandung.

Rasjidi, Lili, 1988, Filsafat Hukum, Remadja Karya

CV, Bandung.

Saleh, Ismail, 1988, Budaya Hukum dan

Pembangunan Hukum Nasional, Ceramah Menteri

Kehakiman RI dalam Rangka Kaji Bakti 30 tahun

FISIP UNPAD, dalam Varia Peradilan Tahun III No.

36 September 1988

Sanusi, Achmad, 1977, Pengantar Ilmu Hukum dan

Pengantar Tata Hukum Indonesia, Tarsito, Bandung

Soekanto, Soerjono, 1983, Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV Rajawali,Jakarta.

--- “”----, 1985, Efektivikasi Hukum dan Peranan

Sanksi, Remaja Karya CV, Bandung

MODUL 7. TATA HUKUM INDONESIA

Kegiatan Belajar 1. 

Page 15: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 15/28

Pengertian Tata Hukum Indonesia

Istilah Tata Hukum Indonesia dapat diartikan sebagai

suatu tatanan hukum yang berlaku di Indonesia saatini. Dari hal tersebut maka secara resmi, tatanan

hukum Indonesia berlaku semenjak diproklamasikan

kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

 pembelajaran Tata Hukum Indonesia dimaksudkan

untuk mengetahui hukum yang berlaku sekarang ini

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan aturan hukum akan terikat dengan

 politik hukum yang meliputi melaksanakan hukum,

mempengaruhi perkembangan hukum, dan

menciptakan hukum. Politik hukum Indonesia tidak 

dapat kita lepaskan dari sejarah nasional. Politik 

hukum nasional saat ini tetap dipengaruhi oleh

sejarah politik hukum nasional.

Bidang-bidang hukum senantiasa berkembang sesuai

dengan kepentingan masyarakat. Bidang hukum baru

diadakan mengingat bermacam hal perlu diatur 

dalam suatu peraturan perundangan seiring dengan

 perkembangan tingkat kebutuhan dan kepentingan

anggota masyarakat.

Bidang kajian hukum yang merupakan bidang pokok 

yang ada di dalam tata hukum Hindia Belanda adalahhukum tata negara, hukum administrasi negara,

hukum acara, hukum pidana, hukum perdata, dan

hukum dagang. Namun, di luar bidang-bidang

hukum tersebut, tata hukum nasional saat ini sudah

mengenal beberapa tambahan bidang hukum baru

yang bersifat pokok. Di antaranya yaitu Hukum

Lingkungan, Hukum Agraria, Hukum Islam, Hukum

Adat, Hukum Pajak, Hukum Perburuhan, Sosiologi

Hukum, Politik Hukum, Hukum Teknologi, dan

lainnya.

Kegiatan Belajar 2.

Bentuk Peraturan Hukum

Bentuk peraturan hukum akan bermacam coraknya

mengikuti pada arahan kerja pembentuk undang-

undangnya. Corak yang berbeda ini dapat dilihat

 pada sejarah berlakunya produk hukum di Indonesia.

Produk hukum di Indonesia cukup beragam terutama

Page 16: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 16/28

dengan adanya masa pemberlakuan Undang-undang

Dasar Sementara, masa pemberlakuan Konstitusi

RIS, pemberlakuan UUD 1945 hingga Dekrit

Presiden 5 Juli 1959, maupun perubahan yang terjadi

seiring masa reformasi yang bergulir saat ini.Masing-masing corak produk perundangan yang ada

ini sekaligus mencirikan warna dan karakter masing-

masing pemegang kekuasaan pemerintahan.

Sumber hukum diartikan sebagai tempat asal

(diketemukan) hukum. Sumber hukum dibedakan

menjadi dua yaitu sumber hukum material dan

sumber hukum formal. Sumber hukum material

adalah hal-hal yang seharusnya menjadi isi (materi)

hukum. Isi (materi) hukum itu dipengaruhi oleh

 beberapa faktor, yaitu: faktor historis, filosofis, dan

sosiologis. Sedangkan sumber hukum formal adalah

karena bentuknya (form) itu dijadikan sumber 

hukum. Oleh karena itu, sumber hukum formal

 berupa berbagai bentuk peraturan perundang-

undangan.

DAFTAR PUSTAKA 

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit

Alumni, 1982.

MODUL 8. HUKUM PIDANA DAN HUKUM

INTERNASIONAL

Kegiatan Belajar 1.

Hukum Pidana

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik 

yang mengatur hubungan antara negara dengan

warga negara. Hukum pidana dalam pengertian yang

sempit hanya mencakup hukum pidana materiil

semata. Sedangkan hukum pidana dalam arti luas

 baik mencakup hukum pidana materiil maupun

hukum pidana formal. KUHP yang saat ini

digunakan adalah warisan dari penjajahan Belanda

yang diberlakukan dengan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1946. Asas-asas hukum pidana selain terdapat

dalam KUHP juga terdapat asas-asas hukum pidana

di luar KUHP.

Kegiatan Belajar 2.

Page 17: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 17/28

Hukum Internasional

Hukum internasional ada untuk menjembatanikepentingan hukum antar negara yang melintasi

 batas-batas wilayah. Hukum internasional timbul

karena adanya hubungan saling membutuhkan antar 

negara dalam penyelenggaraan kehidupan

 bermasyarakat. Peran hukum internasional dipakai

sebagai petunjuk pelaksanaan dari hubungan antar 

negara. Sumber hukum yang dipakai dalam

hubungan internasional ini meliputi perjanjian

internasional, prinsip hukum umum, aturan

kebiasaan internasional, dan yurisprudensi

 pengadilan.Pemberlakuan hukum internasional ke dalam hukum

nasional ditentukan dalam isi perjanjian internasional

yang ada. Secara umum perjanjian internasional

dilakukan dalam tahap perundingan dan

 penandatanganan perjanjian. Namun, dalam

 beberapa hal terutama untuk hal yang dianggap

 penting dapat mensyaratkan adanya proses ratifikasi

terlebih dahulu sebelum suatu aturan hukum

internasional dapat diterapkan di dalam hukum

nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Bowett, D.W., 1982, The Law of International

Institution, Steven and Sons, London.

D.Schaffmeister, N.Keijzer, E.P.H. Sutorius, 1995,

Hukum Pidana, diterjemahkan oleh J.E. Sahetapy

Liberty, Yogyakarta.

Istanto, Sugeng, 1998, Hukum Internasional,

Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Jan Remmelink, 2003, Hukum Pidana: Komentar 

atas Pasal-Pasal Terpenting Dari Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana Belanda Dan Padanannya

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Likadja, Frans E., 1988, Desain Instruksional Dasar 

Hukum Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka,

Page 18: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 18/28

Bandung.

Poernomo, Bambang, 1982, Asas-Asas Hukum

Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sapardjaja, Komariah E., 2002, Ajaran Sifat

Melawan Hukum Material Dalam Hukum Pidana Di

Indonesia, Alumni, Bandung.

Suryokusumo, Sumaryo, 1993, Beberapa Kasus

Hukum Organisasi Internasional, Jakarta.

Utrecht, 1960, Hukum Pidana, Penerbitan

Universitas, Bandung.

MODUL 9. HUKUM LINGKUNGAN, HUKUM

AGRARIA, DAN HUKUM PAJAK 

Kegiatan Belajar 1.

Hukum Lingkungan

Hukum Lingkungan merupakan lapangan hukum

yang menjembatani antara kebutuhan manusia untuk 

memanfaatkan lingkungan dengan kelestarian

lingkungan. Sifat pembahasan yang luasmenyebabkan perlunya konsistensi dan koherensi

antara satu peraturan dengan peraturan lainnya.

Termasuk juga koherensi diperlukan antara

ketentuan nasional dengan ketentuan internasional.

Disinilah penegasan peran penting dari Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup sebagai umbrella act (UU

Payung).

Sistem dan regulasi hukum tidak akan berjalan tanpa

 penegakan hukum yang tepat. Penegakan hukum

lingkungan menerapkan sanksi hukum secara

 bertahap, mengingat sifat resistansi lingkungan yang

relatif. Penegakan hukum pertama yang dilakukan

adalah penegakan hukum administratif, selanjutnya

dengan penegakan hukum perdata, dan sanksi hukum

 pidana sebagai ketentuan terakhir.

Kegiatan Belajar 2.

Hukum Agraria

Page 19: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 19/28

Kata Agraria, bisa mempunyai arti yang sempit

(tanah), dan bisa mempunyai arti yang luas (bumi,

air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya). Hukum Agraria, juga bisa

mempunyai arti yang sempit, dan luas, yangobjeknya senada dengan arti kata agraria di atas.

Hukum Agraria dilaksanakan berdasar UUPA yang

 bertujuan untuk: (1) Meletakkan dasar-dasar bagi

 penyusunan hukum agraria nasional; (2) meletakkan

dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan

kesederhanaan dalam hukum pertanahan; dan (3)

Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian

hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat

seluruhnya.

Adapun Hak penguasaan atas tanah dalam hukum

tanah nasional, secara hirarkhi dibagi sebagai

 berikut; (1) hak Bangsa Indonesia; (2) hak 

Menguasai dari Negara; (3) Hak Ulayat masyarakat-

masyarakat hukum adat; dan (4) Hak-hak perorangan

[hak-hak atas tanah; wakaf; hak jaminan atas tanah;

hak tanggungan].

Kegiatan Belajar 3.

Hukum Pajak 

Hukum Pajak adalah keseluruhan peraturan yangmengatur hubungan antara pemerintah sebagai

 pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

Pajak adalah suatu perikatan yang timbul karena

undang-undang yang mewajibkan seseorang atau

 badan yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan

oleh undang-undang, untuk membayar sejumlah

uang tertentu kepada Kas Negara yang dapat

dipaksakan, tanpa mendapat suatu imbalan yang

secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara

(rutin dan pembangunan) dan yang digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan di luar bidang

keuangan.

Agar pemungutan pajak itu mendekati rasa keadilan

maka dalam pemungutan pajak harus memperhatikan

asas-asas perpajakan yang meliputi asas pemungutan

 pajak guna mengetahui negara mana yang

 berwenang memungut pajak, siapa yang dikenai

 pajak dan apa yang dikenai pajak. Di samping itu

 juga harus memperhatikan asas yuridis, asas

finansial, asas ekonomis dan asas pembagian beban

Page 20: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 20/28

 pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo, R. Santoso, 1991, Pengantar Ilmu

Hukum Pajak, Eresco, Bandung.

Gunadi, 1997, Pajak Internasional, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Jakarta.

Hadisoeprapto, Hartono, 1993, Pengantar Tata

Hukum Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi, 1990, Hukum Tata

Lingkungan, Jogjakarta: Gadjah Mada University

Press.

---------,1986, Aspek Hukum Peran Serta

Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Harsono, Boedi,1999, Hukum Agraria Indonesia,

Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok 

Agraria, isi dan Pelaksanaannnya, Djambatan,

Jakarta.

Soemitro, Rochmat, 1991, Pajak Ditinjau dari Segi

Hukum, Eresco, Bandung.

--------, 1992, Asas dan Dasar Perpajakan 1, Eresco,

Bandung.

--------, 1992, Asas dan Dasar Perpajakan 2, Eresco,

Bandung.

--------, 1992, Asas dan Dasar Perpajakan 3, Eresco,

Bandung.

Suparman, 1994, Tindak Pidana di Bidang

Perpajakan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

MODUL 10. HUKUM ADMINISTRASI DAN

HUKUM TATA

NEGARA

Kegiatan Belajar 1.

Page 21: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 21/28

Hukum Administrasi Negara

Hukum Administrasi Negara mempunyai hubunganyang erat dengan Hukum Tata Negara. Hukum

Administrasi Negara melingkupi semua aturan

hukum yang bersifat teknis (negara dalam keadaan

 bergerak), sedangkan Hukum Tata Negara meliputi

semua aturan hukum yang bersifat fundamental

(negara dalam keadaan tetap/tidak bergerak). Sumber 

Hukum Administrasi Negara meliputi undang-

undang, konvensi, yurisprudensi, dan doktrin,

kesemuanya itu tentu saja yang berkaitan dengan

Hukum Administrasi Negara.

Dalam menjalankan fungsinya untuk mewujudkankesejahteraan umum, alat administrasi negara

 berwenang untuk melakukan perbuatan hukum

dengan pihak masyarakat. Pebuatan hukum ini

dilakukan di lapangan hukum privat maupun

lapangan hukum publik. Di samping itu alat

administrasi negara juga diperbolehkan melakukan

kebebasan bertindak yang disebut “freies ermessen”.

Agar tidak bertindak sewenang-wenang dalam

menjalankan fungsinya, maka terdapat tiga belas

(13) asas yang harus diperhatikan oleh alat

administrasi negara.

Kegiatan Belajar 2. 

Hukum Tata Negara

Rakyat sebagai komponen negara otomatis menjadi

warga negara Indonesia. Sedangkan penduduk 

adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang

 bertempat tinggal secara sah di Indonesia. Dalam

rangka perlindungan terhadap warganegara makadicantumkan ketentuan-ketentuan hak-hak asasi

manusia dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Wilayah negara tidak hanya berupa daratan saja,

tetapi juga perairan (laut). Pemerintahan yang

 berdaulat tercermin dalam bentuk negara sebagai

organisasi kekuasaan. Kekuasaan negara

didistribusikan ke dalam berbagai lembaga negara

 baik secara horizontal maupun vertikal. Sifat

hubungan antar lembaga negara utamanya antara

lembaga legislatif dengan eksekutif akan

Page 22: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 22/28

menentukan corak sistem pemerintahannya. Di

samping itu, bentuk susunan negara akan

menyebabkan sifat hubungan antara pemerintah

 pusat dengan pemerintah daerah

DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi, 1981, Hukum Administrasi

 Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Gautama, Sudargo, 1987, Warga Negara dan Orang

Asing, Cetakan ke 4, Alumni, Bandung.

Hadisoeprapto, Hartono, 2000, Pengantar Tata

Hukum Indonesia, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.

Kansil, CST. 1977. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata

Hukum Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Kusnardi. Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata

 Negara Indonesia, PSHTN FHUI , Jakarta.

Marbun, SF, Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok-Pokok 

Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta.

Muchsan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi

 Negara, Liberty, Yogyakarta.

Mustafa, Bachsan, 1990, Pokok-Pokok Hukum

Administrasi Negara, PT Aditya Bakti, Bandung.

Pandoyo, S. Toto, 1985, Wawasan Nusantara dan

Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta

Pembangunan Nasional, Bina Aksara, Jakarta.

Pudjosewojo, Kusumadi, 1971, Pedoman Peladjaran

Tata Hukum Indonesia, PD Aksara, Jakarta.

Soehino, 2001, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta

MODUL 11. HUKUM PERDATA, HUKUM

ADAT, DAN HUKUM ISLAM

Kegiatan Belajar 1.

Hukum Perdata

Hukum mengatur hak dan kewajiban dalam hidup

 bermasyarakat dan juga mengatur bagaimana cara

Page 23: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 23/28

melaksanakan dan mempertahankan hak dan

kewajiban itu. Hukum Perdata yang mengatur hak 

dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat itu

disebut hukum perdata. Hukum Perdata adalah

keseluruhan peraturan yang mempelajari hubunganantara orang yang satu dengan lainnya dalam

hubungan keluarga dan dalam pergaulan masyarakat.

Dalam hubungan keluarga melahirkan Hukum

Tentang Orang dan Hukum Keluarga, sedangkan

dalam pergaulan masyarakat melahirkan Hukum

Benda dan Hukum Perikatan.

Hukum Perdata Materiil itu mengatur persoalan-

 persoalan keperdataan berdasarkan siklus hidup

manusia, yaitu: Hukum tentang Orang

(personenrecht); Hukum Keluarga (familierecht);

Hukum Harta Kekayaan (vermogensrecht); Hukum

Waris (erfrecht). Hukum tentang orang mengatur 

materi yang berkaitan dengan subjek hukum,

 perwalian, pengampuan dan cacat tersembunyi.

Kegiatan Belajar 2. 

Asas-asas Hukum Adat

Hukum Adat mempunyai corak yang tradisional,

religio magis (keagamaan), kebersamaan, konkritdan visual, terbuka dan sederhana, fleksibel, tidak 

dikodifikasikan, musyawarah dan mufakat. Sistem

Hukum Adat mendekati sistem hukum Inggris

(common law) bahkan menurut Djojodigoeno

dikatakan bahwa dalam negara Anglo saxon dengan

sistem hukum common law sama dengan sistem

hukum adat. Yang membedakan adalah sistem

common law sumber atau bahan-bahannya diambil

dari unsur-unsur hukum Romawi kuno, sedangkan

hukum adat sumbernya adalah hukum Indonesia.

Kegiatan Belajar 3.

Asas-asas Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang mengatur berbagai

hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya

sendiri, dengan manusia lain, dan hubungan manusia

dengan benda dalam masyarakat serta alam

sekitarnya.

Syari’ah mempunyai pengertian sebagai hukum-

Page 24: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 24/28

hukum yang telah digariskan oleh Allah kepada para

hambanya agar mereka beriman dan mengamalkan

hal-hal yang membawa kebahagiaan di dunia dan

akhirat. Sedangkan Fiqh atau Hukum Islam adalah

Ilmu tentang hukum-hukum Syariah yang berkenaandengan perbuatan dan amalan manusia dan

didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci.

Hukum Islam bersumber Wahyu/ Firman Allah yang

tercantum di dalam Al-Qur’an dan dalam Sunnah

 Nabi sebagai penjelasannya dan akal manusia yaitu

hasil ijtihad atau ra’yu. Hukum Islam mempunyai

dua objek hukum, yaitu: pertama, peraturan-

 peraturan/ hukum-hukum yang mengatur hubungan

manusia dan Tuhan, yang disebut hukum Ibadah.

Kedua, peraturan-peraturan yang mengatur 

hubungan antara sesama manusia dalam hidup

 bermasyarakat atau antara manusia dengan benda-

 benda di sekelilingnya, yang disebut hukum

Muammalah.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud, 1996, Hukum Islam

Pengantar Ilmu Hukum 1. Hilman Hadikusuma,

1991, Pengantar Ilmu Hukum Adat, Alumni

Bandung.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Buku III tentang Hukum

Perikatan, Alumni, Bandung.

Basyir, Ahmad Azhar, 1982, Ushul Fiqih, , Kota

Kembang, Yogyakarta

Hanafi, Ushul Fiqih, 1971, Wijaya, Jakarta

--------, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, Bulan

Bintang, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir, 1990, Hukum Perdata

Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Prawirohamidjojo, Soetojo. Asis Safioedin, 1986,

Hukum Orang dan Keluarga, Alumni, Bandung.

Satrio, J., 1992, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Setiawan, R. 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,

Page 25: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 25/28

Binacipta, Bandung.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, 1974, Hukum

Benda, Seksi Hukum Perdata FH-UGM, Yogyakarta.

--------, 1974, Hukum Badan pribadi, Liberty,

Yogyakarta.

--------, 1974, Hukum Perutangan A dan B, Seksi

Hukum Perdata FH-UGM, Yogyakarta.

Subekti, 1986, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa,

Jakarta.

Subekti dan Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Burgerlijk Wetboek, PT.

Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudiyat, Iman, 1981, Hukum Adat Sketsa Asas,

Liberty, Yogyakarta .

--------, 1982, Hukum Adat Bekal Pengantar,

Liberty, Yogyakarta.

Wignjodipoero, Soerojo, 1993, Pengantar dan Asas

Asas Hukum Adat, Djambatan. Jakarta.

MODUL 12. HUKUM ACARA

Kegiatan Belajar 1.

Hukum Acara Perdata

Pengelompokan hukum berdasarkan fungsinya

meletakkan hukum acara perdata dalam ranah hukum

 perdata formal (adjective law) karena ia merupakan

ketentuan hukum yang mengatur bagaimana cara

mempertahankan, menjamin, sekaligus menegakkan

hukum perdata materiil di pengadilan. Di dalam

upaya penegakan hukum perdata materiil melalui

hukum acara perdata di pengadilan, ada beberapa

asas penting harus diperhatikan. Asas penting

tersebut misalnya adalah asas “pemeriksaan perkara

dalam sidang pengadilan yang terbuka” dan asas

“Putusan hakim harus memuat alasan-alasannya”.

Asas-asas tersebut dimaksudkan untuk membuka

 peluang kontrol sosial, menjaga objektifitas dan

 jaminan HAM serta merupakan perwujudan

Page 26: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 26/28

 pertanggungjawaban pengadilan (akuntabilitas)

 pengadilan terhadap masyarakat, para pihak,

 pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum dalam

 proses penegakan hukum perdata materiil dengan

instrumen hukum perdata formal di pengadilan.

Kegiatan Belajar 2.

Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana atau hukum formal atau hukum

in konkrito merupakan sekumpulan norma yang

mengatur cara alat negara untuk menegakkan hukum

 pidana materiil. Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Acara Pidana (KUHAP) bertujuanuntuk menggantikan Hukum Acara Pidana Lama

(HIR) yang sudah tidak sesuai dengan kemerdekaan,

 perlindungan HAM dan profesionalisme penegak 

hukum.

Tujuan KUHAP adalah untuk mencapai kebenaran

materiil, artinya kebenaran yang sesuai dengan

 peristiwa, tersangka atau terdakwa belum bisa

dinyatakan bersalah kecuali ada alat bukti yang

cukup, terdapat unsur kesalahan, dan mendapatkan

kesempatan untuk melakukan pembelaan secara

wajar. KUHAP pada prinsipnya mengatur tentanghak-hak tersangka dan terdakwa serta mengatur 

 pelbagai tatacara penyidikan, penuntutan,

 pemeriksaan sidang, upaya hukum dan eksekusi.

Kegiatan Belajar 3.

Hukum Acara PTUN

Berkenaan dengan pelaksanaan hukum yang

menimbulkan sengketa antara pihak-pihak yangsaling bertentangan kepentingannya, dikenal

 prosedur penyelesaian sengketa melalui peradilan,

 baik umum maupun khusus. Peradilan umum adalah

 peradilan rakyat pada umumnya, baik yang

menyangkut perkara perdata maupun pidana,

diselenggarakan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan

Tinggi dan Mahkamah Agung. Sedangkan peradilan

khusus adalah peradilan yang secara spesifik 

mengadili perkara atau golongan rakyat tertentu saja.

PTUN termasuk ke dalam kategori peradilan khusus

karena ia hanya mengadili perkara dalam sengketa

Page 27: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 27/28

TUN. Prosedur PTUN maupun upaya administratif,

selain bersifat represif, pada hakekatnya merupakan

 bentuk pengawasan yang bersifat internal (built in

control) terhadap badan atau pejabat yang secara

struktural keorganisasian masih termasuk dalamlingkungan organisasi dari badan atau pejabat TUN

yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisoeprapto, Hartono, Pengantar Tata Hukum

Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2001.

Harahap, Yahya, Hukum Acara Perdata: tentang

Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan

Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Juliana, I Nengah, Kompilasi Perundang-undangan

dan Penegakan Hukum di Indonesia, Citra Aditya

Bakti, 2004.

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata

Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993.

Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka,

Bandung.

Muchsan, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan

Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara

di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1992.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Acara Perdata

Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

 N.E Agra, Mula Hukum, Bina Cipta, Bandung, 1983.

Poernomo, Bambang, 1982, Asas-Asas Hukum

Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prodjohamidjojo, Martiman, Hukum Acara

Pengadilan Tata Usaha Negara dan UU PTUN 2004,

Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri,

Pradnya Paramita, Jakarta, 1994

Soemitro, Rochmat, Peradilan Tata Usaha Negara,

Eresco, Bandung, 1987.

Sutanto, Retnowulan. Iskandar Oeripkartawinata,

Page 28: Kunthoro Basuki

5/10/2018 Kunthoro Basuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kunthoro-basuki 28/28

Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,

Mandar Maju, Bandung 1997.