Upload
abu-abdirrahim
View
35
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
semoga bermanfaat. sebuah karya yang semoga mencerahkan
Citation preview
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPONDOK PESANTREN ABU HURAIRAH
SMP/SMA ISLAM FULLDAYMATARAM, NTB
2015
Disusun oleh:
KURNIAWAN ARIZONA, M.Pd.
IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI KEMAGNETANBERBASIS INKUIRI (MTDKBI) MELALUI STRATEGI
KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN SIKAPILMIAH, KECAKAPAN SOSIAL DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA
LOMBA SIMPOSIUM GURUTINGKAT NASIONAL 2015
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 ii
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya karya ini dapat terselesaikan. Karya ini
berjudul “Implementasi Media Tiga Dimensi Kemagnetan Berbasis Inkuiri
(MTDKBI) Melalui Strategi Kooperatif Terhadap Peningkatan Sikap Ilmiah,
Kecakapan Sosial dan Hasil belajar kognitif Siswa”. Penulisan karya ini sebagai
salah satu bentuk usaha memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan
khususnya pembelajaran di sekolah.
Penyusunan karya ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Mudir dan Kabid Akademik Pondok Pesantren Abu Hurairah atas dukungan
dan izin yang telah diberikan.
2. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SMP, SMA Islam Fullday dan MA Plus
Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram atas dukungan dan motivasi tiada
henti.
3. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan karya ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., atas motivasi untuk terus berkarya.
5. Bapak Kepala Sekolah, Staf pengajar, pegawai, dan siswa-siswa SMPN 10
Mataram atas izin, fasilitas dan waktu yang diberikan.
6. Istriku tersayang Ramdhani Sucilestari, M.Pd., yang senantiasa mendampingi
dan memberikan masukan serta koreksi yang sangat berarti dalam penyusunan
karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan khususnya pembelajaran IPA.
Mataram, 31 Oktober 2015
Penulis
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 iv
ABSTRAK
Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran.Pada penelitian ini telah dibuat media tiga dimensi kemagnetan (MTDK) yangmemiliki karakteristik murah, sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Cirikhas lainya, MTDK yang berbasis inkuiri (BI) yang mengikuti sintaks modelpembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa(PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) yang melatih siswauntuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi MTDKBI melalui strategipembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk kecakapan sosial siswaketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok mereka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kecakapan sosial, sikapilmiah, dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa dari implementasi MTDKBIyang diintegrasikan melalui strategi kooperatif. Metode penelitian yang digunakanadalah metode eksperimen semu dengan desain penelitian one group pretest postdesign. Instrumen penelitian berupa angket kecakapan sosial, angket sikap ilmiah,dan tes hasil belajar hasil belajar kognitif yang diberikan pada awal dan akhirpenelitian. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan menunjukkanbahwa implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif dapatmeningkatkan kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar kognitif siswa.
Kata kunci: MTDKBI, STAD, Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, Hasil BelajarKognitif
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................. iSURAT PERNYATAAN ......................................................................... iiKATA PENGANTAR .............................................................................. iiiABSTRAK................................................................................................ ivDAFTAR ISI............................................................................................. vDAFTAR TABEL..................................................................................... viDAFTAR GAMBAR ................................................................................ viiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................. viiiBAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................ 21.3 Tujuan .................................................................................. 21.4 Manfaat ................................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)........................ 42.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri ............................................. 52.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif ........................................ 62.4 Sikap Ilmiah ......................................................................... 82.5 Kecakapan Sosial ................................................................. 92.6 Hasil Belajar Kognitif .......................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL3.1 Karakteristik MTDKBI........................................................ 113.2 Peningkatan Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, dan
Hasil belajar kognitif Siswa dengan MTDKBImelalui Strategi Kooperatif ................................................. 12
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI4.1 Simpulan ................................................................................. 174.2 Rekomendasi........................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 20
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STAD ................................... 8
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Data pretes, postes dan N-gain sikap ilmiah,
kecakapan sosial, dan hasil belajar kognitif siwa .................12
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Biodata Penulis..................................................................... 20
Lampiran 2. RPP....................................................................................... 21
Lampiran 3. Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa..................................... 26
Lampiran 4. Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa ............................ 33
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Substansi IPA berkaitan dengan mempelajari fenomena alam secara
sistematis. Penekanannya pun tidak terbatas pada penguasaan konsep, tapi
diperlukan proses-proses penemuan ala ilmuan. Hal inilah yang melandasi salah
satu tujuan dari pembelajaran IPA di jenjang SMP yaitu siswa ditekankan untuk
melakukan serangkaian kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap, dan berperilaku ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting dalam menumbuhkan kecakapan hidup siswa. Sayangnya,
implementasi pembelajaran Fisika secara umum di SMP masih dilandasi dengan
pendekatan teacher oriented yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap
sikap ilmiah dan kecakapan sosial siswa yang belum terbina dengan baik.
Pembelajaran fisika SMP memerlukan sebuah media khususnya pada
materi-materi yang bersifat abstrak misalnya materi kemagnetan. Oleh karena itu
diperlukan media pembelajaran yang mampu menjembatani suatu yang abstrak
menjadi konkret. Sebuah media pembelajaran telah dibuat peneliti yaitu media
dimensi kemagnetan (MTDK). Pembuatan media ini bertujuan untuk memberi
pengalaman secara langsung kepada siswa, penyajian materi kemagnetan secara
konkret, dan menghindari verbalisme. MTDK yang dibuat, dikemas dalam
pembelajaran berbasis inkuiri (BI) yang dituangkan dalam panduan inkuiri
kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS),
sebagaimana yang ditekankan oleh kaum konstruktivis dengan harapan dapat
mendukung perkembangan sikap ilmiah dan proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Dalam proses pembelajaran, tidak dipungkiri terdapat berbagai kendala di
antaranya keterbatasan waktu, besarnya jumlah siswa dalam suatu kelas,
kekurangan sarana dan prasarana pendukung serta variasi kemampuan guru.
Implementasi MTDKBI memerlukan strategi yang tepat untuk mengeliminasi
permasalahan ini. Strategi pembelajaran kooperatif diharapkan dapat
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 2
mengoptimalkan MTDKBI dan mereduksi beberapa kelemahan yang disebutkan di
atas. Selain dapat dikembangkan dalam peningkatan kompetensi akademik,
pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kecakapan sosial
siswa. Peneliti memilih strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment
Division) dengan tujuan agar siswa terangsang oleh tugas yang diberikan dan aktif
mencari pemecahan masalah dengan belajar bersama dan saling membantu dalam
kelompoknya. Di samping itu, siswa juga dilatih untuk mengemukakan pendapat
dan berdiskusi antar anggota kelompok.
Implementasi penggunaan MTDKBI yang diintegrasikan dengan strategi
kooperatif tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana akademik yang lebih
mendukung terjadinya perubahan paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang
sebelumnya lebih berorientasi pada materi (subject matter) dan berpusat pada guru
(teacher-centered) sebagai otoritas tunggal di kelas dapat bergeser menuju ke pola
pembelajaran Fisika yang lebih berorientasi pada kegiatan belajar siswa (student-
centered). Dalam hal ini, siswa dapat terlibat secara aktif membangun pengetahuan
dan keterampilannya dan guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
bagi siswa.
Perpaduan antara MTDKBI dengan strategi kooperatif tipe STAD dapat
mendorong terjadinya suasana belajar aktif dan dinamis, serta memberikan
pengaruh yang lebih positif terhadap perkembangan sikap ilmiah, kecakapan sosial,
dan hasil belajar hasil belajar kognitif fisika siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana karakteristik MTDKBI yang dibuat?
b. Bagaimana peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar
kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui karakteristik MTDKBI yang dibuat.
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 3
b. Untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar
kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif.
1.4 Manfaat
a. Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan khasanah keilmuan dalam
bidang pembelajaran IPA khususnya bidang Fisika pada jenjang pendidikan
SMP.
b. Dapat memberikan bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan bahwa perlu
adanya inovasi dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 4
BAB IIKAJIAN TEORI
2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada
penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran (Muhson, 2010). Media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegunaan praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut: a) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar,
b) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
peserta didik dan lingkungannya dan mungkinkan peserta didik untuk belajar
sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, c) media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu (Sanjaya, 2011).
Jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran di antaranya media dua dimensi, media tiga dimensi, media proyeksi,
media audio, dan lingkungan sebagai media pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2011).
Menurut Daryanto (2010), media tiga dimensi merupakan sekelompok media tanpa
proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Moedjiono (1992) yang
dikutip oleh Daryanto (2010) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi
memiliki kelebihan-kelebihan yaitu: a) memberikan pengalaman secara langsung,
penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme, b) dapat menunjukkan objek
secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, c) dapat diperlihatkan struktur
organisasi secara jelas, d) dapat mewujudkan alur suatu proses secara jelas.
Kelemahan media tiga dimensi yaitu tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 5
yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya
yang rumit.
2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Salah satu model pembelajaran konstruktivis yang diharapkan dapat
mengoptimalkan penggunaan MTDK untuk meningkatakan pemahaman dan sikap
ilmiah siswa adalah pembelajaran berbasis inkuiri (BI). Menurut Bass et al. (2009)
pembelajaran inkuiri merupakan suatu pendekatan di dalam mempelajari dan
memahami alam sekitar melalui serangkaian kegiatan meliputi merumuskan
pertanyaan, melakukan investigasi, observasi, dan menjelaskan hasilnya.
National Science Education Standard (NSES) menjelaskan inkuiri dalam
pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan
beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan;
memeriksa buku dan sumber lain dari informasi untuk melihat apa yang telah
diketahui sebelumnya; merencanakan investigasi; memeriksa ulang apa yang telah
diketahui di pandang dari sudut kegiatan eksperimen; menggunakan alat untuk
mengumpulkan data; menganalisis dan menginterpretasikan data, mengajukan
jawaban, menjelaskan dan memprediksi, serta mengkomunikasikan hasil (Muchtar
& Arsidah, 2009).
Hinduan, et al. (2007) menekankan, melibatkan siswa secara aktif dalam
proses inkuiri ilmiah selama pembelajaran merupakan tuntunan dasar dalam
pelajaran Fisika. Harapan bahwa pembelajaran IPA mampu menanamkan dan
membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan
mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan
menjadi agen pendidikan yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa. Menurut
Hamalik (2011) proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator,
narasumber dan penyuluh kelompok. Siswa didorong untuk mencari pengetahuan
sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.
Pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini diadaptasi dari Gulo
(2008); Jufri (2008); Bass, et al. (2009) yang dituangkan dalam lembar hasil inkuiri
kemagnetan siswa (LHIKS) dengan tahapan sebagai berikut,
a. Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 6
Pada tahap ini, guru memberikan pertanyaan pengarah pada siswa melalui
LHIKS, sebagai bekal siswa dalam merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Setelah masalah berhasil distrukturkan oleh siswa, siswa diharapkan dapat
mengajukan hipotesis untuk menjelaskan ide ataupun gagasan mereka yang
dituangkan dalam LHIKS.
c. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini siswa melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis yang
telah dirumuskannya. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan
data. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan mereka menetapkan cara
melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesisnya, sedangkan guru hanya
menyediakan sarana seperti LHIKS, MTDK, lembar panduan inkuiri
kemagnetan siswa (PIKS) dan sebagainya yang diperlukan siswa dalam
eksperimen. Setelah itu siswa mengumpulkan data yang diperlukannya. Data
yang dihasilkan dapat berupa data mentah, tabel, dan grafik.
d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh, baik data kualitatif maupun kuantitatif.
Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah.
Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis itu salah atau ditolak, siswa
dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa yang ditulis pada LHIKS.
2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif
Implementasi MTDKBI dalam pembelajaran di kelas diintegrasikan dengan
strategi kooperatif. Selain dapat meningkatkan hasil belajar, pembelajaran
kooperatif juga efektif melatih kecakapan sosial siswa. Menurut Slavin (2011),
pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori Vygotsky, yang
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 7
telah digunakan untuk mendukung metode pembelajaran di kelas dan menekankan
pembelajaran kooperatif, yang telah memainkan peranan penting pada hakikat
pembelajaran sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang paling sering
digunakan dan sangat dianjurkan oleh para ahli pendidikan (Rusman, 2010).
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas (cara pembelajaran dan jenis
kegiatan siswa), tujuan (tingkat ketergantungan siswa untuk menyelesaikan tugas),
dan penghargaan (reward) kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain
untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan
tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok terbaik (Ibrahim et al.,
2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi
siswa dengan hasil belajar rendah (Ludgren, 1994; Nur et al., 1987) yang dikutip
oleh Ibrahim et al. (2000) sebagai berikut: a) meningkatkan pencurahan waktu pada
tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki kehadiran, d)
penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, e) perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, f) konflik antar pribadi berkurang, g) sikap apatis
berkurang, h) motivasi lebih besar atau meningkat, i) hasil belajar lebih tinggi, dan
j) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Berdasarkan keunggulan dan manfaat pembelajaran kooperatif di atas,
penggunaan MTDKBI akan lebih tepat diterapkan dengan menggunakan strategi
kooperatif. Diharapkan dengan strategi kooperatif akan mereduksi permasalahan
pembelajaran yang bersifat klasikal dengan jumlah siswa yang banyak. Menurut
Arends (2008), lingkungan pembelajaran kooperatif mempersiapkan siswa untuk
belajar tentang kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial yang sangat berharga
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 8
yang akan mereka gunakan sepanjang hidupnya. Pembelajaran kooperatif yang
diterapkan peneliti adalah strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment
Division).
Strategi kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan salah satu strategi kooperatif yang
banyak diteliti di berbagai ranah pelajaran termasuk IPA. Rusman (2010)
memaparkan, dalam strategi kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok. Menurut Ibrahim (2000); Arends (2008); Slavin (2011), jumlah anggota
dalam satu kelompok 4-5 orang yang harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan
perempuan, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sintaks strategi
kooperatif tipe STAD tersaji pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STADSintaks KegiatanPembagianKelompok
Guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yangheterogen dari segi jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik.
Presentasi GuruGuru menyampaikan materi pelajaran. Di dalam proses pembelajaran gurudibantu oleh media, demonstrasi, dan lain-lain. Dijelaskan juga tentangketerampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Kegiatan Belajardalam Tim
Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman, sehingga semuaanggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Selama timbekerja guru melakukan pengamatan, memberi dorongan, membimbing danmemberi bantuan jika diperlukan.
Pelaksanaan Kuis(Evaluasi)
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu dan tidakdibenarkan bekerjasama. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar siswasecara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan memahamibahan ajar.
Perhitungan SkorSetiap siswa diberikan skor dasar dari skor kuis sebelumnya atau skor yangsudah dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk memancing motivasi siswaagar belajar lebih baik dari sebelumnya.
PemberianPenghargaan
Guru dapat memberi penghargaan berupa sertifikat atau bentukpenghargaan lainnya kepada kelompok siswa yang berhasil mencapaikriteria yang sudah ditentukan oleh guru.
(Sumber: Rusman, 2010)
2.4 Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar. Sikap ilmiah merupakan salah satu unsur
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 9
yang ada di hakikat IPA (Puskur, 2007a). Sikap ilmiah sangatlah penting bagi siswa
karena dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang
dihadapi, sehingga tidak apriori terhadap fenomena alam yang terjadi (Wahyudiati,
2010).
Menurut Hassard & Dias (2009), indikator sikap ilmiah pada kelas IX pada
jenjang sekolah menengah diarahkan untuk mengacu pada Project 2061 NSES yaitu
curiosity (rasa ingin tahu), honesty (kejujuran), openness (keterbukaan), dan
skepticism (skeptis). Sementara yang ditetapkan BSNP (2006) tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menjelaskan bahwa mata pelajaran
IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, obyektif, teliti, terbuka, tanggung jawab, disiplin, dan dapat bekerjasama
dengan orang lain. Menurut Arifin (2007) yang mengacu pada pendapat
Brotowidjoyo, orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki 7 sikap
ilmiah: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela
menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap
menjangkau ke depan.
Indikator sikap ilmiah yang diteliti yaitu: rasa ingin tahu, kejujuran,
keterbukaan, skeptis, objektivitas, ketelitian, kedisiplinan, tanggung jawab,
keberanian dalam kebenaran, dan berpikir ke depan.
2.5 Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua yaitu kecakapan berkomunikasi
dan bekerjasama (Tim Broad Based Education, 2003).
a. Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun
tulisan. Sebagai makhluk sosial yang tinggal dalam masyarakat, suatu instansi atau
tempat kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Dalam realitasnya komunikasi lisan ternyata tidak mudah
dilakukan. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan
karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaian yang kurang berkenan.
Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana memilih kata dan cara
penyampaian supaya mudah dipahami oleh lawan bicara. Karena komunikasi
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 10
secara lisan adalah sangat penting, maka perlu ditumbuh kembangkan sejak dini
kepada siswa. Demikian juga dengan kecakapan berkomunikasi secara tertulis,
dalam hal ini diperlukan kecakapan cara menyampaikan pesan secara tertulis
dengan pilihan kata, kalimat, tata bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami
orang yang membaca tulisan tersebut (Puskur, 2007b).
b. Kecakapan bekerjasama
Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak
dapat dielakkan sepanjang hidup manusia. Salah satu hal yang diperlukan untuk
bekerja dalam kelompok adalah kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu
dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya kompleks.
Kerjasama yang dimaksud adalah adanya saling pengertian dan membantu antar
sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan dapat
membangun semangat komunitas yang harmonis (Puskur, 2007b). Kecakapan
sosial yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kecakapan berkomunikasi lisan,
kecakapan berkomunikasi tulisan dan kemampuan bekerjasama.
2.6 Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2004). Usman (2005), menganggap hasil belajar
yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran
yang direncanakan guru sebelumnya.
Menurut Sudjana (2005) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dalam taksonomi Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga domain sebagai berikut: (a)
domain hasil belajar kognitif atau kemampuan berpikir, (b) domain afektif
berkenaan dengan sikap, dan (c) domain psikomotorik berkenaan dengan
keterampilan. Pada penelitian ini hasil belajar yang ingin diteliti berdasarkan enam
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 11
kategori hasil belajar kognitif dari taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6) (Anderson & Krathwohl, 2008).
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 12
BAB IIIPEMBAHASAN DAN HASIL
3.1 Karakteristik MTDKBI
Sebuah media pembelajaran yang dibuat peneliti yaitu media tiga dimensi
kemagnetan (MTDK). Dari segi ketersediaan alat dan bahan-bahan yang digunakan
dalam percobaan, MTDK mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah.
MTDK merupakan media yang sangat sederhana dan mudah untuk
diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Magnet yang digunakan terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran. Memaksimalkan pemanfaatan dari magnet-magnet
tersebut sebagai media pembelajaran pada materi kemagnetan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi kemagnetan.
Kelebihan dari MTDK adalah media yang digunakan sederhana, namun
dapat membantu siswa memahami materi kemagnetan menjadi lebih baik. Media
pembelajaran tidak harus mahal dan canggih, tetapi yang lebih penting adalah
fungsi dan peranannya dalam mempertinggi proses pembelajaran (Sudjana & Rivai,
2011). Selain itu yang paling penting adalah MTDK dapat dipraktekkan langsung
oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
Implementasi MTDK dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri (BI)
dengan mengikuti sintaks model pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan
inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa
(LHIKS) yang melatih siswa untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi
MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk
kecakapan sosial siswa ketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam
kelompok mereka.
Penggunaan MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses
pembelajaran berguna untuk membangun konsep siswa, yang tidak hanya
memahami sifat kemagnetan sebatas permukaan, namun siswa dapat menyelidiki
lebih mendalam sifat magnet tersebut, sesuai yang terkandung pada KD 4.1
Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet dan KD 4.2
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 13
Mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi. Misalnya
mengaitkan ukuran dan bentuk magnet yang berbeda-beda terhadap kekuatan gaya
tarik magnet. Siswa juga dapat menyelidiki lebih mendalam melalui percobaan
hubungan jarak suatu magnet terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa pun
dapat mengaplikasikan dan memanfaatkan magnet dalam beberapa keperluan
misalnya pembuatan kompas, generator dan motor listrik sederhana.
3.2 Peningkatan Sikap Ilmiah, Kecakapan Sosial, dan Hasil belajar kognitif
Siswa dengan MTDKBI melalui Strategi Kooperatif
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar
hasil belajar kognitif fisika siswa. Sikap ilmiah siswa yang awalnya 71,9 meningkat
menjadi 87,28 atau terjadi peningkatan sebesar 52%. Kecakapan sosial siswa yang
awalnya 76,41 meningkat menjadi 90,87 atau terjadi peningkatan sebesar 61%.
Nilai pretest hasil belajar kognitif siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,52 pada
postesnya dengan peningkatan sebesar 49% (Gambar 3.1).
Gambar 3.1. Data pretes, postes dan N-gain kecakapan sosial, sikap ilmiah,dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa
a. Sikap ilmiah siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan
sikap ilmiah siswa. Penerapan pembelajaran dengan MTDKBI melatih siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah seperti ilmuan
71.9
87.28
[VALUE]%
76.41
90.87
[VALUE]%
50
73.52
[VALUE]%
Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain
Sikap Ilmiah Kecakapan Sosial Kognitif
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 14
menemukan sesuatu yang baru. Melalui LHIKS dan PIKS yang merupakan satu
kesatuan dengan MTDKBI, siswa dilatih untuk merumuskan masalah, membuat
hipotesis, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat
kesimpulan. Secara tidak langsung hal ini akan melatih dan menanamkan sikap
ilmiah pada siswa yang diperlukan untuk menjadi seorang calon ilmuan (scientist).
Implementasi MTDKBI yang dipadukan dengan strategi kooperatif menjadi
salah satu jawaban dari persoalan yang terjadi selama ini dalam memompa sikap
ilmiah siswa agar menjadi lebih baik. Sikap ilmiah hendaknya menjadi bekal bagi
setiap siswa sebelum merespon sesuatu baik dalam bentuk ucapan maupun
tindakan. Sikap ilmiah yang ditanamkan melalui proses pembelajaran dapat melatih
pembentukan karakter siswa yang termuat dalam indikator sikap ilmiah yaitu rasa
ingin tahu, kejujuran, keterbukaan, skeptis, objektivitas, kedisiplinan, tanggung
jawab, keberanian dalam kebenaran, berpikir ke depan dan ketelitian.
Siswa dilatih rasa ingin tahu dan berpikir ke depan dengan membuat
rumusan masalah dan hipotesis dalam LHIKS. Kejujuran mereka diasah dengan
melaksanakan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada pada PIKS,
mengerjakan kuis dan menjawab pertanyaan oleh guru tanpa membuat kecurangan
dengan menyontek maupun bertanya pada temannya. Kedisiplinan, mereka
diajarkan agar dalam mengerjakan eksperimen diusahakan tepat waktu. Ketelitian
mereka ditempa dengan melaksanakan percobaan seteliti mungkin sebelum data
yang diperoleh diolah kemudian mengulangi lagi percobaan yang mereka lakukan.
Skeptis mereka dilatih dengan tidak langsung percaya terhadap asumsi atau
hipotesis yang mereka bangun namun harus dibuktikan terlebih dahulu melalui
percobaan, mengumpulkan, dan menganalis data serta memverifikasikan dengan
literatur (Buku Saku Kemagnetan Siswa). Keberanian dalam kebenaran dan
objektivitas mereka dilatih ketika menulis data hasil penelitian sesuai dengan
eksperimen walaupun berbeda dari hipotesis dan literatur yang ada.
Pada dasarnya, semua indikator sikap ilmiah siswa terbina dengan
serangkaian kegiatan eksperimen yang dilakukan mulai dari menyusun rumusan
masalah sampai mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman kelompoknya
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 15
dan menyimpulkan pendapat yang paling relevan sebagai suatu kesimpulan
kelompoknya.
b. Kecakapan sosial siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan
kecakapan sosial siswa. Hal ini karena siswa dilatih untuk berkomunikasi dan
berkerjasama melalui kegiatan percobaan dengan MTDK yang dipandu dengan
PIKS dan LHIKS. Secara tidak langsung kegiatan ini menjadikan siswa
berinterakasi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan serangkaian tugas pada
LHIKS. Setiap siswa dalam kelompoknya akan saling bertanya mengenai prosedur
percobaan dan penggunaan alat dan bahan agar sesuai dengan yang diharapkan
pada PIKS. Siswa terlihat lebih aktif karena ada tugas yang lebih kompleks yang
harus mereka selesaikan. Siswa menemukan jawaban dengan memverifikasikan
data melalui eksperimen, sehingga komunikasi dan kerjasama yang terjadi tidak
terbatas pada materi yang tertuang pada buku saja.
Salah satu ciri khas dari MTDKBI terletak pada memberikan peluang
kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan mengikuti PIKS yang telah
disediakan ala ilmuan. Siswa-siswa yang berada pada setiap kelompok secara tidak
langsung akan saling bertanya (berkomunikasi lisan) dan bekerjasama untuk
melakukan kegiatan eksperimen pada MTDKBI yang telah disediakan serta
mengkomunikasikan dalam bahasa tulisan pada LHIKS, sehingga terjalin
komunikasi dan kerjasama yang baik antara siswa satu dengan yang lain.
Jufri & Jekti (2010) menyatakan bahwa salah satu karakteristik khas dari
kegiatan inkuiri dalam bidang sains adalah pemberian peluang bagi siswa untuk
berlatih mengkomunikasikan hasil kegiatan belajarnya melalui penulisan laporan
ilmiah sederhana. Hal senada juga dikemukakan Suma (2010), yakni dalam inkuiri
siswa belajar aktif secara fisik dan mental melalui pengalaman langsung,
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dari berbagai sumber, mengambil
keputusan dari berbagai alternatif jawaban.
Penggunaan MTDKBI dengan strategi kooperatif menjadi salah satu solusi
untuk menopang kecakapan sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa. Sebagai
makhluk sosial, setiap siswa perlu dibekali kecakapan sosial semenjak dini. Dengan
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 16
bekal kecakapan sosial, seseorang akan dapat menjalani kehidupan dengan baik di
tengah makin krisisnya budaya santun dalam berkomunikasi dan mengikisnya etika
dalam berinteraksi antar sesama.
c. Hasil belajar kognitif Siswa
Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa. Aktivitas belajar melalui MTDKBI dapat menjadi
sarana bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan
indikator pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam mengoperasikan media yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran memberikan pengalaman belajar secara
langsung, sehingga siswa melalui tahapan pembelajaran yang berkesan. Proses
pembelajaran seperti ini berdampak pada pengetahuan yang diperoleh sulit untuk
dilupakan oleh siswa dibandingkan hanya dengan mendengar penjelasan guru atau
sekedar membaca buku. Seperti yang dinyatakan Sanjaya (2011), menurut Piramida
Pengalaman Dale, semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret
pengetahuan diperoleh dan sebaliknya.
Kegiatan inkuiri dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk
membangun informasi dan konsep secara mandiri. Seperti yang dipaparkan oleh
Slavin (2011) salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan adalah guru tidak
diperkenankan memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa hendaknya
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi
proses ini dengan cara menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,
memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri
gagasannya. Menurut Nur dan Wikandari (2000) siswa mendapat keuntungan jika
mereka dapat melihat dan melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengar
ceramah. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah
yang dihadapi atau di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban
dari masalah. Oleh karena itu guru dituntut memfasilitasi siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran yang berbasis inkuiri.
Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif berkontribusi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa terlihat lebih mudah paham ketika ada
konsep yang sulit setelah dijelaskan oleh teman dalam kelompoknya. Seperti yang
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 17
dikemukakan Slavin (2011), berdasarkan teori siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan konsep tersebut
dengan teman sebayanya. Strategi pembelajaran kooperatif tidak hanya
berimplikasi pada hasil belajar tersedia bagi semua siswa, tetapi juga
mengakibatkan proses pemikiran siswa lain tersedia bagi semua orang. Belajar
secara kooperatif secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran kepada
siswa bagaimana cara teman-teman sejawatnya berhasil menyelesaikan masalah
dalam satu kelompok melalui pendekatan mereka.
Hal senada juga diungkapkan Ibrahim et al. (2000) bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif tidak hanya pada aspek sosial namun juga dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang sulit. Di samping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan
baik pada siswa yang berkemampuan tinggi maupun di bawah rata-rata. Siswa yang
pintar akan menjadi tutor bagi temannya yang belum bisa. Hal ini berdampak siswa
yang belum mengerti menjadi paham dan siswa yang pintar akan makin terasah
kemampuannya karena dengan memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan
pemikiran lebih mendalam terkait dengan konsep materi yang ia ajarkan.
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 18
BAB IVSIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. MTDKBI merupakan media pembelajaran yang sederhana dan mudah
dimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan MTDKBI bertujuan
untuk memberi pengalaman secara langsung kepada siswa dalam melakukan
eksperimen, siswa memperoleh materi kemagnetan secara konkret, dan
menghindari verbalisme.
b. Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran
mampu meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif
siswa.
4.2 Rekomendasi
a. Pembelajaran Fisika bagi siswa hendaknya dilakukan dengan media berbasis
inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki.
b. Pembelajaran Fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan konten (hasil
belajar hasil belajar kognitif) tetapi juga pada aspek kecakapan sosial dan sikap
ilmiah yang penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal hidup.
c. Media tiga dimensi dan perangkat berbasis inkuiri yang telah
diimplementasikan hanya masih pada materi kemagnetan sehingga perlu
diterapkan pada materi fisika yang lain.
d. Pada saat melakukan penelitian perlu memperhatikan beberapa hal terkait
dengan karakter materi pembelajaran yang akan dijadikan objek kajian, media
yang akan digunakan, proses penelitian yang sedang dijalankan dan juga durasi
waktu penelitian sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 19
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,and Assessing a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.New York: Longman, Inc.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh.Helly, P. S. & Sri, M. S. (Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arifin, E. Z. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah Lengkap dengan KaidahBahasa Indonesia yang Benar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Bass, J. E., Contant, T. L. dan Carin, A. A. 2009. Teaching Science as Inquiry.Boston: Pearson Inc.
BSNP. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs.Jakarta: BSNP dan Depdiknas.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Grava Media.Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.Hamalik, O. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara: Jakarta.Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Hassard, J. & Dias, M. 2009. The Art of Teaching Science. London: Oxford
University Press.Hinduan, A., Setiawan, W., Siahaan, P. & Suyan, I. 2007. Pendidikan Fisika.
Dalam Ali, M. Ibrahim, R. Sukmadinata, N.S. Sudjana, D. & Rasjidin, W(Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
Ibrahim, M., Rachmadiati, F., Nur, M. & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA.Surabaya: University Press.
Jufri, A. W. 2008. Implementasi Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Tantangan danHarapan Bagi Guru Pelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional PMIPAFKIP UNRAM ”Pengembangan Profesionalisme Pendidik MenghadapiTantangan Pembelajaran Matematika dan Sains”. Mataram: UniversitasMataram.
Jufri, A. W & Jekti, D. S. D. 2010. Efektivitas Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiridengan Strategi Kooperatif dalam Meningkatkan Keterampilan BerpikirSiswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 17(2): 159-164.
Muchtar, Z. & Arsidah P. 2009. Penerapan Metode Inquiry Berbasis Kelas dalamPembelajaran Struktur Atom. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4:35-40.
Muhson, A. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TeknologiInformasi. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia VIII (2): 1-10.
Nur, M. & Wikandari, P.P. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa danPendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Pusat Matematika dan IPASekolah. Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.
Puskur. 2007a. Naskah Akdemik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata PelajaranIPA. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 20
Puskur. 2007b. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: PusatKurikulum, Balitbang Depdiknas.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid II EdisiKesembilan. Penerjemah Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rosdakarya.
Sudjana, N. & Rivai, A. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.Suma, K. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan
Penguasaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. JurnalPendidikan dan Pengajaran 43 (6): 47-55.
Tim Broad Based Education Depdiknas. 2003. Pola Pelaksanaan KecakapanHidup melalui Pendekatan Kecakapan Hidup melalui Pendidikan BerbasisLuas. Surabaya: SIC.
Usman, U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.Wahyudiati, D. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model
Pembelajaran Diskusi pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannyauntuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi dan Pendidikan3 (1): 363.
20
Lampiran 1. Biodata Penulis
Kurniawan ArizonaLingkungan Karang Baru Selatan, Kecamatan Selaparang Kota Mataram, NTB.
HP : +6287775894877 Email : [email protected]
Penulis Kurniawan Arizona, S.Si.,M.Pd. lahir di Sakra LombokTimur pada tanggal 16 April 1987. Pendidikan dasar dan menengahditempuh di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pendidikan S1pada Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijayadan S2 pada Program Studi Magister Pendidikan IPA ProgramPascasarjana Universitas Mataram. Penulis adalah seorang guruyang mengajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi danMatematika di SMP-SMA Fullday dan MA Plus Abu HurairahMataram. Penulis juga sebagai Dosen Kontrak pada Program Studi Pendidikan FisikaUniversitas Mataram mengajar pada Mata Kuliah Elektronika Dasar dan MetodologiPenelitian. Penulis sudah menikah dengan seorang istri bernama Ramdhani Sucilestari,S.Si.,M.Pd. dan memiliki satu orang putri bernama Mutiara Fathimah Arizona. Penulistelah membuat beberapa artikel yang sudah diterbitkan pada jurnal dan aktif mengikutiberbagai kegiatan seminar maupun pelatihan.
KELAS IXSMPN 10 MATARAM
Lampiran 2. RPPRENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN( MTDK-BI dengan Strategi Kooperatif Tipe
STAD)
Kurniawan Arizona,M.Pd.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM
MATARAMNTB
22
RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 1)
Satuan Pendidikan : SMP/MTsSekolah : SMPN 10 MataramMata Pelajaran : IPA/FisikaKelas/Semester : Kelas IX/ Semester IIMateri Pembelajaran : KemagnetanAlokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi dasar
4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet
C. Indikator
1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan
tidak dapat ditarik oleh magnet.
2. Siswa dapat menjelaskan tentang kutub magnet
3. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet
4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis.
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan
tidak dapat ditarik oleh magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan media
tiga dimensi kemagnetan (MTDK), Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa (PIKS) 1,
dan Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa (LHIKS) 1.
2. Siswa dapat mengidentifikasi kedua kutub magnet dengan tepat berbantuan MTDK,
PIKS 1 dan LHIKS 1.
3. Siswa dapat menjelaskan bahwa magnet selalu memiliki dua buah kutub melalui
eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya tarik paling kuat pada suatu magnet berada
pada kedua kutubnya dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
5. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet dari beberapa jenis magnet yang
berbeda (magnet batang, magnet tapal kuda, magnet ring, magnet lingkaran) melalui
eksperimen berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS1.
23
RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD
6. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis
melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.
E. Materi Pembelajaran
1. Klasifikasi bahan magnetik dan non magnetik
2. Kutub magnet
3. Medan magnet
4. Gaya magnet dapat menembus benda non magnetis
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran : Eksperimen, penugasan, dan diskusi kelompok
PROSES BELAJAR MENGAJAR
I. PendahuluanKegiatan
GuruKegiatan
SiswaAlokasiWaktu
Nilai ygditanamkan
1. Mengucapkan salam,memperkenalkan diri dan mengecekkehadiran siswa
2. Apersepsi dan motivasiMengaitkan pelajaran denganpengetahuan awal yang dimilikisiswaApa yang kalian ketahui tentangmagnet?
3. Mengkomunikasikan tujuanpembelajaran dan teknikpembelajaran
1. Merespon dan memperhatikanapa yang disampaikan oleh guru
2. Siswa mencoba mengingatpengetahuan yang mereka milikitentang magnet.Siswa memberi umpan balikdengan menjawab pertanyaanyang dikemukakan oleh guru
3. Siswa memperhatikan danmemahami tujuan dan teknikpembelajaran yang akan merekalalui
8’5’
Religius
Pendengaryang baik
Peduli
II. IntiKegiatan
GuruKegiatan
SiswaAlokasiWaktu
Nilai ygditanamkan
1. Mengorganisasi siswa untuk dudukdalam tatanan kooperatif (fase 1).
2. Guru mempresentasikan secaraumum materi ke siswa (fase 2).
3. Guru memfasilitasi siswa dalamkelompok kooperatif melakukanpercobaan menggunakan MTDKsesuai dengan petunjuk yang adapada PIKS 1 (fase 3).
1. Siswa duduk dalam kelompokkooperatif (fase 1)
2. Siswa mendengar penjelasanguru dengan baik (fase 2)
3. Siswa mempersiapkan bahan danalat MTDK,LHIKS 1, ringkasanmateri, dan mempelajaripetunjuk yang ada pada PIKS 1(fase 3).
4’
4’
4’
Disiplin
Pendengaryang baik
Tanggungjawab
Kerjasama
Menghargai
24
RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD
KegiatanGuru
KegiatanSiswa
AlokasiWaktu
Nilai ygditanamkan
4. Guru memberi pertanyaan pengarah(rumusan masalah) kepada siswamelalui PIKS 1 (fase 4).
5. Guru memfasilitasi siswa untukmengumpulkan data dalammembuktikan hipotesis yang telahdirumuskan dengan menggunakanMTDK yang dipandu dengan PIKS 1dan dituang dalam LHIKS 1 (fase 5).
6. Guru memfasilitasi siswa untukmengeinterpretasi dan menganalisisdata berbantuan PIKS 1 dan LHIKS1 (fase 6).
7. Guru memfasilitasi siswa untukmembuat kesimpulan berdasarkanpercobaan yang telah dilakukanberbantuan PIKS 1 dan dituangdalam LHIKS 1 (fase 7).
8. Guru memberi kuis secara individukepada siswa dan tidak dibenarkanuntuk bekerjasama. Materi kuis yangdiberikan sesuai dengan indikatorRPP dengan bentuk soal pilihanganda (fase 8).
9. Guru mengoreksi dan menghitungskor yang dicapai oleh siswa untukmenentukan kelompok dan siswayang berhasil mencapai nilai tertinggi(fase 9).
10. Memberi penghargaan kepadakelompok dan siswa yang meraihskor paling tinggi (fase 10).
4. Siswa mencoba untuk memberidugaan/jawaban sementara(hipotesis) terhadap rumusanmasalah (pertanyaan pengarah)yang tertuang pada PIKS 1 (fase4)
5. Siswa melakukan serangkaianpercobaan untuk mengumpulkandata dengan menggunakanMTDK yang dipandu denganPIKS 1 dan hasilnya dituang padaLHIKS 1 (fase 5).
6. Siswa menginterpretasi danmenganalisis data berdasarkandata yang telah dikumpulkan.Hasilnya ditulis pada LHIKS 1(fase 6).
7. Siswa membuat kesimpulanberdasarkan hasil percobaan yangmereka lakukan (fase 7).
8. Siswa menjawab kuis (tes) yangdiberikan oleh guru menurutkemampuan mereka sendiri (fase8).
9. Mengoreksi jawaban dari anggotakelompok lain (fase 9)
10.Menerima penghargaan sesuaidengan perolehan skor tertinggiyang ditujukan pada kelompokdan individu terbaik (fase 10).
5’
15’
8’
8’
5’
10’
4’
Kerjasama
Menghargai
Tanggungjawab
Menghargai
Kerjasama
Tanggungjawab
Menghargai
Kerjasama
Tanggungjawab
Kerjasama
Menghargai
Tanggungjawab
Jujur
Peduli
Menghargai
25
RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD
III.PenutupKegiatan
GuruKegiatan
SiswaAlokasiWaktu
Nilai ygditanamkan
1. Guru menyimpulkan pelajaran
2. Guru memberi tugas mandiri untukmembaca ringkasan materi
1. Memperhatikan dan ikut memberiandil dalam menyimpulkanmateri yang telah dipelajari.
2. Siswa merespon tugas yangdiberikan oleh guru.
5’ Menjadipendengaryang baik
Menyum-bangkan ide
Peduli
G. Sumber Belajar
1. MTDK2. LHIKS 13. PIKS 14. Ringkasan Materi Kemagnetan
H. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian: tes tertulis dan tes unjuk kerja2. Bentuk Instrumen: uraian dan pilihan ganda
26
KELAS IXSMPN 10 MATARAM
Lampiran 3. PIKSPanduan InkuiriKemagnetan Siswa(PIKS)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM
MATARAMNTB
Kurniawan Arizona,M.Pd
27
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
PANDUAN INKURI KEMAGNETAN SISWA
GAMBARAN UMUM
Sebagai siswa yang baik, Anda dituntut untuk memanfaatkan sumber
belajar secara optimal dalam rangka menambah pengetahuan dan
mengembangkan kompetensi Anda. Salah satu sumber belajar yang
memudahkan Anda dalam memahami konsep kemagnetan adalah media
magnet itu sendiri. Melalui kegiatan inkuiri ilmiah meliputi, mengajukan
pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari (merumuskan
masalah), membuat hipotesis (dugaan sementara), melakukan
serangkaian investigasi (penyelidikan/percobaan), mengumpulkan data,
mengolah data, menganalisis data dan membuat kesimpulan serta
mengkomunikasikan kepada rekan-rekan Anda, diharapkan Anda tidak
hanya paham tentang konsep kemagnetan tetapi juga sikap ilmiah dan
kecakapan sosial Anda akan terlatih.
TUJUAN
Melakukan kegiatan inkuiri ilmiah untuk mendapatkan
konsep/fakta/teori tentang sifat–sifat kemagnetan dan cara membuat
magnet serta pemanfaatan magnet dalam dunia teknologi.
KEGIATAN
1. Pastikan Anda bekerja sebagai anggota tim (kelompok). Membantu
dan bekerjasama sesama anggota kelompok sangat dibutuhkan dalam
mencapai kesuksesan bersama. Ingat pepatah yang mengatakan
“bersatu kita teguh, bercarai kita runtuh”.
2. Untuk menyelesaikan tugas pada lembar hasil inkuiri kemagnetan
siswa 1 (LHIKS 1), LHIKS 2, LHIKS 3, LHIKS 4, dan LHIKS 5, lakukanlah
serangkaian investigasi (penyelidikan) melalui berbagai percobaan
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkait.
3. Tulislah identitas sumber belajar (daftar pustaka), jika Anda
mengkaji dari sumber bacaan dalam rangka menyelesaikan
28
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
serangkaian tugas pembelajaran. Identitas sumber pustaka meliputi:
nama pengarang, tahun terbit, judul sumber pustaka, nama penerbit.
Contoh cara penulisan daftar pustaka :
Arends, R.I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar)
Edisi ketujuh. diterjemahkan Helly, P.S dan Sri, M.S.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
29
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
PANDUAN INKUIRI KEMAGNETAN SISWA(PIKS)
Pertemuan I
PIKS 1.1 BAHAN MAGNETIS DAN NON MAGNETIS
Siapkan bahan-bahan berikutuntuk menjawab pertanyaan di atas!
Magnet, paku baja, logam alumunium, kawat tembaga, logam kuningan,kawat timah, seng, kertas, kain, sedotan plastik, batu, pasir, kayu,bambu, kaca, karet gelang, daun, dan benda-benda lainnya yang ada disekitar Anda.
Sebelum melakukan percobaan, perkirakan jawaban yang mungkin
berdasarkan pertanyaan di atas, tulis pada kolom hipotesis pada
LHIKS 1.1.
Lakukanlah serangkaian kegiatan percobaan untuk membuktikan
hipotesis Anda. Klasifikasikan (kelompokkan) bahan-bahan yang
tersedia berdasarkan sifat magnetis atau non-magnetis, seperti pada
Tabel 1.1 yang telah disediakan pada LHIKS 1.1.
Langkah-langkah yang Anda lakukan untuk mengetahui benda-benda
tersebut termasuk magnetis dan non magnetis adalah dengan
mendekatkannya pada magnet. Apabila benda tersebut dapat ditarik
oleh magnet, maka benda tersebut tergolong benda magnetis,
sedangkan benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet dinamakan
Apakah semua benda dapatditarik oleh magnet? Apakahbenda magnetis itu?
30
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
benda non magnetis. Agar mendapatkan hasil yang lebih dapat
dipercaya, diharapkan Anda mengulangi percobaan.
Apa kesimpulan yang Anda peroleh? Tulislah pada kolom kesimpulan
LHIKS 1.1. Bandingkan dengan apa yang Anda tulis pada kolom
hipotesis.
PIKS 1.2 MEDAN DAN GARIS GAYA MAGNET
Gambar 1.1 Beberapa contoh bentuk magnet
Sebelum melakukan percobaan, perkirakan jawaban yang mungkin
berdasarkan pertanyaan di atas, tulis pada kolom hipotesis pada
LHIKS 1.2.
Persiapkan 3 jenis magnet seperti Gambar 1.1 di atas yaitu magnetring, batang dan magnet U (tapal kuda). Anda pun dapat mencobauntuk jenis magnet yang lain. Persiapkan kertas/karton, magnet, danserbuk besi. Taruhlah magnet tersebut di atas kertas atau karton,kemudian taburkanlah serbuk besi, perhatikan apa yang terjadi!
Gambar garis gaya yang terbentuk dari 3 jenis magnet tersebutberdasarkan hasil percobaan pada kolom A, B, dan C di LHIKS 1.2.Bila perlu ulangi kembali percobaan Anda.
Apa kesimpulan yang Anda peroleh? Tulislah pada kolom kesimpulan
LHIKS 1.1. Bandingkan dengan apa yang Anda tulis pada kolom
hipotesis.
Apakah semua magnetmemliki medan magnet?Apakah setiap magnetmemiliki garis gaya yangberbeda?
31
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
PERCOBAAN 1.3 MEMPELAJARI KUTUB MAGNET
Gambar 1.2 Magnet batang yang dipotong
Tabel 1.1 Langkah-langkah memprediksi sifat kutub-kutub magnetKONDISI
Perhatikan Gambar 1.2 dan Tabel 1.1 di atas!
Perkirakan apa yang akan terjadi dan tulis pada kolom hipotesis pada
LHIKS 1.3.
Apakah magnet selalumemiliki dua buah kutub?Bagaimana sifat-sifat darikutub suatu magnet?1 2 3
32
PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)
Untuk membuktikan hipotesis Anda, lakukanlah serangkaian kegiatanpercobaan sebagai berikut! Persiapkan beberapa jenis magnetbatang seperti Gambar 1.3. Potong magnet batang menjadi 3 bagian,selidikilah kutub magnet dari setiap potongan magnet. Lengkapijawaban Anda pada LHIKS 3.1 pada kolom pengumpulan data 1.3.1.Buktikan pula sifat-sifat bagian dari magnet batang denganmelakukan percobaan sesuai pada Tabel 1.1, catat apa yang terjadipada tabel 1.2 pada LHIKS 3.1!
Setelah melakukan serangkaian percobaan, tulislah pada kolom
kesimpulan LHIKS 1.3 berdasarkan hasil percobaan yang Anda
lakukan. Apakah hipotesis Anda diterima atau tidak? Jelaskan
dikolom kesimpulan.
KELAS IXSMPN 10 MATARAM
Lampiran 4. LHIKSLembar Hasil InkuiriKemagnetan Siswa(LHIKS)Kurniawan Arizona,M.Pd.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM
MATARAMNTB
NAMA KELOMPOK:…...............................
Anggota:
1. ……………………………………
2.……………………………………
3.……………………………………
4.……………………………………
5.……………………………………
Kelas : IX …. SMPN 10 MATARAM
LEMBAR HASIL INKUIRI KEMAGNETAN SISWA 11.1 Bahan Magnetis dan Non Magnetis1.2 Medan dan Garis Gaya Magnet1.3 Kutub Magnet
35
LHIKS Pertemuan I
A. HIPOTESIS
1............................................................................................................
............................................................................................................
2............................................................................................................
.............................................................................................................
3............................................................................................................
B. PENGUMPULAN DATA
Tabel 1.1 Pengelompokan Bahan Magnetis dan non Magnetis
NO MAGNETIS NON MAGNETIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
..............................................................................................................
..............................................................................................................
C. KESIMPULAN
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
LHIKS 1.1 BAHAN MAGNETIS DAN NON MAGNETIS
Magnet telahditemukan lebih dari
2000 tahun yang laluoleh seorang Yunani
yang hidup di daerahyang bernama
Magnesia di Turki.
Apakah setiap magnetdapat menarik semua
jenis benda?
Tujuan Pembelajaran:
Diharapkan setelahmempelajari LHIKS iniAnda dapat memahamidan menjelaskan tentangbahan magnetis, kutubmagnet, dan medanmagnet.
36
LHIKS Pertemuan I
LHIKS 1.2 MEDAN DAN GARIS GAYA MAGNET
A. HIPOTESIS
1............................................................................................................
.............................................................................................................
2.............................................................................................................
.............................................................................................................
3.............................................................................................................
B. PENGUMPULAN DATA
Kolom A. Gambar garis gaya magnet batang
Kolom B. Gambar garis gaya magnet ring
Kolom C. Gambar garis gaya magnet U
C. KESIMPULAN
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Bisakah Anda memprediksi apasaja kegunaan magnet
berdasarkan gejala-gejala yangditimbulkan dalam kehidupan
sehari-hari?
37
LHIKS Pertemuan I
A. HIPOTESIS
1............................................................................................................
.............................................................................................................
2............................................................................................................
.............................................................................................................
3...........................................................................................................
B. PENGUMPULAN DATA
1.3.1 Analisis kutub magnet setelah dipotong
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
LHIKS 1.3 KUTUB MAGNET
1
2
3
Kutub………..
Kutub………..
Kutub………..
Kutub………..
Kutub………..
Kutub………..
Bagaimana gambar dibawah ini dapat
terjadi, bisakah Andamembuktikannya?
38
LHIKS Pertemuan I
LHIKS 1.3 KUTUB MAGNET
1.3.1 Analisis interaksi kutub magnet
Berilah tanda rumput pada hasil yang sesuai dengan kondisi disampingnya
Tabel 1.2 Analisis Interaksi Kutub Magnet
HASIL KONDISI1. Tarik-menarik Tolak menolak2. Tarik-menarik Tolak menolak3. Tarik-menarik Tolak menolak4. Tarik-menarik Tolak menolak5. Tarik-menarik Tolak menolak
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
D. KESIMPULAN
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Tahukah Anda, bumi memilikimagnet raksasa di dalamnya,
yang sangat bermanfaat sebagaipenunjuk arah?
Kutub-kutub bumi tidak tepatberada pada tempat yang sama
seperti kutub-kutub magnetbumi.