Upload
dangtram
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL
PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEMAHIRAN HUKUM
“PEMBENTUKAN LEMBAGA AMIL ZAKAT”
LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 0
KATA PENGANTAR
Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
memberikan kesempatan kepada segenap mahasiswa untuk memperdalam keilmuan
yang dimiliki, terlebih khusunya secara teknis di lapangan.
Salah satu yang menjadi agenda rutin Laboratorium Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang adalah dengan mengadakan Pendidikan dan
Latihan Kemahiran Hukum, sebagai salah satu bentuk untuk menjadikan mahasiswa
mahir dalam bidang hukum dalam dunia kerja yang sesungguhnya kelak. Sehingga
mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang nyata ditemukan serta tidak
hanya memahami sebatas teori saja namun mampu untuk menerapkan keilmuan yang
diperoleh saat di lapang. Untuk itulah dibuat sebuah buku pegangan untuk
pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum ini yang khusus membahas
mengenai prosedur pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Sebagai sebuah hal yang dibuat oleh manusia tentulah buku pegangan Pendidikan
dan Latihan Kemahiran Hukum ini bukan sebuah hal sempurna, oleh karenanya
membutuhkan banyak evaluasi dan masukan, sehingga buku pegangan ini menjadi
sebuah buku pegangan yang tetap bisa digunakan keberadaannya secara akademik.
Serta kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih terhadap
keberadaannya buku pegangan ini kami sampaikan banyak terimakasih.
Malang, 16 Februari 2019
Tim Penyusun
Lab Hukum FH-UMM
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 1
Buku Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum 2019
Tim Penusun
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Hukum : Dr. Tongat, SH., M.Hum.
Pembantu Dekan I : Catur Wido Haruni,S.H.,M.Si.,M.Hum
Pembantu Dekan II : Dr. Haris,S.H.,M.Hum
Pembantu Dekan III : Said Noor Prasetya.,SH.,M.H
Kepala Program Studi FH : Nu’man Aunuh, SH., M.Hum.
Sekretaris Program Studi FH : Ratri Novita R Dianti, SH., MH.
Kepala Laboratorium FH
Bidang Litigasi: Wahyudi Kurniawan,S.H.,M.H.Li
Kepala Laboratorium FH
Bidang Non Litigasi: Cholidah,S.H.,M.H
Pelaksana
1. Radhityas Kharisma Nuryasinta, SH
2. Eliana Damayanti, SH
3. Intan Choirun Nisa, SH
4. Siti Wulandari, SH
5. Zatwa Amelia, SH
6. Mardiana, SH
Diterbitkan Oleh :
Laboratorium Fakultas Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
2019
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Sejarah pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wassallam dan para khalifataurrasyidin. Salah
satu contohnya adalah ketika Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wassallam
mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman dan pada saat beliau menjadi Gubernur
Yaman, beliau pun memungut zakat sebagaimana sabda Rasulullah
Shallalahu ‘alaihi wassallam:
“Rasulullah sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke Negeri
Yaman (yang telah ditaklukkan oleh Islam) bersabda : Engkau datang
kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka kepada syahadat, bersaksi bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka tela taat
untuk itu, beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka
melakukan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka telah
taat untuk itu, maka hati-hatilah (jangan mengambil yang baik-baik saja)
bila kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus
meliputi nilai-nilai itu. Hindari doanya orang yang madhlum (teraniaya)
karena diantara doa itu dengan Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan).
(HR. Bukhari)”.
Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah Shallalahu ‘alaihi
wassallam telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa
pengelolaan zakat bukanlah suatu hak yang mudah dan dapat dilakukan secara
individual. Agar maksud dan tujuan zakat, yakni pemerataan kesejahteraan,
dapat terwujud, pengelolaan dan pendistribusian zakat harus dilakukan secara
melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar berbagai Organisasi Pengelola Zakat di berbagai negara, termasuk di
Indonesia.
Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia terdiri atas Badan Amil Zakat
(BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ). BAZ
dibentuk oleh pemerintah di bawah naungan Kementerian Agama
(KEMENAG) dan tersebar hampir di setiap tingkatan, baik itu tingkat
Nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan (Mahmudi, 2009 : 70).
Berbeda dengan BAZ, Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 3
dibentuk masyarakat yang bertugas untuk mengumpulkan, mendistribusikan,
dan mendayagunakan zakat1. Sedangkan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
merupakan wadah bagi masyarakat yang akan menunaikan zakat, akan tetapi
UPZ ini hanya sebatas pengumpul zakat saja, yang mana zakat yang telah
terkumpul tersebut akan disetor ke BAZ ataupun LAZ.
Perkembangan BAZ dan LAZ saat ini telah mengalami perkembangan
yang pesat apabila dibandingkan dengan masa-masa awal berdirinya. Hingga
tahun 2010, tercatat sebanyak 33 jumlah BAZ provinsi dan 429 BAZ tingkat
kabupaten/kota, serta 4771 BAZ tingkat kecamatan. Di lain pihak, Menteri
Agama juga telah mengukuhkan delapan belas LAZ di tingkat nasional.
Bentuk perhatian pemerintah terhadap Organisasi Pengelola Zakat adalah
dengan diterbitkannya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
yang mana pada tahun 2011 pemerintah kembali menerbitkan UU No. 23
Tahun 2011 sebagai pengganti UU No. 38 Tahun 1999. Pembentukan
Undang-Undang ini diharapkan mampu memperbaiki sistim pengelolaan
zakat di Indonesia, sehingga optimalisasi zakat yang baik dapat tercapai.
Dalam dialog Nasional yang bertema “Zakat, Infak, dan Sedekah sebagai
Solusi Mengatasi Krisis Ekonomi Bangsa”, pada tanggal 18 Juli 2011,
membahas bahwa potensi zakat berdasarkan penelitian yang dilakukan Asian
Development Bank (ADB) mencapai 217 triliun rupiah. Sedangkan zakat yang
terhimpun di Asosiasi Lembaga Zakat Indonesia baru mencapai 1,5 triliun
rupiah.
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa potensi zakat dan
perkembangan Organisasi Pengelola Zakat cukup besar. Ironisnya, tidak
semua potensi zakat terealisasi dan terdistribusi dengan baik karena tingkat
kepercayaan masyarakat kepada Organisasi Lembaga Zakat sangat kurang dan
lebih memilih mendistribusikan zakatnya kepada penyalur zakat yang belum
tentu mendapat pengesahan dari pemerintah. Perlunya standarisasi dan
akreditasi bagi pengumpul zakat dalam bentuk Lembaga Amil Zakat
diharapkan mampu untuk menunjukkan kepada masyarakay tentang adanya
pengawasan dan transparasi bagi pemerintah terhadap dana yang dikelola.
Permasalahan yang paling mendasar dalam penyaluran dana zakat adalah
bahwa bagi penyalur dana zakat itu sendiri kurang memahami pentingnya
pendafataran Lembaga Amil Zakat sebagai organiasasi penyalur zakat yang
disahkan oleh pemerintah. Sehingga legalitas dan akuntabilitas bagi
1 ? Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentangg Pengelolaan Zakat.Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 4
masyarakat pengumpul patut untuk dipertanyakan sebab harta yag dikelola
tersebut merupakan dana masyatakat yang wajib untuk disalurkan sesuai
dengan cara-cara yang benar pula dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pelaksanaan PLKH adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dan Pelatihan Kemahiran Hukum tentang prosedur
pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ)
2. Pembelajaran dan Pelatihan Kemahiran Hukum tentang pemyelesaian
permasalahan zakat yang terjadi di lapang
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan mengenai Pendidikan dan Latihan Kemahiran
Hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang pengertian Zakat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang subjek-subjek Zakat
3. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang pengertian Lembaga Amil
Zakat dan Unit Pengumpul Zakat
4. Mahasiwa menguasai tentang persyaratan dan tata cara pembentukan
Lembaga Amil Zakat dan Unit Pengumpul Zakat
5. Mahasiswa mahir dalam menyelesaikan persoalan Zakat di lapang
D. Katentuan Penilaian
Adapun ketentuan penilaian sebagai berikut :
Materi NilaiPendidikan :
a. Stadium Generalb. Resume
25 %
Pelatihan :a. Pelatihan Ib. Pelatihan IIc. Pelatihan III
35 %
Target :a. Tugas Lapangb. Laporan Observasi
40 %
Total 100 %
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 5
E. Nilai Akhir
ANGKA HURUF
0-20 E
21-40 D
41-50 C
51-60 C+
61-70 B
71-80 B+
81-100 A
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 6
BAB II
TINJAUAN LEMBAGA ZAKAT
1. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
A. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Sebelum berlakunya undang-undang pengelolaan zakat, sebenarnya fungsi
pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat telah eksis terlebih
dahulu di tengah-tengah masyarakat. Fungsi ini dikelola oleh masyarakat
sendiri, baik secara perorangan maupun kelompok (kelembagaan). Hanya saja
dengan berlakunya undang-undang ini, telah terjadi proses formalisasi
lembaga yang sudah eksis tersebut. Istilah formal lembaga ini diseragamkan
menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Di samping itu, untuk menjadi LAZ atau lembaga formal yang berfungsi
mengelola zakat, lembaga yang sebelumnya eksis di tengah-tengah
masyarakat secara informal tersebut, terlebih dahulu harus melalui proses
formal administrative dan selanjutnya dilakukan oleh pemerintah sebagai
bentuk pengakuan keberadaannya secara formal. Oleh karena itu, tidak semua
yang secara kelembagaan maupun perorangan melakukan kegiatan
mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat dinamakan Lembaga
Amil Zakat seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999.
Menurut undang-undang ini, Lembaga Amil Zakat adalah institusi
pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan
oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan
kemashlahatan umat Islam. 2.
B. Syarat Pembentukan Lembaga Amil Zakat
Untuk mendapat pengukuhan, sebelumnya calon LAZ harus mengajukan
permohonan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatan Ormas Islam yang
memilikinya dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Akta pembentukan (berbadan hukum).
b. Data mużakki (yang membayar zakat) dan mustaḥiq (yang berhak
menerima zakat).
c. Daftar susunan pengurus.
2 AndriSoemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah( Jakarta : Kencana Prenada.2009), 422Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 7
d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
e. Neraca atau laporan posisi keuangan.
f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Sebelum dilakukan pengukuhan sebagai LAZ, terlebih dahulu harus
dilakukan penelitian persyaratan yang telah dilampirkan. Apabila dipandang
telah memenuhi persyaratan tersebut, maka dapat dilakukan pengukuhan.
Selain melakukan pengukuhan, pemerintah juga melakukan pembinaan kepada
LAZ sesuai dengan tingkatan lokasi LAZ tersebut, seperti di pusat oleh
Menteri Agama, di daerah provinsi oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi, di daerah kabupaten/kota oleh
Bupati/Walikota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota, sedangkan kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor
Urusan Agama.
C. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan, dan
kemudian dilakukan pengukuhan pemerintah, memiliki kewajiban yang harus
dilakukan oleh LAZ, yaitu:
a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat
b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media
massa.
d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.
D. Mekanisme Pengelolaan Hasil Zakat
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, Pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat. Bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan zakat
adalah mużakki dan harta yang dizakati, mustaḥiq, dan amil 3.
Manajemen zakat yang baik adalah suatu keniscayaan. Dalam Undang-
Undang (UU) No.23 Tahun 2011 dinyatakan bahwa “Pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat”. Agar
LPZ (Lembaga Pengelola Zakat) dapat berdaya guna, maka pengelolaan atau
manajemennya harus berjalan dengan baik.
3 ? Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 25Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 8
Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat harus dapat diukur.
Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya,
Pertama, amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki
oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem yang
dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus
diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan
transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol
yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi
juga akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa
curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi4.
Ketiga kata kunci ini dapat diimplementasikan apabila didukung oleh
penerapan prinsip-prinsip operasionalnya. Prinsip-prinsip operasionalisasi LPZ
antara lain. Pertama, kita harus melihat aspek kelembagaan. Dari aspek
kelembagaan, sebuah LPZ seharusnya memperhatikan berbagai faktor, yaitu:
visi dan misi, kedudukan dan sifat lembaga, legalitas dan struktur organisasi,
dan aliansi strategis.
Kedua, aspek sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan aset yang
paling berharga. Sehingga pemilihan siapa yang akan menjadi amil zakat harus
dilakukan dengan hati-hati. Untuk itu perlu diperhatikan faktor perubahan
paradigma bahwa amil zakat adalah sebuah profesi dengan kualifikasi SDM
yang khusus.
Ketiga, aspek sistem pengelolaan. LPZ harus memiliki sistem pengelolaan
yang baik, unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah : LPZ harus memiliki
sistem, prosedur dan aturan yang jelas, memakai IT, manajemen terbuka;
mempunyai activity plan; mempunyai lending commite; memiliki sistem
akuntansi dan manajemen keuangan; diaudit; publikasi; perbaikan terus
menerus5.
E. Sanksi
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan dapat ditinjau
kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam point 3 di atas. Mekanisme
peninjauan ulang terhadap pengukuhan LAZ dilakukan melalui tahapan
pemberian peringatan secara tertulis sampai tiga kali dan baru dilakukan
4 ? http://konsultanekonomi.blogspot.com/2012/05/manajemen-pengelolaan-zakat-infaq.html, diakses pada 13 Februari 20195 ? Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta: InstitutManajemen Zakat Ciputat, 2004), 30Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 9
pencabutan pengukuhan. Pencabutan pengukuhan LAZ tersebut dapat
menghilangkan hak pembinaan, perlindungan, dan pelayanan dari pemerintah,
tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak dan tidak dapat melakukan pengumpulan dana zakat.
Mustaḥiq adalah seorang muslim yang berhak memperoleh bagian dari
harta zakat disebabkan termasuk dalam salah satu 8 asnaf (golongan penerima
zakat), yaitu fakir, miskin, amil, mu’aĺaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu
sabil. Sedangkan amil adalah badan atau lembaga yang ditugaskan untuk
mengumpulkan zakat dari mużakki dan mendistribusikan harta zakat tersebut
kepada para mustaḥiq.
Di samping pada sisi yang lain amil juga termasuk dari salah satu 8 asnaf
di atas, sebagaimana terdapat dalam AlQur’an surat at-Taubah (9): 60 yang
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’alaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Surat At-Taubah ayat 60 telah dijelaskan oleh Allah SWT siapa
saja orang-orang yang wajib diberikan zakat, yang disebut sebagai asnaf.
Golongan tersebut adalah: fakir, miskin, amil, riqab, gharim, mu’allaf,
sabilillah, dan ibnu sabil.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerbitkan regulasi baru
mengenai pemberian izin lembaga amil zakat (LAZ). Peraturan ini tercantum
dalam Keputusan Mentri Agama (KMA) Nomor 333 Tahun 2015 yang
ditandatangani 6 November 2015 lalu. Direktur Pemberdayaan Zakat
Kementerian Agama RI Jaja Jaelani mengatakan KMA Nomor 333 Tahun
2015 merupakan turunan dan Peraturan Presiden (PP) Nomor 14 Tahun 2014
pedoman pemberian izin LAZ. Dalam regulasi baru ini, ada tiga tingkatan
LAZ, yaitu:
a. LAZ Nasional (Laznas),
b. LAZ provinsi, dan
c. LAZ kabupaten/kota.
Salah satu persyaratan yang tercantum dalam KMA Nomor 333 Tahun
2015 adalah adanya batasan penghimpunan dana minimal Rp 50 miliar untuk
Laznas, Rp 20 miliar untuk LAZ provinsi, dan Rp 3 miliar untuk Laznas
Kabupaten/kota. Regulasi tersebut merupakan salah satu cara untuk
memperkuat dan menunjukkan keseriusan dalam pengelolaan zakat. Sehingga Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 10
zakat tidak dapat dijadikan untuk ajang main-main. Karena apabila ingin
mengelola zakat hendaknya pihak pengelolanya amanah dan serius. Faktanya
di lapang hingga saat ini telah ada lima lembaga zakat yang mengajukan
perizinan. Empat di antaranya, telah mendapatkan Surat Keputusan (SK).
Oleh karena itu agar lembaga zakat yang belum mempunyai legalitas
segera mengajukan izin. Berkaitan dengan banyaknya lembaga zakat berskala
kecil yang muncul masjid-masjid dengan penghimpunan dana minim dan
tidak memenuhi syarat, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan
yang ilegal. Agar legalitasnya bisa dipertanggungjawabkan, sebaiknya
memang lembaga zakat yang belum terdaftar harus segera mendaftar.
Dengan jumlah (dana terhimpun) yang besar akan memberikan
kemampuan mendanai LAZ tersebut dengan cukup besar. Artinya dengan
dana yang besar, LAZ juga punya kesempatan untuk membuat program-
program yang lebih berarti, lebih signifikan, lebih bermanfaat buat
masyarakat. Dapat diprediksi besaran dana minimum yang dihimpun
kemungkinan akan menyebabkan penurunan jumlah Laznas dari 18 lembaga
menjadi sekitar 10 lembaga. Namun, lagi-lagi ia dapat memahami aturan
tersebut. Bahwa jumlah Laznas tidak perlu terlalu banyak karena yang perlu
banyak itu LAZ yang kecil-kecil, seperti LAZ kabupaten/kota.
Lebih lanjut, Ahmad menyarankan agar Kemenag tidak memilih opsi
untuk menganggap ilegal lembaga yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
LAZ. Lembaga-lembaga tersebut dapat meleburkan diri menjadi Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) dari LAZ atau BAZ yang ada. Menurut Ketua
Umum Forum Zakat (FOZ) Nur Efendi, banyaknya lembaga amil zakat yang
belum terdaftar justru menjadi evaluasi baik bagi Kemenag, BAZNAS
maupun LAZ. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka yang tidak mendaftar
itu karena tidak.Sehingga sebelum menjudge mereka ilegal, harus dipastikan
bahwa mereka mengerti registrasinya.
Menurut Efendi, perlu ada tahapan sebelum menyatakan lembaga tersebut
ilegal, misalnya dengan sosialisasi, surat teguran, hingga penindakan. Selain
menjadi UPZ, ia juga menyarankan lembaga-lembaga tersebut juga dapat
bermitra dengan Laznas. Dengan adanya KMA, jumlah batasan minimum
lebih kecil daripada yang ditentukan Baznas. Jumlah ini juga tidak harus
terpenuhi selama pengajuan, namun dapat berupa kesanggupan. Apabila Laz
tidak mampu memenuhi jumlah yang telah ditentukan, lembaga ini bisa
diturunkan skalanya.
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 11
Adapun aturan yang masih mengganjal antara lain pembatasan jumlah
jaringan yang bisa dibuka oleh Laznas. Selama ini, Laznas hanya boleh
membuka satu jaringan di ibukota provinsi, sementara BAZNAS dapat
membuka hingga kabupaten/kota. Rumah Zakat sendiri sudah mendapat SK
Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Nur Efendi
berharap RZ semakin berkomitmen menjadi mitra pemerintah dan Baznas
untuk menghimpun dan mengelola dana zakat, infak, sedekah serta dana
sosial lainnya.
2. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
A. Pengertian Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Unit Pengumpul Zakat (disingkat UPZ) merupakan satuan organisasi
yang dibentuk oleh BAZNAS di semua tingkatan dengan tugas untuk
membantu pengumpulan zakat untuk melayani muzakki. Hasil pengumpulan
zakat oleh UPZ tersebut nantinya wajib disetorkan ke BAZNAS baik di
provinsi maupun kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS baik di tingkat pusat
maupun daerah provinsi dan Kab/Kota dapat membentuk UPZ pada instansi
pemerintah, BUMN, perusahaan swasta dan perwakilan Indonesia di luar
negeri, serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan maupun
kelurahan dan tempat lainnya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Badan
Amil Zakat Nasional Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Tata
Kerja Unit Pengumpul Zakat pada pasal 3 sampai dengan pasal 5.
UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS terdapat pada:
1) Lembaga negara;
2) Kementerian/ Lembaga pemerintah non kementerian;
3) Badan Usaha Milik Negara
4) Perusahaan swasta nasional/asing
5) Perwakilan RI di luar negeri
6) Lembaga Asing
7) Masjid negara
Unit Pengumpul Zakat yang dibentuk oleh BAZNAS Provinsi terdapat pada:
1) Kantor instansi vertikal
2) Kantor satuan kerja perangkat daerah/lembaga daerah provinsi
3) Badan usaha milik daerah provinsi
4) Perusahaan swasta skala provinsi
5) Perguruan Tinggi
6) Masjid RayaPelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 12
Unit Pengumpul Zakat yang dibentuk oleh BAZNAS Kabupaten/kota
terdapat pada:
1) Kantor satuan kerja perangkat daerah/lembaga daerah/ Lembaga daerah
kabupaten/kota
2) Kantor instansi vertikal tingkat kabupaten/kota
3) BUMD Kab/Kota
4) Perusahaan skala Kab/Kota
5) Masjid, Mushalla
6) Sekolah/Madrasah
7) Kecamatan
8) Kelurahan, dll
B. Tugas dan Fungsi Unit Pengumpul Zakat
Pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 2
Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat
mengatur mengenai tugas dan fungsi Unit Pengumpul Zakat.
Tugas dari Unit Pengumpul Zakat yaitu membantu BAZNAS, baik
provinsi maupun kab/kota yang mana melakukan pengumpulan zakat pada
institusi yang bersangkutan. Dalam hal diperlukan, UPZ dapat melaksanakan
tugas pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat berdasarkan
kewenangan dari BAZNAS, baik provinsi maupun kab/kota.
Dalam melaksanakan tugas membantu BAZNAS, UPZ melaksanakan
fungsi:
1) Sosialisasi dan edukasi zakat pada masing-masing institusi yang
menaungi UPZ
2) Pengumpulan zakat pada masing-masing institusi yang menaungi UPZ
3) Pendataan dan layanan muzaki pada masing-masing institusi yang
menaungi UPZ
4) Penyerahan nomor pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat
(BSZ) yang diterbitkan oleh BASNAZ, baik provinsi maupun kab/kota
kepada muzaki di institusi masing-masing
5) Penyusunan RKAT UPZ untuk program pengumpulan dan tugas
pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan zakat BAZNAS
6) Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan dan tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan zakat BAZNAS.
C. Syarat Pembentukan Unit Pengumpul Zakat
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan Unit
Pengumpul Zakat, diantaranya:Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum
| 13
1) Susunan calon pengurus dan penasehat UPZ
2) Surat keterangan dari institusi yang bersangkutan bahwa calon pengurus
dan penasehat UPZ merupakan pejabat, pegawai, pekerja dari institusi
yang bersangkutan.
3) Mengajukan surat tertulis kepada pimpinan institusi yang akan dibentuk
UPZ
D. Sanksi
Apabila pengurus atau penasehat Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
melanggar peraturan perundang-undangan dan syariat islam maka BAZNAS
sesuai dengan tingkatannyadapat memberikan sanksi administratif. Sanksi
tersebut dapat berupa:
1. Sanksi ringan berupa teguran
2. Sanksi sedang berupa peringatan tertulis
3. Sanksi berat berupa penghentian sementara pengurus dan/atau penasehat
UPZ dari kegiatan
Adapun alasan pengurus atau penasehat diberikan sanksi administratif,
dikarenakan:
1. Tidak menyetorkan seluruh hasil pengumpulan zakat
2. Tidak menyerahkan sisa pendistribusian dan pendayagunaan zakat
3. Tidak membuat dan menyampaikan laporan pengelolaan UPZ
4. Tidak melaksanakan pengumpulan zakat
5. Tidak melaksanakan tugas sebagai penasehat
6. Tidak menyusun RKAT
7. Tidak melakukan sosialisasi dan edukasi zakat
8. Tidak melakukan pendataan dan pembaruan data muzaki secara berkala
9. Tidak menyerahkan NPWZ dan BSZ kepada muzaki
Dalam pemberian sanksi, BAZNAS memberikan teguran sebanyak 1
(satu) kali. Jika dalam waktu 2 (dua) minggu teguran tersebut tidak diindahkan
maka BAZNAS memberikan peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali kepada
pengurus atau penasehat yang tidak melakukan perbaikan setelah menerima
teguran. Sanksi tertulis tersebut mempunyai jangka waktu 2 (dua) minggu
untuk dilaksanakan, jika tidak terdapat respon UPZ tersebut akan
diberhentikan sementara paling lama 3 (tiga) bulan.
Tidak hanya sanksi administrasi saja yang diberikan kepada UPZ yang
lalai menjalankan tugasnya, sanksi pidanapun akan diberikan kepada pengurus
ataupun penasehat UPZ jika melakukan perbuatan hukum yang tidak sesuai
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 14
dengan syariat islam sebagaimana diatur dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal
41 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 15
BAB III
PROSEDUR PEMBENTUKAN LEMBAGA ZAKAT
1. Tatacara Pembentukan LAZ
Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) wajib mendapatkan izin menteri
atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri setelah memenuhi persyaratan,
diantaranya:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial atau lembaga berbadan hukum
b. mendapatkan rekomendasi dari BAZNAS
c. memiliki pengawas syariat
d. memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya
e. bersifat nirlaba
f. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat,
dan
g. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala
Izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/kota dapat diajukan oleh
organisasi kemasyarakatan islam berskala kab/kota, yayasan berbasis islam atau
perkumpulan berbasis islam yang diberikan oleh kepala kantor wilayah
kementrian agama provinsi setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS
dengan mengajukan permohonan tertulis mengenai pembentukan LAZ.
Permohonan tertulis tersebut disisipi lampiran:
a. Anggaran dasar organisasi
b. surat keterangan terdaftar dari organisasi/satuan kerja perangkat daerah
pemerintah kab/kota yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
urusan pemerintah kab/kota di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat islam atau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum
dari Kemenkumham bagi yayasan atau perkumpulan berbasis islam
c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan 1
(satu) anggota
d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat diatas materai yang
ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariat
e. daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis administratif dan
keuangan
f. surat pengangkatan pegawai
g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 16
h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat yang
dimiliki di 3 (tiga) kecamatan
Proses penyelesaian pemberian rekomendasi izin pembentukan LAZ
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung
sejak dokumen pengajuan diterima dan dinyatakan lengkap oleh BAZNAS.
2. Tatacara Pembentukan UPZ
Pembentukan UPZ dilakukan dengan:
a. Usulan oleh BAZNAS baik provinsi maupun kab/kota sesuai dengan
tingkatannya kepada institusi yang menaungi UPZ, atau
b. Usulan oleh Pimpinan institusi.
Usulan tersebut dilakukan dengan mengajukan surat tertulis kepada
pimpinan institusi yang akan dibentuk UPZ yang tembusan suratnya dikirimkan
kepada atasan pimpinan institusi. Pimpinan institusi yang telah menerima surat
usulan pembentukan UPZ diberi waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
untuk memberikan jawaban. Dalam hal pimpinan institusi tidak memberikan
jawaban, maka BAZNAS provinsi maupun kab/kota berhak menyampaikan
laporan kepada atasan pimpinan institusi.
Usulan oleh pimpinan institusi dilakukan dengan mengajukan surat tertulis
kepada BAZNAS untuk membentuk UPZ dengan melampirkan persyaratan
administratif. BAZNAS wajib memberikan jawaban tertulis atas usulan
pembentukan UPZ dari pimpinan institusi paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah surat usulan diterima untuk kemudian dilakukannya verifikasi
administratif ata pengajuan pembentukan UPZ.
Dalam hal persyaratan administratif telah terpenuhi, BAZNAS menetapkan
keputusan pembentukan UPZ dengan lampiran keputusan pengangkatan
pengurus dan penasehat. Pembentukan UPZ ditetapkan dan disahkan oleh ketua
BAZNAS sesuai dengan tingkatannya
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 17
Lampiran-Lampiran
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 18
TATA CARA PERMOHONAN REKOMENDASI IZIN PEMBENTUKAN LAZ BERSKALA KABUPATEN/ KOTA
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 18
Pemohon Oranisasi Kemasyarakatan, Yayasan, Perkumpulan Islam Berskala Kota
Pengajuan RekomendasiMengajukan permohonan tertulis dan melampirkan berkas rekomendasi Izin Pembentukan LAZ kepada BAZNAS
VerifikasiBAZNAS Pusat melakukan Verivikasi Administrasi dan Faktual atas pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ
VerifikasiBAZNAS Pusat melakukan Verivikasi Administrasi dan Faktual atas pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ
Persyaratan UmumTerdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan islam yang mengelolah bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaaga berbadan hukumMendapatkan rekomendasi dari BAZNASMemiliki pengawas syariatMemiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatanbersifat nirlabamemiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat, danbersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala Mengajukan Permohonan Izin
Pembentukan LAZ kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi atas rekomendasi dari BAZNAS PusatPermohonan diajukan secara tertulis dan wajib
menyebutkan skala rekomendasi ijin pembentukan LAZ berskala kabupaten atau kota ditandatangani oleh pimpinan ORMAS, yayasan, atau perkumpulan Islam.
Semua dokumen persyaratan dalam bentuk asli, bermaterai, bertanggal lengkap, dan ditandatangani.
Berkas yang Dilampirkana. Anggaran dasar organisasib. surat keterangan terdaftar dari organisasi/satuan kerja perangkat
daerah pemerintah kab/kota yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintah kab/kota di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat islam atau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari Kemenkumham bagi yayasan atau perkumpulan berbasis islam
c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan 1 (satu) anggota
d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat diatas materai yang ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariat
e. daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis administratif dan keuangan
f. surat pengangkatan pegawaig. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara
berkalah. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat
yang dimiliki di 3 (tiga) kecamatani. Fotokopi kartu BPJS, ketenagakerjaan, dan BPJS kesehatan bagi
pegawaij. Surat pernyataan kesanggupan menghimpun dana zakat, infaq,
sedekah, dan dana sosial keagamaan, minimal 3 milyar per tahun
* Bagi yang tidak memenuhi persyaratan akan menerima surat
tidak dapat memberikan rekomendasi ijin pembentukan LAZ,
disertai alasan.
TATA CARA PERMOHONAN REKOMENDASI IZIN PEMBENTUKAN UPZ BERSKALA KABUPATEN/ KOTA
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 19
Oranisasi Masyarakat Islam berbasis kabupaten/ Kota, Yayasan berbasis Islam, perkumpulan
Pengajuan Permohonan tertulis ke BAZNAS
Syarat :Anggaran dasar organisasisurat keterangan terdaftar dari organisasi/satuan kerja perangkat daerah pemerintah kab/kota yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintah kab/kota di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat islam atau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari Kemenkumham bagi yayasan atau perkumpulan berbasis islamsusunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan 1 (satu) anggotasurat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat diatas materai yang ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariatdaftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis administratif dan keuangansurat pengangkatan pegawaisurat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkalaikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat yang dimiliki di 3 (tiga) kecamatan
BAZNAS Pusat dengan BAZNAS provinsi/kab/kota melakukan verivikasi administrati dan factual atas penajuan rekomendasi ijin pembentukan LAS
BAZNAS mengabulkan pengajuan rekomendasi ijin pembentukan LAZ
Mengeluarkan Surat rekomendasi ijin pembentukan LAZ dengan jangka waktu maksimal 15 hari
Surat Ijin pembentukan dikeluarkan oleh LAZ kepala Kantor wilayah Kementerian agama provinsi
KOP SURAT INSTITUSI PEMOHON
Nomor : …………../……………………………………………..
Lamp : 2 lb
Perihal : Permohonan Pendirian Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS KOTA MALANG
Kepada :
Yth. Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota Malang
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dalam rangka meningkatkan penerimaan dan pendistribusian zakat, infaq, shadaqah (ZIS) dalam pengelolaan Badan Amil Zakat Nasioanal (BAZNAS) Kota Malang. Dengan ini saya :
Nama :
Jabatan :
Alamat Institusi/ Lembaga :
No telp/ HP :
Email :
Mengajukan permohonan kepada Pim. BAZNAS Kota Malang untuk dapatnya kami menjadi UPZ BAZNAS di (Kelurahan/ lembaga/ instansi/masjid …………..) yang kami pimpin. Adapun segala ketentuan dan aturan yang ditetapkan tentang pendirian UPZ, kami siap mengikuti.
Demikian permohonan kami, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang,…………………..2019
Pimpinan
Institusi/ Lembaga/ Kelurahan/ Masjid
………………………………….
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 19
Usulan Penurus UPZ BAZNAS Kota Malang
UPZ……………………………………….…… (Nama Kelurahan/ lembaga/ instansi/ masjid)
Penasehat : ………………………..(Pimp. Lembaga/ kelurahan/ instansi/ masjid
Pelaksana :
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Pimpinan lembaga / Kelurahan/
instansi/ masjid
………………………………….
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 20
NB :1. Ketua, sekretaris, bendahara boleh 1 atau 2
orang2. Jika diperlukan, pelaksana yang sudah ter
SK boleh membentuk bagian-bagian dalam pengelolaan UPZ
KOP SURAT INSTITUSI PEMOHON
Nomor : ……………/……………………………..
Lamp : 2 lb
Perihal : Permohonan Pendirian Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
BAZNAS KOTA MALANG
Kepada :
Yth. Pimp Badan Amil Zakat Nasional Kota Malang
Assalamual’aikum Wr.Wb
Dalam rangka meningkatkan penerimaan dan pendistribusian zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) dalam pengelolaan Badan Amil Zakat Nasioanl (BAZNAS) Kota Malang.
Dengan ini saya,
Nama :
Jabatan :
Alamat Institusi/ lembaga :
No Telp / HP :
Email :
Mengajukan permohonan kepada Pim. BAZNAS Kota Malang untuk dapatnya kami menjadi UPZ BAZNAS di (Kelurahan/ lembaga/instansi/masjid……….) yang kami pimpin. Adapun segala ketentuan dan aturan yang ditetapkan tentang pendirian UPZ, kami siap mengikuti.
Demikian permohonan kami, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pimpinan lembaga / Kelurahan/
instansi/ masjid
………………………………….
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 21
SOAL PRE-TEST1. Peraturan apa saja yang mengatur mengenai pengelolaan
zakat?2. Jelaskan yang dimaksud dengan BAZNAS, Lembaga Amil Zakat
(LAZ), Unit Pengumpul Zakat (UPZ)?3. Syarat apa saja yang dibutuhkan untuk pembentukan Lembaga
Amil Zakat (LAZ) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)?4. Bagaimana proses pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ),
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dari awal sampai dengan diberikannya ijin pendirian?
5. Kenapa syarat pembentukan UPZ tidak diperbolehkan berhubungan dengan partai politik?
6. Bagaimana kewenangan Baznas dalam memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan dengan peruntukan zakat?
7. Program seperti apakah yang akan ditawarkan oleh lembaga amil zakat kepada masyarakat yang dulunya hanya penerimaan zakat sehingga dapat menjadi yang mengelola zakat?
8. Perbuatan apa saja yang dapat diberikan sanksi? sebut dan jelaskan!
9. Sanksi apa saja yang diberikan?10. Adakan perbedaan lembaga amil zakat pada peraturan yang
lama dan peraturan yang baru? Jika ada sebut dan jelaskan?
Nb:
- Dikerjakan di kertas folio bergaris
- Dikumpulkan pada waktu pertemuan pertama PLKH
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum | 22