35
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan baku obat yang baik adalah bahan baku obat yang terstandarisasi sehingga terjamin mutunya. Bahan baku obat yang berasal dari hewan, tumbuhan, maupun mineral yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan disebut simplisia. Untuk mendapatkan simplisia atau bahan baku obat yang bermutu baik, untuk keperluan analisis maupun produksi, harus ada metode-metode atau teknik penyiapan sampel yang dilakukan. Penyiapan sampel dapat berbeda untuk setiap bahan yang satu dengan yang lain, namun beberapa langkah- langkah umum yang biasa dilakukan adalah pengambilan sampel, sortasi basah, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering. I.2. Maksud Percobaan Untuk mengetahui dan memahami cara-cara penyiapan sampel dan pembuatan simplisia herba Sambiloto (Andrographidis herba) dan Kayu Manis (Cinnamomi caulix) I.3. Tujuan percobaan

Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyiapan sampel sambiloto

Citation preview

Page 1: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bahan baku obat yang baik adalah bahan baku obat yang terstandarisasi

sehingga terjamin mutunya. Bahan baku obat yang berasal dari hewan, tumbuhan,

maupun mineral yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan

lain berupa bahan yang telah dikeringkan disebut simplisia.

Untuk mendapatkan simplisia atau bahan baku obat yang bermutu baik,

untuk keperluan analisis maupun produksi, harus ada metode-metode atau teknik

penyiapan sampel yang dilakukan.

Penyiapan sampel dapat berbeda untuk setiap bahan yang satu dengan

yang lain, namun beberapa langkah-langkah umum yang biasa dilakukan adalah

pengambilan sampel, sortasi basah, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering.

I.2. Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara-cara penyiapan sampel dan

pembuatan simplisia herba Sambiloto (Andrographidis herba) dan Kayu Manis

(Cinnamomi caulix)

I.3. Tujuan percobaan

1. Mengetahui dan memahami cara pengambilan sampel dan pengolahan

sampel

2. Mengetahui dan memahami tahap-tahap penyiapan sampel secara benar

dan tepat.

I.4 Prinsip Percobaan

Melakukakan penyiapan sampel dari herba Sambiloto (Andrographidis

herba) dan Kayu Manis (Cinnamomi caulix) mulai dari tahap pengambilan

sampel, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan

pengepakan atau pengemasan simplisia.

Page 2: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain yaitu simplisia

kering (1).

Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia

mineral.

1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura

Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari

selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya (1).

2. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-

zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,

misalnya Minyak Ikan (Oleum iecoris asselli) dan Madu (Mel depuratu) (1).

3. Simplisia mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau

mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (1).

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun

kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk

memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang

berpengaruh, antara lain :

a. bahan baku simplisia,

b. proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku

simplisia, dan

Page 3: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

c. cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (2).

Proses pembuatan simplisa atau penyiapan sampel memerlukan beberapa

tahapan, yaitu : (2)

1. Pengumpulan Bahan Baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan

baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain

tergantung pada :

a. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan

berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen

berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia

yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur saat panen tidak sama (2).

b. Jenis (spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan,

sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Sering juga terjadi

kekeliruan dalam menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis

tumbuhan dalam satu marga (genus) sering mempunyai bentuk morfologis

yang sama. Untuk itu pengumpulan harus merupakan seorang yang ahli

atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan

jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa

aktif, yang berarti mutu smplisia yang dihasilkan berbeda pula (2).

c. Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda seringkali mengakibatkan

perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan

dipengaruhi tinggi, tempat, serta keadaan tanah dan cuaca. (2)

d. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawaaktif

di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada

saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah

terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal didalam didalam

bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pada

tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula terbentuk

dalam akar. Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah

pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua, batang mulai mulai

berlignin dan kadar hiosiamina semakin meningkat. Kadar alkaloid

Page 4: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

hiosiamina tertinggi dicapai dalam pucuk tanaman saat tanaman berbunga

dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbuah dan makin turun

ketika buah semakin tua. Contoh lain, pada tanaman Mentha piperita muda

mengandung mentol banyak dalam daunnya. Kadar Minyak atsiri dan

Mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat

akan berbunga. Pada Cinnamomum camphora, Kamfer akan terkumpul

dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang

dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian.

Disampng waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan

pula simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen di pagi

hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu

dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam

simplisia terhadap sinar matahari (6).

Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :

a. Tanaman yang dipanen adalah bijinya yang telah tua seperti Kedawung

(Parkia roxburgiii) pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya

buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu

sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misalnya Jarak

(Ricinus communis).

b. Tanaman yang dipanen adalah buahnya, waktu pengambilan sering

dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan terjadinya

perubahan pada buah, seperti perubahan tingkat kekerasan misalnya Labu

Merah (Cucurbita moschata). Perubahan warna, misalnya Asam

(Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya Belimbing Wuluh

(Averrhoe belimbi), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), perubahan bentuk

buah, misalnya Mentimun (Cucumis sativus) dan Pare (Momordica

charantia).

c. Tanaman yang dipanen adalah daun pucuknya, pengambilan dilakukan

pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke

generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi

Page 5: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil

adalah pada pucuk daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus).

d. Tanaman yang dipanen adalah daun yang telah tua, daun yang diambil

dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang

atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini

misalnya Sembung (Blumea balsamifera ).

e. Tanaman yang dipanen adalah kulit batang, pengambilan dilakukan pada

saat tanaman telah cukup umur. Hal ini dilakukan agar pada saat

pengambilan tidak menganggu pertumbuhan sebaiknya dilakukan pada

musim yang menguntungkan pertumbuhan, antara lain menjelang musim

kemarau.

f. Tanaman yang dipanen adalah umbi lapis, pengambilan dilakukan pada

saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas,

misalnya Bawang Merah (Allium cepa).

g. Tanaman yang dipanen adalah rimpangnya, pengambilan dilakukan pada

musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam

keadaan ini rimpang dalam keadaan maksimum (6).

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih

dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan

dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang

tidak diperlukan.  Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan

garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau

dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, karung dan lain-

lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak

rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak

terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya proses

fermentasi.  Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus

dan binatang peliharaan) (3).

Page 6: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

Tabel 1: Bagian tanaman, cara pengumpulan dan kadar air simplisia.

No.Bagian

TanamanCara Pengumpulan

Kadar Air Simplisia

1 Kulit Batang

Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.

10%

2 BatangDari cabang dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter cabang tertentu. 10%

3 KayuDari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut setelah dikelupas kulitnya. 10%

4 DaunTua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.

5 %

5 BungaKuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan. 5 %

6 PucukPucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga). 8%

7 AkarDari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran tertentu.

10%

8 RimpangDicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. 8%

9 Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan tangan. 8%

10 BijiBuah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji dikumpulkan dan dicuci.

10%

11 Kulit buahSeperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.

8 %

12 BulbusTanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong kemudian dicuci.

-

(3).

2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang

dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus

dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang

tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat

mengurangi jumlah mikroba awal (3).

Page 7: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan

menggunakan air bersih dari mata air yang mengalir. Cara sortasi dan

pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.

Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah

mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang

terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan

mikroba. Pada simplisia akar, batang dan buah dapat dilakukan pengupasan

kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar

jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan

yang telah dikupas tersebut tidak memerlukan pencucian apabila pengupasan

dilakukan dengan cara yang tepat dan bersih (3).

4. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan pada bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil

jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejam satu hari.

Perajangan dapat dilakukan dengan alat mesin perajang khusus dan pisau,

pisau yang digunakan sebaiknya bukan dari besi misalnya stainless steel.

Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga

dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah

menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan.

Oleh karena iu, bahan simplisia seperti Temulawak, Temu Giring, Jahe,

Kencur, dan bahan sejenis lainnya dihindari dari perajangan yang terlalu tipis

untuk mencegah kurangnya kadar minyak atsiri (3).

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan

Page 8: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

mengurangi kadar air dan menghasilkan reaksi enzimatik akan dicegah

penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara :

a. Pengeringan Alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman

yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan:

1) Sinar matahari langsung

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional.

Namun, pada umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini

dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras,

seperti kayu, kulit kayu, biji, dan sebagainya, dan mengandung senyawa

aktif yang relatif stabil. Merupakan cara yang paling mudah dan

biayanya relatif murah. Simplisia cukup disebar merata setipis mungkin

di atas alas plastik atau tikar dan dijemur di bawah sinar matahari

langsung, sambil sering dibalik agar keringnya merata. Aktivitas

pembalikan harus dilakukan secara teratur sehingga hasil tanaman benar-

benar kering. Setelah batas kering yang dipersyaratkan tercapai,

penyimpanannya harus pada wadah yang kering dan steril (bersih).

Pengontrolan kualitas kering dapat dilakukan sebulan, sekuartal, dan

sesuai dengan keperluan dengan cara melakukan pengeringan kembali

apabila diperlukan (3).

Kerugian pengeringan dengan sinar matahari antara lain :

a) untuk mendapatkan hasil yang benar-benar kering memerlukan

waktu yang lama terlebih kalau cuaca kurang menguntungkan,

b) pengeringan akan sangat tergantung pada cuaca (sinar matahari),

apabila cuaca buruk untuk beberapa hari, kemungkinan besar

kerusakan endogen pada hasil tanaman telah mulai berlangsung,

c) pengeringannya memerlukan tempat yang luas dan beberapa orang

d) karena suhu dan waktu sukar diawasi atau diatur fluktuasinya, maka

kadang-kadang selama pengeringan dapat terjadi kerusakan akibat

mikroba, dan

Page 9: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

e) kecepatan pengeringan akan sangat tergantung pada iklim. oleh

karena itu cara ini lebih banyak digunakan di daerah dengan udara

panas atau kelembaban rendah, serta tidak turun hujan (3).

2) Diangin-anginkan

Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman

yang lunak seperti bunga, daun dan sebagainya, dan mengandung

senyawa mudah menguap. Kerugian yang didapatkan dengan

menggunakan metode ini adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama

untuk melakukan proses pengeringan dan cukup rentan terjadi kerusakan

akibat mikroba (3).

b. Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan

sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan

menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan

dan aliran udaranya dapat diatur (3).

Prinsip pengeringan buatan yaitu udara dipanaskan oleh suatu sumber

panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas dialirkan

dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan

dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering, dengan prinsip

ini dapat diciptakan suatu alat pengering, yang sederhana, praktis dan murah,

dengan hasil yang cukup baik (3).

Apabila menggunakan cara pengeringan buatan dapat diperoleh

simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata

dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan

cuaca. Meskipun demikian, pengadaan alat atau mesin pengering

membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh

perusahaan jamu yang sudah cukup besar (3).

Bahan berupa tanaman hidup memiliki kandungan air yang tinggi. Daun-

daun berisi sekitar 60-90 % air, akar dan rimpang 70-85 % dan kayu 40-50 %.

Presentasi air yang paling rendah ditemukan di dalam biji yaitu tidak lebih

dari 5-10%. Tujuan dilakukan pengeringan adalah untuk mendapatkan

Page 10: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam waktu yang

relatif lama. Kekeringan suatu simplisia dapat di hitung kadarnya, kadar air

yang dikandungnya kira-kira 1%, dengan kadar air yang demikian ini

diharapkan dapat menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat

merusak zat aktif simplisia. Selain itu juga, dimaksudkan untuk mencegah

pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan

hasil pemisahan yang sempurna pada ekstraksi (2).

6. Sortasi kering

Sortasi kering dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing

yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau

benda asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari

pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan

atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk

mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan (3).

II.2 Deskripsi Tanaman

1. Sambiloto (Andrographidis herba)

Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti

kebun kopi, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan.

Merupakan daun yang berasa pahit dan dingin. Tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (4) .

Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan semusim, dengan tinggi

50-90 cm, batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi empat.

Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset,

pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun berwarna

hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-3

cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun, berbentuk tabung,

kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah kapsul berbentuk

jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila

masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil,

Page 11: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan biji

atau stek batang (4).

2. Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

Kayu manis biasanya diambil kulit kayunya, di daerah pegunungan

sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat

telur, warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu, dijual

dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan

digolongkan menurut panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) (5) .

Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.

Panjangnya sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya.

Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya

berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil.

Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat

memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua

(5).

Menghasilkan produk kulit kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup

dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari

kulit luar, lalu dibelah–belah menjadi berukuran lebar 3–4 cm. Selanjutnya

kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2–3 hari,

kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50% artinya,

kalau bobot sebelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis kering harus

berbobot 0,5 kg. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi,

kadar air tinggi diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran (5)

II.3. Klasifikasi Tanaman

1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Page 12: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata (4).

2. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)

Kingdom : Plantae

Divisi : Gymnospermae

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Dialypetalae

Ordo : Policarpicae

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii (5).

II.4. Kandungan Kimia

1. Sambiloto

Daun tumbuhan sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit,

dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan

percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,

andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidro-

andrografolid dan homoandrografolid. Terdapat juga flavonoid, alkana,

keton, aldehid, mineral (kalium, akarnya mengandung flavotioid, dimana

hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon, andrografin, panikulin,

mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter) (4).

Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena

mengandung senyawa yang disebut andrographolid yang merupakan

senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5 – 4,8 % dari

berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun

sambiloto yang juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti

kalium, natrium dan asam kersik (4).

Page 13: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

2. Kayu Manis

Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah

cinnaldehida 60–70 % ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida,

benzyl-benzoat, phelandrene dan lain–lainnya. Kadar eugenol rata–rata 66-

80 %. Dalam kulit masih banyak komponen–komponen kimiawi misalnya

damar, pelekat, tanin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis

insektisida cinnzelanin dan cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (5).

Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi,

serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu

manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin,

kalsium oksalat, damar dan zat penyamak (5).

II.5. Khasiat

1. Sambiloto

Tumbuhan sambiloto berkhasiat sebagai obat amandel, obat asam

urat, obat batuk berdahak, obat diabetes melitus, obat hipertensi, hepatitis,

stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap serangan flu babi dan

flu burung. Daun tumbuhan sambiloto bermanfaat untuk menurunkan

demam tinggi dan malaria. Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat

untuk mengatasi:

a. hepatitis, infeksi saluran empedu,

b. disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel,

c. abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas,

d. bronkhitis, radang ginjal akut, radang telinga,

e. kencing nanah , kencing manis (diabetes melitus),

f. tumor trofoblas, serta tumor paru kanker,

g. batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), dan

h. darah tinggi (hipertensi),

Daun tumbuhan sambiloto juga dapat merusak sel trophocyt dan

trophoblast, berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor, pyknosis

dan menghancurkan inti sel. Daun tumbuhan sambiloto juga berkhasiat

Page 14: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

sebagai obat luar untuk gatal-gatal dan untuk penawar bisa ular atau

gigitan serangga lainnya. Dan mempunyai sifat bakteriostatik dan

meningkatkan daya fagositosis sel darah putih (4).

2. Kayu Manis

Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap

mikroorganisme, membangkitkan selera makan atau menguatkan lambung

juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin. Selain itu minyaknya dapat

digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau

sabun, deterjen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan

makanan dan minuman minyak kayu manis digunakan sebagai pewangi

atau peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman

ringan, agar–agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup (5) .

Efek farmakologis yang dimiliki kayu manis diantaranys sebagai

peluruh kentut, peluruh keringat, antirematik, penambah nafsu makan dan

penghilang rasa sakit (5).

Page 15: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan adalah cutter, baskom, gunting, kertas, koran,

oven, pisau, pot sampel, dan timbangan.

III.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sampel herba Sambiloto (Androgra-

phidis herba) dan Kayu Manis (Cinnamomi caulix).

III.2. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diambil sampel herba Sambiloto dan Kayu Manis.

3. Diakukan sortasi basah terhadap kedua sampel yang baru diambil.

4. Dicuci sampel dengan air mengalir.

5. Dilakukan perajangan terhadap sampel herba Sambiloto dan Kayu Manis.

6. Dikeringkan sampel menggunakan oven pada suhu 50oC.

7. Dilakukan sortasi kering terhadap sampel yang telah dikeringkan.

8. Dimasukkan kedua sampel ke dalam wadah (pot sampel).

Page 16: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2 : Sortasi basah sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 1 : Sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

No Sampel Bobot basah Bobot kering

1 Andrographidis herba 1300 g 610 g

2 Cinnamomi caulix 510 g 490 g

IV.2 Gambar Pengamatan

IV.2.1 Herba Sambiloto

Page 17: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 4 : Perajangan sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 3: Pencucian sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 7: Pengepakan sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 6 : Sortasi kering sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 5 : Pengeringan sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 8 : Sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 9: Perajangan sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 11 : Pengeringan sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 10 : Pencucian sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

IV.2.2 Kayu Manis

Page 18: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 12 : Sortasi kering sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 13 : Pengepakan sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

IV.3 Perhitungan

IV.3.1 Perhitungan herba Sambiloto

a. Persen Rendamen

Bobot basah = 1300 g

Bobot kering = 610 g

% Rendamen = Bobot keringBobot basah

× 100%

=610

1300 × 100%

= 46.92%

b. Kadar Air

Kadar Air = bobot basah−Bobot kering

Bobot basah × 100%

=1300−610

1300 × 100%

=53,07%

Page 19: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

IV.3.2 Perhitungan Kayu Manis

a. Persen Rendamen

Bobot basah = 510 g

Bobot kering = 490 g

% Rendamen = Bobot keringBobot basah

× 100%

=490520

× 100%

= 94,23%

b. Kadar Air

Kadar Air = bobot basah−Bobot kering

Bobot basah × 100%

=510−490

510 × 100%

=3,92%

Page 20: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan proses penyiapan sampel simplisia melalui

tahap-tahap yang ada dalam prosedur yang telah ditetapkan. Tahap pertama yang

dilakukan untuk herba Sambiloto yaitu pengambilan herba dari tanah. Menurut

literatur, cara pengambilan sampel herba Sambiloto adalah mengambil seluruh

bagian tanaman yang bagus dan membuang yang kurang baik dan untuk Kayu

Manis diambil batangnya yang tidak berjamur. Selanjutnya dilakukan

penimbangan sampel basah simplisia dan kemudian disortasi basah. Sortasi basah

ini dilakukan untuk memisahkan kotoran atau benda-benda asing seperti pasir,

tanah, debu, dan kotoran lainnya.

Setelah dilakukan sortasi basah dilanjutkan penyiapan sampel dengan

pencucian. Pencucian tujuannya hampir sama dengan sortasi basah yaitu untuk

memisahkan kotoran yang melekat pada sampel. Pencucian ini dilakukan dengan

menggunakan air mengalir agar kotoran terbawa bersama-sama dengan air yang

dialirkan. Setelah dilakukan pencucian sampel dilanjutkan dengan perajangan.

Tujuan perajangan adalah untuk mempermudah proses pengeringan dan

pengepakan.

Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air supaya simplisia

awet. Sebaiknya kadar air pada daun ≤ 5%, Batang ≤ 10 % dan Akar ≤10 %. Jika

kadar air dalam herba Sambiloto dan batang Kayu Manis masih belum sesuai

yang diinginkan maka ditakutkan akan terjadi reaksi enzimatis dan zat aktif akan

teurai disertai dengan pertumbuhan kapang, ataupun jasad renik dan simplisia

akan rusak dan menurun mutunya. Untuk menghindari hal-hal tersebut juga

diperlukan wadah yang memenuhi syarat yang diperlukan.

Adapun syarat-syarat wadah yang baik untuk penyimanan simplisia

adalah:

Page 21: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

a. melindungi dari o2,

b. melindungi dari cahaya,

c. bersifat inert (tidak bereaksi dengan simplisia), dan

d. melindungi dari pengotor seperti serangga, kotoran, dll.

Setelah didapatkan simplisia melalui tahap-tahap diatas maka dilakukan

perhitungan persen randamen yakni sebesar 46,92% terhadap herba Sambiloto dan

untuk sampel Kayu Manis didapatkan persen rendamen sebesar 94,23%,

sedangkan untuk kadar air diperoleh kadar air untuk herba Sambiloto sebesar

53,07% dan sampel Kayu Manis sebesar 3,92%.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan simplisia yaitu:

a. cahaya,

b. oksigen,

c. reaksi kimia,

d. dehidrasi dan higroskopis,

e. kapang,

f. serangga, hewan pengerat, dan

g. pengotor.

Page 22: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyiapan

sampel herba Sambiloto dan batang Kayu Manis melalui beberapa tahap,

yaitu pencucian, sortasi basah, perajangan, pengeringan, perajangan dan

sortasi kering. Setelah didapatkan simplisia melalui tahap-tahap diatas

maka dilakukan perhitungan persen randamen yakni sebesar 46,92 %

terhadap herba Sambiloto dan untuk sampel Kayu Manis didapatkan persen

rendamen sebesar 94,23%.

VI.2 Saran

VI.2.1 Laboratorium

Untuk laboratorium Farmakognosi alat-alat seperti oven agar

diperbanyak agar praktikan tidak berdesak-desakan.

VI.2.2 Praktikan

Untuk praktikan agar lebih berhati-hati dalam bekerja.

VI.2.3 Asisten

Kami berharap agar asisten tetap selalu mendampingi praktikan

selama praktikum berlangsung agar praktikan tidak merasa kebingungan

sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.

Page 23: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

2. Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

3. Mufidah, dkk. 2013. Buku Ajar Farmakognosi Analitik. Makassar: Fakultas

Farmasi, Universitas Hasanuddin.

4. Widyawati, Tri. 2005. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis

paniculata Nees). Sumatera Utara : Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

5. Agustina, Wahyu, dkk. 2009. Minyak Atsiri dari Kulit Batang

Cinnamomum Burmannii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae Sebagai

Insektisida Alami, Antibakteri, dan Antioksidan. Surabaya: Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Achmad,dkk.1995. Obat Asli Indonesia khusus dari Tumbuhan yang ada

di Indonesia. Bandung: Balai Penerbit FKUI.

Page 24: Laboratorium Fitokimia Penyiapan Sampel

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Pengambilan sampel

Sortasi basah

Pencucian sampel

Perajangan

Sortasi kering

Penngepakan dan Penyimpanan

Hitung % rendamen dan % kadar air