Upload
yoga-wiranoto
View
251
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
o Lagu Kebangsaan: Allah Peliharakan Sultan.
o Ideologi Negara Brunei Darussalam adalah Melayu Islam Beraja (MIB).
o Melayu: Akar budaya bangsa
o Islam: Agama negara dan panduan masyarakat Brunei
o Beraja (kerajaan): Sistem negara dan pemerintahan di Brunei Darussalam
o Populasi Brunei: 398.000 orang (posisi tahun 2008 berdasarkan catatan Jabatan Perencanaan dan Kebijakan Ekonomi Brunei Darussalam).
o Penerapan Syari’ah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta penulisan huruf Arab Jawi selain Latin di tempat-tempat umum di Brunei merupakan implementasi kongkrit ideologi MIB.
o Dalam penyelenggaraan Negara, Brunei Darussalam berpegang pada dua pilar yaitu Konstitusi Tahun 1959 dan Tradisi MIB.
Sejarah :
Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan
Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab
menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-
8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputiSabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di
Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah
ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya
menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga pernah menjadi taklukan
(vazal) Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa. Nama Brunai tercantum
dalam Negarakertagama sebagai daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama
karena setelah Hayam Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah negeri yang
merdeka dan pusat perdagangan penting.
Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan
pengaruhnya dan kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama
Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke
tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam
dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad
ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya.
Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal disebabkan pengembaraan baginda di
laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara
hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan
sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan
dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada
Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang
saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei
merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari
pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya
pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta
memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta
menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik
menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di
bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan
kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-
perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah
protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur
Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania
dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi
Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat
kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan
dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu
hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania.
Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena
terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania,
pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu
menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung
dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan
Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah,
menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei
mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970,
pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk
mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan
Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan
sepenuhnya.
Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak
dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Asal usul brunei :
Silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang
dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada
Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Brunei adalah sebuah negara tua di antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan Brunei Tua
ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, Cina dan tradisi lisan. Dalam catatan
Sejarah Cina dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenali
dengan Dzabaj atau Randj.
Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari
perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke
Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut
yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk
transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun
mengucapkan perkataan baru nahyang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati
mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama
kelamaan berubah menjadi Brunei.
Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-
Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan
dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan
stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama
tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul
Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula
menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan
mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk
lokal maupun keluarga kerajaan Brunei.
Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan
Brunei ke-3 pada tahun 1425 M. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan / pancir dari
Cucu Rasulullah Shalallahualaihi Wassallam yaitu Amirul Mukminin Hasan / Syaidina Hasan sebagaimana
yang tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan,
Brunei. Keturunan Sultan Syarif Ali ini kemudian juga berkembang menurunkan Sultan-Sultan disekitar
wilayah Kesultanan Brunei yaitu menurunkan Sultan-Sultan Sambas dan Sultan-Sultan Sulu.
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara produsen utama minyak bumi dan gas di Asia Tenggara. Temuan sumur minyak pertama pada tahun 1929 dan berbagai temuan minyak dan gas di sumur-sumur off-shore, on-shore dan pedalaman wilayah Brunei telah mendorong negara itu maju pesat perekonomiannya. Minyak mentah, produk-produk petroleum dan liquified natural gas (LNG) Brunei diekspor dengan negara tujuan utama Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara ASEAN.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1929, sumber minyak di beberapa kawasan Brunei Darussalam dieksplorasi oleh Brunei Shell Petroleum Sdn Bhd, sebuah perusahaan joint venture antara Pemerintah Brunei Darussalam dengan Royal Dutch Shell Group. Baru pada tahun 1980-an terdapat konsorsium lain yang turut melakukan eksplorasi minyak di Brunei Darussalam, yakni Total E&P Borneo BV yang merupakan kolaborasi antara perusahaan eksplorasi minyak internasional Total Fina Elf dengan perusahaan lokal Jasra International Petroleum.
KERJASAMA BILATERAL INDONESIA - BRUNEI DARUSSALAM Hubungan kerjasama bilateral Indonesia - Brunei Darussalam secara politis mencapai bobot yang cukup tinggi dengan kunjungan kenegaraan Sultan Haji Hassanal Bolkiah ke Indonesia pada tanggal 22-24 April 2008. Kunjungan tersebut untuk membalas kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Brunei Darussalam tanggal 27-28 Pebruari 2006.
Pada kunjungan Sultan Brunei Darussalam bulan April 2008 tersebut telah berlangsung antara lain kegiatan sebagai berikut:
Pertemuan Bilateral Indonesia – Brunei Darussalam pada tanggal 22 April 2008.
Penandatanganan MoU on Cultural Cooperation antara Republik Indonesia dengan Brunei Darussalam oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Menteri Kebudayaan, Belia dan Sukan Negara Brunei Darussalam di Jakarta pada tanggal 22 April 2008.
Penyematan Wing Kehormatan Penerbang TNI Angkatan Udara dan pengukuhan sebagai Anggota Kehormatan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhasau) kepada Sultan Haji Hassanal Bolkiah di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta, tanggal 23 April 2008.
Makanan tradisional brunei :
• Kelupis
• Wajik
• Pinyaram
• Katilapam
• Calak
• Tapai
• KuripitSelurut
• Kuih talam
• Bingka
• Cucur
• Rangin
• Penganan cincin
• Penganan papan
• Kekara
• Serirupa
• Serimuka
• Utak lembu
• Bangkung
• Apam
• Pangat-pangatan (ubi kayu/keladi)
• Ambulung kimanis
• Buahulu
• Kuih lapis
• Dudul
• Madukasirat
• Ambuyat
Alat music tradisional :
• Gulintangan
• Canang
• Tawak-tawak
• Gong
• GandangGambus
• Biola
• Guritik
• Dombak
• Gandang Sadaman
• Guriding
• Tangkung
• labik
• Guriding
• Tangkung
• labik
• Sibin
• Bangsi
• Umpung
• Koroney
• Rampana
• Rampana Naindung
• Rampana Radat
• Rampana Hadrah
Perlu diingat :
• Brunei Darussalam ikut berpartisipasi dalam pengiriman pasukan yang tergabung dalam misi perdamaian Aceh Monitoring Mission (AMM). Brunei Darussalam memberi bantuan terhadap proses rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam pasca tsunami tanggal 26 Desember 2004, yang ditunjukkan oleh Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah dengan pemberian bantuan pembangunan proyek infra-struktur di Desa Memplan, Aceh yang dikenal dengan “Brunei Village” senilai B$ 2 juta.
• Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan salah satu dari empat Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir pada acara pembukaan Bali Democracy Forum di Nusa Dua, Bali, tanggal 10 Desember 2008. Beliau merupakan salah satu dari empat (4) Kepala Negara / Pemerintahan negara-negara yang hadir. Hubungan bilateral kedua negara ditandai juga dengan berlangsungnya kunjungan kerja Ketua Parlemen Brunei Darussalam (Legislative Council / LegCo) dan delapan (8) anggota LegCo ke Indonesia tanggal 28 April – 2 Mei 2008.
• Kunjungan tersebut merupakan balasan kunjungan muhibah Ketua DPR-RI, Bapak Agung Laksono ke Brunei Darussalam tanggal 28-30 Maret 2006 yang didampingi 7 anggota DPR-RI beserta isteri. Dari kunjungan Ketua Parlemen Brunei Darussalam ke Indonesia, terwujud saling pengertian dan hubungan baik antara Legislative Council (LegCo) Brunei Darussalam dan DPR RI.
• Pada tahun 2008, ditandatangani MoU (Nota Kesepahaman) antara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) RI dengan Financial Intellegence Unit pada Kementerian Keuangan Brunei Darussalam, di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2008. Kedua negara
menyepakati untuk melakukan pencegahan pencucian uang untuk membiayai terorisme dan aksi-aksi kejahatan lainnya.
• Sebagai wujud hubungan kerjasama bilateral Indonesia dan Brunei Darussalam yang baik, Pemerintah Brunei Darussalam menganugerahkan bintang kehormatan kepada pejabat tinggi Pemerintah Indonesia. Penganugerahan Bintang Kehormatan ”Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang Darjah Pertama” diberikan oleh Sultan Brunei Darussalam kepada Kapolri, Jenderal Pol. Drs. Sutanto di Istana Nurul Iman, Bandar Seri Begawan, tanggal 7 April 2008. Bintang kehormatan diberikan atas pertimbangan jasa-jasa Kapolri dalam meningkatkan kerjasama antara Kepolisian RI dan Polisi Diraja Brunei Darussalam.
• Pada tanggal 11 – 15 Oktober 2009, rombongan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 43 Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) melakukan studi strategis luar negeri dan berkunjung ke Brunei Darussalam.
• Rombongan yang dipimpin Mayor Jenderal TNI Suroyo Gino, Tenaga Ahli LEMHANNAS Bidang Kewaspadaan Nasional beranggotakan 25 orang dan bertujuan melihat langsung dan mempelajari perkembangan pembangunan ekonomi nasional Brunei Darussalam, khususnya di bidang energi, dalam memperkuat ketahanan energinya, guna mendukung ketahanan nasional Brunei Darussalam.
• Kunjungan rombongan LEMHANNAS tersebut merupakan yang kedua ke Brunei Darussalam setelah yang pertama terlaksana pada tanggal 12 – 17 Oktober 2008, dimana rombongan peserta PPRA 42 LEMHANNAS dipimpin Mayor Jenderal TNI Wilono Djatiwiyono.