Upload
duongduong
View
241
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG
BERBEDA UKURAN PADA BERBAGAI SALINITAS TERHADAP
MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)
Skripsi
Oleh
Ika Rahayu Ningsih
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE FILTRATION RATE OF GREEN MUSSEL, Perna viridis (Linn, 1758)
OF DIFFERENT SIZE AT A VARIOUS OF SALINITY TO
MICROALGAE Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)
By
Ika Rahayu Ningsih
Green mussels, Perna viridis (Linn, 1758) is a nonselective filter feeder organism
that a consumer of microalgae. Microalgae can be abundant due to the eutrofikasi
and cause negative impact in the ecosystem. This research aimed to assess the rate
of green mussel filtration of different sizes at salinity to Chaetoceros calcitrans
(Paulsen, 1968). This research used randomized factorial design with nine
treatments and three repetition. Each treatment consisted of a combination of
salinity (25, 30 and 35‰) and size (3, 6, and 8 cm). The density of microalgae
was 5 x 106
cell/l. The result showed there was no effect of mussel size and
salinity on the filtration rate to Chaetoceros calcitrans.
Keywords: green mussel, Chaetoceros calcitrans, salinity, size, filtration rate
ABSTRAK
LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG
BERBEDA UKURAN PADA SALINITAS YANG BERBEDA
TERHADAP MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)
Oleh
Ika Rahayu Ningsih
Kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) merupakan organisme nonselective filter
feeder pemakan mikroalga di perairan. Mikroalga dapat melimpah dalam kondisi
eutrofikasi di perairan. Sehingga berdampak negatif terhadap ekosistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju filtrasi kerang hijau yang berbeda
ukuran pada salinitas yang berbeda terhadap Chaetoceros calcitrans (Paulsen,
1968). Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial
dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri
dari kombinasi salinitas (25, 30 dan 35‰) dan ukuran (3, 6 dan 8 cm). Kepadatan
mikroalga yang diberikan pada tiap perlakuan sebanyak 5 x 106 sel/l. Hasil
penelitian menunjukan tidak adanya pengaruh ukuran kerang dan salinitas yang
berbeda pada laju filtrasinya terhadap Chaetoceros calcitrans.
Kata kunci : kerang hijau, Chaetoceros calcitrans, salinitas, ukuran, laju filtrasi
LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG
BERBEDA UKURAN PADA SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)
Oleh
IKA RAHAYU NINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan Dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Trisnomaju, Kecamatan Negerikaton,
Kabupaten Pesawaran, pada tanggal 13 Agustus 1993 sebagai
anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Purwanto dan
Ibu Juminten.
Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 1 Trisnomaju (2000-2006), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1
Negerikaton (2006-2009), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1
Negerikaton (2009-2012). Tahun 2012-2013 penulis mengajar di TK Harapan
Bangsa. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan Unila (Hidrila) sebagai anggota Bidang Pengabdian
Masyarakat (2014-2015) dan Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat (2015-
2016). Penulis pernah melakukan magang di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung dengan judul “Pembenihan Kerapu Bebek (Cromileptes
altivelis)” pada bulan Februari-Maret 2014. Penulis telah melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur, pada bulan Januari-Maret 2016. Penulis mengikuti
Praktik Umum di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL)
dengan Judul “Analisis Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus
(IHHNV) pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan menggunakan
metode PCR Konvensional di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
(LP2IL) Serang, Banten” pada bulan Juli-Agustus 2016.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Akuatik pada tahun ajaran
2014/2015, Biokimia umum pada tahun ajaran 2014/2015, 2015/2016 dan
2016/2017, Ekologi Perairan pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017,
v
Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017, Fisiologi
Hewan Air dan Oceanografi pada tahun ajaran 2015/2016, Evaluasi Kesesuaian
Lahan Akuakultur dan Toksikologi pada tahun ajaran 2016/2017 di Jurusan
Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penulis
melakukan penelitian pada bulan Mei-Juni 2017 dengan judul “Laju Filtrasi
Kerang Hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang Berbeda Ukuran pada Salinitas
yang Berbeda Terhadap Mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)”.
vi
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Laju filtrasi
kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang berbeda ukuran pada salinitas yang
berbeda terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)” yang
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Purwanto dan Ibu Juminten yang selalu
memberikan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a yang
diberikan tanpa henti demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan
penyusun.
2. Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.
4. Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku pembimbing I atas kesediaan meluangkan
waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan dan
saran.
5. Darma Yuliana, S.Kel., M.Si. selaku pembimbing II atas kesediaan
meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan,
masukan dan saran.
6. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si. selaku penguji atas masukan dan saran
yang diberikan.
7. Mahrus Ali, S.Pi., M.Si. dan Deny Sapto Condro Utomo, S.Pi., M.Si. selaku
Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan selama ini.
8. Adikku Irfan Riyanto dan keluarga besar yang selalu memberikan nasehat,
dukungan dan do’a yang menjadi penyemangat penyusun.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Idul, Kurno, Rifki, Wede, Uwo
(Ratna), Nia, Sumini (Mita), Diah, Ema, Neni (Yeni), Indri (Team KJA)
vii
Binti, Acil (Aida), Arlin, Yunov, Ari, Ulan, Ute, Rizka, Ricky, Wahyu, Uni
(Masna), Rara, Kuple (Aji S), Anrifal, Enggi, Mona, Glen, Evan, Shinta, Rio,
Arbi, Arga, Tania, Desti beserta teman-teman almamaterku yang belum
disebutkan satu per satu atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita selama
ini.
10. Seluruh teman-teman presidium Hidrila periode 2015-2016 atas semangat,
bantuan dan kebersamaan yang telah diberikan.
11. Agung Hariyanto, Toto, Ganang, Aldi dan Bayu Saputro atas bantuan dan
dukungan yang diberikan.
12. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkat angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang
memberikan dorongan dan motivasinya serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, November 2017
Penyusun
Ika Rahayu Ningsih
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah ........................................................ 1
1.2 Tujuan penelitian ......................................................................... 2
1.3 Manfaat penelitian ....................................................................... 2
1.4 Kerangka pikir ............................................................................. 2
1.5 Hipotesis ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi kerang hijau .......................................................................... 6
2.2 Laju filtrasi ........................................................................................ 7
2.3 Chaetoceros calcitrans ..................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat ....................................................................... 12
3.2 Alat dan bahan ............................................................................ 12
3.3 Rancangan penelitian ................................................................. 13
3.3.1 Rancangan lingkungan .................................................. 13
3.3.2 Rancangan perlakuan .................................................... 13
3.3.3 Parameter uji .................................................................. 14
3.3.3.1 Laju filtrasi kerang hijau .................................... 15
3.3.3.2 Kepadatan mikroalga ......................................... 15
3.4 Prosedur penelitian ..................................................................... 16
3.4.1 Persiapan wadah ............................................................ 16
3.4.2 Persiapan media ............................................................. 16
3.4.3 Persiapan hewan uji ....................................................... 16
ix
3.4.4 Persiapan pakan ............................................................ 17
3.4.5 Pelaksanaan uji ............................................................. 17
3.5 Analisis data .............................................................................. 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans ................................ 19
4.2 Laju filtrasi kerang hijau .................................................................. 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
………………………………Halaman Halaman
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................. 12
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ............................................ 13
Tabel 3. Faktor ukuran dan salinitas yang digunakan ....................................... 14
Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dicobakan ................................................ 14
Tabel 5. Kualitas air media penelitian .............................................................. 21
Tabel 6. Laju filtrasi kerang hijau selama penelitian ........................................ 23
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian........................................ 4
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kerang hijau............................................... 6
Gambar 3. Penurunan kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans
dalam media ............................................................................... 19
nbhk
jhghyg
jhjh
\hj
Hgjh
Bhgj
Jhjkh
Jghy
Njkh
Nh
Nju
Jg
Kjhy
Jmkh
Nhg
Mjh
Njhu
Njh
Njh
Nuj
Njh
xii
Njuh
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil uji normalitas data ........................................................ 31
Lampiran 2. Hasil uji homogenitas data ..................................................... 31
Lampiran 3. Hasil analisis laju filtrasi dengan menggunakan Anova
program SPSS ........................................................................ 32
Lampiran 4. Uji Duncan ukuran dan salinitas terhadap laju filtrasi
kerang hijau ............................................................................ 33
Lampiran 5. Kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans ........................ 34
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kegiatan budidaya ikan berdampak positif untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan produksi perikanan, namun dapat pula berdampak negatif
terhadap ekosistem karena menghasilkan limbah organik, terutama unsur nitrogen
dan fosfor yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan yang menumpuk di dasar
perairan. Banyaknya limbah organik tersebut dapat menyebabkan pengkayaan
nutrien di perairan yang selanjutnya dapat menyebabkan kelimpahan fitoplankton
dan mengakibatkan kematian masal pada organisme budidaya dan biota akuatik
lainnya (Ndahawali, 2001).
Kelimpahan fitoplankton di perairan pantai umumnya dari kelompok diatom. Hal
ini disebabkan kemampuan reproduksi diatom yang lebih cepat dibandingkan
dengan jenis fitoplankton lainnya. Komposisi diatom selalu dijumpai dengan
persentase di atas 90% dan Chaetoceros merupakan salah satu jenis yang dominan
selain Skeletonema (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengkayaan nutrien di perairan
antara lain dengan menerapkan teknologi yang dapat mengurangi limbah
budidaya, misalnya melalui penerapan Integrated Multi-Trophic Aquaculture
(IMTA) yang merupakan teknologi bersifat bebas limbah. Teknologi IMTA dapat
meningkatkan produktivitas budidaya melalui pengembangan usaha budidaya
perikanan secara terintegrasi dan intensif dari ikan, udang, rumput laut dan
kekerangan yang dipelihara dalam suatu ekosistem dengan kondisi kualitas
lingkungan perairannya terjaga dengan baik (Aliah, 2012). Teknologi IMTA
menggunakan organisme kekerangan sebagai salah satu organisme penyerap
limbah organik karena kerang sifatnya menyaring semua bahan terlarut di perairan
(nonselective filter feeder) sehingga dapat menyaring semua limbah yang
dihasilkan dari budidaya tersebut. Kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758)
2
merupakan salah satu organisme yang sering digunakan dalam teknologi tersebut
(Makmur et al, 2012).
Menurut Hutami et al. (2015) rata-rata laju filtrasi kerang hijau akan meningkat
pada salinitas yang lebih tinggi dari tempat hidupnya. Perubahan salinitas
meningkatkan osmoregulasi kerang hijau, yang berarti meningkat pula laju
filtrasinya. Selain salinitas, ukuran kerang hijau dan jenis mikroalga juga
berpengaruh pada laju filtrasi kerang hijau (Hutami et al. 2015). Semakin besar
ukuran kerang hijau maka semakin tinggi laju filtrasinya (Pratikto, 2013). Oleh
sebab itu perlu dikaji lebih lanjut apakah ada interaksi antara salinitas dan ukuran
kerang hijau terhadap laju filtasi kerang hijau.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji laju filtrasi kerang hijau yang berbeda
ukuran pada berbagai salinitas terhadap Chaetoceros calcitrans.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi informasi tentang optimalisasi
pemanfaatkan kerang hijau sebagai salah satu cara untuk mengurangi limbah
organik dari kegiatan budidaya.
1.4 Kerangka Pikir
Budidaya ikan yang berkembang semakin intensif dapat berpotensi menghasilkan
limbah dari sisa-sisa pakan yang berupa bahan organik (Mansur et al, 2013). Sisa
pakan dan sisa metabolisme dari aktivitas budidaya ikan menjadi penyebab utama
pencemaran perairan dan terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan
kelimpahan (blooming) mikroalga yang berdampak pada menurunnya fungsi
ekosistem (Widyastuti et al. 2009).
Kelimpahan mikroalga di perairan dapat berdampak buruk bagi kualitas air dan
organisme budidaya. Salah satu mikroalga yang dominan ketika terjadi
kelimpahan mikroalga adalah C. calcitrans. Untuk mengurangi blooming
(pelimpahan) C. calcitrans di perairan maka dapat digunakan kerang hijau. Cara
3
makan kerang hijau yang nonselective filter feeder dapat dimanfaatkan sebagai
organisme pemakan C. calcitrans.
Cara makan kerang hijau adalah nonselective filter feeder sehingga limbah
organik dan mikroorganisme di perairan dapat diserap oleh kerang hijau.
Kecepatan filtrasi dari kerang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
salinitas, ukuran, kualitas air dan bukaan cangkangnya (Putra, 2006). Untuk
mengetahui kecepatan filtrasi kerang hijau maka dilakukan penelitian ini dengan
mengkombinasikan ukuran panjang kerang dan salinitas yang berbeda. Panjang
cangkang yang digunakan yaitu 3, 6 dan 8 cm, sedangkan salinitas yang akan
digunakan yaitu 25, 30 dan 35‰.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui kemampuan laju fitrasi terbaik
kerang hijau. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk pemanfaatkan kerang hijau secara optimal sebagai organisme remediator
untuk menjaga kualitas lingkungan dan dapat mengurangi dampak limbah yang
dihasilkan dari kegiatan budidaya.
4
Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian
1.5 Hipotesis
Untuk melihat ada atau tidak adanya interaksi antara ukuran dan salinitas pada
laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros
calcitrans maka hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Tidak ada interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang
hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.
H1 : Ada interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang hijau
(Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.
Jika tidak terdapat interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang
hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans maka dilihat
pengaruh faktor tunggal dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Salinitas yang berbeda tidak berpengaruh pada laju filtrasi kerang hijau
(Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.
Budidaya ikan menghasilkan
sisa pakan dan feses
Limbah organik
Eutrofikasi
Mengurangi limbah organik
Kepadatan C. calcitrans Mencegah kelimpahan
mikroalga
Laju filtrasi
Kerang hijau
Salinitas
Ukuran
Kerang hijau
5
H1 : Minimal ada satu perlakuan salinitas yang berpengaruh pada laju filtrasi
kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.
H0 : Ukuran kerang hijau yang berbeda tidak berpengaruh pada laju filtrasi
kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.
H1 : Minimal ada satu perlakuan ukuran kerang hijau yang berpengaruh pada
laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros
calcitrans.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Kerang Hijau
Kerang hijau merupakan hewan invertebrata yang bertubuh lunak, mempunyai
dua cangkang yang simetris satu sama lain dan berkaki kecil yang berbentuk
kampak. Memiliki insang yang berlapis-lapis yang seluruhnya dihubungkan
dengan silia (lamellibranchiata). Kerang hijau umumnya hidup di laut dengan
cara menempel pada substrat yang keras menggunakan byssus (Augustine, 2008).
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kerang hijau (Nimpis, 2002).
Kerang hijau tergolong dalam organisme sesil yang hidup bergantung pada
ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material yang kaya akan kandungan
organik. Dilihat dari cara makannya maka kerang hijau termasuk dalam kelompok
suspension feeder, artinya untuk mendapatkan makanan dalam air adalah dengan
cara menyaring air di perairan tersebut. Oleh karena itu, kerang hijau akan dapat
memfiltrasi seluruh zat-zat yang dibawa oleh air terutama yang berasal dari
limbah (Gobin et al, 2013).
7
2.2 Laju Filtrasi
Laju filtrasi adalah volume air yang bebas partikel dalam satuan waktu. Laju
filtrasi dapat dihitung dari penurunan eksponensial konsentrasi yang terjadi selama
proses pemakanan. Kerang melakukan filtrasi pada siang dan malam hari (Putra,
2006).
Kerang hijau dan bivalvia lainnya memperoleh makanan dengan cara menyaring
air di sekitar tempat hidupnya. Tidak ada batasan apakah lingkungan perairan di
sekitarnya sudah tercemar atau belum. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh
kerang hijau menjadi tempat akumulasi dari bahan-bahan yang berbahaya.
Penyaringan yang dilakukan oleh kerang hijau bersifat total, tidak selektif, dan
tidak terpaku hanya pada beberapa jenis makanannya saja. Kerang hijau
menyaring air dan menyerap semua bahan yang telah tersaring, tapi tidak semua
yang disaring masuk ke lambung. Di samping itu, penyaringan yang dilakukan
oleh kerang hijau ini berlangsung secara terus menerus selama 24 jam sehingga
penyerapan yang dilakukan oleh kerang hijau ini dapat berlangsung maksimum.
(Suryono, 2013).
Mekanisme penyaringan yang dilakukan antara lain dengan cara air diserap
melalui siphon inhalen ke dalam rongga mantel oleh gerakan silia yang menutupi
insang. Selanjutnya air dipompakan keluar melewati insang ke arah sepasang
labial palp yang bersilia di setiap sisi mulut. Sebagai adaptasi terhadap
konsentrasi partikel yang tinggi, kerang hijau hanya memakan partikel yang
terbaik dan disukainya untuk kebutuhan energinya (Putra 2006).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju filtrasi antara lain oksigen terlarut,
derajat keasaman, salinitas, suhu, padatan tersuspensi (konsentrasi maupun ukuran
partikel). Adapun faktor dari dalam kerang berupa ukuran dan penutupan
cangkang (Putra, 2006).
a. Oksigen terlarut
Kadar oksigen terlarut di perairan dapat mempengaruhi tingkat metabolisme
kerang hijau termasuk laju filtrasinya. Semakin rendah kadar oksigen terlarut
8
maka laju filtrasi kerang cenderung lebih rendah. Pada kondisi perairan optimum
kadar oksigen yang dibutuhkan oleh kerang hijau minimal 4,19-6,24 mg/l
(Nurjanah, 2005).
b. Derajat Keasaman (pH)
Perubahan derajat keasaman di perairan dapat mengganggu proses metabolisme
organisme perairan. Derajat keasaman yang kurang dari 6 dapat menyebabkan
proses metabolisme organisme tidak lancar. Jika pH mencapai 4 dapat mematikan
organisme perairan, sedangkan jika pH lebih dari 9 juga dapat berdampak buruk
bagi organisme perairan (Hynes, 1978). Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan
kerang hijau yaitu 6-9 (Kusumawati et al. 2015).
c. Salinitas
Pertumbuhan kerang hijau di perairan dipengaruhi oleh salinitas dan kelimpahan
plankton. Laju filtrasi pada salinitas tinggi akan meningkat karena metabolisme
kerang hijau juga meningkat. Hubungan antara perubahan salinitas terhadap
perubahan laju filtrasi kerang hijau adalah pada metabolisme dan
osmoregulasinya. Tingkat metabolisme dipengaruhi oleh adanya tekanan osmotik
salinitas. Adanya perubahan salinitas menjadikan perubahan aktivitas
metabolisme normalnya. Pada kondisi ini kerang hijau berusaha beradaptasi
mempertahankan kondisi tubuh terhadap lingkungannya sehingga membutuhkan
energi yang lebih besar dari kondisi normalnya. Perubahan salinitas meningkatkan
respirasi kerang hijau, yang berarti meningkat pula laju filtrasinya, karena pada
waktu respirasi partikel makanan ikut terserap (Hutami et al. 2015). Salinitas
optimum untuk hidup kerang hijau berkisar antara 23-35‰ (Sivaligam, 1983).
Osmoregulasi kerang hijau merespon perubahan salinitas dengan meningkatkan
respirasinya. Volume air yang masuk melalui insang semakin bertambah,
mengakibatkan respirasi semakin cepat dan berdampak pada tingginya laju filtrasi.
Metabolisme dipengaruhi oleh tingkat osmotik lingkungan, sedangkan tekanan
osmotik lingkungan dipengaruhi oleh tingkat salinitas (Suryono, 2013).
9
Perubahan salinitas dapat mempengaruhi laju filtrasi kerang hijau. Semakin jauh
dari salinitas optimalnya semakin tinggi nilai laju filtrasinya. Kerang hijau yang
hidup dalam kondisi lingkungan yang berbeda dari lingkungan asalnya akan
melakukan adaptasi. Demikian juga apabila hidup dalam salinitas yang berbeda
dengan salinitas habitat awalnya. Dalam kondisi salinitas yang berbeda maka
hewan tersebut akan melakukan proses adaptasi yaitu melalui pengaturan osmotik
cairan tubuhnya yang disebut dengan istilah osmoregulasi. Pengaturan cairan
bertujuan untuk menyamakan konsentrasi garam internal dengan konsentrasi
garam di lingkungan sekelilingnya. Mekanisme pengaturan osmosis pada tubuh
kerang hijau yaitu dengan cara mengeluarkan kelebihan air tanpa kehilangan
garam atau mengeluarkan air dan garam dan mengganti garam yang hilang dengan
mengambil ion dari lingkungan secara aktif. Hewan yang hidup pada salinitas
yang sedikit berbeda dengan salinitas asal, maka proses adaptasi yang dilakukan
tidak terlalu berat dan semakin jauh perbedaan salinitas maka semakin berat
proses osmoregulasinya. Osmoregulasi kerang hijau yang merespon adanya
penurunan salinitas dengan meningkatkan laju filtrasi dan ada pula sebaliknya
(Hutami et al., 2015).
d. Suhu
Kerang hijau bersifat poikilotermik, yaitu laju metabolisme tubuh meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu. Suhu juga mempunyai peranan penting pada
pertumbuhannya, yakni dalam aktivitas makan dan fisiologi energetic. Kerang
hijau mempunyai toleransi terhadap suhu antara 10-350C. Respon yang cepat
terhadap penurunan suhu adalah menurunnya laju filtrasi. Laju filtrasi meningkat
berangsur-angsur dengan meningkatnya suhu sampai batas optimumnya, yaitu
350C (Putra, 2006).
e. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada millipore
kerang hijau. Bahan ini merupakan bahan organik dan anorganik yang tidak dapat
larut dalam air. Padatan tersuspensi ini juga berpengaruh pada kecerahan
perairan. Keberadaan bahan tersuspensi berbanding lurus dengan kerang hijau di
10
perairan, karena kerang hijau memanfaatkan bahan-bahan tersebut sebagai
makanannya (Putra, 2006).
f. Penutupan Cangkang
Laju filtrasi kerang hijau akan menurun bersamaan dengan berkurangnya bukaan
cangkang. Hubungan antara bukaan cangkang dengan laju filtrasi kerang hijau
belum diketahui secara pasti, namun bukaan cangkang dan laju filtrasi sebagai
mekanisme pengontrolan pengolahan air dan pencernaan makanan. Laju filtrasi
sebagai efek sekunder pada kerang dalam merespon kondisi suboptimal.
Pengurangan atau penurunan laju filtrasi merupakan akibat dari pengurangan
bukaan cangkang yang dapat diartikan sebagai reaksi dari sistem pencernaan yang
mengalami kejenuhan pada kondisi yang buruk (Riisgard, 2001).
Jumlah makanan yang dimakan oleh kerang hijau tidak dapat diduga dari jumlah
bahan makanan yang ada di lingkungan hidupnya karena sebagian besar
makanannya dikeluarkan dalam bentuk pseudofeses. Pseudofeses tidak
terasimilasi dan tidak digunakan oleh moluska. Pseudofeses merupakan bahan-
bahan yang terserap oleh kerang hijau namun tidak dimanfaatkan dan dikeluarkan
kembali ke dalam perairan (Kusumawati et al. 2015).
g. Ukuran kerang hijau
Laju filtrasi dipengaruhi oleh ukuran kerang dan ukuran partikel, kerang akan
meningkatkan respirasi dengan bertambahnya ukuran tubuh atau panjang
cangkang. Semakin besar ukuran kerang maka semakin besar pula luas
penampang insang yang dimiliki, akibatnya gerakan cilia semakin kuat dan
volume air yang tersaring makin besar sehingga dapat meningkatkan nilai laju
filtrasinya (Pratikto, 2013).
2.3 Chaetoceros calcitrans
Chaetoceros merupakan mikroalga yang dikelompokan dalam kelompok diatom.
Diatom sering disebut sebagai golden brown algae karena memiliki pigmen
kuning (fucoxanthin) yang lebih dominan dibandingkan dengan pigmen hijau
11
(klorofil). Adanya pigmen tersebut menyebabkan suatu perairan tampak berwarna
cokelat muda jika kepadatan diatom tinggi di perairan (Mulyani, 2012).
Chaetoceros calcitrans merupakan salah satu mikroalga yang dominan ketika
terjadi pelimpahan fitoplankton. Chaetoceros calcitrans merupakan mikroalga
jenis diatom yang berwarna coklat keemasan. Memiliki bentuk sel bulat dan
berukuran 4-6 μm yang dapat hidup di suhu 25-300C, suhu maksimum 40
0C dan
salinitas antara 28-30‰. Reproduksi aseksual Chaetoceros calcitrans dengan
pembelahan sel dan reproduksi seksual dengan pembentukan auxospora (Trikuti
et al. 2016).
Chaetoceros merupakan spesies mikroalga yang tidak toksik untuk manusia.
Chaetoceros tertutup oleh dinding sel yang terbuat dari silikat dengan bahan yang
keras seperti kaca yang terdiri dari silikondioksida. Di perairan pada umumnya
kelompok diatom selalu mendominasi. Hal ini karena kemampuan reproduksi
diatom yang lebih cepat dibandingkan dengan jenis fitoplankton yang lain.
Komposisi diatom selalu dijumpai dengan persentasi diatas 90% dan Chaetoceros
merupakan jenis yang dominan selain Skeletonema (Praseno dan Sugestiningsih,
2000). Saat ini jumlah fitoplankton yang dapat menyebabkan Blooming ada sekitar
50 jenis di antaranya adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum,
Gymnodiniumbreve, Cochlodinium sp., Alexandrium catenella, Cholrella dan
Noctiluca Scintillans, hampir semuanya dari kelompok dinoflagelata (Pyrrophyta)
yang dapat menyebabkan kematian massal biota laut (Supriya, 2016).
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017. Penelitian ini dilakukan
selama 16 hari, dengan aklimatisasi 15 hari dan pengamatan satu hari. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan
Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanan penelitian mengenai laju
filtrasi kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang berbeda ukuran pada
berbagai tingkat salinitas terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen,
1968) disajikan pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Alat Jumlah Kegunaan
1.
Akuarium
bervolume (30 x 15
x 30 cm3)
27 buah Wadah pemeliharaan dan wadah
perlakuan
2. Pipet tetes 27 buah Alat pengambilan sampel air perlakuan
3. Refraktometer 1 buah Pengukur salinitas media perlakuan
4. Tabung ukur 1 buah Pengukur volume sampel air yang
perlakuan
5. Penggaris 1 buah Pengukur hewan uji
6. Stopwatch 1 buah Penghitung waktu penelitian
7. Botol sampel 135 buah Wadah sampel media uji
8. Blower 1 buah Suplai oksigen ke media perlakuan
9. Thermometer 1 buah Pengukur suhu
10. Do meter 1 buah Pengukur oksigen terlarut di dalam
media
11. Mikroskop 1 buah Mengamati objek
12. Hemacytometer 1 buah Melihat kepadatan sel mikroalga
13. Handcounter 1 buah Penghitung kepadatan sel mikroalga
14. pH meter 1 buah Pengukur pH media perlakuan
15. Trash bag 27 buah Penutup wadah perlakuan
13
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Bahan Jumlah Kegunaan
1. Kerang hijau 270 ekor Hewan uji dalam penelitian
2. C. calcitrans 3 liter Pakan uji dalam penelitian
3. Formalin 0,5 liter Pengawet sampel air
4. Air laut (25, 30 dan
35‰) 300 liter Media pemeliharaan kerang hijau
3.3 Rancangan Penelitian
3.3.1 Rancangan Lingkungan
Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian adalah metode
eksperimental di laboratorium dengan kondisi lingkungan yang homogen.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap untuk percobaan faktorial yang terdiri atas sembilan perlakuan dan
masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model linear yang
digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk
Keterangan:
Yijk : hasil pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j, ulangan ke-k
µ : nilai tengah populasi
αi : pengaruh taraf ke-i dan faktor A
Β : pengaruh taraf ke-j dan faktor B
(αβ)ij : pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
€ijk : galat percobaan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j ulangan k
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Perlakuan yang dilakukan dengan mengkombinasikan ukuran panjang kerang
hijau dengan salinitas yang berbeda. Dasar pemilihan salinitas yang berbeda
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hutami et al. (2015) bahwa kerang
hijau dapat tumbuh optimum pada salinitas 27-34‰. Perlakuan salinitas 25, 30
dan 35‰ dilakukan untuk mengetahui kecepatan filtrasi pada salinitas tingkat
bawah, tengah dan atas. Ukuran panjang kerang yang digunakan 3, 6 dan 8 cm
untuk mengetahui laju filtrasi kerang hijau pada ukuran kecil, sedang dan besar.
14
Menurut Pratikto (2013) pada ukuran kerang yang semakin besar maka laju
filtrasinya akan semakin cepat. Kepadatan mikroalga yang digunakan mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Hutami et al. (2015) yakni 5 x 106 sel/l,
faktor yang dicobakan pada penelitian disajikan pada Tabel 3. Rancangan
penelitian diulang sebanyak tiga kali (Tabel 4).
Tabel 3. Faktor ukuran dan salinitas yang digunakan
Kode Nilai
Ukuran (cm) U1 3
U2 6
U3 8
Salinitas (‰) S1 25
S2 30
S3 35
Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dicobakan
Salinitas (‰)
Ukuran (cm)
3 (U1) 6 (U2) 8 (U3)
25 (S1) U1S1 U2S1 U3S1
30 (S2) U1S2 U2S2 U3S2
35 (S3) U1S3 U2S3 U3S3
*semua perlakuan diatas diulang sebanyak tiga kali
Keterangan :
U : ukuran panjang kerang hijau
S : salinitas
3.3.3 Parameter Uji
parameter primer yang diamati adalah laju filtrasi kerang hijau dan kepadatan
mikroalga yang diamati setiap satu jam sekali. Adapun data lain yang diukur
adalah kualitas air yang berupa pH, suhu, dan DO.
15
3.3.3.1 Laju Filtrasi kerang Hijau
Pengamatan laju filtrasi dilakukan satu jam sekali setelah memasukan C.calcitrans
ke dalam media uji. Waktu awal (t0) penelitian dimulai dari memasukannya
mikroalga ke dalam media yang berisi kerang hijau. Air media diambil sebanyak
10 ml menggunakan pipet tetes agar dapat mewakili media uji untuk dihitung
kepadatan mikroalganya. Perhitungan laju filtrasi kerang hijau ditentukan dari
nilai clearance rate (CR) mengacu pada Riisgard (2001) dengan persamaan
berikut :
CR = (V/n.t) ln (Co/ Ct)
Keterangan :
CR : clearance rate, tingkat penyaringan/ laju filtrasi kerang (l/jam)
V : volume wadah uji (l)
n : jumlah hewan uji yang digunakan dalam setiap wadah
t : waktu (jam)
Co : konsentrasi plankton/ alga dalam wadah uji pada waktu 0
Ct : konsentrasi plankton/ alga dalam wadah uji pada waktu t
3.3.3.2 Kepadatan Mikroalga
Metode pengamatan pertama terhadap kepadatan mikroalga dihitung setelah 1 jam
(t1) dan pengamatan berikutnya dilakukan 1 jam setelah pengamatan pertama (t2).
Alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan plankton adalah
hemacytometer, mikroskop dengan perbesaran 100x dan alat pencacah
(handcounter). Kepadatan sel mikroalga dihitung dengan mengacu pada rumus
(BBPBAP Jepara, 2015) :
Keterangan :
N : jumlah pengamatan pada mikroskop (sel/liter)
A1-A4 : jumlah sel mikroalga pada kotak ke-1 sampai ke-4
4 : jumlah kotak dalam pengamatan hemacytometer
104 : jumlah kerapatan sel (chamber)
16
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Wadah
Wadah percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium dengan
volume 15 liter sebanyak 27 buah yang telah dibersihkan. Setiap akuarium
dilengkapi dengan peralatan aerasi agar oksigen dapat tersebar merata ke media
uji, penyebaran mikroalga merata, dan tidak terjadi pengendapan. Dinding luar
akuarium dilapisi penutup berwarna hitam untuk menghindari masuknya cahaya
agar tidak mempercepat pembelahan sel pada mikroalga (Suryono, 2013).
3.4.2 Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut yang berasal dari
perairan Pantai BBPBL Lampung dengan salinitas 35‰. Air laut kemudian
diencerkan dengan menggunakan air tawar yang telah disterilkan terlebih dahulu,
sesuai salinitas perlakuan 25, 30 dan 35‰. Besarnya salinitas yang dikehendaki
diukur dengan menggunakan refraktometer. Air yang dimasukan ke dalam wadah
penelitian sebanyak 10 liter. Setelah itu media diaerasi. Untuk mendapatkan
salinitas yang diinginkan menggunakan persamaan :
S = (S1 V1 + S2 V2) / (V1 + V2)
Keterangan :
S : salinitas yang diinginkan (‰)
S1 : salinitas air laut (‰)
S2 : salinitas air tawar (‰)
V1 : volume air laut yang diencerkan (l)
V2 : volume air tawar yang ditambahkan (l) (Anggoro, 1992).
3.4.3 Persiapan Hewan Uji
Biota yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang hijau dengan panjang
cangkang 3, 6 dan 8 cm, yang diperoleh dari Pulau Pasaran, Teluk Betung, Bandar
Lampung. Ukuran kerang hijau tersebut digunakan untuk mengetahui filtrasi
kerang hijau pada ukuran kecil, sedang dan besar yang akan dipengaruhi oleh
tingkat salinitas yang berbeda. Kerang hijau yang telah terpilih kemudian
diaklimatisasi dalam media perlakuan. Aklimatisasi kerang hijau berlangsung
selama 12-15 hari agar dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru, ketika
masa aklimatisasi diberikan pakan berupa C. calcitrans murni.
17
Kerang hijau diaklimatisasi di dalam wadah dengan volume air 10 liter dengan
salinitas habitat asalnya 30‰ ke salinitas awal di wadah perlakuan 35‰ selama
12 hari. Hari ke 13 hingga hari ke 15 kerang hijau diaklimatisasi di dalam wadah
yang memiliki salinitas 25, 30 dan 35‰ sesuai dengan penelitian.
3.4.4 Persiapan Pakan
Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroalga jenis C.
calcitrans yang diperoleh dari hasil kultur murni di PT. Cental Proteina Prima
Lampung Selatan. Mikroalga yang digunakan dikultur terlebih dahulu untuk
mendapatkan kepadatan yang sesuai dengan penelitian. Mikroalga dikultur selama
satu bulan untuk mendapatkan volume dan kepadatan yang diinginkan.
3.4.5 Pelaksanaan Uji
Wadah yang telah disterilkan diisi dengan air laut sebanyak 10 liter dengan
salinitas 25, 30 dan 35‰. Kerang hijau yang telah diukur panjang cangkangnya
dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak sepuluh ekor, dan ditambahkan
mikroalga C. calcitrans sebanyak 5 x 106 sel/l (Hutami et al. 2015). Pengamatan
dilakukan dengan menghitung kepadatan mikroalga setiap jam hingga mikroalga
di media habis. Pengamatan ke nol (t0) dimulai dari waktu memasukan mikroalga
ke dalam media uji, sedangkan pengamatan t1 dilakukan setelah satu jam t0,
selanjutnya t2 pada jam berikutnya (Pratikto, 2013). Pengamatan kepadatan
mikroalga dilakukan dengan mengambil air media uji sebanyak 10 ml. Air media
uji kemudian diberi larutan formalin untuk mengawetkan mikroalga yang terdapat
di dalamnya kemudian diamati di mikroskop dengan menggunakan
hemacytometer dan dihitung kepadatannya. Pengamatan kualitas air dilakukan
setiap tiga jam sekali yang meliputi pengamatan pH, DO, suhu dan salinitas.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian berupa kecepatan laju filtrasi kerang hijau lalu
diuji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya dianalisis Anova dengan
menggunakan program SPSS 22 untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Jika
hasil uji antar perlakuan berbeda nyata kemudian dilakukan uji lanjut Duncan
18
dengan selang kepercayaan 95% . Data pengamatan kualitas air dan kepadatan
mikroalga dianalisis secara deskritif.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi
antara ukuran kerang maupun salinitas terhadap laju filtrasi kerang hijau. Laju
filtrasi kerang hijau terhadap Chaetoceros calcitrans tidak dipengaruhi oleh
ukuran yang berbeda dan salinitas yang berbeda.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa laju filtrasi kerang hijau tidak dipengaruhi
oleh ukuran dan salinitas sehingga kerang hijau dapat dimanfaatkan sebagai
organisme penyerap limbah organik dan pemakan mikroalga di perairan dengan
kondisi salinitas yang masih dapat ditoleransi oleh kerang hijau.
27
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, R.S. 2012. Keragaan model budidaya perikanan terintegrasi multitropik di
Pantai Utara Karawang, Jawa Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 13 :
47-58.
Anggoro, S. 1992. Efek osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya
Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon)
Fabricius. Institut Pertanian Bogor. Bogor : 71-114.
Augustine. D. 2008. Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dalam
kerang hijau (perna viridis l.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Skripsi. IPB. Bogor :21-48.
BBPAP. 2015. Laporan Penelitian Tahunan Laboratorium Pakan Hidup. Jepara.
Jawa Tengah.
Gammanpila, A. M. Rupasinghe, C.P. dan Subasinghe, S. 2015. Cultivation of
microalgae; Chaetoceros calcitrans for biodiesel production as affected by
different nitrate concentrations and salinity levels. Proceedings of 12th
ISERD International Conference, Tokyo, Japan. 56-58
Gobin, J., Agard, J. Madera, J. dan Mohammed, A. 2013. The Asian green mussel
Perna viridis (Linnaeus 1758) : 20 years after its introduction in Trinidad
and Tobago. Journal of Marine Science Vol 3 : 62-65.
Hutami, F, E., Supriharyono. Dan Haeruddin. 2015. Laju filtrasi kerang hijau
(Perna viridis) terhadap Skeletonema costatum pada berbagai tingkat
salinitas. Diponegoro. Journal of Maquares Management of Aquatic
Resources. Vol 4 (1) : 125-130.
Hynes, H. B. N. 1978. The Biology Of Polluted Waters. Liverpool University
Press, London: xxiv:555.
Idris, M. K. 2012. Efektivitas penyerapan karbondioksida (CO2) oleh fitoplankton
(Chaetoceros sp.) pada fotobioreaktor. Skipsi. Institut Pertanian Bogor. 1-
35.
Kusumawati, L.A., Haeruddin dan Suprapto, D., 2015. Fitration rate kerang darah
dan kerang hijau dalam memfiltrasi bahan organik tersuspensi limbah
tambak udang intensif. Diponegoro Journal of Maquares. Vol 4 (1) : 131-
137.
Liliandari, P. dan Aunurohim. 2013. Kecepatan filtrasi kerang hijau Perna viridis
terhadap Chaetoceros sp. dalam media logam tercemar Cadmium. Jurnal
Sains dan Seni Pomits. Vol 2 (1) : 2337-3520.
Makmur, M. Kusnoputranto, H., Moersidik, S.S. dan Wisnubroto, D.S. 2012.
Pengaruh limbah organik dan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton di
28
kawasan kerang hijau Cikiling. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Vol
15 (2).
Mansur, W. Mukhlis, M K. dan Majariana, K. 2013. Estimasi limbah organik dan
daya dukung perairan dalam upaya pengelolaan terumbu karang di perairan
Pulau Semakdaun, Kepulauan Seribu. Depik Vol. 2 (3) : 141-153.
Mulyani. 2012. Sebaram spasiotemporal spesies Harmful algae bloom (HAB) di
lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara.
Skripsi. Universitas Indonesia. 83 hal.
Ndahawali, D.H. 2001. Dampak budidaya ikan terhadap kualitas air : Studi kasus
budidaya ikan jaring apung di Danau Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.
Tesis. Universitas Indonesia.
Nimpis. 2002. Asian green mussel. http:crimp.marine.csiro.au/nimpis
Nurjanah, E. Y. 2005. Laju filtrassi kerang hijau (Perna viridis L. 1758) terhadap
fitoplankton Nannochloropsis sp. pada kondisi terang dan gelap. Skripsi.
FPIK. IPB. Bogor: 74 hal.
Praseno, D.P. dan Sugestiningsih. 2000. Red Tide di Perairan Indonesia. Pusat
penelitian dan pengembangan oseanografi – LIPI, Jakarta: 82 hal.
Pratikto, I. 2013. Filtrasi kerang hijau Perna viridis terhadap mikroalga pada jenis
dan konsentrasi berbeda. Buletin Oseanografi Marina April 2013. Vol. 2 :
35 – 40.
Putra, W.S. 2006. Laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis L. 1758) dalam
mereduksi bahan tersuspensi. Skripsi. Institute Pertanian Bogor: 28-47.
Raghavan, G., Haridevi, C. K dan Gopinathan, C. P. 2008. Growth and proximate
composition of the Chaetoceros calcitrans f. pumilus under different
temperature, salinity and carbon dioxide levels. Aquaculture Research. Vol
39 : 1053-1058.
Rajesh, K. V., Mohamed, K. S. dan Kripa, V. 2001. Influence of algal cell
concentration, salinity and body size on the filtration and ingestion rates of
cultivable Indian bivalves. Indian Journal Of Marine Sciences. Vol 30 : 87-
92.
Riisgard, H. U. 2001. Inaclurate bivakve clearance rate measurements : a reply.
Marine Ecology Progress Series. Vol 221 : 307-309.
Riisgard, H. U. 2001. On measurement of filtrasion rate in bivalve- the stony road
to reliable data : Review and interpretation data. Marines Ecoology Progress
Series. Vol 221 : 275-291.
Sen, B. Alp MT. dan Kocer, MAT. 2005. Studies on growth of marine microalgae
in batch culture : II-Isochrysis galbana (haptophyta). Asian Journal Of
Plant Sciences. Vol 4 (6) 639-641.
29
Sivaligam, P. M. 1983. Aquaculture of green mussle Mytilus viridis L. in
Malaysia. Aquaculture. Vol 11. (297-312).
Supriyantini, E. 2013. Pengaruh salinitas terhadap kandungan nutrisi Skeletonema
costatum. Buletin Oseanografi Marina. Vol 2: 51-57
Suryono, A.C. 2013. Filtrasi kerang hijau Perna viridis terhadap microalgae pada
media terkontaminasi logam berat. Buletin Oseanografi Marina. Vol. 2 : 41-
47.
Trikuti, K., Anggraeni, A.A.M.D. dan Gunam, I.B.W.. 2016. Pengaruh jenis
media terhadap konsentrasi biomassa dan kandungan protein mikroalga
Chaetoceros calcitrans. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol
4 (2) : 13-22.
Vojdani, F. N. dan Salarzadeh, A. 2015. The study filtration rate of cirenita
callipyga by the microalga Isochrysis aff galbana at different temperatures
and salinities. International Journal Of Advanced Research. Vol 3(6) : 932-
939
Widiyanto, A., Susilo, B., dan Yulianingsih, R. 2014. Studi kultur semi-massal
mikroalga Chlorella sp. pada area tambak dengan media air payau (di Desa
Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab. Lamongan). Jurnal Bioproses Komoditas
Tropis. Vol 2 (1) : 1-7.
Widyastuti, E.,, Piranti, A. S. dan Rahayu, D.R.U.S. 2009. Monitoring status daya
dukung perairan Waduk Wadaslintang bagi budidaya keramba jaring apung.
Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol 16 (3) : 133-140.