38
LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG BERBEDA UKURAN PADA BERBAGAI SALINITAS TERHADAP MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968) Skripsi Oleh Ika Rahayu Ningsih PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG

BERBEDA UKURAN PADA BERBAGAI SALINITAS TERHADAP

MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)

Skripsi

Oleh

Ika Rahayu Ningsih

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

Page 2: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

ABSTRACT

THE FILTRATION RATE OF GREEN MUSSEL, Perna viridis (Linn, 1758)

OF DIFFERENT SIZE AT A VARIOUS OF SALINITY TO

MICROALGAE Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)

By

Ika Rahayu Ningsih

Green mussels, Perna viridis (Linn, 1758) is a nonselective filter feeder organism

that a consumer of microalgae. Microalgae can be abundant due to the eutrofikasi

and cause negative impact in the ecosystem. This research aimed to assess the rate

of green mussel filtration of different sizes at salinity to Chaetoceros calcitrans

(Paulsen, 1968). This research used randomized factorial design with nine

treatments and three repetition. Each treatment consisted of a combination of

salinity (25, 30 and 35‰) and size (3, 6, and 8 cm). The density of microalgae

was 5 x 106

cell/l. The result showed there was no effect of mussel size and

salinity on the filtration rate to Chaetoceros calcitrans.

Keywords: green mussel, Chaetoceros calcitrans, salinity, size, filtration rate

Page 3: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

ABSTRAK

LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG

BERBEDA UKURAN PADA SALINITAS YANG BERBEDA

TERHADAP MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)

Oleh

Ika Rahayu Ningsih

Kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) merupakan organisme nonselective filter

feeder pemakan mikroalga di perairan. Mikroalga dapat melimpah dalam kondisi

eutrofikasi di perairan. Sehingga berdampak negatif terhadap ekosistem.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju filtrasi kerang hijau yang berbeda

ukuran pada salinitas yang berbeda terhadap Chaetoceros calcitrans (Paulsen,

1968). Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial

dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri

dari kombinasi salinitas (25, 30 dan 35‰) dan ukuran (3, 6 dan 8 cm). Kepadatan

mikroalga yang diberikan pada tiap perlakuan sebanyak 5 x 106 sel/l. Hasil

penelitian menunjukan tidak adanya pengaruh ukuran kerang dan salinitas yang

berbeda pada laju filtrasinya terhadap Chaetoceros calcitrans.

Kata kunci : kerang hijau, Chaetoceros calcitrans, salinitas, ukuran, laju filtrasi

Page 4: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758) YANG

BERBEDA UKURAN PADA SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP MIKROALGA Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)

Oleh

IKA RAHAYU NINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan Dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

Page 5: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan
Page 6: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan
Page 7: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan
Page 8: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Trisnomaju, Kecamatan Negerikaton,

Kabupaten Pesawaran, pada tanggal 13 Agustus 1993 sebagai

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Purwanto dan

Ibu Juminten.

Penulis memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) 1 Trisnomaju (2000-2006), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1

Negerikaton (2006-2009), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1

Negerikaton (2009-2012). Tahun 2012-2013 penulis mengajar di TK Harapan

Bangsa. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Bersama

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perairan Unila (Hidrila) sebagai anggota Bidang Pengabdian

Masyarakat (2014-2015) dan Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat (2015-

2016). Penulis pernah melakukan magang di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung dengan judul “Pembenihan Kerapu Bebek (Cromileptes

altivelis)” pada bulan Februari-Maret 2014. Penulis telah melaksanakan kegiatan

Kuliah Kerja Nyata di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

Kabupaten Lampung Timur, pada bulan Januari-Maret 2016. Penulis mengikuti

Praktik Umum di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL)

dengan Judul “Analisis Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus

(IHHNV) pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan menggunakan

metode PCR Konvensional di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

(LP2IL) Serang, Banten” pada bulan Juli-Agustus 2016.

Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Akuatik pada tahun ajaran

2014/2015, Biokimia umum pada tahun ajaran 2014/2015, 2015/2016 dan

2016/2017, Ekologi Perairan pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017,

Page 9: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

v

Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017, Fisiologi

Hewan Air dan Oceanografi pada tahun ajaran 2015/2016, Evaluasi Kesesuaian

Lahan Akuakultur dan Toksikologi pada tahun ajaran 2016/2017 di Jurusan

Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penulis

melakukan penelitian pada bulan Mei-Juni 2017 dengan judul “Laju Filtrasi

Kerang Hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang Berbeda Ukuran pada Salinitas

yang Berbeda Terhadap Mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)”.

Page 10: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

vi

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Laju filtrasi

kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang berbeda ukuran pada salinitas yang

berbeda terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen, 1968)” yang

merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Purwanto dan Ibu Juminten yang selalu

memberikan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a yang

diberikan tanpa henti demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan

penyusun.

2. Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.

4. Eko Efendi, S.T., M.Si. selaku pembimbing I atas kesediaan meluangkan

waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan dan

saran.

5. Darma Yuliana, S.Kel., M.Si. selaku pembimbing II atas kesediaan

meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan,

masukan dan saran.

6. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si. selaku penguji atas masukan dan saran

yang diberikan.

7. Mahrus Ali, S.Pi., M.Si. dan Deny Sapto Condro Utomo, S.Pi., M.Si. selaku

Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan selama ini.

8. Adikku Irfan Riyanto dan keluarga besar yang selalu memberikan nasehat,

dukungan dan do’a yang menjadi penyemangat penyusun.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Idul, Kurno, Rifki, Wede, Uwo

(Ratna), Nia, Sumini (Mita), Diah, Ema, Neni (Yeni), Indri (Team KJA)

Page 11: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

vii

Binti, Acil (Aida), Arlin, Yunov, Ari, Ulan, Ute, Rizka, Ricky, Wahyu, Uni

(Masna), Rara, Kuple (Aji S), Anrifal, Enggi, Mona, Glen, Evan, Shinta, Rio,

Arbi, Arga, Tania, Desti beserta teman-teman almamaterku yang belum

disebutkan satu per satu atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita selama

ini.

10. Seluruh teman-teman presidium Hidrila periode 2015-2016 atas semangat,

bantuan dan kebersamaan yang telah diberikan.

11. Agung Hariyanto, Toto, Ganang, Aldi dan Bayu Saputro atas bantuan dan

dukungan yang diberikan.

12. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkat angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang

memberikan dorongan dan motivasinya serta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian

skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, November 2017

Penyusun

Ika Rahayu Ningsih

Page 12: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang dan masalah ........................................................ 1

1.2 Tujuan penelitian ......................................................................... 2

1.3 Manfaat penelitian ....................................................................... 2

1.4 Kerangka pikir ............................................................................. 2

1.5 Hipotesis ...................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi kerang hijau .......................................................................... 6

2.2 Laju filtrasi ........................................................................................ 7

2.3 Chaetoceros calcitrans ..................................................................... 10

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat ....................................................................... 12

3.2 Alat dan bahan ............................................................................ 12

3.3 Rancangan penelitian ................................................................. 13

3.3.1 Rancangan lingkungan .................................................. 13

3.3.2 Rancangan perlakuan .................................................... 13

3.3.3 Parameter uji .................................................................. 14

3.3.3.1 Laju filtrasi kerang hijau .................................... 15

3.3.3.2 Kepadatan mikroalga ......................................... 15

3.4 Prosedur penelitian ..................................................................... 16

3.4.1 Persiapan wadah ............................................................ 16

3.4.2 Persiapan media ............................................................. 16

3.4.3 Persiapan hewan uji ....................................................... 16

Page 13: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

ix

3.4.4 Persiapan pakan ............................................................ 17

3.4.5 Pelaksanaan uji ............................................................. 17

3.5 Analisis data .............................................................................. 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans ................................ 19

4.2 Laju filtrasi kerang hijau .................................................................. 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan....................................................................................... 26

5.2 Saran ................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27

LAMPIRAN

Page 14: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

x

DAFTAR TABEL

………………………………Halaman Halaman

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................. 12

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ............................................ 13

Tabel 3. Faktor ukuran dan salinitas yang digunakan ....................................... 14

Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dicobakan ................................................ 14

Tabel 5. Kualitas air media penelitian .............................................................. 21

Tabel 6. Laju filtrasi kerang hijau selama penelitian ........................................ 23

Page 15: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian........................................ 4

Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kerang hijau............................................... 6

Gambar 3. Penurunan kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans

dalam media ............................................................................... 19

nbhk

jhghyg

jhjh

\hj

Hgjh

Bhgj

Jhjkh

Jghy

Njkh

Nh

Nju

Jg

Kjhy

Jmkh

Nhg

Mjh

Njhu

Njh

Njh

Nuj

Njh

Page 16: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

xii

Njuh

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil uji normalitas data ........................................................ 31

Lampiran 2. Hasil uji homogenitas data ..................................................... 31

Lampiran 3. Hasil analisis laju filtrasi dengan menggunakan Anova

program SPSS ........................................................................ 32

Lampiran 4. Uji Duncan ukuran dan salinitas terhadap laju filtrasi

kerang hijau ............................................................................ 33

Lampiran 5. Kepadatan mikroalga Chaetoceros calcitrans ........................ 34

Page 17: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kegiatan budidaya ikan berdampak positif untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat dan produksi perikanan, namun dapat pula berdampak negatif

terhadap ekosistem karena menghasilkan limbah organik, terutama unsur nitrogen

dan fosfor yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan yang menumpuk di dasar

perairan. Banyaknya limbah organik tersebut dapat menyebabkan pengkayaan

nutrien di perairan yang selanjutnya dapat menyebabkan kelimpahan fitoplankton

dan mengakibatkan kematian masal pada organisme budidaya dan biota akuatik

lainnya (Ndahawali, 2001).

Kelimpahan fitoplankton di perairan pantai umumnya dari kelompok diatom. Hal

ini disebabkan kemampuan reproduksi diatom yang lebih cepat dibandingkan

dengan jenis fitoplankton lainnya. Komposisi diatom selalu dijumpai dengan

persentase di atas 90% dan Chaetoceros merupakan salah satu jenis yang dominan

selain Skeletonema (Praseno dan Sugestiningsih, 2000).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengkayaan nutrien di perairan

antara lain dengan menerapkan teknologi yang dapat mengurangi limbah

budidaya, misalnya melalui penerapan Integrated Multi-Trophic Aquaculture

(IMTA) yang merupakan teknologi bersifat bebas limbah. Teknologi IMTA dapat

meningkatkan produktivitas budidaya melalui pengembangan usaha budidaya

perikanan secara terintegrasi dan intensif dari ikan, udang, rumput laut dan

kekerangan yang dipelihara dalam suatu ekosistem dengan kondisi kualitas

lingkungan perairannya terjaga dengan baik (Aliah, 2012). Teknologi IMTA

menggunakan organisme kekerangan sebagai salah satu organisme penyerap

limbah organik karena kerang sifatnya menyaring semua bahan terlarut di perairan

(nonselective filter feeder) sehingga dapat menyaring semua limbah yang

dihasilkan dari budidaya tersebut. Kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758)

Page 18: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

2

merupakan salah satu organisme yang sering digunakan dalam teknologi tersebut

(Makmur et al, 2012).

Menurut Hutami et al. (2015) rata-rata laju filtrasi kerang hijau akan meningkat

pada salinitas yang lebih tinggi dari tempat hidupnya. Perubahan salinitas

meningkatkan osmoregulasi kerang hijau, yang berarti meningkat pula laju

filtrasinya. Selain salinitas, ukuran kerang hijau dan jenis mikroalga juga

berpengaruh pada laju filtrasi kerang hijau (Hutami et al. 2015). Semakin besar

ukuran kerang hijau maka semakin tinggi laju filtrasinya (Pratikto, 2013). Oleh

sebab itu perlu dikaji lebih lanjut apakah ada interaksi antara salinitas dan ukuran

kerang hijau terhadap laju filtasi kerang hijau.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji laju filtrasi kerang hijau yang berbeda

ukuran pada berbagai salinitas terhadap Chaetoceros calcitrans.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi informasi tentang optimalisasi

pemanfaatkan kerang hijau sebagai salah satu cara untuk mengurangi limbah

organik dari kegiatan budidaya.

1.4 Kerangka Pikir

Budidaya ikan yang berkembang semakin intensif dapat berpotensi menghasilkan

limbah dari sisa-sisa pakan yang berupa bahan organik (Mansur et al, 2013). Sisa

pakan dan sisa metabolisme dari aktivitas budidaya ikan menjadi penyebab utama

pencemaran perairan dan terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan

kelimpahan (blooming) mikroalga yang berdampak pada menurunnya fungsi

ekosistem (Widyastuti et al. 2009).

Kelimpahan mikroalga di perairan dapat berdampak buruk bagi kualitas air dan

organisme budidaya. Salah satu mikroalga yang dominan ketika terjadi

kelimpahan mikroalga adalah C. calcitrans. Untuk mengurangi blooming

(pelimpahan) C. calcitrans di perairan maka dapat digunakan kerang hijau. Cara

Page 19: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

3

makan kerang hijau yang nonselective filter feeder dapat dimanfaatkan sebagai

organisme pemakan C. calcitrans.

Cara makan kerang hijau adalah nonselective filter feeder sehingga limbah

organik dan mikroorganisme di perairan dapat diserap oleh kerang hijau.

Kecepatan filtrasi dari kerang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

salinitas, ukuran, kualitas air dan bukaan cangkangnya (Putra, 2006). Untuk

mengetahui kecepatan filtrasi kerang hijau maka dilakukan penelitian ini dengan

mengkombinasikan ukuran panjang kerang dan salinitas yang berbeda. Panjang

cangkang yang digunakan yaitu 3, 6 dan 8 cm, sedangkan salinitas yang akan

digunakan yaitu 25, 30 dan 35‰.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui kemampuan laju fitrasi terbaik

kerang hijau. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk pemanfaatkan kerang hijau secara optimal sebagai organisme remediator

untuk menjaga kualitas lingkungan dan dapat mengurangi dampak limbah yang

dihasilkan dari kegiatan budidaya.

Page 20: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

4

Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian

1.5 Hipotesis

Untuk melihat ada atau tidak adanya interaksi antara ukuran dan salinitas pada

laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros

calcitrans maka hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Tidak ada interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang

hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.

H1 : Ada interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang hijau

(Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.

Jika tidak terdapat interaksi antara ukuran dan salinitas pada laju filtrasi kerang

hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans maka dilihat

pengaruh faktor tunggal dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Salinitas yang berbeda tidak berpengaruh pada laju filtrasi kerang hijau

(Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.

Budidaya ikan menghasilkan

sisa pakan dan feses

Limbah organik

Eutrofikasi

Mengurangi limbah organik

Kepadatan C. calcitrans Mencegah kelimpahan

mikroalga

Laju filtrasi

Kerang hijau

Salinitas

Ukuran

Kerang hijau

Page 21: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

5

H1 : Minimal ada satu perlakuan salinitas yang berpengaruh pada laju filtrasi

kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.

H0 : Ukuran kerang hijau yang berbeda tidak berpengaruh pada laju filtrasi

kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans.

H1 : Minimal ada satu perlakuan ukuran kerang hijau yang berpengaruh pada

laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis) terhadap mikroalga Chaetoceros

calcitrans.

Page 22: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kerang Hijau

Kerang hijau merupakan hewan invertebrata yang bertubuh lunak, mempunyai

dua cangkang yang simetris satu sama lain dan berkaki kecil yang berbentuk

kampak. Memiliki insang yang berlapis-lapis yang seluruhnya dihubungkan

dengan silia (lamellibranchiata). Kerang hijau umumnya hidup di laut dengan

cara menempel pada substrat yang keras menggunakan byssus (Augustine, 2008).

Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kerang hijau (Nimpis, 2002).

Kerang hijau tergolong dalam organisme sesil yang hidup bergantung pada

ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material yang kaya akan kandungan

organik. Dilihat dari cara makannya maka kerang hijau termasuk dalam kelompok

suspension feeder, artinya untuk mendapatkan makanan dalam air adalah dengan

cara menyaring air di perairan tersebut. Oleh karena itu, kerang hijau akan dapat

memfiltrasi seluruh zat-zat yang dibawa oleh air terutama yang berasal dari

limbah (Gobin et al, 2013).

Page 23: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

7

2.2 Laju Filtrasi

Laju filtrasi adalah volume air yang bebas partikel dalam satuan waktu. Laju

filtrasi dapat dihitung dari penurunan eksponensial konsentrasi yang terjadi selama

proses pemakanan. Kerang melakukan filtrasi pada siang dan malam hari (Putra,

2006).

Kerang hijau dan bivalvia lainnya memperoleh makanan dengan cara menyaring

air di sekitar tempat hidupnya. Tidak ada batasan apakah lingkungan perairan di

sekitarnya sudah tercemar atau belum. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh

kerang hijau menjadi tempat akumulasi dari bahan-bahan yang berbahaya.

Penyaringan yang dilakukan oleh kerang hijau bersifat total, tidak selektif, dan

tidak terpaku hanya pada beberapa jenis makanannya saja. Kerang hijau

menyaring air dan menyerap semua bahan yang telah tersaring, tapi tidak semua

yang disaring masuk ke lambung. Di samping itu, penyaringan yang dilakukan

oleh kerang hijau ini berlangsung secara terus menerus selama 24 jam sehingga

penyerapan yang dilakukan oleh kerang hijau ini dapat berlangsung maksimum.

(Suryono, 2013).

Mekanisme penyaringan yang dilakukan antara lain dengan cara air diserap

melalui siphon inhalen ke dalam rongga mantel oleh gerakan silia yang menutupi

insang. Selanjutnya air dipompakan keluar melewati insang ke arah sepasang

labial palp yang bersilia di setiap sisi mulut. Sebagai adaptasi terhadap

konsentrasi partikel yang tinggi, kerang hijau hanya memakan partikel yang

terbaik dan disukainya untuk kebutuhan energinya (Putra 2006).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju filtrasi antara lain oksigen terlarut,

derajat keasaman, salinitas, suhu, padatan tersuspensi (konsentrasi maupun ukuran

partikel). Adapun faktor dari dalam kerang berupa ukuran dan penutupan

cangkang (Putra, 2006).

a. Oksigen terlarut

Kadar oksigen terlarut di perairan dapat mempengaruhi tingkat metabolisme

kerang hijau termasuk laju filtrasinya. Semakin rendah kadar oksigen terlarut

Page 24: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

8

maka laju filtrasi kerang cenderung lebih rendah. Pada kondisi perairan optimum

kadar oksigen yang dibutuhkan oleh kerang hijau minimal 4,19-6,24 mg/l

(Nurjanah, 2005).

b. Derajat Keasaman (pH)

Perubahan derajat keasaman di perairan dapat mengganggu proses metabolisme

organisme perairan. Derajat keasaman yang kurang dari 6 dapat menyebabkan

proses metabolisme organisme tidak lancar. Jika pH mencapai 4 dapat mematikan

organisme perairan, sedangkan jika pH lebih dari 9 juga dapat berdampak buruk

bagi organisme perairan (Hynes, 1978). Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan

kerang hijau yaitu 6-9 (Kusumawati et al. 2015).

c. Salinitas

Pertumbuhan kerang hijau di perairan dipengaruhi oleh salinitas dan kelimpahan

plankton. Laju filtrasi pada salinitas tinggi akan meningkat karena metabolisme

kerang hijau juga meningkat. Hubungan antara perubahan salinitas terhadap

perubahan laju filtrasi kerang hijau adalah pada metabolisme dan

osmoregulasinya. Tingkat metabolisme dipengaruhi oleh adanya tekanan osmotik

salinitas. Adanya perubahan salinitas menjadikan perubahan aktivitas

metabolisme normalnya. Pada kondisi ini kerang hijau berusaha beradaptasi

mempertahankan kondisi tubuh terhadap lingkungannya sehingga membutuhkan

energi yang lebih besar dari kondisi normalnya. Perubahan salinitas meningkatkan

respirasi kerang hijau, yang berarti meningkat pula laju filtrasinya, karena pada

waktu respirasi partikel makanan ikut terserap (Hutami et al. 2015). Salinitas

optimum untuk hidup kerang hijau berkisar antara 23-35‰ (Sivaligam, 1983).

Osmoregulasi kerang hijau merespon perubahan salinitas dengan meningkatkan

respirasinya. Volume air yang masuk melalui insang semakin bertambah,

mengakibatkan respirasi semakin cepat dan berdampak pada tingginya laju filtrasi.

Metabolisme dipengaruhi oleh tingkat osmotik lingkungan, sedangkan tekanan

osmotik lingkungan dipengaruhi oleh tingkat salinitas (Suryono, 2013).

Page 25: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

9

Perubahan salinitas dapat mempengaruhi laju filtrasi kerang hijau. Semakin jauh

dari salinitas optimalnya semakin tinggi nilai laju filtrasinya. Kerang hijau yang

hidup dalam kondisi lingkungan yang berbeda dari lingkungan asalnya akan

melakukan adaptasi. Demikian juga apabila hidup dalam salinitas yang berbeda

dengan salinitas habitat awalnya. Dalam kondisi salinitas yang berbeda maka

hewan tersebut akan melakukan proses adaptasi yaitu melalui pengaturan osmotik

cairan tubuhnya yang disebut dengan istilah osmoregulasi. Pengaturan cairan

bertujuan untuk menyamakan konsentrasi garam internal dengan konsentrasi

garam di lingkungan sekelilingnya. Mekanisme pengaturan osmosis pada tubuh

kerang hijau yaitu dengan cara mengeluarkan kelebihan air tanpa kehilangan

garam atau mengeluarkan air dan garam dan mengganti garam yang hilang dengan

mengambil ion dari lingkungan secara aktif. Hewan yang hidup pada salinitas

yang sedikit berbeda dengan salinitas asal, maka proses adaptasi yang dilakukan

tidak terlalu berat dan semakin jauh perbedaan salinitas maka semakin berat

proses osmoregulasinya. Osmoregulasi kerang hijau yang merespon adanya

penurunan salinitas dengan meningkatkan laju filtrasi dan ada pula sebaliknya

(Hutami et al., 2015).

d. Suhu

Kerang hijau bersifat poikilotermik, yaitu laju metabolisme tubuh meningkat

seiring dengan meningkatnya suhu. Suhu juga mempunyai peranan penting pada

pertumbuhannya, yakni dalam aktivitas makan dan fisiologi energetic. Kerang

hijau mempunyai toleransi terhadap suhu antara 10-350C. Respon yang cepat

terhadap penurunan suhu adalah menurunnya laju filtrasi. Laju filtrasi meningkat

berangsur-angsur dengan meningkatnya suhu sampai batas optimumnya, yaitu

350C (Putra, 2006).

e. Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada millipore

kerang hijau. Bahan ini merupakan bahan organik dan anorganik yang tidak dapat

larut dalam air. Padatan tersuspensi ini juga berpengaruh pada kecerahan

perairan. Keberadaan bahan tersuspensi berbanding lurus dengan kerang hijau di

Page 26: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

10

perairan, karena kerang hijau memanfaatkan bahan-bahan tersebut sebagai

makanannya (Putra, 2006).

f. Penutupan Cangkang

Laju filtrasi kerang hijau akan menurun bersamaan dengan berkurangnya bukaan

cangkang. Hubungan antara bukaan cangkang dengan laju filtrasi kerang hijau

belum diketahui secara pasti, namun bukaan cangkang dan laju filtrasi sebagai

mekanisme pengontrolan pengolahan air dan pencernaan makanan. Laju filtrasi

sebagai efek sekunder pada kerang dalam merespon kondisi suboptimal.

Pengurangan atau penurunan laju filtrasi merupakan akibat dari pengurangan

bukaan cangkang yang dapat diartikan sebagai reaksi dari sistem pencernaan yang

mengalami kejenuhan pada kondisi yang buruk (Riisgard, 2001).

Jumlah makanan yang dimakan oleh kerang hijau tidak dapat diduga dari jumlah

bahan makanan yang ada di lingkungan hidupnya karena sebagian besar

makanannya dikeluarkan dalam bentuk pseudofeses. Pseudofeses tidak

terasimilasi dan tidak digunakan oleh moluska. Pseudofeses merupakan bahan-

bahan yang terserap oleh kerang hijau namun tidak dimanfaatkan dan dikeluarkan

kembali ke dalam perairan (Kusumawati et al. 2015).

g. Ukuran kerang hijau

Laju filtrasi dipengaruhi oleh ukuran kerang dan ukuran partikel, kerang akan

meningkatkan respirasi dengan bertambahnya ukuran tubuh atau panjang

cangkang. Semakin besar ukuran kerang maka semakin besar pula luas

penampang insang yang dimiliki, akibatnya gerakan cilia semakin kuat dan

volume air yang tersaring makin besar sehingga dapat meningkatkan nilai laju

filtrasinya (Pratikto, 2013).

2.3 Chaetoceros calcitrans

Chaetoceros merupakan mikroalga yang dikelompokan dalam kelompok diatom.

Diatom sering disebut sebagai golden brown algae karena memiliki pigmen

kuning (fucoxanthin) yang lebih dominan dibandingkan dengan pigmen hijau

Page 27: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

11

(klorofil). Adanya pigmen tersebut menyebabkan suatu perairan tampak berwarna

cokelat muda jika kepadatan diatom tinggi di perairan (Mulyani, 2012).

Chaetoceros calcitrans merupakan salah satu mikroalga yang dominan ketika

terjadi pelimpahan fitoplankton. Chaetoceros calcitrans merupakan mikroalga

jenis diatom yang berwarna coklat keemasan. Memiliki bentuk sel bulat dan

berukuran 4-6 μm yang dapat hidup di suhu 25-300C, suhu maksimum 40

0C dan

salinitas antara 28-30‰. Reproduksi aseksual Chaetoceros calcitrans dengan

pembelahan sel dan reproduksi seksual dengan pembentukan auxospora (Trikuti

et al. 2016).

Chaetoceros merupakan spesies mikroalga yang tidak toksik untuk manusia.

Chaetoceros tertutup oleh dinding sel yang terbuat dari silikat dengan bahan yang

keras seperti kaca yang terdiri dari silikondioksida. Di perairan pada umumnya

kelompok diatom selalu mendominasi. Hal ini karena kemampuan reproduksi

diatom yang lebih cepat dibandingkan dengan jenis fitoplankton yang lain.

Komposisi diatom selalu dijumpai dengan persentasi diatas 90% dan Chaetoceros

merupakan jenis yang dominan selain Skeletonema (Praseno dan Sugestiningsih,

2000). Saat ini jumlah fitoplankton yang dapat menyebabkan Blooming ada sekitar

50 jenis di antaranya adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum,

Gymnodiniumbreve, Cochlodinium sp., Alexandrium catenella, Cholrella dan

Noctiluca Scintillans, hampir semuanya dari kelompok dinoflagelata (Pyrrophyta)

yang dapat menyebabkan kematian massal biota laut (Supriya, 2016).

Page 28: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

12

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017. Penelitian ini dilakukan

selama 16 hari, dengan aklimatisasi 15 hari dan pengamatan satu hari. Penelitian

ini dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan

Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanan penelitian mengenai laju

filtrasi kerang hijau, Perna viridis (Linn, 1758) yang berbeda ukuran pada

berbagai tingkat salinitas terhadap mikroalga Chaetoceros calcitrans (Paulsen,

1968) disajikan pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Jumlah Kegunaan

1.

Akuarium

bervolume (30 x 15

x 30 cm3)

27 buah Wadah pemeliharaan dan wadah

perlakuan

2. Pipet tetes 27 buah Alat pengambilan sampel air perlakuan

3. Refraktometer 1 buah Pengukur salinitas media perlakuan

4. Tabung ukur 1 buah Pengukur volume sampel air yang

perlakuan

5. Penggaris 1 buah Pengukur hewan uji

6. Stopwatch 1 buah Penghitung waktu penelitian

7. Botol sampel 135 buah Wadah sampel media uji

8. Blower 1 buah Suplai oksigen ke media perlakuan

9. Thermometer 1 buah Pengukur suhu

10. Do meter 1 buah Pengukur oksigen terlarut di dalam

media

11. Mikroskop 1 buah Mengamati objek

12. Hemacytometer 1 buah Melihat kepadatan sel mikroalga

13. Handcounter 1 buah Penghitung kepadatan sel mikroalga

14. pH meter 1 buah Pengukur pH media perlakuan

15. Trash bag 27 buah Penutup wadah perlakuan

Page 29: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

13

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Bahan Jumlah Kegunaan

1. Kerang hijau 270 ekor Hewan uji dalam penelitian

2. C. calcitrans 3 liter Pakan uji dalam penelitian

3. Formalin 0,5 liter Pengawet sampel air

4. Air laut (25, 30 dan

35‰) 300 liter Media pemeliharaan kerang hijau

3.3 Rancangan Penelitian

3.3.1 Rancangan Lingkungan

Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian adalah metode

eksperimental di laboratorium dengan kondisi lingkungan yang homogen.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap untuk percobaan faktorial yang terdiri atas sembilan perlakuan dan

masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model linear yang

digunakan adalah:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk

Keterangan:

Yijk : hasil pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j, ulangan ke-k

µ : nilai tengah populasi

αi : pengaruh taraf ke-i dan faktor A

Β : pengaruh taraf ke-j dan faktor B

(αβ)ij : pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

€ijk : galat percobaan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j ulangan k

3.3.2 Rancangan Perlakuan

Perlakuan yang dilakukan dengan mengkombinasikan ukuran panjang kerang

hijau dengan salinitas yang berbeda. Dasar pemilihan salinitas yang berbeda

mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hutami et al. (2015) bahwa kerang

hijau dapat tumbuh optimum pada salinitas 27-34‰. Perlakuan salinitas 25, 30

dan 35‰ dilakukan untuk mengetahui kecepatan filtrasi pada salinitas tingkat

bawah, tengah dan atas. Ukuran panjang kerang yang digunakan 3, 6 dan 8 cm

untuk mengetahui laju filtrasi kerang hijau pada ukuran kecil, sedang dan besar.

Page 30: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

14

Menurut Pratikto (2013) pada ukuran kerang yang semakin besar maka laju

filtrasinya akan semakin cepat. Kepadatan mikroalga yang digunakan mengacu

pada penelitian yang dilakukan oleh Hutami et al. (2015) yakni 5 x 106 sel/l,

faktor yang dicobakan pada penelitian disajikan pada Tabel 3. Rancangan

penelitian diulang sebanyak tiga kali (Tabel 4).

Tabel 3. Faktor ukuran dan salinitas yang digunakan

Kode Nilai

Ukuran (cm) U1 3

U2 6

U3 8

Salinitas (‰) S1 25

S2 30

S3 35

Tabel 4. Kombinasi perlakuan yang dicobakan

Salinitas (‰)

Ukuran (cm)

3 (U1) 6 (U2) 8 (U3)

25 (S1) U1S1 U2S1 U3S1

30 (S2) U1S2 U2S2 U3S2

35 (S3) U1S3 U2S3 U3S3

*semua perlakuan diatas diulang sebanyak tiga kali

Keterangan :

U : ukuran panjang kerang hijau

S : salinitas

3.3.3 Parameter Uji

parameter primer yang diamati adalah laju filtrasi kerang hijau dan kepadatan

mikroalga yang diamati setiap satu jam sekali. Adapun data lain yang diukur

adalah kualitas air yang berupa pH, suhu, dan DO.

Page 31: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

15

3.3.3.1 Laju Filtrasi kerang Hijau

Pengamatan laju filtrasi dilakukan satu jam sekali setelah memasukan C.calcitrans

ke dalam media uji. Waktu awal (t0) penelitian dimulai dari memasukannya

mikroalga ke dalam media yang berisi kerang hijau. Air media diambil sebanyak

10 ml menggunakan pipet tetes agar dapat mewakili media uji untuk dihitung

kepadatan mikroalganya. Perhitungan laju filtrasi kerang hijau ditentukan dari

nilai clearance rate (CR) mengacu pada Riisgard (2001) dengan persamaan

berikut :

CR = (V/n.t) ln (Co/ Ct)

Keterangan :

CR : clearance rate, tingkat penyaringan/ laju filtrasi kerang (l/jam)

V : volume wadah uji (l)

n : jumlah hewan uji yang digunakan dalam setiap wadah

t : waktu (jam)

Co : konsentrasi plankton/ alga dalam wadah uji pada waktu 0

Ct : konsentrasi plankton/ alga dalam wadah uji pada waktu t

3.3.3.2 Kepadatan Mikroalga

Metode pengamatan pertama terhadap kepadatan mikroalga dihitung setelah 1 jam

(t1) dan pengamatan berikutnya dilakukan 1 jam setelah pengamatan pertama (t2).

Alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan plankton adalah

hemacytometer, mikroskop dengan perbesaran 100x dan alat pencacah

(handcounter). Kepadatan sel mikroalga dihitung dengan mengacu pada rumus

(BBPBAP Jepara, 2015) :

Keterangan :

N : jumlah pengamatan pada mikroskop (sel/liter)

A1-A4 : jumlah sel mikroalga pada kotak ke-1 sampai ke-4

4 : jumlah kotak dalam pengamatan hemacytometer

104 : jumlah kerapatan sel (chamber)

Page 32: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

16

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Wadah

Wadah percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium dengan

volume 15 liter sebanyak 27 buah yang telah dibersihkan. Setiap akuarium

dilengkapi dengan peralatan aerasi agar oksigen dapat tersebar merata ke media

uji, penyebaran mikroalga merata, dan tidak terjadi pengendapan. Dinding luar

akuarium dilapisi penutup berwarna hitam untuk menghindari masuknya cahaya

agar tidak mempercepat pembelahan sel pada mikroalga (Suryono, 2013).

3.4.2 Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut yang berasal dari

perairan Pantai BBPBL Lampung dengan salinitas 35‰. Air laut kemudian

diencerkan dengan menggunakan air tawar yang telah disterilkan terlebih dahulu,

sesuai salinitas perlakuan 25, 30 dan 35‰. Besarnya salinitas yang dikehendaki

diukur dengan menggunakan refraktometer. Air yang dimasukan ke dalam wadah

penelitian sebanyak 10 liter. Setelah itu media diaerasi. Untuk mendapatkan

salinitas yang diinginkan menggunakan persamaan :

S = (S1 V1 + S2 V2) / (V1 + V2)

Keterangan :

S : salinitas yang diinginkan (‰)

S1 : salinitas air laut (‰)

S2 : salinitas air tawar (‰)

V1 : volume air laut yang diencerkan (l)

V2 : volume air tawar yang ditambahkan (l) (Anggoro, 1992).

3.4.3 Persiapan Hewan Uji

Biota yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang hijau dengan panjang

cangkang 3, 6 dan 8 cm, yang diperoleh dari Pulau Pasaran, Teluk Betung, Bandar

Lampung. Ukuran kerang hijau tersebut digunakan untuk mengetahui filtrasi

kerang hijau pada ukuran kecil, sedang dan besar yang akan dipengaruhi oleh

tingkat salinitas yang berbeda. Kerang hijau yang telah terpilih kemudian

diaklimatisasi dalam media perlakuan. Aklimatisasi kerang hijau berlangsung

selama 12-15 hari agar dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru, ketika

masa aklimatisasi diberikan pakan berupa C. calcitrans murni.

Page 33: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

17

Kerang hijau diaklimatisasi di dalam wadah dengan volume air 10 liter dengan

salinitas habitat asalnya 30‰ ke salinitas awal di wadah perlakuan 35‰ selama

12 hari. Hari ke 13 hingga hari ke 15 kerang hijau diaklimatisasi di dalam wadah

yang memiliki salinitas 25, 30 dan 35‰ sesuai dengan penelitian.

3.4.4 Persiapan Pakan

Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroalga jenis C.

calcitrans yang diperoleh dari hasil kultur murni di PT. Cental Proteina Prima

Lampung Selatan. Mikroalga yang digunakan dikultur terlebih dahulu untuk

mendapatkan kepadatan yang sesuai dengan penelitian. Mikroalga dikultur selama

satu bulan untuk mendapatkan volume dan kepadatan yang diinginkan.

3.4.5 Pelaksanaan Uji

Wadah yang telah disterilkan diisi dengan air laut sebanyak 10 liter dengan

salinitas 25, 30 dan 35‰. Kerang hijau yang telah diukur panjang cangkangnya

dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak sepuluh ekor, dan ditambahkan

mikroalga C. calcitrans sebanyak 5 x 106 sel/l (Hutami et al. 2015). Pengamatan

dilakukan dengan menghitung kepadatan mikroalga setiap jam hingga mikroalga

di media habis. Pengamatan ke nol (t0) dimulai dari waktu memasukan mikroalga

ke dalam media uji, sedangkan pengamatan t1 dilakukan setelah satu jam t0,

selanjutnya t2 pada jam berikutnya (Pratikto, 2013). Pengamatan kepadatan

mikroalga dilakukan dengan mengambil air media uji sebanyak 10 ml. Air media

uji kemudian diberi larutan formalin untuk mengawetkan mikroalga yang terdapat

di dalamnya kemudian diamati di mikroskop dengan menggunakan

hemacytometer dan dihitung kepadatannya. Pengamatan kualitas air dilakukan

setiap tiga jam sekali yang meliputi pengamatan pH, DO, suhu dan salinitas.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian berupa kecepatan laju filtrasi kerang hijau lalu

diuji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya dianalisis Anova dengan

menggunakan program SPSS 22 untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Jika

hasil uji antar perlakuan berbeda nyata kemudian dilakukan uji lanjut Duncan

Page 34: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

18

dengan selang kepercayaan 95% . Data pengamatan kualitas air dan kepadatan

mikroalga dianalisis secara deskritif.

Page 35: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi

antara ukuran kerang maupun salinitas terhadap laju filtrasi kerang hijau. Laju

filtrasi kerang hijau terhadap Chaetoceros calcitrans tidak dipengaruhi oleh

ukuran yang berbeda dan salinitas yang berbeda.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa laju filtrasi kerang hijau tidak dipengaruhi

oleh ukuran dan salinitas sehingga kerang hijau dapat dimanfaatkan sebagai

organisme penyerap limbah organik dan pemakan mikroalga di perairan dengan

kondisi salinitas yang masih dapat ditoleransi oleh kerang hijau.

Page 36: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

27

DAFTAR PUSTAKA

Aliah, R.S. 2012. Keragaan model budidaya perikanan terintegrasi multitropik di

Pantai Utara Karawang, Jawa Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 13 :

47-58.

Anggoro, S. 1992. Efek osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya

Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon)

Fabricius. Institut Pertanian Bogor. Bogor : 71-114.

Augustine. D. 2008. Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dalam

kerang hijau (perna viridis l.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.

Skripsi. IPB. Bogor :21-48.

BBPAP. 2015. Laporan Penelitian Tahunan Laboratorium Pakan Hidup. Jepara.

Jawa Tengah.

Gammanpila, A. M. Rupasinghe, C.P. dan Subasinghe, S. 2015. Cultivation of

microalgae; Chaetoceros calcitrans for biodiesel production as affected by

different nitrate concentrations and salinity levels. Proceedings of 12th

ISERD International Conference, Tokyo, Japan. 56-58

Gobin, J., Agard, J. Madera, J. dan Mohammed, A. 2013. The Asian green mussel

Perna viridis (Linnaeus 1758) : 20 years after its introduction in Trinidad

and Tobago. Journal of Marine Science Vol 3 : 62-65.

Hutami, F, E., Supriharyono. Dan Haeruddin. 2015. Laju filtrasi kerang hijau

(Perna viridis) terhadap Skeletonema costatum pada berbagai tingkat

salinitas. Diponegoro. Journal of Maquares Management of Aquatic

Resources. Vol 4 (1) : 125-130.

Hynes, H. B. N. 1978. The Biology Of Polluted Waters. Liverpool University

Press, London: xxiv:555.

Idris, M. K. 2012. Efektivitas penyerapan karbondioksida (CO2) oleh fitoplankton

(Chaetoceros sp.) pada fotobioreaktor. Skipsi. Institut Pertanian Bogor. 1-

35.

Kusumawati, L.A., Haeruddin dan Suprapto, D., 2015. Fitration rate kerang darah

dan kerang hijau dalam memfiltrasi bahan organik tersuspensi limbah

tambak udang intensif. Diponegoro Journal of Maquares. Vol 4 (1) : 131-

137.

Liliandari, P. dan Aunurohim. 2013. Kecepatan filtrasi kerang hijau Perna viridis

terhadap Chaetoceros sp. dalam media logam tercemar Cadmium. Jurnal

Sains dan Seni Pomits. Vol 2 (1) : 2337-3520.

Makmur, M. Kusnoputranto, H., Moersidik, S.S. dan Wisnubroto, D.S. 2012.

Pengaruh limbah organik dan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton di

Page 37: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

28

kawasan kerang hijau Cikiling. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Vol

15 (2).

Mansur, W. Mukhlis, M K. dan Majariana, K. 2013. Estimasi limbah organik dan

daya dukung perairan dalam upaya pengelolaan terumbu karang di perairan

Pulau Semakdaun, Kepulauan Seribu. Depik Vol. 2 (3) : 141-153.

Mulyani. 2012. Sebaram spasiotemporal spesies Harmful algae bloom (HAB) di

lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara.

Skripsi. Universitas Indonesia. 83 hal.

Ndahawali, D.H. 2001. Dampak budidaya ikan terhadap kualitas air : Studi kasus

budidaya ikan jaring apung di Danau Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.

Tesis. Universitas Indonesia.

Nimpis. 2002. Asian green mussel. http:crimp.marine.csiro.au/nimpis

Nurjanah, E. Y. 2005. Laju filtrassi kerang hijau (Perna viridis L. 1758) terhadap

fitoplankton Nannochloropsis sp. pada kondisi terang dan gelap. Skripsi.

FPIK. IPB. Bogor: 74 hal.

Praseno, D.P. dan Sugestiningsih. 2000. Red Tide di Perairan Indonesia. Pusat

penelitian dan pengembangan oseanografi – LIPI, Jakarta: 82 hal.

Pratikto, I. 2013. Filtrasi kerang hijau Perna viridis terhadap mikroalga pada jenis

dan konsentrasi berbeda. Buletin Oseanografi Marina April 2013. Vol. 2 :

35 – 40.

Putra, W.S. 2006. Laju filtrasi kerang hijau (Perna viridis L. 1758) dalam

mereduksi bahan tersuspensi. Skripsi. Institute Pertanian Bogor: 28-47.

Raghavan, G., Haridevi, C. K dan Gopinathan, C. P. 2008. Growth and proximate

composition of the Chaetoceros calcitrans f. pumilus under different

temperature, salinity and carbon dioxide levels. Aquaculture Research. Vol

39 : 1053-1058.

Rajesh, K. V., Mohamed, K. S. dan Kripa, V. 2001. Influence of algal cell

concentration, salinity and body size on the filtration and ingestion rates of

cultivable Indian bivalves. Indian Journal Of Marine Sciences. Vol 30 : 87-

92.

Riisgard, H. U. 2001. Inaclurate bivakve clearance rate measurements : a reply.

Marine Ecology Progress Series. Vol 221 : 307-309.

Riisgard, H. U. 2001. On measurement of filtrasion rate in bivalve- the stony road

to reliable data : Review and interpretation data. Marines Ecoology Progress

Series. Vol 221 : 275-291.

Sen, B. Alp MT. dan Kocer, MAT. 2005. Studies on growth of marine microalgae

in batch culture : II-Isochrysis galbana (haptophyta). Asian Journal Of

Plant Sciences. Vol 4 (6) 639-641.

Page 38: LAJU FILTRASI KERANG HIJAU, Perna viridis (Linn, 1758 YANG ...digilib.unila.ac.id/29329/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Avertebrata Akuatik pada tahun ajaran 2015/2016 dan

29

Sivaligam, P. M. 1983. Aquaculture of green mussle Mytilus viridis L. in

Malaysia. Aquaculture. Vol 11. (297-312).

Supriyantini, E. 2013. Pengaruh salinitas terhadap kandungan nutrisi Skeletonema

costatum. Buletin Oseanografi Marina. Vol 2: 51-57

Suryono, A.C. 2013. Filtrasi kerang hijau Perna viridis terhadap microalgae pada

media terkontaminasi logam berat. Buletin Oseanografi Marina. Vol. 2 : 41-

47.

Trikuti, K., Anggraeni, A.A.M.D. dan Gunam, I.B.W.. 2016. Pengaruh jenis

media terhadap konsentrasi biomassa dan kandungan protein mikroalga

Chaetoceros calcitrans. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol

4 (2) : 13-22.

Vojdani, F. N. dan Salarzadeh, A. 2015. The study filtration rate of cirenita

callipyga by the microalga Isochrysis aff galbana at different temperatures

and salinities. International Journal Of Advanced Research. Vol 3(6) : 932-

939

Widiyanto, A., Susilo, B., dan Yulianingsih, R. 2014. Studi kultur semi-massal

mikroalga Chlorella sp. pada area tambak dengan media air payau (di Desa

Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab. Lamongan). Jurnal Bioproses Komoditas

Tropis. Vol 2 (1) : 1-7.

Widyastuti, E.,, Piranti, A. S. dan Rahayu, D.R.U.S. 2009. Monitoring status daya

dukung perairan Waduk Wadaslintang bagi budidaya keramba jaring apung.

Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol 16 (3) : 133-140.