Upload
ananta-bayu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
1/102
LAPORAN
AKUNTABILITAS
KINERJA
INSTANSIPEMERINTAH
TAHUN 2013
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
2/102
LAKIP BKN 2013
DDAAFFTTAARR IISSII
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 2
B.
Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ....................................................................... 2
C. Peran Strategis BKN ................................................................................................... 4
D. Struktur Organisasi .................................................................................................... 6
E. Sistematika Penyajian ............................................................................................... 6
BAB II
RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ........................................................... 7
A.
RPJMN 2010-2014 ..................................................................................................... 8
B. Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014 .............................................................. 10
C. Penetapan Kinerja Tahun 2013 ............................................................................... 13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 ........................................................................... 16
A.
Penguatan Implementasi SAKIP BKN ....................................................................... 17
B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013................................................................ 17
C. Analisis Pencapaian Kinerja ..................................................................................... 20
D.
Kinerja BKN Lainnya di Tahun 2013 ......................................................................... 74
E.
Akuntabilitas Keuangan ........................................................................................... 77
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 85
1.
Struktur Organisasi .................................................................................................. 86
2.
Pengukuran Kinerja BKN Tahun 2013 ...................................................................... 87
3.
Capaian Kinerja BKN Tahun 2010-2013 ................................................................... 90
4. Instansi Pemerintah yang telah melaksanakan Penilaian
Kompetensi Tahun 2013 .......................................................................................... 92
5.
Jumlah Peserta Tes dan Lulus Passing Grade Instansi Pusat
Dan Daerah TKD CPNS Pelamar Umum Tahun 2013 ............................................... 93
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
3/102
LAKIP BKN 2013
i
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara
Tahun 2013 dapat disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kinerja yang telah ditetapkan.
LAKIP BKN disusun untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
LAKIP BKN disusun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada
publik terkait capain kinerja BKN tahun 2013 dalam memberikan layanan
kepegawaian kepada masyarakat dan beberapa kendala, serta hambatan yang
dihadapi untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan
perencanaan BKN di tahun berikutnya.
Disadari bahwa penyusunan LAKIP BKN ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu masukan dan saran dari semua pihak sangat diharapkan agar
LAKIP BKN dapat disusun dengan lebih baik.
Mudah-mudahan LAKIP BKN ini dapat bermanfaat dan kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan LAKIP ini diucapkan
terimakasih.
Jakarta, Maret 2014
Kepala
Badan Kepegawaian Negara
Eko Sutrisno
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
4/102
LAKIP BKN 2013
ii
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan
Kepegawaian Negara (BKN) bertujuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
kinerja BKN berdasarkan Penetapan Kinerja tahun 2013 dan sebagai bentuk keterbukaan
informasi publik sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2010
tentang Keterbukaan Informasi Publik.
LAKIP BKN merupakan perwujudan pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum
pada Rencana Strategis BKN tahun 2010-2014. Rencana Strategis BKN memuat Visi, Misi,
Tujuan dan Sasaran Strategis, serta indikator kinerja utama. Visi BKN adalah Menjadi Pembina
dan Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang profesional dan bermartabat tahun 2025
dengan Misi yaitu 1) Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara, 2)
Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian, dan 3) Mengembangkan manajemen internal
BKN.
Dalam Rencana Strategis BKN 2010-2014 tercermin tujuan strategis yang hendak
dicapai yaitu: 1) Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen; 2) Mewujudkan
pelayanan prima bidang kepegawaian; dan 3) Mewujudkan manajemen internal yang efektif,
efisien dan akuntabel.
Untuk merealisasikan tujuan strategis tersebut di atas, BKN menetapkan Sasaran
Strategis dengan indikator kinerja dan capaian kinerjanya diuraikan sebagai berikut:
a.
Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dengan
indikator kinerja berupa:
1)
Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian
(rightsizing) di lingkungannya.
2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di
lingkungannya.
3)
Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam
pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya.
4)
Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat
sesuai NSP.
b. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dengan indikator kinerja berupa:
1) Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi
dengan menggunakan alat bantu computer (CAT).
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
5/102
LAKIP BKN 2013
iii
2)
Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian.
c.
Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian dengan indikator
kinerja berupa:
Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan.
d.
Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi dengan indikator
kinerja berupa:
Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian.
e. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi dengan indikator kinerja
berupa:
1)
Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai.
2)
Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi
pelayanan kepegawaian (SAPK).
3)
Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE.
f.
Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian dengan
indikator kinerja berupa:
Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang.
g. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta
pengelolaan administrasi dengan indikator kinerja berupa:
1) Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN.
2)
Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN.
3)
Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi.
4) Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar.
5) Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN.
h. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor dengan indikator
kinerja berupa:
1)
Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia.
2)
Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
6/102
LAKIP BKN 2013
iv
Berdasarkan uraian capaian kinerja BKN tahun 2013 diatas, sebagian besar mencapai target
sebanyak 14 indikator kinerja, bahkan ada beberapa capaian kinerjanya yang melebihi 100%
yaitu sebanyak 9 indikator kinerja. Namun demikian masih terdapat beberapa indikator kinerja
yang belum mencapai target yaitu: 1) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
standar kompetensi jabatan di lingkungannya; 2) Persentase Instansi Pemerintah yang telah
terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK); 3) Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP BKN; 4) Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi;
5) Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. Oleh karena itu BKN perlu melakukan
langkah-langkah strategis guna mendukung pencapaian target kinerja pada semua sasaran
strategis.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
7/102
LAKIP BKN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
8/102
LAKIP BKN 2013
2
AA.. LLaattaarr BBeellaakkaanngg
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja
dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menyebutkan bahwa setiap
instansi pemerintah wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
LAKIP merupakan laporan pertanggungjawaban instansi pemerintah atas akuntabilitas kinerja
yang telah ditetapkan selama kurun waktu 1 (satu) tahun dan sebagai bentuk keterbukaan
informasi kepada publik serta dalam rangka mewujudkan Good Governance.
Badan Kepegawaian Negara sebagai instansi pemerintah mempunyai kewajiban
menyusun LAKIP yang merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik serta menjadi media
informasi kepada publik mengenai capaian kinerja yang telah dilakukan BKN selama tahun
2013. Terkait tugas BKN sebagai instansi yang melaksanakan manajemen kepegawaian negara,
BKN mempunyai peran yang sangat strategis dalam membangun sumber daya aparatur sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2025 di bidang
Hukum dan Aparatur. Pembangunan bidang aparatur negara dilakukan melalui reformasi
birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata
pemerintahan yang baik untuk mendukung keberhasilan pembangunan di berbagai bidang
lainnya.
BB.. KKeedduudduukkaann,, TTuuggaass PPookkookk DDaann FFuunnggssii
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005, dibentuk
BKN yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Kepegawaian Negara sebagaimana telah 3 kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013, BKN melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
manajemen kepegawaian Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian;
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
9/102
LAKIP BKN 2013
3
b.
Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan,
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia Pegawai Negeri Sipil; Penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat negara
dan mantan pejabat Negara;
c. Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan mutasi kepegawaian
antar Provinsi dan/atau antar Kabupaten/Kota;
d. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan prosedur mengenai mutasi,
gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan Pegawai Negeri Sipil Pusat
dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dan bidang kepegawaian lainnya;
e. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian kepada instansi pemerintah;
f.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN;
g. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi kepegawaian;
h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
Disamping kedudukan, tugas, dan fungsi, BKN juga memiliki kewenangan yaitu:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang manajemen kepegawaian;
b. Perumusan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian untuk mendukung
pembangunan secara makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidang manajemen kepegawaian;
d. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Provinsi;
e.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian;
g. Penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian dan pengendaliannya;
h. Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan Pemerintah;
i. Penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar provinsi, serta perumusan
standar prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian,
penetapan standar, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban serta kedudukan
Pegawai Negeri Sipil;
j.
Penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional;
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
10/102
LAKIP BKN 2013
4
k.
Perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan pelatihan standar;
l.
Pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur kepegawaian.
CC.. PPeerraann SSttrraatteeggiiss BBKKNN
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, BKN sebagai lembaga penyelenggara manajemen kepegawaian negara memiliki
peran yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen kepegawaian dan pelayanan
administrasi kepegawaian yang melayani seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah. Peran strategis BKN meliputi beberapa bidang, yaitu:
1) Bidang Perencanaan dan pengembangan Kepegawaian
Peran strategis BKN terkait Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian yaitu
merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan kepegawaian melalui pemberian
pertimbangan pengusulan formasi PNS, penyediaan pedoman penyusunan standar
kompetensi manajerial dan teknis, penilaian kompetensi PNS (Assessment Center),
pengembangan kompetensi sumber daya aparatur melalui Diklat-diklat Kepegawaian,
penelitian dan pengkajian dalam rangka mendukung perumusan kebijakan dibidang
kepegawaian.
Terkait peran strategis ini BKN telah melaksanakan berbagai program antara lain
melaksanakan kegiatan penataan PNS dengan fasilitasi instansi untuk melakukan
penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan analisis
beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi pemerintah juga
diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi kebutuhan PNS selama
lima tahun.
2)
Bidang Pembinaan kinerja dan perundang-undangan.
Peran strategis BKN terkait Bidang Pembinaan Kinerja dan Perundang-undang adalah
melaksanakan perumusan kebijakan pembinaan kinerja dan penyusunan peraturan
perundang-undangan kepegawaian. Dalam rangka peningkatan kualitas seleksi CPNS untuk
mendapatkan SDM yang berkualitas maka BKN membangun dan mengembangkan sistem
rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi dengan menggunakan alat bantu komputer
atau Computer Assisted Test (CAT). Disamping itu dalam rangka pembinaan kinerja
pegawai, BKN melaksanakan asistensi penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada
instansi pusat dan daerah.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
11/102
LAKIP BKN 2013
5
3) Bidang Layanan Kepegawaian.
Badan Kepegawaian Negara harus cepat merespons berbagai harapan masyarakat dan
menjawab berbagai tantangan yang ada, khususnya dalam memberikan layanan bidang
kepegawaian. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan Standar Manajemen
Mutu ISO 9001-2008 terhadap pelayanan kepegawaian. Hal ini menjadi momentum
kebangkitan kualitas layanan yang prima, cepat, tepat, murah dan transparan kepada PNS
yang diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya prestasi di sektor lain, sehingga pelayanan
kepada PNS semakin baik.
Berkaitan dengan peningkatan layanan kepegawaian berbasis IT mulai dari rekruitmen
hingga pensiun, BKN menerapkan Sistim Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK On-Line)yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan daerah sehingga pelayanan menjadi lebih
cepat, tepat, transparan, efektif dan efisien.
4) Bidang Informasi Kepegawaian.
Dalam rangka pengembangan sistem informasi kepegawaian, BKN memiliki peran strategis
untuk menyediakan data kepegawaian yang valid, akurat dan terkini untuk menjamin
ketersedian informasi kepegawaian yang dibutuhkan.
Berbagai upaya yang dilakukan BKN diantaranya adalah dengan membangun dan
mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi pada seluruh instansi
pusat dan daerah melalui penggunaan aplikasi SAPK dalam pelayanan kepegawaian. Untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan arsip kepegawaian dilakukan dengan menerapkan
digitalisasi tata naskah kepegawaian yang didukung oleh Document Management System
(DMS).
5)
Bidang Pengawasan dan Pengendalian kepegawaian.
BKN memiliki peran strategis di Bidang Pengawasan dan Pengendalian dengan
melaksanakan perumusan kebijakan pengawasan dan pengendalian kepegawaian dan
tindakan korektif terhadap pelanggaran peraturan kepegawaian. Selain itu untuk
meningkatkan pemahaman terhadap penerapan peraturan perundang-undangan bidang
kepegawaian, BKN melaksanakan kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada seluruh
instansi pemerintah pusat dan daerah.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
12/102
LAKIP BKN 2013
6
DD.. SSttrruukkttuurr OOrrggaanniissaassii
Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja BKN yang telah diubah dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013 , susunan
organisasi BKN terdiri dari:
a. Kepala;
b.
Wakil Kepala;
c. Sekretaris Utama;
d. Deputi Bidang Pengembangan Kepegawaian;
e. Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-undangan;
f.
Deputi Bidang Bina Pengadaan, Kepangkatan dan Pensiun;
g.
Deputi Bidang Informasi Kepegawaian;
h. Deputi Bidang Pengendalian Kepegawaian;
i. Pusat Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil;
j.
Pusat Analisis Kebijakan Manajemen Kepegawaian dan Bantuan Hukum;
k.
Pusat Analisis Teknologi dan Modernisasi Manajemen Kepegawaian;
l. Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil; dan
m. Inspektorat.
Struktur Organisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran I.
EE.. SSiisstteemmaattiikkaa PPeennyyaa j jiiaann
Sistematika penyajian LAKIP BKN Tahun 2013 disusun dengan urutan penyajian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, kedudukan BKN, tugas pokok BKN
dan fungsi BKN, aspek strategis yang berisi prioritas BKN sejalan dengan RPJMN serta
struktur organisasi;
Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas Renstra BKN 2010-
2014 dan penetapan kinerja BKN tahun 2013;
Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan matriks target dan realisasi kinerja, serta akuntabilitas
pengelolaan keuangan BKN;
Bab IV Penutup, menjelaskan secara ringkas kesimpulan dan saran untuk perbaikan kinerja BKN
dimasa mendatang.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
13/102
LAKIP BKN 2013
BAB II
RENCANA STRATEGIS
DAN PENETAPAN
KINERJA
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
14/102
LAKIP BKN 2013
8
AA.. RRPPJJMMNN 22001100 -- 22001144
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/
lembaga dan lintas kementerian/ lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 yang merupakan tahap kedua dari pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJMN 2010-2014
selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/ lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
kementerian/ lembaga (Renstra-KL).
Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM berbeda dalam setiap tahapannya.
RPJM ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia
disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian.
Program pembangunan nasional 2010-2014 telah ditetapkan lima agenda utama
pembangunan nasional, yaitu:
1. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
2. Perbaikan tata kelola pemerintahan.
3.
Penegakan pilar demokrasi.
4.
Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.5. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
Dari lima agenda pembangunan tersebut kemudian ditetapkan 11 (sebelas) program
prioritas nasional, yaitu (1) Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan;
(4) Penanggulangan kemiskinan; (5) Ketahanan pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim ivestasi dan
usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan hidup dan bencana; (12) Daerah tertinggal, terdepan, terluar,
dan paska konflik; (11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Untuk mendukung pelaksanaan RPJMN Tahun 2010-2014, Badan Kepegawaian Negara
di tahun anggaran 2013 melaksanakan beberapa kegiatan prioritas bidang yaitu:
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
15/102
LAKIP BKN 2013
9
1) Perencanaan Kepegawaian Dan Formasi (Sub Kegiatan Penataan PNS);
2) Penilaian Kompetensi calon Pejabat Struktural Instansi Pemerintah, dan Konseling
Kepegawaian (Sub Kegiatan Pembinaan Assessment Center Pada Instansi Pemerintah) ;
3) Pembangunan, Pengembangan system informasi dan Pengolahan database Kepegawaian ;4) Pengembangan Operasional Jaringan Komunikasi dan Informasi Kepegawaian (Sub
kegiatan Implementasi KPE);
5) Perumusan Kebijakan Rekrutmen dan Kinerja Pegawai (Sub Kegiatan pengembangan
Sistem Rekrutmen CPNS/PNS dengan CAT System , pembangunan CAT pada 4 kanreg,
Pengembangan sistem rekrutmen pusat, validasi soal dan pengembangan bank soal
berskala nasional);
6) Pelaksanaan Wasdal dan Bimtek Bidang kepegawaian pada Instansi Pusat dan daerah.
Disamping kegiatan prioritas bidang tersebut diatas, Badan Kepegawaian Negara juga
melaksanakan beberapa kegiatan prioritas lembaga, yaitu:
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1)
Pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan BKN Pusat dan Kanreg (Belanja
Pegawai).
2) Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran BKN Pusat dan kanreg
(Belanja Barang Mengikat).
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1) Pembangunan gedung Pusdiklat Kepegawaian (tahap II);
2)
Pengadaan kendaraan roda 4 pada 8 kanreg BKN;
3) Pembangunan gedung arsip Kanreg V Jakarta;
4) Pembangunan gedung arsip Kanreg XI Manado;
5) Pembangunan gedung arsip Kanreg XII Pekanbaru.
Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Kepegawaian (sub kegiatan
penyelenggaraan diklat analis kepegawaian Calon pejabat fungsional analis kepegawaian
tingkat terampil sebanyak 2 angkatan dan 13 angkatan tingkat keahlian).
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
16/102
LAKIP BKN 2013
10
BB.. RReennccaannaa SSttrraatteeggiiss BBKKNN TTaahhuunn 22001100--22001144
Rencana strategis (Renstra) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2010-2014 disusun
sebagai perencanaan jangka menengah Badan Kepegawaian Negara yang merupakan gambaran
tujuan, sasaran strategis dan target hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun
sesuai dengan tugas dan fungsi, serta peran Badan Kepegawaian Negara sebagaimana yang
diamanahkan oleh undang-undang.
Dalam rangka penyempurnaan Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014 dan
penguatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
lingkungan Badan Kepegawaian Negara, maka telah dilakukan revisi terhadap Rencana Strategis
BKN Tahun 2010-2014 yang disusun berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit kerja dilingkungan BKN dan memperhatikan apa yang menjadi harapan dan keinginan pemangku
kepentingan (stakeholder) BKN. Revisi terhadap Rencana Strategis BKN meliputi Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama.
1. Visi
Visi BKN setelah dilakukan revisi adalah ”Menjadi Pembina dan Penyelenggara Manajemen
Kepegawaian yang Profesional dan Bermartabat Tahun 2025”.
2.
Misi
Untuk mewujudkan Visi BKN di atas, maka Badan Kepegawaian Negara menetapkan misi
yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara.
b.
Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian.
c. Mengembangkan manajemen internal BKN.
3. Tujuan
Dengan didasarkan pada visi dan misi yang telah ditetapkan, Badan Kepegawaian Negara
menetapkan tiga tujuan strategis yang ingin dicapai hingga tahun 2014, yaitu:
a. Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen.
b.
Mewujudkan pelayanan prima bidang kepegawaian.
c.
Mewujudkan manajemen internal yang efektif, efisien dan akuntabel.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
17/102
LAKIP BKN 2013
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis Badan Kepegawaian Negara disusun berdasarkan tujuan strategis yang
ingin dicapai. Ada delapan sasaran strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan
tujuan strategis Badan Kepegawaian Negara, yaitu:
i. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian;
j. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal;
k.
Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian;
l. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi;
m.
Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi;
n. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian;
o.
Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta
pengelolaan administrasi;
p.
Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor.
5. Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja utama (IKU) Badan Kepegawaian Negara ditetapkan dengan mengacu
pada Rencana Strategis BKN Tahun 2010-2014. Indikator kinerja utama ditetapkan secara
berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran strategis yang
ingin dicapai. Indikator kinerja utama BKN yang digunakan untuk periode Tahun 2010-2014
ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama BKN
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
I Meningkatkan efektifitas sistem
perencanaan dan pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan kebijakan penataan
kepegawaian (rightsizing) di
lingkungannya.
2. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan standar kompetensi jabatan
11
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
18/102
LAKIP BKN 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
di lingkungannya.
3. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi PNS
dalam pengembangan karier kepegawaian
di lingkungannya.
4. Persentase instansi pemerintah yang
menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP.
II Meningkatkan sistem pembinaan
kinerja yang optimal.
1. Jumlah instansi pemerintah yang telah
memanfaatkan sistem rekrutmen dan
promosi dengan menggunakan alat bantu
computer (CAT).
2. Jumlah pertimbangan pengangkatan
jabatan fungsional analis kepegawaian.
III Meningkatkan kualitas rumusan
perundang-undangan
kepegawaian.
1. Jumlah rumusan peraturan perundang-
undangan yang diselesaikan.
IV Meningkatkan pelayanan
kepegawaian berbasis teknologi
informasi.
1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap
pelayanan kepegawaian.
V Meningkatkan sistem informasi
kepegawaian yang terintegrasi.
1. Persentase database PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan data pokok pegawai.
2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah
terintegrasi dengan sistem aplikasi
pelayanan kepegawaian (SAPK).
3. Persentase instansi/ stakeholders yang
telah menggunakan sistem KPE.
VI Meningkatkan efektifitas sistem
pengawasan dan pengendaliankepegawaian.
1. Persentase penurunan tingkat
pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang
12
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
19/102
LAKIP BKN 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
kepegawaian.
VII Meningkatkan efektifitas
koordinasi perencanaan program,
sumber daya, serta pengelolaan
administrasi.
1. Hasil evaluasi terhadap implementasi
SAKIP BKN.
2. Opini BPK terhadap laporan keuangan
BKN.
3. Persentase penempatan pegawai yang
sesuai dengan kompetensi.
4. Persentase pemenuhan sarana
operasional kantor sesuai standar.
5. Indeks kepuasan publik terhadap
ketersediaan layanan informasi BKN.
VIII Meningkatkan pemenuhan standar
dan mutu sarana prasarana kantor.
1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana
dan prasarana kantor yang tersedia.
2. Persentase pemenuhan standar sarana
dan prasarana.
CC.. PPeenneettaappaann KKiinneerr j jaa BBKKNN TTaahhuunn 22001133
Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja ditetapkan untuk dijadikan sebagai tolok ukur
pengukuran capaian kinerja. Badan Kepegawaian Negara menyusun penetapan kinerja
tahun 2013 berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit kerja di lingkungan Badan
Kepegawaian Negara. Target capaian kinerja tahun 2013 Badan Kepegawaian Negara dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Penetapan Kinerja BKN Tahun 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
I Meningkatkan efektifitas sistem
perencanaan dan pengembangan
kepegawaian.
1. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan kebijakan penataan
kepegawaian (rightsizing) di
50%
13
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
20/102
LAKIP BKN 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
lingkungannya.
2. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan standar kompetensi
jabatan di lingkungannya.
3. Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan penilaian kompetensi
PNS dalam pengembangan karier
kepegawaian di lingkungannya.
4. Persentase instansi pemerintah yang
menghitung kebutuhan formasi PNS
dengan tepat sesuai NSP.
30%
16%
50%
II Meningkatkan sistem pembinaan
kinerja yang optimal.
1. Jumlah instansi pemerintah yang
telah memanfaatkan sistem
rekrutmen dan promosi dengan
menggunakan alat bantu computer
(CAT).
2. Jumlah pertimbangan pengangkatan
jabatan fungsional analis
kepegawaian.
25
Instansi
600
analis
III Meningkatkan kualitas rumusan
perundang-undangan
kepegawaian.
1. Jumlah rumusan peraturan
perundang-undangan yang
diselesaikan.
15
naskah
IV Meningkatkan pelayanan
kepegawaian berbasis teknologi
informasi.
1.
Indeks kepuasan instansi/ PNS
terhadap pelayanan kepegawaian.
Sangat
Baik
V Meningkatkan sistem informasi
kepegawaian yang terintegrasi.
1. Persentase database PNS yang akurat
dan terkini berdasarkan data pokok
pegawai.
2. Persentase Instansi Pemerintah yang
telah terintegrasi dengan sistem
80%
100%
14
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
21/102
LAKIP BKN 2013
15
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
aplikasi pelayanan kepegawaian
(SAPK).
3.
Persentase instansi/ stakeholders
yang telah menggunakan sistem KPE.
85%
VI Meningkatkan efektifitas sistem
pengawasan dan pengendalian
kepegawaian.
1. Persentase penurunan tingkat
pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan
bidang kepegawaian.
35%
VII Meningkatkan efektifitas
koordinasi perencanaan
program, sumber daya, serta
pengelolaan administrasi.
1. Hasil evaluasi terhadap implementasi
SAKIP BKN.
2. Opini BPK terhadap laporan
keuangan BKN.
3. Persentase penempatan pegawai
yang sesuai dengan kompetensi.
4. Persentase pemenuhan sarana
operasional kantor sesuai standar.
5. Indeks kepuasan publik terhadap
ketersediaan layanan informasi BKN.
B
WTP
100%
90%
Baik
VIII Meningkatkan pemenuhan
standar dan mutu sarana
prasarana kantor.
1. Indeks kepuasan pegawai terhadap
sarana dan prasarana kantor yang
tersedia.
2.
Persentase pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
Baik
75%
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
22/102
LAKIP BKN 2013
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA TAHUN 2013
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
23/102
LAKIP BKN 2013
AA.. PPeenngguuaattaann IImmpplleemmeennttaassii SSAAKKIIPP BBKKNN
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan
manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi
birokrasi yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Badan Kepegawaian Negara berkomitmen untuk mewujudkan akuntabilitas
kinerja di lingkungannya melalui upaya penguatan terhadap implementasi SAKIP BKN. Upaya
yang dilakukan oleh BKN dalam rangka penguatan implementasi SAKIP di lingkungan BKN
adalah sebagai berikut:
1) Telah ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan SAKIP di Lingkungan BKN yang akan digunakan sebagai pedoman atau
panduan unit kerja dalam menyusun dan melaksanakan SAKIP di lingkungan BKN agar lebih
berkualitas.
2) Telah ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 31 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis
Evaluasi SAKIP di lingkungan BKN yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan SAKIP seluruh unit kerja di lingkungan BKN.
3) Monitoring dan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan penetapan kinerja BKN secara
berjenjang untuk memantau dan mengendalikan capaian kinerja seluruh unit kerja
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja BKN.
BB.. PPeenngguukkuurraann CCaappaaiiaann KKiinneerr j jaa TTaahhuunn 22001133
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian
Negara di tahun 2013, maka diperoleh capaian kinerja sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Hasil Pengukuran Kinerja BKN Tahun 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
I Meningkatkan efektifitas
sistem perencanaan dan
pengembangan
kepegawaian.
1.
Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
2. Persentase instansi
50%
30%
76%
28%
152%
93,33%
17
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
24/102
LAKIP BKN 2013
18
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
pemerintah yang
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian dilingkungannya.
4. Persentase instansi
pemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
16%
50%
16,33%
71,33%
100%
142%
II Meningkatkan sistem
pembinaan kinerja yang
optimal.
1.
Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan sistem
rekrutmen dan promosi
dengan menggunakan
alat bantu computer
(CAT).
2.
Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional analis
kepegawaian.
25
Instansi
600
analis
73
Instansi
770
analis
292%
128,33%
III Meningkatkan kualitas
rumusan perundang-
undangan kepegawaian.
1. Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
15
naskah
33
naskah
220%
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
25/102
LAKIP BKN 2013
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
IV Meningkatkan pelayanan
kepegawaian berbasis
teknologi informasi.
1.
Indeks kepuasan
instansi/ PNS terhadap
pelayanan
kepegawaian.
82
(Sangat
Baik)
83,09
(Sangat
Baik)
101,33%
V Meningkatkan sistem
informasi kepegawaian yang
terintegrasi.
1.
Persentase database
PNS yang akurat dan
terkini berdasarkan
data pokok pegawai.
2. Persentase Instansi
Pemerintah yang telah
terintegrasi dengan
sistem aplikasi
pelayanan kepegawaian
(SAPK).
3. Persentase instansi/
stakeholders yang telah
menggunakan sistem
KPE.
80%
100%
85,00%
82,00%
98,89%
90,30%
109,33%
98,89%
103,01%
VI Meningkatkan efektifitas
sistem pengawasan dan
pengendalian kepegawaian.
1. Persentase penurunan
tingkat pelanggaran
terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-
undangan bidang
kepegawaian.
35% 35,3 % 100,86%
VII Meningkatkan efektifitas
koordinasi perencanaan
program, sumber daya, serta
pengelolaan administrasi.
1. Hasil evaluasi terhadap
implementasi SAKIP
BKN.
2.
Opini BPK terhadap
laporan keuangan BKN.
3.
Persentasepenempatan pegawai
B
(65,01)
WTP
100%
CC
(60,23)
WTP
90%
92,66%
100%
90%
19
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
26/102
LAKIP BKN 2013
20
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
yang sesuai dengan
kompetensi.
4.
Persentase pemenuhan
sarana operasional
kantor sesuai standar.
5.
Indeks kepuasan publik
terhadap ketersediaan
layanan informasi BKN.
90%
Baik
99,70%
Baik
110,78%
100%
VIII Meningkatkan pemenuhan
standar dan mutu sarana
prasarana kantor.
1. Indeks kepuasan
pegawai terhadap
sarana dan prasarana
kantor yang tersedia.
2.
Persentase pemenuhan
standar sarana dan
prasarana.
Baik
75%
Baik
72%
100%
96%
CC.. AAnnaalliissiiss PPeennccaappaaiiaann KKiinneerr j jaa
Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan
efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dapat dilihat pada tabel 3.2.
Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan
en emban an ke e awaian.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
27/102
LAKIP BKN 2013
21
Tabel 3.2
Capaian Kinerja Sasaran I
Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan
dan pengembangan kepegawaian.
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
2011 2012 2013
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan kebijakan
penataan kepegawaian
(rightsizing) di
lingkungannya.
NA NA 30% 40% 50% 76%
2. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan standar
kompetensi jabatan di
lingkungannya.
10% 7,33% 10% 8,67% 30% 28%
3. Persentase instansi
pemerintah yang
menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam
pengembangan karier
kepegawaian di
lingkungannya.
12% 11,24% 14% 13,2% 16% 16,33%
4. Persentase instansipemerintah yang
menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan
tepat sesuai NSP.
25% 26,60% 30% 32,67% 50% 71,33%
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
28/102
LAKIP BKN 2013
aa.. PPeerrsseennttaassee iinnssttaannssii ppeemmeerriinnttaahh yyaanngg mmeenneerraappkkaann kkeebbii j jaakkaann
ppeennaattaaaann PPNNSS ((r r i i gghht t ssi i z zi i nngg)) ddii lliinnggkkuunnggaannnnyyaa
Salah satu tantangan penting dalam penataan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu
membangun sosok PNS yang profesional. Peningkatan profesionalisme PNS merupakan
upaya perbaikan dinamis dan berkelanjutan, sejalan dinamika masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan profesionalisme PNS tersebut dilakukan
dengan berbasis pada upaya peningkatan kemampuan atau kompetensi dalam
menjalankan tugas dan fungsi yang diemban.
Sasaran tersebut dapat diwujudkan melalui salah satu indikator kinerja utama
yaitu Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian
(rightsizing) di lingkungannya. Pada tahun 2013, target yang ditetapkan sebagai tolok ukur
dalam penerapan kebijakan penataan PNS (rightsizing) difokuskan pada Instansi Daerah,
yakni sebesar 50% dari 600 instansi atau sebesar 300 instansi. Sedangkan capaian
kinerjanya adalah sebesar 76% atau 468 Instansi.
Grafik 3.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
Kebijakan penataan PNS
Kegiatan Penataan PNS (rightsizing) dilakukan berdasarkan pada Peraturan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan PNS.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan valid meliputi data
kelembagaan, jabatan struktural, jabatan non struktural (Jabatan Fungsional Umum dan
Jabatan Fungsional Tertentu), tenaga Guru, dan tenaga kesehatan. Selain itu, melalui
0%
40%
76%
0%
30%
50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
2011 2012 2013
Realisasi
Target
22
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
29/102
LAKIP BKN 2013
23
kegiatan tersebut dapat diperoleh data jumlah sarana pendidikan, rombongan belajar,
siswa dan jam wajib mata pelajaran per minggu untuk menghitung kebutuhan Guru serta
data jumlah sarana pelayanan kesehatan berdasarkan tipe untuk menghitung kebutuhan
PNS pada sarana pelayanan kesehatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui data struktur jabatan pada Instansi Daerah;
2) Untuk mengetahui jumlah kualitas, komposisi dan distribusi pegawai yang ada pada
setiap unit organisasi (Satuan Kerja Perangkat Daerah);
3)
Sebagai dasar untuk melaksanakan penghitungan kebutuhan PNS pada Instansi
Pemerintah yang memiliki pola yang sama.
Manfaat dari pemetaan dan penataan ini adalah sebagai berikut:
1) Ketersediaan jumlah pegawai yang tepat dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pemerintahan secara efektif dan efisien,
2)
Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan perencanaan pegawai,
3)
Sebagai bahan dalam menyusun anggaran belanja pegawai.
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan Instansi dalam kegiatan
penataan PNS adalah sebagai berikut:
1)
Pelaksanaan penghitungan kebutuhan PNS dibandingkan dengan jumlah pegawai yang
ada (Bezetting).
2)
Pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja.3) Penyusunan peta jabatan dan proyeksi kebutuhan pegawai selama 5 tahun kedepan.
4)
Penyusunan rencana redistribusi PNS.
5)
Proporsi belanja pegawai, diatas dan dibawah 50% dari APBD.
Melalui kegiatan ini telah dihasilkan peta susunan kebutuhan pegawai yang ideal
sesuai dengan peraturan, sehingga dapat diketahui komposisi dan distribusi pegawai untuk
setiap jenis jabatan pada unit organisasi/Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Peta
susunan kebutuhan pegawai tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi Instansi-
instansi Daerah dan sebagai standar kendali penambahan jumlah formasi PNS pada
instansi yang memiliki tipologi yang sama dalam rangka menciptakan struktur, susunan
dan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dampak positif yang diharapkan
adalah perencanaan kebutuhan PNS dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
30/102
LAKIP BKN 2013
Daerah yang dijadikan sampel dalam kegiatan penataan PNS ini meliputi:
Grafik 3.2 Sampel kegiatan penataan PNS
1) Provinsi Jawa Barat,
2) Kabupaten Asahan,
3)
Kabupaten Bengkayang,
4) Kabupaten Bojonegoro,
5) Kabupaten Brebes,
6) Kabupaten Bangka Tengah,
7) Kabupaten Batanghari,
8) Kabupaten Barito Kuala,
9) Kabupaten Blora,
10)
Kabupaten Cilacap,
11) Kabupaten Donggala,
12) Kabupaten Garut,
13) Kabupaten Kaur
14) Kabupaten Kutai Kertanegara,
15) Kabupaten Karangasem,
16) Kabupaten Kediri ,
17)
Kabupaten Malang,
18) Kabupaten Muara Enim,
21) Kabupaten Solok Selatan,
22) Kabupaten Tulang Bawang,
23)
Kabupaten Tanah laut,
24) Kota Bontang,
25) Kota Kendari,
26) Kota Manado
27) Kota Palu
28) Kota Singkawang
29) Kota Salatiga
30)
Kota Yogyakarta
31) Kabupaten Bantul,
32) Kabupaten Jombang,
33) Kabupaten Magelang,
34) Kabupaten Majalengka,
35) Kabupaten Pandeglang,
36) Kabupaten Pelelawan,
37)
Kabupaten Wonogiri,
38) Kota Kediri,
2%
25%
73%Provinsi
Kota
Kabupaten
24
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
31/102
LAKIP BKN 2013
25
19) Kabupaten Oki,
20) Kabupaten Pasuruan,
39) Kota Pekanbaru,
40) Kota Surabaya.
Disamping itu, BKN juga melakukan kegiatan Pilot Project dalam Penataan PNS,
yakni sebagai percontohan dalam pelaksanaan Penataan PNS pada Instansi Pusat dan
Daerah. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini dapat digunakan oleh Instansi Pemerintah
lainnya untuk melaksanakan Penataan PNS.
Kegiatan Pilot Project Penataan PNS dilakukan melalui tahapan persiapan
mencakup analisis dalam rangka untuk melakukan rasionalisasi kuantitas, analisis
kesenjangan kualitas pegawai dan komposisi PNS. Selanjutnya dilaksanakan tahapan-
tahapan kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun Analisis Jabatan;
2)
Menghitung Kebutuhan Pegawai;
3) Menyusun Analisis Kesenjangan Antara Syarat Jabatan dengan Profil Pegawai;
4) Menyusun Rekomendasi Penataan PNS.
Tahap selanjutnya dilakukan analisis data untuk menghasilkan rekomendasi
redistribusi/reposisi PNS dari unit organisasi yang kelebihan pegawai ke unit organisasi
yang kekurangan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Secara keseluruhan, instansi pemerintah lokus pelaksanaan kegiatan pilot project
penataan PNS ini adalah sebagai berikut:
1) Instansi Pusat, yaitu:
a) Badan Kepegawaian Negara,
b) Arsip Nasional RI,
2)
Instansi Daerah, yaitu:
1) Provinsi Kalimantan Selatan,
2) Kabupaten Sidoarjo,
3)
Kota Palembang.
4)
Provinsi Riau
5)
Provinsi Sulawesi Selatan
6) Provinsi Kalimantan Barat
7)
Kabupaten Lombok Utara
8)
Kabupaten Minahasa Selatan
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
32/102
LAKIP BKN 2013
26
9)
Kabupaten Wonogiri
10) Kota Banda Aceh
11) Kota Bogor
12)
Kota Sorong
Grafik 3.3 Pilot Project penataan PNS
bb.. PPeerrsseennttaassee iinnssttaannssii ppeemmeerriinnttaahh yyaanngg mmeenneerraappkkaann ssttaannddaarr
kkoommppeetteennssii j jaabbaattaann ddii lliinnggkkuunnggaannnnyyaa
Dalam pembinaan profesionalisme PNS, salah satunya adalah dengan menentukan
ukuran yang jelas tentang aspek-aspek kemampuan kerja PNS yang diperlukan dalam
setiap jabatan yang diembannya. Dalam kaitan ini, masih banyak tuntutan perilaku
kompetensi pekerjaan di lingkungan PNS yang belum terstandar, yang merujuk kepada
tugas dan fungsi organisasi.
Untuk mempercepat implementasi penyusunan standar kompetensi manajerial
maupun standar kompetensi teknis di lingkungan Instansi Pusat maupun Daerah, maka
BKN melakukan penyusunan modul untuk kedua jenis kompetensi tersebut. Standar
kompetensi manajerial disusun dengan berpedoman pada Peraturan Kepala BKN Nomor 7
Tahun 2013 dan standar kompetensi teknis PNS disusun sesuai dengan Peraturan Kepala
BKN Nomor 8 Tahun 2013. Dengan tersusunnya modul ini diharapkan dapat memudahkan
Pusat
14%
Provinsi
28%Kota
29%
Kabupaten
29%
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
33/102
LAKIP BKN 2013
27
setiap instansi dalam menyusun Standar Kompetensi Manajerial dan Standar Kompetensi
teknis di instansinya.
Grafik 3.4 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
standar kompetensi jabatan
Pada tahun 2013, indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang
menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya ditargetkan mencapai 30% dari
600 instansi, namun hanya dicapai sebesar 28%. Belum tercapainya kinerja tersebut
disebabkan beberapa kendala dalam pelaksanaannya, antara lain belum
tersosialisasikannya pedoman penyusunan standar kompetensi PNS (Manajerial dan
Teknis) secara optimal, terutama pada tataran pejabat pengambil kebijakan, akolasi
anggaran/dana yang belum memadai, khususnya di lingkungan BKN untuk kegiatan
fasilitasi kegiatan penyusunan/perumusan standar kompetensi serta masih terbatasnya
jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga fasilitator standar kompetensi,
yang mengakibatkan capaian kinerja yang telah ditargetkan belum sesuai harapan.
Pencapaian kinerja tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Penyusunan Modul
kompetensi Manajerial dan Sosial serta Kompetensi Teknis, Workshop dan Piloting Standar
Kompetensi Manajerial dan Sosial serta Standar Kompetensi Teknis pada Instansi Pusat
dan Kantor Regional, Analisis Beban Kerja PNS, dan Perumusan Jabatan Fungsional
Tertentu Analis Jabatan.
Hasil dari kegiatan tersebut meliputi:1)
Modul Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial PNS
7%
8%
28%
10% 10%
30%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
2011 2012 2013
Realisasi
Target
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
34/102
LAKIP BKN 2013
28
2)
Modul Perumusan Standar Kompetensi Teknis PNS
3)
Pedoman Analisis Beban Kerja
4) Draft Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi tentang Jabatan Analis Jabatan.
Selain itu, dalam pelaksanaan agenda reformasi birokrasi, profesionalisme PNS
sangatlah diperlukan untuk dapat meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.
Profesionalisme PNS tersebut sangat terkait dengan penguasaan kompetensi yang
dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas jabatan dalam sebuah organisasi birokrasi.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung upaya percepatan
implementasi standar kompetensi di lingkungan instansi pemerintah, maka BKN
melakukan workshop dan piloting penyusunan/perumusan standar kompetensi manajerial
PNS dan standar kompetensi teknis PNS di lingkungan BKN Pusat dan Kantor Regional BKN.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan para fasilitator penyusunan/perumusan
standar kompetensi manajerial dan standar kompetensi teknis kepada instansi pusat dan
daerah.
cc..
PPeerrsseennttaassee iinnssttaannssii ppeemmeerriinnttaahh yyaanngg mmeenneerraappkkaann ppeenniillaaiiaann kkoommppeetteennssii PPNNSS ddaallaamm ppeennggeemmbbaannggaann kkaarriirr kkeeppeeggaawwaaiiaann ddii
lliinnggkkuunnggaannnnyyaa
Salah satu peran BKN adalah melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan penilaian
kompetensi PNS dalam rangka pengembangan karir PNS dan melaksanakan konseling
permasalahan kepegawaian. Pada tahun 2013 BKN telah melakukan fasilitasi penilaian
kompetensi baik untuk instansi pusat maupun daerah. Penilaian kompetensi bertujuan
untuk menilai/mengukur potensi dan kompetensi pegawai yang dapat memprediksi
kesuksesan seseorang dalam suatu jabatan yang akan datang untuk membantu organisasi
dalam kegiatan pengelolaan pegawai berdasarkan kompetensi antara lain untuk
kebutuhan seleksi, promosi, rotasi, dan penentuan kebutuhan pelatihan.
Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian
kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai di lingkungannya digunakan untuk
mengukur berapa banyak instansi pemerintah pusat dan daerah yang telah melaksanakan
penilaian kompetensi untuk pengembangan karir pegawainya. Target di tahun 2013
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
35/102
LAKIP BKN 2013
29
sebesar 16% instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS, dan
berhasil direalisasikan sebesar 16,33% atau 98 instansi. Target tersebut merupakan
akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya, dengan kenaikan target setiap tahun sebesar 2%
atau sebanyak 12 instansi setiap tahunnya (dengan dasar pada saat pertama kali
ditetapkan target jumlah instansi pemerintah pusat dan daerah sebanyak 600 instansi).
Jika melihat target kenaikan 2% tersebut di tahun 2013, maka realisasi yang telah dicapai
sebesar 18 instansi atau 3,11 % (lihat lampiran 4).
Dibandingkan dengan data sebelumnya yakni tahun 2011, jumlah instansi
pemerintah yang telah menerapkan penilaian kompetensi sebesar 68 instansi atau 12%,
tahun 2012 naik menjadi 80 instansi atau 13,22%. Dengan demikian terdapat peningkatan
jumlah instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam
pengembangan karir PNS dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana dapat
dilihat pada grafik 3.5 berikut.
Grafik 3.5 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
penilaian kompetensi PNS
Sejak tahun 2011 hingga 2013, BKN telah melakukan penilaian kompetensi dan
pemetaan potensi terhadap PNS dari berbagai instansi sebesar 8.490 PNS dengan
komposisi pertahunnya dapat dilihat pada tabel 3.3.
11.24%
13.2%
16.33%
12%
14% 16%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
2011 2012 2013
Realisasi
Target
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
36/102
LAKIP BKN 2013
30
Tabel 3.3
Penilaian Kompetensi dan Pemetaan Potensi PNS
NO TAHUN JUMLAH
1 2011 5.946
2 2012 1.305
3 2013 1.239
JUMLAH 8.490
Untuk mendukung dan meningkatkan indikator kinerja tersebut, BKN telah
melakukan beberapa hal, antara lain:
1) Melakukan pengembangan metode penilaian kompetensi;
2)
Membentuk jabatan fungsional Assessor SDM Aparatur;
3)
Menyusun modul/ kurikulum pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional assessor
untuk pengangkatan pertama;
4) Pembangunan Leadership Development;
5) Peningkatan kompetensi SDM Assessment Center;
6)
Melakukan seminar nasional Assessment Center.
Sesuai dengan rencana aksi Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2013, BKN telah menetapkan target sebesar 690 untuk calon pejabat
struktural dengan menggunakan metode assessment center di seluruh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Dari target tersebut telah tercapai sebesar
787 pegawai atau sebesar 113,6 %.
Beberapa kendala yang dihadapi di tahun 2013 terkait penerapan penilaian
kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai di instansi pemerintah antara lain:
1)
Masih kurangnya pemahaman pimpinan instansi pemerintah tentang manfaat
penerapan penilaian kompetensi dalam pengembangan karir.
2) Assessor yang dimiliki BKN masih kurang sehingga perlu penambahan.
3) Perlunya regulasi yang jelas dan mengikat bagi instansi pemerintah untuk menerapkan
penilaian kompetensi bagi calon pejabat khususnya eselon I, II dan III di setiap instansi.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
37/102
LAKIP BKN 2013
31
dd.. PPeerrsseennttaassee iinnssttaannssii ppeemmeerriinnttaahh yyaanngg mmeenngghhiittuunngg kkeebbuuttuuhhaann f f oorrmmaassii
PPNNSS ddeennggaann tteeppaatt sseessuuaaii NNoorrmmaa SSttaannddaarr PPrroosseedduurr ((NNSSPP))
Pada Tahun 2013, persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan
formasi PNS dengan tepat sesuai norma, standar dan prosedur ditargetkan sebesar 50%
atau sebesar 300 instansi dari total Instansi Pemerintah yang menjadi target kinerja yang
akan dicapai, yaitu 600 Instansi dengan rincian 76 instansi pusat dan 524 instansi daerah.
Capaian kinerja untuk tahun 2013 sebesar 428 (71,33%) yang terdiri dari 51 instansi pusat
dan 377 instansi daerah.
Untuk mencapai kinerja tersebut dalam penetapan formasi PNS dan penyelesaian
permasalahan kepegawaian yang berskala nasional, maka BKN melakukan kegiatan analisis
kebutuhan pegawai yang didasarkan pada data peta jabatan, profil daerah, jumlah
penduduk, luas wilayah/teritorial, daerah tertinggal, daerah pemekaran, unit organisasi
baru dan anggaran belanja pegawai. Selanjutnya, pemberian pertimbangan formasi PNS
Instansi Pusat dan Daerah didasarkan pada syarat yang harus dipenuhi, yaitu analisis
jabatan, analisis beban kerja, peta jabatan dan redistribusi serta penyusunan proyeksi
kebutuhan PNS selama lima tahun kedepan.
Penghitungan Jumlah Kebutuhan PNS Instansi Daerah mengacu pada Peraturan
Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2013, dari 524 Instansi Daerah, dimana yang sudah
menyampaikan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 495 instansi.
Sedangkan yang telah dilakukan verifikasi adalah sebanyak 489 instansi dan yang belum
diverifikasi adalah sebanyak 6 instansi, yang disebabkan data tidak lengkap. Sementara
yang belum menyampaikan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 29
instansi. Dengan demikian, total yang belum diverifikasi karena data tidak lengkap dan
yang belum menyampaikan laporan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah
sebanyak 35 instansi.
Berdasarkan hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang disampaikan oleh
Instansi Daerah, BKN melaksanakan kegiatan verifikasi dan validasi hasil penghitungan
jumlah kebutuhan PNS. Kegiatan ini merupakan langkah strategis dan sebagai tolak ukur
dalam penentuan jumlah kebutuhan PNS yang tepat. Selain itu, kegiatan dimaksud adalah
sebagai landasan dalam memberikan tanggapan kepada berbagai pihak termasuk lembaga
legislatif atas fenomena jumlah pegawai yang ideal.
Hasil penghitungan kebutuhan PNS yang tepat dapat digunakan untuk penataan
PNS (rightsizing) secara menyeluruh dan untuk penyempurnaan sistem prosedur kerja dan
manajemen lainnya, meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pengembangan PNS,
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
38/102
LAKIP BKN 2013
32
baik dari sisi kelembagaan, ketatalaksanaan kepegawaian maupun business process secara
konsisten dan berkesinambungan.
Hingga Desember 2013, instansi yang melengkapi kelengkapan dokumen seperti
Analisis Jabatan adalah sebanyak 51 instansi untuk Instansi Pusat. Sedangkan untuk
Instansi Daerah yang melengkapi kelengkapan dokumen bertambah sebesar 377 instansi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan terselenggaranya workshop analisis jabatan dan
analisis beban kerja secara nasional, Instansi Pemerintah dapat menyampaikan
kelengkapan dokumen hasil penghitungan kebutuhan pegawai. Hal tersebut
mencerminkan terjadinya peningkatan kemampuan SDM instansi yang bersangkutan
dalam menyerap materi selama workshop dan mampu menyusun dokumen dimaksud.
Dari 76 instansi pusat yang sudah menyampaikan hasil penghitungan jumlah
kebutuhan pegawai adalah sebanyak 51 instansi. Berikut ini disajikan hasil penghitungan
jumlah kebutuhan PNS pada Instansi Pusat dan Daerah serta hasil verifikasi dan validasi
atas hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai.
Tabel 3.4
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Hasil Penghitungan
Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
Instansi
Kelengkapan Dokumen
Hasil Penghitungan Kebutuhan Pegawai
Analisis
Jabatan
Analisis
Beban
Kerja
Peta
Jabatan
Rencana
Redistribusi
Pegawai
Proyeksi
Kebutuhan
Pegawai
Lima Tahun
Pusat 51 50 41 25 42
Daerah 377 364 360 215 315
Jumlah
Seluruhnya 428 414 401 240 357
Selain itu, untuk melihat secara rinci jumlah keseluruhan perhitungan formasi PNS,
maka BKN melakukan verifikasi untuk melihat kekurangan dan kelebihan pegawai untuk
kelompok jabatan, seperti jabatan struktural, jabatan fungsional umum, Dosen, Kesehatan, jabatang fungsional tertentu lainnya, seperti tercantum dalam tabel 3.5.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
39/102
LAKIP BKN 2013
33
Tabel 3.5
Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
pada Instansi Pusat
JENIS DATA
KELOMPOK JABATAN
STRU-
TURAL
NON STRUKTURAL
TOTAL JFU DOSEN
KESE-
HATAN
JFT
LAINNYA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
Bezetting 95,580 510,113 183,062 109,901 36,607 839,683 935,263
Hasil
Penghitungan
Instansi Pusat
115,752 421,329 186,378 373,738 104,203 1,085,648 1,201,400
Verifikasi BKN 115,752 300,802 186,378 274,034 53,939 815,153 930,905
Kelebihan/
Kekurangan-20,172 +209,311 -3,316 -164,133 -17,332 +24,530 +4,358
Ket :
Dosen : sumber data dari usulan formasi tahun anggaran 2013
Kesehatan: sumber data dari website Kemenkes
JFT: sumber data dari BKN
Data tabel 3.5 menunjukkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah
95.580 sedangkan hasil penghitungan kebutuhan baik yang dilakukan oleh Instansi Pusat
maupun oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah 115.752 sehingga kekurangan pegawai
sebanyak 20,172 pejabat struktural. Untuk bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU)
sejumlah 510.113, sedangkan hasil penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh BKN
sejumlah 300.802 sehingga terdapat selisih kelebihan pegawai sejumlah 209.311.
Sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Dosen
dengan bezetting sejumlah 183,062. Sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN
sejumlah 186,378, sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah 3.316. Untuk Jabatan
Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah
109.901. Sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah 274.034 sehingga
terdapat kekurangan pegawai sejumlah 164.133.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
40/102
LAKIP BKN 2013
Untuk Jabatan Fungsional Tertentu Lainnya dengan bezetting sejumlah 36.607
pegawai sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah 53.939 pegawai,
sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah 17.332. Adapun jumlah total PNS untuk
jabatan nonstruktural pada Instansi Pusat adalah sejumlah 839.683 pegawai, sedangkan
jumlah total hasil verifikasi kebutuhan tenaga nonstruktural yang dilakukan oleh BKN
sejumlah 815.153 pegawai sehingga pada tenaga nonstruktural terdapat kelebihan
pegawai sejumlah 24.530 (akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan jumlah pegawai
per jenis jabatan nonstruktural).
Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa pada Instansi Pusat terdapat
kelebihan pegawai sejumlah 4.358 (bezetting: 935.263 dikurangi kebutuhan: 930,905).
Angka kelebihan tersebut merupakan akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan
pegawai pada setiap jenis jabatan (struktural dan nonstruktural), dengan pertimbangan
apabila dilakukan kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan
fungsi yaitu pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi
jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan
tersebut.
Tabel 3.6
Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
pada Instansi Daerah
DATA STRUK-
TURAL
NON
STRUK-
TURAL
GURU
TENAGA SARYANKES
TOTAL KET. KESEHA-
TAN
NON
KESEHA-
TAN
1 2 3 4 5 6 7 8
BEZETTING 346.306 1.058.502 1.622.168 309.191 85.926 3.422.093
489
Instansi
PENGHIT.
INSTANSI 399.685 1.286.141 2.084.008 464.048 180.108 4.413.990
489
Instansi
VERIFIKASI
BKN 398.930 829.319 1.765.743 393.118 164.894 3.552.004
489
Instansi
34
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
41/102
LAKIP BKN 2013
35
DATA STRUK-
TURAL
NON
STRUK-
TURAL
GURU
TENAGA SARYANKES
TOTAL KET. KESEHA-
TAN
NON
KESEHA-
TAN
1 2 3 4 5 6 7 8
KEKURA-
NGAN (-)
KELEBIHAN
(+)
-52.624 +229.183 -143.575 -83.927 -78.968 -129.911
Dari tabel 3.6 menunjukkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah
346.306, sedangkan hasil penghitungan kebutuhan yang dilakukan oleh BKN sejumlah
398.930 sehingga kekurangan pegawai sebanyak 52.624 pejabat struktural. Untuk
bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) sejumlah 1.058.502, sedangkan hasil
penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh BKN sejumlah 829.319 sehingga terdapat
selisih kelebihan pegawai sejumlah 229.183.
Sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) khususnya pada tenaga Guru
dengan bezetting sejumlah 1.622.168, sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN
sejumlah 1.765.743, sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah 143.575. Untuk
Jabatan Fungsional Tertentu khususnya pada tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah
309.191 sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah 393.118 sehingga
terdapat kekurangan pegawai sejumlah 83.927.
Untuk tenaga nonkesehatan dengan bezetting sejumlah 85.926 sedangkan hasil
verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah 164.894 sehingga terdapat kekurangan
pegawai sejumlah 78.968. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa bezetting Pegawai dari
489 Instansi Daerah adalah sejumlah 3.422.093, sedangkan dari hasil verifikasi yang
dilakukan oleh BKN kebutuhan pegawai Instansi Daerah tersebut sejumlah 3.552.004
sehingga terdapat kekurangan sebanyak 129.911 pegawai.
Angka kekurangan tersebut merupakan akumulasi dari angka kelebihan ataupun
kekurangan pegawai pada setiap jenis jabatan, dengan pertimbangan apabila dilakukan
kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan fungsi yaitu
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
42/102
LAKIP BKN 2013
36
pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi jabatan fungsional
tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan tersebut.
Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan PNS Instansi Pusat dan Daerah tersebut,
bezetting PNS sejumlah 4.357.356 (Instansi Pusat: 935.263 dan Instansi Daerah: 3.422.093)
dari 565 instansi (Instansi Pusat: 76 dan Instansi Daerah: 489). Sedangkan hasil
penghitungan PNS yang dilakukan oleh instansi sejumlah 5.615.390 (Instansi Pusat:
1.201.400 dan Instansi Daerah: 4.413.990) dari 565 instansi. Hasil verifikasi dan validasi
BKN berdasarkan peraturan yang berlaku dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan PNS
adalah 4.482.909 (Instansi Pusat: 930.905 dan Instansi Daerah: 3.552.004), sehingga secara
keseluruhan terdapat kekurangan jumlah PNS sebanyak 125.553 (4.482.909 dikurangi
4.357.356) dari 565 instansi.
Untuk penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat pada seluruh instansi baik
Instansi Pusat maupun Instansi Daerah jika menggunakan parameter luas wilayah, jumlah
penduduk, dan jumlah PNS, maka dapat diproyeksikan sejumlah 4.650.000 pegawai.
Penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang dilakukan oleh BKN, digunakan sebagai
pengendali penetapan tambahan formasi CPNS, menjamin efisiensi anggaran belanja
pegawai serta dalam rangka terciptanya perencanaan kepegawaian yang efektif dan
efisien.
Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan
sistem pembinaan kinerja yang optimal dapat dilihat pada tabel 3.7
Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja
an o timal.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
43/102
LAKIP BKN 2013
37
Tabel 3.7
Capaian Kinerja Sasaran II
Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
2011 2012 2013
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
1. Jumlah instansi
pemerintah yang telah
memanfaatkan sistem
rekrutmen dan promosidengan menggunakan
alat bantu computer
(CAT)
14 17 20 59 25 73
2. Jumlah pertimbangan
pengangkatan jabatan
fungsional analis
kepegawaian.
200 227 300 348 600 770
aa.. JJuummllaahh iinnssttaannssii ppeemmeerriinnttaahh yyaanngg tteellaahh mmeemmaannf f aaaattkkaann ssiisstteemm
rreekkrruuttmmeenn ddaann pprroommoossii ddeennggaann mmeenngggguunnaakkaann aallaatt bbaannttuu ccoommppuutteerr
((CCAATT))
Dalam rangka mewujudkan profesionalitas PNS, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah menetapkan beberapa perubahan dalam
manajemen PNS. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap instansi
pemerintah dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (PNS) yang berintegritas dan
profesional. Profesionalitas PNS antara lain dimulai dari proses rekrutmen. Proses
rekrutmen dimulai dari mencari dan menemukan pelamar yang memiliki pengetahuan,
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
44/102
LAKIP BKN 2013
38
keterampilan, dan karakteristik pribadi (kognitif maupun non kognitif) yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatan.
Grafik 3.6 Jumlah instansi pemerintah yang telah menggunakan
sistem rekrutmen dan promosi dengan CAT
Rekrutmen dan seleksi merupakan salah satu fungsi manajemen PNS yang
strategis. Melalui rekrutmen yang obyektif, transparan, dan akuntabel diharapkan dapat
diperoleh PNS yang berkualitas, yang mampu melaksanakan tugas secara professional.
Metode yang telah dan akan terus dikembangkan oleh BKN dalam proses rekrutmen dan
seleksi adalah sistem rekrutmen berbasis kompetensi dengan CAT, yang merupakan
penyempurnaan dari sistem rekrutmen yang selama ini berlaku, yang didasarkan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan PNS. Dengan metode ini
diharapkan pelaksanaan rekrutmen dan seleksi berlangsung secara adil bagi peserta tes,
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi
dengan menggunakan CAT ini selain digunakan dalam seleksi CPNS, juga dapat
dimanfaatkan dalam proses seleksi untuk pengangkatan dalam jabatan struktural maupun
jabatan fungsional tertentu.
Sesuai data pada grafik 3.6, pada tahun 2012 BKN mentargetkan untuk
memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dengan CAT pada 20 (dua puluh) instansi pusat
maupun daerah. Dalam realisasinya dapat memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dalam
pengangkatan jabatan struktural maupun fungsional tertentu pada 59 (lima puluh
sembilan) instansi pusat maupun daerah sehingga tercapai 295,00%. Pada tahun 2013
17
59
73
14
2025
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2011 2012 2013
Realisasi
Target
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
45/102
LAKIP BKN 2013
39
terdapat 73 (tujuh puluh tiga) Instansi Pusat maupun Daerah yang menggunakan CAT
System dalam pelaksanaan rekrutmen CPNS (lihat lampiran 5).
Peningkatan capaian kinerja ini merupakan implikasi penyelenggaraan rekrutmen
dan seleksi dengan CAT mendapat respon positif, baik dari masyarakat maupun instansi
pemerintah, karena proses rekrutmen/seleksi CPNS dengan CAT ini berlangsung secara
lebih obyektif, transparan, dan terbebas dari KKN. Penentuan kelulusan hasil
rekrutmen/seleksi CPNS dengan CAT System ini didasarkan pada Permenpan dan RB
Nomor 35 tahun 2013 tentang Nilai Ambang Batas Tes Kompetensi Dasar Seleksi Calon
Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum Tahun 2013.
Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi saat fasilitasi rekrutmen
CPNS Tahun 2013, beberapa hal peningkatan dan pengembangan yang perlu dilakukan ke
depan mencakup:
1)
Sosialisasi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) sistem rekrutmen berbasis
kompetensi dengan menggunakan CAT bagi instansi pusat dan daerah.
2) Sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung pelaksanaan proses
rekrutmen dengan CAT, baik instansi pusat maupun daerah.
3)
Sumberdaya manusia (PNS) dalam pengelolaan dan pelaksanaan proses rekrutmen
dengan CAT, khususnya pada Kantor Regional BKN.
4) Jalur komunikasi data berbasis Virtual Private Network (VPN) yang ada di BKN pusat
maupun Kantor Regional BKN dalam pendistribusian soal CAT.
5)
Program Aplikasi dan Bank Soal.
6) Integrasi dengan sistem lainnya, antara lain identitas tunggal e-KTP, aplikasi SSCN
(Sistem Seleksi CPNS Nasional) sebagai identitas dalam pendaftaraan peserta test
CAT.
bb.. JJuummllaahh ppeerrttiimmbbaannggaann ppeennggaannggkkaattaann j jaabbaattaann f f uunnggssiioonnaall aannaalliiss
kkeeppeeggaawwaaiiaann
Dalam rangka mewujudkan pengelola kepegawaian yang profesional, maka
dibentuk jabatan fungsional analis kepegawaian. Jabatan fungsional analis kepegawaian
sangat diperlukan oleh instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, disamping jabatan
fungsional lain yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
46/102
LAKIP BKN 2013
40
jabatan fungsional analis kepegawaian secara kontinu. Pembinaan dan pengembangan
jabatan fungsional analis kepegawaian dimaksudkan agar dapat memperlancar
pelaksanaan tugas dibidang manajemen kepegawaian dan pengembangan sistem
manajemen kepegawaian. Untuk itu, BKN sebagai instansi pembina jabatan fungsional
analis kepegawaian mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
jabatan fungsional analis kepegawaian.
Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam perumusan
kebijakan dibidang pembinaan jabatan fungsional analis kepegawaian, BKN pada tahun
2013 mentargetkan untuk memberikan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan
fungsional analis kepegawaian kepada 600 (enam ratus) PNS dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian pada instansi pusat maupun
daerah. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat merealisasikan pemberian
pertimbangan pengangkatan dalam jabatan fungsional analis kepegawaian sebanyak 770
(tujuh ratus tujuh puluh) PNS. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil penyelenggaraan diklat
fungsional analis kepegawaian, baik tingkat ahli maupun terampil yang dilaksanakan oleh
Pusdiklat BKN maupun kerjasama dengan instansi terkait. Dengan kata lain tingkat capaian
BKN dalam memenuhi kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian untuk tahun
2013 mencapai 128,33 %.
Grafik 3.7 Jumlah pertimbangan pengangkatan
jabatan fungsional analis kepegawaian
227
348
770
200
300
600
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2011 2012 2013
Realisasi
Target
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
47/102
LAKIP BKN 2013
41
Dengan demikian, BKN sampai dengan tahun 2013 telah memberikan
pertimbangan pengangkatan jabatan analis kepegawaian sebanyak 1.530 (seribu lima
ratus tiga puluh) PNS. Hal ini menunjukkan bahwa instansi pemerintah, baik pusat maupun
daerah menyadari akan pentingnya keberadaan jabatan fungsional analis kepegawaian
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
Diharapkan untuk tahun mendatang, BKN dapat lebih meningkatkan kinerjanya
dalam memberikan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan fungsional analis
kepegawaian melalui penyelengaaraan Diklat Fungsional Analis Kepegawaian. Dengan
demikian, pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian pada setiap
instansi pemerintah pusat maupun daerah dapat terpenuhi demi lancarnya
penyelenggaran manajemen kepegawaian pada setiap instansi.
Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan
kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Capaian Kinerja Sasaran III
Sasaran III : Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
2011 2012 2013
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Jumlah rumusan
peraturan perundang-
undangan yang
diselesaikan.
15 39 11 27 15 33
Sasaran III : Meningkatkan kualitas rumusan
erundan -undan an ke e awaian.
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
48/102
LAKIP BKN 2013
42
JJuummllaahh rruummuussaann ppeerraattuurraann ppeerruunnddaanngg--uunnddaannggaann yyaanngg ddiisseelleessaaiikkaann
Peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian merupakan kebijakan
pemerintah yang disusun dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), Peraturan Kepala (Perka) BKN, dan termasuk juga Keputusan Kepala (Kepka)
BKN. Kebijakan Pemerintah tersebut juga merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dan merupakan instrumen dalam
penyelenggaraan manajemen kepegawaian.
Grafik 3.8 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan
yang diselesaikan.
Penyusunan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian ini
seyogyanya disusun dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis.
Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah sedang melaksanakan agenda
reformasi. Oleh karena itu, dalam penyusunannya harus memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian. Disamping itu,
dalam penyusunan kebijakan, juga harus dilakukan koordinasi dengan instansi terkait,
terutama dalam pembahasan dan harmonisasi mengenai substansi maupun konstruksi
peraturan perundang-undangan, agar dapat dihasilkan suatu kebijakan yang lengkap dan
berkualitas. Dengan demikian, diharapkan BKN dapat menyusun peraturan perundang-
39
27
33
15
11
15
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2011 2012 2013
Realisasi
Target
8/17/2019 LAKIP BKN 2014
49/102
LAKIP BKN 2013
43
undangan dibidang kepegawaian yang dapat mewujudkan PNS yang berkualitas dan
memiliki kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta bersih dan bebas
dari KKN.
Sesuai data grafik 3.8, BKN pada tahun 2013 mentargetkan untuk merumuskan
dan menetapkan sebanyak 15 (lima belas) naskah rumusan peraturan perundang-
undangan bidang kepegawaian. Dalam pelaksanaannya, rumusan peraturan perundang-
undangan yang dapat dirumuskan dan ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan
bidang kepegawaian sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah dalam bentuk PP, Perpres, dan
Perka BKN. Dengan kata lain Capaian Kinerja BKN dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian mencapai 220%.
Capaian kinerja BKN tahun 2013 sesuai dengan Renstra BKN tahun 2010-2014
adalah sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah peraturan yang ditetapkan menjadi peraturan
perundang-undangan bidang kepegawaian. Hal ini menunjukkan bahwa BKN dapat
dikatakan berhasil dan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, karena dalam setahun
mampu menyelesaikan penyempurnaan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
bidang kepegawaian sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah yang dimanfaatkan dalam rangka
penyelenggaraan manajemen kepegawaian.
Rumusan Kebijakan yang diselesaikan BKN dan telah ditetapkan menjadiperaturan perundang-undangan bidang kepegawaian selama tahun 2013 sebagaimana
disebutkan diatas meliputi:
a. Bidang Perencanaan dan Pengadaan PNS.
Kebijakan dibidang perencanaan dan pengadaan PNS yang telah dirumuskan dan
ditetapkan yaitu:
1) Perka BKN No. 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun
2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
2) Perka BKN No. 16 Tahun 2013 tentang Pemberian Seri, Kode dan Nomor Karpeg PNS,
Karis PNS dan Karsu PNS.
Kebijakan tersebut disusun dalam rangka memperoleh PNS