Upload
tranmien
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
LANDASAN TEORI
1. Pengertian dan Fungsi Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam
perekonomian terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum
bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya
menghimpunan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.
Stuart dalam anonim (2009) mendefinisikan bank sebagai badan
usaha yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit baik dengan alat
pembayarannya sendiri maupun uang yang diperolehnya dari pihak lain
maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang
giral. Dengan demikian bank merupakan perantara keuangan (financial
intermediaries) sehingga menimbulkan interaksi antara kreditur dan debitur.
Menurut George dalam anonim (2008), Bank memiliki tiga
karakteristik khusus yang berbeda dalam fungsinya jika dibandingkan
dengan lembaga keuangan lainnya, pertama terkait dengan fungsi bank
sebagai lembaga kepercayaan untuk menyimpan dana masyarakat, baik
dalam penciptaan uang dan dalam mekanisme pembayaran dalam sistem
perkenomian. Kedua sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan
berperan khusus dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk
disalurkan dalam bentuk kredit dan pembiaayaan lain dalam dunia usaha.
Ketiga sebagai lembaga penanaman aset finansial, bank memiliki peranan
penting dalam mengembangkan pasar keuangan terutama pasar uang
domestik dan valuta asing. Bank berperan dalam mentransformasikan aset
finansial seperti simpanan masyarakat ke dalam bentuk finansial aset lain
yaitu kredit dan surat-surat berharga yang dikeluarkan pemerintah dan
Bank Sentral.
Bank Indonesia (2006) mengkategorikan fungsi Bank sebagai
financial intermedieries dalam 3 (tiga) hal yakni :
1. Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan.
7
2. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam
bentuk kredit.
3. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Fungi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan
pelayanan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang di masyarakat yang
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahateraan rakyat banyak.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan, bank didefinisikan sebagai Badang Usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya dengan
tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan
perbankan menurut Undang-Undang tersebut adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Institusi Perbankan di Indonesia
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan
prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat
banyak.
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia,
terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR
adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan
uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas.
Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system,
yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR
dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah.
8
Gambar 1. Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia, Mei 2010
Sumber : Bank Indonesia, www.bi.go.id, 2010
Pengertian Bank Umum
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Definisi bank umum secara singkat adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank – bank umum terdiri
dari bank-bank umum pemerintah, bank umum swasta nasional devisa,
bank-bank swasta nasional non devisa dan bank-bank asing campuran.
Kegiatan utama bank-bank umum adalah menghimpun dana masyarakat
antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan, serta
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit (pohan, 2008).
Bank Pemerintah, adalah bank yang kepemilikan sahamya sebagian besar
adalah milik pemerintah. Bank milik pemerintah saat ini adalah Bank BNI,
Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BTN.
Bank Swasta, adalah bank yang kepemilikan sahamnya sebagian besar
adalah milik swasta, antara lain, Bank BCA, Bank BII dsb
Bank Pembangunan, adalah bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh pemerintah daerah.
Bank Umum (122)
Bank Pemerintah (4)
Bank Swasta (118)
Bank Umum (122)
Bank Pemerintah (4) Bank Swasta (118)
Bank Pemerintah Unit Syariah (2)
Bank Pembangunan Daerah ( (26)
Bank Umum Swasta (83)
Bank Umum Swasta Syariah (9)
BPD Unit Usaha Syariah (14)
Bank Umum Swasta Unit Usaha Syariah (10)
9
Pengertian Bank Pekreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah
yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Pengertian Kredit
Secara umum kredit didefinisikan sebagai kegiatan orang
perorang atau badan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup
dengan cara pinjam meminjam. Transaksi kredit timbul karena suatu pihak
meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang dipersamakan dengan itu,
dimana pihak peminjam wajib melunasi kredit/hutangnya pada waktu yang
telah ditentukan. Disamping itu kredit timbul sebagai akibat adanya
transaksi jual beli, dimana pembayarannya ditangguhkan, baik sebagian
maupun seluruhnya.
Menurut Eric L.Kohler (1964;154), kredit adalah kemampuan untuk
melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan
suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu
jangka waktu yang disepakati. Menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45),
kredit adalah suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang
yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain, atau juga memberi
pinjaman pada orang lain dengan harapan akan memperoleh sesuatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa bunga sebagai
pendapatan bagi pihak yang bersangkutan.
Definisi kredit menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibbkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumla bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Jenis-jenis kredit dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan penggunaan (Dendawijaya, 2005), dibedakan menjadi :
Kredit Investasi : Kredit untuk membiayai kepentingan barang
modal (investasi).
10
Kredit Modal Kerja : Kredit untuk membiayai modal kerja
usaha/perusahaan.
Kredit Konsumsi : Kredit untuk keperluan barang-barang
konsumsi yang diperlukan debitur.
2. Berdasarkan segmentasi (Bank Indonesia, 2008), dibedakan menjadi :
Kredit Mikro : Kredit yang diberikah maksimal Rp 50 juta.
Kredit Kecil : Kredit yang diberikah > Rp 50 juta, < Rp 500
juta.
Kredit Menengah : Kredit yang diberikah > Rp 500 juta, < Rp 5
Milyar.
3. Berdasarkan jangka waktu (Djinarto, 2000), dibedakan menjadi :
Kredit Jk Pendek : Kredit dengan rentang maksimal 1 tahun.
Kredit Jk Menengah : Kredit dengan rentang waktu 1 – 3 tahun.
Kredit Jk Panjang : Kredit dengan rentang waktu minimal 3
tahun.
Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997),
kredit mikro adalah program pemberian kredt berjumlah kecil kepada warga
paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar
menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap
diri sendiri dan keluarganya, “Programmes extend small loand to very poor
for self-employment projects that generate income, allowing them to cafe
for themselves and their families”.
Konsep Kredit Bank Umum
Kredit (loans) adalah aktiva terbanyak yang dimiliki bank umum.
Porsi kredit berkisar 60% - 80% dari total aktiva bank umum. Tujuan utama
penyaluran kredit adalah memperoleh pendapatan bunga. Karena porsi
kredit dalam aktiva bank sangat besar, maka sebagian besar penerimaan
bank berasal dari bunga kredit (Manurung dan Rahardja, 2004). Dalam
menyalurkan kredit, bank tetap berjalan pada prinsip kehati-hatian, selain
memegang prinsip 5C (Character, Collateral, Capital, Capacity dan
Condition of Economy) bank juga mempertimbangkan hal lain seperti
kemampuan pengusaha (debitur) mengembalikan kreditnya. Dalam rangka
11
memberikan keleluasaan penyaluran kredit perbankan, beberapa hal yang
akan ditempuh oleh Bank Indonesia meliputi :
1. Meningkatkan peran serta perbankan dalam penyaluran kredit kepada
sektor usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
2. Meningkatkan efisiensi Bank dalam melakukan pembiayaan dalam
rangka memperluas jangkauan pelayanan kepada nasabah (Bank
Indonesia, 2009).
Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang, maka
bisnis utamanya suatu kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan
bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006).
Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam
memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal
dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa :
1. Bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan
timbal balik
2. Pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam
neraca bank
3. Perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi
sebagian besar bank
4. Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara masyarakat
suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana.
Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan
jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu
perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan
aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan,
bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan
dikemudian hari (Compton, 1991).
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit
adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian
12
kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama,
kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang
dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).
Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan
penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari,
suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut
terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya
dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang
dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu
tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.
Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari
sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah :
1. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak.
2. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).
3. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat
diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha
dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang.
Fungsi Kredit / Pembiayaan.
Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan
pada umumnya, maka garis besar fungsi kredit/pembiayaan adalah :
1. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.
Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank
akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha
produksi maupun perdagangan.
2. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang.
Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para
pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil
produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit,
para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang
jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian,
pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.
13
3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan
pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet
giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih
berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha
sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku
money creator.
4. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi,
yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha
sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan
usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan
terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima
pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi,
Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha
pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat
penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan
kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor
prioritas secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup
masyarakat.
6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan
keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut,
orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik,
juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan
pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya
akan mendatangkan devisa bagi negara.
7. Sebagai alat hubungan ekonomi intemasional.
Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi
persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada
14
negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun.
Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit
dengan syarat ringan, yaitu bunga relatif murah dan jangka waktu
penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar
negara yang disebut “G to G” (Govemment to Govemment). Hubungan
antamegara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat,
terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan
perdagangan.
Pengertian Kredit UMKM Menurut Bank Indonesia (September 2010)
Kredit UMKM adalah semua penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu dalam rupiah dan valuta asing berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank Pelapor
dengan Bank dan Pihak Ketiga Bukan Bank yang memenuhi kriteria usaha
sesuai dengan undang-undang tentang UMKM yang berlaku.
1. Kredit kepada Usaha Mikro adalah kredit dengan plafond
Rp 0,- sampai dengan Rp 50 juta.
2. Kredit kepada Usaha Kecil adalah kredit dengan plafond lebih dari
Rp 50 juta sampai dengan maksimum Rp 500 juta.
3. Kredit kepada Usaha Menengah adalah kredit dengan plafond lebih
dari Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 Milyar.
Termasuk dalam kredit UMKM tersebut adalah kredit dengan penjaminan
tertentu yaitu kredit/pembiayaan atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank degan Debitur yang dijamin oleh perusahaan penjamin
dengan kriteria tertentu sebagaimana Program Pemerintah mengenai
Kredit Usaha Rakyat.
3. Pengertian UMKM
Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan
masing-masing institusi adalah sebagai berikut :
1. Badan Pusat Statistik (BPS), mendefinisikan berdasarkan ukuran
ketenagakerjaan.
a. Usaha Mikro : Usaha yang memperkerjakan 5 orang
termasuk pekerja keluarga yang tidak dibayar.
15
b. Usaha Kecil : Usaha yang memperkerjakan 5 sampai 10
orang.
c. Usaha Menengah : Usaha yang memperkerjakan 20 sampai
99 orang.
2. Bank Indonesia (BI), mendefinisikan UKM dengan 2 kriteria, yaitu :
a. Kriteria I, berdasarkan aset, omset dan badan hukum :
Usaha Mikro : Usaha yang dilakukan orang miskin
atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan
teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan
keluar.
Usaha Kecil : Usaha yang memiliki aset hingga
Rp 200 juta diluar tanah dan bangunan dengan omset Rp 1
Milyar.
Usaha Menengah : Usaha yang memiliki aset hingga
Rp 600 juta diluar tanah (industri bukan manufaktur) atau
memiliki aset hingga Rp 5 Milyar (industri manufaktur) dengan
omset Rp 3 Milyar.
b. Kriteria II, berdasarkan kredit yang diterima :
Usaha Mikro : Usaha yang dapat menerima kredit
sampai dengan Rp 50 juta.
Usaha Kecil : Usaha yang dapat menerima kredit
mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta.
Usaha Menengah : Usaha yang dapat menerima kredit
mulai dari > Rp 500 juta hingga Rp 5 Milyar.
3. Menurut Undang – undang No. 20 Tahun 2008, tentang UMKM
a. Usaha Mikro : Usaha Produktif milik perorangan dan atau
badan usaha perorangan. Memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
b. Usaha Kecil : Usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan
paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
16
tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300
juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 Milyar.
c. Usaha Menengah : usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai
dengan paling banyak Rp. 10 Milyar tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Milyar.
Tabel 1. Perbandingan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008
KRITERIA Aset (Rupiah) Omset (rupiah)
Lama Baru Lama Baru
Usaha Mikro < 50 Jt < 100 Jt < 300 Jt
Usaha Kecil < 200 Jt 50 – 500 Jt < 1 M 300 Jt – 2,5 M
Usaha Menengah 200 Jt –
10 M
> 500 Jt –
10 M 1 – 50 M 2,5 – 50 M
Sumber : Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), 2008-2009
4. Menurut Bank Dunia
a. Usaha Mikro : Kegiatan usaha yang menggunakan pekerja
hingga 20 orang.
b. Usaha Kecil & Menengah adalah perusahaan yang menggunakan
tenaga kerja di atas 20 oraang dengan aset di luar tanah dan
bangunan hingga US$ 500 ribu.
4. Kebijakan Bank Indonesia terhadap Pembiayaan Usaha Mikro dan
Kecil (UMKM)
Undang-undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia
(sebagaimana diamandemen dengan Undang-undang No. 3/2004),
kebijakan Bank Indonesia dalam mendukung peningkatan iklim usaha atau
sektor riil mengalami perubahan mendasar. Bank Indonesia tidak dapat lagi
memberikan KLBI dan pemberian bersifat tidak langsung antara lain
melalui regulasi dan fasilitasi dalam peran – peran strategis. Bank
Indonesia tidak secara khusus mendesain suatu kebijakan dalam bidang
perkreditan secara sektoral. Kebijakan Bank Indonesia lebih diarahkan
17
untuk mendukung pengembangan UMKM, terutama yang berbasis
komoditas unggulan.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk pengaturan
(ketentuan) dan pemberian bantuan teknis (khususnya melalui perbankan)
serta kerjasama dengan pemangku kepentingan (Departemen, lembaga
donor dan lembaga terkait pemberdayaan UMKM). Di dalam kebijakan
lintas sektoral tersebut terdapat kegiatan-kegiatan yang berupaya
mendukung pengembangan sektor UMKM, secara umum Bank Indonesia
memberikan sejumlah fasilitas, diantaranya :
a. Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI),
DIBI menyajikan data dan informasi berbasis Website dan dapat
diakses melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Informasi yang
disajikan dalam DIBI didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh
Bank Indonesia, antara lain data dan informasi mengenai potensi
ekonomi daerah, komoditas ekspor potensial serta pola pembiayaan
(lending model).
b. Pola pembiayaan UMKM
Bank Indonesia melaksanakan penelitian mengenai pola
pembiayaan/lending model berbagai komoditas yang potensial untuk
dibiayai oleh bank.
c. Pengembangan UMKM melalui Pengembangan Klaster
Program yang didesain untuk mengembangkan UMKM melalui model
klaster yang teritegrasi dari hulu ke hilir. UMKM akan memperoleh
manfaat dari kerjasama dengan usaha menengah maupun usaha besar
yang berperan sebagai local champion dalam suatu komunitas usaha
sejenis.
d. Penelitian tentang Pola Kemitraan.
Penelitian ini bertujuan melihat berbagai pola kemitraan antara usaha
menengah/usaha besar dengan UMKM dalam rangka meningkatkan
potensi akses kredit ke Perbankan. Dalam kemitraan tersebut usaha
menengah/besar dapat berperan sebagai pemberi rekomendasi,
avalis¸dan juga memberikan cash collateral bagi UMKM yang menjadi
mitra dalam hubungan usaha kemitraan.
e. Fasilitasi Percepatan dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah
18
Program ini dilakukan dalam upaya untuk mengembangkan ekonomi
derah terutam sektor riil yang masih dirasakan terhambat
perkembangannya. BI melalui jaringan kantor BI bergerak mendukung
berbagai program dari dinas/instansi yang dirasakan masih terhambat
pembiayaannya oleh perbankan di daerah.
Selain itu atas inisiatif Bank Indonesia, juga telah terbentuk
lembaga mediator yang menjembatani kepentingan UMKM dan perbankan
yaitu Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Salah satu tugas KKMB
adalah mempersiapakan UKM agar menjadi lebih feasible dan bankable.
Melalui kebijakan Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No. 6/44/DPNP tanggal 22 Oktober 2004 perihal
Rencana Bisnis Bank Umum, telah diatur khusus terkait penyaluran kredit
pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang menggambarkan
keterlibatan Bank dalam rangka ikut serta mendorong perkembangan yang
positif dari sektor UMKM.
5. Kebijakan Pemerintah terhadap Pembiayaan UMKM
Pemerintah memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung upaya
pengembangan sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMKM). Upaya tersebut
merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah dalam mengatasi
permasalaha kemiskinan. Beberapa program pemerintah sebagai wujud
komitmen dalam pengembangan UMKM antara lain; program revitalisasi
pertanian, perikanan dan kehutantan (RPPK) yang merupakan salah satu
dari “Triple Track Strategy” dalam rangka pengurangan kemiskinan dan
pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Salah satu
instrumen kebijakan dalam mendukung suksesnya RPPK adalah dalam
aspek investasi dan pembiayaan. Prioritas – prioritas kegiatan yang
dilakukan untuk mendukung kebijakan ini adalah :
1. Fasilitasi pembiyaan investasi dan modal kerja dengan mendorong
business plan perbankan.
2. Mengembangkan dan memfasilitasi sistem pembiayaan dan
penjaminan kredit bagi petani/nelayan/dan petani hutan.
3. Mengembangkan sistem pembiayaan jangka panjang dan pembiayaan
yang lebih sesuai dengan karakter PPK,
19
4. Mengembangkan pembiayaan non Bank berikut keterkaitannya dengan
perbankan bagi petani, nelayan dan petani hutan.
Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan pembiayaan
sektor pertanian (Ratnawati 2009), diantaranya adalah melalui APBN dan
Non APBN. Dengan instrumen APBN dengan cara :
a. Peningkatan akses permodalan melalui kredit (KKP dan KUR).
b. Memberikan bantuan penguatan modal kepada petani/klomtan melalui
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).
c. Fasilitasi bagi peningkatan usaha/produksi pertanian (subsidi).
Sementara melalui Non APBN adalah memberlakukan kewajiban
pembiayaan bagi perbankan dan penerapan Corporate Social Resposibility
bagi BUMN.
Kredit program/bantuan modal yang telah dikucurkan oleh
pemerintah selama 4 dekade terakhir melalui beberapa bentuk skim seperti
dana bergulir, penguatan modal, subsidi bunga, maupun yang komersial
yang lebih mengarah kepada kegiatan kredit yang memiliki link dengan
perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh kredit dengan skim
dimaksud adalah KKP-E dan KUR. KUR merupakan kredit untuk UMKM
dan Koperasi dengan pola penjaminan pemerintah. Selaku penjamin kredit
adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit
Indonesia (Askrindo). Pada tahap awal program KUR melibatkan 6 (enam)
bank yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, Bank Bukopin
dan Bank Syariah Mandiri dengan fokus penyaluran kredit pada sektor
usaha pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian
dan perdagangan (tempo interaktif, 2007).
Kebijakan lain terhadap penyaluran kredit adalah bahwa
pemerintah secara tegas mewajibkan agar perbankan menyalurkan kredit
pada sektor UMKM minimal 20 persen dari portofolio kredit yang dimiliki.
Peraturan dan perundang-undangan UMKM
Kedudukan, peran dan potensi strategis UMKM dalam
pemberdayaan ekonomi rakyat untuk mewujudkan struktur perekonomian
nasional yang semakin seimbang, berkembang, berkeadilan telah
20
memperoleh legitimasi yang kuat sebagaimana diamanatkan dalam UUD
1945 dan Ketetapan MPR No. XVI tahun 1998 tentang Politik Ekonomi
dalam rangka Demokrasi Ekonomi, serta peraturan perundang-undangan
lainnya antara lain :
1. Undang-undang No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah,
Secara garis besa, Undang-undang ini mengamanatkan kepada
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk :
a. Menumbuhkan iklim usaha, dengan menetapkan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi : Pendanaan,
sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha,
kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan
kelembagaan. Bersamaan dengan itu, dunia usaha dan masyarakat
berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan iklim usaha
dimaksud.
b. Memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang : Produksi dan
pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan desain dan
teknologi.
c. Menyediakan pembiayaan dan penjaminan, dalam bentuk pinjaman,
penjaminan, hibah dan pembiayaan lainnya. Adapun pembiayaan
dan penjaminan tersebut bersumber dari APBN, APBD, penyisihan
bagian laba tahunan BUMN yang dialokasikan kepada UMKM serta
bersumber dari Usaha Besar Nasional dan bantuan Luar Negeri
d. Memfasilitasi, mendukung dan menstimulasi kegiatan kemitraan
yang paling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan
menguntungkan yang dilaksanakan dengan pola ; Inti-plasma, Sub-
kontrak, Waralaba, Perdagangan umum, Distribusi, Keagenan dan
Bentuk-bentuk kemitraan lainnya seperti bagi hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan (joint venture) dan penyumberluaran
(outsourcing).
6. Hipotesa
Bertitik tolak pada permasalahan yang telah dikemukakan maka diajukan
hipotesis sebagai berikut :
21
1. Kinerja Bank Pemerintah dalam menyalurkan kredit UMKM belum
mencerminkan kondisi riil sesuai dengan definisi UMKM dan
jenis/penggunaan kredit itu sendiri.
2. Faktor rata-rata suku bunga kredit dan jumlah Non Performing Loan
Kredit UMKM Bank Pemerintah secara bersama-sama berpengaruh
secara singnifikan terhadap kinerja Bank penyaluran kredit Bank
Pemerintah terhadap sektor UMKM
3. Faktor rata-rata suku bunga kredit dan jumlah Non Performing Loan
Kredit UMKM Bank Pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja penyaluran kredit Bank Pemerintah terhadap sektor UMKM.