30
12 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Dasar-dasar Pariwisata 2.1.1 Pengertian Umum Dalam Sistem Kepariwisataan Pariwisata bila di tinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-senang. Pariwisata adalah sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya ( McIntosh, 1972:4). Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009). Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut : Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.(Soekadijo,2000:3) Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang

landasan teori

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pariwisata

Citation preview

Page 1: landasan teori

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Dasar-dasar Pariwisata

2.1.1 Pengertian Umum Dalam Sistem Kepariwisataan

Pariwisata bila di tinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau

kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-senang.

Pariwisata adalah sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses

menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh, 1972:4).

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,

dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun

2009).

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti

banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian.

Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari

suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari

beberapa definisi sebagai berikut :

Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang

untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar

tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan

mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan

tersebut.(Soekadijo,2000:3)

Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf, pariwisata dapat

didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang

Page 2: landasan teori

13

berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat

bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang

penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun

sementara.(Soekadijo,2000:12)

Untuk mernbedakan pengcrtian antara wisata, wisatawan, pariwisata,

keparirwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata,

studi ini akan menggunakan definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.

10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu:

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara

Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi

antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha

Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau

jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan

pariwisata.

Page 3: landasan teori

14

Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan

yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam

satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan

budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan

hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan

tertentuj untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari

dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti

jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti

mata air panas yang mengandung mineralyang dapat menyembuhkan,

tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkanatau tempat-tempat

yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

Produk wisata adalah Keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan

atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai

daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah di mana ia

berangkat semula.

Wisata seni dan budaya adalah Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah

menjadi tradisi, misalnya Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali.

Wisata alam: Bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam

dan tata lingkungan.

Wisata Bahari adalah Suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk

menyaksikan keindahan lautan, menyelam dengan perlengkapan selam lengkap.

Wisata Olahraga: Mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya Asean

Games, Olimpiade. (Oka A. Yoeti :1996)

Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan

ekskursionis. Menurut Norval, wisatawan ialah setiap orang yang datang dari suatu

negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur,

Page 4: landasan teori

15

dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang

didapatkannya di lain tempat. ( Soekadijo,2000;13)

Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa menyebutkan motif-

motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang

termasuk wisatawan adalah :

Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure),

karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-

pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan,

atletik dan sebagainya)

Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), kalau ia

tinggal kurang dari 24 jam.

Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut :

Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu

negara

Orang yang datang untuk menetap.

Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan

tetapi bekerja di negara tetangganya.

Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di

sekolah-sekolah.

Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di situ,

meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Ekskursionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang

dikunjunginya, tanpa bermalam. Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang

mengadakan pelayaran pesiar (cruise passanger). Di dalamnya tidak termasuk orang-

Page 5: landasan teori

16

orang yang secara legal tidak memasuki sesuatu negara asing, seperti misalnya orang

yang dalam perjalanan menunggu di daerah transit di pelabuhan udara.

2.1.2 Jenis-jenis Wisata

Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :

1. Wisata Alam, yang terdiri dari:

a) Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang

ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing,

menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan

prasarana akomodasi, makan dan minum.

b) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk

mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat

yang dianggap menarik.

c) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak

dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran

hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang

(margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang

terdapat di tempat-tempat lain.

d) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri

yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang

dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen

atau biro perjalanan.

e) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan

perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang

pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan

kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati

segarnya tanaman di sekitarnya

2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari :

a) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini

termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung

Page 6: landasan teori

17

bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta

tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas

pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisata

utama di banyak negara.

b) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang

berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu

kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan

berdasarkan pada temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah,

etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.

2.1.3 Klasifikasi Motif dan Tipe Wisata

Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau

setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk

dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa hal-

hal yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian-

penelitian motivasi wisata (motivation research) tersebut telah meliputi semua

kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk

mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Motif-motif

wisata yang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah

seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.

2. Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan

atraksinya. Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat

wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau memahami

tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain daripada menikmati atraksi

yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan fauna.

Page 7: landasan teori

18

3. Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan keinginan

untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang-

orang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.

4. Motif Status atau Prestise, merupakan motif yang berhubungan dengan gengsi

atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang

pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirinya melebihi

sesamanya yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut.

2.2 Komponen Pengembangan Pariwisata

Menurut (Inskeep,1991:38), di berbagai macam literatur dimuat berbagai

macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada

dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut saling

berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

· Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata

Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat berupa semua hal yang

berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah

dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang

menarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah obyek wisata.

· Akomodasi

Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis

fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawan yang

berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.

· Fasilitas dan pelayanan wisata

Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang

dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk

tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas

tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-

toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus,

Page 8: landasan teori

19

toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan

keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon

kecantikan), fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum

(termasuk kantor polisi dan pemadam kebakaran), dan fasilitas perjalanan

untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai).

· Fasilitas dan pelayanan transportasi

Meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi

internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan

pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang

berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.

· Infrastruktur lain

Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase,

saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksimili,

dan radio).

· Elemen kelembagaan

Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk

membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga

kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun strategi marketing dan

program promosi; menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan

swasta; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata;

menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta;

mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial kebudayaan.

Menurut (Mc.Intosh,1995:269), mengemukakan bahwa komponen pariwisata

di klasifikasikan ke dalam empat kategori besar yaitu:

1. Sumber daya alam, meliputi : iklim, bentuk alam, flora, fauna, sungai, pantai,

pemandangan alam, sumber mata air, sanitasi, dan lain sebagainya.

2. Infrastruktur, meliputi : jaringan air bersih, limbah, gas, listrik dan telepon,

drainase, jalan raya, rel kereta api, bandara, stasiun kereta api, terminal, resort,

Page 9: landasan teori

20

hotel, restoran, pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan, museum,

pertokoan dan infrastruktur lainnya.

3. Trnasportasi, meliptuit : kapal laut, pesawat terbang, kereta api, bus, dan

fasilitas transportasi lainnya.

4. Keramahtamahan dan budaya setempat, diwujudkan dalam bentuk sikap

ramah tamah dan sopan santun penduduk setempat dalam menerima

wisatawan. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam sumber daya budaya

meliputi seni, sejarah, musik, tari-tarian, drama, festival, pameran,

pertunjukan, pariwisata special, museum dan galeri seni, perbelanjaan, olah

raga dan aktivitas budaya lainnya.

Menurut (Gunn1995,: 57-7), mengemukakan bahwa komponen dasar

pariwisata yaitu :

1. Atraksi / daya tarik wisata dikategorikan dalam :

Sumber daya alam meliputi: air mancur, kolam, sungai

Sumber daya dan budaya, meliputi arkeologi, sejarah,

perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga.

2. Akomodasi, tempat makan dan minum, tempat belanja, aksesibilitas

3. Transportasi udara, mobil, kereta kuda, kereta listrik, rel kereta api,

pelabuhan, dan lain sebagainya

4. Air bersih, pembuanagn limbah, keamanan, listrik dan pemadam

kebakaran

Menurut (Pendit, 1998;8), mengemukakan bahwa komponen dasar

pariwisata yaitu :

1. Politik pemerintah , yaitu sikap pemerintah dalam menerima kunjungan

wisatawan ke negaranya. Unsur ini terdapat dua bagian yaitu polotik

pemerintah yang langsung yaitu politik yang langsung mempengaruhi

perkembangan pariwisata di Negara tersebut, dan politik pemerintah yang

Page 10: landasan teori

21

tidak langsung, yaitu keadaan atau kondisi social, ekonomi dan politik yang

secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata.

2. Perasaan ingin tahu. Dasar yang paling hirarki yang melahirkan pariwisata

adalah perasaan manusia yang selalu ingin mengetahui segala sesuatau selama

hidupnya.

3. Sifat ramah tamah yang merupakan faktor potensial dalam pengembangan

pariwisata.

4. Jarak dan waktu (aksesibilitas). Ketepatan, kecepatan dan kelancaran

merupakan hal yang dapat mengurangi waktu tempuh yang dipergunakan.

5. Daya tarik, merupakan segala sesuatau yang menarik dan bernilai untuk

dikunjungi dan dilihat. Daya tarik ini meliputi panorama keindahaan alam,

lembah, ngarai, danau, air terjun, gua, pantai, iklim dan lain sebagainya.

6. Akomodasi, merupakan unsur dengan sendirinya dibutuh kan dan merupakan

rumah sementara bagi wisatawan. Akomodasi in imeliputi : hotel, penginapan,

mess, griya wisata, losmen, pondik remaja dan perkemahan.

7. Pengangkutan. Syarat-syarat tertentu dalam pengangkutan jalan yang baik lalu

lintas yang lancer, alat yang cepat.

8. Harga-harga : dalam menentukan harga-harga, baik itu ongkos transportasi,

akomodasi, souvenir dan lainnya tidak melebihi harga standar.

9. Publisitas dan promosi, berupa propaganda yang didasarkan atas rencana atau

program yang berkesinambungan.

10. Kesempatan berbelanja, yaitu kesempatan untuk membeli barang-barangatau

oleh-oleh unhtuk dibawa ke tempat asalnya.

Berdasarkan hasil penjelasan dari beberapa pakar pariwisata di atas, para pakr

mempunyai pandangan yang berbeda mnengenai komponen dasar pariwisata namun

ada beberapa bagian yang sama. Untuk lebih jelasnya persamaan komponen dasar

pariwisata menurut pakar dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Page 11: landasan teori

22

Tabel 2. 1

Komponen Pokok Kegiatan Pariwisata

Komponen

Pariwisata Inskeep Gunn Pendit Mc. Intoch

Atraksi Wisata

Atraksi wisata yang mencakup

wisata alam, budaya, dan atraksi

lainnya.

Alam:iklim, pemandangan

indah, laut dan pantai, flora

dan fauna, ruang terbuka

hijau, dan kawasan lindung.

Budaya: arkeologi, sejarah dan

tempat-tempat budaya, pola

budaya yang khas,seni dan

kerajinan tangan, daya tarik

aktifitas ekonomi, daya tarik

pertokoan, musium dan

fasilitas budaya lainnya,

festifal budaya, ramah tamah

kenegaraan.

Khusus:Taman nasional,

taman hiburan, sirkus,

shoping, pertemuan,

konferensi dan konvensi,

even-even khusus, gambling

Atraksi / daya tarik wisata

dikategorikan dalam:

Sumber daya alam meliputi:

air mancur, kolam, sungai

Sumber daya dan budaya,

meliputi arkeologi, sejarah,

perdagangan, hiburan,

kesehatan, keagamaan, dan

olahraga.

Atraksi, merupakan segala sesuatu

yang menarik dan bernilai untuk

dikunjungi dan dilihat. Atraksi ini

meliputi panorama keindahan alam,

gunung, lembah, ngarai, gua,

danau, air terjun, pantai, iklim, dan

lain sebagainya

Sumber daya alam; meliputi

ikllim, bentuk alam, flora,

fauna, sungai, pantai,

pemandangan alam, sumber

mat aiar, sanitasi dan lain

sebagainya.

Budaya/buatan : seni, sejarah,

musik, tarian, drama, festival,

pameran, pertunjukan,

pariwisata special, museum,

art gallery, shoping dan olah

raga.

Fasilitas Wisata

Akomodasi, tempat makan dan

minum, tempat belanja,

aksesibilitas dan fasilitas umum

Akomodasi, tempat makan dan

minum, tempat belanja,

aksesibilitas

Akomodasi, restoram toko

pakaian/butik, souvenir shop, dan

fasilitas umum

Hotel, motel, restoran, pusat

perbalanjaan, tempat-tempat

hiburan, museum, pertokoan

Transportasi

Trasnportasi darat, laut, dan

udara.

Transportasi udara, mobil, kereta

kuda, kereta listrik, rel kereta api,

pelabuhan, dan lain sebagainya.

jalan yang baik, lalu lintas lancar,

alat yang cepat.

Transportasi; meliputi kapal

laut, pesawat terbang, kereta api,

bus dan fasilitas transportasi

lainnya.

Page 12: landasan teori

23

Komponen

Pariwisata Inskeep Gunn Pendit Mc. Intoch

Infrastruktur

Telpon, faksimili, teleks, listrik,

air bersih, sistem pembuangan air

kotor dan sistem pembuangan

sampah

Air bersih, pembuanagn limbah,

keamanan, listrik dan pemadam

kebakaran

Pendit tidak memasukan parasarana

lingkungan sebagai bagian dari

komponen pariwisata

jaringan air bersih, air limbah,

gas, listrik, telepon, drainase,

jalan raya, rel kereta api,

bandara, stasiun kareta api,

terminal, pusat perbalanjaan,

tempat-tempat hiburan,

museum, pertokoan dan

infrastruktur lainnya.

Kebijakan

Pemerintah

Elemen institusi yang terkait

dengan pengembangan pariwisata

Gunn tidak menjadikan kebijakan

sebagai bagian dari komponen

pariwisata, namun kebijakan ini

lebih pada informasi dan promosi

pariwisata

Politik pemerintah, yaitu sikap

pemerintah dalam menerima

kunjungan wisatawan ke

negaranya .Unsur ini terdiri dari 2

abgian yaitu politik pemerintah

yang langsung mempengaruhi

perkembangan pariwisata di negara

tersebut, dan politik pemerintah

tidak langsung, yaitu keadaan atau

kondisi sosial, ekonomi dan politik

yang secara tidak langsung

mempengaruhi perkembangan

pariwisata.

Aturan mengenai guna lahan

atau zoning, pembangunan dan

pemeliharaan infrastruktur yang

menunjang pariwisata, upaya

promosi dalam tingkat yang

lebih luas atau lebih besar

Sumber : Rangkuman Inskeep, 1991

Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8

Page 13: landasan teori

24

Berdasarkan studi para pakar terdahulu, terlihat bahwa banyak komponen-komponen

dasar pariwisata yang memiliki nama berbeda namun memiliki makna yang sama. Dalam

kaitannya dengan penelitian “arahan pengembangan pariwisata Kabupaten Majalengka

berdasarkan aspek sediaan” yang dilakukan oleh penulis maka komponen-komponen pariwisata

yang berada Di Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka terbagi kedalam

beberapa bagian yaitu :

1. Atraksi

Atraksi terbagi kedalam dua kategori yaitu :

a. Obyek wisata alam, meliputi: pantai, danau, gunung, pemandangan alam,

air terjun, dan sumber mata air.

b. Obyek wisata buatan, meliputi: tempat tempat bersejarah,

keramahtamanahan dan budaya, tempat hiburan, pusat perbelanjaan, dan

taman rekreasi.

2. Transportasi, meliputi: jalan, kondisi jalan, jarak, terminal, dan kendaraan

angkutan lainnya.

3. Fasilitas dan Utilitas, meliputi: telepon, listrik, air bersih, pembuangan air limbah

dan persampahan, restoran, pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan.

4. Kebijakan dan Promosi, meliputi:

Kebijakan pemerintah : peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

pariwisata baik itu dari pemerintah maupun dari swasta.

Publisitas dan promosi : berupa kampanye atau propaganda yang

didasarkan atas rencana atau program yang berkesinambungan.

Page 14: landasan teori

25

Tabel 2.2

Kesimpulan komponen Pariwisata Daya Tarik

Transportasi Fasilitas dan

Utililtas Kebijakan dan promosi

Alam Budaya/buatan

Danau, gunung,

pemandangan

alam, air terjun,

dan sumber

mata air

Tempat-tempat

bersejarah,

keramah tamahan

dan budaya,

tempat hiburan,

pusat

perbelanjaan, dan

taman rekreasi.

Jalan, kondisi

jalan, jarak,

angkutan umum,

dll.

Telepon,

listrik, air

bersih,

persampahan,

restoran, pusat

perbelanjaan,

tempat-tempat

hiburan

Kebijakan pemerintah: peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan

pariwisata baik itu dari pemerintah

maupun dari swasta.

Publisitas dan promosi: berupa

kampanye atau propaganda yang

didasarkan atas rencana atau program

yang berkesinambungan.

Sumber : hasil kajian 2009

Inskeep, 1991

Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8

Pengembangan pariwisata adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan

lingkungan semata-mata. Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah suatu objek

lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian wisatawan (Marpaung,

2002:1).

Produk dalam industri pariwisata merupakan kombinasi dari tiga komponen yang dianggap

sangat penting yang satu dengan yang lain saling melengkapi (Oka A. Yoeti , 1998: 113). yaitu :

1. The Accessibilities of the Destination

yaitu semua faktor yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk dapat

berkunjung pada suatu DTW (daerah tujuan wisata) seperti :

Tersedianya prasarana seperti bandara, pelabuhan, terminal, stasiun kereta api, prasarana

jalan dan jembatan

Kemudahan untuk memperoleh visa kunjungan

Adanya jadwal penerbangan atau angkutan wisata yang lain yang tepat waktu dan dapat

dipedomani untuk menyusun paket wisata

Page 15: landasan teori

26

Adanya penetapan tarif angkutan yang berlaku untuk suatu periode waktu yang efektif

untuk menyusun dan promosi penjualan paket wisata

Tersedianya sarana komunikasi yang memadai antara negara asal wisatawan (tourist

generating countries), selama dalam perjalanan menuju DTW, dan pada negara atau

daerah yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries).

2. The Facilities of the Destination

Yaitu semua faktor yang dapat memberi atau melayani kebutuhan wisatawan jika sudah

datang pada suatu DTW seperti :

Hotel dan bentuk-bentuk akomodasi lainnya

Restoran dan rumah makan lainnya

Pusat hiburan dan sarana rekreasi lainnya

Pusat perbelanjaan atau toko-toko cenderamata, pusat kerajinan atau art galery lainnya.

3. The Tourist Attractions of the Destination

Yaitu semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan datang berkunjung pada suatu

DTW tertentu seperti :

Natural resources seperti flora dan fauna, keindahan alam (natural beauty), pegunungan,

pantai, danau, air terjun, ngarai gua dan sebagainya.

Cultural resources seperti situs-situs peninggalan sejarah, bangunan-bangunan purbakala,

candi, pura, monumen, kolesium, muselium, adat istiadat, kesenian tradisional atau the

way of life suku terasing dan lain-lain.

Theme Park seperti Disneyland, Proyek Taman Impian Ancol, dan sebagainya.

Dalam pengembanagn pariwisata, pariwisata harus dilihat sebagai suatu sistem

keterkaitan antara komponen permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri dari

wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, sedangkan komponen sediaan terdiri dari

aksesibilitas, objek daya tarik wisata, fasilitas dan utilitas, dan sikap penduduk terhadap

pariwisata. Untuk lebih jelasnya mengenai komponen pengembangan pariwisata akan diuraikan

sebagai berikut.

Page 16: landasan teori

27

2.3 Aspek Sediaan (Supply) Wisata

Kegiatan pariwisata pada dasarnya mencakup dua komponen yaitu supply dan demand.

Sebelum menguraikan tentang komponen apa saja yang termasuk kedalam komponen sediaan

pariwisata, penulis akan menguraikan terlebih dahulu tentang pengertian sediaan pariwisata

menutut beberapa pakar :

Sediaan pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan baik

wisatawan yang aktual maupun wisatawan yang potensial. Penyediaan dalam pariwisata

menunjukan atraksi wisata alamiah dan buatan, jasa-jasa maupun barang-barang yang

diperkirakan akan menarik perhatian orang-orang untuk mengunjungi suatu objek wisata tertentu

dalam suatu negara (Wahab, 1975).

Sedangkan menurut F. Weber dalam buku perencanaan ekowisata yang dimaksud dengan

sediaan pariwisata adalah sesuatu hal yang bisa ditawarkan kepada konsumen yaitu berupa jasa

dan produk (F. Weber 2006). Jadi yang dimaksud dengan sediaan pariwisata adalah semua

elemen-elemen yang dibutuhkan oleh wisatawan yang meliputi atraksi wisata,transportasi dan

amenitas. Untuk lebih jelasnya tentang komponen-komponen sediaan dalam pariwisata, akan

diuraikan dalam sub bab berikut ini :

2.3.1 Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan fungsi jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai daerah

wisata dengan berbagai kawasan tujuan wisata. Berbeda dengan industri manufaktur, dimana

barang (produknya) dapat dikirim ke konsumen maka dalam pariwisata konsumen (wisatawan)

harus datang ke daerah dimana terdapat produk wisata untuk mengkonsumsi produk-produk

wisata tersebut terutama objek dan daya tarik wisata.

Oleh karena itu tingkat kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari daerah asal

wisatawan akan mempengaruhi perkembangan daerah wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan

sarana dan prasarana transfortasi ke daerah wisata merupakan hal yang penting.

Jenis, volome, tarif dan frekuensi moda angkutan kedaerah wisata tersebut juga mempengaruhi

jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan

kawasan tujuan wisata tersebut harus diperhatikan.

Objek wisata yang strategis secara geografis sangat tergantung kepada pencapaian lokasi

wisata tesebut. Aksesibilitas yang baik sangat berpotensi untuk mendatangkan dan meningkatkan

Page 17: landasan teori

28

jumlah wisatawan. Sebagian besar objek wisata akan berkembang jika di dukung oleh

aksesibilitas yang memadai dengan menggunakan suatu metoda tertentu, seperti mobil,angkutan

umum,kapal laut,pesawat, dan lain-lain. Banyak wisata yang secara potensial sangat baik untuk

dikembangkan, tetapi karena aksesibilitas yang kurang mendukung, perkembangan objek wisata

tersebut menjadi menurun. Sehingga dapat dinyatakan bahwa aksesibilitas merupakan derived

demannd (permintaan turunan) yang dapat menentukan besar kecilnya jumlah wisatawan yang

akan berkunjung ke suatu objek wisata.

Aksesibilitas yang dapat mendukung kegiatan pariwisata terdiri dari aksesibitas internal

dan eksternal. Aksesibilitas internal yaitu suatu proses pencapaian lokasi wisata dalam lingkup

lokal yang merupakan faktor ketersediaan untuk melayani wisatawan dari dalam kota.

Sedangkan aksesibilitas eksternal adalah proses pencapaian lokasi wisata yang menghubungkan

akses dari luar kota.

2.3.2 Objek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan kekuatan untuk mendatangkan wisatawan. Suatu objek

mempunyai potensi untuk menjadi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut baru terbentuk jika objek

tersebut ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang. Disamping

itu, daya tarik juga akan tercipta jika lingkungan sekitar objek tersebut mendukung (dalam PA

Ardiansyah dan Rosmananto, 2004).

Objek dan daya tarik dapat berupa alam, sejarah, budaya dan tata hidup dan sebagainya

yang memiliki daya tarik untuk di kunjungi atau yang menjadi tujuan dari wisatawan. Untuk

mengetahui batasan tentang pengertian daya tarik wisata akan diuraikan sebagai berikut :

Definisi daya tarik wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat,disaksiksn dan dirasakan

seperti gunung, danau,pantai,pemandanagn,vandi,monumen dan lain-lainya. Objek wisata

merupakan faktor utama yang mempengaruhi atau mendorong sesorang meninggalkan daerah

tempat tinggalnya untuk mengunjungi suatu daerah (Oka A. Yoeti 1985).

Beberapa elemen dari komponen sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi

objek dan daya tarik wisata terdiri dari cuaca iklim,bentang alam,flora dan

fauna,pantai,keindahan alam,keanekaragaman biota laut dan lain sebagainya. Beragam

kombinasi dari elemen sumber daya alam tersebut dapat menjadi suatu daya tarik dalam

mendatangkan wisatawan . Yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk

Page 18: landasan teori

29

mendatangkan wisatawan. Daya tarik merupakan padanan dari kata attraction yang dapat

didasarkan pada objek-objek wisata. Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi daya tarik

tersebut dari terbentuk bila objek tadi ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan

fasilitas penujang.Jadi obyek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi

seseorang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah wisata.

2.3.3 Fasiliatas dan Utilitas

Infrastruktur bangunan yang baik yang berada di bawah permukaan tanah maupun di atas

permukaan tanah, seperti sistem penyediaan air,sistem pembuangan air limbah,sistem

drainase,sistem komunikasi dan fasilitas lainya seperti jalan,parkir,terminal,bandara,dermaga dan

laini-lain.Ketersediaan infrastruktur dapat mendukung pembangunan superstrukrur. Dengan

kata lain, ketersediaan infrastruktur dapat berpengaruh terhadap kebersihan pengembangan

pariwisata suatu daerah sekaligus ketersediaan infrastruktur yang memperhatikan kualitas

lingkungan.

Fasiltas suprastruktur sendiri terdiri dari fasilitas yang berada di atas permukaan tanah yang

dilayani oleh infrastruktur, seperti : hotel,resort,rumah, makan,tempat hiburan,toko pusat

pembelanjaan dan lain-lain (Wahab,1975). Penyediaan fasilitas superstruktur yang baik adalah

fasilitas yang memiliki ciri yang unik tidak terdapat di tempat lain. Artinya bahwa fasilitas

superstruktur tersebut menjadi suatu daya tarik tesendiri terhadap wisatawan yang berkunjung.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan akomodasi bagi wisatawan. Pada

prinsipnya kunjungan wisatawan merupakan kunjungan untuk mencari kesenangan dan kepuasan

sehingga harus di dukung oleh ketersediaan akomodasi yang memadai. Wisatawan cenderung

akan tertarik dengan fasilitas akomodasi yang lengkap yang bisa mendukung aktivitas yang

dilakukan oleh wisatawan. Disisi lain, peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan dari

fasilitas akomodasi tersebut juga menjadi faktor penentu. Pelayanan dan kenyamanan yang baik

secara langsung akan meningkatkan kualitas ketersediaan fasilitas tersebut.

2.3.4 Kebijakan dan promosi

Kelembagaan yaitu kebijakan maupun kegiatan-kegiatan yang mendukung pekembangan

pariwisata. Kebijakan mencakup politik pariwisata yang digagas oleh pemerintah seperti

kebijakan pemasaran, jaminan keamanan, pembebasan visa, standarisasi produk dan jasa wisata

dan lain sebagainya. Perluasan jaringan jalan raya, rel kereta api, jalur pelayaran dan

Page 19: landasan teori

30

penerbangan lokal termasuk dari pada bagian pengembangan kelembagaan pariwisata (Helmut F.

Weber 200614).

Promosi yaitu suatu cara untuk lebih menyesuaikan produk pariwisatadengan permintaan

wisatawan sehingga produk menjadi lebih menarik. Dengan mendistribusikan produk pariwisata

ke pasar terutama dalam bentuk citra pariwisata tidak begitu saja akan membelinyadalam

kuantitas yang diharapkan,produk telah disesuaikan dengan permintaan pasar. Kesesuaian antara

produk dan permintaan pasar itu harus ditingkatkan lagi, lebih-lebih karena adanya bermacam-

macam produk pariwisata yang ditawarkan dipasar, sehingga setiap produk pariwisata harus

mempunyai daya saing (soekadijo, 1997:240).

2.4 Kriteria penilaian Obyek Wisata

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, komponen-komponen pariwisata diatas akan

dijadikan sebagai faktor dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena komponen pariwisata

tersebut dapat mewakili penilaian terhadap objek-objek wisata yang ada di Kabupaten

Majalengka. Faktor supply dan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Daya Tarik

Pemandangan dan keindahan alam

Kebersihan lingkungan

2. Transportasi

Keterjangkauan lokasi

Sarana angkutan

Kondisi jalan

3. Fasilitas dan Utilitas

Saran komunikasi

Jasa boga

Untilitas

4. Lainnya ( kebijakan pemerintah dan promosi)

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pariwisata

Kampanye atau propaganda

Adapun kriteria yang dapat diberikan terhadap obyek wisata dapat dilihat pada Table 2.3.

Page 20: landasan teori

31

Tabel 2.3

Kriteria Penilaian Obyek wisata

Skor/bobot Kriteria Penilaian

Atraksi Transportasi FAsilitas dan Utilitas Lainnya

Tinggi

Pemandangan yang indah

dan alami

Memiliki ciri khas khusus.

Terjaga kebersihan dan

kenyamanannya

Mudah dijangkau, dekat

dengan jalan utama

Mudah dan tersedia

kendaraa umum (angkot,

omprengan, ojeg)

Kondisi jalan baik

Sarana Komuikasi : telepon

umum.

Jasa boga : rumah

makan/restoran, warung

makan dan minum.

Utilitas : listrik, air bersih,

WC umum, mushola.

Adanya Peraturan-

peraturan yang mengatur

kegiatan pariwisata

Publisitas dan Promosi :

Adanya promosi seperti,

media cetak, elektronik dll

Sedang

Pemandangan cukup indah

dan alami

Memiliki ciri khas umum.

Terjaga kebersihan dan

kenyamanannya

Cukup jauh dari jalan

utama

Ada dan susah didapat

hanya terdapat omprengan

dan ojeg

Kondisi jalan cukup baik

(aspal sedang)

Hanya terdapat fasilitas

dasar yang tersedia :

Listrik, air bersih, WC

umu.

Hanya ada Peraturan-

peraturan yang mengatur

kegiatan pariwisata

Promosi tidak ada

Rendah

Pemandangan kurang

kurang indah dan alami

Tidak memiliki ciri khas

khusus.

kebersihan dan

kenyamanannya tidak

terjaga

sulit dijangkau, jauh dari

jalan utama

tidak ada angkutan umum

kondisi jalan buruk : aspal

rendah, batu, krikil, tanah

Tidak terdapat infrastruktur

kalaupun ada kondisinya

buruk

Tidak terdapat kebijakan

pemerintah atau swasta

Promosi tidak ada

Sumber : hasil kajian, 2009

Inskeep, 1991

Mc. Intosh, 1993;269 Gunn1995,: 57-7; Pendit, 1999;8

Page 21: landasan teori

32

2.5 Teknik Analisis

Analisis pembobotan faktor

Penilaian terhadap derajat pengaruh suatu faktor atau variable faktor terhadap

pengembangan objek wisata di lokasi studi di gunakan dengan pembobotan. Dalam ha ini

dilakukan dengan cara memberikan bobot nilai terhadap derajat pengaruh setiap faktor atau

terhadap variable faktor, seperti yang diungkapka oleh (Sampurno; 1990).

Teknik Matrik Evaluasi

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode Teknik

Matrik Evaluasi (Inskeep,1995;95) yaitu metode yang memberikan penilaian terhadap obyek

wisata yang terdapat di Kabupaten Majalengka, dimana faktor supply yang digunakan dalam

studi ini telah di modifikasi di sesuaikan dengan karakteristik obyek wisata yang terdapat di

Kabupaten Majalengka. Faktor supply yang digunakan sebagai analisis potensi diantaranya

adalah atraksi, transportasi, Fasilitas dan utilitas, kebijakan pemerintah dan promosi.

Faktor supply tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar penilaian dalam

kuisioner yang diberikan pihak yang berkompeten dalam bidang pariwisata, dalam hal ini adalah

Dinas Pariwisata dan pengunjung yang datang ke lokasi objek wisata. Setelah mendapatkan nilai

atau skor dari hasil kuisioner yang disebar maka tahap selanjutnya adalah memberikan bobot

atau nilai pada tiap-tiap faktor supply, masing-masing faktor dianggap memiliki bobot yang

berbeda sehingga dalam perhitungannya diberikan penilaian bobot yang berbeda.

Setelah masing-masing obyek wisata memiliki skor akhir hasil dari perkalian antara nilai

kuesioner dan bobot masing-masing, kemudian di klasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu :

Tinggi (T) = 5, Sedang (S) = 3, Rendah (R) = 1, sehingga dapat diketahui potensi obyek wisata

berdasarkan jenis wisata dan kecamatan. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi

digunakan metode Sturgess (Asiyah,1992;27) :

Interval = Jumlah nilai terbesar – Jumlah nilai terendah

Jumlah kelas

Page 22: landasan teori

33

2.6 Kajian Studi Terdahulu

1. Arni Mahardhika, Teknik Planologi Unpas 2002 “Evaluasi Potensi Pengembangan

Objek Dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Garut”, menulisakan studinya dalam upaya

mengevaluasi potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten

Garut sehingga dapat diketahui objek dan daya tarik wisata potensial yang dapat

dikembangkan di Kabupaten Garut.

Secara keseluruhan studi yang akan dilakukan terdiri dari metode pendekatan studi, metede

pengambilan data dan metode penelitian.

Metode Pendekatan Studi

- Mengidentifikasi Karakteristik objek dan daya tarik wisata yang terdapat di

Kabupaten Garut baik alami maupun budaya.

- Menganalisis potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di

Kabupaten Garut, baik alami maupun budaya.

- Mengklasifikasi objek dan daya tarik wisata.

- Menentukan tingkat pengembangan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Garut.

Metode Pengumpulan Data

- Pengumpulan Data Sekunder, yaitu mempelajari dan mengumpulkan data-data dari

bahan tertulis seperti : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kab. Garut,

dokumen studi terdahulu, jurnal-jurnal ilmiah serta karya tulis yang berkaitan dengan

topik yang dibahas.

- Pengumpulan Data Primer, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi secara

langsung ke lokasi studi, yaitu dengan cara wawancara dan observasi.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunaka dalam studi “Evaluasi Potensi Pengembangan ODTW di

Kabupaten Garut” ini mengacu pada “Teknik Matrik Evaluasi” (Inskeep, 1991 ; 95),

yaitu metode untuk memberikan penilaian/evaluasi terhadap objek dan daya tarik wisata

yang terdapat di Kabupaten Garut. Penilaian terhadap ODTW tersebut bersifat

institutional judgement, yaitu penilaian yang diberikan oleh instansi yang mempunyai

keterkaitan langsung dengan kepariwisataan, diantaranya yaitu Dinas Pariwisata, Seni

dan Budaya Kabupaten Garut, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang

Page 23: landasan teori

34

Garut, wisatawan serta masyarakat umum untuk memperoleh penilaian yang bersifat

objektif.

Rekomendasi Studi

Berdasarkan hasil analisis, telah diketahui bahwa objek dan daya tarik wisata yang

terdapat di Garut Utara dan Garut Selatan memiliki potensi yang cukup baik untuk

dikembangkan. Hal-hal yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan ODTW di

Kabupaten Garut berkaitan dengan studi ini adalah :

a. Perlu adanya kajian lebih lanjut terhadap objek dan daya tarik wisata yang termasuk

dalam klasifikasi sedang terutama ODTW Darajat, ODTW Hutan Sancang dan

ODTW Pantai Rancabuaya, karena berdasarkan hasil penilaian, ODTW ini termasuk

dalam klasifikasi sedang, sedangkan dalam kebijakan pengembangan pariwisata

Kabupaten Garut, ODTW tersebut dijadikan sebagai pusat SKW (Satuan Kawasan

Wisata).

b. Pengembangan objek dan daya tarik wisata yang termasuk dalam klasifikasi sedang

dan rendah dapat dilakukan melalui optimalisasi potensi daya tarik wisata dan

peningkatan penyediaan fasilitas pendukung wisata baik dasar maupun non dasar

serta peningkatan penyediaan fasilitas pendukung wisata baik dasar maupun non

dasar serta peningkatan aksesibilitas melalui penyediaan sarana angkutan umum yang

memadai dan perbaikan prasarana jalan sehingga lokasi objek mudah dicapai.

c. Peningkatan kualitas jalan serta pelayanan sarana angkutan yang menghubungkan

zona utara dengan zona selatan, sehingga distribusi objek dan daya tarik wisata dan

wisatawan tidak terkonsentrasi di Garut Utara.

d. Perlu optimalisasi daya tarik terutama daya tarik khusus pada kecamatan-kecamatan

yang tidak memiliki objek dan daya tarik wisata baik di Kabupaten Garut Utara

maupun Garut Selatan.

Page 24: landasan teori

35

2. Indra Virwandi, Teknik Planologi ITB 2005 “Arahan Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan Karakteristik Sediaan Dan Pengunjung Wisata Di Kawasan Danau

Maninjau”.

Metode Pendekatan Studi

- Analisis penawaran diperoleh dengan mengidentifikasi objek wisata yang

diminati, perbandingan fasilitas dan utilitas objek wisata, ketersediaan

aksesibilitas, dan perkembangan akomodasi pariwisata.

- Analisis permintaan pariwisata mengidentifikasi karakteristik responden yang

meliputi karakteristik demografis (asal wisatawan, kelamin, pekerjaan,

penghasilan, dan pendidikan) dan karakteristik kunjungan (moda, transpor, lama

kunjungan, motif perjalanan, faktor penghambat), serta saran dari wisatawan

mengenai komponen pariwisata.

Metode Pengumpulan Data

- Pengumpulan Data Sekunder, yaitu. Data survei diperoleh dari data – data dan

literatur yang ada di instansi terkait serta buku – buku yang ada kaitannya dengan

survei sekunder itu sendiri. Data ini umumnya sudah terpola sesuai dengan aturan

masing – masing instansi. Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat

sekurang – kurangnya dalam lima tahun terakhir.

- Pengumpulan Data Primer, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi secara

langsung ke lokasi studi, yaitu dengan cara wawancara dan observasi.

Metode Analisis

Analisis penawaran diperoleh dengan mengidentifikasi objek wisata yang diminati,

perbandingan fasilitas dan utilitas objek wisata, ketersediaan aksesibilitas, dan

perkembangan akomodasi pariwisata. Sedangkan analisis permintaan pariwisata

mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi karakteristik demografis (asal

wisatawan, kelamin, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan) dan karakteristik

kunjungan (moda, transpor, lama kunjungan, motif perjalanan, faktor penghambat),

serta saran dari wisatawan mengenai komponen pariwisata.

Rekomendasi Studi

Perlu pengembangan secara menyeluruh untuk tiap objek wisata dari segi

ketersediaan fasilitas dan utilitas, pengembangan daya tarik wisata, serta

Page 25: landasan teori

36

pembangunan objek wisata baru yang memiliki ciri khusus. Pengembangan

pariwisata di Kawasan danau Maninjau memerlukan biaya, sumber daya manusia,

sumber daya alam yang ada maupun yang akan dikembangkan. Selain itu, perlu

pelibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, pembuatan master plan

pariwisata, pemerataan distribusi sarana dan prasarana wisata, serta pemberdayaan

SDM untuk pengelolaan objek wisata.

3. Abrar Weroile,Teknik PLanologi ITENAS 2006 “ Pengembangan Pariwisata Alam Di

kawasan Konservasi”

Metode Pendekatan Studi

Pendekatan yang dilakukan pada pembahasan mengenai strategi pengembangan

Kawasan Wisata Alam di Wilayah Studi bersifat analisis deskriptif kualitatif yaitu

dengan menganalisis masalah melalui pengumpulan data dan meneliti secara cermat

informasi yang relevan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat untuk

diterapkan dalam kawasan studi yang akan direncanakan. Metodologi penelitian yang

akan dilakukan terdiri dari teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Metode Pengumpulan Data

Pada umumnya dalam suatu penelitian data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui

dua cara, yaitu survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan survei

yang dilaksanakan dimana peneliti berhubungan langsung dengan responden di

lapangan, sedangkan survei sekunder dilakukan secara tidak langsung, dimana

peneliti mendatangi organisasi atau kantor yang memiliki dokumen-dokumen yang

mengandung data atau informasi yang dibutuhkan untuk penelitian (Trimadi, 1996 :

30). Survei primer dalam studi ini dilakukan dalam berbagai bentuk diantaranya

dengan observasi visual di lapangan, wawancara dengan instansi dan pengelola yang

berkaitan dengan objek studi dan diskusi kelompok. Berdasarkan keseluruhan teori

metode pengumpulan data yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, maka

diputuskan bahwa metode utama yang digunakan untuk memperoleh data adalah

wawancara kepada aparat institusi yang berperan dalam pengembangan wisata alam

di kawasan konservasi. Pengumpulan data juga dilengkapi dengan pengamatan visual

lokasi studi dan survei sekunder untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang

Page 26: landasan teori

37

berhubungan dengan pengembangan kegiatan kepariwisataan terutama yang

berhubungan dengan konservasi alam.

Metode Analisis

Adapun analisis yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Analisis Internal pengembangan wisata alam di kawasan konservasi dilakukan

dengan mengidentifikasi serta mengkaji kekuatan dan kelemahan(S-W) dari

pengembangan pariwisata alam berdasarkan aspek fisik dasar, fisik binaan, dan aspek

potensi wisata kawasan tersebut.

2. Analisis Eksternal pengembangan wisata alam di kawasan konservasi dengan

melihat peluang pengembangan dan ancaman (O-T) yang mungkin terjadi terutama

persaingan dan kebutuhan wisata dari luar daerah baik terhadap Kabupaten Watan

Soppeng maupun Propinsi Sulawesi Selatan dengan tidak mengabaikan fungsi

konservasi kawasan.

3. Analisis Matriks dua arah SWOT, Sebagai tindak lanjut dari pengkajian ulang

adalah merangkum seluruh faktor internal dan eksternal dalam sebuah matrik. Matrik

di sini disebut SWOT,

Rekomendasi Studi

Hasil perumusan dan penentuan strategi menunjukkan bahwa Kawasan wisata alam

Lejja’ memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk dapat bersaing

dengan obyek wisata lain yang terdapat di lingkup Kabupaten Soppeng maupun

lingkup Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya. Arahan pengembangan yang

perlu diambil adalah prioritas pembangunan di kegiatan konservasi alam, dan yang

terpenting adalah, masyarakat perlu dilibatkan dalam setiap sektor pembangunan

kepariwisataan yang dilakukan, mulai dari tahapan perumusan rencana, hingga

implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian.

Page 27: landasan teori

38

Page 28: landasan teori

39

Page 29: landasan teori

40

Page 30: landasan teori

41

Tabel 2.4

Kajian Studi-Studi Terdahulu

Nama Penulis

Judul

Tahun

Tujuan

Metode

Lokasi

Arni

Mahardhika

Evaluasi Potensi

Pengembangan Objek

Dan Daya Tarik Wisata

Di Kabupaten Garut

Unpas,

2002

Mengevaluasi potensi pengembangan

objek dan daya tarik wisata yang terdapat

di Kabupaten Garut sehingga dapat

diketahui objek dan daya tarik wisata

potensial yang dapat dikembangkan di

Kabupaten Garut

Teknik Matrik

Evaluasi (Inskeep,

1991 ; 95)

Kabupaten Garut

Indra

Virwandi

Arahan Pengembangan

Pariwisata Berdasarkan

Karakteristik Sediaan

Dan Pengunjung

Wisata Di Kawasan

Danau Maninjau

ITB 2005 Memberikan arahan pengembangan

paariwisata di tinjau dari karakteristik

sedaian dan karakteristik pengunjung

wisata di kawasan danau Meninjau

Analisis

penawaran

Analisis

permintaan

Kawasan Danau Maninjau

Abrar

Weroile,

Pengembangan

Pariwisata Alam Di

kawasan Konservasi

ITENAS

2006

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun

strategi yang tepat berkenaan dengan

pengembangan kawasan wisata alam di

wilayah studi sehingga kegiatan wisata

dapat dilakukan pada kawasan lindung

yang memiliki fungsi konservasi SDA

Analisis Internal ,

Analisis Eksternal

, Analisis Matriks

dua arah SWOT

Kawasan Wisata Alam

Lejja’, Kabupaten Soppeng,

Sulawesi Selatan

Adiyana

Rachman

Arahan Pengembangan

Pariwisata di SKW

Talaga Kabupaten

Majalengka berdasrkan

Aspek Sedian

UNPAS

2009

Penelitian ini bertujuan untuk

memberikan Arahan pengembangan

pariwisata berdasarkan Aspek Sediaan.

Teknik Matrik

Evaluasi (Inskeep,

1991 ; 95)

Teknik,

pembobotan

Kabupaten Majalengka