48
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Landasan Teoritis 1. Hakikat Pembelajran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. "Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran cara menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda". 3 Menurut Suherman dkk “cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.” 4 3 Dwi Wahyuni.Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Mengajar. (Program Sarjana Universitas Negeri Malang. 2001) h.8 4 Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Kontemporer. (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.2003) h.260 9

Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

BAB IILANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoritis

1. Hakikat Pembelajran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan

siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan

bersama. "Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran cara

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

kemampuan berbeda".3 Menurut Suherman dkk “cooperative learning

menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya

sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau

tugas.”4

Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

bekerjasama dengan semua siswa dalam tugas-tugas yang tersstruktur disebut

sebagai pengajaran gotong royong atau cooperatif learning. Sistem

pendidikan gotong royong merupakan alternatif menarik yang dapat mencegah

timbulnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem

individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Dengan menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif pada siswa berarti sekolah (guru dan murid) :

3 Dwi Wahyuni.Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Mengajar. (Program Sarjana Universitas Negeri Malang. 2001) h.84 Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Kontemporer. (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.2003) h.260

9

Page 2: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

1) Mengembangkan dan menggunakan keterampilan kooperatif berpikir kritis

dan kerjasama kelompok.

2) Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang

berasal dari latar belakang yang berbeda.

3) Menerapkan bimbingan oleh teman (peer coaching).

4) Menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai – nilai

ilmiah.

5) Membangun sekolah dalam suasana belajar.

Slavin menyatakan bahwa : ”terdapat dua aspek penting yang

mendasari keberhasilan cooperatif learning, yaitu teori motivasi dan teori

kognitif”5.

a) Teori Motivasi

Aspek motivasi pada dasarnya ada dalam konteks pemberian penghargaan

kepada kelompok. Adanya tujuan kelompok (tujuan bersama) mampu

menciptakan situasi dimana cara bagi setiap anggota kelompok untuk

mencapai tujuannya sendiri adalah dengan mengupayakan agar tujuan

kelompoknya tercapai terlebih dahulu.

b) Teori Kognitif.

Asumsi dasar teori – teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi

antar siswa disekitar tugas – tugas yang sesuai akan meningkatkan

ketunasan mereka tentang konsep – konsep penting. Vygotsky

5 Slavin, Robert E. Cooperatif Learning, Research and Practic. (Boston : John Hopkins University .1995) h.16

10

Page 3: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

mendefinisikan zone of proximal development sebagai suatu selisih atau

jarak antara tingkat perkembangan potensial yang ditentukan oleh

pemecah masalah dengan bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama

dengan sejawat yang lebih mampu.

Menurut Muslimin Ibrohim, unsur – unsur dasar pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka ”sehidup sepenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama proses belajarnya6.

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut,

peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang

tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan.

Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga

dituntut tanggung jawab individu.

6 Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif .(Surabaya : Universitas Press .2000) h.18

11

Page 4: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia

akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi

pelajaran tertentu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran

kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran

kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim mengemukakan ciri-ciri

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

”1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.4. Penghargaan lebih berorientasi pada individu7.

Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat

membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat

bekerja dengan optimal.

c. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode-metode yang ada dalam metode kooperatif diantaranya :

”a. Metode TGT (Teams Games Tournament) yaitu metode pembelajarandalam bentuk perbandingan (tournament) antara kelompok yang satudengan yang lain.

b. Metode STAD (Student Teams achievement Divisions) merupakanmetode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitupendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok-kelompokuntuk belajar bersama

c. Metode TAI ( Team Assisted Individualization ) merupakan metodepembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang diterapkan

7 Ibid.h.12

12

Page 5: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawabterhadap siswa yang lemah.

d. Metode pembelajaran Jigsaw adalah metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lain.”8

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke

dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.

Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen.

2. Hakikat Hasil Belajar Tema Budaya Politik

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “hasil belajar adalah suatu

yang diadakan ( dibuat, dijadikan ) oleh usaha. Sedangkan belajar adalah

berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.”9

Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang

melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-

informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan

terhadap materi yang diberikan. Dengan adnya pemahaman dan

penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka

siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi

diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.

8 Lie,Anita. Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Jakarta: PT Gramedia.2002).h.419 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pusataka.1991) h.342.

13

Page 6: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Crow and Crow dalam Sofyan mengemukakan bahwa

“hasil belajar merupakan perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan

sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan sesuatu dan

cara mengatasi masalah pada situasi baru”.10

Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Anni yang menyatakan

bahwa hasil belajar “merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.”11

Dari beberapa definisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan

yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang

diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar.

Robertus Angkowo dan A. Kosasih menungkapkan bahwa :

“Proses pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yang dapat dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan/keterampilan untuk bertindak/prilaku).”12

Dilain pihak Robertus Angkowo dan A. Kosasih membagi tipe belajar

sebagai berikut :

“Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe belajar hasil pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), tipe hasil belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar hasil analisis, dan tipe belajar evaluasi. Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sedangkan tipe hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu (perseorangan).”13

10 Ahmad Sofyan, Prilaku Belajar Siswa MAN, Didaktika Islamika Jurnal Kependidikan,Keislaman, dan Kebudayaan, Vol. IV No. 1, Juni 2003, h. 6511 Anni, Catharina Tri.Psikologi Belajar.( Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.2005).h.412 Robertus Angkowo dan A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 5613 Op. Cit., h. 5

14

Page 7: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Sedangkan menurut Bambang Subali dan Paidi :

“Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.”14

Lebih lanjut Bambang Subali dan Paidi mengungkapkan :

“Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suuatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai.15

Keberhasilan dalam proses belajar pengajaran banyak dipengaruhi oleh

variabel yang datang dari pribadi siswa sendiri, usaha guru dalam

menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran, dan variabel lingkungan

sarana yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran. Disamping

tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil.

Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil

belajar yang optimal pula.

Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar yang dilihat

dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan intelegensi,

kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya

dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk

membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran

dengan baik.

14 Bambang Subali dan Paidi, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi, (Universitas Negeri Yogyakarta : 2002). h.315 Ibid.h.7

15

Page 8: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

1) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal16 :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta didik. Faktor

internal dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yakno faktor fisik dan

faktor non fisik. Faktor fisik mencakup ciri – ciri pribadi seperti umur,

pendengaran dan penglihatan. Sedangkan faktor non fisik atau psikologis

termasuk tingkat aspirasi, bakat dan lain – lain.

Terdapat hubungan antara umur dan pancaindera seseorang. Makin tua

umur seseorang, panca indera akan semakin menurun ketajamannya.

Khusus untuk memfasililtasi peserta didik yang sudah tua, yang

penglihatan dan pendengarannya sudah berkurang maka penerangan ruang

belajar maupun perlengkapan pengeras suara harus diperhatikan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik atau

lingkungannya. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik

seperti keadaan ruangan, perlengkapan belajar, dan lain – lain.

Keadaan ruangan dapat merangsang kognitif siswa. Contoh dengan

ruangan yang tertata rapi dan sehat membuat peserta didik nyaman dalam

belajar. Begitu pula dengan perlengkapan alat dan bahan belajar yang

memadai membuat siswa termotivasi untuk belajar

16 Slameto. Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: Bhumi Aksara. Sugiyono. 2003) h.15

16

Page 9: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Seperti telah diketahui bahwa siswa adalah satu bagian unsur

pendidikan yang mempunyai pengertian sebagai peserta didik yang

menerima materi ilmu pengetahuan dan menimba ilmu pengetahuan pada

lingkungan pendidikan formal yang berguna untuk dirinya sendiri, orang

lain, serta lingkungannya.

Menurut Dimyati : ” siswa adalah subjek didik yang terlibat dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk merespon bahan ajar. Mengajar

adalah membimbing kegiatan yang dilakukan siswa agar siswa tersebut

termotivasi untuk belajar”17. Aktifitas belajar siswa yang dimaksud adalah

meliputi :

1. Aktifitas visual (visual activity) ; seperti membaca, menulis, melakukan

eksperimen dan demonstrasi.

2. Aktifitas lisan (oral activity) ; meliputi tanya jawab dan diskusi.

3. Aktifitas mendengarkan

4. Aktifitas gerak

5. Aktifitas menulis

17 Dimyati. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung : Rosda karya. 1996)h.10-11

17

Page 10: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

2) Fungsi dan Jenis Hasil Belajar

Hasil belajar siswa sangat berguna, terutama untuk mengetahui

kesesuaian antara program yang diajarkan dengan apa yang dicpai oleh sasaran

anak didik. Menurut Azis Wahab, fungsi evaluasi adalah :

(a) Tolak ukur untuk mengetahui kekurangan atau keberhasilan siswa, guru ataupun program pengajaran yang telah disampaikan dengan melalui proses kegiatan belajar mengajar.

(b) Sebagai media klasifikasi, identifikasi serta penalaran diri, nilai moral dan/ atau 1001 maslah.

(c) Sebagai media edukasi (reeducasi), nilai moral.18

Sedangkan menurut Purwato ada tiga fungsi pokok evaluasi dalam

proses belajar mengajar :

(a) Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan anak didik setelah melakukan kegiatan belajar.

(b) Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.

(c) Dengan mengetahui kekurangan, maka kita dapat berusaha untuk mencari perbaikan.19

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka melalui kegitan evaluasi akan

diketahui kemampuan siswa dalam hasil belajarnya, juga dapat diketahui

apakah tugas guru dalam menyampaikan program berguna bagi siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran.

Dari penjelasan diatas, bahwa tujuan hasil belajar siswa memiliki dua

unsur yang sangat penting ; Pertama, untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam bidang kognitif; Kedua, untuk mengetahui laporan pendidikan guna

menjadi laporan kepada orang tua wali murid pada setiap akhir semester.

18 Sudjana,Nana. Penilaian Hasil Dan Proses Hasil Belajar. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2001)h.5719 Ibid.h.57

18

Page 11: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Dengan demikian bahwa fungsi hasil belajar merupakan tolak ukur dari

berhasil tidaknya suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

b. Tema Budaya Politik

Budaya politik difokuskan pada individu (micropolitics), sikap-sikap,

dan motivasi politiknya. Individu merupakan bagian dari masyarakat

(macropolitics).

Hakikat budaya politik adalah :

“suatu masyarakat yang terdiri atas system kepercayaan yang bersifat empiris, symbol – symbol yang ekspresif, dan sejumlah nilai yang membatasi tindakan – tindakan politik. Kebudayaan politik selalu menyediakan arah dan orientasi politik sebagai salah satu aspek kehidupan politik yang menyeluruh.”20

Hubungan antara psikologi politik individu dan sifat system politik

serta subsistem system politik jelas sangat penting. Hubungan antara sikap dan

motivasi individu membentuk system – system politik, karakter dan

penampilan system politik dapat diketahui melalui konsep kebudayaan politik.

Dengan kata lain, mata rantai penghubung antara budaya politik masyarakat

dan budaya politik individu adalah kebudayaan politik itu sendiri. Oleh karena

itu, setiap masyarakat dapat digambarkan dan dibandingkan satu sama lain

melalui cirri struktur fungsional, cirri – ciri budaya, sub budaya, serta peran

budaya itu sendiri.

Salah satu aspek dalam system politik adalah budaya politik. Budaya

politik (Political cultural) adalah keseluruhan pandangan politik yang

20 Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik. (Jakarta : Gramedia Purtaka Utama.1985) h.21

19

Page 12: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

mencakup norma, pola orientasi politik, dan pandangan hidup pada umumnya.

Almond dan Verba mengartikan : “kebudayaan politik suatu bangsa adalah

distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik bangsa tersebut.”21

Dengan kata lain, budaya politik dapat dikatakan sebagai pola tingkah laku

individu berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota

suatu system politik.

b. Tipe-tipe Budaya Politik

Adapun kebudayaan politik terbagi menjadi beberapa macam,

diantaranya adalah sebagai berikut :

“1. Kebudayaan Politik ParokialSecara relative parokialisme murni ini berlangsung dalam system tradisional yang lebih sederhana sehingga spesialisasi politik berada pada jenjang yang paling rendah. Parokialisme dalam system politik yang deferensiatif lebih bersifat afektif dan normative ketimbang kognitif.

2. Kebudayaan Politik SubjekDisini terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap system politik yang diferensiatif dan aspek output dari system itu. Akan tetapi, frekuensi orientasi objek – objek input secara khusus terhadap pribadi sebagai partisipan aktif. Subjek politik menyadari orientasi pemerintah, mereka secara efektif diarahkan terhadap orientasi tersebut dan mereka mungkin menunjukan kebanggaan terhadap system itu.

3. Kebudayaan Politik PartisipanBudaya partisipan merupakan suatu bentuk kultur dimana anggota masyarakat cenderung diarahkan secara eksplisit kepada system sebagai keseluruhan dan terhadap struktur serta proses politik serta proses politik serta administratif. Dengan kata lain budaya partisipan diarahkan kepada aspek input dan output system politik itu sendiri.

4. Kebudayaan Subjek – ParokialSuatu tipe kebudayaan politik dimana sebagian besar penduduk menolak tuntutan – tuntutan eksklusif masyarakat kesukuan, desa, atau otoritas feudal. Sejarah dan rentetan peristiwa sebagai bangsa melibatkan peralihan awal dari parokalialisme local menuju pemerintah desentralisasi. Akan tetapi, peralihan ini dapat diselaraskan pada situasi diaman berlangsung pengembangan budaya subjek.

5. Kebudayaan Partisipan – Subjek

21 Hikam, Mumammad AS. Demokrasi dan Civil Society. (Jakarta : Pustaka LP3ES.1999).h.89

20

Page 13: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Model kebudayaan ini merupakan proses cara peralihan dari kebudayaan Parokial menuju kebudayaan Subjek. Hal yang dilakukan pasti akan mempengaruhi berlangsungnya proses peralihan dari budaya subjek menuju budaya. Dalam budaya subjek partisipan yang bersifat campuran itu, sebagian besar penduduk telah memperoleh orientasi input yang bersifat khusus.

6. Kebudayaan Parokial – PartisipanDalam kebudayaan ini, terdapat masalah kontenporer mengenai pembangunan kebudayaan di sejumlah Negara yang sedang berkembang. Dihampir semua Negara berkembang, budaya politik yang dominan adalah budaya parokial.” 22

d. Budaya Politik yang Berkembang di Indonesia

Pada hakikatnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang

majemuk, plural, atau beraneka ragam. Oleh karena itu, individu dan daerah

atau wilayah di dalamnya juga memiliki perbedaan satu sama lainnya

sehingga memunculkan budaya politik yang heterogen.

Budaya yang sedang berkembang saati ini di Indonesia khususnya

sangat dipengaruhioleh budaya – budaya yang ada di daerah, karena pada

dasarnya budaya-budaya daerah merupakan akan dari kebudayaan yang ada di

Indonesia. Oleh karena itu pula kita selayaknya mengetahui dan memahami

budaya-budaya daerah yang dapat mempengaruhi masing-masing

masyarakatnya dalam prilaku sehari-hari. Berikut beberapa budaya

kedaerahan :

1. Budaya Politik Sunda2. Budaya Politk Jawa3. Budaya Politik Bugis – Makasar 4. Budaya Politik Manado5. Budaya Politik Aceh6. Budaya Politik Minangkabau7. Budaya Politik Batak8. Budaya Politik Papua

22 Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik. (Jakarta : Gramedia Purtaka Utama : Jakarta. 1985).h.15

21

Page 14: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

9. Budaya Politik Bali23

e. Pentingnya Sosialisasi Politik dalam

Pengembangan Budaya Politik

Rush dan Althoff menganggap bahwa :

“sosialisasi politik sebagai suatu proses sehingga seorang individu dapat mengenali system politik. Kemudian ia dapat menentukan persepsinya mengenai politik serta reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik bergantung pada lingkungan tempat individu tinggal maupun kepribadian dari individu tersebut.”24

Sementara itu Alfian berpendapat :

“adanya keeratan hubungan antara pendidikan politik dan sosialisasi politik sehingga ia mengatakan sosialisasi politik dapat dianggap sebagai pendidikan politik dalam arti longgar. Dengan kata lain, sosialisasi politik adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan, orientasi, dan nilai – nilai masyarakat tempat dia berada yang mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lain.25

Proses sosialisasi politik sudah dimulai dari masa kecil dan

diselenggarakan melalui berbagai lembaga dan kegiatan, seperti pendidikan

formal dan informal serta media massa. Melalui kursus-kursus pendidikan

partai menanamkan nilai-nilai idiologi dan loyalitas kepada Negara dan partai

terutama dinegara berkembang, partai politik dapat membantu peningkatan

identitas nasional dan pemupukan integrasi bangsa.

Inti pendidikan politik adalah pemahaman politik atau pemahaman

aspek-aspek politik dari setiap permaslahan. Pemahaman politik dapat

dikatakan sebagai pemahaman konflik. Banyaknya konflik dalam masyarakat

23 Azra, Azyumardi. Menuju Masyarakat Madani. (Bandung : Remaja Rosdakarya.1999)h.72-7324 Nasikum. Sistem Sosial Indonesia. (Jakarta : Rajawali Press.2003)h.2325 Ibid.h.24

22

Page 15: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

itu disebabkan adanya kontroversi, perbedaan pemikiran, dan tindakan

manusia dalam bermasyarakat. Selain itu juga disebabkan oleh adanya

persamaan keinginan dan tingkah laku sehingga muncul banyak persaingan,

kompetisi dan konflik. Hidup bermasyarakat berarti hidup ditengah – tengah

banyaknya dimensi konflik dan ketegangan. Adapun berbuat politik berarti

mempengaruhi dan ikut mengambil keputusan ditengah pertarungan konflik-

konflik tersebut.

Selanjutnya pendidikan politik itu sendiri merupakan suatu proses

memengaruhi individu agar ia mendapat informasi, wawasan dan keterampilan

dibidang politik sehingga sanggup bersikap kritis dan lebih intensional terarah

hudupnya. Juga dapat membentuk warga Negara yang lebih mantap, tidak

terapung tanpa bobot dan tanpa pengarahan ditengah kancah politik.

Selanjutnya ia sanggup mengadakan reorientasi terhadap keadaan sendiri dan

kondisi lingkungannya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tema budaya politik

merupakan pola tingkah laku individu berkaitan dengan kehidupan politik

yang dihayati oleh para anggota suatu system politik. Adapun bentuk dari

budaya politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi antara lain oleh sejarah

perkembangan dari system, agama yang terdapat dalam masyarakat itu,

kesukuan, status social, konsep mengenai kekuasaan, atau kepemimpinan.

Dengan kata lain bahwa budaya politik merupakan orientasi subjektif dari

individu terhadap system politik.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

23

Page 16: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

pencerminan dari proses penerimaan kognitif siswa terhadap materi dalam kegiatan

belajar mengajar dalam hal ini tema budaya politik yang mencakup sub tema

pengertian budaya politik, menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang

dimasyarakat, pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik

dan penerapan budaya politik partisipan.

3. Hakikat Hasil Belajar Tema Budaya Politik Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Ibrahim mengungkapkan bahwa :

“Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman-temannya di universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhan. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa di dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang yang setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,memliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui toturial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi secara individual setiap minggu atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.”26

26 Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif .(Surabaya : Universitas Press .2000) h.36

24

Page 17: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Menurut Nurhadi bahwa :

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.27

Lebih lanjut Rachmadiarti menyatakan bahwa :

“Pada STAD siswa dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembae kegiatan atau perangkat pembel;ajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.”28

Sedangkan menurut Rahayu bahwa "STAD adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus

untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan

kooperatif”.29 Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru menyampaikan

materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4

sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

27 Nurhadi. "Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban". (Jakarta : PT. Grasindo. 2004.)h.116

28 Rachmadiarti, Strategi Pembelajaran. (Bandung : Rosdakarya. 2003)h.1329 Nur, Muhammad. "Pembelajaran Kooperatif”. (Surabaya : Depdiknas.2003) h.13

25

Page 18: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa-

siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6

siswa, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan rendah. 30 Disamping itu

guru juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas yang lainnya seperti

jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan lain sebagainya.

Pembawaan siswa ke dalam kelompok-kelompok perlu diseimbangkan

sehingga setiap kelompok memiliki anggota yang tingkat prestasinya

seimbang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan

kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran

melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi. Secara

individual setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap

individu diberi skor perkembangan.

Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa,

tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampui rata-rata skor

siswa yang lalu. Setiap pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau

dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa

yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor

sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai

kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

30 Slavin, E Robert. Cooperative Learning :Theory, Research, And Practice, (New Jersey: Prentice Hall. 1995) h 68.

26

Page 19: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin: “STAD terdiri dari 5 (lima) komponen utama yaitu

penyajian materi, kelompok, Kuis, skor peningkatan individu, dan

penghargaan kelompok.”31

1. Penyajian materi

Dalam STAD, materi mula-mula diperkenalkan dalam penyajian

materi. Seringkali ini merupakan instruksi langsung atau kuliah-diskusi

yang dipandu oleh guru, termasuk penyajian dengan audio visual.

Dalam hal ini, siswa menyadari bahwa mereka harus memeperhatikan

selama penyajian kelas karena dengan demikian akan mengerjakan kuis

dengan baik, dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok mereka.

Langkah – langkah penyajian materi adalah sebagai berikut :

1) Pembukaan

a) Menyatakan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan

mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa

dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah

kehidupan nyata, atau cara yang lain.

b) Menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan

konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran

tersebut.

c) Mengulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang

merupakan syarat mutlak.

2) Pengembangan

a) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang

31 Ibid. h 71.

27

Page 20: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok.

b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah

memahami makna bukan hapalan.

c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan.

d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut

benar atau salah.

e) Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami

pokok masalahnya.

3) Latihan terbimbing

a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan

yang diberikan.

b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau

menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa

selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

c) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu

lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah

(soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Tim atau kelompok

Tim atau kelompok terdiri atas 4-5 siswa dengan prestasi akademik, jenis

kelamin, ras, dan etnis yang bervariasi. Selama belajar kelompok, tugas

anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan

membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa

28

Page 21: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan

yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu

kelompok.

3. Kuis

Setelah 1 sampai 2 periode penyajian guru dan latihan tim, siswa mengikuti

kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini

bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama

belajar dalam kelompok.

4. Skor peningkatan individu

Ide yang melatarbelakangi skor perbaikan individu adalah memberikan

prestasi yang harus dicapai oleh setiap siswa jika ia bekerja lebih keras dan

mencapai hasil belajar yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa

diberi skor berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa yang lalu pada kuis

yang serupa. Kemudian siswa mendapatkan poin untuk timnya

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dan skor dasarnya.

Cara menentukan skor perkembangan setiap individu menurut

Slavin adalah sebagai berikut:Tabel 2.1

“ Kriteria skor perkembangan

Kriteria PointLebih dari 10 point di bawah skor dasar 510-1 point di bawah skor dasar 10skor dasar sampai 10 point di atas skor dasar 20lebih dari 10 point di atas skor dasar 30nilai sempurna”32 30

32 Slavin, E Robert. Cooperative Learning :Theory, Research, And Practice, New Jersey: Prentice Hall. 1995. h 80.

29

Page 22: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

5. Penghargaan kelompok

Tim dimungkinkan mendapat sertifikat atau penghargaan lain apabila skor

rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu.

Dalam metode pembelajaran STAD terdapat kelebihan dan kelemahan.

Adapun kelebihannya adalah setiap siswa menjadi siap dan dapat melatih kerja

sama yang baik, sedangkan kelemahannya adalah anggota kelompok mengalami

kesulitan dalam membedakan siswa (www. Learning-with-me.blogspot.com).

Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa

untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-

keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar

kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman

sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong

teman mereka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa

belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.

Dengan demikian bahwa hasil belajar tema Budaya Politik metode Koopertif

STAD adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang

heterogen dari semua aspek baik gender maupun keilmuan, yang dalam hal ini setiap

anggota bertanggung jawab atas penugasan tema Budaya Politik sub tema pengertian

budaya politik, menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dimasyarakat,

pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik dan penerapan

budaya politik partisipan. Serta langkah terakhir adalah mengajarkan kepada seluruh

anggota kelompoknya.

30

Page 23: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

4. Hasil Belajar Tema Budaya Politik Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

David De Vries dan Keith Edwards. “Dalam TGT para siswa dikelompokan

dalam tim belajar yang terdiri atas empat orangn yang heterogren”.33Guru

menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk

memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memililki prosedur

belajar yang terdiri atas silus regular dan aktifitas pembelajaran kooperatif.

Games tournament dimaskukan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja

dalam tim.

Sedangkan menurut Nadirin :

“Pembelajaran kooperatif metode TGT adalah suatu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterpkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya yang mengandung unsur permainan dan re-inforcement.”34

Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam

pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinan siswa dapa belajar lebih

rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat

dan keterlibatan belajar.

Jadi secara umumTGT sama dengan STAD, hanya saja TGT

menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis dan sistem skor

kemajuan individu. Dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

33 Slavi. Pembelajaran yang efektif.(Jakarta : Rieneka Cipta, 2008) h.1734 Nadhirin. Metode Pembelajaran efektif.(Jakarta : Rineka Cipta, 2008).h.21

31

Page 24: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti

mereka. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD,

dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya.

Tujuan utamanya adalah kerjasama antar sesama anggota kelompok

dalam suatu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan

antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru.

Pertanggungjawaban individu dalam suatu tim tetap menjadi focus utama

sebagai dukungan anggota terhadap keberhasilan kelompok.

Menurut Setyowati bahwa : “Metode TGT (Teams Games

Tournament) adalah metode pembelajaran dalam bentuk perbandingan

(tournament) anatara kelompok yang satu dengan yang lain.”35

Sedangkan menurut Slavin mengungkapkan bahwa :

“Pembelajaran TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 – 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok masing-masing. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.”36

Pendapat diatas menegaskan bahwa pembelajaran TGT merupakan

pembelajaran dimana siswa dikelompokan dalam suatu tim tanpa melihat

status dan memberikan tanggung jawab untuk saling bekerja sama dengan

anggota kelomppok lain.

Sedangkan menurut Carolyn :

35 Endang Setyowati. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Jigsaw.(Semarang : FIS UNES.2005).h..1036 Slavin. RE. Cooperatif Learning. (Boston : Allya Bacob).h.63

32

Page 25: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

“ Pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) adalah metode pembelajaraan yang melibatkan aktifitas belajar kelompok yang teratur dan terstruktur, dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya, dirinya sendiri serta dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran yang lainnya.”37

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran kooperatif yang

melibatkan aktifitas seluruh siswa dan bekerja sama tanpa harus ada

perbedaan status, melibatkan peran serta siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan re-inforcment.

b. Komponen Metode Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Robert E. Slavin, komponen metode pembelajaran Teams

Games Tournamen (TGT) adalah sebagai berikut :

“Metode Teams Games Tournament (TGT) terdapat lima komponen, yaitu :1. Presentasi kelas yang digunakan guru untuk

memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun juga audiovisual (Fokus).

2. Tim, tim terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal kemapuan akademik, jenis kelamin atau ras dan suku.

3. Game/permainan yang didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain (Turnamen/Pertandingan)

4. Turnamen adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau setelah berhasil dengan lembar kegiatan siswa.

5. Penghargaan tim, dimana guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang. Kelompok yang berhasil mendapatkan nilai

37 Carolyn. Pembelajraran Kooperatif. (Jakarta : Rineka Cipta,1995) h.12

33

Page 26: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

rata-rata melebihi criteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.”38

c. Kelebihan Metode Teams Games Tournament (TGT)

a) Seluruh siswa menjadi lebih siap dan menumbuhkan motivasi siswa untuk

saling membantu dalam menguasai materi.

b) Melatih kerjasama dengan baik, sehingga setiap anggota kelompok tidak

bisa menggantungkan pada orang lain.

d. Kekurangan Metode Teams Games Tournament (TGT)

a) Anggota kelompok semua mengalami kesulitan

b) Mengalami kesulitan dalam membedakan siswa.

e. Persiapan Pembelajaran Metode Teams Games Tournament (TGT)

Persiapan pemebelajaran metode TGT meliputi :

a) Persiapan materi

b) Penetapan siswa dalam tim

c) Penetapan siswa dalam meja turnamen

f. Langkah dan Aktifitas pembelaran Metode TGT

Langkah-langkah dalam metode TGT mengikuti siklus berikut :

a) Pemberian materi pembelajaran, dalam tahap ini guru memberikan materi

pembelajaran.

38 Slavin, RE. Coopertive Learning. (Boston : Allyca Bacon,2008)h.65

34

Page 27: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

b) Belajar Kelompok, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam

kelompok mereka sendiri untuk menguasai materi.

c) Turnamen Akademik, siswa memainkan game akademik dalam

kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga perserta

(kompetisi dengan tiga peserta).

d) Penghargaan tim dan pemindahan. Pemberian materi pembelajaran, skor

tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut

akan diberikan penghargaan apabila mereka berhasil melampaui kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

g. Penilaian

Menurut Robert E. Slavin : “ untuk menentukan nilai-nilai individual,

banyak guru yang menggunakan TGT memberikan ujian tengah semester atau

akhir semester pada tiap-tiap semester, ada juga yang memberikan kuis setelah

turnamen.”39 Oleh karenanya nilai para siswa didasarkan pada hasil kuis atau

penilaian individual lainnya, bukan pada poin-poin turnamen atau skor tim.

Namun jika diperlukan penilaian mengenai kualitas pembelajaran

mereka, disamping menggunakan nilai kuis juga berasal dari poin-poin

turnamen yang meliputi keaktifan, partisipasi, tingkat kecerdasan, ketepatan

jawaban dan kerjasama dalam tim.

Kualitas pembelajaran yang direncanakan oleh guru merupakan

komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan sekolah sebagai

39 Ibid.h.67

35

Page 28: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

lembaga pendidikan. Salah satu indikator yang menunjukan keberhasilan

sekolah adalah prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru sebagai pengelola

kelas dituntut lebih kreatif dalam menciptakan suasana kondusif dalam

belajar, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, maka diperlukan

suatu model pembelajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tema Budaya

Politik adalah hasil belajar yang dicapai siswa tema Budaya Politik pada sub

tema pengertian budaya politik, menganalisis tipe-tipe budaya politik yang

berkembang dimasyarakat, pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan

budaya politik dan penerapan budaya politik partisipan yang melibatkan seluruh

siswa dan bekerja sama tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

B. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran kooperatif adalah pengajaran yang melibatkan

siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan

bersama. Kelompok-kelompok ini tersusun dari siswa yang memiliki

kemampuan yang berbeda dan dalam setiap kelompok bekerjasama untuk

menyelesaikan tugas kelompoknya masing-masing dan membantu untuk

memahami siswa dalam kelompok tersebut yang belum menguasai materi

pembelajaran.

Hasil belajar tema Budaya Politik adalah hasil yang dicapai siswa

dari aktifitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan tema

36

Page 29: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

Budaya Politik pada sub tema pengertian budaya politik, menganalisis tipe-tipe

budaya politik yang berkembang dimasyarakat, pentingnya sosialisasi politik dalam

pengembangan budaya politik dan penerapan budaya politik partisipan.

Hasil belajar tema Budaya Politik metode STAD adalah pembelajaran

dimana siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotkan 4 – 5 orang siswa yang

heterogen baik jenis kelamin, etnik mapupun kemapuan intelektualnya dimana

setiap anggota bertanggung jawab atas penguasaan materi tema Budaya Politik

pada sub tema pengertian budaya politik, menganalisis tipe-tipe budaya politik

yang berkembang dimasyarakat, pentingnya sosialisasi politik dalam

pengembangan budaya politik dan penerapan budaya politik partisipan,

mendiskusikannya dengan anggota tim, sehingga semua anggota tim menguasai

materi pembelajaran.

Hasil belajar tema Budaya Politik metode TGT adalah hasil belajar yang

dicapai siswa tema Budaya Politik pada sub tema pengertian budaya politik,

menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dimasyarakat, pentingnya

sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik dan penerapan budaya

politik partisipan yang melibatkan aktifitas seluruh siswa dalam bekerja sama tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Setiap metode pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing-masing, sama hal nya dengan metode pembelajaran STAD dan TGT. Akan

tetapi penulis berkeyakinan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

37

Page 30: Landasan Teori Metode Pembelajaran Kooperatif

lebih unggul dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif TGT dalam

penguasaan materi tema Budaya Politik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, diduga terdapat pengaruh antara metode

pembelajaran kooperatif STAD dengan metode pembelajaran kooperatif TGT

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn tema Budaya Politik di kelas

XI pada SMAN 1 Bojong Manik Kabupaten Lebak.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir diatas maka hipotesis dalam

penenlitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan positif antara hasil belajar siswa pada konsep Budaya

Politik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan hasil belajar siswa pada konsep Budaya Politik dengan mengunakan

pembelajaran TGT pada siswa Kelas XI SMAN 1 Bojong Manik.

2. Hasil belajar siswa konsep Budaya Politik dengan menggunakan metode

pembelajaran tipe STAD lebih baik / tinggi dibandingkan dengan hasil belajar

siswa pada konsep Budaya Politik dengan mengunakan metode pembelajaran

TGT siswa Kelas XI SMAN 1 Bojong Manik.

38