8
Landform Merapi Filed under Goresan Tangan Budi irawan ,Perencanaan Wilayah dan Kota ,Yogyakarta :. Bismillah…. .: Pengembangan Kawasan Merapi Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu 1. Bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan 2. Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya). yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya ditunjukan dengan adanya erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk kaldera yang besar. Kaldera merupakan sebuah kawah besar yang terbentuk akibat dari letusan gunung berapi, kaldera ini berasal dari bahasa Spanyol yang berarti wajan. Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari puncak Merapi. Satuan dari bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, seperti satuan kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL), satuan kakilereng gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk). Keempat satuan tersebut akan dibahas satu persatu dalam sebuah penjabaran di bawah ini 1. Kerucut Kerucut puncak Merapi, sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Disebut anyar karena keberadaannya yang baru, dalam bahasa jawa Anyar berarti baru. Baru karena menurut sejarah gunung ini gunung baru itu berusia 2000 tahun yang lalu hingga saat ini. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi saat ini berupa

Landform Merapi.doc

  • Upload
    isha

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Landform Merapi.doc

Landform MerapiFiled under Goresan Tangan Budi irawan,Perencanaan Wilayah dan Kota,Yogyakarta

:. Bismillah…. .:

Pengembangan Kawasan Merapi

Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu

1. Bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan

2. Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya).

yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang

sampai kaki lereng.

Struktur vulkanik yang besar biasanya ditunjukan dengan adanya erupsi yang eksplosif dan effusif, yang

dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk

kaldera yang besar. Kaldera merupakan sebuah kawah besar yang terbentuk akibat dari letusan gunung

berapi, kaldera ini berasal dari bahasa Spanyol yang berarti wajan.

Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng

Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling

muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan

lahar. Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari bentuknya,

dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh

lebih runcing. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat. Hal ini

didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak

yang dekat dari puncak Merapi.

Satuan dari  bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan  menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, seperti

satuan kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL), satuan kakilereng

gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk).

Keempat satuan tersebut akan dibahas satu persatu dalam sebuah penjabaran di bawah ini

1. Kerucut

Kerucut puncak Merapi, sering disebut sebagai

Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Disebut anyar karena keberadaannya yang

baru, dalam bahasa jawa Anyar berarti baru. Baru karena menurut sejarah gunung ini gunung baru itu

berusia 2000 tahun yang lalu hingga saat ini. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini.

Kawah utama Merapi saat ini berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya.

Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara umum, dataran puncak Merapi

tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi di

luar kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol dan Woro, bagian tenggara

dataran puncak. Kemiringan lereng sangat curam : mencapai > 25° Elevasi : 2960 – 1800 m dpi.

Page 2: Landform Merapi.doc

2. Lereng

Lereng adalah sisi atau bidang pada tanah yang landai atau miring, yang biasanya berdampingan

dengan perbukitan atau gunung.

Lereng Merapi pada bagian barat  merupakan daerah aliran guguran dan piroklastik. Aliran piroklastik

adalah salah  satu hasil letusan gunung berapi yang

bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Aliran ini dapat bergerak

dari gunung berapi dengan kecepatan 700 km/h. Gas dapat mencapai temperatur diatas 1000 derajat

Celsius. Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering terlanda awanpanas. Daerah lereng timur

sebagai bagian dari struktur Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi. Lereng ini lebih banyak

tedutup dengan vegetasi. Morfologinya nampak dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan sesar yang

berbentuk tapal kuda yang melalui bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.

Lereng kaki Merapi tersusun dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu

sungai. Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng,

Sat, Lamat dan Senowo. Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material

produk letusan. Kemiringan lereng pada umumnya curam: mencapai 250 -15°. Elevasi : 1800 -1000 m

dpl.

3. Kaki Gunung

Kaki gunung adalah sebuah bidang atau sisi yang berada pada bawah dari lereng merapi, kondisi

tanahnya cenderung landai.

Pada daerah kaki gunung ini merupakan tempat atau daerah yang memiliki potensi tanah yang subur

dan kaya akan air, disamping itu suhu udara relatif dingin sehingga sangat tepat jika lahan ini

dimanfaatkan sebagai tempat perkebunan, maupun tempat penanaman pakan ternak, karena

kondisinya yang sangat subur. Pada kaki gunung ini telah terdapat sungai – sungai yang mengalir setiap

saat karena telah memiliki mata air yang aktif, sehingga sungai – sungaipun terus mengalari air

sepanjang tahun. kemiringan 10° – 5°. Elevasi 425 – 200 m dpl

4. Dataran Kaki

Dataran kaki merupakan sebuah bidang atau sisi yang berada dibawah kaki gunung, kondisi

morfologinya cenderung datar, daerah ini di manfaatkan sebagai tempat permukiman penduduk, kondisi

tanah banyak mengandung air, lahan subur dan cukup aman dari ancaman gunung merapi, sehingga

daerah ini cukup ideal untuk di manfaatkan sabagai area permukiman penduduk.

Berbicara mengenai tingkat  curah hujan pada dataran tinggi sangatlah tinggi, alhasil tarjadilah berbagai

erosi di beberapa tempat, erosi – erosi tersebut mengalami sebuah proses, yakni proses erosi vertikal

yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-

lembah sungai yang curam dan rapat yang dibatasi langsung oleh igir-igir yang runcing dengan pola

mengikuti aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama sehingga membuat

terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi serta kemiringan lereng yang curam pada

bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mata

air membentuk sabuk mata air (spring belt),sehingga daerah ini sangat banyak terdapat mata air dan

baik untuk dimanfaatkan dalam berbagai keperluan seperti minum dan pengairan perkebuanan ataupun

sawah, kondisi tanahpun sangat subur.

Bentuk atau Pola aliran sungai yang terbentuk dari proses geomorfologi yang bekerja pada batuan di permukaan, membentuk pola yang relatif annular sentrifugal dengan anak-anak sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk lereng pertama. Kemudian beberapa sungai kembali bertemu pada tekuk lereng kedua, dan seterusnya. Kerapatan aliran anak sungai ini umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang semakin menurun kerapatannya ke arah lereng bawah dan kaki lereng.

Page 3: Landform Merapi.doc

Peta : Aliran Sungai Utama Di Wilayah MerapiPola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-kiri sungai, pola kelurusan

kontur yang  melingkar serta break of slope

yang berasosiasi dengan spring belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di bagian atas,

hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya pertanian di bagian kaki lereng sampai

dataran fluvialnya. Permukiman dapat dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang ke

arah bawah yang mempunyai kerapatan semakin padat.

Kenampakan dari foto udara, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada ketinggian atau klas lereng

sama, semakin ke bawah semakin halus; rona agak gelap sampai gelap; pola agak teraturdan umumnya

kenampakan fisik mempunyai pola yang kontinyu. Kenampakan yang khas adalah bahwa pada pusat

kepundan akan terlihat suatu kerucut yang di sekitarnya terdapat hamparan hasil erupsi tanpa vegetasi

penutup sedikitpun. Bekas-bekas aliran lava cair akan tampak berupa garis-garis aliran di sekitar

kepundan dan berhenti membentuk blok-blok dinding terjal akibat pembekuan di luar.

FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI

Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran – Telomoyo – Merbabu –

Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu – Merapi – Sumbing – Sindoro – Slamet. Kelurusan vulkanik Ungaran-

Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan

berangsur-angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke

selatan. Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di

Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak

pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang berorientasi utara-selatan dan Sesar

Solo yang berorientasi barat-timur.

Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang pada area kawasan gunung merapi, yang paling terpenting haruslah memperhatikan

keselamatan warga yang terdapat pada kawasan yang rawan akan ancaman merapi, seperti di lereng

merapi, faktor keselamatan sangatlah penting untuk dikedepankan, sehingga pengembangan kawasan

merapi kembali mengedepankan faktor – faktor keselamatan warga setempat dengan memperhatikan

Page 4: Landform Merapi.doc

area – area yang telah terkena akan kedahsyatan merapi, seperti tempat – tempat yang terkena wedus

gembel, daerah yang terkena serangan lahar dan lava, karena kejadian dialam bersifat siklus dan akan

berulang dengan interval yang berbeda (prinsip dasar geomorfologi), dengan memperhatikan berbagai

aspek tersebut diharapkan akan meminimalisir terjadinya korban jiwa.

Rencana pada kubah merapi ialah dengan cara membiarkan saja daerah tersebut, karena tidak ada yang

bisa hidup pada daerah yang lerengnya sangat terjal, di samping itu juga diatas tidak bisa tumbuh –

tumbuhan karena tidak pernah di sentuh air hujan. Sehingga lahan tersebut dibiarkan saja.

Kawasan di lereng merapi lebih baik jika di manfaatkan untuk kawasan konservasi lahan, terutama untuk

dijadikan kawasan hutan lindung, disamping membantu penjagaan dan penyerapan air juga

dimanfaatkan untuk menghambat laju turunyya wedus gembel ataupun  lava akibat muntahan merapi,

sehingga penduduk di bawahnya masih dapat menyelamatkan diri dengan cepat. Jika telah terdapat

permukiman maka penduduknya harus siap siaga karena berada pada kawasan waspada, sehingga jika

sewaktu – waktu diminta untuk pindah maka harus pindah, demi keselamatan bersama.

Pengembangan kawasan di kali gendol tempat

penambangan pasir, foto di bawah ini diambil pada tahun 2011, berada pada kecamatan Cangkringan,

desa Kepuhrejo yang diperkirakan berjarak+ 10 KM dari gunung merapi. Terlihat pada gambar

disamping bahwa terdapatnya kegiatan penambangan pasir pada kali Gendol, kegiatan penamabangan

ini di legalkan oleh pemerintah setempat, hal ini di tujukan disamping untuk memberikan lapangan

perkerjaan dan pemasukan pendapatan asli daerah juga di peruntukan agar kali gendol kembali kepada

kondisi semula, jika sewaktu – waktu merapi kembali meletus dan mengeluarkan meterialnya, maka kali

gendol dapat mengalirinya tanpa harus meluberkan material ke permukiman ataupun jalan – jalan yang

terdapat disisi kali. Merapi memberikan barokah tersendiri dengan mengeluarkan banyak sekali pasir

dan batu, namun tak sedikit pula merapi meluluh lantakkan rumah – rumah penduduk dan menelan

korban jiwa, kondisi yang tampak pada gambar diatas terkesan gersang namun perlu diketahui daerah

ini terdapat sangat banyak sabuk – sabuk mata air, sehingga lahan cukup subur, keadaan banyaknya

pepohonan mati dikarenakan terkena wedus gembel beberapa waktu yang lalu, sehingga lahan ini juga

alangkah baiknya di biarkan sehingga tumbuh semak – semak yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak, karena jika ditanami pohon masih belum bisa hidup karena kondisi tanah yang cenderung masih

panas dan merusak akar pohon itu sendiri.

Perencanaan kawasan pada kaki gunung dan dataran kaki gunung, cukup baik dijadikan kawasan

permukiman, kawasan ini masih cukup aman dari ancaman merapi, ketersediaan air juga banyak, tanah

subur, dan morfologi tanah landai hingga datar, yang perlu diperhatikan pada kawasan ini adalah agar

Page 5: Landform Merapi.doc

tidak membangun bangunan pada bantaran kali karena jika sewaktu – waktu merapi kembali

mengeluarkan materialnya dan mengalir ke kali – kali maka dikawatirkan akan berdampak pada

peluberan dari material yang tidak dapat mengikuti alur sungai yang berkelok – kelok, oleh karena itu

para ahli menetapkan jarak minimal untuk permukiman pada bantaran kali yang berhulu di merapi

berjarak 100 meter dari bibir kali.

Ancaman dan Masalah

Bahaya gunung Merapi dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

merupakan bahaya yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan. Sedangkan, bahaya sekunder

merupakan bahaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan. Bahaya

primer yaitu awanpanas letusan, lemparan material letusan dan abu letusan. Bahaya sekunder yaitu

lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal dan bahkan kekurangan pangan.

Awanpanas saat ini merupakan kejadian yang paling berbahaya di Merapi. Suhu yang tinggi, mencapai

3000C merupakan faktor yang paling berbahaya dari awanpanas. Material panas hancuran dari kubah

lava meluncur menyusuri lereng dengan asap yang membubung tinggi bergulung-gulung dengan

kecepatan luncur yang dapat mencapal 90 kilometer per jam. Sebagai ilustrasi, jarak 5 kilometer dari

puncak akan tercapai oleh awanpanas pada waktu 3-4 menit. Walaupun material awanpanas mengalir

menyusuri alur hulu sungai, asap awanpanas mengikuti aliran materialnya dan dapat membubung tinggi

mencapai 1-2 kilometer.

Awanpanas menyapu dan membakar daerah yang dilaluinya. Asap yang bergulung-gulung dapat

membakar daerah sekitar jalur aliran. Sebagai aliran suspensi material abu, pasir, kerikil, batu dan gas

yang bertekanan tinggi, awanpanas biasanya lebih tidak berisik dari pada guguran biasa. Awanpanas

dari longsoran kubah lava aktif sangat berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu.

Kalau awan panas sudah atau sedang terjadi penanggulangannya sangat sulit. Bahaya awanpanas hanya

bisa dihindari dengan tidak terlalu dekat dengan jalur-jalur awanpanas yaitu hulu-hulu sungai yang ada

di lereng Merapi. Karena awanpanas Merapi terutama berasal dari kubah lava maka alur yang paling

mungkin terkena adalah daerah yang ada lurus di bawah lidah kubah lava aktif dan disebelah kanan-kiri

dari alur tersebut.

Sampai saat ini ancaman awanpanas masih ke arah sektor selatan, barat daya, baratdan barat laut.

Kubah lava Merapi mempunyai orientasi yang bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tingkat resiko

bahaya di suatu daerah juga tergantung kondisi kubah pada saat itu.

Lontaran bahan letusan, walaupun saat ini jarang terjadi, juga berbahaya bagi kampungkampung yang

berada pada posisi dekat, kurang dari 3 kilometer dari Merapi. Lontaran bahan letusan hanya terjadi

pada saat letusan mengarah vertikal atau jenis letusan vulkanian dan plinian. Bahaya in! juga

mengancam para pendaki yang sedang melakuka.n pendakian di G. Merapi pada saat aktivitas Merapi

sedang giat-giatnya. Itulah sebabnya pada saat status Merapi dalam tingkat “Siaga” dianjurkan untuk

tidak melakukan pendakian.

Abu letusan, atau hujan abu, bukan merupakan bahaya yang besar bagi penduduk. Iritasi tenggorokan

merupakan kejadian yang paling sering dialami oleh penduduk yang terkena hujan abu. Abu pada

beberapa kasus dapat mematikan tanaman pertanian penduduk. Masker penutup hidung (dari kain)

sudah cukup untuk mengurangi dampak negatif abu vulkanik.

Gas beracun di Merapi hampir tidak ada. Namun demikian bagi para pendaki yang berada di puncak

Merapi dan terlalu dekat dengan solfatara tetap acta resiko untuk terserang keracunan gas vulkanik.

Dianjurkan untuk menggunakan masker gas atau paling tidak saputangan yang dibasahi air untuk

menutup hidung pada saat berada di daerah solfatara Merapi di puncak.

Lahar merupakan aliran lumpur dan batu dari material hasil erupsi yang oleh karena adanya tambahan

air dari hujan terbawa turun dan mengalir sebagai aliran pekat. Dua unsur penyusun lahar yaitu material

lahar yang berupa endapan hasil erupsi yang berada di lereng Merapi dan air yang berasal dari hujan.

Material lahar yang sangat berpotensi adalah material hasil erupsi yang masih baru dan belum

terpadatkan. Itulah sebabnya resiko lahar cukup tinggi apabila terjadi hujan lebat dalam beberapa

Page 6: Landform Merapi.doc

hari/minggu sesudah letusan. Selama ini aliran pada umumnya mengalir di alur-alur sungai yang berhulu

di Merapi.

Demikian sehingga bahaya lahar mengancam terutama para penambang pasir di alur sungai di lereng

Merapi. Disamping bahayanya lahar juga bermanfaat karena menurunkan material pasir ke ketinggian

yang lebih rendah. Cara penanggulangan lahar saat yang paling sederhana adalah dengan menghindari

alur sungai pada saat terjadi hujan lebat di lereng Merapi terutama yang masih terdapat material

lepasnya.

Rekomendasi

Rekomendasinya adalah agar para penduduk dilereng merapi senantiasa selalu waspada, dan siap untuk

mendengarkan perintah dari ahli vulkanologi jika diminta untuk mengungsi maka harus mau dan siap

untuk diungsikan, dan berusaha mencari tempat tinggal yang relatif lebih aman pada lereng merapi

tersebut, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar : Tingkat keamanan masing – masing dusun

Dengan memperhatikan area – area yang aman dan tidak aman berdasarkan para ahli maka akan dapat

meminimalisir terjadinya kerugian dan bahkan korban jiwa, di samping itu juga masyarakat disekitar

merapi harus sadar betul dimana posisi mereka berada dan pada ring atau kawasan apa mereka tinggal,

dengan begitu mereka akan lebih tanggap dan siap siaga setiap saat.

Dataran Fluvial Vulkanik

berkaitan dengan tulisan diatas bahwasanya secara morfologi, kawasan Gunung Merapi bagian selatan

merupakan lereng gunungapi yang ke arah selatan mempunyai elevasi semakin kecil dan akhimya

berubah menjadi dataran fluvio-vulkanik di Yogyakarta, dtaran inilah yang kini menjadi permukiman

yang padat penduduk dan berkembang, disamping itu pula, pusat pemerintahan terdapat pada kota

Yogyakarta yang merupakan dataran fluvial vulkanik.

dataran fluvial ini terbentuk akibat endapan dari materi – materi endapan piroklastik, yang berasal dari

letusan gunung merapi. Sehingga dataran ini biasanya dilalui sungai – sungai yang biasanya membawa

materi akibat letusan merapi pada daerah hilir sungai atau bagian selan merapi, seperti yang terdapat

pada kota Yogyakarta yakni sungai Code, sungai Winongo dan sungai Gajahwong.

Rencana tata ruang pada dataran fluvial, terutama di pinggiran kali atau sungai maka yang perlu

diperhatikan adalah kesiap siagaan masyarakat tersebut dalam mewaspadai bencana banjir, terutama

jika terjadi hujan yang berkepanjangan pada daerah dataran tinggi atau merapi. Dalam hal ini kita ambil

contoh kali Code, kali ini berada pada dataran fluvial.

Page 7: Landform Merapi.doc

Pada gambar disamping dapat dilihat banyaknya

permukiman padat pada sempadan sungai. Gambar disamping berada pada dataran fluvial. Idealnya

pada sempadan sungai, terutama sungai – sungai yang berhulu di merapi harus memiliki sempadan

sungai yang jelas, yakni berjarak 100 meter dari bibir sungai. Namun pada saat ini sangat banyak rumah

– rumah yang berdiri di bantaran sungai code seperti yang tampak pada gambar diatas, ada beberapa

kreteria rumah yang mestinya di terapkan pada rumah – rumah di bantaran kali demi mengantisipasi

datangnya bencana, kreterianya adalah

1. Memiliki pondasi yang kuat dan kokoh

2. Memiliki struktur rangka dan dinding yang kuat

3. Membuat bangunan yang siap ditinggikan

Beberapa kreteria diatas merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi rumah – rumah yang berada pada

bantaran kali, disamping itu juga perlu memperhatikan aliran drainase yang baik agar tidak mencemari

kali dan merusak habitat ataupun kehidupan yang ada dibawahnya.

Ancaman dan Masalah

Ancaman yang terdapat pada kawasan pinggir kali ini adalah banjir akibat dari curah hujan yang tinggi

pada dataran tinggi atau daerah gunung merapi, terjadinya sedimentasi atau pendangkalan yang

diakibatkan dari turunnya material merapi yang terbawa oleh arus sungai, terjadinya banjir lahar dingin,

rentan terhadap spill over material vulkanik seperti pasir, kerikil dan bom atau batu – batu besar yang

terbawa oleh arus deras.

Rekomendasi

Dalam pengembangan kawasan di bantaran kali haruslah memperhatikan banyak aspek terutama aspek

– aspek kebencanaan, sehingga perlu melakukan antisipasi – antisipasi dini dengan cara

mengembangkan wawasan bahaya bencana di bantaran kali dengan berbagai kegiatan penyuluhan dan

sebagainya.

Sumber : Diambil dari berbagai Artikel di Internet serta Kuliah Geomorfologi 2011 dan Pengamatan serta

survey lapangan 2011

:.  Berbuat Bermanfaat  .: