Upload
teguh-hariyanto
View
2.666
Download
234
Embed Size (px)
Citation preview
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM STUDI AERONAUTIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN
YOGYAKARTA
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT. DIRGANTARA INDONESIA
S.U AIRCRAFT SERVICE (ACS)
BANDUNG
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Ketua JurusanProgram Studi Aeronautika
STTKD Yogyakarta
Kol. (Purn) SUKIRMAN HD
Ketua STTKD Yogyakarta
Marsda TNI (Purn) UDIN KURNIADI, SE
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT. DIRGANTARA INDONESIAS.U AIRCRAFT SERVICES (ACS)
BANDUNG
Disusun oleh :1. BUDI HARTANTO 05010082. CARLIJAN 05010113. GUNAWAN 0501009
Bandung, April 2008
Telah disetujui dan disahkan oleh :MGR. MANAJEMEN SDM & ADM - ACS
DEDDY D. HERMANA NIK : 831649
ATASAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II PEMBIMBING
NAZZARUDIN HARYANTO AGUS RIYANTONIK : 850286 NIK : 069007 NIK : 820105
Mengetahui :A.n KADIV. SUMBER DAYA MANUSIA
MANAGER PELATIHAN & PENGEMBANGAN SDM
IR. BAMBANG SUGIHARTONO NIK : 851209
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat,hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Lapangan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yang bertempat di SU
Air Craft Service yang merupakan bagian dari PT.DI (Dirgantara Indonesia)
dengan waktu yang dilaksanakan pada tanggal 25 Februari – 25 April 2008.
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan tugas yang harus ditempuh setiap
mahasiswa untuk menyelesaikan program Studi Aeronautika Sekolah Tinggi
Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta.
Sungguh banyak pengalaman yang berharga bagi penulis dengan
mengikuti praktek kerja lapangan di SU.Air Craft Services PT.Dirgantara
Indonesia. Dengan mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan tersebut maka
penulis dapat mengetahui secara langsung pelaksanaan C-check pada
pesawat,terutama tentang pelaksanaan C-check pada landing gear. Mulai dari
komponen, fungsi,trouble shoting serta proses removal/installation. Penulis juga
mengetahui tentang proses pelaksanaan C-check mulai dari persiapan,pelaksanaan
sampai dilakukan inspeksi oleh Quality Assurance.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan dan sumber
informasi bagi mahasiswa program studi Aeronautika ataupun khalayak umum.
Penulis menyadari bahwa laporan ini kurang sempurna, maka saran dan kritik dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk menjadikan laporan ini lebih baik lagi.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Bandung, April 2008
P
enulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis sangat bersyukur atas terlaksananya kegiatan praktek kerja
lapangan di S.U Air Craft Service (ACS) PT Dirgantara Indonesia. Semua itu
tidak akan tercapai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan nikmat serta karunia-Nya
2. Ayah dan Ibunda tercinta kami yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun material
3. Bapak Agustiono dan Bapak Agus Riyanto selaku pembimbing kami
4. Karyawan aircraft services bagian landing gear : Pak Ali, Mas Nanang,
Pak Darwin, Pak Yusuf, Pak Hatta, Pak Dede, dan Pak Pontus atas segala
informasi dan bimbingannya
5. Bapak Ginanjar selaku bagian administrasi
6. Bapak Marsda TNI (purn) Udin Kurniadi, SE selaku ketua Sekolah Tinggi
Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta
7. Bapak Kol (purn) Sukirman HD selaku ketua Program Studi Aeronautika
Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta
8. Seluruh jajaran Direksi, Staff, dan karyawan S.U Aircraft Services
9. Teman-teman Aeronautika 2005
10. Teman-teman dari STTA, UNNUR, ATAS, dan TUTUKO atas
bantuannya
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis.
Tiada kata yang dapat terucap dari penulis selain terima kasih yang tulus. Semoga
Allah SWT dapat membalas semua jasa baik kepada semua pihak yang telah
membatu penulis dalam menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perguruan tinggi adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan sebagai sarana pengembangan mahasiswa untuk menjadi manusia
yang kritis, dan memiliki ilmu pengetahuan serta ketrampilan untuk
menghadapi era globalisasi yang sarat akan persaingan. Sekaligus memiliki
sikap dan kemampuan akademis yang akan mampu untuk menerapkan dan
mengembangkan ilmu yang didapat melalui bangku perkuliahan kedalam
kehidupan maupun dunia kerja. Tujuan umum pendidikan tinggi adalah
membentuk sarjana yang mampu menghadapi kemajuan perkembangan
zaman. Untuk itu seorang mahasiswa dituntut untuk mampu menyerap ilmu
pengetahuan sebanyak mungkin untuk menunjang pengabdiannya kelak
dimasyarakat. Dengan menyerap ilmu pengetahuan, maka diharapkan seorang
mahasiswa akan siap dalam menghadapi dunia kerja. Pengetahuan tersebut
dapat diperoleh dari kegiatan akademis maupun non akademis.
Oleh karena itu program praktek kerja lapangan sangat diperlukan
sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku
perkuliahan . Dengan adanya kegiatan praktek kerja lapangan, maka
diharapkan seorang mahasiswa akan mengetahui lingkungan dunia kerja dan
akan lebih siap dalam menghadapi persaingan .
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tolak ukur antara ilmu yang diperoleh mahasiswa dengan
komunitas dan lingkungan kerja.
2. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama di bangku
perkuliahan.
2. Untuk mengetahui dan memahami lingkungan kerja yang sesungguhnya.
3. Untuk meningkatkan kemampuan dan menambah pengalaman mahasiswa
.
1.3 Batasan masalah
Agar pembahasan tidak mengalami penyimpangan dari maksud dan tujuan,
maka penulis melakukan pembatasan masalah yang akan dibahas. Adapun
pembatasan masalah dalam laporan ini hanya mengenai ulasan secara umum
tentang komponen-komponen yang ada pada landing gear.
1.4 Metode penyusunan Laporan
1. Studi pustaka
Data yang diambil bersumber dari literatur seperti buku perpustakaan,
Maintenance Manual Maintenance Planning Data dll.
2. Observasi
Data yang diambil berdasarkan pengamatan saat praktek di lapangan.
3. Wawancara
Data yang diambil berdasarkan wawancara dengan pihak yang
bersangkutan seperti pembimbing lapangan, engineering, mekanik dll.
1.5 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dan komposisi bab yang terkandung dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta batasan masalah
dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan.
2. Bab II. Profil P.T dirgantara Indonesia
Bab ini berisi tentang tinjauan umum dan profil dari P.T Dirgantara Indonesia
yang menjelaskan tentang sejarah, visi dan misi struktur organisasi serta
aktivitas bisnis dari perusahaan tersebut.
3. Bab III. Landasan Teori
Bab ini akan membahas deskripsi umum tentang Landing Gear, karakteristik
Landing Gear, pengoperasian, fungsi dan komponen Landing Gear.
4. Bab IV. Main Gear Wheel and Tire Removal/Installation
Bab ini berisi tentang ulasan proses removal/installation pada main gear wheel and tire.
5. Bab V. Penutup
Pada bab terakhir berisi kesimpulan selama melaksanakan praktek kerja lapangan dan saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA
2.1 Sejarah Perusahaan
PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan
penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang
bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang.
Diawali dengan membangun dasar penguasaan teknologi melalui lisensi,
perusahaan yang berdiri pada tanggal 23 Agustus 1976 ini, memproduksi
helicopter dan pesawat terbang NBO-105, Super puma NAS-212, dan 3 tahun
kemudian mengintegrasikan teknologi, PT. Dirgantara Indonesia bersama CASA
merancang dan memproduksi CN-235.
Kemudian dalam rangka memantapkan kehadirannya dalam masyarakat
industri kedirgantaraan dunia serta meningkatkan kemampuan sebagai industri
pesawat terbang, kerja sama internasional ditandatangani, antara lain dengan
Boeing Company, menghasilkan komponen pesawat Boeing, dengan Bell
Helicopter Textron, memproduksi NBELL-412.
Selanjutnya, dengan penguasaan teknologi serta keahlian yang terus
berkembang, PT. Dirgantara Indonesia merancang bangun N250, generasi
pesawat penumpang subsonic dengan daya angkut 64-68 penumpang dengan fly
by wire system. Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan untuk pertama
kalinya pada tanggal 10 Agustus 1995, dan telah menjalani sekitar 600 jam uji
terbang. Kemudian diteruskan dengan mengembangkan N2130 pesawat jet
transonic dengan inovasi baru, dalam tahap preliminary design. Namun, kedua
program tersebut terhenti karena adanya kendala pendanaan.
Pada tahun 1998, sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter pada
tahun sebelumnya, industri ini mempersiapkan paradigma baru. Melalui
paradigma ini, PT. Dirgantara Indonesia lebih berorientasi bisnis dengan
memanfaatkan teknologi yang telah diserap selama tiga windu, sebagai ujung
tombak dalam menghasilkan produk dan jasa.
2.2 Profil Perusahaan
PT. Dirgantara Indonesia terletak di Jalan Padjajaran No 154 Bandung dan
merupakan perusahan satu-satunya di Indonesia yang menangani masalah
pembuatan Pesawat terbang.
PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahan kelas dunia
dalam bidang industri dirgantara yang telah berhasil sebagai industri manufactur
dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya bidang Pesawat terbang tetapi
juga dalam bidang lain, seperti teknologi informasi, telekomunikasi, otomotif,
maritime, militer, otomasi dan control, minyak dan gas, turbin industri teknologi
simulasi, dan engineering services.
PT. Dirgantara Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sejak tahun 1997. Pendirian PT. Dirgantara Indonesia didasarkan pada PP. No. 12
tanggal 5 April 1976, dan mulai resmi berdiri sebagai perusahan pada tanggal 23
Agustus 1976.
Pada awal tahun 2004, program restrukturisasi perusahaan yang mencakup
reorientasi bisnis dan penataan ulang SDM digulirkan, postur karyawan menyusut
dari 9.670 menjadi sekitar 3.500 orang dan PT. Dirgantara Indonesia
memfokuskan bisnisnya dari 18 menjadi 5 satuan usaha, yang maliputi :
1. Aircraft
2. Aerostructure
3. Aircraft Services
4. Defence
5. Engineering Services
Dengan demikian diharapkan industri ini menjadi institusi bisnis yang
adaptif dan efisien.
2.3 Visi dan Misi Perusahaan
2.3.1 Visi
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis
pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global,
dengan mangandalkan keunggulan biaya.
2.3.2 Misi
1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan
komersil serta dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki
keunggulan biaya.
2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam
rekayasa, rancang bangun, manufactur, produksi dan pemeliharaan untuk
kepentingan komersial dan militer, serta untuk aplikasi di luar industri
dirgantara.
3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang
mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri
dirgantara kelas dunia lainnya.
2.4 Satuan Usaha
2.4.1 Aircraft
Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi sipil,
militer, dan misi khusus.
a. NC-212
Pesawat berkapasitas 19-24 penumpang, dengan beragam versi,
dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu
beroperasi pada landasan rumput, tanah, dan lain-lain. (unpaved runway).
b. CN-235
Pesawat angkut komuter serbaguna dengan kapasitas 35-40
penumpang ini dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas landas
dan mendarat dalam jarak pendek serta mampu beroperasi pada landasan
rumput, tanah, es, dan lain-lain. (unpaved runway).
c. NBO-105
Helicopter multi guna ini mampu membawa 4 penumpang, sangat
baik untuk berbagai macam misi, mempunyai kemampuan hovering dan
maneuver dalam situasi penerbangan apapun.
d. Super Puma NAS-332
Helicopter modern ini mampu membawa 17 penumpang,
dilengkapi dengan aplikasi multi misi yang aman dan nyaman.
e. NBELL-412
Helicopter yang mampu membawa 13 penumpang ini memiliki
prioritas rancangan yang rendah resiko, keamanan tinggi, biaya perawatan
dan biaya operasinal rendah.
2.4.2 Aerostructure
Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai
kemampuan tinggi dalam manufactur pesawat, dilengkapi dengan fasilitas
manufactur dengan ketepatan tinggi (high precision), seperti : mesin-mesin
canggih, bengkel sheet metal dan welding atau pengelasan, composite dan
bonding center, jig dan tool shop, calibration, testing equipment, dan quality
inspection (peralatan test dan uji kualitas) pemeliharaan, dlsb : bisnis satuan usaha
aerostrutur meliputi :
1. Pembuatan komponen aerostructure (machined parts, subassembly,
assembly)
2. Pengembangan rekayasa (engineering package) : pengembangan
komponen aerostructure yang baru.
3. Perancangan dan pembuatan alat-alat (tooling design and manufacturing)
Memberikan program-program kontrak tambahan (subcontrack program)
dan offset, untuk Boeing, Airbus Industries, Korean Airlines Aerospace Divition,
Mitsubishi Heavy Industries, AC CTRM Malaysia.
2.4.3 Aircraft Services
Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun, Unit Usaha Aircraft
Services menyediakan servis pemeliharaan pesawat dan jenis helicopter berbagai
jenis, yang meliputi : penyediaan suku cadang, pembaharuan dan modifikasi,
struktur pesawat, pembaharuan interior, maintenance dan overhaul. Mulai tahun
2004 Aircraft Service maintenance Boeing 737-200 dan Series, dan mendapatkan
AMO dari DSKU.
2.4.4 Engineering Services
Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisis yang canggih,
fasilitas uji berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan
berpengalaman standar internasional, Satuan Usaha Engineering Services siap
memenuhi kebutuhan produk dan jasa bidang engineering.
2.4.5 Defence
Bisnis utama Satuan Usaha Defence, terdiri dari : produk-produk militer,
perawatan, perbaikan, pengujian, dan kalibrasi baik secara mekanik maupun
secara elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang,
produksi berbagai sistem, antara lain : FFAR 2,75” rocket, SUT Torpedo, dan
lain-lain.
2.5 Kerjasama Internasional
Berikut merupakan kerja sama yang telah dilakukan oleh PT. Diragantara
Indonesia sejak pertama berdiri sampai sekarang, antara lain :
1. IPTN-CASA (Spanyol) : NC-212 (Lisensi), CN-235 (kerja
sama design dan teknologi).
2. IPTN-BELL TEXTRON : Helicopter N-Bell-412 (Lisensi)
3. IPTN-DASA (Jerman) : Helicopter NBO-105 (Lisensi)
4. IPTN-BOEING (AS) : Qualified Boeing Bidder dan Sub
kontrak komponen
5. IPTN-FIAS (Prancis) : Fasilitas diklat
6. IPTN-General Dynamic (AS) : Komponen F-16.
7. IPTN-BAE (Inggris) : Komponen repair
8. IPTN-AEG Talen Funken : SUT (surface under water target)
(Jerman) Torpedo
9. IPTN-General Electric (AS) : UMC, Overhaul Engine CT-7.
10. IPTN-GARRET (AS) : Perawatan Engine TPE-331
11. IPTN-Turbomeca (Prancis) : Perawatan Engine Turbomeca
Makila
12. IPTN-ALLISON (AS) : Perawatan Engine A-250 dan
GMA-21000.
13. IPTN-Roll Royce : Perawatan Engine DART
14. IPTN-Ly Cuming (AS) : Perawatan Engine LTS-101
15. IPTN-Partt and Whitney : Perawatan dan pembuatan Part
Engine PT-6
16. IPTN-Messier Bugati : Perawatan Landing Gear CN-250
17. IPTN-Hoghes Coorporation : General Satelit Palapa-C
18. IPTN-FOKKER BV : Komponen F-100 dan F-70 (MOU)
19. IPTN- Luca Aerospace : Rancangan dan pembuatan system
20. IPTN- Lockheed (AS) : Komponen Airbus (MOU)
21. IPTN-Hamilton Standart (AS) : Kerjasama dalam bidang
aeronautika
22. IPTN-AIRBUS Industries : Join Venture dalam bidang
perangkat lunak computer
23. IPTN-NDO ( Jepang )-NSI : Fly by wire system N-250
24. IPTN-Liebre Aeroteehniek : N-250
25. IPTN-Dowty Aerospace : Engine test bench H werkw
GMBH
26. IPTN-Henschel Flugjeyg : Engine test bench H werkw
GMBH
2.6 Struktur Organisasi S.U Aircraft Services
DIREKTUR
AIRCRAFT SERVICES
AS0000
DITA ARDONNI JAFRI / 822768
KADEP
MANAJEMEN PROGRAM
KADEP
JAMINAN MUTU
AS0100 AS0200
MOHAMAD RIZA / 810425 AZMI FUADI / 860551
KADIVPEMASARAN &
PENJUALANKADIV
PERAWATAN &
MODIFIKASI
KADIV
MANAJEMEN
LOGISTIK
KADIV
MANAJEMEN
SUMBER
DAYA
BS0000 AIRCRAFT SERVICES MS0000 LS0000 SS0000AIRCRAFT
SERVICES
BAGUS EKO S./840512 JOKO WIDADYO / 811760 SWARNA HADI / 832902 ANTARIKSA / 040001
KADEP
PUSAT OPERASI
USAHA
KADEP
REKAYASA
PERAWATAN
KADEP
PENGADAAN
KADEPMANAJEMEN
SDM &
BS1000 MS1000 LS1000 SS1000ADMISISTRASI
ACS
SELAMAT SEMBIRING/ 890071 SRIJAKA HERI K / 900336 SLAMET SETYONO / 870123DEDDY D. HERMANA /
831649
KADEPWILAYAH
PEMASARAN &KADEP
M.R.O PESAWAT UDARA
KADEPDUKUNGAN
PRODUK &KADEP FASILITAS
BS2000 PENJUALAN #1 MS2000 LS2000 PELANGGAN SS2000AIRCRAFT
SERVICES
FERRY FIRLANI I./ 940230 MASYKUR ZAELANY / 851214 YUDI DARSONO / 890532 AGUS PITOYO / 831653
KADEPWILAYAH
PEMASARAN &KADEP M.R.O KOMPONEN KADEP
GENERAL
AVIATIONKADEP AKUNTANSI
BS3000 PENJUALAN #2 MS3000 PESAWAT UDARA LS3000 BUSINESS SS3000AIRCRAFT
SERVICES
SUMARNO SP./ 780181 WIDIARTONO / 811342 ROBI RUBIANA / 860035 ARIF AZHARI / 920065
KADEPWILAYAH
PEMASARAN &KADEP
INTERIOR &
MODIFIKASI
BS4000 PENJUALAN #3 MS4000
AGUS BUDI LAKSANA/ 890459 SUPRIYADI SUKIRMAN / 80276
Struktur Organisasi S U Aircraft Service berdasarkan
surat keputusan direksi PT.DI Nomor:SKEP/082/031 01/PTD/KA0000/01/2008
Tentang: Penetapan struktur organisasi.tingkat departemen di lingkungan dit. ACS
BAB III
MANAJEMEN DAN DUKUNGAN INSPEKSI C-5 CHECK
3.1 Manajemen pemeliharaan pesawat
Proses Pemeliharaan pesawat merupakan pekerjaan yang komplek dan
rumit dimana semua pekerjaan harus mengikuti petunjuk sesuai dengan
procedure yang telah dibakukan. Berdasarkan CASR Pemeliharaan atau
perawatan merupakan semua pekerjaan yang dilaksanakan untuk
mempertahankan pesawat udara, komponen-kompnen pesawat udara, dan
perlangkapannya dalam kondisi laik udara, termasuk inspection, servicing,
overhaul dan penggantian parts. C-5 Inspection pada pesawat Boeing 737-200
merupakan salah satu dari Schedule Inspection yang dipersyaratkan dari
manufaktur. C-5 Inspection dilaksanakan setelah 2500 flight hour.
Tujuan dari pemeliharaan pesawat adalah untuk mengupayakan agar
kondisi pesawat udara pada setiap periode selalu siap atau laik udara, handal
dan aman intuk dioperasikan. Oleh karena pentingnya suatu pemeliharaan
pesawat maka dibutuhkan suatu manajemen pemeliharaan yang baik guna
mendukung kelancaran operasi pesawat. Pada suatu proses awal Inspection
dipersiapkan group-group tertentu yang akan menangani pelaksanaan
pemeliharaan. Inspection Group dipersiapkan untuk meleksanakan pekerjaan
pada wilayah dan jenis tertentu, sehingga diharapkan inspection akan berjalan
sejara merata dan kontinu. Setiap group selalu dipimpin oleh seorang Group
Leader. sebagai penggung pengawas dan jawab pelaksanaan pekerjaan pada
jenis dan wilayah yang menjadi wewenangnya..
Group yang dipersiapkan yaitu :
1. Wing Section
2. Upper Lobe Section
3. Lower Lobe Section
4. Tail Section
5. Whell Well and Landing gear Section
6. ERI ( Electronic Radio Instrument ) Section
7. Engine Section
8. NDT
9. Sheet Metal
10. Painting
11. Composite
12. Interior
13. GSE ( Ground Support Equipment )
14. Quality Inspector
Pelaksanaan Inspection selalu dipimpin oleh seorang Project Manager
3.2 Alur Pemeliharaan Pesawat
Secara umum alur perawatan pesawat Boeing 737 pada ACS PT.DI
S.U AIRCRAFT SERVICE
B737 MAINTENANCE FLOW CHART
START
Read To Carefully
Troble Identif
y
Kinds of Trobles
Yes
Diagram 4.1 Alur Perawatan B 737 pada S.U Aircraft Services
3.3 Dukungan Pemeliharaan pesawat udara
Untuk mendukung proses pemeliharaan pasawat udara diperlukan berbagai
dukungan yaitu
1. Dukungan Publikasi teknik
Yaitu semua buku atau tebitan teknis lainya yang diterbitlan oleh pabrik
pembuat pesawat udara, engine, propeller, instrument, komponen dan
lainnya atau oleh badan otoritas penerbangan dan badan/perusahaan lain
yang disahkan yang berisi tentang informasi cara pengoperasian,
pemeliharaan dll pada pesawat, engine, propeller, komponen dan
Recordered and Listed by PPC
Collected by Leader
TC / MDR Signed by Customer and Approriate Function
Continue the Job
Finish
Distributed to Customer, Sales, QA
Recordered and Listed by PPC and
Take Action with
appropriate Function to look for Solution
MDR Issuance
Rectification
perlengkapan lainnya. Dalam pemeliharaan pesawat Boeing 737-200
bentuk dukungan publikasi teknik antara lain :
Untuk mekanik dan maintenance engineer
1. Aircraft Maintenance manual ( AMM )
2. Aircraft Ilustrated Parts catalog ( IPC )
3. Aircraft Repair and Overhaul manual
4. Boeing 737-200 service bulletin ( SB )
5. Boeing 737-200 sevice letter ( SL )
6. Airworthiness Directives ( AD ),bila perlu
7. Engine JT8D (P&W) - Maintenance manual
- Parts catalog
- MPD
- Overhaul accessories
- Installation manual
- Diecriptive notes
- Service bulletins
- CPCP
8. Structure Repair manual ( SRM )
9. Wiring Diagram Manual ( WDM )
Untuk pilot
1. Boeing 737 flight operation manual
2. Flight Log book
3. Pilot check list
Buku-buku riwayat
1. Buku riwayat pesawat
2. Buku riwayat engine
3. Log Maintenance
Dokumen pesawat
1. C of A ( Certificate of Airworthiness )
2. C of R ( Certicicate of Registration )
3. Weight and balance data
4. Radio permit
Format Pemeliharaan pada S.U Aircraft Service
1. Task Card
2. Engineering Order
3. CPCP Task Card
4. MDR, Maintenance discrepancy Report
5. Pelaksanaan SB, AD
6. Material Request
7. Identification Label
8. Componen Card
2. Dukungan fasilitas dan peralatan
a. Hanggar seluas….Apron….
b. Fasilitas NDT
a. Eddy Current
b. Radiography
c. Dye Penetran
d. Ultrasonic
e. Visual Check : Borescope
f. Exstrai
c. Fasilitas Ground Support Equipment
a. Platform Ladders d. Jack
b. Towing bar e. Grong Power Unit
c. Wheel Chock f. Vacum Cleaner
d. Peralatan tester
a. Instrumen Tester : Pitot Tube Tester
b. Electric Cable detector
c. Cable tension
d. Leak Detektor
e. X-ray
e. Tools
a. General Tools :
b. Structural Repair Tools ;
c. General Workshops :
3. Dukungan Materiil
a. Material Umum : - Lap Kaos - kuas
- Sealant
- Locking Wire
b. Fuel Avtur
c. Special product : - MEK - Contac Cleaner
- LPS - Grease
- WD-40
d. Suku Cadang
4. Dukungan Biaya
Meliputi dukungan pengadaan jasa dan pengadaan barang pasa suatu
proses pemeliharaan
B A B IV
LANDASAN TEORI
4.1Pengertian Landing Gear System
Landing gear pesawat Boeing 737 terdiri dari 2 main gear dan 1 nose
gear. Landing gear system berfungsi untuk mendukung pesawat pada saat
landing dan take off, serta pada saat parking dan taxi. Secara struktur,
landing gear menahan beban pesawat pada saat diam maupun pada saat
bergerak. Main gear terdapat di bagian samping arah kedalam dari engine
atau di wing spar bagian belakang, dapat dilihat pada gambar 2.1. Nose
gear terdapat di bawah bulkhead bagian belakang flight compartment
(cockpit area), dapat dilihat pada gambar 2.7.
4.2 Karakteristik Landing Gear
Landing gear pesawat Boeing 737 secara umum adalah tipe tricycle
landing gera air/oil shock strut. Pada landing gear extention dan
retraction menggunakan hydraulic power, tetapi dalam keadaan
emergency/darurat, landing gear dapat dioperasikan extention secara
manual dengan menggunakan “T” handle cable control yang terdapat di
lantai cockpit.
Pada main landing gear dilengkapi dengan brake. Pada masing-
masing main landing gear, brake juga digerakkan secara manual maupun
secara otomatis dan dilengkapi dengan anti skid system yang digunakan
untuk menambah dan memaksimalkan pengereman.
Indikasi landing gear control yang terdapat di cockpit, terdiri dari :
1) Landing gear selector lever and indicator light.
2) Nose gera steering control wheel.
3) Anti skid control switch and inoperative indicator.
4) Auto brake control switch and distram indicator.
Sedangkan untuk nose landing gear digunakan pada saat di darat yang
berguna pada saat taxi dan take off.
4.3 Pengoperasian Landing Gear
Pengoperasian landing gear pada saat lever digerakkan ke posisi
up setelah take off, maka landing gear akan retract (masuk) ke dalam
fuselage (wheel well). Sebaliknya jika lever digerakkan ke posisi down
pada saat landing, maka landing gear akan extent (keluar). Di cockpit
terdapat indikasi lampu yang menunjukkan posisi dari landing gear.
Indikasi lampu hijau menunjukkan landing gear turun dan terkunci.
Indikasi lampu merah menunjukkan indikasi pada posisi transisi/landing
gear. Ada perbedaan antara landing gear itu sendiri dengan handle dalam
keadaan daruarat. Jika terjadi kegagalan pada hydraulic power system A,
maka landing gear bisa digerakkan secara manual, yaitu “T” handle (nose,
left and right landing gear) yang terdapat di lantai cockpit yang
digerakkan satu persatu.
4.4 Fungsi dan Komponen Landing Gear
4.4.1 Main Gear
Main gear berfungsi untuk mendukung fuselage. Di
gunakan air/oil shock strut untuk menahan tekanan pada saat
landing dan menahan getaran pada saat taxi.
Main gear terdiri dari :
1) Shock strut.
2) Drag strut.
3) Side strut.
4) Trunnion link.
5) Reaction link.
6) Torsion link.
7) Main gear door.
Gambar 4.1. Main Gear Component Location
1) Shock Strut
Shock Strut sebagai pendukung utama dari landing
gear. Shock strut terdiri dari outer cylinder, inner cylinder,
orifince support tube, snubber valve dan metering pin.
Gambar 3.2 Main Gear Shock Strut
2) Drag Strut
Drag strut sebagai pengimbang shock strut untuk arah
ke depan dan belakang. Drag strut terdiri dari upper drag
strut dan lower drag strut.
3) Trunnion Link
Trunnion link digunakan sebagai pegangan kearah
depan pada saat gear retraction. Beban landing gear
diteruskan dari drag strut menuju trunnion link ke struktur
pesawat terbang. Trunnion link terpasang antara shock strut
dan wing rear spar.
4) Side Strut
Side strut untuk memberikan lateral support ke shock
strut. Side strut terdiri dari upper dan lower segment,
terpasang pada wing center.
Gambar 3.3. Side Strut
5) Reaction Link
Reaction link meneruskan beberapa beban tekan pada
landing gear ke atas dari shock strut.
Gambar 3.4 Reaction Link
6) Torsion Link
Torsion link mencegah putaran antara inner shock
strut dengan outer cylinder tanpa efek samping selama
normal operation. Torsion link terdiri dari upper dan lower.
Gambar 3.5 Torsion Link
7) Main Gear Door
Main gear door terpasang close (menempel) pada
shock strut dan drag strut pada saat gear retract yang mana
terpasng pada shock strut. Shock strut terdiri dari outer
door, center door dan inner door. Outer door akan
menutup wing. Center door menempel dengan clamp pada
shock strut dan drag strut. Sedangkan inner door terpasang
ke center door.
Gambar 2.6. Main Gear Door
3.4.2 Nose Gear
Pada nose gear terdapat nose wheel steering yang berguna
untuk control arah ketika pesawat terbang taxi di darat. Nose
wheel steering ini terdapat di sebelah kiri capten pilot yang
dapat membelokkan pesawat terbang dengan sudut 78 ke kiri
dan ke kanan. Nose wheel steering system dapat juga
dioperasikan dengan menggunakan rudder pedal ketika pesawat
terbang berada di darat. Rudder pedal dapat membelokkan
pesawat terbang dengan sudut 7 ke kiri dank e kanan dari
center. Nose gear terdiri dari drag brace, shock strut, torsion
link, hydraulic nose gear actuator dan hydraulic lock actuator.
Gambar 2.7. Nose Gear Component Location
1) Drag Brace
Drag brace berhubungan dengan lock mechanical
menahan nose landing gear pada saat up/don dan posisi
lock. Drag brace terdiri dari upper dan lower link.
Gambar 3.8 Drag Line
2) Shock Strut
Shock strut merupakan penyaangga utama dari nose
yang berisi fluid dan di isi dengan dry nitrogen untuk
menyerap beban pada saat take off dan landing. Shock strut
terdiri dari inner dan outer cylinder, matering pin assembly,
upper dan lower orifice assembly, dan upper dan lower
centering cam assembly.
Gambar 3.9 Nose Gear Shock Strut
3) Torsion Link
Torsion link menahan rotasi (perputaran antara inner
dan outer cylinder), kecuali pada saat steering.
Gambar 2.10. Torsion Link
4) Nose Gear Door
Nose gear door mempunyai dua pintu samping kiri
dan kanan yang akan menutup pada saat retract. Nose gear
door dipasang dengan menngunakan hinge (engsel) pada
nose wheel well side wall. Pintu dapat membuka dan
menutup karena terhubung dengan cranck dan rods yang
terhubung dengan lug pada trunnion.
Gambar 3.11 Nose Gear Wheel Wheel Door
3.5 Karakteristik dan Fungsi Komponen Extention dan Retraction
System
Extention dan retraction yaitu suatu system untuk mengkondisikan
landing gear up setelah take off dan down apabila pesawat terbang
landing. Landing gear dioperasikan secara hydraulic menggunakan system
A dan di control dengan menggunakan sebuah landing gear handle di
cockpit. Untuk alternative, menggunakan system B yang dilengkapi
dengan sebuah manual extention untuk extention gear secara manual jika
hydraulic tidak berfungsi.
1) Landing Gear Control Lever Assembly
Landing gear control lever assembly berfungsi untuk
menyampaikan aksi pilot melalui cable ke selector valve. Control lever
ini terdapat disebelah kanan dari pilot center instrument panel. Control
lever mempunyai 3 posisi, yaitu : up (retract), down (extent) dan off
apabila dalam keadaan flight (normal).
Gambar 3.12. Landing Gear Control Lever Assembly
2) Landing Gear Control Lever Assembly
Landing gear control lever assembly berfungsi untuk mencegah
landing gear retract pada saat pesawat terbang berada di ground.
3) Landing Gear Selector Valve
Landing gear selector valve berfungsi untuk meneruskan
hydraulic pressure ke landing gear up/down. Landing gear selector
valve terdapat di landing gear wheel well sebelah kiri.
4) Main Gear Actuator Assembly
Main gear actuator assembly berfungsi untuk merubah hydraulic
pressure menjadi tenaga mechanical yang berguna untuk mengangkat
dan menurunkan landing gear. Main gear actuator assembly terdapat
di wing pada bagian luar dari shock strut.
5) Main Gear Actuator
Main gear actuator berfungsi untuk menghubungkan main gear
actuator untuk menaikkan dan menurunkan main gear serta untuk
megurangi gerakan main gear masuk ke wheel well struktur selama
actuator beroperasi.
Gambar 3.13. Main Gear Actuator Assembly
6) Main Gear Modular Package
Main gear modular package berfungsi untuk merubag aliran
hydraulic yang mengalir langsung ke gear actuator dan lock actuator.
Main gear modular package terdapat di wing spar bagian belakang
pada wing rod di atas main landing gear.
Gambar 3.14. Main Gear Modular Package
7) Main Gear Lock Mechanism
Main gear lock mechanism berfungsi untuk memberikan locking
pada landing gear untuk posisi extent dan retract. Main gear lock
mechanism terdiri dari hoock, 2 buah hydraulic actuator, spring dan 2
buah lock strut.
Gambar 3.15. Main Gear Lock Mechanism
8) Transfer Cylinder
Transfer cylinder berfungsi untuk menyamakan besarnya tekanan
dalam main gear actuator pada saat extent dan retract. Transfer
cylinder terdapat pada wing spar bagian belakang di atas hydraulic
module.
9) Nose Gear Actuator assembly
Nose gear actuator assembly berfungsi untuk merubah tekanan
hydraulic menjadi tenaga mechanical untuk menaikkan dan
menurunkan nose landing gear. Nose gear actuator assembly
terpasang pada nose wheel well.
Gambar 3.16. Nose Gear Actuator Assembly
10) Nose Gear Lock Mechanism
Nose gear lock mechanism berfungsi sebagai locking pada saat
gear up/gear down position. Nose gear lock mechanism terpasang di
antara drag brace den sebuah actuator.
Gambar 3.17. Nose Gear Lock Mechanism
11) Nose Gear Hydraulic Components
Nose gear hydraulic components yaitu sebuah modular hydraulic
yang terpasang pada dinding belakang nose wheel well. Transfer
cylinder terpasang pada dinding depan nose wheel well
.
2.6 Brake System
Brake system digunakan untuk membantu menghentikan pesawat
terbang pada saat landing dan beroperasi di darat. Brake juga digunakan
untuk mensupport pesawat terbang pada saat parking. Pada pesawat
terbang Boeing 737 dilengkapi dengan 6 wheel yang terdiri dari 2 nose
wheel dan 4 main wheel serta tire assembly dengan tire tubeless. Masing-
masing main gear dilengkapi dengan brake. Brake dapat difungsikan
secara manual dengan capten/copilot brake pedal atau secara otomatis
dengan menggunakan automatic brake system di control, menggunakan
selector switch.
Gambar 3.18. Brake System
3.7 Anti Skid Sytem
Anti skid dirancang untuk mendapatkan pengereman yang
maksimal dan efektif pada kondisi bebrapa landasan tanpa skidding (roda
mace). Masing-masing main gear wheel dilengkapi dengan anti skid
tranducer yang mana mendapatkan masukan mengenai kecepatan main
wheel yang diteruskan ke control unit. Anti skid control unit terpasang di
electrical equipment compartment, sedangkan anti skid protection
digunakan pada saat normal pengereman dan alternate manual pengereman
serta pengereman otomatis.
Gambar 2.20. Anti Skid System
2.8 Wheel
Wheel di disain untuk tahan pada kecepatan putaran tinggi. Wheel
terbuat dari bahan aluminium/magnesium. Kedua material itu selain kuat,
ringan, juga hanya membutuhkan sedikit perawatan. Wheel dipasang pada
sebuah inner dan outer roleer bearing assembly. Wheel snubber terletak
pada celling panel didalam nose wheel weel untuk menghentikan putaran.
Gambar 2.21. Wheel
3.9 TIRE
3.9.1 Fungsi Dan Bagian Utama Tires
Tire menahan berat pesawat pada saat pesawat didarat dan berfungsi saat
pengereman dan pemberhentian aircraft pada saat landing.
Bagian utama pada tire terdiri dari
a) Cord body terdiri dari permukaan nilon yang berlapis yang disusun secara
pararel dan dilapisi oleh rubber. Cord body berfungsi untuk memberikan
kekuatan pada tire, terhadap tekanan dari dalam dan untuk
mempertahankan bentuk tire.
b) Treat adalah permukaan karet yang dilapisi tire paling luar yang
melindungi cord body dari abrasi, goresan dan kelembaban
c) Side wall adalah permukaan luar yang menghubungkan tread dan
memanjang menuju beads. Seperti halnya tread, sidewall juga melindungi
cord body dari abrasi,goresan dan kelembaban
d) Breads adalah kawat baja berlapis yang sangat kuat
e) Breakers adalah lapisan cord/fabric yang berat didalam
f) Rubber brakes terletak diantara tread rubber cord body untuk
memberikan kekuatan extra pada tire, lihat (Gambar 2.22). berdasarkan
jumlah cord fabric plies dalam sebuah tire disebut dengan istilah Ply
Rating. Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi beban maximum dari
sebuah tire.
g)
3.9.2 Aircraft Tire Nomenclature
Tire pada pesawat terbang di produksi dalam berbagai ukuran dan
kekeuatan atau tipe-tipe yang benar yang telah dispesifikasikan oleh pabrik
pesawat berdasarkan ukuran dan kecepatan mendarat pada pesawat terbang yang
terkait. Konstruksi tire pesawat sama seperti kontruksi tire mobil hanya saja
susunan lapisan fabric plies pada tire aircraft lebih banyak dibandingkan susunan
fabric plies pada mobil. Untuk mengidentifikasi dengan beban maksimal yang
direkomendasikan disebut dengan Ply Rating, semakin tinggi ply rating maka
semakin besar beban yang ditanggung oleh tire. Tipe-tipe tire yang banyak
digunakan pada pesawat kecil sekarang ini adalah tipe tube,sedangkan pesawat
transport menggunakan type tubeless. Ban tipe tube menahan udara yang
bertekanan nitrogen(N2)menggunakan inner tube.
Tire pada pesawat diklasifikasikan menggunakan nomor berdasarkan
performance, seperti ditunjukan pada table dibawah ini:
TYPE DESIGN AND RATING
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Smooth Contour
High Pressure
Low Pressure
Extra Low Pressure
Not Applicable
Low Profile
Extra High Pressure, Low Speed
Extra High Pressure, High speed
Extra High Pressure, Low Profile, Low Speed
Extra High Pressure, Low Profile, High Speed
Tabel 2.1 Klasifikasi Performance Tire
Tire yang diklasifikasikan dengan tipe I,II,IV,VI sudah tidak digunakan
karena tire tipe-tipe ini tidak bias digunakan untuk desain baru. Tire yang
diklasifikasikan dengan tipe III,VII,VIII diproduksi dibawah peraturan FAR
37,167 dan disetujui dibawah technical standard order (TSO) nomor C 62 b. Tire
tersebut harus demarking secara permanen, seperti ditunjukan pada gambar 2.23
pada gambar ditunjukan negara pembuatan pada tire (Made in USA), ukuran ban
(34x9,25-16) ply rating (18 ply rating 33 skid 210 mph), serial number,
qualification test speed dan kedalaman skid pada saat test speed lebih dari 160
mph (257,6 km/h) dan kata ‘reinforced’ serta applicable TSO number.
3.9.3 Aircraft Tire Operation Characteristics
Beban yang berat pada kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan
kondisi operation tire pesawat dapat berbahaya, lihat pada gambar table (2.24) ada
beberapa tipe dari tire dan batasan pengoperadiaan dari tire pesawat, pada gambar
tabel menunjukan bahwa kecepatan dan beban pada pesawat lebih tinggi
dibandingkan dengan tire yang digunakan pada transportasi darat.
Beban yang berat dan kecepatan yang tinggi menyebabkan panas pada
ban pesawat. Panas dibagian dalam sangat signifikan dikarenakan kecepatan
mendarat, tekanan yang kurang dan jarak mendarat. Kecepatan yang tinngi pada
waktu landing dan take off dapat mengurangi umur pada tire tersebut.
Ketika sebuah tire terjadi deflected (berat atau tekanan) kemampuan tarik
plies bagian luar akan menjadi lebih tinggi dibandingkan pada plies bagian dalam
tire. Kekurangan beban atau kelebihan beban daripada tire akan menaikan gaya
geser dikarenakan pemisahan pada bagian atas tire dan pada sisi dinding bagian
bawah dari tire tersebut.
2.9.4 Spot repairs (Perbaikan Sementara)
Spot repair bias menjaga dari kerusakan pada tread diantaranya
memotong benjolan dimana pemotongan itu lebih dari 25% dari permukaan body
plies tire dan tidak melebihi dari 2 inch panjang dari permukaannya.
Vulkanisir spot repair juga dibatasi dengan beberapa kali waktu
penambalan. Treadnya tidak boleh melebihi dari tread rubber dan tidak menembus
cord body.
Kecepatan rendah pada tire (dibawah 160 Mph) dengan kerusakan tread
yang tidak melebihi dari 25% dari permukaan body memiliki panjang permukaan
maksimum 2 inch, dengan lebar maksimum tidak melebihi 1 inch dapat
divulkanisir. (Lihat gambar 2.25)
Kecepatan tinggi pada tire (diatas 160 Mph) dengan kerusakan tread
tidak melebihi dari 40 % dari permukaan body plies memiliki panjang maksimum
permukaan 1½ inch dengan lebar maksimum tidak melebihi ¼ inch dapat
divulkanisir.
2.9.5. Tire Storage
Penyimpanan tire terpasang atau tidak terpasang harus disimpan
diruangan yang gelap,dingin dan kering. Gunanya untuk melindungi tire dari
cahaya terutama cahaya matahari. Cahaya ultraviolet akan membuat tube
compounds menjadi rusak dikarenakan akan menyebabkan tire tersebut
mengembang. Tire dapat dilindungi dari sinar matahari dengan cara mengecat
jendela store room. Tire tidak boleh terkena oli, gress isolvent atau produk-produk
yang mengandung minyak. Tire harus diletakan secara vertical pada pada rak
sesuai dengan ukuran tire.
BAB V
MAIN GEAR AND TIRE MAINTENANCE
5.2 Tire Inspection
Tire harus diperiksa sebelum terbang. Untuk memeriksa kerusakan
yang mungkin terjadi selama didarat atau setelah penerbangan
sebelumnya. Tekanan dari tire harus diperiksa setiap hari, bila tekanan
berkurang atau melebihi ukuran normal maka harus dilakukan pengecekan
core valve dari kebocoran dengan menggunakan air sabun pada ujung
valve untuk melihat adanya gelembung. Bila tidak ada gelembung berarti
tutup tube tidak mengalami kebocoran.
5.3 Jenis-jenis kerusakan tire pada pesawat Boeing 737-200
Sebelum pergantian wheel and tire harus diperhatikan dan diperiksa
terlebih dahulu kondisi dari tire tersebut. Ada beberapa kerusakan dan
limit yang menyebabkan tire tersebut harus diganti, yaitu:
1). Circumferential Cuts
Circumferential cuts apabila terdapat robek dengan panjang
maksimum 2 inch, lebar ½ inch dan kedalaman maksimum 18 inch serta
mencapai lapisan pada tread reinforcement dan carcass/belt plies. Apabila
panjang maksimum 12 inch dan lebar ½ inch, akan tetapi kedalaman robek
1/8 inch tidak mencapai lapisan benang(tread reinforcement), lihat
(Gambar 4.1)
2). Transverse Cuts
Trasverse Cuts apabila terjadi robek antar tread rib
3). Puncture
Puncture apabila terjadi lubang dengan diameter melebihi 3/8 inch
atau lubang itu mencapai carcass plies.
4). Rib Undercuts
Rib Undercuts apabila terjadi retak melebar sampai lapisan
dibawah tread rib.
5). Groove Cracks
Groove Cracks apabila terjadi lubang lagi pada groove sampai
mencapai carcass plies.
6).Circumferential Side Wall Cracks
Circumferential Side Wall Cracks apabila terjadi retak
secara circumferential pada dinding samping dari tire dengan jumlah banyak.
7). Radial Side Wall Cracks
Radial Side Wall Cracks terjadi retak secara radial pada dinding
samping tire dengan jumlah banyak.
8). Ozone and Weather Crack
Ozone and Weather Crack retak yang disebabkan oleh cuaca atau umur
dari tire tersebut secara menyeluruh.
9). Tread Flaking, Chiping, or Chuking
Tread Flaking, Chiping, or Chuking apabila terdapat lubang seperti
terbelah atau sumping pada tread dari tire.
10). Open Tread Splice
Open Tread Splice terjadi robek yang menyambung antara tread ribs.
11). Peeled Rib
Peeled Rib apabila lapisan dari tire mengelupas.
12). Chevron Cuts
Chevron Cuts apabila terjadi sobekan-sobekan pada tire
13). Tread Flat Spot
Tread Flat Spot bagian tread dari tire mengalami flat spot ( gundul ).
14). Flat spot
Flat Spot apabila terjadi flat spot ( botak ) hingga menyentuh tread
reinforcement dan merobek protector plies.
15). Ice Skid burn/Tread Rubbber Reversion
Ice skid burn/ Tread Rubber Reversion apabila terjadi ice burn yang
merusak sampai tread reinforcement dan merobek protector plies
16). Side Wall Separation
Side wall Separation terjadi benjolan pada sisi samping tire.
17). Thread Separation
Thread Separation terjadi benjolan pada kulit luar dari tire.
18). Shoulder Wear Conditions
Shoulder Wear Conditions apabila pada shoulder menunjukkan fabric dan
terdapat keretakan pada bawah groove serta tread suduh gundul.
5.4 Main Gear Wheel and Tires Removal/Installation
1). Survei lapangan dengan mengamati kondisi luar dari wheel and tire
- Ban sudah terlalu tipis
- Ban mengalami kerusakan
- Terdapat kerusakan pada komponen wheel
- Terdapat baut yang rusak pada wheel
Apabila salah satu dari kondisi diatas terjadi maka harus dilakukan
penggantian pada komponen tersebut.
2). Penggantian wheel and tire dapat dilakukan dengan proses sebagai
berikut:
A. Persiapan untuk membuka (removal) :
a). Mengecek terpasangnya pengunci landing gear saat didarat
(lock pin) dan mengganjal roda.
b).Mengaktifkan parking brake dengan menekan kedua pedal
dan menarik parking brake lever kemudian meleppaskan pedal.
c). Memasang jack dan wheel assembly di dongkrak sehingga
terangkat bebas dari tanah (ground).
d). Mengempeskan ban.
B. Proses untuk membuka (removal):
a). Memutar 8 cam-lock fasteners dan membuka hubcap fairing
(hanya pada wheel bagian luar).
b). Membuka hubcap assembly dengan membuka kawat
pengaman dan membuka bolts dan washer.
c). Membuka retainer ring dari axle nut.
d). Membuka washer dan outer wheel bearing.
e). Memasang axle thread protector pada ulir axle.
f). Menempatkan wheel change dolly, mengangkat roda dan
membuka.
g). Memasang axle protector pada axle (Gambar 3.19).
C. Persiapan untuk memasang (installation):
a). Mengecek kondisi umum dari wheel and tire
b). Membuka axle protector dari axle
c). Mengecek kondisi axle
d).Melumasi inner dan outer bearing serta grease seal dengan
grease aeroshell22
e). Lakukan pengecekan kelurusan posisi pada brake disk bila
diperlukan.
D. Proses untuk memasang (installation):
a). Pastikan axle thread protector terpasang
b). Memasang inner bearing, grease seal, retaining ring di
bagian dalam dari wheel
c). menempatkan wheel assembly pada dolly dan dorong
keposisi brake and axle
d). Memasang outer wheel bearing
e). Pada beberapa pesawat memasang outer grease seal dan
retairing clip
f). Membuka axle thread protector
g). Memasang washer
h). Merelease (melepaskan) parking brake
i). Melumasi thread and nut washer mating surfaces dengan
grease dan memasang axle nut
j). Axle nut dikencangkan sambil memutar wheel sampai
mencapai torsi 300 pound-feet
k). Nut dilonggarkan sampai torsi 0
l). Kencangkan lagi axle nut sampai 150 pound-feet sampai
memutar wheel
m). Pastikan terlihat/lurus lubang lock bolt
n). Jika belum terlihat, putar dan sedikit lagi sampai terlihat
lubang pertama
o). Memasang retainer ring pada axle nut
p). Memasang hubcap dengan menggunakan 3 set bolts dan
washer, kencangkan bolts sampai 50-80 inch-pounds akan tetapi
harus terlihat lubang pneumatic valve extion (pentil) pada
hubcap untuk mengisi tekanan wheel sebelum memasang bolts
q). Memasang lockwire pada semua bolts
r). Meletakkan hubcap fairing panel pada hubcap dan putar 8
cam-lock fasteners ke lubang panel (khusus untuk wheel
sebelum keluar)
s). Mengisi ban dengan dry nitrogen
t). Menurunkan jack dan melepaskannya
u). Membersihkan semua dari alat-alat dan sisa kain pembersih
(majun)
v). Melakukan check terakhir untuk tekanan ban yang benar
(Gambar 3.20)
Gambar Main Gear Wheel Removal/Instalation 1
BAB VI
Gambar Main Wheel Removal/Instalation 2
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kerja praktek yang telah dilakukan di PT. Aircraft Service selama dua
bulan tentunya sangat menambah pengalaman kerja dan pengetahuan yang
bermanfaat bagi perkuliahan pada khususnya. Pengambilan topic mengenai
bagian landing gear pada Boeing 737-200 telah disesuaikan antara materi yang
harus di bahas dan waktu yang tersedia untuk mempelajarinya.
Disiplin kerja yang tinggi, kecermatan, ketelitian serta profesionalisme
merupakan hal yang penting dalam proses pekerjaan yang penuh rasa
tanggung jawab untuk mencapai hasil yang makasimal, berkualitas dan
bermutu tinggi. Skil yang berpengalaman dan terlatih adalah hasil dari disiplin
dan sikap profesionalisme dari seorsng mekanik perawatan pesawat udara.
Terpenuhinya fasilitas kerja sangat menunjang terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan kerja dan kelancaran, ketelitian serta keselamatan kerja.
Pemenuhan registrasi, sertifikasi serta administrasi adalah hal penting lainya
yang harus diperhatikan dalam pencapaian tujuan kerja.
Kerjasama atau team work merupakan hal yang tidak boleh hilang dari
suatu proses perawatan pesawat udara, karena setiap individu memiliki
keterbatasan. Keterbatasan dari tiap individu dapat di back up oleh individu
lain yang memiliki kelebihan, sehingga proses pekerjaan akan terus berjalan.
Berdasarkan bahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat di ambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Landing gear adalah roda pendarat yang terdiri dari 2 main gear dan 1
nose gear yang berfungsi untuk mensupport pesawat saat landing maupun
take off.
2. Udara di dalam tire berfungsi untuk menyerap getaran pada saat landing
dan take off. Tire menahan berat daripada pesawat pada saat pesawat di
darat, juga berfungsi pada saat pengereman dan pemberhentian air craft
pada saat landing.
3. Kondisi dari tire sangat penting untuk diperhatikan pada saat pesawat
akan landing dan take off.
4. Extention dan retraction yaitu suatu system untuk mengkondisikan
landing gear up setelah take off dan down apabila landing.
5. Main gear berfungsi untuk mendukung fuselage , pada nose gear terdapat
nose wheel steering system yang berfungsi untuk control arah ketika
pesawat taxi di darat.
6.2 Saran
Penulis berharap agar institusi pendidikan mampu mengorganisir
program Praktek Kerja Lapangan bagi seluruh mahasiswa, baik waktu
maupun tempatnya. Selain itu mampu berkoordinasi dengan pihak
perusahaan dalam hal penyusunan kurikulum. Dengan demikian dapat
terjalin link and match antar kedua belah pihak tersebut. Karena dengan
praktek kerja lapangan inilah yang membuat mahasiswa dapat merasakan
keadaan sebenarnya dalam dunia kerja.
Semoga pihak perusahaan sadar akan perlunya kegiatan Praktek Kerja
Lapangan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dan lebih
memberikan kesempatan untuk berkembang terhadap generasi
mendatang. Hal tersebut dimaksudkan member dampak saling
menguntungkan diantara keduanya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Lembar Pengesahan P.T Dirgantara Indonesia................................................. ii
Lembar Pengesahan STTKD............................................................................iii
Kata Pengantar..................................................................................................iv
Ucapan Terima Kasih.......................................................................................v
Daftar Isi...........................................................................................................vi
Daftar Gambar..................................................................................................vii
Daftar Pustaka...................................................................................................viii
Lampiran...........................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan......................................................................1
1.3 Batasan Masalah...........................................................................2
1.4 Metode Penyusunan Laporan.......................................................2
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan.................................................2
BAB II. GAMBARAN UMUM P.T DIRGANTARA INDONESIA
2.1 Sejarah Perusahaan.......................................................................4
2.2 Profil Perusahaan..........................................................................5
2.3 Visi dan Misi Perusahaan.............................................................6
2.4 Satuan Usaha................................................................................6
2.5 Kerjasama Internasional...............................................................9
2.6 Struktur Organisasi Direktorat Aircraft Services.........................11
BAB III. MANAJEMEN DAN DUKUNGAN INSPEKSI C-5 CHECK
3.1 Manajemen Pemeliharaan..........................................................12
3.2 Alur Pemeliharaan Pesawat........................................................14
3.3 Dukungan Pemeliharaan Pesawat Udara...................................15
BAB IV. LANDASAN TEORI
4.1 Pengertian Landing Gear System...............................................19
4.2 Karakteristik Landing Gear........................................................19
4.3 Pengoperasian Landing Gear.....................................................20
4.4 Fungsi dan Komponen Landing Gear........................................20
4.5 Karakteristik dan Fungsi Komponen
Extention dan Retraction............................................................30
4.6 Brake System.............................................................................37
4.7 Anti Skid System........................................................................38
4.8 Wheel.........................................................................................39
4.9 Tire.............................................................................................40
BAB V. MAIN GEAR AND TIRE MAINTENANCE
5.1 Tire Inspection...........................................................................45
5.2 Jenis-jenis Kerusakan Tire
Pada Pesawat Boeing 737-200...................................................45
5.3 Main Gear Wheel and Tire Removal/Installation......................47
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................54
6.2 Saran...........................................................................................55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Main Gear Component Location..................................................
Gambar 4.2 Main Gear Shock Strut.................................................................
Gambar 4.3 Side Strut.......................................................................................
Gambar 4.4 Reaction Link................................................................................
Gambar 4.5 Torsion Link.................................................................................
Gambar 4.6 Main Gear Door............................................................................
Gambar 4.7 Nose Gear Component Location...................................................
Gambar 4.8 Drag Line......................................................................................
Gambar 4.9 Nose Gear Shock Strut..................................................................
Gambar 4.10 Torsion Link...............................................................................
Gambar 4.11 Nose Gear Wheel Weel door......................................................
Gambar 4.12 Landing Gear Control Lever Assembly .....................................
Gambar 4.13 Main Gear Actuator Assembly...................................................
Gambar 4.14 Main Gear Modular Package......................................................
Gambar 4.15 Main Gear Lock Mechanism......................................................
Gambar 4.16 Nose Gear Actuator Assembly...................................................
Gambar 4.17 Nose Gear Lock Mechanism.......................................................
Gambar 4.18 Brake System..............................................................................
Gambar 4.19 Anti Skid System........................................................................
Gambar 4.20 Wheel..........................................................................................
Gambar 5.1 Main Wheel Removal/Installation I..............................................
Gambar 5.2 Main Wheel Removal/Installation II............................................