LANSIA BINAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ninijn

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Menurut UU kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138 menegaskan, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap di pelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan nya sehingga dapat ikut serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati. Diperkirakan Tahun 2020-2025 Indonesia akan menduduki peringkat keempat dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008). Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut Nugroho (1995), disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008).Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi).Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka kejadian gangguan hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu pertanyaan yang berujung pada gaya hidup lansia itu sendiri (Darmojo 2006).Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005).Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg (Joint National Commitee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003). Hipertensi menjadi sebuah tantangan global yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. Diperkirakan di dunia, prevalensi hipertensi akan meningkat dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al., 2005).

Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah (Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di kelurahan Gadingkasri.1.2 Tujuan

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara komprehensif.

b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia dengan hipertensi, melakukan aktivitas sesuai toleransi, dan mencegah komplikasi hipertensi.

1.3 Manfaat

Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan dalam bentuk tindakan kepada pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan keperawatan yang dimaksud disini adalah asuhan keperawatan yang sesuai standar mulai dari pengkajian hingga evaluasi. Intervensi yang diberikan kepada klien juga intervensi yang berdasarkan pada evidence based sehingga asuhan yang diberikan adalah asuhan keperawatan yang bermutu.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi

Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti, 2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat usia yaitu:

1. Usia pertengahan middleage 45-59 tahun,

2. Lanjut usia (lansia)elderly60-74 tahun,

3. Lansia tua old 75-90tahun,

4. Dan usia sangat tua veryold diatas 90 tahun

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) dalam Wijayanti 2008, terdapat tiga kelompok lansia yakni :

1. Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain (Papalia dkk, 2001 dalam Wijayanti, 2008) :

1. Primary aging

Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).2. Secondary Aging

Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse pada tubuh yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga kebugaran fisik dll.

2.1.2 Kesehatan Lansia

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu (Prasetyo,1998 dalam Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) dalam Wijayanti (2008) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.

Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.

Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.

Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam Sriwahyuniati, 2008). Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulya kemunduran fungsi organ tubuh

Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008) secara ringkas dapat dikatakan:

1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.

2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.

3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan menyusut dan fungsinya menurun.

4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil, kekuatan memompa darah berkurang.

5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).

6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pemapasan, alveolus menjadi kurang elastis.

7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).

8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.

9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin berkurang pula.

10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus dialami oleh semua makluk hidup.

Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran dan penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun olahraga pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot dan tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru) (Sriwahyuniati, 2008).Kemunduran fungsi organ-organ akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:

1. Kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)

a. Volume sekuncup menurun hingga menyebabkan terjadinya penurunan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output).

b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.

2. Respirasi

a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja lebih keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.

b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.

3. Otot dan persendian

a. Jumlah motor unit menurun

b. Jumlah mitokondria menurun

c. Otot dan memudahkan terjadinya kelelahan, karena fungsi Mitokondria adalah memproduksi adenosin triphospat (ATP).

d. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.

4. Tulang

a. Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis dan akan meningkatkan resiko patah tulang.

b. Kiposis

5. Peningkatan lemak tubuh.

Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan peningkatan resiko terserang penyakit.

2.2 Konsep Hipertensi2.2.1 Definisi Hipertensi

Menurut Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003; hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik. Istilah prahipertensi adalah tekanan darah antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolik (Corwin, 2009: Price, 2005).

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi salah satu faktor risiko langsung terhadap kejadian infark miokard atau serangan jantung dan CVA (cerebrovascular accidents) atau yang dikenal dengan stroke. Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering pada dewasa muda.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Beberapa klasifikasi tentang hipertensi dari berbagai sudut pandang ahli dikelompokkan menjadi bermacam-macam.

A. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya:

a. Hipertensi primer (esensial)

Sekitar 20% dari populasi dewasa mengalami hipertensi; lebih dari 90% dari mereka mengalami hipertensi esensial (primer), yang tidak mempunyai penyebab medis yang dapat dikenali. Pada suatu ketika hipertensi timbul mendadak dan parah serta terjadi proses malignan yang menyebabkan penyimpangan kondisi dengan cepat. Gangguan emosional, obesitas, konsumsi alkohol berlebih, dan stimulasi berlebihan dengan kopi, tembakau, dan obat-obat stimulator memegang peranan dalam munculnya hipertensi. Hipertensi tipe ini sangat bersifat familial dan menyerang lebih banyak wanita daripada pria, tetapi pria Afrika-Amerika kurang mampu mentoleransi penyakit ini (Baughman, 2000).b. Hipertensi sekunder

Hipertensi dapat terjadi akibat penyakit yang tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal. Pada bentuk sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan penyakit renovaskular adalah faktor penyebab paling umum. Kontrasepsi oral telah dihubungkan dengan hipertensi ringan yang berhubungan dengan peningkatan substrat renin dan peningkatan kadar angiotensin II dan aldosteron. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi jenis ini adalah hipertensi yang diakibatkan karena gangguan fisiologis atau penyakit dalam tubuh sebelumnya.

1. ISH (Isolated Systolic Hypertension), IDH (Isolated Diastolic Hypertension), SDH (Systolic Diastolic Hypertension)

Dewasa dan dewasa muda (50 tahun), ISH adalah bentuk utama dari hipertensi. Bagaimanapun juga, berbeda dengan kondisi pada individu yang lebih muda, pengerasan pembuluh darah adalah penyebab gangguan hemodinamik.

2. Isolated office (white-coat) hypertension

Isolated office (white-coat) hypertension adalah kondisi dimana pasien dengan tekanan darah yang secara konsisten meningkat tetapi normal pada lain waktu. Isolated office hypertension kira-kira diderita oleh 10-15% pasien hipertensi. Tenaga kesehatan harus menentukan tujuan untuk mengidentifikasi peningkatan tekanan darah yang terjadi dengan menggunakan pengukuran di rumah. Ada juga dampak potensial dari fenomena ini pada biaya pengobatan anti-hipertensi. Hal ini masih diperdebatkan apakah Isolated office (white-coat) hypertension adalah fenomena yang murni atau apakah itu membawa peningkatan risiko kardiovaskular. Keputusan untuk memulai pengobatan harus berdasarkan faktor risiko keseluruhan pasien individu dan adanya kerusakan organ target (Rahman., et. al, 2008).

B. Klasifikasi Hipertensi Menurut Tingginya Tekanan Darah:

Tabel 2.1 Perbedaan Klasifikasi Hipertensi versi JNC VII dan JNC VI

JNC 6Nilai Tekanan DarahJNC 7

Sistolik/Diastolik (mmHg)

Optimal65 tahun)120-125/75-80

135-140/85

150/85135/90

140/90-160/95

160/95

D. Klasifikasi Hipertensi Menurut Perjalanan Penyakitnya:

Penggolongan hipertensi menurut perjalanan penyakitnya ini dibagi menjadi dua, yakni :

1. Hipertensi Benigna, bila timbulnya kenaikan tekanan darah terjadi secara berangsur,

2. Hipertensi Maligna, bila tekanan darah naik secara progresif dan cepat dan biasanya disertai dengan banyak komplikasi seerti GGk, CVA, hemoragi retina, dan ensefalopati (Tambayong, 2000).

E. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Kegawatan :

1. Hipertensi Emergensi, jika TD diastolik >120 mmHg, disertai dengan kerusakan organ target dan apabila ada keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat pada kematian,

2. Hipertensi Urgensi, jika TD Diastolik >120 mmHg dan tidak disertai dengan tanpa kerusakan organ namun dalam penanganannya tekanan darah harus diturunkan dalam 24 jam sejak onset.

F. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Bentuknya :

1. Hipertensi Diastolik

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya jenis hipertensi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

2. Hipertensi Sistolik

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik, umumnya ditemukan pada usia lanjut.

3. Hipertensi campuran

Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu kombinasi dari peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. (Gunawan, 2001)

2.2.3 Penyebab Hipertensi

Institut Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantaranya menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer, 2002 & Rubenstein, 2007). Etiologinya mungkin multifaktorial. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya bertambahnya usia, obesitas, asupan alkohol berlebihan. Sedangkan hipertensi sekunder bisa timbul akibat penyakit ginjal, penyakit endokrin (sindrom Cushing, sindrom Conn, feokromoditoma, akromegali), pil kontrasepsi oral, eklampsia, dan koaktasio aorta (Rubenstein, 2007).

A. Stenosis arteri ginjal

Stenosis arteri ginjal adalah suatu keadaan yang harus mendapat perhatian khusus. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal) menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri).B. Gagal ginjal

Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh. Apabila penderita menjalankan dialisis, penderita masih tetap harus minum obat untuk menjaga tetap normal.C. Kelebihan noradrenalin

Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar adrenal. Penyebab ini jarang dijumpai. Namun, bila ada kasus, termasuk gangguan yang dapat disembuhkan. Kelenjar adrenal terdapat tepat di atas tiap-tiap ginjal. Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang dapat mengeluarkan berbagai hormon ke dalam aliran darah. Bagian dalam kelenjar disebut medula yang mengeluarkan adrenalin atau hormon yang dihasilkan sebagai rasa takut, marah, dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung. Selain itu, medula juga menghasilkan hormon noradrenalin yang juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan meningkatkan tekanan darah. Hipertensi akibat terlalu banyak noradrenalin dapat dikendalikan dengan obat, tetapi untuk kesembuhannya diperlukan tindakan bedah.D. Sindroma cushing dan aldosteronisme

Sindrom ini merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini sebagai akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari lapisan luar kelenjar adrenal. Pada keadaan ini, dihasilkan hormon stres lain yaitu kortisol atau hormon lain yang disebut aldosteron hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam (atau sodium) dan melepaskan kalium.E. Alkohol

Hipertensi dikaitkan dengan konsumsi alkohol berlebihan dan hipertensi cenderung turun bila konsumsi alkohol dihentikan atau dibatasi.F. Stres

Mungkin hanya sedikit orang yang tidak segera menghubungkan hipertensi dengan stres. Namun, peranan stres sebagai faktor penyebab hipertensi tidak diragukan lagi. Stres dapat meningkatkan tekanan darah2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko untuk terjadinya hipertensi diantaranya:

A. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat keluarga ini berkaitan dengan genetik. Tentu saja orang-orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi memiliki risiko dua kali menderita hipertensi daripada orang-orang dengan riwayat keluarga tanpa hipertensi. Penelitian lain menyebutkan jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi ( Astawan,2002 )B. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause. Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001).

C. RasBerdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika (Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Penelitian genetika menunjukkan bahwa ras Afrika-Amerika cenderung sensitif terhadap natrium. Pada orang yang peka terhadap kadar dalam tubuhnya, setengah sendok teh garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga 5 mmHg. Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal, stroke, dan jantung. Namun, tentunya faktor resiko lain juga dapat berperan seperti diet dan berat badan.D. Kelebihan berat badan (overweight)Diperkirakan faktor utama hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah diet, aktivitas sistem saraf simpatik, resistensi insulin, atau hiperinsulinemia. Selain itu, dapat diterangkan pula bahwa pada individu yang mengidap obesitas jumlah darah yang beredar akan meningkat sehingga curah jantung akan naik, dan pada akhirnya mengakibatkan naiknya tekanan darah. Menurunkan berat badan merupakan salah satu yang terpenting dari modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Praktisi kesehatan dan dietisian harus berkonsultasi membantu pasien mengembangkan perencanaan penurunan berat badan (William, Hopper, 2007). Kehilangan berat badan 5 kg dapat membuat perbedaan penurunan tekanan darah.E. UsiaBagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bagi kaum pria, risiko ini cepat terjadi, yaitu saat usia 45-50 tahun. Karena adanya hormon penyebab menstruasi, risiko hipertensi pada wanita dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah menopause. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).F. MerokokKebiasaan merokok dapat menambah berat kerja jantung sehingga mendorong naiknya tekanan darah. Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).G. AlkoholKonsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Akibatnya, mempercepat timbulnya penyakit jantung yang lebih parah. Menurut AHA (American Heart Association) mengklaim batasan jumlah alkohol yang dikonsumsi untuk satu hari tidak lebih dari dua gelas sehari untuk pria dan satu gelas per hari bagi wanita.H. Diabetes dan kolesterolKedua penyakit ini dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis dan meningkatkan tekanan darah akibat dari gangguan regulasi hormon dan metabolik.I. Sensitivitas terhadap natriumNatrium (Na) atau yang biasa disebut juga sodium tidak hanya terdapat pada garam dapur. Terdapat juga pada minuman bersoda, penyedap rasa (vetsin), dan bahan pengawet pada produk makanan kaleng. Sensitivitas terhadap sodium tidak sama untuk semua orang. Kurang lebih 30% orang Amerika yang menderita hipertensi disebabkan oleh tingginya konsumsi sodium. Oleh karena itu, dianjurkan bagi orang dewasa untuk membatasi konsumsi sodium, yaitu tidak lebih 2.400 mg sehari atau setara dengan 5 gram (1 sendok teh) garam dapur. Terjadinya hipertensi karena konsumsi Na juga mungkin dipengaruhi oleh genetik individu dan kerusakan fisiologis. Individu yang peka terhadap hipertensi mempunyai risiko tinggi jika mengkonsumsi Na berlebihan. Orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi normal lebih peka terhadap hipertensi karena tidak dapat mengatur kadar Na dalam tubuh. Dengan kata lain, Na tidak dapat diekskresikan dalam jumlah normal oleh ginjal. Akibatnya, Na di dalam tubuh dan volume intravaskuler meningkat sehingga terjadi hipertensi. Hal ini biasanya umumnya terjadi pada manula (Julianti, 2007).

Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).

J. Aktivitas kurang gerak

Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktvitas atau kurang gerak akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).K. StressStress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

(Terlampir)2.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi primer sedang atau berat sebagian besar tanpa gejala selama bertahun-tahun sehingga sering disebut dengan silent killer. Gejala yang paling sering, sakit kepala, juga sangat spesifik. Sakit kepala suboccipital, terjadi di awal pagi dan mereda pada siang hari, dikatakan karakteristik, tetapi setiap jenis sakit kepala dapat terjadi. Hipertensi dipercepat dikaitkan dengan mengantuk, kebingungan, gangguan penglihatan, mual dan muntah (hipertensi ensefalopati). Selain gejala tersebut gejala lainnya seperti pusing, kelelalahan atau jika hipertensi sudah berlangsung hipertensi menahun akan muncul gejala mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur. Tidak jarang pula, pasien sering mengalami penurunan kesadaran/pingsan bahkan koma.

Hipertensi pada pasien dengan pheochromocytomas yang mengeluarkan dominasi norepinephrine biasanya dipertahankan tetapi mungkin episodik. Serangan khas berlangsung dari menit sampai jam dan berhubungan dengan sakit kepala, kecemasan, palpitasi, keringat banyak, pucat, tremor, dan mual dan muntah. Tekanan darah meningkat, dan angina atau edema paru akut dapat terjadi. Dalam aldosteronisme primer, pasien mungkin memiliki kelemahan otot, poliuria, dan nokturia karena hipokalemia, hipertensi maligna jarang terjadi. Hipertensi kronis sering menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang mungkin berhubungan dengan diastolik atau, dalam tahap akhir, disfungsi sistolik.

Penyebab keterlibatan serebral (1) stroke akibat trombosis atau (2) perdarahan kecil atau besar dari microaneurysms menembus arteri intrakranial. Hipertensi ensefalopati mungkin disebabkan oleh kongesti kapiler akut dan eksudasi dengan edema serebral. Temuan biasanya reversibel jika perawatan yang memadai diberikan segera. Tidak ada hubungan yang ketat tekanan darah diastolik dengan hipertensi ensefalopati, tetapi biasanya melebihi 130 mm Hg.

Tabel 2.3 Gambaran klinis-manifestasi organ target yang berhubungan dengan hipertensi darurat (Torre et al., 2009)

Organ TargetManifestasi Klinis

Sistem Saraf PusatPerubahan status mental

Kejang

Cerebrovascular accident

Sakit kepala

Perdarahan intrakranial

OptalmologiPenglihatan kabur

Diplopia

Perdarahan retina

Papilledema

Ginjal GGA dan hematuria

Kardiovaskular Angina (nyeri dada)

Congestive heart failure

Pulmonary edema

Aortic dissection

Hematologi Microangioplasthic hemolytic anemia

2.2.7 Pencegahan dan Penatalaksanaan Hipertensi

A. Pencegahan dan Penatalaksanaan

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7:

1. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg

2. Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg

3. Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

B. Penyuluhan Pasien dan Pemeliharaan Kesehatan: Perawatan di Rumah dan Komunitas

Turunkan Tekanan Darah ke Tingkat Normal

1. Tingkatkan kepatuhan terhadap terapi dengan cara biaya efektif yaitu obat antihipertensi, pembatasan diet natrium dan lemak, kontrol berat badan, perubahan gaya hidup, program latihan, dan perawatan kesehatan tindak lanjut pada interval teratur

2. Berikan dorongan konseling, penyuluhan dan kelompok swa bantu untuk keluarga dan pasien

Tingkatkan Kepatuhan dengan Program Perawatan Diri

1. Berikan dorongan partisipasi aktif pasien dalam program, termasuk pemantauan mandiri tekanan darah dan diet untuk meningkatkan kepatuhan.

2. Berikan dorongan pada pasien untuk tidak menggunakan alkohol karena alkohol dapat memberikan efek sinergis dengan obat.

3. Jangan anjurkan penggunaan tembakau dan produk nikotin.

4. Berikan pasien informasi tertulis mengenai efek yang diperkirakan serta efek samping obat.

5. Ajarkan pasien cara untuk mengukur tekanan darah mandiri.

(Baughman, 2000)C. Manajemen Non Farmakologi

Managemen non farmakologi (modifikasi gaya hidup terapeutik) memainkan peranan penting dalam managemen hipertensi. Ini mungkin satu-satunya pengobatan yang diperlukan dalam tahap satu hipertensi. Sayangnya data dari studi cross-sectional menunjukkan bahwa pengobatan non-farmakologis untuk pasien dengan hipertensi masih belum memadai. Beberapa manajemen non farmakologi dalam mengontrol tekanan darah antara lain :

1. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan adalah yang paling menguntungkan bagi pasien yang mempunyai lebih dari 10% kelebihan berat badan. BMI yang ideal untuk orang Asia sekitar 18,5-23,5 kg/m2. Target praktis untuk pasien kelebihan berat badan adalah pengurangan minimum 5% berat badan. Namun penurunan berat badan sebesar 4,5 kg secara signifikan mengurangi TD.

2. Mengurangi Konsumsi Sodium

Pengaruh pembatasan natrium dalam hipertensi dapat bervariasi. Subyek lansia lebih sensitif terhadap asupan natrium. Rata-rata, pengurangan 4 mmHg sistolik dan diastolik 2 mmHg dicapai dengan pembatasan natrium. Konsumsi 13,5 detikResiko tinggi jatuh

>24 detikDiperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan

>30 detikDiperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan melakukan ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)4. Kecemasan, GDS

Pengkajian Depresi

NoPertanyaanJawaban

YaTdkHasil

1.Anda puas dengan kehidupan anda saat ini010

2.Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan100

3.Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong100

4.Anda sering merasa bosan100

5.Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu010

8.Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda100

7.Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu010

8.Anda sering merasakan butuh bantuan100

9.Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan sesuatu hal101

10Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda100

11Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa010

12Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda100

13Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat010

14Anda merasa tidak punya harapan100

15Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda100

Jumlah 1

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing, 2006)Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

NoIndikatorsscorePemeriksaan

1.Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi 20

2.Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 30

3.Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 20

4.Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol setiap harinya 20

5.Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat makan makanan yang keras 20

6.Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 40

7.Lebih sering makan sendirian 11

8.Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih setiap harinya 11

9.Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 21

10.Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri 21

Total score1

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001)Interpretasi:0 2 : Good

3 5 : Moderate nutritional risk

6 : High nutritional risk6. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIAAlat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansiaNOURAIANFUNGSISKORE

1.Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya ADAPTATION 1

2.Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya PARTNERSHIP 2

3.Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru GROWTH 2

4.Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai AFFECTION 2

5.Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan waktu bersama-sama RESOLVE 2

Kategori Skor:Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1

3). Hampir tidak pernah : skore 0Intepretasi:< 3 = Disfungsi berat4 - 6 = Disfungsi sedang> 6 = Fungsi baik TOTAL 7

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

3.2 Analisa data

DataEtiologiMasalah keperawatan

DS :

Klien mengatakan tidak pernah membatasi garam yang digunakan Klien tidak tahu bahan makanan apa saja yang maengandung tinggi natrium

Klien mengatakan masih minum kopi setiap hari, 2 gelas setiap hari Klien dan keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan Klien mengatakan tidak pernah minum obat anti hipertensi dan tidak pernah kontrol ke puskesmasDO :

TD = 180/100 mmHggerontik+gaya hidup yg tidak sehat

Perubahan struktur dan fungsi vaskuler

Meningkatkan TD sistemik

Hipertensi

Manajemen HT yang masih kurang optimal

Pola diet yang salah

TD 180/100 mmHg

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatanKetidakefektifan pemeliharaan kesehatan

DS :

Klien mengatakan pusing dan tengkuknya terasa kaku/berat Klien mengatakan kepala kadang agak pusing

Klien mengatakan kadang-kadang sulit tidur di malam hariDO :

TD = 180/100 mmHg Wajah grimace Skala nyeri 3

gerontik+gaya hidup yg tidak sehat

Perubahan struktur dan fungsi vaskuler

Meningkatkan TD sistemik

Hipertensi

TD 180/100 mmHg

kadang masih merasa pusing/tengkuk berat

Nyeri akutNyeri akut

3.3 Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan bd perilaku ketidakpatuhan terapi2. Nyeri akut bd peningkatan tekanan vaskuler

3.4 Rencana Keperawatan

Nama Klien: Ny. S No Reg : -Usia: 65 tahunTanggal Pengkajian : 9 April 2015Diagnosa

KeperawatanTujuan dan

Kriteria hasilIntervensi

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatanTujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan, masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan teratasi

NOC : Knowledge : Hypertension ManagementIndikator

1

2

3

4

5

Target tekanan darah sistolik

Target tekanan darah diastolik

Tanda gejala hipertensi

Management HT yang benar

Manfaat modifikasi diet

Manfaat aktivitas dan latihan

1. Kaji mengenai manajemen HT selama ini2. Kaji hambatan/kesulitan klien dalam menjalani manajemen HT3. Kaji TTV klien, terutama TD dan Nadi4. Kaji pengetahuan klien mengenai managemen farmakologi HT

5. Kaji pengetahuan klien mengenai manajemen non farmakologis HT 6. Edukasi klien tentang pentingnya manajemen HT secara farmakologis dan non farmakologis 7. Edukasikan tentang diet rendah garam/DASH 8. Fasilitasi contoh menu makanan klien dalam sehari dan tawarkan berbagai bahan makanan yang disukai klien9. Diskusikan dengan klien mengenai diet yang diajalani selama ini10. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat sesuai indikasi, seperti obat antihipertensi

Nyeri Akut

Tujuan :Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 2 kali pertemuan, gangguan rasa nyaman teratasi

NOC : Pain LevelIndikator

1

2

3

4

5

Melaporkan nyeri (tidak ada)

Skala nyeri (skala 0)

Ketegangan otot (normal)

Ekspresi wajah (tenang)

1. Kaji PQRST of pain dengan komunikasi terapeutik.

2. Kaji dampak nyeri pada aktivitas sehari-hari.

3. Sarankan klien untuk meningkatkan istirahat.4. Sarankan klien untuk memodifikasi lingkungan agar meningkatkan rasa nyaman klien (seperti : tidur menggunakan bantal yang lebih rendah)

5. Edukasi klien tentang penggunaan teknik relaksasi dalam meningkatkan rasa nyaman6. Edukasi klien menggunakan teknik masase dalam meningkatkan rasa nyaman7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat sesuai indikasi, seperti obat analgesik.

3.5 Implementasi

TglNo. Dx KepJamTindakan KeperawatanEVALUASITanda tangan

9 April 20151,210.30 Memperkenalkan diri dengan sopan

Membuat kontrak waktu dengan pasien

Menjelaskan tujuan pertemuan

Mengukur tekanan darah pasien

Mengkaji keluhan yang dirasakan klien

Mengkaji dampak gangguan rasa nyaman pada aktivitas sehari-hari Mengkaji mengenai pengetahuan klien tentang HT dan diet HT Mengkaji mengenai pengetahuan klien tentang pola hidup sehat pada lansia dan posyandu lansia

Menyarankan klien untuk meningkatkan istirahat Menyarankan klien untuk banyak minum air putih Menyarankan pasien untuk memodifikasi lingkungan agar meningkatkan rasa nyaman pasien (seperti : tidur menggunakan bantal yang lebih rendah)

Memberikan KIE tentang HT dan tanda gejala. S:

Klien mengatakan tengkuknya masih terasa berat Klien mengatakan bahwa posyandu lansia adalah tempat untuk mengukur tensi daan perkumpulan para lansia

Klien mengatakan kurang mengerti tentang diet HT

Klien mengatakan mengerti tentang informasi yang disampaikan

Klien mengatakan akan memperbanyak istirahatnya Klien mengatakan senang telah diberi motivasi tentang kesehatan terutama tentang penyakit klienO:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien aktif bertanya

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 180/100 mmHg

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehat pada lansia dan posyandu lansia

13 April 20151,209.00 Membuat kontrak waktu dengan pasien

Mengukur tekanan darah pasien Mengkaji keluhan yang dirasakan klien

Menanyakan kembali tentang pengetahuan klien tentang hipertensi Memberikan KIE tentang pola hidup sehat pada lansia dan posyandu lansia Mengkaji pengetahuan klien tentang managemen terapi farmakologi dan nonfarmakologi Memberikan KIE tentang pentingnya managemen farmokalogi (obat) yang berkelanjutan

Memotivasi klien untuk mengkonsumsi obat dan kontrol secara teratur dan berkelanjutan.

Membuat kontrak dengan klien untuk pertemuan berikutnya

S:

Klien mengatakan tengkuknya terkadang masih terasa berat.

Klien dapat menjelaskan kembali tentang hipertensi Klien dapat menjelaskan kembali tentang pola hidup sehat pada lansia dan posyandu lansia Klien mengatakan selama ini tidak pernah minum obat anti hipertensi Klien mengatakan tidak pernah kontrol ke puskesmas, biasanya hanya kontrol ke kader saat posyandu lansia, tetapi sekarang sudah jarang mengikuti posyandu lansia karena malas.

O:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 170/90 mmHgA: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan kesehatan tentang diet rendah garam

15 April 2015109.00 Membuat kontrak waktu dengan pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Menanyakan menu sarapan yang telah dimakan

Mengkaji pengetahuan klien tentang diet rendah garam Memberikan KIE tentang diet rendah garam

Berdiskusi tentang menu makanan yang baik untuk penderita hipertensi

Menganjurkan klien banyak mengonsumsi buah dan sayur

Membuat kontrak dengan klien untuk pertemuan berikutnya

S:

Klien mengatakan tidak pernah minum obat anti hipertensi Klien mengatakan tadi pagi sarapan dengan nasi, sayur, tempe, tahu Klien mengatakan setiap hari minum 2 gelas kopi Klien mengatakan mengerti pentingnya diet rendah garam

Klien mengatakan akan mengurangi makan makanan yang asin-asin

O:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 170/90 mmHg

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya aktivitas dan latihan

18 April 2015108.00 Membuat kontrak waktu dengan pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Menanyakan keluhan yang di rasakan klien

Menanyakan kembali tentang diet rendah garam Memberikan KIE pentingnya aktivitas dan latihan

Membuat kontrak dengan klien untuk pertemuan berikutnya

S:

Klien mengatakan sudah tidak pusing lagi

Klien mengatakan sudah mengurangi makanan yang asin-asin Klien mengatakan tidak bisa berhenti untuk minum kopi Klien mengatakan biasanya olahraga dengan lari-lari, tetapi tidak setiap hari

Klien mengatakan mengerti manfaat dari olahraga dan akan berusaha untuk berolahraga setiap hari, walaupun hanya lari-lariO:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 160/80 mmHgA: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan kesehatan pentingnya aktivitas dan latihan

22 April 2015109.00 Membuat kontrak waktu dengan pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Menanyakan keluhan yang di rasakan klien

Menanyakan kembali tentang diet rendah garam

Mengajarkan klien penanganan nonfarmakologi dengan cara back massage Terminasi

S:

Klien mengatakan tidak ada keluhan

Klien mengatakan sudah mengurangi makanan yang asin-asin

Klien mengatakan masih tetap tidak bisa untuk berhenti minum kopiO:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Klien mampu mengikuti dan mempraktekkan kembali cara back massage yang sudah diajarkan

Tekanan darah: 160/90 mmHgA: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

BAB VIPEMBAHASAN

4.1 Hasil dan AlasanBerdasarkan hasil intervensi selama 3 minggu dengan dilakukan lima kali kunjungan rumah menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil. Hal ini tampak dengan outcome masalah yang ditemukan pada saat pengkajian dapat teratasi setelah intervensi dijalankan. Tekanan darah klien menunjukkan penurunan dibandingkan sejak awal pengkajian. Selain itu klien juga tidak mengeluhkan lagi tekait ketidaknyaman yang dialaminya akibat penyakit yang dirasakannya.

Hipertensi yang dialami lansia merupakan hipertensi primer yang dikarenakan usia lansia. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan klien terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit yang dialaminya. Rendahnya tingkat pendidikan serta ekonomi yang menengah ke bawah membuat klien jarang memeriksakan penyakitnya.Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. S cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dikarenakan usia dan penurunan degeneratif. Selain itu, kondisi Ny. S juga diperparah oleh konsumsi makanan yang tidak sehat, tidak pernah kontrol dan tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Dalam hal ini perawat pengelola memberikan KIE yang tepat kepada klien diantaranya KIE hipertensi dan tanda gejalanya, KIE penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologi, KIE penatalaksanaan hipertensi dengan diet rendah garam dan KIE teknik back massage dalam mengontrol tekanan darah.4.2 Hambatan

Hambatan selama 3 minggu tidak ada. Klien sangat terbuka dan sangat antusis saat berdiskusi, hanya saja klien sulit untuk di mengurangi konsumsi kopiBAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ny. S mengalami hipertensi yang tidak terkontrol. Pengetahuan klien tentang penyakit dan penatalaksaannya masih kurang. Hasil intervensi yang diberikan menunjukkan output yang baik dimana meningkatnya pengetahuan lansia tentang penyakitnya serta adanya penurunan tekanan darah.

5.2 Saran

Penyakit hipertensi adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan dan hanya dapat dikontrol. Sehingga perlunya peran serta dari orang orang sekitar klien seperti keluarga, dan masyarakat disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.Buku Pedoman Sehat Bersama Askes, Sehat Bersama Hipertensi. 2007. Jakarta : Depkes RI.Chobanian AV. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressue : Hypertension (JNC 7). Journal of the American Heart Association, 2003, 42, 1206 1252.Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Jakarta : Balai Pustaka FKUI

Doengoes, et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.Herdman, T.H (ed). 2012. Nanda Internasional : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC.Kearney, P. M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P. K, HE, J. 2005. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. The Lancet, 365, 217-223.Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Price, Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC.Soendoro, Triono. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI.

Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. 2008. Buku saku : Asuhan keperawatan geriatric. Edisi 2. Alih bahasa Nike B.S. Jakarta : EGC.Wihastuti TA, Ika Setyo R, Luh Putu AA. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnoses Handbook With NIC Interventions Dan NOC Outcomes. New Jersey: Pearson Prentica Hall.Renin

Iskemik ginjal

Deficit lapang pandang

Gangguan penglihatan

Tekanan intraocular meningkat

Tekanan pembuluh darah otak meningkat

Gangguan rasa nyaman

Tekanan intravascular meningkat

Tekanan darah meningkat

Peningkatan volume cairan ekstrasel

Koping individu tidak efektif

Mekanisme koping, harapan tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik

Deficit motorik

Intoleransi aktivitas

Suplai O2 dan nutrien tidak maksimal

Reabsorbsi Na dan air Sekresi K dan H

Ion exchange di tubulus ginjal

Sekresi aldosteron

Angiotensin II (vasokontriksi)

ACE

Angiotensin

Angiotensin I

Penurunan volume extrasel dan perfusi renal

Kelemahan

Kurang pengetahuan

Kurang informasi

Intake inadekuat

Mual, muntah

Menurunnya relaksasi otot polos pembuluh darah

ateroskeloris

Tahanan perifer meningkat

Penurunan cardiac output

Vasokontriksi pembuluh darah

Hilangnya elastisitas jaringan ikat

Usia Lanjut

Rokok

Kopi

Elastisitas dinding aorta menurun

Katup jantung menebal dan kaku

Kemampuan memompa darah menurun

Hilangnya elastisistas pembuluh darah

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Tembakau

Nikotin

Penyempitan pembuluh darah

Tekanan darah meningkat

Meningkatkan adrenalin

Meningkatkan tekanan darah, Nadi, dan tekanan kontraksi jantung

Kafein

Hipertensi Primer

Resiko cedera

50