Upload
himmah-bandariy
View
108
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan baku
Citation preview
TUGAS AUDITING DAN ATESTASI
“Laporan Audit Bentuk Baku dan Tidak Baku”
Kelompok 3:
Galih Hapsari Kirana 120301122200
Himmah Bandariy 12030112220067
Rr. Anindita Widiasti 120301122200
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tahap akhir penugasannya, Auditor harus menerbitkan Audit Report (Laporan
Auditor). Berdasarkan bentuknya Audit Report ada 2 jenis: (1) Laporan Auditor Bentuk Baku
dan (2) Laporan Auditor modifikasi dari Laporan Auditor Bentuk Baku (dapat berupa
modifikasi kata atau penambahan explanatory paragraph).
Laporan audit bentuk baku (standar unqualified audit report)- adalah laporan yang
diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi, tidak diketemukan
kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta laporan ini berisi pendapat
auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP/PSAK.
Opini yang diberikan ada 4 macam: (1) Unqualified, (2) qualified, (3) adverse, dan (4)
disclaimer of opinion. Laporan bentuk baku dengan unqualified opinion digunakan apabila
terdapat keadaan berikut:
Seluruh (empat) basic financial statements tercakup dalam laporan keuangan yang
diaudit.
Ketiga Standar Umum telah dilaksanakan secara sepenuhnya.
Bukti audit yang memadai telah dikumpulkan dan ketiga Standar Pekerjaan
Lapangan telah dilaksanakan oleh Auditor Laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan SAK/GAAP dan dilaksanakan secara konsisten.
Tidak ada kondisi yang memerlukan paragraf penjelas (explanatory paragraph) atau
modifikasi kalimat (modified wording) dalam laporan
Rumusan Masalah
1. Apa kaitannya nama auditor dengan laporan keuangan?
2. Bagaimana bentuk laporan laporan keuangan auditor atas laporan keuangan?
3. Bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor dalam bentuk baku ?
4. Apakah laporan audit bentuk baku dan bentuk tidak baku?
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Tinajuan Pustaka
2.1. Laporan Audit Bentuk Baku
2.1.1. PENGAITAN NAMA AUDITOR DENGAN LAPORAN KEUANGAN (SA
500 Seksi 504)
Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut :
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada dan tingkat taggungjawab yang dipikul oleh auditor.
Jika seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan suatu entitas publik, namun
belum mengaudit atau me-review laporan tersebut, bentuk laporan yang diterbitkan oleh
akuntan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat atas Laporan Keuangan yang tidak
diaudit
(Pihak yang dituju oleh akuntan)
Laporan posisi keuangan (neraca) PT. KXT tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X2
laporan laba (rugi) komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terlampir
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak kami audit dan, oleh karena
itu, kami tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
(Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik)
(Tanggal)
Jika akuntan menyadari bahwa namanya dimasukkan dalam komunikasi tertulis suatu
entitas publik yang disusun oleh klien yang berisi laporan keuangan yang tidak diaudit atau
di-riview, ia harus meminta :
1. Bahwa namanya tidak dimasukkan dalam komunikasi tersebut.
2. Bahwa laporan keuangan diberi tanda sebagai tidak diaudit dan terdapat catatan
bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
Jika klien tidak mematuhi permintaan tersebut, akuntan harus menasihati kliennya bahwa
ia tidak menizinkan penggunaan namanya dan harus mempertimbangkan tindaka lain yang
mungkin sesuai.
2. Pernyataan Tidak Memeberikan Pendapat Bila Auditor Tidak Independen
Standar umum kedua mengharuskan: “Dalam semua hal yang behubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. ” Auditor
independen harus tidak memihak kepada kliennya; jika tidak, ia akan dapat memisahkan diri
agar temuan-temuannya dapat diandalkan. Mengenai independensi akuntan, hal ini
merupakan sesuatu yang harus diputuskan oleh akuntan yang bersangkutan dan merupakan
pertimbangan profesional.
Jika akuntan tidak independen, prosedur apa pun yang dilaksanakan tidak akan sesuai
dengan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, dan ia akan terhalang
dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, ia harus menyatakan
tidak memberikan pendapat terhadap laporan keuangan dan harus menyatakan secara khusus
bahwa ia tidak independen.
Jika suatu laporan keuangan merupakan laporan keuangan entitas non publik, dan akuntan
tidak independen, ia harus mengacu ke Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.
Contoh laporan semacam itu disajikan berikut ini:
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami tidak independen dalam hubungannya dengan PT KXT, dan neraca tanggal 31
Desember 20X1, dan laporan laba rugi, laporan perubahan equitas, dan laporan arus kas
terlampir yang berakhir pada tanggal tersebut tidak kami audit, oleh karena itu, kami tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik]
[Tanggal]
3. Keadaan yang Memerlukan Modifikasi atas Pernyataan Tidak Memberikan
Pendapat
Jika akuntan menyimpulkan bahwa atas dasar fakta yang diketahuinya, laporan keuangan
yang terhadapnya ia tidak menyatakan pendapat, disusun tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk pengungkapannya, ia harus
menyarankan kepada klien untuk melakukan revisi semestinya. Jika klien tidak melaksanakan
saran yang diberikan oleh akuntan, ia harus menjelaskan penyimpangan tersebut dalam
pernyataan tidak memberikan pendapatnya.
Penjelasan ini harus merujuk secara spesifik mengenai sifat penyimpangan dan, jika dapat
dilaksanakan, menyatakan dampaknya atas laporan keuangan atau memasukkan informasi
yang diperlukan untuk pengungkapan memadai.
Bila dampak penyimpangan tesebut atas laporan keuangan tidak dapat ditentukan secara
beralasan, pernyataan tidak memberikanpendapat harus menyatakan hal itu. Bila
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup
pengungkapan yang tidak memadai, tidak mungkin bagi akuntan untuk memasukkan
pengungkapan yang tidak dicantumkan tersebut dalam laporan auditnya.
Sebagai contoh, jika manajemen menghilangkan semua pengungkapan penting,akuntan
harus secara jelas menunjukkan hal tersebut di dalam laporan auditnya, namun akuntan tidak
diharapkan untuk memasukkan pengungkapan tersebut dalam laporan auditnya. Jika klien
tidak setuju dengan revisi atas laporan keuangannya atau tidak mau menerima
pernyataantidak memberikan pendapat dari akuntan dengan penjelasan mengenai
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia tersebut, akuntan harus
menolak pengaitan namanya dengan laporan keuangan dan, jika perlu, menarik diri
dariperikatan
4. Pelaporan atas Laporan Keuangan Auditan atau yang Tidak Diaudit dalam Bentuk
Komparatif.
Bila laporan keuangan yang tidak diaudit disajikan dalam bentuk komparatif dengan
laporan keuangan auditan dalam dokumen yang diserahkan kepada Bapepam, laporan
keuangan yang tidak diaudit tersebut harus secara jelas diberi tanda “tidak diaudit,” namun
tidak perlu diacu dalam laporan auditor.
Bila laporan keuangan periode yang lalu telah diaudit dan laporan atas periode sekarang
berisi paragraf terpisah, laporan tersebut harus menunjukkan:
a) Bahwa laporan keuangan tahun yang lalu telah diaudit sebelumnya,
b) Tanggal laporan audit sebelumnya,
c) Tipe pendapat yang dinyatakan sebelumnya,
d) Jika pendapat yang dinyatakan selain pendapat wajar tanpa pengecualian, alasan yang
menguatkannya,
e) Bahwa tidak ada prosedur audit yang dilaksanakan setelah tanggal laporan audit
sebelumnya.
Suatu contoh paragraf terpisah disajikan berikut ini:
“Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami
audit (atau diaudit oleh auditor independen lain) dan kami (a) menyatakan pendapat
wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan tersebut dalam laporan kami
(laporannya) bertanggal 1 Maret 20X2, namun kami (ia) tidak melaksanakan prosedur
audit apa pun setelah tanggal laporan audit kami (auditnya) tersebut”
Bila laporan keuangan periode yang lalu tidak diaudit dan laporan atas periode sekarang
berisi paragraf terpisah, laporan auditor harus memasukkan (a) suatu pernyataan tentang jasa
yang dilaksanakan dalam periode yang lalu, (b) tanggal laporan tersebut, (c) suatu pernyataan
bahwa jasa tersebut berlingkup lebih sempit dari pada audit dan tidak memberikan dasar
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika laporan
keuangan merupakan laporan entitas publik, paragraf terpisah harus berisi pernyataan tidak
memberikan pendapat atau penjelasan suatu review. Jika laporan keuangan tersebut
merupakan laporan entitas nonpublik, dan laporan keuangan dikompilasi atau direview,
paragraf terpisah harus berisi penjelasan semestinya tentang kompilasi dan review tersebut.
Sebagai contoh, suatu paragraf terpisah yang menjelaskan suatu review disajikan dengan
kata-kata sebagai berikut:
Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami
review (atau di-review oleh auditor independen lain) dan laporan kami (laporannya) atas
laporan keuangan tersebut, bertanggal 1 Maret 20X2, berisi pernyataan bahwa kami (a) tidak
mengetahui adanya modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Namun, suatu review
sangat terbatas lingkupnya dibandingkan dengan audit dan tidak memberikan dasar bagi kami
(baginya) untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Suatu paragraf terpisah yang menjelaskan suatu kompilasi disajikan dengan kata-kata
sebagai berikut:
Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 20X1 telah kami
kompilasi (atau dikompilasi oleh auditor independen lain) dan laporan kami (laporannya) atas
laporan keuangan tersebut, bertanggal 1 Maret 20X2, berisi pernyataan bahwa kami (ia) tidak
mengaudit atau me-reviewlaporan keuangan tersebut dan, oleh karena itu, kami (ia) tidak
memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas laporan keuangan tersebut.
2.1.2. JENIS PENDAPAT AKUNTAN (SPAP - PSA 29,SA Seksi 508)
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Diberikan karena : Auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
standar auditing (SPAP), mengumpulkan bahan bukti yang cukup, tidak
menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari PABU.
Laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material untuk posisi keuangan (Lap.Neraca), hasil usaha (Lap.Laba-Rugi),
perubahan ekuitas dan arus kas.
2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with
Explanatory Language)
Diberikan karena : Terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan, namun tidak mempengaruhi pendapat wajar
tanpa pengecualian.
3) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Diberikan karena : Penyajian laporan keuangan telah wajar (dalam semua hal
yang material laporan keuangan telah sesuai dengan PABU) kecuali untuk hal
yang dikecualikan.
4) Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Diberikan karena : menurut pertimbangan auditor laporan keuangan secara
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan PABU
Harus dijelaskan dalam paragraf yang terpisah sebelum paragraf pendapat,
alasan yang mendukung pendapat tidak wajar dan dampaknya terhadap laporan
keuangan
5) Pendapat Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Diberikan karena : auditor tidak dapat merumuskan pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan sesuai dengan PABU
Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memberikan
pendapat (adanya pembatasan lingkup audit)
Auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif
yang mendukung pembatasan tsb
Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan dan menjelaskan
karakteristik auditnya dalam paragraf lingkup audit bentuk baku.
2.1.3. BENTUK BAKU LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN (SA
500 Seksi 508)
SA Seksi 508 berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan dengan audit atas
laporan keuangan historis yang ditujukan untuk menyajikan posisi keuangan, hal usaha, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Seksi ini berisi
berbagai tipe laporan auditor, penjelasan berbagai keadaan yangsesuai dengan tipe laporan
masing-masing, dan berbagai contoh laporan auditor.
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil
usaha, dan arus kas sesuai dengan prisnsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Tujuh Bagian Laporan Auditor Bentuk Baku
1) Judul Laporan
2) Address - Kepada siapa laporan ditujukan
3) Paragraf Pendahuluan (Introductory paragraph)
4) Paragraf Lingkup Audit (scope paragraph)
5) Paragraf Opini (opinion paragraph) – berisi pendapat (opini) audit.
6) Nama KAP dan partner yang menandatangani.
7) Tanggal Laporan Audit
Laporan auditor bentuk baku, memuat 3 paragraf :
1. Menyebutkan laporan keuangan yang diaudit dalam paragraf pengantar.
2. Menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit
3. Menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat.
Contoh dari Bentuk Baku laporan auditor :
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan
laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa, audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31
Desember 20X2, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan
publik]
[Tanggal]
Dilihat dari contoh di atas, unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai
berikut:
a. Suatu judul yang memuat kata independen.
b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor.
c. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan atas auditnya.
d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan
dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material.
f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
(1) Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
(2) Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
(3) Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan
dasar memadai untuk memberikan pendapat.
h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha
dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan
publik
j. Tanggal laporan auditor.
2.1.4. BAHASA PENJELASAN YANG DITAMBAHKAN DALAM LAPORAN
AUDITOR BENTUK BAKU (SA SEKSI 508)
Keadaan tertentu seringkali mengharuskan auditor menambahkan paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan
tersebut meliputi:
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
Apabila auditor memutuskan untuk membuat pengacuan ke laporan auditor independen
lain sebagai sebagian dari dasar bagi pernyataan pendapatnya, ia harus menjelaskan
kenyataan ini dalam paragraf pengantar dalam laporannya dan ia harus mengacu ke laporan
auditor lain dalam pernyataan pendapatnya. Pengacuan ini merupakan petunjuk adanya
pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.
Ketidak konsistenan
Laporan auditor bentuk baku secara tersirat menyatakan bahwa auditor puas bahwa
daya banding laporan keuangan di antara periode-periode akuntansi tidak secara material
dipengaruhi oleh perubahan dalam prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut
telah diterapkan secara konsisten di antara dua periode atau lebih, baik karena tidak terjadi
perubahan prinsip akuntansi, atau telah terjadi suatu perubahan prinsip akuntansi atau metode
penerapannya, namun dampak perubahan atas daya banding laporan keuangan tidak material.
Dalam hal ini, auditor tidak perlu menyatakan konsistensi dalam laporannya. Namun, jika
terjadi perubahan prinsip akuntansi atau metode penerapannya yang mempunyai akibat
material terhadap daya banding laporan keuangan perusahaan, auditor harus menyatakan
perubahan tersebut dalam paragraf penjelasan di dalam laporannya.
Paragraf penjelasan tersebut (setelah paragraf pendapat) harus menunjukkan sifat
perubahan dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang membahas secara rinci
perubahan tersebut. Persetujuan auditor terhadap suatu perubahan bersifat tersirat kecuali jika
auditor mengecualikan perubahan tersebut dalam menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
Paragraf penjelasan yang sesuai dengan perubahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Seperti telah dijelaskan pada Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan mengubah
metode perhitungan depresiasi dalam tahun 20X2. Tambahan paragraf penjelasan dalam
laporan auditor harus dicantumkan dalam laporan auditor atas laporan keuangan tahun
berikutnya, jika tahun terjadinya perubahan disajikan dan dilaporkan. Namun, jika perubahan
akuntansi dipertanggungjawabkan dengan cara penyajian kembali laporan keuangan yang
terpengaruh, paragraf tambahan harus disajikan hanya dalam tahun terjadinya perubahan,
karena, dalam tahun-tahun berikutnya, semua periode yang disajikan akan dapat
dibandingkan.
b. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan
komparatif.
Jika dalam audit sekarang, auditor menemukan keadaan atau peristiwa yang
berdampak material terhadap laporan keuangan periode sebelumnya, ia harus
mempertimbangkan semua hal bila ia memutakhirkan laporannya atas laporan
keuangan periode sebelumnya tersebut. Sebagai contoh, jika auditor sebelumnya
menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapt tidak wajar atas
laporan keuangan periode sebelumnya karena adanya penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan laporan keuangan periode
sebelumnya disajikan kembali untuk disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, auditor yang memutakhirkan laporannya atas laporan
keuangan periode sebelumnya tersebut harus menunjukkan bahwa laporan keuangan
tersebut telah disajikan kembali dan harus memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan yang disajikan kembali tersebut.
Jika, dalam laporan auditor yang telah dimutakhirkan, pendapat auditor
berbeda dengan pendapat yang sebelumnya dinyatakan atas laporan keuangan periode
sebelumnya, auditor harus menjelaskan semua alasan yang mendukung perbedaan
pendapat dalam paragraf penjelasan yang disajikan terpisah sebelum paragraf
pendapat. Paragraf penjelasan harus menjelaskan tanggal laporan auditor sebelumnya,
tipe pendapat yang sebelumnya dinyatakan oleh auditor, keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan auditor menyatakan pendapat yang berbeda pendapat auditor yang telah
dimutakhirkan atas laporan keuangan berbeda dengan pendapat yang diberikan dalam
periode sebelumnya atas laporan keuangan tersebut. Berikut ini adalah contoh
paragraf penjelasan yang cocok jika auditor menerbitkan laporan yang dimutakhirkan
atas laporan keuangan periode sebelumnya yang berisi pendapat yang berbeda dengan
pendapat yang diberikan sebelumnya.
c. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review.
Laporan auditor atas laporan keuangan auditan harus diperluas jika data
keuangan tertentu yang diharuskan oleh badan pengatur dihilangkan atau tidak di-
review. Sebagai contoh, jika data keuangan periode interim yang diharuskan oleh
badan pengatur oleh klien tidak dicantumkan dalam laporan keuangannya, laporan
auditor harus memuat paragraf tambahan berikut ini:
Perusahaan tidak menyajikan data keuangan periode interim tertentu, yang
ditetapkan oleh badan pengatur sebagai informasi tambahan terhadap laporan
keuangan pokok. Jika data keuangan periode interim tertentu sebagaimana yang
ditetapkan oleh badan pengatur tidak di-review oleh akuntan, laporan auditor harus
berisi paragraf tambahan berikut ini:
Data keuangan kuartalan pada halaman xx berisi informasi yang tidak kami
audit, dan oleh karena itu, kami tidak menyatakan pendapat atas data tersebut. Kami
telah mencoba, namun tidak berhasil, untuk me-review data keuangan kuartalan
tersebut berdasarkan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, karena kami
yakin bahwa pengendalian intern perusahaan untuk membuat informasi keuangan
interim tidak memberikan dasar yang memadai bagi kami untuk menyelesaikan
review tersebut.
d. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Dewan Standar
Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari
panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi
prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan-keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut
sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
e. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara
material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Penekanan atas suatu hal
Dalam beberapa keadaan, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal
yang berkaitan dengan laporan keuangan. Informasi penjelasan semacam itu harus disajikan
dalam suatu paragraf terpisah dalam laporan auditor. Frasa seperti “dengan penjelasan
sebelumnya (berikut ini)” harus tidak digunakan dalam paragraf pendapat jika paragraf
penekanan dicantumkan dalam laporan auditor. Paragraf penekanan tidak pernah diharuskan;
paragraf tersebut dapat ditambahkan semata-mata karena pertimbangan auditor. Contoh hal-
hal yang menurut pertimbangan auditor perlu mendapatkan penekanan adalah:
a. Bahwa entitas adalah komponen dari perusahaan yang lebih besar.
b. Bahwa entitas mempunyai transaksi signifikan dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
c. Peristiwa kemudian penting yang luar biasa.
d. Masalah-masalah akuntansi, selain yang berkaitan dengan perubahan dalam prinsip
akuntansi, yang berdampak atas daya banding laporan keuangan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya.
2.2. Laporan Audit Bentuk Tidak Baku (SA 500 Seksi 508)
2.2.1 PENDAPAT WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Kondisi tertentu
mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat ini dinyatakan
bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup
audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak
memberikan pendapat.
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan
semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan
sebelum paragraf pendapat.
Pembatasan lingkup audit
Auditor dapat menentukan bahwa ia dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian hanya jika audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan oleh karena itu hanya jika ia dapat menerapkan
prosedur audit yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. Pembatasan terhadap lingkup
audit, baik yang dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan, seperti waktu pelaksanaan audit,
kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidakcukupan catatan akuntansi,
mungkin mengharuskan auditor memberikan pengecualian di dalam pendapatnya atau
pernyataan tidak memberikan pendapat. Dalam hal ini, alasan pengecualian atau pernyataan
tidak memberikan pendapat harus dijelaskan oleh auditor dalam laporannya.
Perikatan dengan pelaporan terbatas
Auditor mungkin diminta untuk melaporkan hasil audit atas salah satu unsur laporan
keuangan pokok dan tidak yang lain. Sebagai contoh, ia diminta untuk melaporkan hasil audit
atas neraca dan bukan atas laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, atau laporan arus
kas. Perikatan ini tidak menyangkut pembatasan lingkup audit jika akses auditor terhadap
informasi yang mendasari laporan keuangan pokok tidak dibatasi dan jika ia menerapkan
semua prosedur audit yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. Perikatan ini menyangkut
pembatasan tujuan pelaporan, bukan pembatasan lingkup audit. Auditor mungkin diminta
hanya melaporkan hasil audit atas neraca saja.
Penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia
Apabila laporan keuangan secara material terpengaruh oleh suatu penyimpangan dari
standar akuntansi keuangan di Indonesia dan auditor teah mengaudit laporan keuangan
tersebut berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Insitute Akuntan Publik Indonesia,
maka ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
Pengungkapan yang tidak cukup.
Informasi pokok untuk penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia harus disajikan dalam laporan keuangan (termasuk catatan atas
laporan keuangan yang bersangkutan). Jika informasi tersebut disajikan di tempat lain dalam
laporan kepada pemegang saham, atau dalam prospektus, surat kuasa (proxy statement), atau
laporan semacam yang lain, informasi tersebut harus diacu dalam laporan keuangan. Jika
laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak menjelaskan informasi
tersebut yang diharuskan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, karena
adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan keharusan
bagi auditor untuk menyediakan informasi tersebut dalam laporan auditor, bila secara praktis
untuk dilaksanakan, kecuali jika tidak disajikannya informasi tersebut dalam laporan auditor
diakui sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing khusus. Berikut ini disajikan contoh
laporan auditor yang berisi pengecualian karena adanya pengungkapan yang tidak cukup
(dianggap dampak pengungkapan yang tidak cukup ini tidak mengakibatkan auditor
memberikan pendapat tidak wajar).
Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia yang
Menyangkut Risiko atau Ketidakpastian, dan Pertimbangan Materialitas. Penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang menyangkut risiko atau
ketidakpastian umumnya dikelompokkan ke dalam satu di antara tiga golongan:
a. Pengungkapan yang tidak memadai
Jika auditor berkesimpulan bahwa hal yang berkaitan dengan risiko atau ketidakpastian
tidak diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar. Auditor harus mempertimbangkan materialitas
dalam mengevaluasi kecukupan pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan risiko atau
ketidakpastian dalam laporan keuangan dalam hubungannya dengan laporan keuangan secara
keseluruhan. Pertimbangan materialitas berkaitan dengan risiko atau ketidakpastian dilakukan
dengan mempertimbangkan keadaan yang melingkupinya. Auditor mengevaluasi materialitas
kerugian yang kemungkinan akan terjadi secara masuk akal pada saat penyelesaian
ketidakpastian, baik secara individual maupun secara gabungan. Auditor melaksanakan
evaluasi terhadap kerugian yang mungkin secara masuk akal terjadi tanpa
mempertimbangkan evaluasinya terhadap materialitas salah saji yang diketahuinya dan yang
mungkin dalam laporan keuangan.
b. Ketidaktepatan prinsip akuntansi
Dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen melakukan estimasi hasil peristiwa
masa depan tipe tertentu. Sebagai contoh, estimasi biasanya dibuat tentang masa manfaat
aktiva yang disusut, dapat atau tidak dapat tertagihnya piutang usaha, nilai realisasi bersih
pos sediaan, penyisihan untuk jaminan produk. Standar akuntansi keuangan yang berkaitan
dengan kontijensi menjelaskan situasi yang di dalamnya ketidakmampuan untuk membuat
estimasi masuk akal dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan prinsip akuntansi yang
digunakan. Dalam situasi tersebut atau yang lain, jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip
akuntansi yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan secara material, ia
harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
c. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal.
Biasanya auditor dapat memuaskan dirinya tentang kewajaran estimasi manajemen
tentang dampak peristiwa masa depan dengan mempertimbangkan berbagai tipe bukti audit,
termasuk pengalaman historis entitas. Jika auditor berkesimpulan bahwa estimasi manajemen
tidak masuk akal (lihat SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan Materialitas dalam
Pelaksanaan Audit, dan SA Seksi 342 [PSA No, 37] Auditing atas Estimasi Akuntansi) dan
menjelaskan bahwa dampaknya adalah menyebabkan laporan keuangan disajikan salah
secara material, ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar
Perubahan akuntansi.
Auditor harus menilai perubahan dalam prinsip akuntansi agar ia mengetahui :
a. Prinsip akuntansi yang baru diterapkan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia,
b. Metode akuntansi untuk memperlakukan dampak perubahan tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
c. Alasan yang mendasari perubahan akuntansi adalah beralasan.
Jika perubahan akuntansi tidak memenuhi kondisi tersebut, laporan auditor harus
menunjukkan hal ini, dan pendapat auditor harus berisi pengecualian seperti yang diuraikan
sebagai berikut, Jika :
a. Prinsip akuntansi yang baru diterapkan bukan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia,
b. Metode akuntansi untuk memperlakukan dampak perubahan tersebut tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, atau
c. Manajemen tidak memberikan alasan perubahan yang beralasan,
2.2.2. PENDAPAT TIDAK WAJAR
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, is
harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a)
semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama ha) yang
menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan
secara beralasan, laporan auditor harus menyatakan hal itu. Jika pendapat tidak wajar
dinyatakan oleh auditor, paragraf pendapat harus berisi perujukan langsung ke paragraf
terpisah yang menjelaskan dasar untuk pendapat tidak wajar tersebut.
2.2.3 PERNYATAAN TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat
bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika
auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua
alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. Pernyataan tidak memberikan
pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai
untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak
memberikan pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa
terdapat penyimpangan material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika
pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan lingkup audit, auditor harus
menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantifyang mendukung
pernyataannya tersebut. Ia harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak harus menunjukkan prosedur
yang dilaksanakan dan tidak harus menjelaskan karakteristik auditnya dalam suatu paragraf
(yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan auditor bentuk baku).
Jika auditor menjelaskan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, tindakan ini dapat mengakibatkan kaburnya
pernyataan tidak memberikan pendapat. Sebagai tambahan, ia harus menjelaskan keberatan
lain yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.