Upload
alfinmustafida
View
927
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Aliran Darah Pada Ekor Ikan Komet Dan Penjendalan Darah (Koagulasi)
Nama Praktikan : Norma Rahmawati
NRP : 1508100005
Kelompok : VII
Asisten : Enny Suyantri dan Dwi Oktafitria, S.Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peredaran darah berkaitan dengan hal-hal mengenai pergerakan darah di
dalam pembuluh darah serta perpindahan darah dari satu tempat ke tempat lain.
Peredaran darah berperan dalam transportasi, osmoregulasi dan temoregulasi.
Aliran darah berfungsi untuk mengedarkan zat makanan, gas-gas terlarut dan
materi organik ke dalam jaringan-jaringannya. Oleh jaringan kemudian akan
diedarkan ke seluruh sel agar dapat digunakan sebagai bahan baku untuk proses
metabolisme dalam tubuh hewan yang terkait.
Proses pembekuan darah diperlukan agar darah tidak terus mengalir keluar
tubuh ketika pembuluh darah robek. Darah di dalam pembuluh darah bersifat cair
namun jika keluar akan bersifat gel. Proses ini disebut penjendalan darah atau
koagulasi darah. Substansi penting dalam proses koagulasi darah antara lain
trombokinase, kalsium, protombin dan fibrinogen. Waktu yang diperlukan tiap
orang dalam proses penjendalan darah juga berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam
praktikum akan dibahas lebih lanjut faktor-faktor dalam proses koagulasi dan
waktu yang dibutuhkan darah untuk koagulasi.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana cara membedakan
macam-macam pembuluh darah pada ekor ikan komet dan bagaimana cara
menentukan lama waktu yang dibutuhkan darah untuk koagulasi serta
menentukan faktor-faktor terjadinya koagulasi.
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membedakan macam-macam pembuluh
darah pada ekor ikan komet dan untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan
darah untuk koagulasi serta menentukan faktor-faktor terjadinya koagulasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Sirkulasi Darah
Komponen utama yang menyususn sistem sirkulasi darah adalah jantung,
serangkaian pembuluh darah dan darah itu sendiri. Dalam sistem sirkulasi hewan,
jantung merupakan organ muskuler yang berfungsi sebagai pemompa darah secara
ritmis. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran pembawa nutrisi dan gas O2 ke
dalam jaringan sekaligus mengangkut zat sisa metabolik dan gas CO2 ke organ
ekskresi untuk dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan darah itu sendiri bertindak
sebagai materi yang diedarkan. (Hidayati, 2010).
Sistem sirkulatori atau peredaran darah bermula ketika darah dipompa
dari ventrikel kanan jantung menuju ke paru-paru, untuk mengangkut oksigen
yang ada didalam paru-paru. Darah kaya oksigen bergerak ke atrium kiri dan ke
ventrikel kiri. Pada saat ventrikel kiri berkontraksi, darah dipompa ke aorta yang
bercabang menuju arteri, selanjutnya ke arteriola. Dari arteriola darah menuju ke
pembuluh yang paling kecil yaitu kapiler yang menembus ke jaringan-jaringan,
disinilah oksigen dan zat makanan dikeluarkan ke cairan jaringan, sekaligus
terjadi penyerapan sisa metabolic dan karbondioksida ke kapiler. Setelah sirkuit
peredaran selesai, maka darah bergerak ke venula, kemudian menuju pembuluh
vena yang lebih besar yaitu vena cava inferior dan superior yang membawa darah
kembali ke jantung tepatnya di atrium kanan (Hidayati, 2010).
2.2 Komponen Sirkulasi Darah
Komponen yang berperan dalam sirkulasi darah adalah pembuluh-
pembuluh darah, antara lain adalah:
2.2.1 Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah dengan dinding otot tebal. Arteri
mengalirkan darah dari jantung ke kapiler. Pembuluh arteri ada yang menuju ke
seluruh tubuh (aorta) yang berukuran besar dengan membawa banyak O2 dan ada
yang menuju paru-paru yaitu arteri pulmonalis yang berukuran relatif kecil dan
membawa banyak CO2. Aorta keluar dari ventrikel kiri, sedangkan arteri
pulmonalis keluar dari ventrikel kanan (Kimball, 1999).
Dalam struktur arteri banyak ditemukan serabut elastin, sehingga arteri ini
bersifat sangat elastis. Pembuluh dapat sangat melebar maupun menyempit sesuai
fungsi homeostatis, misalnya pada fungsi pengaturan suhu tubuh (osmoregulasi).
Struktur dindingnya terdiri atas tiga lapis sel, yaitu lapisan luar (tunika
eksterna/adventitia) yang banyak serabut kolagen dan elastisnya, lapisan tengah
(tunika media) yang tebal dan tersusun dari serabut otot polos dan jaringan ikat
elastis, dan lapisan dalam (tunika intima) yang tersusun dari satu lapis sel
endothelial. Berdasarkan diameternya, arteri dapat dibedakan menjadi arteri yang
terbesar yang disebut aorta dan yang terkecil disebut arteriol (Hidayati, 2010).
Gambar 1. Arteri, Vena dan Kapiler
2.2.2 Vena
Vena berfungsi mengumpulkan darah menuju jantung. Pada vena banyak
terdapat serabut kolagen (Hidayati, 2010). Pembuluh darah yang termasuk
kelompok ini adalah pembuluh yang aliran darahnya memasuki jantung, yakni
vena (pembuluh balik) dan venula (Kimball, 1999). Berdasarkan ukurannya, vena
1. Venul
Vena terkecil, terdapat sedikit tunika media. Mirip seperti perluasan
kapiler dengan diameter 50 µm atau lebih kecil (Manik, 2007).
2. Vena ukuran sedang
Vena ini berdiameter 2 - 9 nm dengan tunika media. Sedikit mengandung
otot polos. Relatif lebih tebal dari tunika eksterna yang secara longitudinal
terdapat simpul elastik dan kolagen (Manik, 2007).
3. Vena besar
Vena besar terdiri dari dua vena cava. Tunika media tipis, dikelilingi oleh
tunika eksterna tebal yang mengandung serat elastik dan fiber. Mempunyai katup
untuk mencegah aliran darah kembali ke asal (Manik, 2007).
2.2.3 Kapiler
Kapiler merupakan satu – satunya pembuluh darah yang dindingnya
memungkinkan terjadinya difusi antara dua cairan intertidal di sekitarnya.
Strukturnya adalah sebagai berikut:
1. Dinding kapiler relatif tipis karena hanya terdiri dari 1 lapis sel
2. Jarak difusi pendek, sehingga pertukaran dapat terjadi dengan cepat
3. Berupa selapis endotelium, di dalam membran basal yang lembut
4. Diameter 8 mm, hampir sama dengan ukuran 1 sel darah
(Manik, 2007).
2.3 Fungsi Sirkulasi Darah
1. Sebagai alat transportasi, yang meliputi berbagai fungsi, seperti:
a. Berkaitan dengan proses respirasi: transportasi oksigen dan
karbondioksida.
b. Berkaitan dengan nutrisi: transportasi glukosa, asam amino, lemak, dan
gliserol
c. Berkaitan dengan ekskresi: zat-zat ampas, urea, asam urat, kreatin, dan
lain-lain.
2. Menyediakan lingkungan yang sesuai dengan lingkungan, seperti:
a. Keseimbangan cairan tubuh (osmoregulasi)
b. Keseimbangan asam basa (pH)
c. Keseimbangan suhu (termoregulasi)
d. Peredaran
e. Pertahanan tubuh
(Hidayati, 2010).
2.4 Macam-Macam Sistem Peredaran Darah
1. Peredaran darah panjang/besar/sistemik
Peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik
(ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar
dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida
dibawa melalui vena menuju serambi kanan ( atrium ) jantung (Kimball,1999).
2. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal
Peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan
kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis , di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar
dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi
kiri jantung melalui vena pulmonalis (Kimball,1999).
2.5 Pola Sirkulasi Darah Pada Ikan
Pada sebagian besar ikan, semua darah yang masuk kedalam jantung melalui
vena mempunyai kadar O2 yang rendah dan CO2 yang tinggi, yaitu yang disebut
darah vena, jantung terdiri atas sebuah sinus venosus, sebuah atrium, sebuah
ventrikel dan sebuah konus arteriosus yang tersusun dalam urutan linear.
Kontraksi otot jantung meningkatkan tekanan darah yang didalam vena sangat
rendah, dan mengeluarkan darah melalui suatu arteri, aorta ventral, ke-5 atau ke-6
pasang lung aorta yang menjulur secara dorsal melalui kapiler di dalam insang ke
aorta dorsal. Pada waktu darah melalui insang, karbondioksida dilepaskan dan O2
diambil, hal ini mengubah darah menjadi darah arteri. Aorta dorsal membagi
darah ini melalui cabang-cabangnya ke seluruh bagian tubuh (Villee, 1984).
Selama darah itu mengalir, tekanannya menurun karena viskositas darah dan
gesekan didalamnya, dan diantara darah, selaput dinding pembuluh. Tekanan
menurun secara cepat sewaktu darah melewati kapiler insang, karena gesekan
menjadi sangat besar dalam pembuluh yang berdiameter kecil. Peredaran pada
sebagian besar ikan adalah lamban (Villee, 1984).
Vena-vena mengalirkan darah dari kapiler tubuh ( dimana tekanan darah
turun lebih lanjut ) dan membawanya ke jantung, tetapi tidak semua vena menuju
langsung ke jantung. Pada ikan, darah yang kembali dari ekor mula-mula
melewati kapiler dan ginjal sebelum masuk ke vena yang menuju ke jantung.
Vena yang mengalirkan darah dari satu anyaman kapiler ke anyaman kapiler lain
disebut vena porta dan vena khusus ini disebut sistem porta renal. Vena lainnya
yang disebut sistem porta hepatik mengalirkan darah dari saluran pencernaan
melalui saluran bak kapiler ke hati. Karena sebagian besar darah yang kembali ke
jantung itu melalui satu atau lebih sistem porta ini, disamping kapiler-kapiler
dalam insang dan jantung, maka tekananya mendekati 0 mmHg (Villee, 1984).
2.6 Jantung ikan
Jantung ikan terdiri dari ruangan – ruangan tunggal antara lain :
a. Sinus venosus, dinding tipis menampung darah dari ductus cuvieri dan vena
hepatica, dinding bagian posterior melekat pada septum transversum.
b. Atrium, relative lebih tebal daripada sinus venosus, terpisah dengan sinus
venosus oleh kleb sinoarterial.
c. Ventrikel, dindingnya relative tebal, merupakan bagian jantung yang
kontraksil, dengan atrium dipisahkan dengan klep atrioventrikel.
d. Conus arteriosus, ditandai dengan adanya semacam pasangan klep setangah
bulan (semilunaris).
(Nurhayati, 2004).
2.7 Homeostatis
Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri,
kapiler dan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah
tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh. Sehingga tubuh mencegah atau
mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara (homeostatis).
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh
darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2. aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan yang
berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal (Riswanto, 2011).
2.8 Mekanisme Pembekuan Darah dan Komponen yang Berperan
Pembekuan darah yang ditemukan dalam darah dan jaringan terdapat lebih
dari 50 macam zat penting yang mempengaruhinya. Zat yang dapat
mempermudah terjadinya pembekuan darah disebut anti koagulan dengan
menggunakan heparin dan warfarin. Penelitian dalam bidang pembekuan darah
berpendapat bahwa pembekuan darah terjadi melalui tiga langkah utama yaitu :
1. Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu
sendiri . Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi
teraktivasi yang secara kolektif disebut “activator protombin”.
2. Aktivator protombin mengkatalisis perubahan protombin menjadi trombin.
3. Trombin bekerja secara enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin untuk merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk
bekuan (Guyton,1997).
2.8.1 Proses Perubahan Protombin menjadi Trombin
Setelah aktivator protombin terbentuk sebagai akibat pecahnya
pembuluh darah atau sebagai akibat kerusakan pada zat-zat aktivator khusus
dalam darah, aktivator protombin kemudian, dengan adanya ion Ca++ dalam
jumlah yang mencukupi, akan menyebabkan perubahan protrombin menjadi
trombin. Trombosit juga berperan dalam penting dalam mengubah protrombin
menjadi trombin, karena banyak protrombin mula-mula melekat pada reseptor
protrombin pada trombosit yang telah berikatan dengan jaringan yang rusak.
Kemudian pengikatan ini akan mempercepat pembentukan trombin dan
protrombin, yang terjadi dalam jaringan dimana bekuan diperlukan.
2.8.2 Komponen Koagulasi Darah
a. Protrombin
Suatu protein yaitu alfa-globalin dengan berat molekul 68.700 terdapat
dalam plasma dengan konsentrasi 15 mg/dl dan mudah pecah menjadi trombin
dengan berat molekul 33.700 (Guyton, 1997). Protrombin juga merupakan
precursor inaktif trombin (enzim yang mengubah protein fibrinogen plasma darah
menjadi fibrin yang merupakan protein serat yang tidak larut yang
menggabungkan gumpalan darah). Protrombin harus berikatan dengan ion Ca2+
sebelum dapat diaktifkan menjadi trombin. Adanya peran vitamin K
memungkinkan residu asam glutamat yang terkandung dalam protrombin berubah
menjadi asam g-karboksiglutamat, sehingga ion Ca2+ bisa terikat. Protrombin
disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan.
Protrombin dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin yang diperlukan
untuk membentuk bekuan darah.
b. Trombosit
Fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang.
Trombosit berperan penting dalam hemostasis penghentian perdarahan dari
pembuluh yang cedera. Pada tubuh normal, pendarahan akan segera diatasi agar
darah tidak terus menerus keluar. Mekanisme penghentian darah dalam
pendarahan dapat disebut sebagai mekanisme koagulasi/penjendalan darah.
Mekanisme koagulasi darah penting untuk menjaga hemostasis (keseimbangan
darah) tubuh. Normalnya berjumlah 250.000 – 400.000 sel per mm2, jika
trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis sedangkan yang kurang dari
200.000 disebut trombositopenia, tidak berinti (Guyton, 1997).
b. Fibrinogen adalah protein dengan berat molekul 340.000 dalam plasma
dengan kadar 100 – 700 mg/dl (Guyton, 1997).
c. Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik yang bekerja
terhadap fibrinogen membentuk molekul fibrin monomer yang mempunyai
kemampuan otomatis untuk berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer
yang lain dan dalam beberapa detik terbentuk benang fibrin yang panajang dan
terbentuklah retikulum bekuan. Benang-benang fibrin tersebut menempel pada
permukaan pembuluh darah yang rusak. Oleh karena itu bekuan darah
menempel pada lubang di pembuluh darah sehingga mencegah kebocoran
darah (Guyton, 1997).
2.9 Heparin, Ca2+, Vitamin K
Heparin
Heparin adalah anticoagulant yang terjadi secara alamiah diproduksi oleh
basofil dan sel mast. Heparin bertindak sebagai sebuah antikoagulan, mencegah
pembentukan bekuan dan perpanjangan pembekuan yang ada dalam darah.
Heparin bekerja dengan cara menutup reaksi dalam tubuh yang mengarah pada
terbentuknya gumpalan darah. Meskipun heparin tidak memecah gumpalan yang
telah terbentuk, hal itu memungkinkan mekanisme lisis bekuan alami tubuh untuk
bekerja secara normal untuk memecah gumpalan yang telah terbentuk.
Heparin mengikat inhibitor enzim antithrombin III (AT) menyebabkan
perubahan konformasi yang mengakibatkan aktivasi melalui peningkatan
fleksibilitas loop situs reaktif nya. AT diaktifkan kemudian inactivates trombin
dan protease lainnya yang terlibat dalam pembekuan darah, terutama faktor Xa.
Tingkat inaktivasi oleh AT protease ini dapat meningkatkan hingga 1000-lipat
karena adanya pengikatan heparin (Pearce, 2002).
Ion Ca2+
Ion Ca2+ berperan dalam pembekuan darah. Ca2+ nantinya akan bereaksi
dengan tromboplastin. Semakin banyak Ca dalam darah semakin cepat terbentuk
trombin dari protombin dan semakin cepat fibrinogen diubah menjadi benang-
benang fibrin sehingga bekuan darah semakin cepat pula terbentuk (Pearce, 2002).
Vitamin K
Vitamin K adalah senyawa essensial yang terdapat dalam jumlah kecil di
dalam tubuh. Vitamin K berperan dalam proses koagulasi darah saat terjadi luka,
perdarahan otak pada bayi yang baru lahir dan perdarahan di kulit, mata, hidung
dan saluran pencernaan. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan
kecendrungan terjadinya perdarahan atau dikenal dengan Vitamin K Defisiensi
Bleeding (VKDB). Vitamin K berfungsi sebagai kofaktor dalam pembentukan
asam g-karboksiglutamat secara enzimatik pada prothrombin (Pearce, 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Aliran Darah Pada Ekor Ikan Komet
3.1.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan peri, pipet
tetes, gayung dan mikroskop stereo.
Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan komet
(Carassius auratus), alkohol 10%, kapas dan air.
3.1.2 Skema Kerja
- Diambil dan dimasukkan ke cawan petri yang telah diberi sedikit akuades
- Ditutup kepala ikan komet dengan kapas yang telah dibasahi dengan
sedikit alkohol 10% dan ditunggu sampai pingsan
- Selanjutnya diamati pembuluh darah pada bagian ekor (caudal) yang
transparan dengan menggunakan mikroskop stereo
- Diperhatikan jalannya darah dalam pembuluh – pembuluh darah, serta
ditentukan arteri, vena, dan kapiler berdasarkan karakteristiknya
- Sebagian pembuluh darah tersebut difoto dan diberi keterangan.
3.2 Penjendalan Darah (Koagulasi)
3.2.1 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum adalah jarum franke, kaca
obyek, tusuk gigi, stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan adalah kapas, alkohol 10% dan darah
praktikan.
Carassius auratus
Hasil
3.2.2 Skema Kerja
- Dibersihkan dengan alkohol 10%
- Ditusuk dengan jarum franke
- Dihadapkan vertikal kebawah dan dibuang 1 tetes yang pertama
- Ditetekan pada salah satu sisi ujung kaca obyek untuk tetesan kedua
- Ditetekan pada salah satu sisi lain ujung kaca obyek untuk tetesan ketiga
- Dicatat waktunya tepat keluar dari tusukan
- Diangkat dan ditarik-tarik dengan lidi atau ujung jarum
- Dicatat waktunya sejak keluar dari tususkan hingga pertama kali terjadi
benang fibrin pada lidi
Ujung Jari
Darah
Hasil
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Aliran Darah Pada Ekor Ikan Komet
Gambar Nama Pembuluh Deskripsi
a. Pembuluh
arteri
b. Pembuluh
vena
c. Pembuluh
kapiler
a. Pembuluh arteri :
berwarna merah
cerah
b. Pembuluh vena :
berwarna sedikit
gelap karena
dinding yang
tebal
c. Pembuluh
kapiler:
berukuran kecil-
kecil dan banyak
cabang
Praktikum aliran darah ini bertujuan menentukan dan membedakan
macam-macam pembuluh darah pada ekor ikan komet, serta mengamati sirkulasi
darah yang melalui pembuluh arteri, vena, dan kapiler pada ikan. Ikan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah ikan komet (Carassius auratus) karena
ikan memiliki ekor yang transparan dan pembuluh darahnya cukup terlihat jelas
untuk diamati. Pertama-pertama ikan dibius dengan cara menempelkan kapas
yang telah diberi alkohol 10% pada kepala ikan. Pembiusan ini dilakukan untuk
membuat ikan pingsan atau sedikit lemas agar pada saat pengamatan ikan tidak
bergerak-gerak. Kemudian ikan dipindahkan ke cawan petri yang berisi sedikit air
a
c
b
dan insang ikan ditetesi dengan air menggunakan pipet tetes supaya ikan dapat
bernafas dan tidak mati sehingga darah tetap bisa mengalir. Ikan diletakkan
dibawah mikroskop stereo, lensa mikroskop diletakkan tepat pada ekor ikan agar
pembuluh darah terlihat dengan jelas. Pengamatan pembuluh darah dilakukan
pada bagian pangkal pinnae caudalis sampai ujung dari pinnae caudalis tersebut.
Dipilih bagian pinnae caudalis, karena pada bagian ini keberadaan jenis pembuluh
darah lebih bervariasi selain itu karena pada bagian ini tidak tertutup sisik, pada
bagian ekor tidak mempunyai jari-jari tulang keras sehingga tampak transparan
dan tipis sehingga pada bagian pinnae caudalis ini relatif terlihat jelas pembuluh
darahnya dan aliran darah dapat diamati dengan mudah. Diamati pembuluh darah
yang tampak beserta karakteristik masing-masing yang meliputi warna sel darah
merah dan arah aliran darah.
Hasil pengamatan didapat bahwa pembuluh arteri terlihat berwarna merah
cerah, pembuluh vena berwarna agak gelap (merah kehitaman), dan pembuluh
kapiler berukuran lebih kecil dari pembuluh arteri dan vena. Darah pada arteri
tampak berwarna merah cerah sedangkan darah pada vena berwarna merah gelap.
Perbedaan tersebut berhubungan dengan ikatan antara hemoglobin dan gas terlarut
(CO2 atau O2) yang berasal dari peristiwa osmosis antara aliran air pada ikan
dengan aliran darah pada ikan. Peristiwa ini disebut dengan Counter current.
Arteri berwarna merah cerah karena mengandung banyak O2 yang mampu
mengikat banyak Hemoglobin menjadi Oksihemoglobin. Pada vena yang kaya
CO2, karbondioksida akan mengikat hemoglobin menjadi karboksinoglobin.
Arteri merupakan pembuluh darah dengan dinding otot tebal namun
banyak terdapat serabut elastin. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke kapiler
sehingga terlihat berwarna cerah karena arteri kaya O2. Tipe arteri
menggambarkan rangkaian dari arteri elastik besar yang mengarahkan darah dari
jantung, arteri muscular yang mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Fungsi
arteriol adalah sebagai penghubung pembuluh arteri dengan pembuluh kapiler.
Letak arteri agak dalam dari permukaan kulit dan hanya memiliki satu katup yaitu
berada di jantung yang disebut valvula semilunair. Pembuluh arteri memiliki
dinding yang lebih tebal dari vena dan tekanannya jauh lebih besar karena dekat
dengan jantung, memiliki dinding lebih tebal dan berfungsi menyalurkan darah
kaya oksigen yang akan dibawa pembuluh kapiler ke jaringan tubuh.
Vena adalah pembuluh yang membawa darah dari semua anggota tubuh
kembali menuju jantung. Karakteristik lain yang bisa diamati pada praktikum ini
adalah diameter dan luas penampang yang hampir sama ukurannya dengan
diameter arteri, kecepatan aliran darahnya relatif lebih besar daripada kapiler, dan
warna darahnya merah pekat karena pembuluh vena kaya akan CO2. Tekanan
darah di dalamnya lemah, sehingga jika terluka darah keluar menetes. Letak
pembuluh vena dekat dengan permukaan kulit, dan memiliki banyak katup untuk
mencegah darah mengalir kembali ke tubuh.
Kapiler merupakan pembuluh yang mengalirkan darah keseluruh jaringan
tubuh. Dinding pembuluh darahnya tipis karena hanya terdiri dari satu lapis sel
sehingga memungkinkan terjadinya difusi cairan antara intrasel dan ekstrasel. Saat
praktikum tampak bahwa arteri mempunyai diameter paling kecil bila
dibandingkan pembuluh lain tapi luas penampangnya paling besar bila dibanding
yang lain. Arah ailran darah di sepanjang pembuluh ini meninggalkan jantung
untuk menuju jaringan-jaringan. Warna darah yang tampak di bawah mikroskop
adalah merah cerah di permulaan arteri yang semakin pekat ke arah vena.
Sistem sirkulasi pada Ikan
Sistem sirkulasi pada ikan adalah sistem peredaran darah tertutup dengan
jantung sebagai pemompa darah. Darah dialirkan ke seluruh tubuh dalam satu kali
putaran. Jantung terdiri dari venosus, atrium, ventrikel, dan bulbus arteriosus,
namun dibagi menjadi dua ruangan, 1 bilik dan 1 serambi. Sinus venosus adalah
kantung berdinding tipis yang mengumpulkan darah dari vena sebelum akhirnya
mengalir ke atrium. Atrium berperan mengalirkan darah menuju ventrikel.
Selanjutnya, ventrikel memompa darah ke tabung besar yang disebut bulbus
arteriosus. Pada bagian ujung, bulbus arteriosus berhubungan dengan pembuluh
darah aorta yang mengalirkan darah ke arteri lalu ke insang (Anonim, 2011). Di
bagian lamina insang terjadi pertukaran gas CO2 dari darah dan O2 dari air secara
difusi secara berlawanan (counter curent). Dengan mekanisme seperti itu
diharapkan gradien konsentrasi CO2 dan O2 dapat stabil. Setelah melakukan
mekanisme counter curent, darah yang kaya O2 mengalir melalui pembuluh ke
seluruh tubuh melalui pembuluh kapiler. Darah dari tubuh itu akan dialirkan
kembali menuju jantung melalui pembuluh vena (Hidayati, 2010).
Gambar 2. Sistem sirkulasi darah ikan
(Guyton, 1997)
Aliran darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu volume darah,
tekanan, dan kecepatan pada tiap bagian pembuluh darah.
- Volume darah pada berbagai bagian yang berbeda di dalam proses sirkulasi,
mempengaruhi total volume darah yang diedarkan.
- Suhu Tubuh: Berbanding lurus dengan kecepatan aliran karena semakin
tinggi suhu maka pembuluh darah akan melebar, akibatnya aliran darah
semakin cepat
- Diameter Pembuluh Darah: Berbanding terbalik dengan kecepatan aliran
darah dimana semakin kecil aliran pembuluh darah akan semakin lambat
aliran darah.
- Pompa Jantung: Pompa jantung dipengaruhi oleh adrenalin, jika detak
jantung semakin tinggi maka aliran darah akan semakin cepat.
- Jarak dari jantung: semakin jauh dari jantung maka semakin lambat aliran
darahnya.
Tabel 1. Perbandingan Pembuluh Arteri, Vena, dan Kapiler
Pembeda Arteri Vena Kapiler
LetakTerletak di dalam
permukaan tubuh
Terletak di
permukaan tubuh
Tersebar di seluruh
permukaan tubuh
DindingDindingnya kuat,
tebal, dan elastis
Dindingnya tebal
namun tidak
elastis
Dindingnya terdiri
dari 1 lapis sel
Denyut Denyut nya terasaDenyutnya tidak
terasa
Denyutnya tidak
terasa
Arah aliran
Aliran darahnya
keluar /
meninggalkan
jantung
Menuju / kembali
ke jantung
Aliran darahnya
menuju dan
meninggalkan
jantung
KatupKatub nya terletak
di pangkal jantung
Katubnya terletak
di sepanjang
pembuluh
Tidak memiliki
katub
Kecepatan aliran Cepat Lambat Lambat
Kandungan Membawa O2 Membawa CO2Membawa O2 dan
CO2
Warna Merah cerah Merah gelapMerah cerah dan
gelap
Gambar
4.2 Penjendalan Darah (Koagulasi)
Praktikum penjendalan darah (koagulasi) ini bertujuan menentukan lama
waktu darah mengalami koagulasi atau waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
benang–benang fibrin serta untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya koagulasi.
Semua praktikan menimbang berat badan untuk menentukan probandus yang akan
diambil darahnya. Dipilih praktikan dengan berat paling ringan dan yang paling
berat, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat badan terhadap lama
koagulasi darah. Selain itu juga dipilih praktikan yang berbeda jenis kelamin
dengan berat badan yang hampir sama untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin
terhadap koagulasi. Terpilih Hida dengan berat badan paling ringan (42 kg) dan
Nia dengan berat badan paling besar (64 kg) serta Nia dengan berat badan 64 kg
yang mendekati Ferdik dengan berat badan 75 kg. Ujung jari ke 3 atau 4 masing-
masing probandus dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 10%
untuk mensterilkan jari dari mikroorganisme sehingga sample darah yang
dikeluarkan oleh probandus tidak terkontaminasi, selain itu juga agar tidak terjadi
infeksi pada probandus setelah penusukan. Darah yang diambil dari ujung jari ke-
3 atau ke-4, karena kedua ujung jari tersebut jauh dari jaringan syaraf sehingga
saat ditusuk tidak terlalu sakit, selain itu banyak pembuluh darah serta jaringan
epidermisnya tipis sehingga mudah didapatkan darah tanpa terjadi pendarahan.
Ujung jari probandus dibiarkan rileks baru kemudian ditusuk dengan jarum
franke. Tetesan darah pertama dibuang karena darah yang keluar dari tetesan
pertama merupakan plasma darah yang 90 % komponennya tersusun atas air
sehingga dikhawatirkan darah yang didapat susah membeku, sedangkan yang
dibutuhkan adalah trombosit sehingga menyebabkan darah membeku. Trombosit
ini didapat setelah tetesan yang ke 2 dan ke 3.
Darah yang keluar diteteskan pada kedua ujung kaca objek, sambil
menyalakan stopwatch. Kemudian darah ditarik-tarik dengan tusuk gigi hingga
muncul benang-benang fibrin. Munculnya benang- benang fibrin ini menandai
bahwa darah mulai mengalami proses koagulasi atau penggumpalan. Lamanya
proses koagulasi darah diukur dengan menggunakan stopwatch mulai awal darah
keluar dari tusukan hingga terlihat kental atau muncul benang- benang fibrin yang
terangkat oleh tusuk gigi. Setelah itu hasilnya dicatat dalam tabel pengamatan
sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel Waktu Koagulasi Darah Hasil Pengamatan
Perbandinga
nProbandus
Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Waktu Koagulasi
I IIRerat
a
Jenis Kelamin
Ferdik Laki-laki 75 kg 3:22 3:43 3:33
NiaPerempua
n64 kg 2:09 2:46 2:28
Berat Badan
NiaPerempua
n64 kg 2:09 2:46 2:28
HidaPerempua
n42 kg 2:51 2:53 2:52
Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat waktu koagulasi darah paling
lama adalah dari jenis kelamin laki-laki yang dimiliki oleh probandus Ferdik
dengan rata-rata lama proses koagulasinya adalah 3 menit 33 detik, sedangkan
dari probandus perempuan yang diwakili oleh Nia rata-ratanya hanya 2 menit 28
detik. Sedangkan dari perbandingan berat badan, waktu koagulasi tercepat adalah
Hida (42 kg) dengan rata-rata lama proses koagulasi 2 menit 52 detik, sedangkan
Nia (80 kg) memiliki rata-rata lama proses koagulasi 2 menit 28 detik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang perempuan memiliki waktu
koagulasi darah lebih cepat daripada laki-laki, hal ini dikarenakan pada wanita
apabila terjadi trauma akan rentan terjadi pendarahan, sehingga diperlukan proses
koagulasi yang cepat untuk mencegah terjadinya pendarahan. Namun berdasarkan
literatur dinyatakan bahwa laki-laki justru memiliki lama waktu yang relatif lebih
cepat untuk terjadi proses penjendalan darah dibandingkan dengan perempuan
karena laki-laki cenderung melakukan banyak aktifitas fisik. Darah akan
cenderung meningkat koagulabilitasnya karena pengaruh latihan otot dan dapat
diduga bahwa frekuensi kejadian pembentukan bekuan intravaskuler pada orang
yang mempunyai pekerjaan fisik yang berat. Sedangkan dari segi berat badan,
data pengamatan menunjukkan bahwa orseseorang dengan berat badan yang lebih
ringan memiliki waktu koagulasi darah lebih cepat dari pada orang yang gemuk.
Namun berdasarkan literatur disebutkan bahwa berat badan memiliki hubungan
berkebalikan dengan overanticoagulant,artinya semakin besar berat badan maka
semakin kecil overanticoagulant dengan kata lain semakin rendah berat badan
maka semakin lambat terjadinya koagulasi, dan sebaliknya. Hasil pengamatan
yang berbeda dengan literatur dimungkinkan karena pengaruh aktivitas
probandus, ketelitian pengamat, dll. Waktu koagulasi dari semua probandus yang
diuji masih dalam angka yang wajar karena ambang batas dari waktu koagulasi
darah 6 menit. Jika waktu koagulasi melebihi 6 menit ada kemungkinan
probandus menderita penyakit turun-temurun, yaitu hemofilia yang menyebabkan
darah penderitanya menjadi sukar membeku.
Proses Koagulasi Darah
Gambar 3. Skema proses penjendalan darah
(Guyton,1997).
Pembuluh darah mempunyai sepuluh macam faktor pembeku yang saling
mengaktifkan satu dengan yang lain. Dalam keadaan normal zat-zat atau faktor
pembeku tidak dalam keadaan aktif, tetapi apabila terdapat suatu kejadiaan yang
merusak sel-sel pada dinding pembuluh maka salah satu faktor dari faktor-faktor
pembeku akan dapat diaktifkan. Jika ada trauma, maka dinding pembuluh darah
akan berkontraksi sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah, yang disebut
dengan Vasokontriksi. Setelah itu terjadi perlekatan trombosit ke tempat yang
mengalami trauma. Kontak dengan pembuluh menyebabkan sel trombosit yang
awalnya berbentuk bulat pipih menjadi membengkak dan terbentuk tonjolan-
tonjolan pada membrane yang disebut sumbat trombosit. Lalu granul-granul
keluar dari tonjolan. Granul-granul ini berisi factor aktif yang memicu
penjendalan darah. Sementara itu, glikoprotein akan menarik trombosit lain untuk
ikut bergabung. Terjadi sekresi ADP. ADP bereaksi dengan enzim-enzim
membentuk trombosan A2 yang akan mengaktifkan trombosit.
Proses pengubahan protrombin menjadi thrombin terdiri dari dua siklus
yang saling mempengaruhi, yaitu mekanisme Ekstrinsik dan mekanisme Intrinsik.
Mekanisme Ekstrinsik dibagi lagi menjdai 3 tahapan, yaitu pelepasan factor
jaringan disertai dengan pelepasa fosfolipid dan lipoprotein. Aktifasi faktor X,
lipoprotein yang pecah bereaksi dengan factor VII da Ca menjadi factor Xa (yang
teraktifasi). Lalu terjadi proses aktifasi protrombin, yaitu dari factor Xa bereaksi
dengan fosfolipid jaringan dab factor Va menjadi protrombin aktif. Mekanisme
Intrinsik dimulai dari pengaktifan factor XII yang bereaksi dengan fosfolipid yang
lepas dan serabut kolagen sehingga menjadi factor XIIa, factor XIIa juga akan
mengaktifkan factor XI. Faktor XI yang bereaksi dengan kininogen dan
prekalikrein akan menjadi factor Xia. Faktor Xia bereaksi dengan factor IX
menjadi factor IXa. Faktor IXa bereaksi dengan factor IIIa (fosfolipid jarinngan)
dan factor VIIIa menjadi factor Xa. Faktor Xa bereaksi dengan factor V dan
fosfolipid jaringan (IIIa) menjadi aktifator protrombin.
Aktifator protrombin akan mengaktifkan thrombin. Trombin akan
mengkatalisis fibrinogen menjadi fibrin. Fibrinogen mempunyai struktur polimer
yang terdiri dari monomer utama yang dikelilingi oleh peptida dengan berat
molekul yang rendah, sehingga nantinya akan terlepas. Jika peptide lepas maka
akan menjadi monomer fibrin. Ikatan-ikatan antar monomer fibrin akan
membentuk serabut fibrin dengan ikatan hydrogen non kovalen. Lalu dengan
adanya Fibrin Stebilizing Factor yang dapat menstabilkan massa fibrin ikatan
hydrogen dirubah menjadi ikatan kovalen, sehingga menjadi serabut-serabut yang
akan menutupi jaringan. Jaringan luka yang telah ditutupi oleh benang-benang
fibrin ditakutkan lukanya akan meluas. Kemudian ada invasi fibroblast
(komponen elastic kulit, seperti kolagen, elastin, proteoglican), menyebabkan
pembuluh darah membengkak jika tidak dibatasi. Oleh karena itu terjadi
pemerasan yang akan mengeluarkan serum. Jika serum keluar maka akan
terbentuk jaringan ikat yang melapisi bagian terluar dari luka sehingga terbentuk
jaringan baru yang menggatikan jaringan yang telah rusak.
Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi
Faktor yang dapat memperkecil overanticoagulation antaralain
pengurangan konsumsi alkohol, kehilangan berat badan drastis, refreshing, latihan
fisik yang rutin dan memakan makanan yang kaya nutrisi. Penggumpalan darah
dapat dipercepat oleh panas yang lebih tinggi dari suhu tubuh dan kontak dengan
bahan kasar, misalnya dengan pembalut (kassa).
Penggumpalan darah juga dapat diperlambat oleh suhu dingin dan kontak
dengan sesuatu yang tidak memiliki permukaan yang dapat basah oleh air
(misalnya parafin) karena darah memerlukan kontak dengan permukaan yang
dapat menjadi basah oleh air sebelum dapat menggumpal, selain itu juga dapat
ditambah dengan kalium sitrat yang menyingkirkan garam kalsium dalam darah.
Faktor jumlah nutrisi dalam makanan yang dikonsumsi oleh tiap-tiap probandus
juga dapat mempengaruhi kecepatan koagulasi darah masing-masing probandus,
terkait dengan pembentukan kalsium dan vitamin K yang memiliki peran
tersendiri dalam koagulasi darah. Semakin tinggi kandungan Ca dan K dalam
tubuh, maka semakin cepat darah membeku.
Tabel 3. Faktor-faktor Koagulasi Darah
BAB V
KESIMPULAN
Praktikum penjedalan darah dan aliran darah pada ekor ikan komet ini
menghasilkan beberapa kesimpulan. Pada ekor ikan komet dapat diamati
pembuluh darah arteri yang berwarna merah cerah, pembuluh vena berwarna
merah gelap, dan pembuluh kapiler yang berukuran kecil dan berwarna merah
erah. Jenis kelamin dan berat badan dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan
dalam proses koagulasi. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, laki-laki
membutuhkan waktu untuk koagulasi lebih banyak dari perempuan. Sedangkan
perempuan dengan berat badan rendah memiliki waktu koagulasi lebih cepat.
Hasil praktikum koagulasi ini berbeda dengan literatur karena faktor lain yang
juga dapatb mempengaruhi koagulasi diantaranya, aktifitas probandus, kondisi
kesehatan probandus, keadaan trombosit probandus, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Atwitasari. 2007. Pengaruh Latihan Fisik Jangka Pendek Menggunakan Metode
Harvard Step Terhadap Waktu Pembekuan Darah. Fakultas Kedokteran
UNDIP: Semarang
Guyton, W.F. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Harvey, R.P dan Rosenthal, N. 1999. Heart Development and Blood. Academic
Press: San Diego
Hidayati, Dewi. 2010. Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA ITS: Surabaya
Kimball. 1999. Biologi, jilid 2. Erlangga: Jakarta
Manik, Parlindungan. 2007. Pembuluh Darah. Faculty of Medicine Univ
Indonesia: Jakarta
Nurhayati, Awik Puji. 2004. Struktur Hewan. Prodi Biologi FMIPA ITS:
Surabaya
Pearce, E. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta.
Penning-van Beest, et all. 2001. Lifestyle and Diet as Risk Factors for
Overanticoagulation. Erasmus University Medical Center: Rotterdam, The
Netherlands
Riswanto. Heparin di Pengobatan. 2011.Diakses dari www.news-medical.net
pada tanggal 1 April 2011 pukul 12.30 WIB
Villee, et all. (1984). Zoology Umum, Edisi keenam, jilid I. Erlangga : Jakarta