Upload
annarachni
View
157
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KULIAH LAPANGAN
GEOLOGI GEOFISIKA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geologi Geofisika Tahun Akademik
2011-2012
DISUSUN OLEH:
Anna Rachni
0800496
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Kuliah Lapangan
1. Mengetahui manifestasi sistem geothermal di permukaan
2. Mempelajari klasifikasi batuan
3. Mengetahui struktur geologi
4. Mempelajari peta dasar geologi
1.2 Peralatan Kuliah Lapangan
1. Peta Dasar
2. Kompas
3. Palu Geologi
4. Komparator
5. GPS
6. HCL
7. Kamera
8. Multiprobe Geokimia
9. Uji Kekerasan Batuan
10. Buku Lapangan
11. Payung/ Jas hujan
1.3 Waktu dan Lokasi
Senin, 19 Desember 2011
Curug Sigai UPI
Selasa, 20 Desember 2011
Lab. Fisika Bumi dan Antariksa UPI
Kamis, 22 Desember 2011
07.00-11.30: Gunung Tanguban Perahu: Kawah Ratu, Kawah
Upas, Kawah Domas
12.30-14.00: Maribaya
14.00-15.30: Gunung Batu
15.30-17.00: Kancah, Parongpong
II. DASAR TEORI
1. Sistem Geothermal
Sistem geothermal (panas bumi) dideskripsikan secara skematis sebagai ‘air yang
berkonveksi di bagian atas kerak bumi, yang merupakan lapisan tertutup, mentransfer
panas dari sumber panas ke sebuah tandon panas, biasanya berupa permukaan
terbuka’. Sebuah sistem geothermal terdiri tiga elemen utama: sumber panas, sebuah
reservoir dan fluida yang merupakan carrier yang mentransfer panas. Sumber panas
dapat berupa intrusi magmatik yang bersuhu sangat tinggi (> 600 °C) yang telah
mencapai kedalaman yang relatif cukup dangkal (5-10 km) atau, sistem dengan
temperatur tertentu yang cukup rendah, namun terus bertambah seiring dengan
kedalaman. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya
kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 5650 Kelvin.
Sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa fenomena:
Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.
Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke
dalam pusat bumi.
Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi.
Gambar 1.1: Geothermal system
Studi sistem panas bumi itu sendiri terutama melalui pemahaman terhadap
karakteristik sumber panas bumi (Herman, Potensi Panas Bumi dan Pemikiran
Konservasinya; 2006) sebagai bagian penting dalam sistem, diantaranya berkaitan
dengan:
♦ Dapur magma sebagai sumber panas bumi
♦ Kondisi hidrologi
♦ Manifestasi panas bumi
♦ Reservoir
1.1 Dapur magma sebagai sumber panas bumi
Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah Gunung api
mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah
satu karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur magmanya
di bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source).
Terutama di daerah-daerah yang terletak di jalur vulkanik-magmatik, ukuran
dapur magma itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisme.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan-
batuan pembentuk kerak bumi; makin besar ukuran dapur magma maka
semakin besar pula sumber daya panasnya, dimana secara ekonomis menjadi
ukuran jumlah energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.
1.2 Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh
bentang alam lingkungan dimana terjadinya, dan berperan terutama dalam
membentuk manifestasi-manifestasi permukaan yang dapat memberikan
petunjuk tentang keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan. Pada
daerah berelief (topografi) rendah, manifestasi-manifestasi panas bumi dapat
berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH mendekati netral,
pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap mengandung H2S yang
berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam; menandakan bahwa sumber
fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan.
Sementara pada daerah dengan topografi tingi (vulkanik andesitik) dimana
kenampakan manifestasi berupa fumarola atau solfatara, menggambarkan
bahwa sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam; yang
memerlukan waktu dan jarak panjang untuk mencapai permukaan.
1.3 Manifestasi panas bumi
Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi-manifestasi di
permukaan, menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir
telah keluar melalui bukaan-bukaan struktur atau satuan-satuan batuan
berpermeabilitas. Beberapa manifestasi menjadi penting untuk diketahui
karena dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan suhu reservoir
panas bumi, diantaranya :
Warm ground (Tanah hangat), tanah hangat yang mempunyai temperatur
lebih tinggi dari temperatur tanah sekitarnya.
Steaming ground (Permukaan Tanah beruap), tempat yang menampakkan
uap panas keluar dari permukaan tanah. Uap panas berasal dari suatu
lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air panas yang mempunyai
temperatur sama atau lebih besar dari titik didihnya (boilling point).
Hot/ Warm spring (Mata air panas), dapat terbentuk karena adanya aliran
air panas/ hangat dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan.
Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan
kandungan cukup silika; diendapkan ketika fluida yang jenuh silika amorf
mengalami pendinginan dari 100° ke 50°C. Endapan ini dapat digunakan
sebagai indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175°C.
Travertin, adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau permukaan;
ketika air meteorik yang sedang bersirkulasi sepanjang bukaan-bukaan
struktur mengalami pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan
karbonat. Biasanya terbentuk sebagai timbunan/gundukan di sekitar mata
air panas bersuhu sekitar 30° – 100°C.
Hot pools (Kolam Air Panas), terbentuk karena adanya aliran air panas dari
bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air
terjadi penguapan yang disebabkan karena adanya perpindahan panas dari
permukaan air ke atmosfer.
Fumarola, lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam)
atau uap panas basah (wet steam). Temperatur uap umumnya < 100° C.
Geyser, mata air panas yang menyembur ke udara secara intermittent (pada
selang wakru tertentu) dengan ketinggian air yang sangat beraneka ragam,
kurang dari satu meter s.d ratusan meter.
Kawah dan endapan hidrotermal. Kedua jenis manifestasi ini erat
hubungannya dengan kegiatan erupsi hidrotermal dan merupakan indikator
kuat dari keberadaan reservoir hidrotermal aktif. Kawah dihasilkan oleh
erupsi berkekuatan supersonik karena tekanan uap panas yang berasal dari
reservoir hidrotermal dalam (kedalaman ±400 m, suhu 230°C) melampaui
tekanan litostatik, ketika aliran uap tersebut terhambat oleh lapisan batuan
tidak permeabel (caprock). Sedangkan endapan hidrotermal (jatuhan)
dihasilkan oleh erupsi berkekuatan balistik dari reservoir hidrotermal
dangkal (kedalaman ±200 m, suhu 195°C), ketika transmisi tekanan uap
panas melebihi tekanan litostatik karena tertutupnya bukaan-bukaan batuan
yang dilaluinya.
1.4 Reservoir
Reservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang
mempunyai cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida (sumber
energi panas bumi) yang terperangkap didalamnya; diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) yaitu :
Entalpi rendah, mempunyai batas suhu < 125°C dengan rapat daya spekulatif
10 MW/km2 dan konversi energi 10%.
Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125– 225°C dengan rapat daya
spekulatif 12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu > 225°C dengan rapat daya spekulatif
15 MW/km2 dan konversi energi 15%.
2. Gradien Geothermal
Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut bumi temperatur naik
sebesar 25 - 30ºC. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter temperatur naik
sekitar 2,5 sampai 3ºC. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batuan akan
makin tinggi. Pertambahan panas tersebut dikenal sebagai gradien geotermal.
Untuk tempat-tempat tertentu di sekitar daerah volkanik gradien geotermal dapat
lebih besar lagi. Variasinya 1 - 5°C / 100m.
Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batuan panas
dengan suhu bisa mencapai 148ºC. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena
tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi
melalui celah atau terjadi rekahan di kulit bumi, maka muncul air panas yang biasa
disebut dengan hot spring.
Karena diperlukan kondisi tertentu agar supaya magma dapat berada di dekat
permukaan bumi sehingga memungkinkan untuk memanaskan batuan dan air tanah
di dalam reservoir, maka di permukaan bumi hanya sedikit tempat yang
mempunyai potensi panas bumi. Terutama yang berada di area Pacific Rim atau
dikenal juga sebagai ring of fire yaitu gugusan Gunung berapi di kepulauan
maupun pinggir benua yang membentang melingkari Samudra Pasifik. Pada lokasi-
lokasi tersebut rekahan-rekahan dalam tubuh batuan di kulit bumi jauh di bawah
permukaan memberi jalan bagi magma untuk mengalir naik menuju posisi yang
cukup dekat dengan permukaan tanah sehingga mampu memanaskan air tanah
yang mengalir kebawah dan menempati lapisan batuan yang berdekatan dengan
magma tersebut.
3. Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan
magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava di permukaan bumi.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu mengetahui karakteristik batuan
beku yang meliputi sifat fisik dan klasifikasi batuan beku. Sifat fisik dan klasifikasi
Batuan beku yaitu sebagai berikut :
3.1 Sifat fisik batuan beku
Sifat fisik batuan beku merupakan sifat dasar yang dimiliki batuan beku,
dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:
A. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan, tekstur pada
batuan beku umumnya ditentukan oleh :
1. Kristalinitas, yaitu derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut.
2. Granularitas, didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik dan fanerokristalin,
3. Afanitik, merupakan batuan beku yang kristal-kristalnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.
Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau
keduanya.
4. Bentuk kristal, sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
tiga bentuk kristal, yaitu: Euhedral, apabila batas dari mineral adalah
bentuk asli dari bidang kristal. Subhedral, apabila sebagian dari batas
kristalnya sudah tidak terlihat lagi, Anhedral, apabila mineral sudah
tidak mempunyai bidang kristal asli.
5. Hubungan Antar Kristal (Relasi), hubungan antara kristal/mineral yang
satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
B. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan
lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian
besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
1. Pillow lava (lava bantal), yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
2. Joint structure, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar
yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
3. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas
(tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan
adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
4. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.
5. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
6. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
7. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
C. Komposisi Mineral
Komposisi mineral batuan merupakan jumlah mineral yang menyusun
batuan beku, Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, bias
digunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivin.
3.2 Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya. Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch
(dalam Karami, Ghozian, 2009) batuan beku dibagi menjadi:
Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi.
4. Struktur Geologi
Struktur geologi merupakan perubahan yang terjadi pada batuan karena dipengaruhi
oleh gaya yang bekerja. Batuan yang asalnya normal (mengikuti prinsip stratigrafi)
dapat berubah karena pengaruh gaya. Struktur geologi ada tiga, yaitu:
1. kekar, pergerakan pada batuan yang relatif sedikit
2. sesar, suatu patahan
3. lipatan, bentukan melipat.
4.1 Kekar (Joint)
Kekar adalah suatu retakan pada batuan yang tidak/belum mengalami
pergerakan. Kekar dapat menjadi tempat tersimpannya sumber mineral
tertentu, atau sebagai jalan bagi aliran air tanah.
Kekar dapat terbentuk sebagai:
1. Kekar pengkerutan, disebabkan oleh gaya pengkerutan yang timbul karena
pendinginan atau pengeringan, biasanya berbentuk poligonal yang
memanjang.
2. Kekar lembaran, sekumpulan kekar yang sejajar dengan permukaan tanah,
terutama pada batuan beku. Terbentuk karena hilangnya beban di atasnya.
3. Kekar tektonik, terbentuk karena proses tektonik, atau gaya-gaya akibat
pergerakan permukaan bumi.
Berdasarkan genesanya:
1. Kekar gerus, kekar yang terbentuk oleh gaya kompresi. Biasanya
berpasangan, pada breksi memotong fragmen, bidang kekar lurus dan rata.
Batuan akan menjadi terkoyak atau menjadi rapuh.
2. Kekar tarik, terbentuk oleh gaya tarik. Biasanya tidak berpasangan, tiak
memotong fragmen pada breksi, bidang kekar biasanya tidak lurus dan
tidak rata. Batuan menjadi terbuka.
Kedudukan terhadap bidang lain
1. Dip joint, jurusnya relatif sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
2. Strike joint, jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
3. Bedding joint, bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan
disekitarnya.
4. Diagonal joint, jurusnya memotong miring bidang perlapisan batuan
sekitarnya.
4.2 Sesar/Patahan (Fault)
Adalah kekar/ retakan batuan yang telah mengalami perpindahan atau
pergeseran.
Beberapa bukti adanya sesar adalah:
cermin sesar dan gores garis
pergeseran bidang pelapisan batuan, urat, dsb.
zona hancuran atau breksiasi
perulangan lapisan yang sama
hilangnya lapisan yang seharusnya ada (disebut hiatus)
bukti-bukti fisiografi, misalnya kelurusan sungai, gawir sesar, dsb.
Sesar dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Sesar Strike, adalah sesar yang arah jurusnya sejajar dengan jurus batuan
sekitarnya.
2. Sesar Dip, adalah jurus dari sesar searah dengan kemiringan lapisan
batuan sekitarnya
3. Diagonal atau Sesar Oblique, adalah sesar yang memotong struktur
batuan sekitarnya.
4. Sesar Longitudinal, adalah arah sesar paralel dengan arah utama struktur
regional.
5. Sesar Tranverse, adalah sesar memotong tegak lurus/ miring terhadap
struktur regional (biasanya dijumpai pada daerah terlipat, memotong
sumbu terhadap antiklin).
Berdasarkan Genesanya:
1. Sesar Normal apabila Hanging Wall (atap sesar) bergerak relatif turun
terhadap foot wall
2. Sesar Naik /sesar sungkup bila Hanging Wall (atap sesar) bergerak relatif
naik terhadap Foot Wall (alas sesar).
3. Sesar Mendatar/sesar geser (Sesar Strike Slip), bagian yang terpisah
bergerak relatif mendatar pada bidang sesar umumnya tegak (90°).
4.3 Lipatan (Fold)
Adalah permukaan pada batuan, baik dalam batuan sedimen maupun batuan
metamorf. Bila penekukan membentuk busur, disebut antiklin. Jika berbentuk
palung disebut sinklin.
III. PEMBAHASAN
1. Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban perahu muncul pada jalur sesar berarah barat-timur, dimana
sebagian intrusi magma telah membeku membentuk suatu dike. Zona lemah yang
terdapat di bagian selatan dan barat, memungkinkan berlangsungnya aktifitas
Gunung Tangkuban perahu saat ini. Perpindahan titik-titik aktivitas (kawah)
Gunung Tangkuban perahu mempunyai trend arah sesar yaitu barat-timur.
Struktur sesar sangat menonjol ditampilkan oleh pola anomali sisa magnet
(Contoh: Sesar Lembang).
1.1 Kawah Ratu
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°045'53,7'' S (selatan)
107°037'11,3'' T (timur)
Ketinggian : 1845 m
Strike : N 268 E
Dip : 13°
Tekstur : piroklastik
Struktur : vesikuler
Kawah Ratu bentuknya
seperti mangkuk raksasa
yang besar dan dalam. Jika
cuaca cerah di kawah ini
kita dapat melihat dinding
dan dasar cekungan kawah
dengan jelas. Kawah Ratu
merupakan kawah terbesar
di Gunung ini yang letaknya
bersebelahan dengan Kawah
Upas, kurang lebih berjarak sekitar 1.500 meter.
Kawah ini membentang dengan arah barat-timur. Batuannya terdiri atas endapan
piroklastik yang sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah
sungai yang dalam dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi
radier) yang diakibatkan oleh erupsi eksplosif yang menghasilkan piroklastik dan
mengakibatkan terjadinya lahar. Endapan aliran piroklastik di sekitar kawah ini
adalah alkali kapur (calk - alkaline) berasosiasi dengan rangkaian toleitik, yang
termasuk dalam seri andesit basalt sampai andesit. Pengelompokan tipe magma
dalam seri ini adalah berdasarkan kandungan silika.
Di kawah ini kita dapat menemukan manifestasi panas bumi yaitu, daerah-daerah
panas atau fumarola dimana uap air naik akibat pemanasan dari bawah sehingga
dapat digambarkan bahwa adanya zona-zona kondensasi air yang turun lewat
gravitasi membentuk sistem kecil panas bumi.
1.2 Kawah Upas
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°045'47,3'' S (selatan)
107°036'70,5'' T (timur)
Ketinggian : 1843 m
Strike : -
Dip : -
Tekstur : afanitik
Struktur : fracture
Kawah Upas bentuknya
cukup dangkal dan datar
pada bagian bawahnya,
sehingga banyak
ditumbuhi pepohonan
liar di salah satu sisi
dasar kawah itu.
Di kawah ini terdapat
batuan karst yang
menguning, ini terjadi
akibat proses pelarutan
batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu yang kemudian
bercampur dengan asam sulfat yang dihasilkan oleh air hujan.
1.3 Kawah Domas
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°045'63,0'' S (selatan)
107°037'57,1'' T (timur)
Ketinggian : 1595 m
Strike : -
Dip : -
Tekstur : piroklastik
Struktur : vesikuler
Kawah Domas
bentuknya berupa
cekungan yang
dapat mengeluarkan
sumber air panas di
mana telur dapat
dimasak dengan
mudah. Pada tahun
1992 Gunung berapi
mencapai aktivitas
seismik sangat tinggi
dan meletus. Akibatnya letusan, lava yang dihasilkan memberikan kontribusi
terhadap pembentukan gundukan dalam skala besar di kawah ini. Lava ini
memiliki viskositas kental dan mengalir perlahan-lahan. Hal ini menyebabkan
bentuk Gunung berapi yang curam dan terbentuk seepage. Lapisan lava dari
Gunung berapi ini memiliki kandungan gas yang sangat tinggi sehingga dapat
menyebabkan letusan eksplosif. Berbagai mineral vulkanik ditemukan, misalnya
akik, kuarsa, opal, belerang.
Di kawah ini pun terdapat sumber air panas yang berbau belerang sebagai akibat
dari jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan Gunung Tangkuban Perahu,
yaitu lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral
yang dikeluarkan saat Gunung tidak aktif adalah uap belerang.
Di kawah ini pun banyak kita temukan manifestasi geothermal diantaranya,
permukaan tanah yang kita injak merupakan Steaming ground, tempat yang
menampakkan uap panas keluar dari permukaan tanah. Uap panas berasal dari
suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air panas. Terdapat juga
fumarola, lubang kecil yang memancarkan uap panas dan mata air panas yang
terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui rekahan-
rekahan batuan. Ini dapat dibuktikan dengan hasil pengukuran suhu sebesar
45°C. Selain itu pula dapat kita temukan batuan yang terlihat seperti bawang, itu
terjadi karena adanya pelapukan batuan pada singkapan atau bongkah terlihat pada
lapisan tipis seperti kulit atau cangkang dipermukaannya yang lepas dari tubuh
batuan tersebut. Proses ini dikenal sebagai eksfoliasi. Pada mulanya blok tersebut
berbentuk persegi, umumnya dibatasi oleh bidang-bidang rekahan, proses
eksfoliasi membuatnya menjadi berbentuk membulat.
2. Maribaya
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°049'86,3'' S (selatan)
107°039'36,3'' T (timur)
Ketinggian : 1121 m
Strike : N 175 E
Dip : 76°
Tekstur : Afanitik
Struktur : Masif dan Fracture
Maribaya merupakan
sebuah lembah dengan
aliran beberapa anak
Sungai Cikapundung
yang memiliki kaitan
erat dengan aktivitas
Gunung Tangkuban
Perahu. Lembah
Maribaya secara
geologi telah terbentuk
sebelum Gunung
Tangkuban Perahu. Mata air panas di Maribaya kemungkinan akibat adanya aliran
lava dari Gunung Tangkuban Perahu yang berhasil menembus dinding sesar
bagian timur melalui Cikapundung di Maribaya. Lava basalt berwarna hitam yang
dihasilkan ini menerus dari hulu sungai Cikapundung (Maribaya) hingga berakhir
di sekitar Curug Dago, diperkirakan terdiri dari beberapa lapisan. Warna gelap
pada basalt ini diperoleh karena terjadi pendinginan bagian dalam aliran lava,
dalam kurun waktu tertentu, sehingga kita dapatkan pola warna yang tidak
homogen.
3. Gunung Batu
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°049'74,6'' S (selatan)
107°038'08,0'' T (timur)
Ketinggian : 1338 m
Strike : N 75 E
Dip : 39°
Tekstur : afanitik
Struktur : joint/ fracture
Gunung Batu, Gunung
yang lebih tepat
dikatakan bukit ini
berada pada satu
punggungan memanjang
berarah timur barat, yang
bermula di lereng
Gunung Palasari dan
berujung di sekitar
Cisarua, Cimahi. Dan
orang-orang sering menyebut punggungan memanjang ini dengan nama Sesar
Lembang. Gunung Batu merupakan salah satu lokasi terbaik untuk pengamatan
terhadap Sesar Lembang. Dari Puncak Gunung Batu ini, jika kita menghadap ke
arah timur, selain akan terlihat kelurusan gawir atau lereng terjal, juga akan dapat
dibayangkan adanya blok yang pada awalnya satu kemudian terpatahkan dan
saling bergerak relatif salah satu blok turun terhadap blok yang lain.
Gunung Batu terdiri atas batuan beku andesit. Diperkirakan ini merupakan akibat
dari aliran lava karena masih memperlihatkan kekar-kekar kolom yang dapat
diamati pada lereng utara. Namun demikian banyak ahli geologi maupun ahli
geofisika yang mempunyai pendapat lain tentang batu andesit di Gunung Batu.
Beberapa menduganya sebagai intrusi atau suatu leher Gunung api, beberapa lagi
menduga sebagai produk dari letusan celah (fissure eruption).
4. Kancah, Parongpong
Data Pengamatan:
Titik koordinat : 06°047'93,8'' S (selatan)
107°035'51,6'' T (timur)
Ketinggian : 1340 m
Terdapat mata air panas di
daerah ini, dimungkinkan
akibat adanya pemanasan
air bawah permukaan
yang berasal dari Gunung
Tangkuban perahu yang
mengalir melalui bidang
sesar.
Dengan hasil pengukuran :
Suhu : 33,3° C
pH : 2,94
TDS : 2,94 ppm
Salinitas : 228 ppm
Konduktivitas : 1534 µs
IV. PUSTAKA
Ardi, Nanang D. (2011): Kuliah Lapangan. Slide Kuliah Lapangan 2011.
Aziz, Nur. (2009). Geologi Fisik. Catatan Kuliah Lab. Geologi Dinamis, Geologi. ITB
Iswahyudi, Sachrul.(2010, 13 Mei). Melihat Sesar Lembang dari Gunung Batu.
Diakses tanggal 9 Januari 2012. http://sachrul.blogspot.com
Kelompok Keilmuan Geodesy. (2011). Studi aktivitas Sesar Lembang menggunakan
teknologi GPS. Diakses tanggal 8 Januari 2012. http://geodesy.gd.itb.ac.id
Mustopa, Idham. (2010): Karakterisasi Batuan Permukaan Berpotensi Reservoir
Geothermal (Studi Kasus Batuan Permukaan Berpotensi Reservoir
Geothermal di Daerah Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat). Skripsi S1
Program Studi Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Rachni, Anna., Utomo, Agus S., Fairosya A.,., dan Nourdiana, S., (2010): Studi
Komparasi Karakterisasi Struktur Pori Batuan Berpotensi Reservoir
Geothermal Berbasis Analisis Citra. PKM-P DIKTI 2010, Universitas
Pendidikan Indonesia - Bandung.
Suparman, Yasa.(2010, 13 Oktober ). Gunung Api Indonesia. Diakses tanggal 8
Januari 2012. http://volcanoindonesia.blogspot.com
V. LAMPIRAN
Lampiran 1
GPS Data by Garmin Mapsource Portable – Lokasi Daerah Sampel dengan
Repesentasi Tempat: Bendera Warna Biru (Tangkuban Perahu, Maribaya, Kancah)
Google Earth – Lokasi Daerah Sampel dengan Repesentasi Tempat: (Tangkuban
Perahu, Maribaya, Kancah)
Lampiran 2
PETA DASAR
FOTO PENCITRAAN – menunjukkan adanya sesar lembang.
PETA TOPOGRAFI – menunjukkan pola aliran sungai.
Lampiran 3
Dokumentasi Hasil Kegiatan Kuliah Lapangan di Lapangan
Sampel Pada Daerah Panas Bumi Tangkuban Perahu (22 Desember 2011)
SOLFATARA DAN
FUMAROLA
TANGKUBAN
PERAHU - Salah satu
manifestasi Sistem Panas
Bumi yang tampak di
permukaan (Ciri Potensi
Panas Geothermal, akibat
Aktifitas Magma dalam
Perut Bumi).
IDENTIFIKASI BATUAN
SAMPEL – Pemilihan sampel
batuan pada daerah panas
bumi Tangkuban Perahu
dengan mengidentifikasi ciri
fisik batuan (relatif batuan
beku/ igneous rock di
Permukaan) di sekitar
Manifestasi Panas Bumi di
Permukaan.
SUHU AIR PERMUKAAN – Pengukuran temperatur air panas di permukaan Sistem
Geothermal Daerah Panas Bumi Tangkuban Perahu.
KEDUDUKAN SESAR – Pengukuran Strike dan Dip terhadap struktur batuan di sekitarnya.
Sampel Pada Daerah Maribaya (22 Desember 2011)
Sampel Pada Daerah Gunung Batu (22 Desember 2011)
Sampel Pada Daerah Kancah, Parongpong (22 Desember 2011)