Click here to load reader
Upload
kemalindraa
View
334
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Antasida
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDASEMESTER V TAHUN 2007 / 2008
FORMULASI SEDIAAN ANTASIDA
PEMBIMBING :
Dra. TUTIEK PURWANTI, M.Si., Apt
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III GOLONGAN SENIN PAGI
1. MADE ARY SARASMITA
( 050513146 )
2. ANA NURLAILI HIDAYAH
( 050513172 )
3. JOSEPHINE PARAMITA A.
( 050513240 )
4. NOVA MEI INDIRIANI
( 050513248 )
5. YUNITA WINDA UTARI
( 050513252 )
6. ANITA SETYAWATI
( 050513260 )
7. NANDHIA BUDIARNI
( 050513272 )
8. BETY NURFIA P.
( 050513282 )
9. IKA DIAN NURFIATIN
( 050513290 )
10. AFED HARTANTO
( 050513292 )
11. RIDHA ALDY Z.
( 050513298 )
12. IMANDA DYAH R.
( 050513300 )
13. VORY DEWI YURIKASARI
( 050513318 )
14. FENDIKA DWI YUDHA
( 050513328 )
15. YUSI WIDYA A.
( 050513147 )
BAB I
PENDAHULUAN
Mukosa lambung, pilorus dan kardia mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya tahan dengan asam lambung. Sel parietal di fundus dan korpus mengeluarkan HCl dan chief sel mengeluarkan pepsinogen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCl menjadi pepsin, suatu enzim proteolitik. Bila produksi asam lambung dan pepsin yang bersifat korosif tidak berimbang dengan sistem gastroduodena, maka akan terjadi tukak peptik di esofagus, lambung atau/dan duodenum.
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi bervariasi, tapi pada umumnya pH lambung tidak lebih dari 4, yaitu keadaan yang jelas menurunkan aktivitas pepsin, kecuali bila pemberiannya sering dan terus menerus. Mula kerja anasida sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan neralisasi asam, sedangkan kecepatan pengosongan lambung sangat menentukan masa kerjanya.
Antasida dibagi dalam dua golongan yaitu antasida sistemik dan non sistemik. Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urine bersifat alkalis, pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi alkalosis metabolik, serta penggunaan kronik natrium bikarbonat memudahkan nefrolitiasis fosfat. Sedangkan antasida non sisteik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.
Seperti yang telah disebutkan di atas, HCl disekresi oleh sel parietal di bagian kanalikuli. Proses sekresi tersebut melalui 3 fase, yaitu :
1. fase chepalic : dihubungkan oleh vagus dan merupakan hasil dari aktivitas Susunan Saraf Pusat melibatkan rangsang bau dan rasa.
2. fase gastris : dihubungkan oleh saraf lokal dan refleks diawali oleh rangsangan kimia ( seperti hasil pencernaan pada reseptor di mukosa ).
3. fase intestinal : diawali oleh rangsangan kimia pada duodenum.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat merangsang HCl pada sel parietal adalah gastrin ( hormon ), acetilcholine ( neurotransmiter dari parasimpatis ), dan histamin ( hormon lokal, dengan reseptornya H2 ). Mekanisme sekresi HCl secra terperinci adalah sebagai berikut :
Ada dua faktor kemungkinan yang menjadi penyebab gastritis :1. Sistem pertahanan mukosa gastroduodenal yang lemah.
Mukosa lambung dilapisi oleh lapisan mukus dan bikarbonat yang melindungi dari HCl dan pepsin. Bila kondisi mukosa terganggu, misalkan akibat pemberian alkohol, cuka, anti inflamasi non steroid dan kortikosteroid serta infeksi dari bakteri Compylobacter pylori, maka akan meningkatkan kemungkinan iritasi oleh HCl dan pepsin yang bersifat korosif.2. Sekresi asam lambung yang berlebih.
Dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya : ketidakseimbangan hormon gastrin, jumlah sel parietal yang banyak, kelainan dalam pompa H+ pada lumen kanalikuli atau bisa juga disebabkan oleh kerja saraf parasimpatis yang terlalu berlebihan ( misal karena rangsangan kofein ).
Salah sau terapi gastritis adalah dengan menetralkan asam lambung yang berlebih sehingga mukosa lambung masih mampu mentolerir sifat korosif HCl-Pepsin, kemungkinan iritasi dapat diminamilisir, tetapi lambung tetap dapat menjalankan fungsinya mencerna makanan dengan baik, yaitu dengan terapi antasida
Cara pemakaian antasida adalah sebagai berikut :
1. Sebelum makan.
Kondisi HCl yang berlebih dalam lambung mampu mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin dalam jumlah banyak, padahal pepsin merupakan enzim proteolitik yang mampu merusak lapisan mukosa bila kadarnya terlalu tinggi. Bila dalam kondisi abnormal tersebut lambung terisi penuh oleh makanan, maka gesekan mekanik antara mukosa dengan makanan akan menimbulkan iritasi yang ditandai dengan rasa nyeri / perih pada lambung dan refleks ingin mengeluarkan makanan kembali ( mual muntah ).
2. Sebelum tidur.
Pada saat tidur, saraf parasimpatis tetap aktif bekerja, neurotransmitet asetil kolin pun tetap dilepaskan pada GI tract. Akibatnya, HCl terus disekresi dan motilitas lambung tetap berjalan. Dalam keadaan kosong, ada bagian mukosa lambung yang saling berlekatan ; dengan adanya pepsin, suasana asam dan motilias ; tidak menutup kemungkinan terjadi iritasi pada kedua lapisan mukosa yang berlekatan tersebut. Sehingga antasida diberikan sebelum tidur untuk menetralkan HCl yang mungkin berlebih, kadar pepsin yang diaktivasi menjadi lebih sedikit dan keadaan yang tidak menguntungkan di atas dapat dihindari.
Dalam pengobatan tukak peptik, antasida memegang peranan penting di samping berbagai cara pengobatan lain. Dengan pemberian antasida, nyeri lambung pasien akan hilang, tetapi tidak berarti pasien dalam tahap penyembuhan, sehingga bahaya perforasi tetap ada.
Kegagalan pengobatan simptomatik tukak peptik dengan antasida disebabkan karena : frekuensi pengobatan yang tidak adekuat, dosis yan diberikan tidak cukup, pemilihan sediaan yang tidak tepat dan sekresi asam lambung di waktu tidur yang tidak terkontrol. Hal-hal berikut dapat digunakan sebagai pedoman penggunaan antasida :
1. penggunaan antasida sistemik jangka panjang sebaiknya dihindari.
2. bentuk suspensi mula kerjanya lebih cepat daripada bentuk tablet.
3. urutan daya netralisasi asam oleh antasida dari yang tingi ke yang rendah adalah : kalium karbonat, magnesium karbonat, magnesium oksida dan magnesium hidroksida, dihidroksi aluminium asetat atau dihidroksi aluminium natrium kabonat.
4. campuran dua atau lebih antasida tidak lebih baik daripada 1 macam antasida.
Pada pasien tukak peptik yang berat, pengobatan dengan antasida perlu dilakukan bersamaan dengan segala usaha pengobatan lainnya yaitu diet yang seimbang, istirahat, psikoterapi dan pemberian antikolinergik. TINJUAUAN BAHAN AKTIF SEDIAAN ANTASIDASENYAWA AKTIFKARAKTERISTIK FISIKAKARAKTERISTIK KIMIA
1.Natrium Bikarbonat ( NaHCO3 ) FI III hal 424FI IV hal 601
2.Aluminium Hidroksida Al ( OH )3
Martindale 28th ed hal 733. Kalsium Karbonat ( CaCO3 )Martindale 28th ed hal 76
H.P.Excipient hal 684. Magnesium hidroksida
Mg ( OH )2
Martindale 28th ed hal 82
5.Magnesium Trisilikat
Mg2Si2O3.nH2OMartindale 28th ed hal 83
6. Magnesium Karbonat
( MgCO3 )H.P.Excipient hal 347BM = 84,01. Pemerian : Serbuk hablur/putih, monoklin kecil, buram, tidak berbau. Kelarutan : larut dalam 11 bagian air dengan mengalami dekomposisi secara perlahan, praktis tidak larut dalam etanol 95 % p. Stabil di udara kering, namun pada udara lembab akan terurai.Pemerian : serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf dengan agregat. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam asam mineral dan larutan alkali.
BJ 100,09. Pemerian : serbuk putih, tidak berbau dan berasa, monokristalin. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam air yang mengandung CO2 atau garam amonium, praktis tidak larut dalam alkohol, larut dengan effervescent dalam asam. Stabil dalam udara kering. Pemerian : serbuk putih, amorf, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, alkohol, eter, kloroform, larut dalam asam encer.
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, sedikit higroskopis. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan alkohol. BJ anhidrus = 260,86.
Pemerian : massa berwarna putih, mengkilat, serbuk, agak berasa dan tidak berbau, tapi karena daya absorbsinya yang tinggi, MgCO3 dapat mengabsorbsi bau. Stabil pada daerah kering dan cahaya. 4 % suspensi dalam air memiliki pH tidak lebih dari 10.
Baik digunakan dengan kombinasi Mg(OH)2
CaCO3 mengabsorbsi kelembapan pada suhu 25C.
PH = 9 ( dalam dispersi air 10% w/v ) sedikit mengabsorbsi CO2 dari udara.Inkompatibilitas dengan tetrasiklin, parasetamol, metil paraben, propil paraben, asam mineral.Inkompatibilitas dengan penobarbital Na, larutan diazepam pada PH > 5.
PH Disolusi = 7,4.
Jadi bahan aktif yang terpilih adalah : Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg ( OH )2
Alasan :
1. Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjanya panjang.
2. Mg ( OH )2 dan Al (OH)3 merupakan antasida non sistemik, dimana pemberian antasida non sistemik relatif lebih aman daripada pemberian sistemik. ( contoh antasida sistemik : natrium bikarbonat ).
3. Pemberian Al ( OH )3 dapat menutupi efek diare dari efek katartika akibat pemberian magnesium hidroksida.
4. Pemberian Mg(OH)2 dapat menutupi konstipasi akibat pemberian Al(OH)2
5. Kombinasi Al ( OH )3 dan Mg(OH)2 mempunyai efektivitas yang lebih baik dan toksisitas yang lebih rendah dari magnesium trisilikat.Jadi bentuk sediaan yang terpilih adalah : sediaan oral suspensi.
Alasan :
1. Bahan aktif tidak bisa larut dalam air.
2. Bioavailabilitas sediaan suspensi lebih besar daripada bentuk tablet atau kapsul sehingga lebih cepat diabsorbsi dalam darah.
EFEK FARMAKOLOGI DARI BAHAN AKTIF TERPILIH SENYAWA AKTIF EFEK KHASIAT EFEK SAMPING
1. Aluminium HidroksidaAl ( OH )32. Magnesium Hidroksida
Mg ( OH )2
Digunakan untuk mengobati tukak peptik, nefrolitrasis fosfat dan sebagai adsorben pada keracunan.Digunakan sebagai kartatik dan antasid. konstipasi. Mual dan muntah.
Gangguan absorbsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom deplesi fosfat disertai osteomalaisa.
Dapat mengurangi absorpsi bermacam- macam vitamin dan tetrasiklin.
ion magnesium dalam usus akan diabsorpsi dan cepat diekskresi melalui ginjal, hal ini akan membahayakan pasien yang fungsi ginjalnya kurang baik. Ion magnesium yang diabsorpsi akan bersifat sebagai antasid sistemik sehingga menimbulkan alkaliura, tetapi jarang terjadi alkalosis.
pemberian kronik magnesium hidroksida akan menyebabkan diare.
Dapat menimbulkan kelainan neurologik, neuromuskular dan kardiovaskular.
BAB II
PERHITUNGAN DOSIS
Menurut Farmakologi dan Terapi bagian Farmakologi FKUI edisi 4 hal 505 : Antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel yang mengandung 3,6-4,4% Al2O3. Dosis yang dianjurkan adalah 8 ml.
Susu magnesium berupa suspensi yang berisi 7-8,5% Mg(OH)2. 1ml susu magnesium dapat menetralkan 2,7 mEq asam. Dosis yang dianjurkan sebanyak 5-30 ml.
Perhitungan Penetralan Asam :
325 mgram Mg(OH)2 dapat menetralkan 11,1 mEq HCl.
1 gram Al(OH)3 dapat menetralkan 25 mEq HCl.
Dosis tunggal yang dianjurkan = 0,6 gram = 600 mg
Asam yang harus dinetralkan
= 0,6 gram x 25 mEq
1 gram
= 15 mEq
Dari 15 mEq ini, asam yang dinetralkan oleh Al(OH)3 sebesar 7,5 mEq dan yang dinetralkan oleh Mg(OH)2 sebesar 7,5 mEq.
Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Al(OH)3 sebanyak = 7,5 mEq x 600 mg 15 mEq
= 300 mg.Untuk menetralkan 7,5 mEq asam diperlukan Mg(OH)2 sebanyak = 7,5 mEq x 325 mg
11,1 mEq
= 220 mg.
Perhitungan Dosis :Al(OH)3 = 300 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :
Pemakaian sekali= 300 mg tiap 5 ml
Pemakaian sehari= 300 mg x ( 3 4 ) kali
= 900 mg 1200 mg.
Mg(OH)2 = 220 mg dalam setiap sendok takar ( 5 ml ), sehingga :
Pemakaian sekali= 220 mg tiap 5 ml.
Pemakaian sehari= 220 mg x ( 3 4 ) kali.
= 600 mg 880 mg.
Penentuan Kemasan :
Pemakaian sekali= 5 ml.
Pemakaian sekali= ( 3 4 ) kali x 5 ml
= 15-20 ml.Kemasan yang diinginkan= 150 ml.BAB IIIPERSYARATAN UMUM
1. Menurut Farmakope Indonesia III tahun 1979 hal 32 :
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut yang terdispersi pada fase cair. Kriteria suspensi :
Zat yang terdispersi halus dan tidak boleh terlalu cepat mengendap.
Jika dikocok perlahan, endapan harus dapat terdispersi kembali.
Dapat mengandung bahan tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang.
2. Menurut Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal 18 :
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, namun ada yang perlu direkonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu ( oral ), harus mengandung zat antimikroba, bahan pengaroma yang sesuai.
Untuk mengatasi pengendapan pada suspensi, digunakan bahan-bahan yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dalam bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, polimer, poliol dan gula.
Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dosis yang tepat.
Suspensi disimpan pada wadah tertutup rapat.
3. Menurut Pharmaceutical Dosage Form = Disperse volume I hal 17 :
Suspensi didefinisikan secara operasional sebagai suatu materi dimana fase pertama, partikel padat terdispersi ke dalam fase kedua yang biasanya cairan.
4. Menurut Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design hal 91 :
Persyaratan bentuk suspensi :a. Bahan yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap.
b. Partikel yang mengendap pada dasar suspensi tidak boleh membentuk massa yang keras, tetapi harus bisa terdispers secara homogen ketika suspensi tersebut dikocok.
c. Suspensi tidak boleh terlalu kental agar mudah dituang dari botol.
BAB IVSPESIFIKASI SEDIAANNO JENISSPESIFIKASI YANG DIINGINKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.BENTUK SEDIAAN
KADAR BAHAN AKTIFPH SEDIAAN
UKURAN PARTIKEL
VISKOSITASWARNA
BAU
RASASUSPENSIAl(OH)3 = 300mg/5ml
Mg(OH)2 = 220mg/5ml
7,3 8,5
0,5 m 5 m
-PutihMint
Manis mint
BAB VPENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN
FORMULA BAKU SEDIAAN ORAL SUSPENSI ANTASIDA
1. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol I, hal 259Antasida suspension.
( provided by FMC Corp, Philadelphia, PA )
Component
Percent
Aluminium hydrokside compressed gel ( Type E-500 )
24,46
Magnesium hydrokside
12,94
Sorbitol 70 % solution
5,00
Methyl paraben
0,10
Propyl paraben
0,01
Avicel RC-591
0,90
Xanthan gum
0,10
Deionized walet
56,49
2. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol III, hal 310
Antacid suspension.
A : Al-Mg Fluid gel ( Reheis Chemical )
36, 20 g
B : Sorbitol solution 70 %
7,00 g
C : Antifoam AF emulsion ( Dow Chemical )
1,70 g
D : Methyl paraben
0,22 g
E : Propyl paraben
0,04 g
F : Flavor
0,30 g
G : Methocel K4M ( Dow Chemical )
0,60 g
H : Deionized water
53,94 g
3. Berdasarkan Pharmaceutical Dosage Form, Disperse System, vol II, hal 131
Aluminium Hydroxide Formula
Aluminium hydroxide
362,8 g
Sorbitol solution, USP
282,0 ml
Syrup, USP
93,0 ml
Glycerin, USP
25,0 ml
Methyl paraben
0,9 g
Propyl paraben
0,3 g
Flavor
q.s
Purified water, a sufficient quantity to make
1000 ml
BAB VI
PENYUSUNAN BAHAN TAMBAHAN SEDIAAN ANTASIDA1. SUSPENDING AGENT
Suspending agent diperlukan dalam sediaan suspensi agar bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya dapat terdispers membentuk sediaan suspensi yang stabil dan tidak terlalu cepat mengendap.BAHANPEMERIANKELARUTAN ADIINKOMPATIBILITASKET. LAIN
Carboxy metil selulose
(CMC- Na )
H.P Excipient hal 87
Metyl Selulose ( MC )
H.P excipient hal 336
AcaciaH.P Excipient hal 1
Hydroksi Propil Celulose ( HPC )
H.P excipient hal 244
Serbuk granular, putih, hampir putih, tidak berbau
Serbuk/granul berwarna putih/putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa
Putih, atau putih kekuningan, bentuk bulat, granul, serbuk
Putih sampai agak kekuningan, tidak berbau, dan serbuk tidak berasa. Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluen. Mudah terdispersi dalam air pada semua suhu.
Praktis tidak larut dalam aseton, air panas,metanol, CHCl3,etanol. Larut dalam asam asetat glasial, dalam air dingin akan mengembang dan terdispersiLarut dalam 20 bagian gliserin, dalam 20 bagian propilenglikol, dalam 2,1 bagian air, dan praktis tidak larut dalam etanol 95%.
Larut dalam banyak pelaru organik polar.Asam kuat dan dengan larutan garam dari besi dan beberapa logam misal aluminium, seng, merkuri.
Metil paraben, propil paraben, asam tanat, butil paraben.
Amidopyrin, kresol, etanol 95%, garam besi, fenol, timol, vanilin.
Dalam larutan inkompatibel dengan turunan fenol misal metyl paraben dan propil paraben.Dapat mening-
Katkan viskositas
Sediaan.
Larutan dalam air stabil.Konsentrasi yang digunakan sebagai suspensi adalah 1-2%
Jadi suspending agent yang terpilih adalah : CMC Na.
Alasan :
1. Dapat berfungsi sebagai protektif koloid.
2. Tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.
3. Rentang PH yang luas memenuhi syarat sediaan.
4. Efektif dan stabil pada PH basa.
5. Pemakaian Metyl Celulose inkompatibel dengan pengawet terpilih sedangkan pilihan pengawet terbatas.2. PEMANIS ( SWEETENING AGENTS )
Pemanis diperlukan untuk meningkatkan akseptabilitas sediaan.
BAHANPEMERIANKELARUTANADIINKOMPATIBILITASKET. LAIN
Sukrose (Handbook of Excipient p.539 )
Manitol
H.P excipient hal 362
SorbitolH.P Excipient hal 596
Sirupus simplexFI III hal 81Kristal hablur, putih, tidak berbau, manis.
Serbuk kristal/granul, putih, tidak berbau. Semanis glukosa dan manis dari sukrosa.
Kristal/serbuk higroskopis, tidak berbau, putih, tidak berwarna, kemanisan 50%-60% sukrose.Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.Praktis tidak larut dalam kloroform, dalam etanol 1:400, dalam etanol 95% 1:170, dalam propan-2-ol 1:400, dalam air 1:0,5 ; dalam air mendidih 1:0,2
Larut dalam air suhu 20C= 1:0,67; dalam suhu 40C= 1:0,48, praktis tidak larut dalam eter.
Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
95%=1:25, praktis tidak larut dalam eter, agak larut dalam metanol, dalam air = 1 : 0,5
Larutan asam dapat terhidrolisis menjadi dekstrosa dan fruktosa, inkompatibel dengan amonium klorida, asam askorbat.Bila dikonsumsi dalam jumlah besar akan timbul efek laksan.
Besi oksida dapat menyebabkan perubahan warna, dan suasana yang terlalu asam/basa.Konsentrasi 67 % w/w sebagai syrupus simplex.Viskositas 10% larutan w/w = 8.Pemakaian untuk suspensi = 6-7%
Kadar sakarosa tidak kurang 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%
Bahan pemanis yang terpilih adalah : syrupus simplex.Alasan :
1. dapat juga berfungsi sebagai pembasah ( wetting agent ).2. inert dan kompatibel dengan eksipien.3. dapat larut dalam suasana alkalis.4. memberikan rasa yang manis pada sediaan3. PENGAWET ( PRESERVATIVES )
Dibutuhkan pengawet karena sediaan mengandung air dan gula, dimana merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba.
BAHANPEMERIANKELARUTANADIINKOMPATIBILITASKET. LAIN
Na Benzoat
H.P Excipient hal 549Nipagin / Metil Paraben
H.P excipient hal 390Nipasol / Propil Paraben. H.P.E hal 526Propilen glikolPutih, granul, tidak berbau,amorf
Kristal putih, tidak berbau, berwarna, rasa membakarKristal putih, tidak berbau, tidak berasa
Cairan kental, jernih, tidak berbau, manis, seidkit pedas mirip gliserinDalam etanol 95% = 1:35
Dalam etanol 90% = 1:50
Dalam air 1:1,8
Dalam air mendidih 1:1,4
Dalam air 1:400, dalam air 500 C = 1:50, dalam air 800C = 1:30, dalam propilenglikol 1:5, dalam gliserin 1:69, larut bebas dalam alkohol, eter
Dalam air 1:2500, dalam propilenglikol 1:3,9, dalam gliserin 1:250, dalam etanol 1:1,1 ; sangat larut dalam aseton, larut bebas dalam alkohol, eter
Dapat larut dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, air, larut dalam eter ( 1:6 ), tidak campur denganminyak mineral5 mg/ kg BB
10 mg / kg BB25 mg / kg BB
Gelatin, garam ferri, garam Ca
Aktivitas anti mikroba turun dengan adanya surfaktanMagnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat besi oksida
Oxidizing agent seperti KmnO4Konsentrasi 0,02-0,5%
PH=3-6
Konsentrasi 0,01-0,02%
Jadi pengawet yang terpilih adalah : nipaginAlasan :
1. nipagin efektif pada pH basa.2. tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan lain.3. pemakaian propilenglikol sebagai pengawet tidak dapat digunakan dalam sediaan ini karena melebihi perhitungan ADI.4. pemakaian gliserin sebagai pengawet membutuhkan konsentrasi yang besar ( 20 % ) sehingga dari segi akseptabilitas kurang dapat diterima.4. FLAVORING AGENT
Selain sebagai corigen saporis, flavoring agent dapat sebagai corigen odoris untuk menutupi rasa / bau yang tidak enak dari bahan aktif dan meningkatkan akseptabilitas sediaan.BAHANPEMERIANKELARUTANADIINKOMPATIBILITASKET. LAIN
Menthol
H.P Excipient hal 383
VanilinH.P Excipient hal 667
Pepper mint oilFI III hal 458Serbuk kristal aglomerasi, tidak berwarna, bau dan rasa khas.
Serbuk/kristal jarum, bau khas vanila dan rasa manis.
Cairan tidak berwarna, kuning pucat/ kekuningan kehijauan. Rasa pedas dan hangat, bau khas.Sangat larut dalam etanol 95%,kloroform dan eter, agak sukar larut dalam gliserin, praktis tidak larut di air.
Pada suhu 20C larut dalam aseton, larutan alkali hidroksida, kloroform, etanol 95%= 1:2,etanol 70% = 1:3, larut dalam eter, larut dalam 20 bagian gilserin, dalam air 1 : 100
Larut dalam etanol = 1 : 4Butil kloralhidrat, kamfer, kloralhidrat, kromium trioksida, fenol, oksidator.
Aseton dapat memberikan warna yang terlalu cerah. Inkompatibel dengan etanol yang dicampur dengan gliserin.
Jadi flavoring agent yang terpilih adalah : peppermint oil.
Alasan :
1. bersifat karminatif sehingga dapat mengurangi rasa kembung yang merupakan salah satu akibat dari gastritis.
2. Rasa mint yang segar dapat mengurangi rasa mual yang ditimbulkan sebagai efek samping dari aluminium hidroksida.5.WETTING AGENT
diperlukan wetting agent untuk membantu membasahi bahan obat yang sukar larut dalam air sehingga dapat terdispersi lebih merata dengan suspending agent.
BAHANPEMERIANKELARUTANADIINKOMPATIBILITASKET. LAIN
Polietilen glikol (PEG) / makrogol (Handbook of Excipient p.454)Propilenglikol
(H.PExcipient p.521)Sorbitol
(Handbook of Excipient p.596)Syrupus simplex
(FI III hl 81)
Gliserin
(Handbook of Excipient p.257)
PEG 200 600 bentuk cairan, PEG lebih dari 1000 berbentuk padatan, PEG 200 600 cairan jernih, terkadang berwarna agak kuning, cairan viskus, punya karakteristik baud an rasa membakar.
BJ = 1,11-1,14 g/cm3 pada suhu 25 C Cairan jernih, tidak berwarna, viskus, praktis cairan tidak berbau dengan rasa.
BJ suhu 20C =1,038g/cm3BM= 182,17
Cairan tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna, kristalin, dalam bentuk serbuk : higroskopis.
Kemanisan : 50-60 % sukrosa
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Cairan jernih, tidak berbau, kental, higroskopis.
Kemanisan :
0,6x sukrosa
Larut dalam air, aseton, alkohol, benzen, gliserin, dan glikol.Agak larut di hidro- karbon alifatik dan eter, tidak larut dalam lemak, minyak minaeral, dan minyak lemak.
Larut di aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin, air. Larut dalam 6 bagian eter, tidak larut dalam minyak mineral, lemak
Pada suhu 20C : praktis tidak larut di CHCl3 , eter, agak larut di metanol, 1:25 di etanol 95 % , 1:0,5 di air.
Kelarutan pada suhu 20C, agak larut di aseton, praktis tidak larut di benzena, kloroform, larut di etanol, 1:500 di eter, 1:11 di etil asetat, larut di metanol, praktis tidak larut di lemak larut di air.- Bahan berwarna
- Nipagin / nipasol
( kemungkinan kecil)
- Fenol, tanin, asam salisilat.
KmnO4- Menghasilkan wax bila di tambah dengan polietilenglikol
- Bereaksi dengan besi oksida
- Penisilin
- Khelating agent
- Meledak bila dicampur dengan oxdizing agent (KmnO4)
- Zinc okside, bismuth nitrat, kontaminan besi, fenol, salisilat, tanin.Efek laksan pada pemakaian oral.
Fungsi : solven, lubrikan tablet dan kapsul, basis salep dan supositoria, plasticizier.
Fungsi :
pengawet, disinfektan, humektan, solven, stabilizier untukvitamin, wetting agent
Fungsi :
humektan, plasticizier, sweetening agent,diluent tablet/kapsul.
Kadar sakarosa tidak kurang 64,0% & tidak lebih dari 66,0%.
Sebagai :
- antimikroba ,emolient, humektan, plasticizer, solven, pemanis, tonicity agent.
- mengkristal pada suhu kurang dari 20C
Jadi wetting agent yang terpilih adalah : Propilen glikol, sorbitol, gliserin.Alasan dipakai propilenglikol karena toksisitasnya paling rendah dibandingkan glikol-glikol yang lain.
Alasan dipakai gliserin dan sorbitol karena sesuai dengan formula baku standar, sorbitol dan gliserin dapat memperbaiki konsistensi.
FORMULA YANG TERPILIHFORMULA I
NONAMA BAHAN FUNGSIJUMLAH
( / BOTOL ) % b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.Al ( OH )3Mg ( OH )2
CMC Na
Sorbitol
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
AquaBahan aktifBahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa9 g6,6 g
1,5 g
19,37 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml6 %4,4 %
1 %
12,91 %
0,1 %
10 %
0,33 %
FORMULA IINONAMA BAHAN FUNGSIJUMLAH
( / BOTOL ) % b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.Al ( OH )3
Mg ( OH )2
CMC Na
Propilenglikol
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
AquaBahan aktif
Bahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa9 g
6,6 g
1,5 g
13,49 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml6 %
4,4 %
1 %
8,99 %
0,1 %
10 %
0,33 %
FORMULA IIINONAMA BAHAN FUNGSIJUMLAH
( / BOTOL ) % b/v
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.Al ( OH )3
Mg ( OH )2
CMC Na
Gliserin
Nipagin
Syrupus simplex
Peppermint oil
AquaBahan aktif
Bahan aktif
Suspending agent
Wetting agent
Pengawet
Pemanis
Perasa
Pembawa9 g
6,6 g
1,5 g
16,38 g
0, 15 g
15 g
0,5 ml
ad 150 ml6 %
4,4 %
1 %
10,92 %
0,1 %
10 %
0,33 %
SKEMA PEMBUATAN
FORMULA I
FORMULA II
FORMULA III
PERHITUNGAN ACCEPTABLE DAILY INTAKE ( ADI )
FORMULA I
1. ADI CMC-Na = 4 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g 0,1 g150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g 0, 1 g )
= ( 0,15 g 0,2 g ) ( 0,3 g 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 0,15 g = 0,005 g 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0, 005 g 0,010 g
= ( 0,0150 g 0,030 g ) ( 0,02 g 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Sorbitol = 20 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 517 )
Sorbitol yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas= 5 ml 10 ml x 19,37 g = 0,646 g 1, 291 g
150 ml
Sorbitol yang idgunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0,646 g 1,291 g
= ( 1,9838 g 3,873 g ) ( 2,584 g 5,164 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
FORMULA II
1. ADI CMC-Na = 4 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g 0,1 g150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g 0, 1 g )
= ( 0,15 g 0,2 g ) ( 0,3 g 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 0,15 g = 0,005 g 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0, 005 g 0,010 g
= ( 0,0150 g 0,030 g ) ( 0,02 g 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Propilenglikol = up to 25 mg/kg BB ( Handbook of P.Excipient p 522 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg
ADI Propilen glikol untuk usia dewasa = 1, 75 g
Propilenglikol yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas= 5 ml 10 ml x 13,49 g = 0,4497 g 0,8993 g
150 ml
Propilenglikol yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0,4497 g 0,8993 g
= ( 1,3491 g 2,6979 g ) ( 1,7988 g 3,5972 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
FORMULA III
1. ADI CMC-Na = 4 10 g / hari ( Handbook of P.Excipient p 89 )
CMC Na yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 1, 5 g = 0,05 g 0,1 g150 ml
CMC Na yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3-4 ) kali x ( 0,05 g 0, 1 g )
= ( 0,15 g 0,2 g ) ( 0,3 g 0, 4 g ).
TIDAK MELEBIHI ADI
2. ADI Nipagin = 10 mg / kg BB ( Handbook of P. Ecipient p 342 )
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa = 70 kg.
ADI Nipagin untuk usia dewasa = 700 mg.
Nipagin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas = 5 ml 10 ml x 0,15 g = 0,005 g 0, 010 g
150 ml
Nipagin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0, 005 g 0,010 g
= ( 0,0150 g 0,030 g ) ( 0,02 g 0,04 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
3. ADI Gliserin = 1 1,5 g / kg BB
Berdasarkan Ars Prescribendi BB dewasa 70 kg
ADI Gliserin untuk usia dewasa = 70 - 105 g
Gliserin yang digunakan sekali :
12 tahun ke atas= 5 ml 10 ml x 16,38 g = 0,5460 g 1,0920 g
150 ml
Gliserin yang digunakan sehari :
12 tahun ke atas= ( 3 4 ) kali x 0,4497 g 0,8993 g
= ( 0,5460 g 1,0920 g ) ( 2,1890 g 4,3680 g )
TIDAK MELEBIHI ADI
BAB VII
RANCANGAN EVALUASI SEDIAANNo.Jenis PengujianAlatCaraHal yang diingnkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.Organoleptis
Penetapan pH
Penentuan densitas
Pengukuran viskositas
Kapasitas penetralan asam
Penentuan ukuran partikel
Penentuan volume sedimentsi
Panca indera
pH meter Fischer
Piknometer
Viskosimeter Cup & Bob
pH meter
Mikroskop elektron
Gelas ukur tertutup Bau
Rasa
warna
1. Bersihkan elektrode alat yang digunakan dengan aquadest
2. Siapkan pH standar yang akan digunakan untuk kalibrasi ( sesuai pH yang diinginkan ).
3. Masukkan magnetic stirer dan electrode ke dalam larutan standar
4. Atur posisi dalam keadaan on
5. Catat pH yang tertera pada alat ( hitung selisih pH standard an pH pada alat yang akan digunakan sebagai pembanding untuk perhitungan pH selanjutnya ).
6. Ukur pH larutan sediaan dengan cara no. 3-5
7. Catat pHnya, kemudian lakukan replikasi 3x.
1. Bersihkan piknometer dengan alkohol 95 %, kemudian keringkan.
2. Timbang piknometer kosong dengan neraca analitik.
3. Piknometer diisi dengan sediaan ad garis tanda.
4. Sesuaikan shu yang tertera pada piknometer dengan suhu sediaan.
5. Timbang piknometer yang berisi sediaan.
6. Lakukan replikasi 3 kali.
7. Hitung BJ masing-masing replikasi dengan rumus :
BJ = M2 M1 V
Dimana :
M2 = berat piknometer dan sediaan
M1 = berat piknometer kosong
V = volume yang tertera pada piknometer
8. Hitung rata rata BJ dan SDnya
1. Masukkan larutan dalam wadah viskosimeter Cup & Bob.
2. pasang alat pemutar viskosimeter Cup & Bob.
3. Letakkan wadah viskosimeter ditengah alat pemutar viskosimeter.
4. Usahakan alat pemutar mengambang di dalam wadah viskosimeter sehingga bagian bawah alat tidak menyentuh permukaan wadah dan bagian atas alat terendam seluruhnya.
5. Nyalakan alat dan amati berapa angka yang ditunjukkan alat ( dalam dPas ).
a. Standardisasi pH meter
1. Dilakukan kalibrasi pH meter menggunakan larutan dapar baku Kalium biftalat 0,05 M dan Kalium tetraoksalat 0,05 M.
b. Standardisasi Pengaduk Magnetik
1. Masukkan 100 ml air ke dalam gelas piala 250 ml yang berisi batang pengaduk magnetik 40 mm x 10 mm yang dilapisi Perfluoro karbon padat dan mempunyai cincin putaran pada pusat.
2. Atur daya pengaduk magnetik hingga menghasilkan kecepatan pengadukan rata rata 300 30 putaran per menit.
3. Bila batang pengaduk terpusat pada gelas piala seperti yang telah ditetapkan takometer optik yang sesuai.
c. Prosedur
1. Pipet 30 ml HCl 1,0 N LV ke dalam larutan uji sambil diaduk terus menggunakan pengaduk magnetik.
2. Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasi.
3. Titrasi kelebihan asam dengan NaOH 0,5 LV dalam waktu tidak lebih dari 5 menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil ( selama 10 15 detik ).
4. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap gram zat uji.
Nb : tiap ml HCl 1,0 N setara dengan 1 mEq asam yang digunakan.
1. Kalibrasi skala okuler dengan memasang mikrometer obyektif dan okuler.
2. Teteskan suspensi di atas obyek gelas, tutup dengan cover gelas.
3. Ambil mikrometer obyektif, ganti dengan obyek gelas yang berisi sampel.
4. Ukur diameter partikel 300 partikel.
5. Lakukan pengelompokkan :
tentukan ukuran partikel terkecil dan terbesar dari seluruh sampel. bagilah dalam berbagai interval dan kelas.
1. Masukkan 60 ml sediaan ke dalam gelas ukur bertutup.
2. Amati volume pengendapan selama 1 hari.
3. Lakukan pengamatan selama 1 minggu, ukur volume sedimentasi dengan rumus :
F = Vu Vo
Dimana :
F = volume sedimentasi
Vu = volume akhir dari endapan
Vo = volume awal dari suspensi sebelum mengendap.
HASIL EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
Bau: mint
Rasa: manis mint
Warna: putih
2. Penetapan pH
Kalibrasi pHmeter
Dapar standar pH 7 terbaca 6,83
Faktor koreksi= + 0,17
I. pH= 9,02 + 0,17 = 9,19(30,0o c)
II. pH= 9,05 + 0,17= 9,22 (30,6o c)
III. pH= 9,08 + 0,17= 9,25(31,0o c)
pH rata-rata= 9,22
3. Penentuan DensitasVolume pikometer = 9,765 cm3I. Berat piknometer + sediaan= 41,4635g
Berat piknometer kosong= 30,3560g -
Berat sediaan (w)
= 11,1075g
BJ = w = 11,1075 g = 1,1375 g
v 9,765 cm 3II. Berat piknometer + sediaan= 41,3625g
Berat piknometer kosong= 30,3480g -
Berat sediaan (w)
= 11,0145g
BJ = w = 11,0145 g = 1,1280 g
v 9,765 cm 3
III. Berat piknometer + sediaan= 41,3669g
Berat piknometer kosong= 30,3586g -
Berat sediaan (w)
= 11,0083g
BJ = w = 11,0083 g = 1,1273 g
v 9,765 cm 3
BJ rata-rata= 1,1309 g /cm34. Pengukuran ViskositasAlat: Rion Viskositester VT 04 E
I. 1,9 dPa S
II. 1,9 dPa S
III. 1,9 dPa S
Rata-rata viskositas= 1,9 dPa S
5. Penentuan Ukuran PartikelPembesaran okuler= 10x
Pembesaran objektif= 40x
0,70,50,41,11,30,61,21,30,50,6
1,01,00,51,01,00,70,70,50,70,7
0,80,80,41,00,80,60,60,70,60,5
0,31,10,50,80,70,80,80,70,50,5
0,30,71,00,61,00,80,90,81,11,1
0,30,50,50,51,00,81,30,70,50,7
0,41,10,30,90,70,71,00,41,00,5
0,80,50,50,41,00,50,81,20,90,8
0,50,70,80,50,90,81,30,80,81,1
0,51,20,50,60,90,81,01,20,60,4
0,20,50,40,80,51,00,5081,01,0
0,70,60,60,61,01,00,91,00,80,5
0,40,71,00,40,51,00,40,50,70,4
0,40,50,90,80,40,61,00,50,50,4
0,80,50,50,71,30,50,40,60,60,4
1,01,00,41,10,80,81,00,70,70,6
0,70,50,50,60,71,10,60,61,20,5
1,00,50,30,60,60,70,50,51,00,7
0,50,50,50,40,60,90,60,40,60,5
0,50,70,81,00,50,80,50,40,51,0
0,90,60,50,50,50,61,00,40,90,4
0,30,80,60,70,50,60,90,81,11,0
0,30,70,50,61,01,20,80,50,80,9
1,21,00,50,40,71,00,70,61,00,8
0,70,30,90,51,00,70,80,71,00,6
0,30,50,50,60,80,70,71,00,70,6
0,30,70,60,70,80,90,60,70,60,6
0,31,00,90,71,20,90,70,50,70,5
0,70,70,50,71,11,31,00,70,80,9
0,70,50,61,20,91,01,00,70,70,8
Kalibrasi skala okuler
8,9 skala okuler = 9,0 skala objektif
9,0 skala okuler = 9,2 skala objektif
Skala objektif = 0,01 mm
Pembesaran okuler= 10x
Pembesaran objektif= 10 x
Sampel:
Pembesaran okuler= 10x
Pembesaran objektif= 40x
1 skala okuler = 9,0 / 8,9 + 9,2 / 9,0 = 1,01673 skala objektif
2
1 skala okuler = 1,01673 x 0,01 mm = 0,0101673 mm = 10,1673 m
Skala okulern = partikeld = skala objektif m *n.d
0,20,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3211
23
60
37
48
36
18
41
10
8
60,50840,7625
1,0167
1,2709
1,5251
1,7793
2,0335
2,2876
2,5418
2,7960
3,0502
3,30441,01688,3875
23,3841
76,2540
56,4287
85,4064
73,2060
41,1768
104,2138
27,9600
24,4016
19,8262
*d = skala okuler x 10,1673 x 10 40Rentang
= dmaks dmin = 3,3044 0,5084 = 2,796
Jumlah kelas= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 300 = 9,1745 9
Interval kelas= rentang = 2,796 = 0,3107
Jumlah 9
KURVA
Jarak ukuran
(m)Rata-rata jarak ukuran ()Jml(n)n.dn.d2n.d3n.d4
0,5084 0,8191
0,8192 1,1299
1,1300 1,4407
1,4408 1,7515
1,7516 2,0623
2,0624 2,3731
2,3732 2,6839
2,6840 2,9947
2,9948 3,3055 0,6637
0,9745
1,2853
1,5961
1,9569
2,2177
2,5285
2,8393
3,15011323
60
37
84
18
41
10
148,628122,4135
77,118
59,0557
164,3796
39,9186
103,6685
28,393
44,1014
5,726521,8419
99,1198
94,2588
321,6744
88,5275
262,1258
80,6162
138,92383,800621,2850
127,3986
150,4465
629,4847
196,3274
662,7851
228,8937
437,62392,522520,7422
163,7455
240,1276
1231,8386
435,3953
1675,8521
649,8979
1378,5591
300547,67641032,81472458,04555798,6808
dIn
= nd= 547,6764= 1,8256 m (d panjang)
n 300dsn
= nd2= 1032,8147= 1,8555 m (d luas)
n 300dvn=3 nd3= 2458,0455= 2,0150m (d volum)
n 300dsl
= nd2= 1032,8147= 18858 m (d luas panjang)
nd 547,6764
dvs = nd3= 2458,0455= 2,3799 m (d volum luas)
nd2 1032,8147
dvs = nd4554= 5798,6808= 2,3591m (dvolum bobot)
nd3 2458,04556. Penentuan Volume SedimentasiF= Vu
Vo = 100,0 ml
Vo
Hari I
Waktu
(menit)Formula IFormula IIFormula III
Vu1F1Vu2F2Vu3F3
1530
45
60
75
90-
-
-
99
99
99-
-
-
0,99
0,99
0,99-
-
-
99
99
99
-
-
-
0,99
0,99
0,99
100
100
100
99
99
99
1
1
1
0,99
0,98
0,98
Waktu
(hari)Formula IFormula IIFormula III
Vu1F1Vu2F2Vu3F3
1
2
3
4
599
97
97
96
93,50,99
0,97
0,97
0,96
0,93599
99
99
99
60
0,99
0,99
0,99
0,99
0.609888,5
79
74
71
0,980,885
0,790
0,740
0,71
7. Kapasitas Penetralan Asam
Untuk mencapai pH 3,5 dibutuhkan NaOH 0,5N 54,1 ml 30 ml HCl 1,0 N 30 mEq asam
Diharapkan 5 ml sediaan antasida manatralkan 15 mEq asam
1ml HCl 1,0N 2 ml NaOH 0,5N
30ml HCl 1,0N : - x mEq dinetralkan antasid 5ml
(30 mEq) : - y mEq dinetralkan NaOH 0,5N 47ml
HCl 1,0N = 47 ml = 23,5ml HCl
2
23,5 mEq asam
Yang dinetralkan oleh 5 ml antasida = 30 mEq 23,5mEq
= 6,5 mEq asam
% efektifitas= 6,5 mEq X 100% = 19,67%
15mEq
BAB VIII
PEMBAHASAN
Antasida adalah obat yangdimaksudkan untuk menetralkan kelebihan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang disekresi lambung tetapi peninggian pH akan menurunkan aktvfitas pepsin. Pada praktikum ini dipilih sediaan antasida non sistemik sebab dapat mengurangi efek samping alkalosis metabolik. Bahan obat yang terpilih adalh kombinasi AlOH3 dan MgOH2 dengan tujuan memperpanjang masa kerja obat dan dapat saling menutupi efek samping dari masing masing bahan aktif tersebut.
Pada praktikum pembuatan sediaan antasida dipilih bentuk sediaan suspensi. Hal ini disebabkan karena beberapa permasalahan antara lain yaitu bahan obat (MgOH2 dan Al OH3) tidak larut dalam air tetapi stabil dalam air. Sediaan antasida diharapkan memberikan efek yang cepat sehingga dengan dipilih sediaan suspensi absorbsi lebih cepat dibandingkan sediaan padat,dan bioavailabilitas dalam darah cukup besar.
Dosis pakai yang terpilih sediaan antasida ini adalah dalam 5ml suspensi mengandung 300mg AlOH3 dan 220mg MgOH2 dengan aturan pemakaian 3 4 kali sehari yaitu sebelum makan dan sesudah tidur. Kemasan yang terpilih adalah 150ml.
Pada tahap formulasi antasida dsiperlukan bahan antara lain :
1. Suspending agent yang terpilih dalah CMC Na 1%
2. Wetting agent yang terpilih adalah Gliserin 10,92%
3. Preservatives yang terpilih adalah Nipagin 0,1%
4. Sweetening agent yang terpilih adalah sirupus simpleks 10%
5. Flavoring agent yang terpilih adalah pepermint oil 0.33%
6. Pembawa Aqua ad 150ml
Dalam sediaan ini tidak diperlukan dapar sebab sediaan antasida dimaksudkan menetralkan asam lambung sehingga tidak dibutuhkan penyetabil pH dalam mekanisme kerjanya. Alasan pemilihan bahan bahan tambahan di atas telah dijelaskan dalam rancangan formula.
Setelah diakukan tahapan formulasi,sediaan dievaluasi untuk mengetahui apakah sediaan telah memenuhi persyaratan spesifikasi tang telah ditentukan. Dan dari hasil evaluasi didapatkan data sebagai berikut :
1. Uji Organoleptis
Bau
: mint
Rasa
: manis mint
Warna
: putih
Kesimpulan : sediaan memenuhi spesifikasi organoleptis
2. Uji Penetapan pH
Sebelum dilakukan uji penetapan pH, dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada pH meter, klibrasi ini dilakukan dengan menggunakan dapar standar pH 7 yang terbaca pada alat adalah 6,83, dengan demikian faktor koreksi +0,17.
Setelah dilakukan uji penetapan pH pada sediaan antasida makaa daperoleh data pH sediaan antasida
1.pH= 9,19 (t = 30,0 0C)
2.pH= 9,22 (t = 30,6 0C)
3.pH= 9,25 (t = 31,0 0C)
Dari ketiga data tersebut diperoleh pH rata rata 9,22, dalam hal ini tidak dilakukan konversi terhadap suhu sebab tidak terlalu bermakna terhadap perubahan pH,dan jika diinginkan suhu yang sama pada setiap kali uji maka pH meter terlebih dahulu harus diatur pada suhu yang diinginkan tersebut,adapun caranya telah tercantum pada petunjuk manual pemakaian alat.
3. Uji Penentuan Densitas
Penentuan densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Volume piknometer pada suhu 20 0C adalah 9,765 cm3 (tercantum pada alat) Dari uji tersebut diperoleh data antara lain :
1. bj= 1,1375 g/ cm3
2. bj= 1,1280 g/ cm3
3. bj= 1,1273 g/ cm3
Dari ketiga data tersebut diperoleh bj rata rata = 1,1309 g / cm3
4. Pengukuran Viskositas
Alat yang digunakan adalah Rion Viskostester VT-04E
Prinsip kerja alat ini adalah Cup and Bob. Data yang diperoleh dari pengukuran adalah 1,9 dPaS
5. Penentuan Ukuran Partikel
Uji penentuan ukuran pertikel dilakukan karena ukuran partikel sangat mampengaruhi kestabilan sediaan suspensi yang dihasilkan, semakin besar rentang ukuran partikael suspensi maka suspensi yang dihasilkan semakin tidak stabil, artinya terjadi perbedaan kecepatan pengendapan. Partikel kecil akan mengendap terlebih dahulu baru kemudian diikuti partikel besar,dengan damikian proses pengandapan akan tejadi dalam waktu yang lama sehingga endapan sulit untuk diredispersikan.Ukuran partikel sediaan antasida yang diperoleh memenuhi semua rentang dalam spesifikasi yang telah ditentukan, yaitu 0,5 5 m. Ukuran partikel sediaan yang paling banyak terdapat pada rantang 1 - 2 m.
6. Uji Penentuan Volume Sedimentasi
Salah satu syarat sediaan suspensi adalah bahan yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap (minimal dalam waktu pendispersian sampai penuangan) dan partikel yang mengendap pada dasar suspensi tadakboleh membentuk masa yang keras tetapi harus bisa terdispersi secara homogen ketika suspensi tersebut dikocok.
Kurva volume sedimentasi yang diinginkan harus berupa garis horizontal atau menurun perlahan. Dan sediaan antasida hasil formulasi memenuhi kriteria tersebut. Sebagai absis adalah waktu dan sebagai ordinat adalah volume akhir endapan dibagi volume total suspensi. Dalam evaluasi ini diperoleh dua data, data pertama dilakukan pengamatan tiap 15 menit selama 90 menit,kemudian data kedua dilakukan pengamatan tiap hari selama 5 hari.
7. Uji Kapasitas Penetralan Asam
Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi adalah bervariasi tetapi pada umumnya pH lambung tidak lebih dari pH 4. kapsitas penetralan asam ini sangat mempengaruhi efektifitas antasida yang dihasilkan sehingga kapasitas sediaan harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sediaan antasida ini diinginkan mampu menetralkan 15mEq asam. Pengujian dilakukan terhadap dosis terkecil dari pemakaian (5ml). Pada pembuatan larutan uji ditambahkan 30ml HCl 1,0N, di mana 1 ml HCl 1,0N setara dengan 1mEq asam yang artinya HCl yang ditambahkan menghasilkan 30mEq asam yang akan dinetralkan oleh NaOH dan sediaan antasida. Dari 5ml sediaan antasida diharapkan mampu menetralkan 15mEq asam. Larutan uji dititrasi dengan NaOH 0,5N sampai mencapai pH 3,5. untuk mencapai pH 3,5 tersebut dibutuhkan NaOH sebanyak 47ml yang artinya NaOH ini menetralkan 23,5mEq asam . Dengan demikian antasida hanya mampu menetralkan sebanyak 6,5mEq asam padahal sediaan diinginkan mampu menetralkan 15 mEq asam. Dapat disimpulkan sediaan antasida tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, hal ini dikarenakan pemakaian suspending agent yang digunakan adalah CMC Na yang bersifat inkompatibel dangan garam dari alumunium. Telah diketahui pada prosedur pembuatan sediaan uji kapasitas penetralan asam, sediaan antasida ditambahkan 30ml HCl yang akan bereaksi dengan alumunium dalam antasida sehingga membentuk garamAlCl3 yang akan membentuk sifat inkompatibilitas dengan CMC Na yang dapat menurunkan pH dari sediaan sehingga efektivitas sediaan menurun. Untuk menghindari hal ini maka diginakan suspending agent pengganti hydroxypropyl methyl cellulose yang tidak memiliki sifat inkompatibilitas dengan bahan aktif.BAB VIII
KESIMPULAN1. Sifat organoleptis sediaan yang dihasilkan memiliki bau mint, rasa manis mint, dan warna putih.2. pH sediaan rata rata dari hasil evaluasi adalah 9,22 3. Viskositas sediaan rata rata dari hasil evaluasi adalah 1,9 dPaS,pengukuran ini menggunakan alat viskosimeter cup and bob Rion Viskosimeter VT-04E 4. Berat jenis sediaan rata rata diperoleh dari hasil evaluasi adalah 1,1309 g / cm3 5. Ukuran partikel dari hasil evaluasi memiliki jarak ukuran antara 0,5084 3,3055m6. Hasil evaluasi volume sedimentasi diperoleh dua data yaitu data pertama dilakukan pengamatan tiap 15 menit selama 90 menit,kemudian data kedua dilakukan pengamatan tiap hari selama 5 hari. Dari kedua data tersebut diperoleh grafik pada kurva yang menurun secara perlahan sesuai dengan persyaratan terjadinya sedimentasi yang baik.7. Uji kapasitas penetralan asam dari hasil evaluasi sediaan diperoleh data dalm satu dosis terkecil sediaan antasida mampu menetralkan 6,5mEq asam.DAFTAR PUSTAKADepartemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, edisi ketiga,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, edisi keempat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Ganiswara S.G, 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi keempat,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Gennoro A.R, 2000, Remington; The Science and Practice of Pharmacy Volume I,
Philadelphia College of Pharmacy And Science, Philadelphia
Kibbe A.H, 2000, Handbook of Pharmaceutical Excipients, third edition,
The Pharmaceutical Press, London
Reynold J.E.F, 1982, Martindale The Extra Pharmacopeia, twenty eight edition,
The Pharmaceutical Press, London
Lieberman H.A, 1996, Pharmaceutical Dosage Form, Disperse Systems Vol.I,
Second edition, Marcel Dekker Inc, New York
Aulton Michael, 1987, Pharmaceutics : The Science Of Dosage Forms Design,
Lorgmann Group (FE) Ltd, Hongkong
Memompa ion H+ ke dalam lumen kanalikuli secara transport aktif dengan dikatalisis enzim H+ - K+ - ATPase, berikatan dengan ion Cl- dalam lumen kanalikuli
Bahan aktif Al(OH)3 dan Mg(OH)3
Memungkinkan terkena cahaya langsung saat penyimpanan
CMC Na
MC
Acacia
Hydroxypropil celulose
Tidak berasa
Ditujukan untuk dewasa
Air sebagai pembawa
Sulit terbasahi
Perlu suspending agent
Tidak stabil jika terkaena cahaya langsung
Praktis tidak larut air
Dibuat sediaan suspensi
PEG
Propilenglikol
Sorbitol
Gliserin
Syrupus simplex
Menthol
Vanili
Peppermint oil
Perlu perasa
Nipagin
Nipasol
Na-benzoat
Perlu pengawet
Air tempat pertumbuhan mikroba
Perlu wetting agent
Manitol
Sorbitol
Sakarin
Syrupus simplex
Perlu pemanis
Dikemas dalam botol warna gelap
Stimulus / rangsang
sistem saraf
Asetilkolin
(parasimpatis)
H2
Gastrin
M2 Reseptor
H2 Reseptor
Reseptor gastrin yang spesifik
Menstimulasi sel parietal
HCl
Syrupus simplex 15 g
Nipagin 0,15 g
Aqua 60 ml
Sorbitol 9 g
Aduk ad larut
Al(OH)3 9 g
Mg(OH)3 6,6 g
Ditambah peppermint oil 4,5 mg
Aduk ad homogen
Ditambah aquades ad 150 ml
Aduk ad homogen
Aduk ad musilago
Ad mengembang
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml
Ad mengembang
Aduk ad musilago
Ditambah aquades ad 150 ml
Aduk ad homogen
Ditambah peppermint oil 4,5 mg
Aduk ad homogen
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
Al(OH)3 9 g
Mg(OH)3 6,6 g
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
Syrupus simplex 15 g
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
CMC Na 1,5 g + air panas 30 ml
Ad mengembang
Aduk ad musilago
Ditambah aquades ad 150 ml
Aduk ad homogen
Al(OH)3 9 g
Mg(OH)3 6,6 g
Ditambah peppermint oil 4,5 mg
Aduk ad homogen
Al(OH)3 9 g
Mg(OH)3 6,6 g
Syrupus simplex 15 g
Propilenglikol 5 g + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
Gliserin 13 ml + nipagin 0,15 g
Aduk ad larut
PAGE 50