44
LAPORAN PENDAHULUAN PEMBUATAN CHITOSAN IDENTITAS PRAKTIKAN Nama : Sapta Rianda NIM : 03071003073 Kelompok : III (Tiga) / Kamis Pagi I. NAMA PERCOBAAN: Pembuatan Chitosan II. TUJUAN PERCOBAAN Membuat Chitosan dari kulit udang sebagai bahan pengawet. III. DASAR TEORI Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Kitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin dengan basa. Perkembangan penggunaan

Lap Tetap Chitosan Sapta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lap Tetap Chitosan Sapta

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBUATAN CHITOSAN

IDENTITAS PRAKTIKAN

Nama : Sapta Rianda

NIM : 03071003073

Kelompok : III (Tiga) / Kamis Pagi

I. NAMA PERCOBAAN: Pembuatan Chitosan

II. TUJUAN PERCOBAAN

Membuat Chitosan dari kulit udang sebagai bahan pengawet.

III. DASAR TEORI

Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh

orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan

kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan

polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino

polisakarida berbentuk polimer gabungan.

Kitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin

dengan basa. Perkembangan penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun

1940-an. terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri

sekitar tahun 1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan

kesehatan dimulai pada pertengahan 1980 - 1990.

Sifat utama kitin dicirikan oleh sifatnya yang sangat susah larut dalam air dan

beberapa pelarut organik, rendahnya reaktivitas kimia dan sangat hidrofobik. Karena

ketiga sifat tersebut penggunaan kitin relatif lebih sedikit dibandingkan kitosan dan

derivatnya. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai senyawa pengkhelat logam

Page 2: Lap Tetap Chitosan Sapta

dalam instalasi pengolahan air bersih atau limbah, kosmetik sebagai fungisida dan

fungistatik penyembuh luka.

Chitosan adalah produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping

(limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan.

Proses pembuatan chitosan itu sendiri dilakukan melalui beberapa tahapan,

yakni pengeringan bahan baku mentah chitosan (rajungan), penggilingan,

penyaringan, deproteinasi, pencucian dan penyaringan, deminarisasi (penghilangan

mineral Ca), pencucian, deasilitilisasi, pengeringan, dan selanjutnya akan terbentuk

produk akhir berupa chitosan.

Proses utama dalam pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein dan

kandungan mineral yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan

basa dan asam.

Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin. Kualitas dan nilai ekonomi kitosan

dan kitin ditentukan oleh besarnya derajat deasetilasi, semakin tingi derajat deasetilasi

semakin tinggi kualitas dan harga jualnya. Kualitas kitosan berdasarkan penggunaan

dapat dibagi ke dalam tiga jenis kualitas yaitu kualitas teknis, pangan dan farmasi.

Saat ini budi daya udang dengan tambak telah berkembang dengan pesat,

karena udang merupakan komoditi ekspor yang dapat dihandalkan dalam

meningkatkan ekspor non -migas dan merupakan salah satu jenis biota laut

yang bernilai ekonomis tinggi. Udang di Indonesia pada umumnya diekspor

dalam bentuk udang beku yang telah dibuang bagian kepala, kulit, dan ekornya.

Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan

pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30% - 75% dari berat udang. Dengan

demikian jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup

tinggi. Limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari protein,

kalsium karbonat, khitin, pigmen, abu, dan lain-lain.

Meningkatnya jumlah limbah udang masih merupakan masalah yang

perlu dicarikan upaya pemanfaatannya. Hal ini bukan saja memberikan nilai

tambah pada usaha pengolahan udang, akan tetapi juga dapat menanggulangi

Page 3: Lap Tetap Chitosan Sapta

masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang

dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang bagus.

Saat ini di Indonesia sebagian kecil dari limbah udang sudah

termanfaatkan dalam hal pembuatan kerupuk udang, petis, terasi, dan bahan

pencampur pakan ternak. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat

dan Jepang, limbah udang telah dimanfaatkan di dalam industri sebagai bahan

dasar pembuatan chitin dan chitosan. Manfaatnya di berbagai industri modern

banyak sekali seperti industri farmasi, biokimia, bioteknologi, biomedikal,

pangan, kertas, tekstil, pertanian, dan kesehatan. Chitin dan chitosan serta

turunannya mempunyai sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi dan penebal

emulsi.

Jika sebagian besar gugus asetil pada chitin disubstitusikan oleh hidrogen

menjadi gugus amino dengan persen bahan larutan hasil kuat berkonsentrasi tinggi,

hasilnya dinamakan chitosan atau chitin terdeasetilasi. Chitosan bukan merupakan

senyawa tunggal, tetapi merupakan kelompok yang terdeasetilasi sebagian dengan

derajat polimerasi yang beragam.

Chitin dan chitosan adalah nama untuk dua kelompok senyawa yang tidak

dibatasi dengan stoikiometri pasti, chitin adalah poli N-asetil glukosomin yang

terdeasetilasi sedikit, sedangkan kitosan adalah chitin yang terdeasetilasi sebanyak

mungkin, tetapi tidak cukup sempurna untuk dinamakan poli glukosamin.

Chitosan merupakan senyawa tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit

larut dalam HCl clan HNO3, 0,5% H3PO4 sedangkan dalam H2SO4 tidak larut.

Chitosan juga tidak larut dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol, aseton,

dometil formamida dan dimetilsulfoksida tetapi chitosan larut baik dalam asam

format berkosentrasi (0,2 -100) % dalam air. Chitosan tidak beracun dan mudah

terbiodegradasi. Berat molekul chitosan adalah sekitar 1,2 X 105, bergantung pada

degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi.

Isolasi chitin dari limbah kulit udang dilakukan secara bertahap yaitu tahap

pemisahan protein (deproteinasi) dengan larutan basa, demineralisasi, tahap

Page 4: Lap Tetap Chitosan Sapta

pemutihan (bleancing) dengan aseton dan natrium hipoklorit. Sedangkan transformasi

khitin menjadi chitosan dilakukan tahap deasetilasi dengan basa berkonsentrasi

tinggi.

Biodegradasi dari Polisakarida (chitin dan chitosan)

Chitin dan chitosan adalah salah satu dari polisakarida di dalam unit dasar suatu

gula animo. Polisakarida ini adalah suatu struktural unsur yang memberikan kekuatan

mekanik organisme. Chitin tidak dapat larut dalam air, pelarut organik alkali atau

asam mineral encer .Tetapi ia tidak dapat larut dan terurai dengan adanya enzym atau

dengan pengolahan asam mineral padat. Dalam strukturnya, chitin terdiri dari sebuah

rantai panjang dari N acetylglukosamine. Rumus empirisnya adalah

C6H6CNHCOCH3 dan berisi campuran murni 6,9 % Nitrogen. Polimer ini adalah

serupa selulosa diganti oleh suatu acetyl amino ( NHCOCH3) unit.

Beberapa chitin mempunyai kemampuan yang sama dengan chitosan untuk

bergabung dengan mereka. Chitosan adalah sama dengan chitin tetapi beberapa

kelompok acetyl (-COCH3), juga didapat cincin pada mata rantai unit glukosamine

(C6H9O6NH2) bersama-sama seperti chitin.

Chitin dan chitosan yang diperoleh dari limbah kulit udang digunakan sebagai

absorben untuk menyerap ion kadmium, tembaga, dan timbal dengan cara dinamis

dengan mengatur kondisi penyerapan sehingga air yang dibuang ke lingkungan

menjadi air yang bebas dari ion-ion logam berat. Mengingat besarnya manfaat dari

senyawa chitin dan chitosan serta tersedianya bahan baku yang banyak dan mudah

didapatkan maka perlu pengkajian dan pengembangan dari limbah ini sebagai bahan

penyerap terhadap logam-logam berat diperairan.

Chitosan yang disebut juga dengan b-1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa

merupakan turunan dari chitin melalui proses destilasi. Chitosan juga merupakan

suatu polimer multifungsi karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam

amino, gugus hidroksil primer dan skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan

khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang tinggi.

Page 5: Lap Tetap Chitosan Sapta

Chitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat,

sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan H3 PO4, dan tidak larut dalam H2SO4.

Chitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik.

Disamping itu Chitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik

lainnya seperti protein. Oleh karena itu, Chitosan relatif lebih banyak digunakan pada

berbagai bidang industri terapan dan induistri kesehatan.

Salah satu pencemaran pada badan air adalah masuknya logam berat.

Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar

zat tersebut dalam organisme air seperti kerang, rumput laut dan biota laut lainnya.

Pemanfaatan organisme ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan

manusia.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka berkembang pulalah industri-

industri. Akibatnya lingkungan menjadi salah satu sasaran pencemaran, terutama

sekali lingkungan perairan yang sudah pasti terganggu oleh adanya limbah industri,

baik industri pertanian maupun industri pertambangan. Kebanyakan dari limbah itu

biasanya dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Berbagai metode seperti penukar ion, penyerapan dengan karbon aktif dan

pengendapan secara elektrolisis telah dilakukan untuk menyerap bahan pencemar

beracun dari limbah, tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi dalam

pengoperasiannya.

Penggunaan bahan biomaterial sebagai penyerap ion logam berat merupakan

alternatif yang memberikan harapan. Sejumlah biomaterial seperti lumut, daun teh,

sekam padi, dan sabut kelapa sawit, begitu juga dari bahan non biomaterial seperti

perlit, tanah gambut, lumpur aktif dan lain-lain telah digunakan sebagai bahan

penyerap logam-logam berat dalam air limbah.

Kulit udang yang mengandung senyawa kimia chitin dan chitosan merupakan

limbah yang mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak, yang selama ini

belum termanfaatkan secara optimal.

Page 6: Lap Tetap Chitosan Sapta

Dengan adanya sifat-sifat Chitin dan Chitosan yang dihubungkan dengan gugus

amino dan hidroksil yang terikat, maka menyebabkan chitin dan chitosan mempunyai

reaktivitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga

dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berperan sebagai

absorben terhadap logam berat dalam air limbah.

Karena berperan sebagai penukar ion dan sebagai absorben maka chitin dan

chitosan dari limbah udang berpotensi dalam memecahkan masalah pencemaran

lingkungan perairan dengan penyerapan yang lebih murah dan bahannya mudah

didapatkan.

Sifat - Sifat Chitosan

Karakteristik fisika-kimia Chitosan berwarna putih dan berbentuk kristal, dapat

larut dalam larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya.

Pelarut Chitosan yang baik adalah Asam Asetat. Chitosan sedikit mudah larut dalam

air dan mempunyai muatan positif yang kuat, yang dapat mengikat muatan negatif

dari senyawa lain, serta mudah mengalami degradasi secara biologis, dan tidak

beracun.

Proses Pembuatan Chitosan

Proses pembuatan chitosan itu sendiri dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni

pengeringan bahan baku mentah chitosan (kulit udang), penggilingan, penyaringan,

deproteinasi, pencucian dan penyaringan, deminarisasi (penghilangan mineral Ca),

pencucian, deasilitilisasi, pengeringan, dan selanjutnya akan terbentuk produk akhir

berupa chitosan.

Proses utama dalam pembuatan Chitosan, meliputi penghilangan protein dan

kandungan mineral melalui proses kimiawi yang disebut dengan 'deproteinasi' dan

'demineralisasi', yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa

dan asam. Selanjutnya, chitosan diperoleh melalui proses 'deasetilasi', yaitu dengan

cara memanaskan dengan larutan basa.

Beberapa jenis proses pembuatan Chitosan :

1. Pengeringan bahan Baku Mentah.

Page 7: Lap Tetap Chitosan Sapta

2. Penggilingan.

3. Penyaringan

4. Deproteinasi.

5. Pencucian dan penyaringan.

6. Demineralisasi

7. Pencucian.

8. Deasetilasi

9. Pengeringan.

Pemanfaatan Chitosan

Chitosan mempunyai potensi yang dapat digunakan baik pada berbagai jenis

industri maupuil pada bidang kesehatan, sehingga kualitasnya bergantung Facia

keperluannya. Sebagai contoh, untuk penjernihan air diperlukan mutu chitin dan

chitosan yang tinggi sedangkan untuk penggunaan di bidang kesehatan diperlukan

kemurnian yang tinggi.

Chitosan mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun , dan

merupakan flokulan, koagulan yang baik, serta pengkilat logam. Chitosan telah

digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan polimer perdagangan seperti PA 332

dan PN 161, serta diperoleh bahwa penambahan 1 % larutan chitosan dan polimer

tersebut ternyata mempengaruhi penurunan kekeruhan, bentuk padatan sementara

(suspended solid), COD, dan kandungan khrom.

Dengan sifat polikationiknya, chitosan dapat dimanfaatkan sebagai agensia

penggumpal (coagulating agent) dalam penanganan limbah, terutama limbah

berprotein, karena dapat menggumpalkan protein yang dapat dimanfaatkan untuk

pakan ternak. Selain itu, pada penanganan limbah cair, berdasarkan sifat

konfigurasinya dalam sistem berair maka Chitosan dapat digunakan sebagai agensia

pengelat yang dapat mengikat logam beracun seperti merkuri, timah, tembaga,

plutonium, dan uranium dalam perairan, dan juga digunakan untuk mengikat zat

warna tekstil dalam air limbah.

Page 8: Lap Tetap Chitosan Sapta

Dalam bidang pangan dan farmasi, Chitosan banyak digunakan karena sifatnya

dapat mengikat asam, mengikat air, mengikat lemak, serta memiliki aktivitas

hipokolesterolemik dan aktivitas kekebalan tubuh. Chitosan telah digunakan untuk

menurunkan kadar asam pada buah-buahan, sayuran, dan ekstrak kopi. Kitin dan

Chitosan bersifat nontoksik sehingga aman digunakan di bidang pangan.

Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan

memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan

bakteri dan kapang. Hal itulah yang menyebabkan daya simpan ikan asin yang

diberikan perlakuan chitosan bisa bertahan sapmi tiga bulan dibanding dengan ikan

asin dengan penggaraman biasa yang hanya bisa bertahan selama dua bulan.

Sedangkan indikator terakhir atau keempat, yakni pada kadar air, dimana perlakuan

dengan pelapisan chitosan sampai delapan minggu menunjukkan kemmapuan

chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik, sehingga dengan sifat ini akan

menjadi daya tarik bagi para pengelola ikan asin dalam hal ekonomis.

Chitin

Chitin berasal dari bahasa Yunani yang berarti baju rantai besi. Pertama

kali diteliti oleh Henri Bracannot pada tahun 1811 dalam residu ekstrak jamur

yang dinamakan fungiue. Pada tahun 1823 Odins mengisolasi suatu senyawa

kutikula serangga jenis ekstra yang disebut dengan nama chitin.

Chitin merupakan polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Chitin

adalah senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Chitin merupakan

konstituen organik yang sangat penting pada hewan golongan orthopoda,

annelida, molusca, corlengterfa, dan nematoda. Chitin biasanya berkonjugasi

dengan protein dan tidak hanya terdapat pada kulit dan kerangkanya saja,

tetapi juga terdapat pada trachea, insang, dinding usus, dan pada bagian dalam

kulit pada cumi-cumi.

Adanya Chitin dapat dideteksi dengan reaksi warna Van Wesslink. Pada

cara ini, chitin direaksikan dengan I2-KI yang memberikan warna coklat, kemudian

Page 9: Lap Tetap Chitosan Sapta

jika ditambahkan asam sulfat berubah warnanya menjadi violet. Perubahan warna

dari coklat hingga menjadi violet menunjukan reaksi positif adanya chitin.

Chitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi

dan merupakan melekul polimer berantai lurus dengan nama lain b-(1-4)-2-

asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin) (Hirano, 1986; Tokura,

1995). Struktur chitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara

monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi b-(1-4). Perbedaannya

dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang

kedua pada khitin diganti oleh gugus asetamida (NHCOCH2) sehingga khitin

menjadi sebuah polimer berunit N-asetilglukosamin.

Chitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 merupakan zat padat yang

tak berbentuk (amorphous), tak larut dalam air, asam anorganik encer, alkali

encer dan pekat, alkohol, dan pelarut organik lainnya tetapi larut dalam asam-

asam mineral yang pekat. Chitin kurang larut dibandingkan dengan selulosa

dan merupakan N-glukosamin yang terdeasetilasi sedikit, sedangkan Chitosan

adalah chitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin.

Salah satu turunan chitin yang luas pemakaiannya adalah chitosan. Senyawa ini

mudah didapat dari kitin dengan menambahkan NaOH dan pemanasan sekitar 120o C.

Proses ini menyebabkan lepasnya gugus asetil yang melekat pada gugus amino dari

molekul kitin dan selanjutnya akan membentuk chitosan. Kelebihan lain dari chitosan

yaitu padatan yang dikoagulasinya dapat dimanfaatkan. Kekhawatiran terhadap

kemungkinan chitosan mempunyai efek beracun terhadap manusia telah dimentahkan

oleh beberapa peneliti dengan sejumlah bukti ilmiah.

Sifat dan Kegunaan Kitosan

Multiguna kitosan tidak terlepas dari sifat alaminya. Sifat alami tersebut dapat

dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia dan biologi.

Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain:

(i) merupakan polimer poliamin berbentuk linear

Page 10: Lap Tetap Chitosan Sapta

(ii) mempunyai gugus amino aktif

(iii) mempunyai kemampuan mengkhelat beberapa logam. 

Sifat biologi kitosan antara lain:

bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak

mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan

oleh mikroba (biodegradable).

dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif.

mampu meningkatkan pembentukan yang berperan dalam pembentukan

tulang.

bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol,

bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat.

Berdasarkan kedua sifat tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu

mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat. yang sangat

bermanfaat dalam aplikasinya.

Kitosan banyak digunakan oleh pelbagai industri antara lain industri farmasi,

kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik,

agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas dan industri

elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dipunyainya antara lain untuk:

pengolahan limbah cair terutama bahan sebagai bersifat resin penukar ion untuk

minimalisasi logam–logam berat, mengoagulasi minyak/lemak, serta mengurani

kekeruhan: penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan.

Page 11: Lap Tetap Chitosan Sapta

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Grinding

2. Neraca analitis

3. Beker gelas

4. Pipet tetes

5. Spatula

6. Water Bath

7. Corong dan Kertas Saring

8. pHmeter

9. Oven

Bahan :

a. Kulit udang

b. HCl

c. NaOH

d. Aquadest

V. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pisahkan udang dan kulitnya kemudian cuci bersih dan keringkan.

2. Gerus sampai halus kulit udang yang telah dikeringkan tadi hingga menjadi bubuk

atau powder.

3. Timbang bubuk kulit udang sebanyak 5 gr, dicampur dengan 300 ml aqudest.

4. Kemudian masukkan HCl sebanyak 3 tetes, selanjutnya larutan kulit udang tadi

dipanaskan selama 2 menit, diamkan sebentar.

5. Larutan tadi disaring dengan kertas saring, slurry kulit udang dimasukkan dalam

beker gelas kemudian dicuci serta disaring kembali.

6. Hasil saringan ini dicampur kembali dengan 300 aquadest,direbus selama 2 menit,

kemudian saring kembali.

Page 12: Lap Tetap Chitosan Sapta

7. Hasil saringan ditetesi NaOH sebanyak 3 tetes, selanjutnya diukur pH dengan

menggunakan pH meter.

8. Langkah terakhir larutan disaring kembali dan dikeringkan.

Page 13: Lap Tetap Chitosan Sapta

VI. HASIL PENGAMATAN

pH yang diperoleh setelah penambahan HCl adalah 6.

pH yang diperoleh setelah penambahan NaOH adalah 11.

Pada Hari Ketiga

Karakteristik : chitosan sudah kering dan berbentuk serbuk berwarna coklat.

Berat kertas saring + chitosan : 6.12 gram

Berat kertas saring : 1.84 gram

Maka berat chitosan yang diperoleh adalah : (6.12 – 1.84) gram = 4.28 gram

Page 14: Lap Tetap Chitosan Sapta

VII. PEMBAHASAN

Percobaan ini menggunakan bahan baku utama kulit udang galah. Dipilih

bagian kulit karena pada kulit udang ini terkandung chitin lebih banyak dibandingkan

bagian tubuh lainnya. Sedangkan chitosan sendiri adalah salah satu turunan chitin.

Kulit ini dipisahkan dari udangnya, lalu dicuci bersih, dan dikeringkan. Lalu kulit

udang ini dihancurkan hingga menjadi halus atau bubuk powder. Tujuannya agar

chitin yang terkandung dalam kulit udang dapat cepat bereaksi dengan zat kimia (HCl

dan NaOH) dan lepas dari kandungan chitin tersebut.

Kandungan chitin dalam kulit udang lebih sedikit dari kulit kepiting,

tetapi kulit udang lebih mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak

sebagai limbah. Chitin berasal dari bahasa Yunani yang berarti baju rantai besi,

pertama kali diteliti oleh Bracanot pada tahun 1811 dalam residu ekstrak jamur

yang dinamakan fungiue. Pada tahun 1823 Odins mengisolasi suatu senyawa

kutikula serangga jenis ekstra yang disebut dengan nama chitin (Neely dan Wiliam,

1969).

Chitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi

dan merupakan melekul polimer berantai lurus dengan nama lain b-(1-4)-2-

asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin) (Hirano, 1986; Tokura,

1995). Struktur chitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara

monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi b-(1-4). Perbedaannya

dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang

kedua pada khitin diganti oleh gugus asetamida (NHCOCH2) sehingga khitin

menjadi sebuah polimer berunit N-asetilglukosamin.

Chitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 merupakan zat padat

yang tak berbentuk (amorphous), tak larut dalam air, asam anorganik encer,

alkali encer dan pekat, alkohol, dan pelarut organik lainnya tetapi larut dalam

asam-asam mineral yang pekat. Chitin kurang larut dibandingkan dengan

selulosa dan merupakan N-glukosamin yang terdeasetilasi sedikit, sedangkan

Chitosan adalah chitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin.

Page 15: Lap Tetap Chitosan Sapta

Kulit udang sebanyak 5 gram ditambahkan dengan aquadest sebanyak 300 ml

serta diberi 3 tetes HCl, kemudian dipanaskan di water bath selama 2 menit sambil

diaduk-aduk. Proses ini disebut dengan proses demineralisasi yaitu proses yang

dilakukan untuk menghilangkan kerak kapur. Setelah pemanasan selama 2 menit

dilakukan penyaringan dengan kertas saring. Setelah proses penyaringan selesai,

kemudian chitosan hasil saringan dicuci kembali dengan aquadest 300 ml kemudian

dipanasi lagi selama 2 menit dan dilakukan proses penyaringan kembali. Tahapan

terakhir dari pembuatan chitosan ini adalah melarutkannya dengan aquadest sebanyak

300 ml kemudian ditambahkan 3 tetes NaOH dan pemanasan selama 2 menit lagi.

Proses ini dikenal sebagai proses deproteinisasi yaitu untuk menghilangkan protein.

pH yang diperoleh setelah penamabahan NaOH sebelum dilakukannya pemanasan

adalah 10. Kemudian dilakukan penyaringan kembali.

Setelah proses penyaringan selesai, chitosan hasil saringan di masukkan ke

dalam oven untuk menghilangkan kadar air dari chitosan itu. Sehingga diperoleh

produk chitosan dengan bentuk serbuk. Berat chitosan yang didapat dalam pembuatan

chitosan ini adalah 4,1256 gram. Chitosan digunakan sebagai bahan pengawet.

Keunggulan pengawet alami chitosan dibanding dengan formalin meliputi aspek

organoleptik, daya awet, keamanan pangan serta nilai ekonomis. Uji organoleptik

(kenampakan, rasa, bau,dan tekstur) pengawetan dengan chitosan menunjukkan hasil

lebih baik dibandingkan pengawet formalin.

Chitosan dalam bentuk powder telah diperoleh, namun apakah bubuk kering

itu murni chitosan atau masih terkandung zat lainnya selain chitosan, hal itu masih

diragukan. Karena dalam percobaan pembuatan chitosan ini tidak diketahui parameter

kimia zat chitosan. Chitosan kering yang kami peroleh yaitu sebanyak 4,1256 gram,

padahal bahan baku yang kami gunakan sebanyak 5 gram. Hal ini kemungkinan besar

disebabkan oleh beberapa faktor seperti : adanya kulit udang yang larut dalam

aquadest dan proses pencucian yang tidak bersih.

Page 16: Lap Tetap Chitosan Sapta

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Chitin adalah substansi yang renting dalam siklus karbon dalam tanah dan

tidak hanya itu, sebab dia juga mampu tidak dilewati oleh serangan

mikroorganisme tetapi sama hasilnya dari biosentetis mikroba secara terus-

menerus

2. Proses pembuatan chitosan dilakukan dengan melalui proses demineralisasi

dan deproteinisasi.

3. Limbah pembuangan udang tersebut harus termanfaatkan dengan baik, salah

satu pemanfaatannya dengan pembuatan chitosan selain itu juga agar kulit

udang itu tidak menjadi limbah yang membahayakan.

4. Chitosan ini banyak sekali manfaatnya diantaranya sebagai penyerapan

mineral berat yang dapat membahayakan dan sebagai pengawet.

5. Chitosan adalah berupa larutan basa kuat yang banyak digunakan sebagai

adsorben karena sifat yang khas bisa mengikat logam-logam berbahaya.

Saran

a. Sebaiknya proses penyaringan dan juga pencucian dilakukan dengan hati –

hati karena akan mempengaruhi berat akhir chitosan yang terbentuk.

b. Pada saat tahap akhir pengukuran berat chitosan, usahakan agar chitosan

yang terbentuk sudah benar – benar kering agar didapatkan hasil yang

akurat.

Page 17: Lap Tetap Chitosan Sapta

IX. DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Hatta. 2010. Penuntun praktikum Teknologi Bioproses. Laboratorium

Teknologi Bioproses. Universitas Sriwijaya

Prawirahartono, S. 1991. “ Pelajaran SMA Biologi “. Jakarta : Erlanga.

Hirano, S. 1986. Chitin and Chitosan. Ulmann’s Encyclopedia of Industrial

Chemistry. Republicka of Germany. 5th . ed. A 6: 231 – 232

Volk dan Wheeler. 1993. “ Mikrobiologi Dasar I “.Jakarta : Erlangga.

Collins,C.H dan Lyne,M.P, Microbiological Methods, Edisi 5,1985, British:

Butterworths

Page 18: Lap Tetap Chitosan Sapta

X. LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Kertas saring

Pipet tetes

BEKER GLASS

SCHOTT

250

200

150

100

50

HOT PLATE

SPATULA

Oven

55 6

Timbangan Elektronik

Timbangan

Page 19: Lap Tetap Chitosan Sapta

TUGAS KHUSUS

Sejarah Chitosan, Kelebihan dan Kekurangan Chitosan

Kitosan adalah turunan kitin yang hanya dibedakan oleh gugus radikal CH3.

CO- pada struktur polimernya. Kitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari

bahan hayati kitin, suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah

selulosa. Kitin ini umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari

kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan

beberapa dari kelompok jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak

ditemukan pada bagian insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi.

Sebagai sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster,

kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut. Sumber ini

diutamakan karena bertujuan untuk memberdayakan limbah udang.

Kitosan mempunyai sifat antimikrobia melawan jamur lebih kuat dari kitin.

Jika kitosan ditambahkan pada tanah, maka akan menstimulir pertumbuhan mikrobia

mikrobia yang dapat mengurai jamur. Selain itu kitosan juga dapat disemprotkan

langsung pada tanaman. Sifat kitin dan kitosan dapat mengikat air dan lemak.

Karena sifatnya yang dapat bereaksi dengan asam-asam seperti polifenol,

maka kitosan sangat cocok untuk menurunkan kadar asam pada buah-buahan, sayuran

dan ekstrak kopi. Kitosan mempunyai sifat polikationik, sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai agensia penggumpal.

Sejarah kitosan

Kitin sebagai prekursor kitosanpertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh

orang Prancis bernama Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan

kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan

polimer kedua terbesar di bumi selelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino

polisakarida berbentuk polimer gabungan.

Page 20: Lap Tetap Chitosan Sapta

kitosan ditemukan C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin dengan

basa. Perkembangan penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun 1940-an.

terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar tahun

1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan kesehatan

dimulai pada pertengahan 1980 - 1990.

Umumnya kitin diisolasi melalui rangkaian proses produksi. Pertama,

demineralisasi atau proses penghilangan mineral menggunakan asam. Kedua,

deproteinasi atau proses penghilangan protein menggunakan basa. Ketiga,

dekolorisasi atau proses penghilangan warna menggunakan oksidator atau pelarut

organik.

Sifat utama kitin dicirikan oleh sifatnya yang sangat susah larut dalam air dan

beberapa pelarut organik, rendahnya reaktivitas kimia dan sangat hidrofobik. Karena

ketiga sifat tersebut penggunaan kitin relatif lebih sedikit dibandingkan kitosan dan

derivatnya. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai senyawa pengkhelat logam

dalam instalasi pengolahan air bersih atau limbah, kosmetik sebagai fungisida dan

fungistatik penyembuh luka.

Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin. Kualitas dan nilai ekonomi

kitosan dan kitin ditentukan oleh besarnya derajat deasetilasi, semakin tingi derajat

deasetilasi semakin tinggi kualitas dan harga jualnya.

Chitosan adalah serat yang dihasilkan dari deasetilasi chitin, senyawa yang

banyak diperoleh di kerangka luar (eksoskeleton) hewan Crustacea seperti udang,

kerang, dan kepiting. Zat kerak (crust) pertama-tama dieksrak dari binatang berkulit

keras oleh ilmuwan Perancis Ojier pada tahun 1823 kemudian dicuci dengan larutan

alkali encer untuk menghilangkan proteinnya, kemudian dengan hydrochloric acid

encer untuk menghilangkan kerak dari kapurnya untuk memperoleh Kitosan. Unsur

Kitosan inilah yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Kitosan ini hanya larut dalam

asam encer dan dalam cairan tubuh manusia, sehingga bisa diserap tubuh. Kerak yang

telah dilepaskan acetyl-nya merupakan zat yang murni alami, tinggi sifat basanya,

Page 21: Lap Tetap Chitosan Sapta

mengandung banyak molekul glukose. Zat ini merupakan satu-satunya zat cellulose

yang dapat dimakan dan yang mengandung muatan positif (Positron).

Penelitian Peniston dan Johnson tahun 1980 mengemukakan pada waktu itu,

chitosan sudah digunakan sebagai agen flokulasi untuk air dan penanganan limbah,

pengkelat logam berat pada filtrasi larutan, dan pelapis serat kaca. Chitosan juga

dimanfaatkan sebagai pancing ikan dan benang bedah ramah lingkungan, es krim

rendah lemak, dan prostesis serta implan. Di bidang farmasi, chitosan juga dapat

digunakan dalam mikroenkapsulasi liposom, misalnya untuk insulin oral, agar

absorbsinya lebih baik dalam tubuh penderita diabetes.

Dikenalnya chitosan secara umum lebih karena publikasi chitosan sebagai

suplemen penurun berat badan oleh Arnold Fox dan Brenda Adderly tahun 1997.

Deuchi dkk. berhasil mengungkapkan absorbsi mineral dan elemen penting lain

seiring dengan absorbsi lemak oleh chitosan. Penelitian lain oleh Muhannad Jumaaa

dkk. tahun 2002 berhasil membuktikan kemampuan pengawetan chitosan untuk

emulsi lemak yang dapat diaplikasikan dalam formulasi sediaan farmasi.

Sifat dan Kegunaan kitosan

Multiguna kitosan tidak terlepas dari sifat alaminya. Sifat alami tersebut dapat

dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia dan biologi. Sifat kimia kitosan sama

dengan kitin tetapi yang khas antara lain: (i) merupakan polimer poliamin berbentuk

linear, (ii) mempunyai gugus amino aktif, (iii) mempunyai kemampuan mengkhelat

beberapa logam.

Sifat biologi kitosanantara lain: (i) bersifat biokompatibel artinya sebagai

polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat

dicerna, mudah diuraikan oleh mikroba (biodegradable), (ii) dapat berikatan dengan

sel mamalia dan mikroba secara agresif, (iii)mampu meningkatkan pembentukan

yang berperan dalam pembentukan tulang. (iv) bersifat hemostatik, fungistatik,

spermisidal, antitumor, antikolesterol, (v) bersifat sebagai depresan pada sistem saraf

pusat. Berdasarkan kedua sifat tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas

Page 22: Lap Tetap Chitosan Sapta

yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat. yang

sangat bermanfaat dalam aplikasinya.

Kitosan banyak digunakan oleh pelbagai industri antara lain industri farmasi,

kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik,

agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, industri kertas dan industri

elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang dipunyainya antara lain untuk:

pengolahan limbah cair terutama bahan sebagai bersifat resin penukar ion untuk

minimalisasi logam–logam berat, mengoagulasi minyak/lemak, serta mengurani

kekeruhan: penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan.

Kitosan mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) sekaligus

meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol baik) terhadap

LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif,

karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping. Kitin

mempunyai kegunaan yang sangat luas, tercatat sekitar 200 jenis penggunaannya,

dari industri pangan, bioteknologi, farmasi, dan kedokteran, serta lingkungan. Di

industri penjernihan air, kitin telah banyak dikenal sebagai bahan penjernih. Kitin

juga banyak digunakan di dunia farmasi dan kosmetik, misalnya sebagai penurun

kadar kolesterol darah, mempercepat penyembuhan luka, dan pelindung kulit dari

kelembaban.

Sifat kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorbsi

lemak, penurun kolesterol, pelangsing tubuh, atau pencegahan penyakit lainnya.

Kitosan bersifat tidak dapat dicernakan dan tidak diabsorbsi tubuh, sehinga lemak dan

kolesterol makanan terikat menjadi bentuk non absorbsi yang tak berkalori. Sifat khas

kitosan yang lain adalah kemampuannya untuk menurunkan kandungan LDL

kolesterol sekaligus mendorong meningkatkan HDL kolesterol dalam serm darah.

Peneliti Jepang menjuluki kitosan sebagai suatu senyawa yang menunjukkan zat

hipokolesterolmik yang sanagt efektif. Dengan kata lain, kitosan mampu menurunkan

tingkat kolesterol dalam serum denagn efektif dan tanpa menimbulkan efek samping

(Rismana,2001).

Page 23: Lap Tetap Chitosan Sapta

Beberapa tahun yang lalu, chitosan dan beberapa tipe modifikasinya

dilaporkan penggunaannya untuk aplikasi biomedis, seperti artificial skin, penembuh

luka, anti koagulan, jahitan pada luka (suuture), obat-obatan, bahan vaksin, dan

dietary fiber. Baru-baru ini, penggunaan chitosan dan derivatnya telah diterima

banyak perhatian sebagai tempat penggantungan sementara untuk proses mineralisai,

atau pembentukan tulang stimulin endokrin (Irawan,2007).

Pada penelitian yang dilakukan Handayani (2004) menunjukkan bahwa chitin

dan chitosan dap[at digunakan sebagai bahan koagulasi pada sari buah tomat. Untuk

penggunaan chitin dan chitosan sebagai bahan koagulasi pada sari buah tomat

menunjukkan bahwa chitin dan chitosan dapat digunakan sebagai bahan koagulasi,

ditandai denagn uji vitamin C, viscositas, pH, dan TPT yang menunjukkan hasil yang

tidak berbeda jauh dengan bahan koagulasi yang umum digunakan pada sari buah

tomat.

Chitosan choating telah terbukti meminimalisasi oksidasi, ditunjukkan oleh

angka peroksida, perubahan warna, dan jumlah mikroba pada sampel (Yingyuad et al,

2006). Kegunaan lain kitosan dan kitin yaitu:

1. Bidang Kedokteran/Kesehatan

Kitin dan turunannya (karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin)

dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi. Benang operasi ini

mempunyai keunggulan dapat diurai dan diserap dalam jaringan tubuh, tidak toksik,

dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama.

Kitin dan kitosan dapat digunakan sebagai bahan pemercepat penyembuhan

luka bakar, lebih baik dari yang terbuat dari tulang rawan. Selain itu, digunakan juga

sebagai bahan pembuatan garam-garam glukosamin yang mempunyai banyak

manfaat di bidang kedokteran, misalnya untuk menyembuhkan influenza, radang usus

dan sakit tulang.

2. Industri Pengolahan Pangan

Karena sifat kitin dan kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka

keduanya dapat digunakan sebagai media pewarnaan makanan. Mikrokristalin kitin

Page 24: Lap Tetap Chitosan Sapta

jika ditambahkan pada adonan akan dapat meningkatkan pengembangan volume roti

tawar yang dihasilkan. Selain itu, dapat digunakan sebagai pengental dan pembentuk

emulsi yang lebih baik daripada mikrokristalin selulosa. Pada pemanasan tinggi kitin

akan menghasilkan pyrazine yang potensial sebagai zat penambah cita rasa.

Karena sifatnya yang dapat bereaksi dengan asam-asam seperti polifenol,

maka kitosan sangat cocok untuk menurunkan kadar asam pada buah-buahan, sayuran

dan ekstrak kopi. Bahkan terakhir diketahui dapat sebagai penjernih jus apel lebih

baik dari pada penggunaan bentonite dan gelatin. Kitin dan kitosan tidak beracun

sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

3. Penanganan Limbah

Karena sifat polikationiknya, kitosan dapat dimanfaatkan sebagai agensia

penggumpal dalam penanganan limbah terutama limbah berprotein yang kemudian

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada penanganan limbah cair, kitosan

sebagai chelating agent yang dapat menyerap logam beracun seperti mercuri, timah,

tembaga, pluranium, dan uranium dalam perairan dan untuk mengikat zat warna

tekstil dalam air limbah.

Mekanisme Kitosan Sebagai Antimikroba

Zat antimikroba merupakan zat kimia yang dapat membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Di alam, banyak sekali zat yang

mempunyai aktivitas sebagai antimikroba. Mekanisme antimikroba dari berbagai zat

tersebut berbeda-beda. Zat antimikroba yang bersifat membunuh disebut

mikrobasidal, sedangkan zat antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan

mikroba disebut bakteriostatik (Madigan, et al., 1997). Ada beberapa mekanisme

kerja antimikroba tehadap mikroba sebagai targetnya, yaitu menghambat sintesis

dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat

sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial (Naim, 2003).

Kitosan bekerja sebagai antimikroba dengan mekanisme mengubah

permeabilitas membran sel. Interaksi antara kitosan yang bermuatan positif dengan

membran sel yang bermuatan negatif pada kadar rendah menyebabkan aglutinasi.

Page 25: Lap Tetap Chitosan Sapta

Sedangkan pada kadar tinggi, hal tersebut akan menyebabkan permukaan mikroba

bermuatan positif, sehingga tetap ada dalam bentuk suspensi. Hal ini kemudian

menyebabkan terjadinya defisiensi protein dan konstituen-konstituen intraseluler

lainnya. Selain itu, jika telahberhasil menembus dinding sel mikroba, kitosan dapat

berikatan dengan DNA dan menghambat sintesis mRNA dengan jalan berpenetrasi

hingga mencapai nukleus dan mengganggu sintesis RNA serta protein.

Mekanisme lain dari efek antimikroba kitosan dapat dijelaskan dengan

kemiripan struktur kitosan dan murein yang merupakan penyusun dinding sel

mikroba. Kitosan akan bersaing dengan mikroba untuk dapat menempel pada tempat

perlekatannya pada gigi. Murein merupakan peptidoglikan yang menyusun 90% dari

total berat kering dinding sel bakteri gram positif, setebal 20-80 nm, dan 10% dari

total berat kering dinding sel bakteri gram negatif, setebal 7-8 nm (Demchick and

Koch, 1996). S. mutans adalah bakteri gram positif, sehingga kitosan bisa menjadi

antimikroba yang efektif untuk mikroba tersebut.

Kitosan oligomerik dapat berpenetrasi ke dalam sel mikroorganisme dan

mencegah pertumbuhan sel dengan mencegah transformasi DNA ke RNA. Selain itu,

penghilangan metal, trace element, atau nutrien esensial dengan aksi pengkhelatnya

juga menjadi salah satu mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroba. Kitosan

efektif sebagai antimikroba karena sifat-sifat kitosan itu sendiri yang tidak toksik dan

alami.

Senyawa hasil deasetilasi kitin ini telah terbukti memiliki aktivitas

antimikroba dengan indeks penghambatan yang cukup tinggi pada jenis bakteri

staphylococcus. Kitosan menunjukkan efek antimikroba yang poten terhadap S.

mutans dan penurunan jumlah yang signifikan.

Pembuatan Obat Kumur yang Menggunakan Kitosan Sebagai Antimikroba

Kitosan adalah suatu bahan yang dapat diperoleh dari cangkang eksoskeleton.

Kitosan telah terbukti bersifat natural, tidak toksik, dapat diuraikan (biodegradable)

dan dimanfaatkan secara luas dalam industri pangan sebagai food additive. Limbah

cangkang rajungan masih banyak ditemukan walaupun pemanfaatan terhadap kitosan.

Page 26: Lap Tetap Chitosan Sapta

Kitosan yang diperoleh dari isolasi cangkang rajungan belum bisa

diaplikasikan untuk keperluan manusia sehari-hari, masih diperlukan pengolahan

lebih lanjut. Dari sini, muncul inovasi untuk mengolah kitosan menjadi salah satu zat

aktif di dalam obat kumur. Salah satu tujuan penggunaan obat kumur adalah sebagai

pembunuh mikroba yang secara berlebihan terdapat di dalam rongga mulut. Untuk itu

harus ada zat antimikroba di dalam obat kumur tersebut. Kitosan yang mempunyai

aktivitas antimikroba dapat menjadi salah satu alternatif zat aktif.

Kitosan memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan tipe antiseptik

lainnya, karena memiliki aktivitas antimikroba yang lebih tinggi, spektrum yang lebih

luas, killing rate yang lebih tinggi, dan toksisitasnya yang lebih rendah terhadap sel

mamalia. Sedangkan kelemahan kitosan adalah ketidaklarutannya dalam air,

viskositasnya yang tinggi, dan kecenderungannya untuk berkoagulasi dengan protein

pada pH tinggi. Banyak percobaan telah dilakukan untuk mendapatkan turunan

fungsionalnya dengan modifikasi kimiawi untuk meningkatkan kelarutannya.

Formulasi sediaan obat kumur kitosan mengandung (dalam %b/b) 0.5%

kitosan, 15% etanol, 10% gliserin, 0.008% natrium sakarin, 1% polyoxyethilene

hidrogenated castor oil, dan 0.3% perasa, yang dilarutkan dalam deionized water

(Sano, et al., 2002). Kitosan sebagai zat aktif (antimikroba), gliserin yang higroskopis

sebagai pengikat air (menjaga kelembaban), Na-sakarin sebagai pemanis,

polyoxyethilene hidrogenated castor oil sebagai emulgator. Formulasi ini diharapkan

mampu menjadi obat kumur yang berkualitas. Diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk mengoptimalkan komposisi penyusun obat kumur ini.

Khasiat Kitosan yang Lain

1. Menghambat Pertumbuhan Tumor.

Kitosan berkhasiat memperkuat kekebalan sel-sel tubuh, mengaktifkan daya

hidup sel Limpa, menaikkan nilai pH cairan tubuh sehingga menciptakan lingkungan

Basa, memperkuat daya serang tubuh terhadap sel kanker, meningkatkan fungsi

pembunuh sel kanker. Dalam riset anti tumor, ditemukan bahwa Kitosan mempunyai

daya penekan terhadap penyebaran sel tumor, sekaligus merangsang kemampuan

Page 27: Lap Tetap Chitosan Sapta

kekebalan tubuh, mendorong tumbuhnya sel T Limphe dari pankreas. Bahaya kanker

terletak pada kemungkinan peralihannya. Justru kemampuan Kitosan dalam menekan

sifat peralihan ini sudah diakui oleh ilmuwan biologi berbagai negara melalui cara

yang berbeda-beda, dan dalam pemakaiannya terhadap pasien juga memperlihatkan

keberhasilan tinggi. Kitosan juga mempunyai kemampuan menempel pada molekul-

molekul sel dipermukaan bagian dalam pembuluh darah. Dengan demikian mencegah

sel tumor menempel pada sel permukaan bagian.

2. Memperkuat Fungsi Hati

Kitosan dapat menekan penyerapan kolesterol oleh usus kecil sehingga

menurunkan tingkat kekentalan kolesterol dalam darah, pada gilirannya mencegah

penumpukan kolesterol jahat pada hati. Biasanya kalau sudah terasa tidak enak pada

bagian hati, saat itu hati sudah mengalami kerusakan parah. Kitosan dapat berperan

dalam menekan meningkatnya kandungan kolesterol dalam darah, mencegah

penumpukan lemak hati.dalam pembuluh darah, berarti mencegah perembesan

jaringan kanker ke daerah sekitar.

3. Mencegah Penyakit Kencing Manis

Faktor utama yang memicu terjadinya penyakit kencing manis adalah

kurangnya jumlah sekresi absolut maupun sekresi relatif insulin dari pankreas

sehingga menimbulkan kekacauan. Ketika tubuh dalam kondisi Basa, maka

meningkat pula laju pemanfaatan insulin. Keadaan ini sekaligus akan mengatur

kondisi keasaman cairan tubuh yang ditimbulkan oleh produksi asam organik

berlebih karena terurainya lemak di dalam tubuh.

Kitosan berdaya rekat tinggi, sehingga jumlahnya akan memadai di dalam

saluran usus. Keadaan ini dapat mengurangi penyerapan usus terhadap glukosa yang

ada di dalam makanan, jadi mengurangi atau menunda terjadinya nilai puncak

glukosa darah, sehingga tercapai efek pencegahan penyakit kencing manis.

4. Menurunkan Tekanan Darah

Kitosan dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion khlor, di bawah

pengaruh asam lambung akan terjadi muatan positif dari gen-gen ion positif yang

Page 28: Lap Tetap Chitosan Sapta

bergabung dengan ion-ion khlor, mengurangi kekentalan ion khlor di dalam gula

darah, meningkatkan fungsi pembesaran pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan tekanan darah.