86
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan merupakan salah satu unsure penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. 1,2 Berdasarkan Teori H.L.Blum, derajat kesehatan masyarakat dengan indikatornya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu factor lingkungan, factor perilaku, factor pelayanan kesehatan dan faktor kependudukan. Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan adalah mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. 3 Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas Mijen tahun 2013 penyakit hipertensi menduduki peringkat ketiga yaitu sebanyak 804 kasus. Penyakit influenza oleh virus influenza sebanyak 987 kasus, Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2580 kasus, penyakit pulpa dan periophical jaringan sekitar akar gigi yaitu 669, karies gigi 356 kasus, gastritis dan duodenitis 327 kasus, faringitis akut 296 kasus, gangguan perkembangan dan erupsi gigi 256 kasus, diare dan gasroenteritris 216

Lap Wonolopo Lengkap Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lap Wonolopo Lengkap

Citation preview

Page 1: Lap Wonolopo Lengkap Fix

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan salah satu unsure penting dalam upaya

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu,

derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang

lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang juga

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat.1,2

Berdasarkan Teori H.L.Blum, derajat kesehatan masyarakat dengan

indikatornya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) sangat

dipengaruhi oleh empat faktor yaitu factor lingkungan, factor perilaku, factor

pelayanan kesehatan dan faktor kependudukan. Oleh karena itu upaya yang harus

dilakukan adalah mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa

meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif.3

Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas Mijen tahun 2013 penyakit

hipertensi menduduki peringkat ketiga yaitu sebanyak 804 kasus. Penyakit

influenza oleh virus influenza sebanyak 987 kasus, Infeksi Saluran Pernapasan

Akut 2580 kasus, penyakit pulpa dan periophical jaringan sekitar akar gigi yaitu

669, karies gigi 356 kasus, gastritis dan duodenitis 327 kasus, faringitis akut 296

kasus, gangguan perkembangan dan erupsi gigi 256 kasus, diare dan gasroenteritris

216 kasus, penyakit gusi dan jaringan periodontal 199 kasus.4

Penyakit kardiovaskuler merupakan 4.5% dari beban penyakit secara global

dan penyebab kematian nomor satu sehingga menjadi masalah, baik di Negara maju

maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang

paling sering terjadi. Di seluruhdunia, jumlah penderita penyakit ini terus

bertambah dan tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak

dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.1,2.

Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan

beragam. Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan moderen, penyakit degenerative

serta penyakit psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi"

threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar

adalah akibat penyakit hipertensi karena hipertensi arteri yang berkepanjangan

Page 2: Lap Wonolopo Lengkap Fix

2

dapat merusak pembuluh-pembuluh darah jantung sehingga meningkatkan insiden

penyakit jantung koroner "the silence killer".2,5

Berdasarkan data dari The National Health and Nutrition Examination

Survei (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999 - 2000, insiden hipertensi

pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58- 65 juta orang

hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data The National Health

and Nutrition Examination Survey (NHNES III) tahun 1988 - 1991. Data yang

didapat di Thailand sebanyak 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia

29,9% sedagkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 6 - 15%.Prevalensi

bervariasimenurut umur, ras, pendidikan, dan banyak variabel lain. 2,5

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2007

prevalensi hipertansi pada penduduk usia >18 tahun berdasarkan pengukuran

sebesar 29,8%. Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi hipertensi pada

penduduk usia >18 tahun diatas prevalensi Nasional, diantaranya Riau, Bangka

Belitung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. 6

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah

tahun 2007 prevalensi hipertensi menurut hasil wawancara di Provinsi Jawa Tengah

sebesar 8,2%, sedangkan menurut hasil pengukuran tekanan darah sebesar 37%,

prevalensi tertinggi hipertensi menurut hasil pengukuran terdapat di Kabupaten

Wonogiri (49,5%) dan terendah hasil pengukuran terdapat di Demak (26,5%).6

Dari hasil survei di RW VII kelurahan Mijen yaitu RT 1, RT 2, RT 3, dan

RT 4 didapatkan beberapa jenis penyakit yaitu hipertensi 61,9%, Infeksi Saluran

Pernapasan Akut 19%, diare 14,3%, dan penyakit lainnya 4,8% dimana proporsi

penyakit hipertensi menempati urutan tertinggi yaitu 61,9% dari 21 orang yang

sakit.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dalam laporan ini kami kelompok

kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Semarang menyimpulkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

“ tingginya jumlah kejadian penyakit hipertensi di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3,

Page 3: Lap Wonolopo Lengkap Fix

3

RT 4 Kelurahan Mijendan diduga ada hubungan dengan faktor risiko yang berupa

keturunan, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesadaran dan masyarakat dapat mengenal penyakit hipertensi

dan bersepakat untuk menanggulanginya di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3,

RT 4 di Kelurahan Mijen.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah

kesehatan komunitas di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 Kelurahan

Mijen.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.

c. Menetapkan alternative pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

d. Melakukan intervensi kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatannya (promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif, dan rujukan).

e. Mengetahui faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadiannya di RW

VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 Kelurahan Mijen.

f. Melakukan kegiatan promosi kesehatan masyarakat dengan

menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami oleh

masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu Kesehatan

Masyarakat dengan melakukan survei secara langsung di masyarakat.

b. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hipertensi dan

faktor risikonya.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa mampu mengelola masalah kesehatan pada individu sebagai

bagian dari masalah kesehatan masyarakat secara komprehensif, holistik,

berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan

kesehatan tingkat primer.

Page 4: Lap Wonolopo Lengkap Fix

4

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan sehingga tercapai

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Page 5: Lap Wonolopo Lengkap Fix

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara

luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan

meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat

meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner,

gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.Salah satu studi menyatakan pasien yang

menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya

terkena stroke.7

Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke

merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat

luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya.Hipertensi sistolik

dan distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita

dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80

mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga

kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang

140 mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5

kali daripada normotensi.8,9

Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler dan ginjal.Dengan menurunkan tekanan darah kurang

dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang.

Klasifikasi prehipertensi bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan

risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi

asupan garam, olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat

dimulai sebelum atau bersama-sama obat farmakologi.9

2. Etiologi

5

Page 6: Lap Wonolopo Lengkap Fix

6

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang

beragam.Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui

(essensial atau hipertensi primer).Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah

mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak

penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien – pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial.10

a) Hipertensi primer (essensial)

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer).Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial

merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang

mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi,

namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi

primer tersebut.Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini

setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting

pada patogenesis hipertensi primer.Menurut data, bila ditemukan gambaran

bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai

kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik

dari gen – gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di

dokumentasikan adanya mutasi – mutasi genetik yang merubah ekskresi

kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal,

dan angiotensinogen.7

b) Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari

penyakit komorbid atau obat – obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan

darah (lihat tabel 2.1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit

ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling

sering.7 Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Apabila penyebab

sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang

Page 7: Lap Wonolopo Lengkap Fix

7

bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi komorbid yang

menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi

sekunder.8

Tabel 2.1 Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.

Penyakit Obat1. Penyakit ginjal kronis2. Hiperaldosteronisme primer3. Penyakit renovaskular4. Sindroma cushing5. Pheochromocytoma6. Koarktasi aorta7. Penyakit tiroid atau paratiroid

1. Kortikosteroid, ACTH2. Estrogen (biasanya pil KB kadar

estrogen tinggi)3. NSAID, cox-2 inhibitor4. Fenilpropanolamine dan analog5. Cyclosporin dan tacrolimus6. Eritropoetin7. Sibutramin8. Antidepresan (terutama venlafaxine)

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

ACTH :Adrenocorticotropic HormoneNSAID : Non Steroid Anti Inflammatory DrugsKB : Keluarga Berencana

3. Klasifikasi Hipertensi

Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The

Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan

darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,

hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (dilihat tabel 2.2). 8

Tabel 2.2Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

TDS : Tekanan Darah SistolikTDD : Tekanan Darah Diastolik

4. Faktor Risiko Hipertensi

Page 8: Lap Wonolopo Lengkap Fix

8

a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

1) Usia

Hipertensi erat kaitannya dengan usia, semakin tua seseorang

semakin besar risiko terserang hipertensi. Usia lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya usia, risiko

terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia

lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas

usia 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan

tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensi

meningkat ketika usia ≥ 50.8

Dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya hipertensi meningkat.

Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering

dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila

tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini

disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadinya hipertensi.9

2) Jenis Kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat

angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.

Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan

daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%

wanita.10

3) Riwayat Keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga

dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi

risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.Keluarga yang

memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5

kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan

kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.11

Page 9: Lap Wonolopo Lengkap Fix

9

4) Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar

monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang

penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila

dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya

akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-

50 tahun akan timbul tanda dan gejala.12

b) Faktor yang dapat dimodifikasi

1) Kebiasaan Merokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.Hubungan antara rokok

dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.Selain

dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang

dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali

lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.4

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang

diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

aterosklerosis dan hipertensi.11

2) Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi.Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa

dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap

hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan

garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi

15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.13

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan

volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3

gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan

asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.

Page 10: Lap Wonolopo Lengkap Fix

10

Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan

110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.11

Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara

asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium

akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan

volume darah.11

3) Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan

berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.Konsumsi lemak jenuh juga

meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan

darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan

yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh

secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain

yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.11

4) Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali

dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang

telah rusak.Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti

kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain.Meskipun beragam, secara kimia

isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka

Asam Lemak Jenuh (ALJ) dan Asam Lemak Tidak Jenuh (ALTJ).Dalam

jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas,

lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan

berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5%

Asam Lemak Jenuh yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% Asam

Lemak Tidak Jenuhyang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut

omega-9. minyak kelapa mengadung 80% Asam Lemak Jenuh dan 20%

Asam Lemak Tidak Jenuh, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga

matahari hampir 90% komposisinya adalah Asam Lemak Tidak Jenuh.10

5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.Peminum alkohol berat

cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum

Page 11: Lap Wonolopo Lengkap Fix

11

diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau

yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu

yang tidak minum atau minum sedikit.11

Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena

survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan

konsumsi alkohol.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol

masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan

peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan

dalam menaikkan tekanan darah.11

6) Obesitas

Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi lemak.Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak

darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan

tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah

menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding

arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung

dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh

menahan natrium dan air.10

Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.Risiko relatif untuk

menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi

ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.11

7) Olahraga

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi

karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.Orang yang tidak aktif

juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar

tekanan yang dibebankan pada arteri.15

8) Stres

Page 12: Lap Wonolopo Lengkap Fix

12

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan

bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.Peristiwa

mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun

akibat stres berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat

dipastikan.11

9) Penggunaan Estrogen

Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi

belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan

karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi

hormonal estrogen.MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya

pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan

meningkatkan tekanan darah perempuan.16

5. Patogenesis Hipertensi

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem

sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (Cardiac Output) dan

dukungan dari arteri (Peripheral Resistance).Fungsi kerja masing-masing penentu

tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks.

Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor – faktortersebut,

yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan atau ketahanan periferal.17

Page 13: Lap Wonolopo Lengkap Fix

13

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 2.Jakarta: Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2005.

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi tekanan darah.11

6. Gejala Klinis Hipertensi

Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang

mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun –

tahun berupa:8

Exces sodium intake

Genetic alteration

Reduce nephrone number

Endotelium derived factors

stress

Renal sodium retention

Functionalconstriction

Cellmembranealteration

Renin -angiotensinexcess

Sympatheticnervousoveractivity

DecreasedFiltration surface

Fluidvolume

obesity

Hyperinsulinemia

Contractability Structuralhypertrophy

Autoregulation

BLOOD PRESURE = CARDIAC OUTPUTHypertension = Increased CO

Preload

Venousconstiction

PERIPHERAL RESISTANCEIncreased PR

XAnd/or

Page 14: Lap Wonolopo Lengkap Fix

14

a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.

b) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.

d) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

7. Diagnosis Hipertensi

Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga

tujuan:7

a) Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

b) Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya

penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

c) Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit

penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan

pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya

tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang

akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor

pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.7

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama

menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit

jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya.Apakah terdapat riwayat

penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,

perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat

dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam

pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan

jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontralateral.11

8. Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Roger Watson, tekanan darah diukur berdasarkan berat kolum

air raksa yang harus ditanggungnya. Tingginya dinyatakan dalam

Page 15: Lap Wonolopo Lengkap Fix

15

millimeter.Tekanan darah arteri yang normal adalah 110 – 120 (sistolik) dan 65 –

80 mm (diastolik).Alat untuk mengukur tekanan darah disebut

sphygmomanometer.Ada beberapa jenis sphygmomanometer, tetapi yang paling

umum terdiri dari sebuah manset karet, yang dibalut dengan bahan yang difiksasi

disekitarnya secara merata tanpa menimbulkan konstriksi.Sebuah tangan kecil

dihubungkan dengan manset karet ini.Dengan alat ini, udara dapat dipompakan

kedalamnya, mengembangkan manset karet tersebut dan menekan ekstremitas dan

pembuluh darah yang ada didalamnya. Bantalan ini juga dihubungkan juga

dengan sebuah manometer yang mengandung air raksa sehingga tekanan udara

didalamnya dapat dibaca sesuai skala yang ada.13

Untuk mengukur tekanan darah, manset karet difiksasi melingkari lengan

dan denyut pada pergelangan tangan diraba dengan satu tangan, sementara tangan

yang lain digunakan untuk mengembangkan manset sampai suatu tekanan, dimana

denyut arteri radialis tidak lagi teraba. Sebuah stetoskop diletakkan diatas denyut

arteri brakialis pada fosa kubiti dan tekanan pada manset karet diturunkan

perlahan dengan melonggarkan katupnya.Ketika tekanan diturunkan, mula-mula

tidak terdengar suara, namun ketika mencapai tekanan darah sistolik terdengar

suara ketukan (tapping sound) pada stetoskop (Korotkoff fase I).Pada saat itu

tinggi air raksa didalam namometer harus dicatat.Ketika tekanan didalam manset

diturunkan, suara semakin keras sampai saat tekanan darah diastolik tercapai,

karakter bunyi tersebut berubah dan meredup (Korotkoff fase IV). Penurunan

tekanan manset lebih lanjut akan menyebabkan bunyi menghilang sama sekali

(Korotkoff fase V). Tekanan diastolik dicatat pada saat menghilangnya karakter

bunyi tersebut.13

Menurut Lany Gunawan, dalam pengukuran tekanan darah ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan, yaitu:13

a) Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun

berbaring. Namun yang penting, lengan tangan harus dapat diletakkan dengan

santai.

b) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang

agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya

relatif kecil.

Page 16: Lap Wonolopo Lengkap Fix

16

c) Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang

bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah

yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka

yang lebih tinggi. Di samping itu, juga tidak boleh merokok atau minum kopi

karena merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah sedikit

naik.

d) Pada pemeriksaan kesehatan, sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali

berturut-turut, dan pada detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai

dihitung. Jika hasilnya berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang

terendah.

e) Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang

harus melingkari 80 % lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan

atas.

Standard Operational Procedure ( SOP) Pengukuran Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi

arteri.Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu

gelombang tinggi yang disebut tekanan sistolik dan gelombang pada titik terendah

yang disebut tekanan diastolik. Satuan tekanan darah dinyatakan dalam millimeter

air raksa (mm hg).Persiapan alat :Sphygmomanometer aneroid / air raksa,

stetoskop, APD (Alat Pelindung Diri), buku catatan., alat tulis12

Prosedur :12

1. Mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa,

sehingga tidak ada penekanan pada arteri brachialis.

2. Posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman

dengan lengan bagian volar diatas.

3. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien

Page 17: Lap Wonolopo Lengkap Fix

17

4. Pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi

jantung, dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian

balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.

5. Pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.

6. Hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak

dan level air raksa setinggi jantung

7. Raba denyut arteri Brachialis pada fossa kubiti dan arteri Radialis dengan jari

telunjuk dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan )

8. Pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar

pembacaan hasil pengukuran tepat )

9. Tutup katup pengontrol pada pompa manset

10. Pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, palpasi denyut

arteri radialis

11. Pompa manset sampai denyut arteri radialis tak teraba lagi

12. Kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm hg (jangan lebih tinggi, sebab akan

menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi)

13. Letakkan kepala stetoskop diatas arteri brachialis

14. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun

dengan kecepatan 2 – 3 mm hg per detik atau 1 skala perdetik

15. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis

adalah tekanan sistolik

16. Pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba

melemah Denyutan terakhir disebut tekanan diastolik

17. Lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien.

18. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan.

19. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik.

9. Penatalaksanaan Hipertensi

a) Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum

penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang

yang sedang dalam terapi obat.Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol,

pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada

Page 18: Lap Wonolopo Lengkap Fix

18

sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal

yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan

hipertensi.11

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:

1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.

Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek

jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran

darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung.

Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko

aterosklerosis.8

Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan

mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,

sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung

dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.11

2) Olahraga dan aktifitas fisik

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan

aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan

menjaga kebugaran tubuh.Olahraga seperti jogging, berenang baik

dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur,

minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan

darah walaupun berat badan belum tentu turun.11

Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer

sehingga dapat menurunkan tekanan darah.Olahraga dapat menimbulkan

perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat

digunakan sebagai pengobatan hipertensi.13

Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu

dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:

Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau

dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah

sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak

melebihi 100 mmHg.

Page 19: Lap Wonolopo Lengkap Fix

19

Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat

informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.

Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung

dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan

darah serta perubahan aktifitas listrik jantung

(ECG)Elektrocardiography, sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik.

Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan

sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban.

Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dan tidak menambah peningkatan darah.

Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.

Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.

Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan.

Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan tekanan

darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi.

Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya

dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang

bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian emosi, artinya

berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada.

Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka

dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan

penyesuaian (pengurangan).11

3) Perubahan pola makan

Mengurangi asupan garam

Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya

penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal

pengobatan hipertensi.Nasihat pengurangan asupan garam harus

memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis

makanan tertentu yang banyak mengandung garam.Pembatasan asupan

garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan garam pada

waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah

diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut

Page 20: Lap Wonolopo Lengkap Fix

20

diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam

secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara

drastis.11

Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis

yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi

lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal

dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari

tanaman dapat menurunkan tekanan darah.11

Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral

bermanfaat mengatasi hipertensi.Kalium dibuktikan erat kaitannya

dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya

stroke.Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat

dalam penurunan tekanan darah.Banyak konsumsi sayur-sayuran dan

buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur

(banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak mengandung

magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak

kalsium.11

4) Menghilangkan stres

Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau

bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya.Cara untuk

menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat

perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban

stres. Perubahan-perubahan itu ialah:11

Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan

setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa

harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas.

Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.

Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.

Siapkan cadangan untuk keuangan

Page 21: Lap Wonolopo Lengkap Fix

21

Berolahraga.

Makanlah yang benar.

Tidur yang cukup.

Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres.

Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.

Binalah hubungan sosial yang baik.

Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan

kritis atau negatif terhadap diri sendiri.

Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.

Carilah humor.

Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.

b) Penatalaksanaan Farmakologis

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

dianjurkan oleh Joint National Committee7 (JNC 7):8

1) Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz),Aldosteron Antagonist (Ald

Ant)

2) Beta Blocker (BB)

3) Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

4) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

5) Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Angiotensint Receptor Blocker

(ARB).

Tabel 2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi.

Kelas obat Indikasi KontraindikasiMutlak Tidak mutlak

Diuretika (Thiazide)

Gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras afrika

Gout Kehamilan

Page 22: Lap Wonolopo Lengkap Fix

22

Diuretika (loop)

Diuretika (anti aldosteron) penyekat β

Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif

Gagal jantung kongestif, pasca infark miokardiumAngina pectoris, pasca infark myocardium gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia

Gagal ginjal, hiperkalemia

Asma, penyakit paru obstruktif menahun, A-V block

Penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik

Calcium Antagonist (dihydropiridine)

Calcium Antagonist (verapamil, diltiazem)

Usia lanjut, isolated systolic hypertension, angina pectoris, penyakit pembuluh darah perifer, aterosklerosis karotis, kehamilanAngina pectoris, aterosklerosis karotis, takikardia supraventrikuler

A-V block, gagal jantung kongestif

Takiaritmia, gagal jantung kongestif

Penghambat ACE(Angiotensin Converting Enzyme)

Angiotensi II reseptor antagonist (AT1-blocker)

Gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri, pasca infark myocardium, non-diabetik nefropati, nefropati Diabetes Mellitus tipe 1, proteinuriaNefropati DM tipe 2, mikroalbumiuria diabetic, proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri, batuk karena Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

Kehamilan, hiperkalimea, stenosis arteri renalis bilateral

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral

α-Blocker Benigna Prostat Hyperplasia (BPH), hiperlipidemia

Hipotensi ortostatis Gagal jantung kongestif

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

Page 23: Lap Wonolopo Lengkap Fix

23

Tabel 2.4 Tatalaksana hipertensi menurut Joint National Committee 7 (JNC-7)

Klasifikasi Tekanan Darah

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

Perbaikan Pola Hidup

Tanpa indikasi yang memaksa

Dengan indikasi yang memaksa

Normal < 120 Dan <80 Dianjurkan

Prehipertensi 120-139

atau80-89

ya Tidak indikasi obat Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa

Hipertensi derajat 1

140-159

Atau90-99

ya Diuretic jenis Thiazide untuk sebagian besar kasus, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi

Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa Obat antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai kebutuhan

Hipertensi derajat 2

≥160 Atau ≥100

ya Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.

TDS : Tekanan Darah SistolikTDD : Tekanan Darah DiastolikACEI : Angiotensin Converting Enzyme InhibitorARB : Angiotensint Receptor BlockerBB : Beta BlockerCCB : Calcium Channel Blocker

Masing-masing obat antihipertensi memliki efektivitas dan keamanan

dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :8

a. Faktor sosio ekonomi

b. Profil faktor resiko kardiovaskular

c. Ada tidaknya kerusakan organ target

d. Ada tidaknya penyakit penyerta

e. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi

f. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk

penyakit lain

g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam

menurunkan resiko kardiovaskular.

Page 24: Lap Wonolopo Lengkap Fix

24

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi

menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan

tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang

digunakan.Tetapi terdapat pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa kelas obat

antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien

tertentu.Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar

yang memerlukan pertimbangan khusus (special considerations), yaitu

kelompok indikasi yang memaksa (compelling indication) dan keadaan khusus

lainnya (special situations).Indikasi yang memaksa meliputi:8

a. Gagal jantung

b. Pasca infark miokardium

c. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi

d. Diabetes mellitus

e. Penyakit ginjal kronis

f. Pencegahan strok berulang.

Keadaan khusus lainnya meliputi :8

a. Populasi minoritas

b. Obesitas dan sindrom metabolic

c. Hipertrofi ventrikel kanan

d. Penyakit arteri perifer

e. Hipertensi pada usia lanjut

f. Hipotensi postural

g. Demensia

h. Hipertensi pada perempuan

i. Hipertensi pada anak dan dewasa muda

j. Hipertensi urgensi dan emergensi.

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,

dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.

Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang

atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan

apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan

kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya

Page 25: Lap Wonolopo Lengkap Fix

25

komplikasi.Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah,

dan kemudian darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah

meningkatnya dosis obat tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan

rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis

rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan

kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi

kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan

pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.8

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien

adalah :

a. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) atau ARB(Angiotensint

Receptor Blocker)

b. CCB (Calcium Channel Blocker) dan BB (Beta Blocker)

c. CCB (Calcium Channel Blocker) dan ACEI (Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor) atau ARB (Angiotensint Receptor Blocker)

d. CCB (Calcium Channel Blocker) dan diuretika

e. AB (alfaBlocker)dan BB (Beta Blocker)

f. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.

Page 26: Lap Wonolopo Lengkap Fix

26

Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 2.Jakarta: Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2005.

Gambar 2.2Kombinasi obat antihipertensi.ACEI : Angiotensin Converting Enzyme InhibitorARB : Angiotensint Receptor BlockerBB : Beta BlockerCCB : Calcium Channel Blocker

10. Komplikasi

a) Stroke

Dapat terjadi hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang perdarahannya berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami

arterisklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma. Gejala strok adalah sakit kepala secara tiba-tiba,

sperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,

salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit di gerakkan (misalnya wajah,

mulut atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak

sadarkan diri secara mendadak.5

b) Infark Miokard

Dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terdapat thrombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah melalui pembuluh darah

tersebut.Karena hiperteni kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan

Diuretika

CCB

ARBβ Bloker

α Bloker

ACEI

Page 27: Lap Wonolopo Lengkap Fix

27

oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark.5

c) Gagal Ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kapiler ginjal,glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan

mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic

koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada

hipertensi kronik. 5

d) Gagal Jantung

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke

jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpulnya di paru-paru,kaki

dan jaringan lain. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas,

timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau oedema.5

e) Ensefalopati

Tekanan yang tinggi mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan kedalam ruang intertisium di seluruh susunan syaraf

pusat,dapat terjadi koma serta kematian.5

B. Teori H.L. Blum

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk

diterapkan.Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik

melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi

sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.H.L

Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya

masalah kesehatan.3

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor

lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis

cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).Keempat faktor tersebut

saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan

masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor

Page 28: Lap Wonolopo Lengkap Fix

28

determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor

lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan

dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga

sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.3

Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup

sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak

dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang

berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.3

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor

saling keterkaitan berikut penjelasannya :

1. Perilaku masyarakat

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di

samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,

kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang

melekat pada dirinya.3

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,

umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan

aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik

contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya.

Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti

kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.

Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi

individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi

lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.3

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

Page 29: Lap Wonolopo Lengkap Fix

29

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang

memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,

apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi

pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam

memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.3

4. Kependudukan/Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia

yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti

diabetes melitus dan asma bronehial.

Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh

sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka

mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun

bangsanya.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada

masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.

Namunmasih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan

buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah

program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi

masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya

dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan

terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.

Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus

dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan

masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus

rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan

saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas

generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.3

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Hipertensi

1. Pengertian

Page 30: Lap Wonolopo Lengkap Fix

30

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yangdapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari

luar) sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu responsseseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit danpenyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman sertalingkungan.3

Perilaku kontrol hipertensi merupakan suatu kegiatan atauaktivitas

penderita hipertensi untuk melakukan perawatan, kontrol danpengobatan, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapatdiamati oleh pihak luar.

Perilaku kontrol kesehatan menurutNotoatmodjo (2003), terdiri dari persepsi

(perception), responterpimpin (guided respons), mekanisme (mekanisme) dan

adaptasi(adaptation)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Keteraturan kontrol pada penderita hipertensi adalah bagian dariperilaku

kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut LawrenceGreen (1980)

dalam Notoatmodjo (2003) ada 3 faktor yang berhubungandengan perilaku

kesehatan, yaitu:

a) Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah perilaku yang berasal dari pengalamansendiri

atau pengalaman orang lain. Pengetahuan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalahpengetahuan penderita tentang

hipertensi.Pengetahuan yang dimiliki oleh penderita hipertensi

sangatditentukan oleh pendidikan yang dimiliki.Karena

denganpendidikan yang baik, maka penderita hipertensi dapat

menerimasegala informasi dari luar terutama tentang pentingnya

keteraturanperilaku kontrol.Pengetahuan atau kognitif merupakan

domainyang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overtbehavior).Pengetahuan pasien tentangperawatan pada penderita

hipertensi yang rendah yang dapatmenimbulkan kesadaran yang rendah

pula yang berdampak danberpengaruh pada penderita hipertensi dalam

Page 31: Lap Wonolopo Lengkap Fix

31

mengontrol tekanandarah, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya

dapat terjadikomplikasi berlanjut.3

2) Pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan

untukmenciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk

kesehatan.Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadariatau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan

mereka,bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang

merugikankesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana

seharusnyamencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya.3

3) Sikap

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat)seseorang

terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalahkesehatan, termasuk

penyakit). Setelah seseorang mengetahuistimulus atau objek, proses

selanjutnya akan menilai atau bersikapterhadap stimulus atau objek

kesehatan tersebut. Oleh karena ituindikator untuk sikap kesehatan juga

sejalan dengan pengetahuankesehatan seperti :3

Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadapgejala

atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, carapenularan

penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-

carapemeliharaan dan cara- cara (berperilaku) hidup sehat.

Sepertipendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman,

olahraga,relaksasi atau istirahat cukup dan sebagainya.

Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang tehadap lingkungandan

pengaruhnya terhadap kesehatan.Misalnya pendapat ataupenilaian

terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dansebagainya.

4) Kepercayaan

Page 32: Lap Wonolopo Lengkap Fix

32

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakekatau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkankeyakinan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu3

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

1) Tingkat Ekonomi

Keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mendapat

kesulitan untuk membantu seseorang mencapai kesehatan yang optimal.

Sebaliknya dengan ekonomi keluarga yang meningkat, maka

kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga

juga meningkat.3

2) Fasilitas Kesehatan

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan

dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana

kesehatan.Upaya penyelengaraan pelayanan kesehatan pada umumnya

dibedakan menjadi tiga, yaitu; sarana pemeliharaan kesehatan primer

(primary care) merupakan sarana yang paling dekat dengan masyarakat.

Misalnya Puskesmas, poliklinik, dokter praktek swasta dan sebagainya;

sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care) merupakan

sarana pelayanan kesehatan yang menangani kasus yang tidak atau

belum ditangani oleh sarana kesehatan primer karena peralatan atau

keahlian belum ada; sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary

care) merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus

yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan kesehatan primer dan

pelayanan kesehatan sekunder. Misalnya Rumah sakit propinsi, rumah

sakit tipe B dan tipe A.3

c) Faktor-Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

1) Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan adalah suatu tindakan yang diberikan

oleh petugas kesehatan.Sedangkan perilaku petugas kesehatan adalah

respon yang diberikan petugas kesehatan terhadap klien (penderita

hipertensi).Sikap dan perilaku yang baik dari petugas kesehatan

akanmempengaruhi klien (penderita hipertensi) dalam mengikuti anjuran

Page 33: Lap Wonolopo Lengkap Fix

33

yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.3

2) Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah dukungan yang

diperoleh dari para tokoh masyarakat baik formal (guru, lurah, camat,

dan petugas kesehatan), maupun informal (tokoh agama, dan keluarga)

yang berpengaruh dalam masyarakat.Dukungan dari keluarga akan

memainkan suatu peran penting dalam kepatuhan. Walaupun demikian,

perbedaan dalam bagaimana keluarga menunjukkan dukungannya

memainkan suatu peran dalam menentukan apakah hal tersebut dapat

menjadi kontributor terhadap kepatuhan kontrol pada penderita

hipertensi.3

D. Kerangka Teori

HIPERTENSI

Lingkungan: Tingkat

Pendidikan Tingkat Ekonomi Pengetahuan Dukungan sosial

Perilaku: Olah raga Merokok Sikap

Keturunan: Usia Jenis Kelamin

Page 34: Lap Wonolopo Lengkap Fix

34

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Pelayanan Kesehatan: Fasilitas kesehatan Sikap dan perilaku

petugas kesehatan Jaminan kesehatan

Page 35: Lap Wonolopo Lengkap Fix

35

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko dengan kejadian hipertensi

di wilayah RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4 Kelurahan Mijen.

HIPERTENSI

Lingkungan:Pengetahuan

Perilaku:Merokok

Keturunan:Usia

Page 36: Lap Wonolopo Lengkap Fix

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup

Keilmuan : Ilmu kesehatan

masyarakat

2. Ruang lingkup

waktu : 2 – 4

Desember 2013

3. Ruang Lingkup

Tempat :

- Letak Geografis

RW VII terletak di wilayah Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang, Propinsi Jawa Tengah. RW VII terletak ± 230 meter di atas

permukaan air laut. RW VII terdiri atas 12 RT, yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT

4, RT 5, RT 6, RT 7, RT 8, RT 9, RT 10, RT 11 dan RT 12. Dimana tempat

penelitian difokuskan pada wilayah RT 1, RT 2, RT 3, dan RT 4.

B. Jenis Penelitian dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, yaitu melakukan

pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuesioner

untuk dianalisis. Pemilihan sampel berkaitan dengan bagaimana memilih responden

yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya untuk mendapatkan

data yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor

risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada satu waktu (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.14

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Page 37: Lap Wonolopo Lengkap Fix

37

Populasi target penelitian adalah seluruh ibu rumah tangga di wilayah

Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang yang berjumlah 1329

kepala keluarga. Populasi terjangkau adalah ibu rumah tangga yang bertempat

tinggal di RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW VII Kelurahan Mijen, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang berjumlah 162 kepala keluarga.

2. Sampel

Ibu rumah tangga di wilayah RW VII RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4

Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, yang memenuhi kriteria

penelitian sebagai berikut:

a) Kriteria Inklusi:

1. Ibu rumah tangga di wilayah RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW VII

Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

2. Penghuni rumah merupakan warga RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW VII

Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

3. Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai

b) Kriteria Eksklusi:

Penghuni rumah bukan penduduk asli warga RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW

VII Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

c) Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling, yaitu teknik

memilih sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil.14

Langkah-langkah penentuan sampel adalah dengan memberi nomor pada

tiap rumah pada tiap RT yang akan dilakukan penelitian, kemudian

membuat undian dan diundi sebanyak sampel yang dibutuhkan pada tiap

RT.14

Besar sampel dihitung dengan rumus proporsi: 14

Keterangan:

Page 38: Lap Wonolopo Lengkap Fix

38

n: besar sampel minimal

N: jumlah populasi

Z: standar deviasi normal dengan CI 90% 1,645 (α5%= 1,96)

CI 95% 1,96 (α10%= 1,645)

d: derajat ketetapan 90% = 0,1

p: proporsi target populasi 50%= 0,5

q: populasi tanpa atribut 1-p = 0,5

Besar sampel minimal pada penelitian ini adalah 60 ibu rumah tangga.

Dengan pembagian masing-masing RT 1 sebesar 24 ibu rumah tangga, RT 2

sebesar 12 ibu rumah tangga, RT 3 sebesar 12 ibu rumah tangga dan RT 4

sebesar 12 ibu rumah tangga.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

a.Usia.

b. Pengetahuan tentang hipertensi

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti didefinisikan sebagai berikut :

1. Hipertensi

Page 39: Lap Wonolopo Lengkap Fix

39

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah diatas nilai normal (tekanan

darah sistolik ≥ 140 mmhg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmhg).5

2. Usia

Usia adalah usia penderita ketika penelitian dilaksanakan. Skala usia penderita

diukur secara numerik. 14

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan penderita tentang hipertensi, penyebab

hipertensi, komplikasi hipertensi. Skala pengetahuan tentang hipertensi diukur

secara ordinal.

4. Perokok Pasif

Orang yang tidak merokok tetapi menghirup langsung asap rokok.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner (daftar

pertanyaan), sphygmomanometer dan Komputer dengan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data

serta mengolah data hasil penelitian.14

G. Bahan dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner dan

pengamatan langsung, serta dilakukan pengukuran tekanan darah dengan

menggunakan sphygmomanometer di rumah responden yang berada di wilayah

RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW VII, Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data

kependudukan, status kesehatan, pengetahuan tentang penyakit, sikap tentang

penyakit, perilaku kesehatan dan lingkungan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu profil RW VII, Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang dan profil 10 besar penyakit di puskesmas Mijen Semarang.

Page 40: Lap Wonolopo Lengkap Fix

40

H. Alur Penelitian / Pengumpulan Data

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Koordinasi dan perijinan dengan pihak kelurahan Mijen, khususnya RW VII

Observasi lapangan (batas wilayah RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 di RW VII Kelurahan Mijen)

Survey kesehatan, pengumpulan data dengan panduan kuesioner

Analisa data (deskriptif)

Tabulasi data (statistika)

Analisa penyebab masalah

Prioritas masalah (penyakit)

Alternatif pemecahan masalah

Analisa data (analitik)

Penyusunan Plan of Action

Page 41: Lap Wonolopo Lengkap Fix

41

I. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer

melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi

18.0.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing

variabel dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross

sectional hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen

digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) memakai table 2x2, dengan tingkat

kepercayaan 90 % (α = 0,1). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik

kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :14

a. Jika nilai p <α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel

dependent dengan independent.

b. Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel

dependent dengan independent.

Page 42: Lap Wonolopo Lengkap Fix

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kependudukan (Demografi) :

1. Jumlah Sampel RW VII Kelurahan Mijen

Jumlah sampel RW VII, Kelurahan Mijen yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 1,

RT 2, RT 3 dan RT 4 sebanyak 60 sampel. Distribusi sampel terdapat pada Tabel.

Tabel.4.1. Jumlah sampel dari hasil survei

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase

1 RT 1 24 40 %2 RT 2 12 20 %3 RT 3 12 20 %4 RT 4 12 20 %

Total 60 100 %Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4, RW VII

Kelurahan Mijen bulan Desember 2013

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa sampel terbanyak yang diambil

pada RW VII, Kelurahan Mijen, Kota Semarang adalah sampel pada RT 1.

2. Distribusi kependudukan

Distribusi karakteristik kependudukan sampel di RT 1 - 4 di RW VII

terdapat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2. Karakteristik kependudukanNo. Karakteristik F %1 Kategori Umur Responden

1. <40 tahun2. ≥40 tahun

2139

35%65%

Total 60 100%2 Pendidikan

1. Rendah (<SLTP)2. Tinggi (>SLTP)

159

1,7%98,3%

Total 60 100%3 Pekerjaan

1. Non PNS2. PNS

537

88,3%11,7%

Total 60 100%4 Penghasilan rata-rata per bulan

1. <1.200.0002. ≥1.200.000

060

0%100%

Total 60 100%

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4, RW VII,Kelurahan Mijen bulan Desember 2013

Page 43: Lap Wonolopo Lengkap Fix

43

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk RW VII paling banyak

adalah ibu dengan usia ≥ 40 tahun sejumlah 39 sampel (65 %), dengan

terbanyak memiliki Pendidikan tinggi sejumlah 59 sampel (98,3 %), pekerjaan

Non - PNS sejumlah 53 sampel (88,3%), penghasilan rata-rata perbulan ≥

1.200.000 sejumlah 60 sampel (100%).

B. Status Kesehatan

1. Jumlah Kejadian Penyakit

Jumlah kejadianpenyakit di RW VII dalam satu bulan terakhir terdapat 21

orang yang sakit (35%). Distribusi jenis penyakit di RW VII terdapat pada Tabel.

Tabel 4.3. Jumlah kejadian penyakit dan berbagai jenis penyakit

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase

1 Tidak sakit 39 65 %

2 Hipertensi 13 21,7 % 3 ISPA 4 6,7 %

4 Diare 3 5 %

5 Lainnya 1 1,7 %

TOTAL 60 100%

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-IV RW VIIKelurahan Mijen bulan Desemberr 2013

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 60 sampel yang tidak

sakit sejumlah 39 sampel (65%). Di antara 21 jumlah kejadian penyakit,

penyakit terbanyak di RT 1 - 4, RW VII adalah hipertensi sejumlah 13 sampel

(21,7%).

Page 44: Lap Wonolopo Lengkap Fix

44

C. Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku

1. Pengetahuan tentang hipertensi

Pengetahuan tentang hipertensi pada warga RT 1 - 4 di RW VII dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4.Pengetahuan tentang hipertensi warga RW VII

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Tinggi 10 16,7 %

Rendah 50 83,3 %Jumlah 60 100,00%

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat di RT 1 - 4, RW VIIKelurahan Mijen bulan Desember 2013

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mempunyai pengetahuan yang rendah mengenai hipertensi sebanyak 50 sampel

(83,3 %).

2. Umur Penderita hipertensi

Umur penderita hipertensi pada warga RT 1 - 4 di RW VII terlihat pada Tabel.

Tabel 4.5.Umur Penderita hipertensi warga RT 1 - 4 di RW VII

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase

Usia < 40 1 7,69 %

Usia ≥ 40 12 92,31 %Jumlah 13 100,00 %

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4 di RW VII, Kelurahan Mijen bulan Desember 2013

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penderita hipertensi terbanyak

pada usia ≥ 40 tahun sejumlah 12 sampel dari 13 penderita hipertensi (92,31%).

3. Kebiasaan gaya hidup

Tabel 4.6. Kebiasaan gaya hidup warga RT 1-4 di RW VII

Gaya hidup Nilai/frekuensi Jumlah keluarga

Persentase (%)

Paparan asap rokok

Ya 35 58,3 %

Tidak 25 41,7%

Jumlah 60 100 %

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 - 4 di RW VII, Kelurahan Mijen bulan Desember 2013

Page 45: Lap Wonolopo Lengkap Fix

45

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa warga RT 1 - 4 di RW VII, yang

terpapar asap rokok sejumlah 35 (58,3%) dari 60 responden.

D. Analisis Hasil Penelitian

1. Hubungan usia dengan kejadian hipertensi

Tabel 4.7. Distribusi dan Hubungan antara usia dengan kejadian hipertensiKategori Penyakit

Fakto Risiko usia Hipertensi Tidak

Hipertensi

Total P

≥ 40 tahun 12 (30,8%) 27 (69,2%) 39 (100,0%)

0,023< 40 tahun 1 (4,8%) 20 (95,2%) 21 (100,0%)

Total 13 (21,7%) 47(78,3%) 60 (100,0%)

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 - 4 RW VIIKelurahan Mijen bulan Desemberr 2013

Hasil analisis hubungan faktor risiko usia dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa dari 21 responden memiliki risiko rendah (< 40 tahun) menderita

hipertensi sebanyak 1 responden, dan dari 39 responden yang memiliki risiko

tinggi (≥ 40 tahun) ada 12 responden (30,8 %) yang menderita hipertensi.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,023( p< 0.05) artinya ada hubungan

yang bermakna antara usia dengan kejadian hipertensi.

2. Hubungan antara pengetahuan dengan hipertensi

Tabel 4.8. Hubungan antara pengetahuan dengan hipertensi

Kategori Penyakit

Pengetahuan Hipertensi Tidak

Hipertensi

Total P

Rendah 13 (26%) 37(74%) 50 (100,0%)

0,099Tinggi 0 (0%) 10 (100%) 10 (100,0%)

Total 13 (21,7%) 47 (78,3%) 60 (100,0%)

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4 RW VIIKelurahan Mijen bulan Desemberr 2013

Hasil analisis hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kejadian

hipertensi diperoleh bahwa dari 50 responden yang berpengetahuan rendah, ada

13 responden yang menderita hipertensi, dan dari 10 responden yang

berpengetahuan baik, tidak ada responden yang menderita hipertensi.

Page 46: Lap Wonolopo Lengkap Fix

46

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,099( p> 0.05) artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kejadian

hipertensi.

Hasil analisis pertanyaan P1 (“Tahukah anda bahwa hipertensi adalah

penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah?”) diperoleh dari 60

(100%) responden mengetahui jawabannya.

Hasil analisis pertanyaan P2 (“Tahukah anda bahwa hipertensi dapat

disebabkan oleh gaya hidup seseorang seperti merokok, kegemukan, stress,

olahraga tidak teratur, makan makanan yang berlemak?”), diperoleh 38 (63,3%)

responden tahu dan 22 (36,7%) responden tidak tahu.

Hasil analisis pertanyaan P3 (“Tahukah anda bahwa orang tua yang

hipertensi belum tentu anaknya hipertensi?”), diperoleh hasil 37 (61,7%)

responden mengetahui dan 23 (38,3%) responden tidak mengetahui.

Hasil analisis pertanyaan P4 (“Tahukah anda bahwa penderita hipertensi

penting memeriksakan tekanan darah dan minum obat antihipertensi secara

teratur?”), diperoleh hasil 22 (36,7%) responden mengetahui, dan 38 (63,3%)

responden tidak mengetahui.

Hasil analisis pertanyaan P5 (“Tahukah anda bahwa hipertensi dapat

menimbulkan penyait seperti stroke, jantung, dan ginjal?”), diperoleh hasil

sebanyak 24 (40%) responden mengetahui dan 36 (60%) responden tidak

mengetahui.

3. Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Hipertensi

Tabel 4.9. Hubungan antara Paparan Asap Rokok dengan Hipertensi

Kategori Penyakit

Terpapar Hipertensi Tidak

Hipertensi

Total P

Ya 6 (17,1%) 29 (82,9%) 35 (100,0%)

0,355Tidak 7 (28,0%) 18 (72,0%) 25 (100,0%)

Total 13 (55,6%) 47(44,4%) 60 (100,0%)

Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4 RW VIIKelurahan Mijen bulan Desemberr 2013

Hasil analisis hubungan paparan rokok dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa dari 35 responden yang terpapar rokok, ada 6 responden yang

Page 47: Lap Wonolopo Lengkap Fix

47

menderita hipertensi, dan dari 25 responden yang tidak terpapar rokok, ada 7

responden yang menderita hipertensi.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,355( p> 0.05) artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara terpapar rokok dengan kejadian hipertensi.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil uji statistik, data dari

wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka.Pembahasan dilakukan

untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.

Hasil analisis hubungan faktor risiko usia dengan kejadian hipertensi

diperoleh nilai p = 0,023( p< 0.05) artinya ada hubungan yang bermakna antara usia

dengan kejadian hipertensi. Hipertensi erat kaitannya dengan usia, semakin tua

seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Usia lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya usia, risiko terkena

hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup

tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas usia 60 tahun. Arteri

kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring

bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensi meningkat ketika usia ≥ 50.8

Hasil analisis hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan kejadian

hipertensi diperoleh nilai p= 0,099( p> 0.05) artinya tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan tentang hipertensi dengan kejadian

hipertensi.Menurut teori pengetahuan atau kognitif merupakan domainyang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior).Pengetahuan pasien

tentangperawatan pada penderita hipertensi yang rendah yang dapatmenimbulkan

kesadaran yang rendah pula yang berdampak danberpengaruh pada penderita

hipertensi dalam mengontrol tekanandarah, kedisiplinan pemeriksaan yang

akibatnya dapat terjadikomplikasi berlanjut.3

Dari Hasil analisis, didapatkan responden kurang mengetahui pengetahuan

tentang pertanyaan P4 (“Tahukah anda bahwa penderita hipertensi penting

memeriksakan tekanan darah dan minum obat antihipertensi secara teratur?”)

dengan hasil 38 (63,3%) responden tidak mengetahui, dan pertanyaan P5

(“Tahukah anda bahwa hipertensi dapat menimbulkan penyait seperti stroke,

Page 48: Lap Wonolopo Lengkap Fix

48

jantung, dan ginjal?”), diperoleh hasil sebanyak 36 (60%) responden tidak

mengetahui.

Hasil analisis hubungan paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa nilai p = 0,355( p> 0.05) artinya tidak ada hubungan yang

bermakna antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi.

Menurut teori paparan asap rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.

Hubungan antara paparan asap asap rokok dengan peningkatan risiko

kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Orang yang tidak merokok tetapi

menghirup langsung asap rokok disebut dengan perokok pasif. Perokok pasif

memiliki risiko tinggi terkena hipertensi. Didalam rokok terdapat ribuan zat kimia

yang berbahaya bagi tubuh, yang paling berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbon

monoksida, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.4,11

Berdasarkan hasil analisis secara statistik hanya variabel usia yang memiliki

hubungan dengan kejadian hipertensi. Namun secara teori variabel pengetahuan dan

paparan asap rokok di atas memiliki hubungan, hasil ini mungkin disebabkan

karena keterbatasan penelitian. Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat

dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan

pembuatan laporan, keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya

pembahasan materi, keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan dan

keterbasan jumlah responden.14

Page 49: Lap Wonolopo Lengkap Fix

49

BAB V

PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Tabel 5.1.Jumlah kesakitandi RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan MijenNo. Proporsi Penyakit Jumlah (jiwa) Persentasea. Tidak Sakit 39 65 %b. Hipertensi 13 21,7 %c. ISPA 4 6,7 %d. Diare 3 5,0%e. Lainya 1 1,7 %

Jumlah 60 100%

ISPA = Infeksi Saluran Pernapasan AkutLain-lain = Dismenorea

B. PRIORITAS MASALAH

Daftar masalah

A HipertensiB Infeksi Saluran Pernapasan AkutC DiareD Lain-lain (Dismenorea)

Tabel 5.2 Kriteria urgency

KRITERIA URGENCY (MENDESAK)

  A B C D Total HorizontalA A C A 2B C B 1C C 1D 0

Total Vertikal 0 0 2 0Total Horizontal 2 1 1 0

TOTAL 2 1 3 0

Tabel 5.3 Kriteria Seriousness (kegawatan)

Page 50: Lap Wonolopo Lengkap Fix

50

KRITERIA SERIOUSNESS (KEGAWATAN)

  A B C D Total HorizontalA A A A 3B C B 1C C 1D 0

Total Vertikal 0 0 1 0Total Horizontal 3 1 1 0

TOTAL 3 1 2 0

Tabel 5.4 Kriteria Growth (perkembangan)

KRITERIA GROWTH (PERKEMBANGAN)

  A B C D Total HorizontalA A A A 3B C B 1C C 1D 0

Total Vertikal 0 0 1 0Total Horizontal 3 1 1 0

TOTAL 3 1 2 0

Tabel 5.5. Prioritas Masalah

MASALAH U S G JUMLAH PRIORITAS

A 2 4 3 9 IB 1 1 1 3 III

C 3 3 2 8 II

D 0 0 0 0 V

URUTAN PRIORITAS MASALAH1 Hipertensi2 Diare3 ISPA4 Lain-lain (Dismenorea)

Page 51: Lap Wonolopo Lengkap Fix

51

C. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Tabel 5.6. Analisis Penyebab Masalah

MASALAHPENYEBAB MASALAH

LING-KUNGAN PERILAKU YANKES KEPENDU-DUKAN

FAKTOR PREDISPOSISI

Hipertensi Ada sebagian responden yang menjadi perokok pasif (terkena paparan asap rokok di dalam rumah) 41,7%

- - Sebagian besar responden berusia ≥ 40 tahun sebanyak 65%

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan minum obat anti hipertensi secara teratur 63,3 %

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai komplikasi pada penyakit hipertensi seperti stroke, gangguan jantung, dan ginjal sebesar 60%

Page 52: Lap Wonolopo Lengkap Fix

52

Daftar Penyebab Masalah:

Sebagian besar responden berusia ≥ 40 tahun , sebanyak 65%

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan minum obat anti hipertensi

secara teratur sebanyak 63,3%

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

komplikasi pada penyakit hipertensi, seperti stroke, gangguan jantung

dan gangguan ginjal sebanyak 60%

Ada sebagian responden yang menjadi perokok pasif (terkena paparan

asap rokok didalam rumah) sebanyak 41,7%

Urutan penyebab masalah berdasarkan brain storming

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan minum obat anti hipertensi

secara teratur

Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

komplikasi pada penyakit hipertensi, seperti stroke, gangguan jantung

dan gangguan ginjal

Ada sebagian responden yang menjadi perokok pasif (terkena paparan

asap rokok didalam rumah)

Sebagian besar responden berusia ≥ 40 tahun Ada anggota keluarga

yang merokok.

Untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa penyakit Hipertensi,

cukup menyelesaikan tiga penyebab saja berdasarkan brainstorming, yaitu:

1. Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan minum obat anti hipertensi

secara teratur

2. Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai

komplikasi pada penyakit hipertensi, seperti stroke, gangguan jantung

dan gangguan ginjal

3. Ada sebagian responden yang menjadi perokok pasif (terkena paparan

asap rokok didalam rumah)

Page 53: Lap Wonolopo Lengkap Fix

53

D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

TABEL 5.7. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

MASALAH TUJUAN SASARAN ALTERNATIFHipertensi Mengendalikan

angka kesakitan hipertensi

Seluruh warga masyarakat RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan Mijen

Memberikan penyuluhan penyakit hipertensi, definisi, penyebab, factor resiko, pengendalian, pengobatan dan komplikasi.

Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok

Pembagian leaflet tentang faktor penyebab, gaya hidup yang mendukung hipertensi dan komplikasi hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis.

E. Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan metode berdasarkan

kriteria mutlak dan kriteria keinginan, yang nanti akan diambil 1 (satu)

kegiatan yang akan dilaksanakan.

Tabel 5.8. Kriteria mutlak

Kegiatan Input Output KeteranganMan Money Material Method MarketingI 1 1 1 1 1 1 √

II 1 1 1 1 1 1 √

III 1 1 1 1 1 1 √

Table 5.9. Kriteria Keinginan

Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20) ∑

I 5x 60 =300 5x 40 = 200 6 x 20 = 120 620

II 5 x 60 = 300 5 x 40 = 200 5 x 20 = 100 500

III 6 x 60 =360 6x 40 = 240 6 x 20 = 120 720

Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keingingan yang diambil dari suara

tujuh anggota kelompok kami sepakat dengan alternatif pemecahan masalah

Page 54: Lap Wonolopo Lengkap Fix

54

yang akan diambil adalah “Pembagian leaflet tentang faktor penyebab,

gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang

dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan

darah gratis. ” yang kemudian akan disusun Plan of Action (POA).

Page 55: Lap Wonolopo Lengkap Fix

55

F. Plan of ActionTabel 5.10. Plan of Action

No Kegiatan What(Uraian)

Sasaran Who(Pelaksana)

When(Waktu)

Where(Tempat)

How Much(Biaya)

Indikator

1 Persiapan(Perencanaan)

1. Perizinan ketua RW dan RT2. Mempersiapkan materi dan desain leaflet 3. Mempersiapkan alat kesehatan yang di

butuhkan4. mencari waktu dan tempat pelaksanaan

Warga RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan Mijen

Mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unimus (pemegang program).

Sabtu-Minggu ,7-8 Desember 2013

Labkesmas UNIMUS

Iuran mahasiswa : leaflet @500 x 100 = Rp. 50.000

Persiapan dapat diselesaikan tepat waktu sebelum hari pelaksanaan

2 Pelaksanaan 1. Perizinan kepada RT dan RW.2. Pelaksanaan pembagian leaflet dan

pemeriksaan tekanan darah gratis

Warga RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan Mijen

Mahasiswa kepaniteraan klinik IKM FK Unimus (pemegang program).

Senin, 9 Desember 2013

Balai pertemuan RW VII

Iuran mahasiswa :TransportasiRp 10.000,00

Terlaksananya pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara pertemuan RW VII

3 PengawasanPengendalianPenilaian

Evaluasi langsung oleh Mahasiswa pelaksana Warga RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan Mijen

Mahasiswa kepaniteraan klinik IKM FK Unimus (pemegang program).

Senin, 9 Desember 2013

Balai pertemuan RW VII

-Terlaksananya pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara pertemuan RW VII

Page 56: Lap Wonolopo Lengkap Fix

56

BAB VIINTERVENSI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Intervensi Kegiatan

Intervensi dilakukan dalam bentuk pembagian leaflet tentang Hipertensi meliputi

penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang

dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis

kepada ibu-ibu PKK RW VII di Balai Pertemuan warga RW VII Kelurahan Mijen, yang

dilakukan pada hari Senin, 9 Desember 2013 dari pukul 16.00 WIB. Kegiatan

selanjutnya dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Desember 2013 pukul 16.00 WIB

dengan membagikan leaflet ke warga RW VII terutama RT 1, 2, 3, dan 4 secara door to

door disertai penyuluhan singkat mengenai isi leaflet dan dilakukan pemeriksaan tekanan

darah gratis.

B. Hasil Intervensi Kegiatan

Intervensi pada tanggal 9 Desember 2013 dilaksanakan di Balai Pertemuan

Warga RW VII Kelurahan Mijen yang diikuti oleh 12 RT. Intervensi kegiatan ini diikuti

oleh ibu-ibu PKK RW VII sebanyak 39 orang. Indikator dari kegiatan ini adalah

terlaksananya pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara

pertemuan ibu-ibu PKK RW VII.

Pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis disertai dengan

penyuluhan singkat kepada ibu-ibu PKK mengenai isi dari leaflet. Ibu-ibu PKK yang

dikunjungi memberikan respon cukup baik dari permulaan kegiatan sampai akhirnya Ibu-

ibu PKK yang hadir mengerti dan berusaha untuk melakukan seperti apa yang dijelaskan

selama proses acara. Respon ibu-ibu PKK diwujudkan dengan adanya pertanyaan seputar

masalah kesehatan. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat mengerti cara mengatasi

permasalahan kesehatan yang ada, sehingga dapat mencegah dan mengendalikan

penyakit hipertensi.

Intervensi kegiatan tanggal 11 Desember 2013 dilaksanakan di wilayah RW VII

terutama Ibu rumah Tangga RT 1, 2, 3, dan 4 Kelurahan Mijen secara door to door

dengan leaflet yang tersisa dari kegiatan sebelumnya serta dilakukan pemeriksaan

tekanan darah secara gratis. Pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis

kepada warga RT 1, 2, 3, dan 4 berjalan secara lancar dan baik.

Page 57: Lap Wonolopo Lengkap Fix

57

C. Pembahasan

Intervensi kegiatan diselenggarakan setelah disetujui dalam Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD) pada hari jumat 6 Desember 2013. Kegiatan intervensi

berdasarkan hasil survey dan penelitian berupa “Pembagian leaflet tentang faktor

penyebab, gaya hidup yang mendukung hipertensi dan komplikasi hipertensi, dan

pemeriksaan tekanan darah gratis.” telah terlaksana. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah

untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan hipertensi sehingga

diharapkan dapat mengendalikan dan menurunkan angka kesakitan hipertensi di RW VII

kelurahan Mijen. Kegiatan intervensi dilaksanakan pada hari Senin 9 Desember 2013 di

RW VII kelurahan Mijen. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah

pembagian leaflet sekaligus pemeriksaan tekanan darah gratis dan leaflet yang tersisa

dibagikan pada warga door to door disertai penyuluhan singkat mengenai isi leaflet dan

dilakukan pemeriksaan tekanan darah gratis pada hari Rabu, 11 Desember 2013 pukul

16.00 WIB.

Media yang digunakan untuk kegiatan intervensi adalah leaflet yang berisi

tentang penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang

dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi. Leaflet tersebut merupakan pesan yang

diharapkan dapat dipahami oleh warga dan akhirnya dapat menambah pengetahuan serta

merubah gaya hidup warga sehingga dapat mengendalikan, mengurangi dan mencegah

bertambahnya jumlah warga yang menderita hipertensi.

Pemilihan media menggunakan leaflet didasarkan karena tingkat pendidikan dari

responden rata-rata berpendidikan tinggi sebesar 98,3% ( > SLTP) dan dilakukan

pemeriksaan tekanan darah gratis karena disesuaikan dengan masalah yang ditemukan

pada RW VII yaitu hipertensi, sehingga kami melakukan kegiatan sederhana seperti

pemeriksaan tekanan darah gratis.

Page 58: Lap Wonolopo Lengkap Fix

58

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan data hasil survei kesehatan di RW VII, Kelurahan Mijen, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang, didapatkan masalah kesehatan antara lain : Hipertensi

(61,9%), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (19,04%), Diare (14,28%) dan Lain-lain

(4,76%). Berdasarkan hasil survei kesehatan distribusi penduduk menurut umur RW

VII terbanyak pada usia ≥ 40 tahun sebanyak 65 %, rata-rata memiliki pendidikan

tinggi (>SLTP) sebanyak 98,3%, pekerjaan rata-rata adalah non PNS 88,3%,

penghasilan rata-rata perbulan diatas UMK ≥ 1.200.000 sebanyak 100%. Penderita

hipertensi terbanyak pada usia ≥ 40 tahun sejumlah 30,8%. Pengetahuan tentang

hipertensi pada warga RW VII disimpulkan bahwa ibu rumah tangga yang menderita

Hipertensi mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai hipertensi sebanyak 26%.

Warga RW VII yang hipertensi dan terkena paparan asap rokok sebanyak 17,1%.

2. Hipertensi merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga di Puskesmas

Mijen pada tahun 2013 sebanyak 804 kasus. Berdasarkan hasil survei kesehatan

masyarakat didapatkan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak

diderita oleh warga di RT 1, 2, 3 dan 4 di RW VII Kelurahan Mijen sebesar 61,9%.

Setelah konfirmasi dengan dosen pembimbing lapangan, maka kami memutuskan

untuk mengambil penyakit hipertensi sebagai prioritas masalah. Penyebab masalah

berdasarkan brain storming adalah Pengetahuan masyarakat tentang hipertensi masih

kurang.

3. Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keingingan yang diambil dari suara enam

anggota kelompok kami sepakat dengan alternatif pemecahan masalah yang akan

diambil adalah “Pembagian leaflet tentang faktor penyebab, gejala, pengobatan,

pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang dianjurkan untuk penderita

penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis. ” yang kemudian akan

disusun Plan of Action (POA).

4. Telah dilakukan intervensi dalam bentuk pembagian leaflet tentang faktor penyebab,

gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang dianjurkan

untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis. Pada

kegiatan intervensi ini target dapat tercapai, yaitu terlaksananya pembagian leaflet

Page 59: Lap Wonolopo Lengkap Fix

59

dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara pertemuan ibu-ibu PKK RW VII dan

warga RW VII terutama RT 1, 2, 3, dan 4 Kelurahan Mijen.

B. SARAN

Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mempersiapkan penelitian dengan

kuesioner yang lebih lengkap dan jumlah responden yang lebih banyak agar hasilnya

lebih baik. Perlu adanya upaya – upaya peningkatan kesehatan dengan cara

meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) oleh pihak yang

terkait (kader kesehatan, Forum Kesehatan Desa, Tenaga Kesehatan) berkaitan

dengan Hipertensi dalam hal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta

memberikan motivasi untuk hidup sehat kepada masyarakat RW VII Kelurahan

Mijen, Kecamatan Mijen Kota Semarang sehingga perilaku hidup sehat dapat

diterapkan dan meningkatkan derajat kesehatan.