Upload
riska-febriyeni-siregar
View
191
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR BIOKIMIA KLINIK
UJI KETELITIAN PIPETASI
SELASA / 13.00-16.00
Kelompok 4
Bella Puspa Wening 260110100075 Data Pengamatan
Febrian Rovelino T K 260110100076 Tujuan,Prinsip,Alat Bahan,Prosedur
Dian Abdillah 260110100077 Teori Dasar
Riska Febriyeni 260110100078 Pembahasan
Agie Avionico 260110100079 Pembahasan
M. Badru Tamamudin 260110100081 Pembahasan
Silvia Andreas 260110100082 Editor
LABORATORIUM BIOKIMIA KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
UJI KETELITIAN PIPETASI
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipette), serta
membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas.
2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer.
II. PRINSIP
Hukum Lambert Beer
Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat
berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding
terbalik dengan logaritma cahaya yang ditransmisikan.
A= a b c = log 100%T
= 2 – log % T
Dimana : A = absorban
a = absorptivita
b = jalannya sinar pada laruta
c = konsentrasi larutan
%T = persen transmitan
III. TEORI DASAR
Pipet volume digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai
dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian
tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan (Khopkar,
1998).
Mikropipet (micropipet) adalah suatu alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dalam jumlah kecil secara akurat. Penggunaan pipet gelas
seperti pipet ukur dan pipet gondok tidak mempunyai akurasi yang tinggi
untuk volume kurang dari 1 ml. Sehingga pada pemindahan cairan dengan volume
kecil kurang dari 1000 microliter, orang cenderung menggunakan mikropipet, biasa
juga disebut dengan pipet otomatis. Pipet otomatis ini mempunyai akuraritas dan
presisi yang lebih baik dari pada pipet gelas. Disamping itu setiap pipet dapat diset
berapapun volumenya selama dalam range volume pipet. Ada beberapa macam merek
mikropipet yang beredar dipasaran seperti Gilson, Pipetman, dll. Meskipun produk
mikropipet telah dirancang akurat dan presisi oleh pabriknya, alat tersebut tetap harus
dikalibrasi jika digunakan untuk laboratorium yang terakreditasi (Yvnz, 2012).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube (Basset, 1994).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Untuk melakukan pengukuran absorbansi pada larutan uji, dapat dilakukan dengan
alat spektrofotometer. Berikut rumus spektofotometri:
A= a b c (g/ l), atau A= e b c (mol/ l)
Dimana a = absorbtivitas; b = tebal kuvet (cm); c = konsentrasi
Adapun dalam pelaksanaan spektroskopi ini diperlukan adanya kalibrasi yang
ditujukan untuk dapat mengetahui berapa besaran absorbansi sampel yang
sesungguhnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa dalam pengukuran
absorbansi seluruh molekul yang berada dalam kuvet akan ikut berpengaruh dalam
penentuan absorbansi total, sehingga jika tidak dilakukan kalibrasi dengan
menggunakan blanko terlebih dahulu maka hasil yang didapatkan akan melebihi hasil
yang seharusnya karena absorbansi pelarut dan reagen-reagen yang terlibat dan
ditambahkan akan ikut terhitung. Untuk menghindari hal itulah maka digunakan
larutan blanko yang berisi berbagai macam material tambahan yang ditambahkan ke
dalam sampel diantaranya adalah pelarut dan reagen-reagen dengan jumlah yang
secara spesifik sama dengan jumlah yang ditambahkan ke dalam sampel, tetapi pada
blanko tidak dilakukan penambahan sampel (Khopkar, 1998).
Prinsip dari spektrofotometer adalah bagaimana molekul-molekul di dalam
suatu larutan dapat menyerap cahaya. Semakin banyak molekul di dalam larutan,
berarti juga konsentrasi larutan tersebut tinggi, maka semakin banyak cahaya yang
akan diserap dan absorbansi akan semakin tinggi. Berlaku pula sebaliknya. Kuvet
adalah alat yang digunakan untuk menempatkan larutan sampel ke dalamnya (Yvnz,
2012).
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu
sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam
untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda
(Rohman, 2007).
Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat dibedakan dari
filter fotometri sebagai berikut :
1. Daerah jangkauan spectrum
Filter fotometr hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar tampak
(400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat mengukur serapan di daerah
tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm).
2. Sumber sinar
Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka spektrofotometer
menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar
tampak, UV, IR). Sedangkan sumber sinar filter fotometer hanya untuk daerah
tampak.
3. Monokromator
Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi pada
spektro digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik.
4. Detektor
Filter fotometer menggunakan detektor fotosel.
Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube
(Saputra, 2009).
Komponen utama dari spektrofotometer yaitu :
1. Sumber cahaya
a. Untuk radisi kontinue :
Untuk daerah UV dan daerah tampak :
Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada
gelombang 320-2500 nm.
Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
Lampu gas xenon (250-600 nm)
b. Untuk daerah IR
Ada tiga macam sumber sinar yang dapat digunakan :
Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida
(38%) dan erbiumoxida (3%)
Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang
0,4 – 20 nm
Spektrum radiasi garis UV atau tampak :
Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)
Lampu katoda cekung/lampu katoda berongga
Lampu pembawa muatan dan elektroda (elektrodeless dhischarge lamp)
Laser
2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya
agar sinar yang masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis
sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran. Macam-macam monokromator :
Prisma
kaca untuk daerah sinar tampak
kuarsa untuk daerah UV
Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
- Dispersi sinar merata
- Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
- Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum
4. Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah
UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
5. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan
besaran yang dapat diukur. Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
Kepekan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor adalah Detektor foto (Photo detector), Photocell,
Phototube, Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas.
6. Penguat (amplifier)
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat
dibaca oleh indikator.
7. Indikator
Dapat berupa : Recorder dan Komputer (Saputra, 2009).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Bulb Pipet
2. Kuvet
3. Pipet Gelas
4. Pipet Piston
5. Spektrofotometer
B. Bahan
1. Larutan Baku KMnO4 50 ppm
C. Gambar Alat
Pipet gelas Bulb pipet
Pipet piston Spektrofotometer
Kuvet
V. PROSEDUR
Larutan baku KMnO4 dengan konsentrasi 50 ppm, dibuat dengan melarutkan
sebanyak 5 mg KMnO4 dalam 100 ml aquadest. kemudian larutan baku KMnO4
tersebut di encerkan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan pipet gelas dan
pipet piston pada masing-masing kuvet dengan perbandingan larutan baku sebagai
berikut :
Bahan Pengenceran I Pengenceran II Pengenceran III
Larutan baku
KMnO4
400 µL 500 µL 600 µL
Ditambahkan
Aquadest
600 µL 500 µL 400 µL
Setelah dibuat pengenceran dengan perbandingan tersebut, kemudian diukur
absorbansi untuk setiap pengenceran pada panjang gelombang 546 nm. Pengukuran
absorbansi untuk setiap cara pemipetan dibandingkan dengan melihat nilai Standar
Deviasi (SD).
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Data Pengamatan
Pengenceran
Pipet
AbsorbansiJumlah
Rata-
rataSD KV
1 2 3
I
Gelas0,348 0,358 0,348 1,054 0,351 0,0057 1,628
I
Piston0,323 0,294 0,279 0,896 0,299 0,0223 7,458
II
Gelas0,512 0,512 0,508 1,552 0,511 0,0092 1,800
II
Piston0,468 0,472 0,445 1,385 0,462 0,015 3,247
III
Gelas0,655 0,685 0,656 1,996 0,665 0,017 2,562
III
Piston0,723 0,781 0,761 2,265 0,755 0,029 3,902
IV
Gelas0,807 0,792 0,832 2,431 0,810 0,020 2,469
IV
Piston0,811 0,813 0,832 2,456 0,819 0,012 1,465
B. Perhitungan
Perhitungan Pengenceran
- Pengenceran I : 200 µL 0,2 ml KMnO4
add 1000 µL 1 ml - 0,2 ml = 0,8 ml aquadest
- Pengenceran II : 300 µL 0,3 ml KMnO4
add 1000 µL 1 ml - 0,3 ml = 0,7 ml aquadest
- Pengenceran III : 400 µL 0,4 ml KMnO4
add 1000 µL 1 ml - 0,4 ml = 0,6 ml aquadest
- Pengenceran IV : 500 µl 0,5 ml KMnO4
add 1000 µL 1 ml – 0,5 ml = 0,5 ml aquadest
a. Pengenceran I
Pipet Gelas
x = 0,348+0,358+0,348 = 0,351
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,0057
KV = SD . 100 = 0,0057 . 100 = 1,628 %
x 0,351
Pipet Piston
x = 0,323+0,294+0,279 = 0,299
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,0223
KV = SD . 100 = 0,0223 . 100 = 7,458 %
x 0,299
b. Pengenceran II
Pipet Gelas
x = 0,512+0,512+0,508 = 0,511
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,0092
KV = SD . 100 = 0,0092 . 100 = 1,800 %
x 0,511
Pipet Piston
x = 0,468+0,472+0,445 = 0,462
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,015
KV = SD . 100 = 0,015 . 100 = 3,247 %
x 0,462
c. Pengenceran III
Pipet Gelas
x = 0,655+0,685+0,656 = 0,665
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,017
KV = SD . 100 = 0,017 . 100 = 2,562 %
x 0,665
Pipet Piston
x = 0,723+0,781+0,761 = 0,755
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,029
KV = SD . 100 = 0,012 . 100 = 3,902 %
x 0,819
d. Pengenceran IV
Pipet Gelas
x = 0,807+0,792+0,832 = 0,810
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,020
KV = SD . 100 = 0,02 . 100 = 2,469 %
x 0,81
Pipet Piston
x = 0,811+0,813+0,832 = 0,819
3
SD = √∑i=1
n
¿¿¿¿ = 0,012
KV = SD . 100 = 0,012 . 100 = 1,469 %
x 0,819
C. Grafik
Pipet Gelas
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.335
0.34
0.345
0.35
0.355
0.36
0.365
0.37
Absorbansi Sampel Pengenceran I(200 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.49
0.5
0.51
0.52
0.53
0.54
0.55
Absorbansi Sampel Pengenceran II(300 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.62
0.64
0.66
0.68
0.7
0.72
0.74
Absorbansi Sampel Pengenceran III(400 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.74
0.76
0.78
0.8
0.82
0.84
0.86
0.88
Absorbansi Sampel Pengenceran IV(500 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
Pipet Piston
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Absorbansi Sampel Pengenceran I(200 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.4
0.42
0.44
0.46
0.48
0.5
0.52
Absorbansi Sampel Pengenceran II(300 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.66
0.68
0.7
0.72
0.74
0.76
0.78
0.8
0.82
0.84
0.86
Absorbansi Sampel Pengenceran III(400 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.78
0.79
0.8
0.81
0.82
0.83
0.84
0.85
0.86
Absorbansi Sampel Pengenceran IV(500 µL KMnO4/1000 µL Aquadest)
Y-Valuesrata-rata + SDLinear (rata-rata + SD)rata-rata + 2SDLinear (rata-rata + 2SD)rata-rata + 3SDLinear (rata-rata + 3SD)
Urutan Percobaan
Abso
rban
si
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, akan dilakukan uji ketelitian pipetasi dengan tujuan
setelah dilakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat mengetahui cara
menggunakan pipet piston (clinipette), serta membandingkan ketelitiannya dengan
pipet gelas dan mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan
alat spektrofotometer. Pada prinsipnya uji ketelitian pipetasi merujuk kepada Hukum
Lambert-Beer, dimana konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan jumlah cahaya
yang diabsopsi atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang
ditransmisikan. Selain itu, suatu senyawa bila dikenai energi Radiasi Elektro
Magnetik (REM) pada gelombang tertentu akan mengalami eksitasi ke keadaan yang
lebih tinggi. Pada saat terjadi eksitasi molekul menyerap energi yang disebut sebagai
nilai absorbansi.
Keuntungan pengukuran dengan menggunakaan spektrofotometer adalah:
mempunyai senditivitas relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga pengukuran
yang dilakukan cepat dan mempunyai spesifisitas yang relatif tinggi. Spesifisitas
diperoleh dengan mereaksikan sampel yang diperiksa dengan pereaksi yang sesuai,
kemudian membentuk warna yang berbeda atau dengan pemisahan analitis menjadi
reaksi pembentukan warna.
Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan ketelitian antara pipet piston
(clinipette) dengan pipet gelas. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, ketelitian
penggunaan pipet ini berbeda. Pipet gelas memiliki ketelitian yang lebih rendah
dibandingkan dengan pipet piston (clinipette), karena volume yang dipipet sangat
bergantung pada pembacaan volume pipet. Sebaliknya pengambilan volume sampel
menggunakan pipet piston (clinipette) memiliki keakuratan/akurasi yang lebih tinggi
karena pipet piston (clinipette) telah diatur sedemikian rupa agar volumenya tepat
dengan yang diinginkan.
Secara prosedural, langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan
uji ketelitian pipetasi adalah membuat larutan baku induk KMnO4 dengan konsentrasi
tertentu sehingga diperoleh absorbansi larutan A = 0,8 – 1,0. Pada range tersebut,
menunjukkan bahwa muncuk absorbansi maksimum. Cara membuat larutan KMnO4
adalah dengan melarutkan 3,1600 g KMnO4 dengan 500 mL air suling di dalam labu
ukur 1000 mL, kemuadian tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera. Setelah
selesai perlakuan, simpan larutan induk KMnO4 di dalam botol berwarna cokelat.
Setelah itu dibuat berbagai pengenceran larutan KMnO4 dengan menggunakan
pipet gelas dan pipet piston (clinipette) pada kuvet masing-masing sebanyak 10
kuvet. Pada saat pengenceran, pengerjaan yang dilakukan haruslah hati-hati jangan
sampai adanya gelembung pada sampel dan tekanan yang diberikanpun diusahakan
sama agar absorbansi yang diukur memiliki akurasi dan presisi yang tepat. Menurut
anjuran IFCC (Internasional Federation of Clinical Chemistry) ukuran dari ketelitian
ditekankan dengan istilah “ketidaktelitian”. Secara kuantitatif ketidaktelitian
dinyatakan melalui standar deviasi. Semakin kecil nilai standar deviasi, maka tingkat
ketelitian suatu pipet lebih bagus.
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu
wadah (biasanya beaker) ke wadah lain. Dalam Biokimia Klinik pun, pipet sering
digunakan untuk memindahkan larutan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kimia
klinik pipet ini digunakan untuk melakukan penelitian atau analisis yang berkaitan
dengan makhluk hidup. Ketelitian dalam menggunakan pipet sangat penting dalam
bidang kimia klinik karena perbedaan volume yang sedikit saja dapat memberikan
hasil yang berbeda sehingga salah dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
Jenis-jenis pipet beragam dimana setiap masing-masing memiliki ketelitian yang
berbeda. Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk membandingkan ketelitian dari
pipet gelas dan pipet piston. Pipet piston memiliki perbedaan dengan pipet gelas.
Pipet gelas adalah pipet yang terbuat dari kaca serta volume sudah tertera, sedangkan
pipet piston adalah pipet mikro yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran masing
masing pipet yang berbeda. Pipet piston terdapat beberapa ukuran seperti 20µl 50µl
100µl dan lain lain. Pada ujung pipet terdapat penghubung dengan larutan yang
terbuat dari plastic. Pemakaian pipet piston dan pipet gelas harus dilakukan dengan
hati hati karena volume yang digunakan sangat kecil sehingga banyak factor human
eror yang akan terjadi pada saat pengambilan sampel dan mengeluarkan sampel
kedalam wadah. Satu tetes sample saja tidak terambil pada kedua pipet maka akan
mempengaruhi dari akurasi pada saat diuji dengan menggunakan alat
spektrofotometer. Begitu pula pada saat mengeluarkan larutan sampel kedalam wadah
atau kuvet, sedikit saja tertinggal pada ujung pipet piston maupun pipet gelas maka
akan mempengaruhi volume pengenceran dan akan mempengaruhi akurasi dari pipet
tersebut.
Selanjutnya yaitu pengenceran larutan KMnO4 dengan berbagai konsentrasi,
yaitu : Larutan pengenceran 1 (200µl), pengenceran 2 (300µl) , pengeceran 3 (400µl)
dan pengenceran 4 (500µl). Dilakukan dengan pengeceran berbeda karena semakin
banyak pengulangan maka semakin bagus data yang diperolah dan semakin terlihat
keakurasian dari kedua pipet tersebut, maka hasil yang didapat makin akurat. Masing-
masing absorbansi (A) larutan pada tiap pengenceran diukur pada panjang gelombang
maksimum 546 nm. Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini
berdasarkan atas larutan induk yang digunakan. Dalam percobaan ini digunakan
larutan induk (KMnO4) yang memiliki sifat fisik senyawa berwarna ungu. Oleh
karena itu, pengukuran dilakukan pada panjang gelombang visible tepatnya pada
panjang gelombang 546 nm. Setelah mendapatkan nilai absorbansi dari setiap
pengenceran dan setiap pipet, lalu menghitung nilai rata, nilai standar deviasi, dan
nilai koefisien variasi.
Setelah dilakukan pengenceran dan dimasukkan masing masing samnpel
kedalam kuvet kemudian dihitung absorbansi dari masing masing sampel. Setelah
didapat absorbansi dari semua sampel kemudian dihitung nilai rata rata, jumlah
absorbansi, standard deviasi (SD), dan koefisien variasi (KV). Nilai rata rata didapat
dari jumlah absorbansi dibagi 3 maka akan dapat nilai rata rata dari masing masing
absorbansi. Kemudian dihitung standard deviasi (SD ) dari masing masing piston
dengan menggunakan rumus :
Setelah didapat nilai standard deviasi kemudian dihitung nilai koefisien
variasi (KV) dari masing masing piston dengan menggunakan rumus :
Nilai standar deviasi digunakan untuk mengetahui presisi dan akurasi yang
didapatkan. Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran
terhadap angka sebenarnya (true value atau reference value). Presisi adalah ukuran
seberapa dekat suatu hasil pengukuran satu dengan yang lainnya. Makin kecil nilai
SD dan KV yang didapatkan, maka ketelitian makin baik.
Diperlukan perhitungan nilai SD dan nilai KV untuk menentukan batas
control (rata rata + 2SD) dan batas peringatan (rata rata + 3SD) untuk menentukan
apakah alat yang digunakan masih baik digunakan dalam praktikum biokimia analitik
yang lain. Tujuan lain dari perhitungan nilai SD dan KV yaitu untuk memantapkan
nilai ketelitian dari pipet tersebut.
Dari data yang didapat dilihat terjadi beberapa kesalahan yaitu pada
pengenceran 1, 2 dan 3, hal ini dilihat dari nilai standar deviasi yang diperoleh. Dari
ketiga pengenceran tersebut nilai standar deviasi dengan menggunakan pipet gelas
lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi pipet piston. Seharusnya menurut teori
yang ada nilai standar deviasi pipet gelas harus lebih besar dibandingkan dengan nilai
standar deviasi pipet piston. Sedangkan pada pengenceran ke-4 nilai standar deviasi
dari pipet gelas lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasi pipet piston, hal
ini sesuai dengan teori yang ada.
Kesalahan ini kemungkinan besar terjadi pada saat pemipetan sampel baku
dan aquades (pengenceran). untuk mendapatkan variassi konsentrasi sampel yang
diinginkan dilakukan pemipetan beberapa kali pada satu konsentrasi sehingga faktor
kesalahan semakin besar. Selain itu kesalahan tersebut terjadi karena adanya
gelembung udara pada tip pipet yang digunakan, sehingga mempengaruhi konsentrasi
sampel.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil yang diperoleh, seperti penggunaan
pipet piston yang harus diperhatikan yaitu konsisten speed dan kelancaran
saat menekan dan melepaskan tombolnya, konsisten tekanan pada plunger pada
pertama, konsisten dan cukup saat memasukkan tip ke dalam cairan, posisi tip pada
cairan “Posisinya Hampir Vertikal” dari pipet, menghindari semua gelembung udara,
serta tidak pernah meletakkan pada side pipet atau pipet membalikkan jika cairan di
ujung
Maka dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai standard deviasi
dari pipet piston lebih kecil dari pipet gelas karena dari segi presisi dan akurasi pipet
piston lebih baik daripada pipet gelas. Begitu pula dengan nilai KV lebih kecil pipet
piston dibandingkan dengan pipet gelas. Hal ini dengan teori yang diperoleh.
VIII. KESIMPULAN
1. Ketelitian pipet piston (clinipette) lebih baik daripada pipet
gelas. Hal ini ditunjukkan dengan standar deviasi pipet
piston (0,012) lebih kecil dibandingkan dengan standar
deviasi pipet gelas (0,020).
2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan
spektrofotometer UV.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. Ed. 4. EGC. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1998. Basic Concepts of Analytical Chemistry. Ed. 2. pp. 63–76. New
Age International. USA.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Saputra, Edi. 2009. Spektrofotometri. Tersedia online di
www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/ [Diakses
pada tanggal 16 Maret 2013].
Yvnz. 2012. Mengenal Spektrofotometer. Tersedia online di
http://bisakimia.com/2012/12/01/mengenal-spektrofotometer/ [Diakses pada
tanggal 16 Maret 2013].