Upload
aditya-fadil
View
88
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mengetahui jenis bentuk lahan dan morfologi pada daerah penelitian.
Mengetahui jenis litologi yang terdapat pada daerah penelitian.
Mengidentifikasi mineral-mineral yang terdapat di dalam batuan pada
daerah penelitian.
Mengetahui pembentukan mineral-mineral dan litologi pada daerah
penelitian.
1.2 Tujuan
Dapat mengetahui jenis bentuk lahan dan morfologi pada daerah
penelitian.
Dapat mengetahui jenis litologi yang terdapat pada daerah penelitian.
Dapat mengidentifikasi mineral-mineral yang terdapat di dalam batuan
pada daerah penelitian.
Dapat mengetahui pembentukan mineral-mineral dan litologi yang
berkembang pada daerah penelitian.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum lapangan mineralogi diadakan pada hari Sabtu, 5 Mei
2012 dimulai pada pukul 07:00 dengan daerah penelitian di Candi
Gedongsanga, Ungaran Kabupaten Semarang. Adapun kesampaian lokasi
tiap STA adalah:
- STA 1 : Kompleks Candi Gedongsanga, Gedong III dengan kesampaian
lokasi ± 2 jam dari kampus Teknik Geologi Undip.
- STA 2 : Kompleks Candi Gedongsanga, dekat pemandian air panas.
Kesampaian lokasi ± 5 menit dari STA 1.
- STA 3 : Kompleks Candi Gedongsanga, berjalan mengarah timur laut
dari candi Gedong IV. Kesampaian lokasi ± 10 menit dari STA 2.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 STA 1 (Gedong III, Gedongsanga)
Hari, Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012
Waktu : 09.20
Cuaca : Cerah
Plotting Area : N 1710 E terhadap Gunung Pendul dan N 1900 terhadap
Gunung Gedongsanga.
Bentang Alam : Vulkanik, Struktural
Dimensi : 100 x 150 m
Morfologi : Perbukitan, Lembah
Litologi : Andesit (berwarna cerah, abu-abu), breksi vulkanik
yang sudah terlapukkan, tufaan, konglomerat. Mineral
yang terdapat : Plagioklas, Biotit, Hornblende.
Fasies Gunungapi : Proksimal
Struktur Geologi : - Primer = -
- Sekunder = Indikasi sesar turun.
Tenaga geomorfik : - Endogen = vulkanik dan tektonik
- Eksogen = erosi
Vegetasi : Pohon pinus, cemara
Tata Guna Lahan : Tempat Pariwisata
Potensi (+) : Manifestasi Geothermal
Potensi ( - ) : Longsor
Genesa : Pada STA 1 (Gedong III), morfologinya perbukitan. Di
STA 1 ini diindikasikan adanyanya sesar pada daerah
disekitar kemiringan Gunung Gendol, dan adanya
fumarol yang dapat keluar melalui rekahan.
3.2 STA 2 (Daerah dekat Pemandian air panas)
Hari, tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012
Waktu : 10.15
Cuaca : Cerah
Plotting Area :
Bentang Alam : Vulkanik, Struktural
Bentuk Lahan : Sesar
Morfologi : Perbukitan, Lembah
Dimensi : 100 x 25 m
Litologi : Andesit yang sudah teralterasi, breksi vulkanik yang
lapuk,tufaan. Mineral yang terdapat pada litologinya
adalah plagioklas, pirit, klorit dan sulfur.
Fasies Gunungapi : Proksimal
Struktur Geologi : - Primer = Perlapisan breksi vulkanik yang lapuk yang
terbentuk seperti kekar kolom.
- Sekunder = Indikasi sesar normal
Tenaga geomorfik : - Endogen = Tektonik, vulkanik
- Eksogen = Pelapukan
Tata Guna Lahan : sebagai tempat pemandian air panas, pariwisata
Potensi (+) : Manifestasi Geothermal
Potensi ( - ) : Dapat terjadi longsoran, bau tak sedap
Genesa : STA 2 ini terbentuk karena aktifitas vulkanik dan
tektonik yang mempengaruhi, dibuktikan dengan
adanya fumarol yang dapat keluar secara jelas karena
keterdapatan rekahan yang disebabkan oleh aktifitas
tektonik. Mineral sulfur dan mineral-mineral yang
terdapat dalam batuan membentuk mineral pirit.
3.3 STA 3 (Kompleks Candi Gedongsanga)
Hari, tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012
Waktu : 11:15 WIB
Cuaca : Cerah
Plotting Area :
Bentang Alam : Vulkanik
Morfologi : Daerah perbukitan
Dimensi : 50 x 20 m
Litologi : Andesit teralterasi, materi piroklastik dan batuan beku.
Mineral-mineral yang terdapat adalah plagioklas, biotit,
hornblende, klorit, kristalobalit, dan silica amorf.
Fasies Gunungapi : Proksimal
Struktur Geologi : - Primer = -
- Sekunder = -
Tenaga geomorfik : - Endogen = Vulkanik
- Eksogen = Pelapukan
Vegetasi : Rerumputan, Tanaman Paku-pakuan, Tanaman Perdu
Tata Guna Lahan : Sebagai Objek studi
Potensi (+) : Manifestasi Geothermal
Potensi ( - ) : Longsor atau amblesan kebawah, bau tak sedap
Genesa : STA 3 terbentuk karena aktifitas vulkanik yang cukup
dominant, adanya terobosan fumarol yang masih
terlihat, dan tanahnya hangat. Mineral-mineral pada
daerah ini mengalami alterasi sehingga dapat menjadi
mineral ubahan seperti klorit dan kristalobalit.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 STA 1 (Gedong III)
Pada STA 1 ini memilikki kesampaian lokasi 2 jam dari Kampus
Sukowati dengan kenampakan bentang alamnya berupa bentang alam
vulkanik dan struktural. Di STA 2 ini terdapat bentukan tebing yang
diindikasikan terjadi akibat adanya aktifitas tektonik berupa sesar turun
mayor,namun untuk pembuktiannya masih diperlukan sebuah penelitian
yang lebih lanjut karena struktur yang terdapat pada daerah ini adalah
struktur yang mayor,atau dalam ruang lingkup yang luas tidak hanya
mencakup daerah yang kecil.
STA 1 ini memilikki dimensi pengamatan yaitu 100 x 150 meter, dan
dilihat dari morfologinya daerah ini merupakan daerah perbukitan. Dari
dimensi tersebut didapat jenis litologi yang terdapat pada daerah tersebut
adalah andesit, material piroklastik (tufaan, breksi vulkanik).Meskipun
banyak batu andesit yang telah mengalami alterasi,tetapi ditemukan cukup
batuan yang dapat dideskripsi secara megaskopis dengan kenampakan-
kenampakan mineralnya. Pada batu andesit terdapat mineral-mineral berupa
plagioklas dan keterdapatan biotit dalam jumlah yang sedikit. Struktur
andesit di STA 1 ini kebanyakan adalah massif atau berbentuk pejal,
teksturnya adalah hipokristalin, granularitasnya porfiroafanitik dan
hubungan antara kristal yang satu dengan yang lain yaitu inequigranular.
Umumnya warna batu andesit pada STA 1 adalah abu-abu sampai berwarna
abu-abu kecoklatan.
Struktur yang dimungkinkan terdapat pada STA 1 adalah struktur
primer dan struktur sekunder. Struktur primernya adalah berupa perlapisan
breksi vulkanik yang terdapat pada dinding dinding tebing pada STA 1 dan
struktur sekundernya adalah berupa sesar turun yang dibuktikan adanya
rekahan batuan yang kemudian membentuk fumarol-fumarol dan adanya
sumber mata air disekitar area sesar turun tersebut. Namun, belum dapat
dibuktikan secara mendetail sesar yang berada pada STA 1 ini adalah sesar
normal, karena lokasi pengamatan yang tidak dapat terjangkau oleh
praktikan dan hanya melakukan pengamatan secara jauh. Sesar sendiri
terjadi akibat adanya gaya tegasan yang terjadi pada lapisan batuan yang
memiliki sifat brittle atau rapuh,sehinnga terbentuklah sebuah sesar atau
patahan pada lapisan batuan tersebut . selain sesar pada STA 1 ini juga
diindikasikan terjadinya longsoran,pada tebing tebing di STA 1,Hl tersebut
ditandai dengan bentukan yang ada pada tebing dimana terlihat seperti bekas
longsoran. Tata guna lahan pada STA 1 ini adalah digunakan sebagai
kawasan pariwisata dan erjangkau oleh praktikan. Potensi positifnya adalah
dapat digunakan daerah-daerah terdekat ataupun di STA 1 sebagai
manisfestasi hidrotermal, sedangkan potensi negatifnya adalah berupa
longsoran dan bau yang kurang sedap yang ditimbulkan oleh sulfur yang
berada pada daerah tersebut.
4.2 STA 2 (Daerah dekat Pemandian Air Panas)
Pada STA 2 ini memilikki kesampaian lokasi ± 5 menit dari STA 1
dengan kenampakan bentang alamnya berupa bentang alam vulkanik dan
struktural. Di STA 2 ini terdapat fumarol yang merupakan bukti adanya
aktifitas vulkanik. Selain itu, keluarnya fumarol yang melalui suatu rekahan
sehingga hidrotermal ataupun fluida yang ada di dalam permukaan bumi
dapat mencapai permukaan meskipun tidak sampai keluar. Hidrotermal
selalu menekan untuk keluar karena adanya tekanan dan dorongan yang
cukup kuat dari dalam bumi yang dihasilkan oleh aktifitas vulkanisme. Dari
aktifitas vulkanisme, aktifitas tektonik kemudian muncul untuk memperkuat
pergerakan lempeng sehingga rekahan-rekahan timbul semakin besar.
STA 2 ini memilikki dimensi pengamatan yaitu 100 x 25 meter, dan
dilihat dari morfologinya daerah ini merupakan daerah perbukitan. Dari
dimensi tersebut didapat jenis litologi yang terdapat pada daerah tersebut
adalah andesit, material piroklastik (tufaan, breksi vulkanik).Meskipun
banyak batu andesit yang telah mengalami alterasi,tetapi ditemukan cukup
batuan yang dapat dideskripsi secara megaskopis dengan kenampakan-
kenampakan mineralnya. Pada batu andesit terdapat mineral-mineral berupa
plagioklas dan keterdapatan biotit dalam jumlah yang sedikit. Struktur
andesit di STA 2 ini kebanyakan adalah massif atau berbentuk pejal,
teksturnya adalah hipokristalin, granularitasnya porfiroafanitik dan
hubungan antara kristal yang satu dengan yang lain yaitu inequigranular.
Umumnya warna batu andesit pada STA 2 adalah putih, abu-abu sampai
berwarna krem atau cerah.
Mineral-mineral lain yang kemungkinan keterdapatannya pada batu
andesit ataupun material piroklasitik pada STA 2 ini adalah mineral sulfur,
pirit, dan klorit. Mineral sulfur terbentuk karena adanya aktifitas vulkanisme
yang sangat aktif, meskipun hanya terdapat pada hidrotermalnya, mineral ini
dicirikan dengan baunya yang khas dan kenampakan warna kuning. Jumlah
penyebaran dan keterdapatan mineral ini tidak begitu banyak. Mineral pirit
yang terbentuk pada STA 2 ini dapat disebabkan adanya reaksi kimia dan
kontak antar batuan ataupun mineral sehingga dapat terbentuk mineral ini.
Reaksi kimia antara mineral sulfur dengan mineral-mineral ataupun
komposisi kimia yang terdapat pada batuan bercampur membentuk mineral
pirit yang memilikki komposisi kimia FeS2. Keterdapatan mineral klorit
pada daerah ini dapat membuktikan bahwa mineral ini termasuk kedalam
mineral ubahan dari mineral olivine yang terkena suhu panas atau biasanya
terbentuk pada zona potasik hidrotermal.
Struktur yang terdapat pada STA 2 adalah struktur primer dan
struktur sekunder. Struktur primernya adalah berupa perlapisan breksi
vulkanik yang sudah lapuk dan bentukannya menyerupai kekar kolom.
Tetapi setelah ditelaah lebih lanjut bahwa itu bukanlah kekar kolom
melainkan hanya timbulan yang terbentuk karena fumarol yang menekan
batuan sehingga terbentuklah bentukan batuan seperti kekar kolom. Selain
itu diindikasikan adanya sesar, belum dapat dibuktikan sesar yang berada
pada STA 2 ini adalah sesar normal, naik ataupun geser, karena kurangnya
struktur pendukung semisal seperti cermin sesar.
Tata guna lahan pada STA 2 ini adalah digunakan sebagai kawasan
pariwisata dan pemandian air panas, karena letaknya yang cukup dekat
dengan fumarol dan keberadaan sulfurnya. Potensi positifnya adalah dapat
digunakan daerah-daerah terdekat ataupun di STA 2 sebagai manisfestasi
hidrotermal, sedangkan potensi negatifnya adalah berupa longsoran dan bau
yang kurang sedap yang ditimbulkan oleh sulfur yang berada pada daerah
tersebut.
4.3 STA 3
Pada STA 3 ini memilikki kesampaian lokasi ± 10 menit dari STA 2
dengan kenampakan bentang alamnya berupa bentang alam vulkanik dan
struktural. Di STA 3 ini terdapat steaming ground(tanah yang mengeluarkan
asap) yang merupakan bukti adanya aktifitas vulkanik dimana steaming
ground ini bisa terjadi mungkin karena sudah tidak ada jalan keluar yang
leluasa bagi gas untuk keluar seperti halnya apa yang terjadi pada STA
2.tidak adanya jalan tersebbut bisa saja dikarenakan oleh tertimbun material
– material produk erupsi gunung ungaran ataupun faktor yang lain, sehingga
gas yang tak bisa menerobospun mencari jalan yang leluasa dapat dilalui,
seperti pada STA 2. STA 3 ini memilikki dimensi pengamatan yaitu 100 x
25 meter, dan dilihat dari morfologinya daerah ini merupakan daerah
perbukitan. Dari dimensi tersebut didapat jenis litologi yang terdapat pada
daerah tersebut adalah andesit, material piroklastik (contohnya adalah
tuff).Meskipun banyak batu andesit yang telah mengalami alterasi,tetapi
ditemukan cukup batuan yang dapat dideskripsi secara megaskopis dengan
kenampakan-kenampakan mineralnya. Pada batu andesit terdapat mineral-
mineral berupa plagioklas dan keterdapatan biotit dalam jumlah yang
sedikit. Struktur andesit di STA 3 ini kebanyakan adalah massif atau
berbentuk pejal, teksturnya adalah hipokristalin, granularitasnya
porfiroafanitik dan hubungan antara kristal yang satu dengan yang lain yaitu
inequigranular. Umumnya warna batu andesit pada STA 3 adalah putih, abu-
abu sampai berwarna krem atau cerah.
Mineral-mineral lain yang kemungkinan keterdapatannya pada batu
andesit ataupun material piroklasitik pada STA 3 ini adalah mineral sulfur,
pirit, dan klorit. Mineral sulfur terbentuk karena adanya aktifitas vulkanisme
yang sangat aktif, meskipun hanya terdapat pada hidrotermalnya, mineral ini
dicirikan dengan baunya yang khas dan kenampakan warna kuning. Jumlah
penyebaran dan keterdapatan mineral ini tidak begitu banyak. Mineral pirit
yang terbentuk pada STA 3 ini dapat disebabkan adanya reaksi kimia dan
kontak antar batuan ataupun mineral sehingga dapat terbentuk mineral ini.
Reaksi kimia antara mineral sulfur dengan mineral-mineral ataupun
komposisi kimia yang terdapat pada batuan bercampur membentuk mineral
pirit yang memilikki komposisi kimia FeS2. Keterdapatan mineral klorit
pada daerah ini dapat membuktikan bahwa mineral ini termasuk kedalam
mineral ubahan dari mineral olivine yang terkena suhu panas atau biasanya
terbentuk pada zona potasik hidrotermal.
Tata guna lahan pada STA 3 ini adalah digunakan sebagai kawasan
observasi geologi, karena memang disana terdapat produk – produk bentang
alam maupun mineral yang tentu saja sangat menarik untuk diteliti lebih
lanjut. Potensi positifnya adalah dapat digunakan daerah-daerah terdekat
ataupun di STA 3 sebagai manisfestasi hidrotermal, sedangkan potensi
negatifnya adalah berupa longsoran dan bau yang kurang sedap yang
ditimbulkan oleh sulfur yang berada pada daerah tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
STA 1 termasuk dalam bentang alam vulkanik dan struktural, Morfologi
berupa Perbukitan, Lembah.Litologinya adalah Andesit (berwarna cerah,
abu-abu), breksi vulkanik, tufaan, konglomerat. Mineral yang terdapat
pada STA ini Plagioklas, Biotit, Hornblende.
STA 2 termasuk dalam bentang alam vulkanik,morfologi berupa
perbukitan, dan terdapat bentuk lahan hasil vulkanisme berupa fumarol.
litologinya Andesit teralterasi, materi piroklastik dan batuan beku.
Mineral-mineral yang terdapat adalah plagioklas, biotit, hornblende,
klorit, kristalobalit, dan silica amorf.
STA 3 termasuk dalam bentang alam vulkanik, morfologi berupa
perbukitan, terdapat bentuk lahan berupa fumarol yang mulai tidak aktif,
Andesit teralterasi, materi piroklastik dan batuan beku. Mineral-mineral
yang terdapat adalah plagioklas, biotit, hornblende, klorit, kristalobalit,
dan silica amorf.
5.2 Saran
Praktikan jangan terpusat pada satu daerah saja
Mendiskripsikan STA sesuai kemampuan
Asisten dan praktikan harus lebih komunikatif
DAFTAR PUSTAKA