40
LAPORAN KASUS BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO Disusun Oleh: Grisel Nandecya ( 2012730129) Pembimbing : dr. Irfan Taufik, Sp.S FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

LAPORAN KASUS

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO

Disusun Oleh:

Grisel Nandecya

( 2012730129)

Pembimbing :

dr. Irfan Taufik, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

STASE NEUROLOGI RSIJ PONDOK KOPI

2016

Page 2: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Benign

Paroxysmal Positional Vertigo ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir

zaman.

Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan

kepaniteraan klinik stase Neurologi tahun 2016. Dan juga untuk memperdalam

pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari sebelumnya.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya.

Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing laporan kasus ini dr. Irfan Taufik,

Sp.S yang telah membimbing dalam penyusunan laporan kasus. Terimakasih juga pada

semua pihak yang telah membantu dalam tahap pengumpulan referensi, analisis materi dan

penyusunan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi instansi

kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ Pondok Kopi pada umumnya.

Jakarta, 15 Mei 2016

Penulis

Page 3: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

BAB I

STATUS PASIENA. Identitas Pasien

Nama : Tn.S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 42 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kp. Pedaengan , Kec. Cakung , Jak-Tim

Tanggal Masuk : 08 Mei 2016

B. Anamnesis

a. Keluhan Utama

Pusing berputar sejak 3 jam SMRS

b. Keluhan Tambahan

Mual dan muntah sebanyak 2kali, muntah berisi makanan yang dimakan

sebelumnya, nyeri ulu hati.

c. Riwayat Penyakit Sekaran g

Pasien datang ke IGD RS. Islam Pondok Kopi dengan keluhan pusing berputar sejak

pukul 3 jam SMRS. Pusing berputar yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang

berbaring ditempat tidur, pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan

menghilang setelah beberapa. Saat ini, Pasien mengaku jika memiringkan posisi

kepalanya kekiri dan kekanan, maka pusing menjadi bertambah berat, dan berkurang

apabila pasien memejamkan matanya. Rasa pusing ini juga disertai rasa mual dan

muntah, muntah sebanyak ± 2 kali,muntah berisi makanan yang dimakan

sebelumnya.pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati nya. Keluhan telinga

berdengung dan menurunnya pendengaran disangkal . Keluhan pandangan ganda,

kabur atau gelap serta melihat cahaya seperti pelangi disangkal. Keluhan kesemutan

Page 4: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

di sekitar mulut disangkal, Kedua tangan dan kaki terasa baal disangkal. Keluhan

jantung berdebar dan sakit dada di sangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Os belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini

Riwayat hipertensi (+), Riwayat Gastritis (+).

Riwayat DM disangkal. Riwayat jatuh juga disangkal.

e. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hal yang serupa seperti pasien.

Tidak ada yang mengalami penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan DM.

f. Riwayat Pengobatan

Pasien rutin mengkonsumsi obat antihipertensi.

g. Riwayat Alergi

Tidak ada alergi obat, makanan dan minuman. Alergi terhadap debu dan cuaca

disangkal.

h. Riwayat Psikoksosial

Pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, senang mengkonsumsi kopi dan

makanan berlemak, sampai saat ini pasien merokok, tetapi riwayat minum alkohol

disangkal.

C. Pemeriksaan F isis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

- TD : 150/100 mmHg

- Suhu Tubuh : 36,0⁰C- Nadi : 92 kali/menit,

- Pernapasan : 20 kali/menit

Page 5: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Status Generalis

Kepala : Normochepal simetris, tidak tampak adanya deformitas, rambut

berwarna hitam distribusi rata

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-)/(-), pernapasan cuping

hidung(-) darah (-), nyeri tekan (-)

Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor (-),

faring hiperemis (-)

Telinga : Normotia, sekret (-)/(-) serumen (-), pendengaran berdengung (-)

Leher    : Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axila dan leher.

Thorax

Paru

Inspeksi : simetris

Palpasi : teraba focal fremitus diseluruh lapang paru

Perkusi : sonor

Asukultasi : vesikuler (+), ronkhi (-), whezzing (-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : redup

Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : perut cembung (-)

Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)

D. Status Neurologis

Page 6: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 à Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6

Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : -

Kernig : -

Lasegue : -

Brudzinski I, II : -

E. Pemeriksaan Nervus Cranial

1. Nervus Olfaktorius

Dextra Sinistra

Daya pembau Normosmia Normosmia

2. Nervus Optikus

Dextra Sinistra

Tajam Penglihatan Normal Normal

Lapang Pandang Normal Normal

Pengenalan Warna Normal Normal

Funduskopi

Tidak dilakukanPapil edema

Arteri:Vena

3. Nervus Okulomotorius

Dextra Sinistra

Ptosis - -

Gerakan Bola Mata

Medial

Atas

Bawah

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm

Page 7: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Refleks Cahaya Langsung + +

Refleks Cahaya Tidak Langsung + +

Akomodasi + +

4. Nervus Trokhlearis

Dextra Sinistra

Gerakan Mata

Medial Bawah Baik Baik

Diplopia Negative Negative

5. Nervus Trigeminus

Menggigit Normal

Membuka mulut Normal

Sensibilitas

Oftalmikus

Maksilaris

Mandibularis

+

+

+

+

+

+

Refleks kornea Tidak dilakukan

Refleks bersin Tidak dilakukan

6. Nervus Abdusens

Dextra Sinistra

Gerakan mata ke lateral + +

Nistagmus Negative

7. Nervus Facialis

Dextra Sinistra

Page 8: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Mengangkat alis + +

Kerutan dahi + +

Menutup mata Normal Normal

Meringis Normal Normal

Mengedip Normal Normal

Mengembungkan

pipi Normal Normal

8. Nervus Vestibulochoclearis

Dextra Sinistra

Tes bisik Normal Normal

Tes Rinne

Tidak dilakukanTes Weber

Tes Schwabach

9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus

Arkus faring Gerakan simetris

Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan

Tersedak Negative

Menelan Normal

Refleks muntah Tidak dilakukan

11. Nervus Assesorius

Dextra Sinistra

Memalingkan kepala Baik Baik

Mengangkat bahu Baik Baik

Sikap bahu Baik Baik

Trofi otot bahu Baik Baik

12. Nervus Hipoglossus

Sikap lidah Tidak ada deviasi

Page 9: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Fasikulasi -

Tremor lidah -

Atrofi otot lidah -

Artikulasi Normal

Kekuatan lidah Tidak dilakukan

Menjulurkan lidah Normal

F. Pemeriksaan Motorik

Anggota Gerak Atas

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Anggota Gerak Bawah

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Refleks Fisiologis

Dextra Sinistra

Biceps ++ ++

Triceps ++ ++

Ulnaris ++ ++

Radialis ++ ++

Patella ++ ++

Achilles ++ ++

Page 10: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Refleks Patologis

Dextra Sinistra

Babinski - -

Chaddocck - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Gonda - -

Hoffman Trommer - -

G. Pemeriksaan Sensorik

Dextra Sinistra

Rasa Raba

- Ekstremitas Atas

- Ekstremitas Bawah

+

+

+

+

Rasa Nyeri

- Ekstremitas Atas

- Ekstremitas Bawah

+

+

+

+

Rasa Suhu

- Ekstremitas Atas

- Ekstremitas Bawah

Tidak dilakukan

H. FUNGSI KOORDINASI

Romberg Sulit dilakukan

Heel – to-toe walking -

Jari hidung -

Pronasi supinasi -

Tumit Tidak dilakukan

Rebound phenomenon Tidak dilakukan

Arm bounce Tidak dilakukan

Tes telunjuk ke telunjuk Tidak dilakukan

Page 11: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

I. Resume

Pasien datang ke IGD RS. Islam Cempaka Putih dengan keluhan pusing berputar

sejak 3 jam SMRS. Pusing berputar yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang

berbaring ditempat tidur. Saat ini Pasien mengaku jika memiringkan posisi

kepalanya kekiri dan kekanan, maka pusing menjadi bertambah berat. Pusing

berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan menghilang setelah beberapa

menit. Rasa pusing ini juga disertai rasa mual sampai muntah sebanyak 2 kali,

muntah berisi makanan yang dia makan sebelumnya., Pasien juga mengeluhkan

sakit ulu hati.keluhan telinga berdengung dan gangguan pendengaran disangkal,

Keluhan pandangan ganda, kabur atau gelap serta melihat cahaya seperti pelangi

disangkal. Pasien belum pernah mengalami gejala yang sama. Riwayat hipertensi

terkontrol,riwayat gastritis (+) riwayat DM (-) , riwayat kolesterol (+).riwayat terjatuh

(-)

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

composmentis, tanda-tanda vital à TD : 150/100 mmHg, Suhu Tubuh : 36,0⁰C, Nadi

: 92 kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit.

Test romberg (sulit dilakukan ) , Pemeriksaan lain dalam batas normal.

DIAGNOSA

• Diagnosa Klinis :vertigo vestibular, Hipertensi

• Diagnosa Topis : Gangguan sistem vestibular perifer

• Diagnosa Etiologi : Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BBPV)

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Dix-Halpike position test

• Caloric test

• Ct-scan

• Elektronistamografi

TERAPI

Page 12: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Non-farmakologis:

Istirahat

Memperbaiki pola dan asupan diet

Latihan berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian mata ditutup

Olahraga yang menggerakan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring )

Farmakologis:

Betahistin

Flunarizin

Ondancetron & amlodipine

PROGNOSIS

• Quo ad vitam : dubia ad bonam

• Quo ad functionam : dubia ad bonam

• Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 13: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vertigo

Definisi

Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti berputar, dan “igo” yang

berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti

rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa

berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif). Vertigo

termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,

sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.

Klasifikasi Vertigo

Vertigo non-vestibular

Vertigo vestibular

o Vertigo vestibular sentral

o Vertigo vestibular perifer

Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular

Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-Vestibular

Waktu Episodik Konstan

Sifat Vertigo Berputar Melayang

Faktor

pencetus

Gerakan kepala, perubahan

posisiStress, hiperventilasi

Gejala

PenyertaMual, muntah, tuli, tinnitus

Gangguan mata, gangguan

somatosensorik

Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral

Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan

Page 14: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Intensitas Berat Sedang

Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada

Diperparah

perubahan posisi

kepala

Ya Kadang tidak berkaitan

Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut

Nistagmus

Nistagmus horizontal dan

rotatoar; ada nistagmus fatigue

5-30 detik

Nistagmus horizontal atau

vertical; tidak ada nistagmus

fatigue

Defisit nervi cranial

atau cerebellumTidak ada Kadang disertai ataxia

Pendengaran Seringkali berkurang atau

dengan tinnitusBiasanya normal

Penyebab

Meniere’s disease

Labyrinthitis

Positional vertigo

Neuroma akustik

Drugs

Massa Cerebellar / stroke

Encephalitis/ abscess otak

Insufisiensi Arteri Vertebral

Jenis Vertigo

Berdasarkan

Awitan

Serangan

Disertai Keluhan

Telinga

Tidak Disertai

Keluhan Telinga

Timbul Karena

Perubahan

Posisi

Vertigo

paroksismal

Penyakit Meniere,

tumor fossa cranii

posterior, transient

ischemic attack (TIA)

arteri vertebralis

TIA arteri vertebro-

basilaris, epilepsi,

vertigo akibat lesi

lambung

Benign

paroxysmal

positional

vertigo (BPPV)

Vertigo kronis

Otitis media kronis,

meningitis tuberkulosa,

tumor serebelo-pontine,

lesi labirin akibat zat

ototoksik

Kontusio serebri,

sindroma paska

komosio, multiple

sklerosis, intoksikasi

obat-obatan

Hipotensi

ortostatik,

vertigo

servikalis

Page 15: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Vertigo akut

Trauma labirin, herpes

zoster otikus, labirinitis

akuta, perdarahan

labirin

Neuronitis

vestibularis,

ensefalitis

vestibularis, multipel

sklerosis

-

B. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) didefinisikan sebagai vertigo

dengan nistagmus vertikal, horizontal atau rotatoar yang dicetuskan oleh perubahan posisi

kepala. Terdapat masa laten sebelum timbulnya nistagmus, reversibilitas, kresendo, dan

fenomena kelelahan (fatigue). Lama nistagmus terbatas, umumnya kurang dari 30 detik.

BPPV dikenal juga dengan nama vertigo postural atau kupulolitiasis, merupakan gangguan

keseimbangan perifer yang sering dijumpai.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Keseimbangan Perifer

Right membranous labyrinth

Alat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh tulang yang

paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam, tetapi

Page 16: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang

dan labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam labirin tulang dan bentuknya

hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membrane dan labirin tulang terdapat

perilimf, sedang endolimf terdapat didalam labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih

tinggi daripada cairan perilimf. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang

terapung dalam perilimf, yang berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga

kanalis semisirkularis, yaitu horizontal (lateral), anterior (superior), posterior (inferior).

Selain ke tiga kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.

Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan, yaitu:

1. Labirin anterior yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam pendengaran.

2. Labirin posterior, yang mengandung tiga kanalis semisirkularis, sakulus dan

utrikulus. Berperan dalam mengatur keseimbangan. (di utrikulus dan sakulus sel

sensoriknya berada di makula, sedangkan di kanalis sel sensoriknya berada di krista

ampulanya)

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan disekitarnya

tergantung kepada inputbsensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visial dan

proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,

sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis

semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-

sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut,

sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier

dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan

terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini disebabkan oleh geometridari kanalis

dan organ otolit serta ciri-ciri fisik dari struktur-struktur yang menutupi sel rambut.

Sel rambut

Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada

organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh

posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan menyebabkan

stereosilia membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut akan tereksitasi. Jika

Page 17: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia menjauh dari kinosilium maka

sel-sel rambut akan terinhibisi.

Kanalis semisirkularis

Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi

sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan

yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir satu bidang yang

sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu rotasi, salah satu dari pasangan kanalis

akan tereksitasi sementara yang satunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi

lurus normal dan terdapat percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke

kanan, maka serabut-serabut aferen dari kanalis hirizontalis kanan akan tereksitasi,

sementara serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal

misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi,

sementara kanalis posterior akan terinhibisi.

Organ otolit

Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir

horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan sel

rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya

sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak di bagian samping sel rambut yang

terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami

percepatan linier, sebagian serabut aferen akan tereksitasi sementara yang lainnya

terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang berbeda dari tiap makula, maka SSP mendapat

informasi tentang gerak linier dalam tiga dimensi, walaupun sesungguhnya hanya ada dua

makula.

Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron

ekstraokularis merupakan suatu jaras penting yang mengendalikan gerakan mata dan

refleks vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu

komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang

searah dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepal dan

berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk

kembali mengarahkan tatapan ke bagian lain dari lapangan pandang. Perubahan arah

Page 18: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

gerakan mata selama rangsangan vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus

normal.

C. Epidemiologi

BPPV merupakan vertigo vestibuler perifer yang paling sering dijumpai. 20 %

pasien dengan gejala vertigo mengalami BPPV. Berdasarkan jenis kelamin ada

predileksi lebih sering mengenai wanita (64%). Sedangkan berdasarkan usia,

umumnya menyerang populasi usia lanjut (rata-rata umur 51-57,2 tahun) sangat

jarang terjadi pada orang muda dibawah 35 tahun .

D. Etiologi

Pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Beberapa kasus

BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher, infeksi telinga

tengah atau operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada telinga dalam juga

merupakan penyebab BPPV sehingga insiden BPPV meningkat dengan bertambahnya usia.

Banyak BPPV yang timbul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa

deposit yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan

bejana menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi

kepala yang berubah.

E. Perjalanan penyakit

Perjalanan penyakit dari BPPV sangat bervariasi. Pada sebagian besar kasus

gangguan menghilang secara spontan dalam kurun waktu beberapa minggu, namun dapat

kambuh setelah beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang

hanya satu kali mengalaminya. Sesekali dijumpai penderita yang kepekaannya terhadap

vertigo posisional berlangsung lama.

Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari 1 menit. Namun, bila

ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai beberapa menit. Bila

serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini mengakibatkan penderitanya merasakan

kepalanya menjadi terasa ringan, merarsa tidak stabil, atau rasa mengambang yang

menetap selama beberapa jam atau hari.

Page 19: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-an dan

50-an tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai pada anak atau

orang yang sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan

biasanya bersifat torsional (rotatoar).

F. Patofisiologi

Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis

tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap

kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula

terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis

akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke arah

kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula

akan mengalami defleksi ke arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang

diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau

debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan defleksi

kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini menimbulkan

sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul sensasi berupa

vertigo.

Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori kupulolitiasis

dan kanalolitiasis.

Teori Kupulolitiasis

Pada tahun 1962, Schuknecht mengajukan teori kupulolitiasis untuk

menjelaskan patofisiologi BPPV. Kupulolitiasis adalah adanya partikel yang melekat pada

kupula krista ampularis. Schuknecht menemukan partikel basofilik yang melekat pada

kupula melalui pemeriksaan fotomikrografi. Dengan adanya partikel ini maka kanalis

semisirkularis menjadi lebih sensitif terhadap gravitasi. Teori ini dapat dianalogikan

sebagai adanya suatu benda berat yang melekat pada puncak sebuah tiang. Karena berat

benda tersebut, maka posisi tiang menjadi sulit untuk tetap dipertahankan pada posisi

netral. Tiang tersebut akan lebih mengarah ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu

kupula sulit untuk kembali ke posisi netral. Akibatnya timbul nistagmus dan pening

(dizziness).

Page 20: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Teori Kanalitiasis

Teori ini dikemukakan olleh Epley pada tahun 1980. Menurutnya gejala BPPV

disebabkan oleh adanya partikel yang bebas bergerak (canalith) di dalam kanalis

semisirkularis. Misalnya terdapat kanalit pada kanalis semisirkularis posterior. Bila kepala

dalam posisi duduk tegak, maka kanalit terletak pada posisi terendah dalam kanalis

semisirkularis posterior. Ketika kepala direbahkan hingga posisi supinasi, terjadi

perubahan posisi sejauh 90°. Setelah beberapa saat, gravitasi menarik kanalit hingga posisi

terendah. Hal ini menyebabkan endolimfa dalam kanalis semisirkularis menjauhi ampula

sehingga terjadi defleksi kupula. Defleksi kupula ini menyebabkan terjadinya nistagmus.

Bila posisi kepala dikembalikan ke awal, maka terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula

nistagmus pada arah yang berlawanan.

Teori ini lebih menjelaskan adanya masa laten antara perubahan posisi kepala

dengan timbulnya nistagmus. Parnes dan McClure pada tahun 1991 memperkuat teori ini

dengan menemukan adanya partikel bebas dalam kanalis semisirkularis posterior. Saat

melakukan operasi kanalis tersebut.

Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras, otokonia

yang terdapat pda utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang terlepas ini kemudian

memasuki kanalis semisirkularis sebagai kanalit. Adanya kanalit didalam kanalis

semisirkularis ini akan memnyebabkan timbulnya keluhan vertigo pada BPPV. Hal inilah

yang mendasari BPPV pasca trauma kepala.

G. Diagnosis

1. Gejala Klinis

BPPV terjadi secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun

tidur, ketika berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien merasakan pusing

berputar yang lama kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara

perubahan posisi kepala dengan timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya

perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan menghilang setelah 30

detik sedangkan serangan berulang sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan

berhari-hari hingga berbulan-bulan.

Page 21: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian hari.

Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual dan muntah.

Sensasi ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula, namun arah

nistagmus yang timbul adalah sebaliknya.

Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan

memprovoksi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari

kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau

perasat Sidelying.

Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut : 1)

terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan; 2) nistagmus yang khas; 3) adanya

masa laten; 4) lamanya serangan terbatas; 5) arah nistagmus berubah bila posisi kepala

dikembalikan ke posisi awal; 6) adanya fenomena kelelahan/fatique nistagmus bila

stimulus diulang

2. Pemeriksaan fisik dan penunjang.

Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara

memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari

kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau

Sidelying. Perasat Dix-hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi

kepala sangat sempurna untuk canalith repositioning treatment. Pada pasien BPPV parasat

Dix-Hallpike akan mencetuskan vertigo (perasaan pusing berputar) dan nistagmus.

3. Pemeriksaan perasat Dix-Hallpike

Merupakan pemeriksaan klinis standar untuk pasien BPPV. Perasat Dix-Hallpike

secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang

kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan perasat Dix-Hallpike kiri pada bidang

posterior kiri. Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada

meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan

dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-300 pada

ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon

pada monitor dilakukan selama ±1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan

Page 22: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan dengan canalith repositioning treatment

(CRT). Bila tidak ditemukan respon yang abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti

dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali. Lanjutkan pemeriksaan

dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 ke kiri, tunggu

maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon

abnormal, dapat dilanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila

tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.

4. Perasat Sidelying

Terdiri dari dua gerakan yaitu perasat sidelying kanan yang menempatkan kepala

pada posisi di mana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus

garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah, dan perasat sidelying kiri

yang menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior

kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling

bawah.

Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja ,

kepala ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien

kembali ke posisi duduk untuk untuk dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara cepat

dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 450 ke kanan. Tunggu 40 detik sampai

timbul respon abnormal.

Page 23: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) tidak dapat memperlihatkan nistagmus

jenis rotatoar yang dapat ditemukan pada penderita BPPV. ENG berguna dalam deteksi

adanya nistagmus dan waktu timbulnya pada nistagmus jenis lain. Tes kalori akan

menunjukkan hasil yang normal. BPPV dapat dijumpai pada telinga yang tidak

menunjukkan adanya respon terhadap tes kalori. Hal ini disebabkan tes kalori menguji

kanalis semisirkularis (KSS) horizontal. KSS Horizontal dan posterior memiliki persarafan

dan suplai pembuluh darah yang berbeda. Dengan demikian BPPV yang timbul pada

pasien yang tidak memberikan respon pada tes kalori disebabkan oleh kanalit pada KSS

posterior atau anterior.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan BPPV meliputi observasi, obat-obatan untuk menekan fungsi

vestibuler (vestibulosuppressan), reposisi kanalit dan pembedahan. Dasar pemilihan tata

laksana berupa observasi adalah karena BPPV dapat mengalami resolusi sendiri dalam

waktu mingguan atau bulanan. Oleh karena itu sebagian ahli hanya menyarankan

observasi. Akan tetapi selama waktu observasi tersebut pasien tetap menderita vertigo.

Akibatnya pasien dihadapkan pada kemungkinan terjatuh bila vertigo tercetus pada saat ia

sedang beraktivitas.1,2,6

Obat-obatan penekan fungsi vestibuler pada umumnya tidak menghilangkan vertigo.

Istilah “vestibulosuppresant” digunakan untuk obat-obatan yang dapat mengurangi

timbulnya nistagmus akibat ketidakseimbangan sistem vestibuler. Pada sebagian pasien

pemberian obat-obat ini memang mengurangi sensasi vertigo, namun tidak menyelesaian

masalahnya. Obat-obat ini hanya menutupi gejala vertigo. Pemberian obat-obat ini dapat

menimbulkan efek samping berupa rasa mengantuk. Obat-obat yang diberikan diantaranya

Page 24: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

diazepam dan amitriptilin. Betahistin sering digunakan dalam terapi vertigo. Betahistin

adalah golongan antihistamin yang diduga meningkatkan sirkulasi darah ditelinga dalam

dan mempengaruhi fungsi vestibuler melalui reseptor H3

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang

kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh

adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual

atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu

latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,

membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan

latihan ialah :

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk

meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.

2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak

miring).

Page 25: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

tertutup.

4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.

5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh

jari kaki lainnya dalam melangkah).

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.

7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga

memfiksasi pada objek yang diam.

Tiga macam perasat dilakukan umtuk menanggulangi BPPV adalah CRT (Canalith

repositioning Treatment ) , perasat liberatory dan latihan Brandt-Daroff.

1. Latihan CRT / Epley manouver

Keterangan Gambar :

Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri (1), kemudian langsung tidur sampai

kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo

sampai hilang, kemudian putar kepala  ke arah kanan ( sebaliknya ) perlahan sampai muka

Page 26: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo, kemudian duduk dengan

kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudian ke arah lantai (4), masing-masing

gerakan ditunggu lebih kurang 30 – 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain

berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

Untuk Rolling / Barbeque maneuver, dilakukan dengan cara berguling sampai 360′,

mula-mula posisi tiduran kepala menghadap ke atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke

kiri (kepala dan badan) secara perlahan-lahan, jika timbul vertigo, berhenti dulu tapi jangan

balik lagi, sampai hilang, setelah hilang berguling diteruskan, sampai akhirnya kembali ke

posisi semula.

2. Latihan Semont Liberatory

Keterangan Gambar :

Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh

ke kiri, kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan

posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik), kemudian tanpa merubah

posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi

semula.   Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.

3. Latihan Brand-Darroff exercise :

Page 27: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

Keterangan Gambar :

Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama

posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik

posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing

gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,pertama cukup 1-2 kali

kiri kanan, besoknya makin bertambah.

Tindakan bedah hanya dilakukan bila prosedur reposisi kanalit gagal dilakukan.

Terapi ini bukan terapi utama karena terdapat risiko besar terjadinya komplikasi berupa

gangguan pendengaran dan kerusakan nervus fasialis. Tindakan yang dapat dilakukan

berupa oklusi kanalis semisirkularis posterior, pemotongan nervus vestibuler dan

pemberian aminoglikosida trastimpanink.

Page 28: Lapkas Bpp-Vertigo Grisel Rsij Ponkop

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M,Sidharta P.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat; 2008.

2. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and

Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6

3. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with

Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)

4. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular

migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338

5. Lumbantobing SM. Neurogeriatri, Jakarta ; Balai Penerbit FKUI ; 2011

6. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, BJMP

2010;3(4):a351

7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed

for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.