33
 LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN  Nama : Ny. D Umur : 29 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Desa Cipeuyeum Tgl R! : "# Desember 2$"" ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : %emas sejak & " bulan !R!. RIWA Y A T PENYAKIT SEKARANG : Pasien a'alah se(rang ibu rumah tangga usia 29 tahun) su'ah menikah saat usia 2$ tahun) menurut pengakuan pasien suaminya bekerja sebagai supir truk luar k(ta * pasien juga mengaku kalau pulang ke rumah suaminya sering n(ngkr(ng+n(ngkr(ng 'i ,arung ke-il pa'a malam hari. !ekitar tahun yang lalu pasien 'i'iagn(sis sakit /I0 lalu pasien 'i 0CT 'an hasilnya reakti1) selanjutnya pasien 'iberi peng(batan AR0) a,alnya pasien rutin minum (bat * rutin -(ntr(l namun sekitar tahun yang lalu pasien berhenti minum (bat * ti'ak pernah lagi -(ntr(l. Pasien 'atang 'engan keluhan ba'annya terasa lemas sejak & " bulan !R!. enurut pasien kalau 'irumah pasien lebih sering ti'ur 'ikasur 34 5$6 hanya berbaring 'itempat ti'ur7 namun  pasien masih mampu berjalan ke 8C bila ingin A * A) namun sekitar " minggu belakang ini pasien merasa ba'annya semakin lemas * pasien ti'ak bisa berjalan. Pasien juga mengeluh  batuk ; batuk) batuk ; batuk 'irasakan su'ah 2 bulan yang lalu) batuknya ber'ahak) batuk 'arah 'isangkal) pasien juga menegluh agak sesak kalau bernapas) kalau malam keluar keringat) pasien  juga mengeluh ba'annya sering 'emam sekitar su'ah " tahun) 'emamnya hilang timbul) kejang+ kej ang 'is angk al) na1 su makanny a menurun) pas ien juga mengaku berat ba'a nnya semakin menur un 'ari 52 kg ; < kg. Pasie n juga mengeluh ba'annya terasa ngil u ; ngilu) kepal a terasa sakit * pusing) mual 'an muntah) pasien juga mengeluh Anya sering men-ret ; men-ret)

Lapkas III Hiv

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

LAPORAN KASUSIDENTITAS PASIENNama: Ny. DUmur: 29 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Desa CipeuyeumTgl MRS: 14 Desember 2011

ANAMNESISKELUHAN UTAMA:Lemas sejak 1 bulan SMRS.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Pasien adalah seorang ibu rumah tangga usia 29 tahun, sudah menikah saat usia 20 tahun, menurut pengakuan pasien suaminya bekerja sebagai supir truk luar kota & pasien juga mengaku kalau pulang ke rumah suaminya sering nongkrong-nongkrong di warung kecil pada malam hari. Sekitar 7 tahun yang lalu pasien didiagnosis sakit HIV lalu pasien di VCT dan hasilnya reaktif, selanjutnya pasien diberi pengobatan ARV, awalnya pasien rutin minum obat & rutin control namun sekitar 3 tahun yang lalu pasien berhenti minum obat & tidak pernah lagi control.Pasien datang dengan keluhan badannya terasa lemas sejak 1 bulan SMRS. Menurut pasien kalau dirumah pasien lebih sering tidur dikasur (> 50% hanya berbaring ditempat tidur) namun pasien masih mampu berjalan ke WC bila ingin BAK & BAB, namun sekitar 1 minggu belakang ini pasien merasa badannya semakin lemas & pasien tidak bisa berjalan. Pasien juga mengeluh batuk batuk, batuk batuk dirasakan sudah 2 bulan yang lalu, batuknya berdahak, batuk darah disangkal, pasien juga menegluh agak sesak kalau bernapas, kalau malam keluar keringat, pasien juga mengeluh badannya sering demam sekitar sudah 1 tahun, demamnya hilang timbul, kejang-kejang disangkal, nafsu makannya menurun, pasien juga mengaku berat badannya semakin menurun dari 52 kg 36 kg. Pasien juga mengeluh badannya terasa ngilu ngilu, kepala terasa sakit & pusing, mual dan muntah, pasien juga mengeluh BABnya sering mencret mencret, BAB darah disangkal, pasien juga mengeluh kalau BAK terasa nyeri, BAKnya berwarna kuning, BAK darah disangkal. Pasien juga mengeluh sering sariawan dan nyeri ditenggorakan. Pasien juga mengeluh kulitnya terasa gatal dan timbul merah merah dikulit.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :Riwayat Asma, hipertensi, sakit jantung, KP disangkal.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :Riwayat Asma, hipertensi, sakit jantung, DM, KP disangkal.RIWAYAT PENGOBATAN :Pasien sering berobat untuk keluhan batuk dan demam. Namun pasien merasa tidak ada perbaikan. RIWAYAT PSIKOSOSIAL :Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, sudah menikah & sudah memiliki anak. Kesahariannya pasien tinggal bersama anaknya sedangkan suaminya bekerja sebagai supir truk luar kota & pulang ke rumah setiap 1 minggu sekali. Namun semenjak sakit, pasien tinggal bersama orang tuanya.RIWAYAT ALERGI :Disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK Pasien tampak sakit sedang dan kesadaran compos Mentis, tampak sangat kurus, sesak dan terlihat sangat lemah. Kurang kooperatif saat diwawancara karena suaranya tidak jelas. Saat diwawancara pasien dalam keadaan berbaring di tempat tidur. Tek. Darah pasien 110/80 mmHg, Pulse 128 kali/mnt, RR 32 kali/mnt, Suhu 38,40 C. Tinggi Badan 158 cm dengan Berat Badan 36 kg, IMT 14,42 ( Underweight ) HENT :Kepala bentuk Normocephal. Rambut warna hitam, tidak mudah rontok, distribusi jarang. Mata tampak cekung, sclera tidak tampak ikterik, conjungtiva mata kanan & kiri tampak anemis. Hidung, tidak terdapat Deviasi septum, tidak terdapat sekret, tidak terdapat darah.Mulut, Bibir tampak kering, terdapat bercak putih pada lidah, palatum durum, palatum molle, dan dinding lateral. Bercak tebal.Telinga, tidak tampak Cairan dan serumen. Leher tidak tampak Retraksisuprasternal, pembesaran KGB (+). Thorax:Jantung, Ictus cordis pada sela iga V linea midclavicula, BJ I & II normal, murmur (-), Gallop (-)Paru, Bentuk dan pergerakan dada simetris pada keadaan diam dan bergerak, retraksi (-), vocal fremitus sama di paru kanan dan kiri, perkusi sonor di paru kanan dan kiri, suara nafas Vesikuler tanpa Wheezing,namun terdapat Ronchi Basah Halus pada kedua lapang paru. Abdomen : Datar, lembut. Bising usus normal, terdapat nyeri tekan epigastrium dan hipogastrik sinistra, terdapat nyeri tekan suprapubik, teraba pembesaran hepar ( teraba 2 jari di bawah arcus costae, tepi tumpul, permukaan rata, konsistensi kenyal ) dan tidak teraba pembesaran limpa. Genitalia, tidak teraba adanya pembesaran KGB inguinal, genital normal. Extremitas : Akral hangat, RCT < 2, tidak ada edema, tidak ada sianosis PEMERIKSAAN PENUNJANGTanggal 14 Desember 2011 :ParameterNilaiNilai Rujukan

WBC190004800 10800

LY %6,320,0 40,0

MO %2,00,0 11,0

GR %91,740,0 70,0

LY %1,21,0 4,3

MO %0,40,0 1,2

GR %17,41,9 7,6

RBC3,154,20 5,40

HGB8,012,0 16,0

HCT25,937,0 47,0

MCV82,280,0 94,0

MCH25,427,0 31,0

MCHC30,933,0 -37,0

PLT366000150000 450000

RDW17,69,0 14,0

PCT0,090,100 0,500

MPV2,68,0 12,0

PDW17,010,0 18,0

Tanggal 14 Desember 2011 :Tanggal PemeriksaanSpecimen DahakHasil Pemeriksaan

14 12 2011A ( sewaktu )Negatif

14 12 2011B ( Pagi )Negatif

14 12 2011C ( sewaktu )Negatif

Tanggal 15 Desember 2011 :

Rontgen Thoraks :Klinis :Cor membesarSinuses & diaphragma normalPulmo : hili kasar & corakan bertambah. Tampak bercak lunak & kranialisasiKesan: TB Paru Aktif dgn Pembesaran jantung Bendungan paru.

Tanggal 15 Desember 2011 :ParameterHasil Pemeriksaan

Nilai Rujukan

GDP44 mg%70 110

Ureum13,1 mg510 50

Kreatinin0,6 mg%0,5 1,0

S.G.P.T19 UL< 32

DAFTAR MASALAH1.HIV-AIDS Positif2.Wasting Syndrome3.Infeksi Oportunis ( TB Paru, Kandidosis, Gastroenteritis )4.Anemia5.Sepsis1. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)Assessment:Terdapat faktor risiko dari AIDS (Riwayat Hub. Seks dengan suami yg pernah berhubungan seks dengan WTS). Didapatkan tanda dan gejala dari HIV-AIDS, seperti wasting syndrome, Kandidosis, infeksi oportunistik pada saluran pernapasan, pencernaan dan urogenital. Hasil Lab didapatkan Leukositosis, Anemia. Hasil VCT Reaktif.Planning: Pemeriksaan Jumlah CD4+ Pemeriksaan Urinalisa Pemberian Anti Retro Viral (ARV) dengan memperhatikan keluhan dan gejala penyakit lain. Konseling.2. Wasting SyndromeAssessment:Pasien mengeluhkan Lemas dan penurunan berat badan yang drastis dalam 5 tahun belakangan ini (dari sekitar 50 kg menjadi sekitar 36 kg), disertai perubahan bentuk massa otot. BB 45 Kg, TB 165, IMT 14,42 ( Underweight ).

Planning: Untuk mengurangi keluhan mual dan muntah membantu peningkatan asupan makanan dapat diberikan obat seperti Megace dan Marinol. Obati diare dan infeksi oportunistik dalam usus dan membantu mengurangi penyerapan zat gizi. Suplemen gizi seperti Juven atau protein whey juga dapat membantu berat badan meningkat

3. Infeksi Oportunis pada HIV-AIDS (TB Paru, Kandidosis, Gastroenteritis, ISK)Assessment:Mulut dan bibir terasa perih, terdapat bercak putih pada seluruh mulut. Pasien mengeluhkan batuk sejak 2 bulan yang lalu disertai meriang, adanya keringat malam, demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun. BAB mencret, tidak terdapat darah dan lendir pada kotoran, nyeri saat BAK, hematuria disangkal. Rontgen Thorax KP Duplex Aktif.Planning:

4. AnemiaAssessment:Pasien mengeluhkan lemas dan pusing. Pemeriksaan darh rutin :HGB: 8,0 (14 - 18 g/dL)MCV: 82,2(80 - 94 fL)MCH: 25,4(27 - 31 pg)MCHC: 30,9(33,0 37,0 103/uL)Planning:Anemia Pengobatan Infeksi HIV dengan ARV Transfusi bila terjadi hipoksia yg ditandai dengan Dyspneu deffort. Pemberian zat besi, vitamin B12, dan Asam Folat. Pengobatan Infeksi oportunistik Pemberian Eritropoetin.

5. SepsisAssessment :Demam, mual, muntah, diare. Pada pemeriksaan fisik : Suhu : 38,40 C, Takipneu ( 32x / mnt ), takikardi ( 128x / mnt ). Pada pemeriksaan lab :Leukositosis ( 19000 ).Planning : Ciprofloxacin ( 400 mg q12h ) Vancomycin ( 15 mg/kgBB q12h -> 500 mg q12h )

TINJAUAN PUSTAKAPengerertian HIV/AIDSAIDS dapat diartikan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk dalam famili retroviridae. Penyakit ini ditandai oleh infeksi oportunistik dan atau beberapa jenis keganasan tertentu. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.HIV/AIDS dapat juga dapat berupa sindrom akibat defisiensi imunitas seluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik dan keganasan berakibat fatal. Munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh dimana proses ini tidak terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun.

Epidemiologi AIDSInfeksi AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika oleh CDC (Central for Disease Control) pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual sedangkan pada anak tahun 1983. Di Indonesia kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada 1987 yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi3. Karena AIDS bukan penyakit maka AIDS tidak menular, yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah, cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan .Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV atau dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.Secara epidemiologik yang penting sebagai media perantara virus HIV adalah semen, darah dan cairan vagina atau serviks. Penularan virus HIV secara pasti diketahui melalui hubungan seksual (homoseksual, biseksual dan hetero-seksual) yang tidak aman, yaitu berganti-ganti pasangan, seperti pada promiskuitas. Penyebaran secara ini merupakan penyebab 90% infeksi baru di seluruh dunia. Penderita penyakit menular seksual terutama ulkus genital, menularkan HIV 30 kali lebih mudah dibandingkan orang yang tidak menderitanya. Parenteral, yaitu melalui suntikan yang tidak steril, misalnya pada pengguna narkotik suntik, pelayanan kesehatan yang tidak memperhatikan sterilitas, mempergunakan produk darah yang tidak bebas HIV, serta petugas kesehatan yang merawat penderita HIV/AIDS secara kurang hati-hati. Perinatal, yaitu dari ibu yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya. Transmisi HIV-I dari ibu ke janin dapat mencapai 30%, sedangkan HIV-2 hanya 10%. Penularan secara ini biasanya terjadi pada akhir kehamilan atau saat persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya banyak, dan/ atau jumlah reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih mudah terjadi. Ternyata HIV masih mungkin ditularkan melalui air susu ibu.Berdasarkan cara penularan, insidensi tertinggi penularan AIDS melalui hubungan heteroseksual diikuti pengguna narkotika (nafza). Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (portd entree). Gambaran insidensi jumlah penderita AIDS berdasarkan cara penularan AIDS dapat dilihat pada grafik 2.2.1.

Nafza Heteroseksual Homoseksual Perinatal Tansfusi darah Tidak diketahui

Gambar 2.2.1 Jumlah penderita AIDS berdasarkan Cara Penularan berdasarkan Tahun Pelaporan sd 31 Desember 2008

Pada 10 tahun pertama sejak penderita AIDS pertama ditemukan di Indonesia, peningkatan jumlah kasus AIDS masih rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 kasus dan HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel. Pada akhir abad ke 20 terlihat kenaikan yang sangat berarti dari jumlah kasus AIDS dan di beberapa daerah pada sub-populasi tertentu, angka prevalensi sudah mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam kelompok negara dengan epidemi terkonsentrasi. Peningkatan jumlah penderita AIDS di Indonesia tiap tahun ditunjukkan pada gambar 2.2.2

Gambar 2.2.2 Jumlah Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Tahun Pelaporan sd 31 Desember 200810

Distibusi umur penderita AIDS pada tahun 2008 memperlihatkan presentasi tertinggi pada golongan umur 20-29 tahun dan penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dapat dilihat pada grafik 2.2.3.

Gambar 2.2.3 Jumlah Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Kelompok Umur Tahun Pelaporan sd 31 Desember 200810

Gambar 2.2.4 Jumlah Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun TerakhirBerdasarkan Jenis Kelamin Tahun Pelaporan sd 31 Desember 200810

Etiologi AIDSPenyebab AIDS adalah sejenis virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. HIV terdiri dari 2 tipe yaitu virus HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus RNA (Ribonucleic Acid) yang termasuk retrovirus dan lentivirus.

Karakteristik HIV : Tidak dapat hidup di luar tubuh manusia Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia Kerusakan sistem kekebalan tubuh menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit Semua orang dapat terinfeksi HIV Orang dengan HIV + terlihat sehat dan merasa sehat Orang dengan HIV + tidak tahu bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV Seorang pengidap HIV yang belum menunjukkan gejala dapat menularkan kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian infeksi HIV yaitu dengan tes darah.Virus HIV termasuk virus RNA positif yang berkapsul. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid seperti terlihat pada gambar 2.3.1. Pada permukaan kapsul virus terdapat glikoprotein transmembran gp41 dan glikoprotein permukaan gp120. Di antara nukleokapsid dan kapsul virus terdapat matriks protein. Selain itu juga terdapat tiga protein spesifik untuk virus HIV, yaitu enzim reverse transkriptase (RT), protease (PR), dan integrase (IN). Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran plasma sel pejamu).

Gambar 2.3.1 Struktur virus HIV16

Infeksi HIV terjadi saat HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel Thelper dengan melekatkan dirinya pada protein permukaan CD4+. CD4+ berikatan dengan gp120 berupa glikoprotein yang terdapat pada selubung virus HIV. Setelah terjadi ikatan maka RNA virus masuk kedalam sitoplasma sel dan berubah menjadi DNA dengan bantuan enzim RT. Setelah terbentuk DNA, virus menerobos masuk kedalam inti sel. Dalam inti sel, DNA HIV disatukan pada DNA sel yang terinfeksi dengan bantuan enzim integrase. Waktu sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA HIV diaktifkan dan membuat bahan baku untuk virus baru. Virus yang belum matang mendesak ke luar sel yang terinfeksi dengan proses yang disebut budding atau tonjolan. Virus yang belum matang melepaskan diri dari sel yang terinfeksi. Setelah melepaskan diri, virus baru menjadi matang dengan terpotongnya bahan baku oleh enzim protease dan kemudian dirakit menjadi virus yang siap bekerja. Keseluruhan siklus hidup HIV dapat dilihat pada gambar 2.3.2.

Gambar 2.3.2 Siklus hidup HIV19Diagnosis HIV/AIDSDalam menentukan diagnosis HIV positif dapat ditegakkan berdasarkan beberapa hal. Dalam menentukan diagnosis awal dapat dilihat dari riwayat penyakit-penyakit yang pernah diderita yang menunjukkan gejala HIV dan pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda infeksi opurtunistik. Selain itu riwayat pergaulan dapat membantu dalam menegakkan diagnosa AIDS karena dapat menjadi sumber informasi awal penularan penyakit, hal ini seperti yang terlihat pada tabel 2.5.1.

Tabel 2.5.1 Cara menentukan diagnosis dini infeksi HIV berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium dalam menentukan diagnosis infeksi HIV dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menunjukkan adanya antibodi spesifik. Berbeda dengan virus lain, antibodi tersebut tidak mempunyai efek perlindungan. Pemeriksaan secara langsung dapat dilakukan, yaitu antara lain dengan melakukan biakan virus, antigen virus (p24), asam nukleat virus.Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan Rapid Test, Enzime Linked Sorbent Assay (ELISA) dan Western Blot. Sesuai dengan pedoman nasional, diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda atau 2 jenis pemeriksaan Rapid Test yang berbeda dan 1 pemeriksaan ELISA.Pada pemeriksaan ELISA, hasil test ini positif bila antibodi dalam serum mengikat antigen virus murni di dalam enzyme-linked antihuman globulin. Pada minggu 23 masa sakit telah diperoleh basil positif, yang lama-lama akan menjadi negatif oleh karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam tubuh .Interpretasi pemeriksaan ELISA adalah pada fase pre AIDS basil masih negatif, fase AIDS basil telah positif. Hasil yang semula positif menjadi negatif, menunjukkan prognosis yang tidak baik.Pemeriksaan Western Bolt merupakan penentu diagnosis AIDS setelah test ELISA dinyatakan positif. Bila terjadi serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan infeksi HIV primer, harus segera dikonfirmasikan dengan test WB ini. Hasil test yang positif akan menggambarkan garis presipitasi pada proses elektroforesis antigen-antibodi HIV di sebuah kertas nitroselulosa yang terdiri atas protein struktur utama virus. Setiap protein terletak pada posisi yang berbeda pada garis, dan terlihatnya satu pita menandakan reaktivitas antibodi terhadap komponen tertentu virus. Berdasarkan kriteria WHO, serum dianggap positif antibodi HIV-1 bila 2 envelope pita glikoprotein terlihat pada garis. Serum yang tidak menunjukkan pita-pita tetapi tidak termasuk 2 envelope pita glikoprotein disebut indeterminate. Hasil indeterminate harus dievaluasi dan diperiksa secara serial selama 6 bulan sebelum dinyatakan negatif. Bila hanya dijumpai 1 pita saja yaitu p24, dapat diartikan hasilnya fase positif atau fase dini AIDS atau infeksi HIV-1.31,32 Waktu antara infeksi dan serokonversi yang berlangsung beberapa minggu disebut antibody negative window period. Pada awal infeksi, antibodi terhadap glikoprotein envelope termasuk gp41 muncul dan menetap seumur hidup. Sebaliknya antibodi antigen inti (p24) yang muncul pada infeksi awal, jumlahnya menurun pada infeksi lanjut. Pada infeksi HIV yang menetap, titer antigen p24 meningkat, dan ini menunjukkan prognosis yang buruk. Penurunan cepat dan konsisten antibodi p24 juga menunjukkan prognasi yang buruk.

Stadium Klinis HIV/AIDSWHO telah menetapkan Stadium Klinis HIV/AIDS untuk dewasa maupun anak dimana stadium klinis HIV/AIDS masing-masing terdiri dari 4 stadium. Jika dilihat dari gejala yang terjadi pembagian stadium klinis HIV/AIDS adalah sebagai berikut :33Tabel 2.6.1 Stadium klinik HIV/AIDS Clinical Stage 1

Asymptomatic Persistent generalized lymphadenopathy

Clinical Stage 2

Moderate unexplained weight loss (10% of presumed or measured body weight) Unexplained chronic diarrhea for >1 month Unexplained persistent fever for >1 month (>37.6C, intermittent or constant) Persistent oral candidiasis (thrush) Oral hairy leukoplakia Pulmonary tuberculosis (current)

Severe presumed bacterial infections (eg, pneumonia, empyema, pyomyositis, bone or joint infection, meningitis, bacteremia) Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis, or periodontitis Unexplained anemia (hemoglobin 35), memerlukan kortikosteroid dan diberikan sesegera mungkin (dalam 72 jam) belum terapi antibiotika untuk menekan risiko komplikasi dan memperbaiki prognosis.16,18 Pada kasus-kasus ringan-sedang dapat diberikan kotrimoksazol oral dengan dosis 2 x 960 mg selama 21 hari. Alternatif terapi lainnya untuk PCP berat adalah pentamidin intravena (pilihan kedua) dan klindamisin plus primakuin (pilihan ketiga), sedangkan PCP ringan-sedang dapat diberikan dapsone plus trimetoprim, klindamisin plus primakuin, atovaquone atau trimetrexate plus leucovorin.Tuberkulosis paru (TB paru) masih merupakan problem penting pada infeksi HIV/AIDS dan menjadi penyebab kematian pada sekitar 11% penderita. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada akhir tahun 2000 kira-kira 11,5 juta orang penderita infeksi HIV di dunia mengalami ko-infeksi M. tuberculosis dan meningkatkan risiko kematian sebesar 2 kali lipat dibandingkan tanpa tuberkulosis, dan seiring dengan derajat beratnya imunosupresi yang terjadi.Penatalaksanaan TB paru dengan infeksi HIV pada dasarnya sama dengan tanpa infeksi HIV. Saat pemberian obat pada koinfeksi TBC-HIV harus memperhatikan jumlah CD4 dan sesuai dengan rekomendasi yang ada (tabel 2.8.6.). Namun pada beberapa atudi mendapatkan tingginya angka kekambuhan pada penderita yang menerima Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan dibandingkan dengan 9-12 bulan. Terdapat interaksi antara obat ARV dengan OAT, terutama rifampicin karena rangsangannya terhadap aktivitas sistem enzim liver sitokrom P450 yang memetabolisme PI dan NNRTI, sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease inhibitor dan NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak efektifnya sehingga terjadi penurunan kadar PI dan NNRTI dalam darah sampai kadar sub-terapeutik yang berakibat incomplete viral suppresion dan timbulnya resistensi obat. Protease inhibitor dan NNRTI dapat pula mempertinggi atau menghambat sistem enzim ini dan berakibat terganggunya kadar rifampicin dalam darah. Interaksi obat-obat ini akhirnya berakibat tidak efektifnya obat ARV dan terapi tuberkulosis serta meningkatnya risiko toksisitas obat, sehingga pemakaian bersama obat-obat tersebut tidak direkomendasikan.

Tabel 2.7.4 Rekomendasi untuk memulai terapi TBC pada penderita HIV/AIDS Jumlah sel CD4 (per mm3)Regimen yang dianjurkanKeterangan

< 200Mulai terapi TBC Mulai ARV segera setelahditerapiTBC dapat ditoleransi (antara 2 minggu-2 bulan) Paduan yang mengandung EFV Dianjurkan ARV:EFV adalah kontrainkasi untuk ibu hamil atau perempuan usia subur tanpa kontrasepsi, sehingga EFV dapat diganti

200 -350 Mulai terapi TBCPertimbangan ARV:Mulai salah satu paduan di bawah ini setelah fase Intensif : Paduan yang mengandungEFV Paduan yang mengandung NVP jika paduan TBC fase lanjutan tidak menggunakan rifampisin

> 350 Mulai terapi TBC Tunda ARV

CD4 tidak memungkinkanuntuk diperiksaMulai terapi TBCPertimbangan ARV

.Sarkoma Kaposi jenis endemik, merupakan manifestasi keganasan yang paling sering dijumpai pada penderita HIV/AIDS. Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus ini ditandai dengan lesi-lesi tersebar di daerah mukokutan, batang tubuh, tungkai atas dan bawah, muka dan rongga mulut. Bentuk lesi berupa makula eritematosa agak menimbul, berwarna hijau kekuningan sampai violet. Cara penularannya melalui kontak seksual. Karsinoma sel skuamosa tipe in situ maupun invasif di daerah anogenital; limfoma terutama neoplasma sel limfosit B; keganasan kulit non melanoma serta nevus displastik dan melanoma, merupakan neoplasma lainnya yang sering dijumpai pada penderita HIV/AIDS.Seperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi akan lebih efektif bila dalam keadaan baru dan besarnya terbatas. Radiasi, kemoterapi dan imunomodulator interferon telah dicoba, yang sebenarnya lebih ditujukan untuk memperpanjang masa hidup, sehingga lama terapi sulit ditentukan.Dalam keadaan tidak dapat mengurus dirinya sendiri atau dikhawatirkan sangat menular, sebaiknya penderita dirawat di Rumah Sakit tipe A atau B yang mempunyai berbagai disiplin keahlian dan fasilitas ICU. Perawatan dilakukan di Unit sesuai dengan gejala klinis yang menonjol pada penderita. Harapan untuk sembuh memang sulit, sehingga perlu perawatan dan perhatian penuh, termasuk memberikan dukungan moral sehingga rasa takut dan frustrasi penderita dapat dikurangi. Guna mencegah penularan di rumah sakit terhadap penderita lain yang dirawat maupun terhadap tenaga kesehatan dan keluarga penderita, perlu diberikan penjelasan-penjelasan khusus. Perawatan khusus diperuntukkan dalam hal perlakuan spesimen yang potensial sebagai sumber penularan. Petugas yang merawat perlu mempergunakan alat-alat pelindung seperti masker, sarung tangan, yang jasa pelindung, pelindung mata, melindungi kulit terluka dari kemungkinan kontak dengan cairan tubuh penderita dan mencegah supaya tidak terkena bahan/sampah penderita.

Pencegahan Kegiatan pencegahan bagi kemungkinan penyebarluasan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tujuan:a) Mencegah tertular virus dari pengidap HIV/AIDS. b) Mencegah agar virus HIV tidak tertularkan kepada orang lain Cara penularan dan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak tertular oleh virus HIV ini adalah : 1) Berperilaku seksual secara wajar Risiko tinggi penularan secara seksual adalah para pelaku homoseksual, biseksual dan heteroseksual yang promiskuitas. Penggunaan kondom pada hubungan seks merupakan usaha yang berhasil untuk mencegah penularan; sedangkan spermisida atau vaginal sponge tidak menghambat penularan HIV.2) Berperilaku mempergunakan peralatan suntik yang suci hama Penularan melalui peralatan ini banyak terdapat pada golongan muda pengguna narkotik suntik, sehingga rantai penularan harus diwaspadai. Juga penyaringan yang ketat terhadap calon donor darah dapat mengurangipenyebaran HIV melalui transfusi darah(38). 3) Penularan lainnya yang sangat mudah adalah melalui cara perinatal. Seorang wanita hamil yang telah terinfeksi HIV, risiko penularan kepada janinnya sebesar 50%.

Untuk mencegah agar virus HIV tidak ditularkan ke orang lain dapat dilakukan dengan cara bimbingan kepada penderita HIV yang berperilaku seksual tidak aman, supaya menjaga diri agar tidak menjadi sumber penularan. Pengguna narkotik suntik yang seropositif agar tidak memberikan peralatan suntiknya kepada orang lain untuk dipakai; donor darah tidak dilakukan lagi oleh penderita seropositif dan wanita yang seropositif lebih aman bila tidak hamil lagi.

REFERENSI1. World Health Organization.Scale Up of HIV-related Prevention, Diagnosis, Care and Treatment for Infants and Children: A Programming Framework. 2008. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2008. Didapat dari: http://www.unicef.org/aids/index_documents.html2. Parwati Merati Tuti, Djauzi Samsuridjal, Penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesi; 2006. h. 272-6.3. Judarwanto Widodo. 2009. FIGHT AGAINTS AIDS, SAVE INDONESIAN CHILDRENS . Diakses dari http://childrenhivaids.wordpress.com4. Bartlett JG and Gallant JE. Natural History and Classification. In: Bartlett and Gallant eds. Medical Management of HIV Infection. Baltimore, John Hopkins Medicine Health Publishing Business Group, 2004 p.5.