Lapkas Ods Pterygium Oce

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    1/17

    BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS

    UNIVERSITAS PATTIMURA Maret 2016

    ODS PTERYGIUM DERAJAT II

    . Di!!" #$e%&

    Mart%e" Y' Mata(!)a"

    *2010+,-+0.0/

    Peii"&

    3r' 4ari$a L' Tate$a%it!5 S)' M

    DIBAAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 

    PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUD DR' M HAULUSSY

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

    2016

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    A' De7i"ii

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    2/17

    Pterygium, berasal dari bahasa Yunani “pterygos” yang artinya sayap kecil.

    Pterygium merupakan suatu pertumbuhan jaringan fibrovaskular konjungtiva bersifat

    degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak mata

     bagian nasal atau temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea, berbentuk 

    segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterygium mudah

    meradang dan bila terjadi iritasi, akan berwarna merah dan dapat mengenai kedua

    mata1!

    Gaar" Pterygium di bagian nasal konjungtiva#

    Pterygium terdiri dari ! bagian berbeda, yaitu bagian topi $cap%, kepala $head %,

    dan badan& ekor $body/ tail %. 'agian topi merupakan (ona flat& datar pada kornea yang

    terutama terdiri dari fibroblas yang menginvasi dan merusak membran 'owmann.

    'agian kepala merupakan area vaskular yang berada di belakang topi dan terikat kuat

    dengan kornea. 'agian badan& ekor merupakan area konjungtiva bulbi yang mudah

     bergerak $mobile%, yang dapat dengan mudah dipotong dari jaringan di bawahnya.!

    1

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    3/17

    Gaar" 'agianbagian pterygium yaitu ). Cap, '. *epala $head %, +. 'adan $body / tail %.#

    B' E)i3ei#$#i

    Pterigium merupakan kelainan mata yang umum di banyak bagian dunia,

    dengan prevalensi yang dilaporkan berkisar antara ,!-/-. 0tudi

    epidemiologis menemukan adanya asosiasi terhadap paparan sinar matahari yang

    kronis, dengan meningkatnya prevalensi geografis sabuk pterigium dalam garis

     perikhatulistiwa !2o lintang utara dan selatan khatulistiwa. Pada populasi yang

    terkena, pertumbuhan pterigium telah terlihat pada remaja muda dan banyak 

    terjadi di masyarakat di padang pasir. Pterigium terlihat hampir dua kali lebih

    sering pada lakilaki daripada wania.3,4

    4' Eti#$#i5 7a(t#r rii(# 3a" )at#e"ei

    Penyebab yang pasti tidak diketahui, namun diduga merupakan suatu

    neoplasma, radang, dan degenerasi. Pteryigium diketahui dapat terbentuk akibat

    iritasi kronis dari asap rokok, debu, sinar ultraviolet $sinar matahari%, dan cahaya

     panas seperti pada pekerja di luar ruangan, peselancar, dan nelayan%. 5aktor risiko

    lain yang mungkin yaitu komponen herediter dan genetik, mekanisme imunologis,

    dan infeksi virus.1!

    2

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    4/17

    6eori yang ada mengemukakan bahwa peningkatan prevalensi pterygium

     pada populasi di daerah ekuator dikarenakan efek merusak dari radiasi ultaviolet,

    terutama radiasi 78'. 9ipotesis kerjanya adalah bahwa radiasi menyebabkan

    mutasi dari gen supresor tumor p4! pada limbal basal stem cell , dengan demikian

    menyebabkan proliferasi abnormal dari epitel limbus dan mengganggu barier 

    normal yang mencegah konjungtiva bertumbuh ke kornea. 0ecara histologi,

     jaringan subepitel menunjukkan elastosis senil $degenerasi basofil% dari substansia

     propria dengan serat kolagen yang abnormal. )da disolusi dari membran

    'owmann, diikuti invasi dari kornea superfisial. :ambaran khas dari sel epitel

     pterygium adalah pewarnaan imunohistokimia yang positif untuk tipetipe yang

     berbedabeda dari matriks metaloproteinase yang mana tidak ada pada sel

    konjungtiva, limbus atau kornea normal.#

    D' Ge8a$a ($i"i

    Pterygium dapat mengenai kedua mata. Pterygium mudah meradang dan

     bila terjadi iritasi maka bagian ptetygium ini akan berwarna merah. Pterygium

    dapat tidak memberi keluhan, namun dapat juga muncul tanda mata kering

    $seperti rasa terbakar, gatal, atau berair% sebagaimana lesi menyebabkan

     pembasahan yang tidak teratur pada permukaan bola mata. Pasien dapat merasa

    kelilipan saat berkedip, dapat juga memberikan keluhan mata merah, dan mungkin

    menimbulkan astigmatisma yang akan memberikan keluhan gangguan

     penglihatan. Pada pterygium yang lanjut, dapat menutupi pupil dan aksis visual

    3

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    5/17

    sehingga ketajaman penglihatan menurun. 6erkadang, pasien datang ke dokter 

    oleh karena alasan kosmetik.14,#

    Pterygium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen $penipisan

    kornea akibat kering%, dan garis besi $iron line 0tocker% yang terletak di ujung

     pterygium. :aris 0tocker, yang merupakan deposit besi di lapisan basal epitel

    kornea, anterior terhadap bagian cap  mengindikasikan bahwa pterygium yang

    dialami sudah kronis. Pembuluh darah yang terdapat pada konjungtiva akan

    memberikan mata merah.1!,2,;

    E' Dia"#i

    Pterygium mudah didiagnosis. 5aktor kunci diagnostik adalah riwayat

    terpapar sinar matahari kronis, adanya gejala iritasi mata, rasa terbakar dan berair,

    serta pada pemeriksaan rutin $pemeriksaan oftalmologis, terutama dengan  slit 

    lamp% didapatkan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang mengarah ke

    kornea.

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    6/17

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    7/17

    Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan

     pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar 

    matahari, debu dan angin panas. >etaknya pada celah kelopak mata, terutama di

     bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin dari jaringan submukosa

    konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula, akan tetapi bila

    meradang atau terjadi iritasi maka di sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat

     pembuluh darah yang melebar. 'entuk pinguekula seperti timbunan kuning

    keputihan pada konjungtiva dekat limbus, dan berbeda dengan pterygium yang

     berbentuk seperti baji dan merupakan jaringan fibrosis yang tumbuh ke arah

    kornea.1!,;

    Gaar& Pinguekula

    G' Tata$a(a"a

    *arena pertumbuhan ini bersifat jinak, maka tidak memerlukan pengobatan

    atau pengobatan konservatif saja, kecuali mengganggu penglihatan akibat

    astigmatisma ireguler yang ditimbulkan atau bila telah menutupi media

     penglihatan $pupil% maka dilakukan pembedahan. Pembedahan tidak diperlukan

    karena bila dibedah sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih

    muda. ?ndikasi pembedahan yaitu pterygium yang secara signifikan

    6

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    8/17

    mengakibatkan astigmatisma $namun belum jelas dari literatur mengenai seberapa

    efektif intervensi pembedahan dalam mengoreksi astigmatisma%, pterygium yang

    mengancam keterlibatan aksis penglihatan, adanya gejala iritasi berat, pteryigium

    dengan pertumbuhan cepat, diplopia oleh karena restriksi muskulus rektus medial,

    dan alasan kosmetik..1!,4,/

    'eberapa teknik pembedahan yaitu"#,;

    6eknik bare sclera atau simple excision, yaitu insisi bagian kepala dan badan

    dari pterygium menggunakan forsep dengan membiarkan sklera yang telanjang

    mengalami reepitelialisasi. 6eknik ini mudah dan sederhana, namun memiliki

    angka kekambuhan tinggi, yang telah dilaporkan yaitu antara 3;/-.

    6eknik  simple closure, yaitu tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama,

    namun hanya efektif jika defek pada konjungtiva sangat kecil.

    6eknik conjunctival flap yaitu  sliding flap  $dibuat suatu insisi bentuk > di

    sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser untuk menutupi defek% dan

    rotational flap $insisi bentuk 7 dibuat di sekitar luka untuk membentuk lidah

    konjungtiva yang bisa dirotasi pada tempatnya%. 6eknik conjunctival autograft , dimana ada autograft biasanya dari konjungtiva

     bulbi superotemporal, kemudian  graft   dijahit pada sklera yang terekspos

    setelah eksisi pterygium. )ngka kekambuhan yang telah dilaporkan yaitu

    3-, dengan komplikasi yang jarang. 6eknik amniotic membrane transplantation, dimana digunakan membran dasar 

    yang mengandung faktor penting untuk menghambat inflamasi dan fibrosis

    serta meningkatkan epitelialisasi, agar mencegah kekambuhan dari pterygium.

    7

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    9/17

     @amun sayangnya, angka kekambuhan bervariasi dari berbagai penelitian yaitu

    antara ,#1,2 - untuk pterygium primer dan mencapai !2,4- untuk 

     pterygium berulang. 0edangkan keuntungan dari teknik ini adalah terjaganya

    konjungtiva bulbi. Aembran amnion ditempatkan pada sklera yang telanjang. 6eknik lamellar keratoplasty, dimana digunakan bila penipisan kornea

    signifikan, maka dilakukan transplantasi kornea partial thickness. 9al ini tidak 

     biasa dan terutama terjadi pada kasus kekambuhan yang mengikuti percobaan

     pembedahan sebelumnya dan kasus yang melibatkan aksis penglihatan yang

     progresif.

    Pada pasienpasien yang asimtomatis, mata pasien dengan pterygium

    dilindungi dari sinar matahari, debu, dan udara kering dengan kacamata pelindung

    atau topi. 7ntuk pasien gejala ringan iritasi mata, rasa terbakar atau gatal tanpa

    gangguan fungsi penglihatan dan tanpa pertumbuhan pterygium yang cepat,

    diberikan airmata buatan $artificial tears%. 'ila terjadi peradangan, diberikan

    steroid atau dekongestan tetes mata. Pemberian dekongestan& vasokonstriktor 

     perlu kontrol dalam minggu dan pengobatan dihentikan bila sudah ada

     perbaikan. 'ila terdapat dellen $lekukan kornea%, diberi air mata buatan dalam

     bentuk salep.1!,1

    'ila terjadi kekambuhan, pengobatannya merupakan hal yang problematis.

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    10/17

    =uga terdapat penipisan kornea di bawahnya, sehingga kadang dibutuhkan

    lamellar corneal transplantation untuk mengembalikan kontur permukaan kornea

    normal. Pterygium berulang memiliki angka kekambuhan yang lebih tinggi

    setelah eksisi dibandingkan dengan lesi primer. 'anyak ahli bedah menyarankan

    menggunakan terapi tambahan seperti mitomycin topikal ketika mengobati lesi

    tersebut, meskipun penggunaannya berhubungan dengan ancaman terhadap

     penglihatan yang signifikan. @amun, salah satu kepustakaan menyarankan tidak 

    menggunakan agenagen itu, tetapi dilakukan teknik conjungtival autograft 

    dengan inklusi jaringan limbus di dalam graft .;

    H' Pr#"#i

    Prognosis pasien dengan masingmasing teknik pembedahan dapat dilihat

     pada pengobatan. 0edangkan komplikasi yang mengikuti eksisi pterygium dengan

    teknik conjungtival autograft  kecil, dapat sembuh sendiri, dan jarang mengancam

     penglihatan.;

    9

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    11/17

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A' IDENTITAS

     @ama " @y. 007mur " 3! tahun

    =enis *elamin " Perempuan

    )lamat " )ir 0alobar )gama " ?slam

    Pekerjaan " ?B6

     @omor Begister " 2 C 4/ C 13Daktu Pemeriksaan " 2 Aaret 1#

    Buang Pemeriksaan " Buang Poliklinik Aata B07<

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    12/17

    2. Biwayat pemakaian kacamata " E

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    13/17

    $% sinekia$%

    'ulat, ! mm P!)i$ 'ulat, ! mm

    =ernih Le"a =ernih

    :ambar 0kematik 

    c. 6ekanan ?ntra Ekuli E

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    14/17

    E' Dia"#i Ker8a

    Eyteers I $natrium klorida, kalium klorida% 3 dd gtt

    1 E

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    15/17

    BAB III

    DISKUSI

    Pasien perempuan usia 3! tahun, datang ke Poliklinik Aata B07<

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    16/17

    diberikan airmata buatan, dan pasien diberi edukasi untuk memakai kacamata hitam

     bila keluar rumah.

    15

  • 8/18/2019 Lapkas Ods Pterygium Oce

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. ?lyas 0, Yulianti 0B.?lmu penyakit mata, edisi 8. =akarta" 'P5*7?L 13. hal.11/

    .

    . )nonim. Panduan penatalaksanaan medis pterygium. abib 9A. Aanagement of recurrent pterygia.

    =ournal of )merican 0cience, 11L2$1%.2. +arlock '9, 'ienstock +), Bogosnit(ky A. Pterygium" nonsurgical treatment

    using topical dipyridamole a case report. +ase Bep Ephthalmol 13L4"/;1!.

    ;. 'A= Publishing :roup. Pterygium. EnlineQ. 13 )ug 13 cited 14 Aay 1Q.

    )vailable from" 7B>"

    http"&&bestpractice.bmj.com&bestpractice&monograph&/#!.html

    /. )merican )cademy of Ephthalmology. Gye facts pterygium and pinguecula.

    EnlineQ. 1 cited 14 Aay 11QL pagesQ. )vailable from" 7B>"

    http"&&uthscsa.edu&eye&P"

    http"&&www.collegeoptometrists.org&en&utilities&document

    summary.cfm /11+5;