Upload
kopikonvian-sayitna
View
22
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bagus
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU
KELAS M01
KELOMPOK 4 PENCEMARAN
ANGGOTA
NOVIAN ADE SAYITNA 125080101111036
ANGELICA NATASYA PUTRI 125080101111080
AYU NHEVY TIA 125080101111049
KHAIRUL MUJAKIR 125080101111059
FEBRINA ENNI NOVA S. 125080101111075
IKA WINDY KUSUMA W. 125080101111080
MARIA SALOME OKTINUN 125080107111041
M.NAFIUR ROCHMAN 125080107111005
DEA YENIAR PRAKASIWI 125080107111006
MARIA PAULA LIEDA N. 125080107111009
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MALANG
2014
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU
LEMBAR PENGESAHAN
KELAS M01
KELOMPOK 4 PENCEMARAN
MALANG,......
DOSEN PENGAMPU KOORDINATOR PRAKTIKUM
(...................................) (.....................................)
Contents1. PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................7
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................7
1.4 Kegunaan.........................................................................................................................................7
1.5 Waktu dan Tempat..........................................................................................................................8
2. Tinjauan Pustaka........................................................................................................................9
2.1 Kondisi Umum.......................................................................................................................9
2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta Wilayah..................................................................................9
2.1.2 Oseanografi................................................................................................................................10
2.1.3 Demografi...................................................................................................................................11
2.2 Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut Bidang Pencemaran...............................................12
2.2.1 Potensi Wilayah...............................................................................................................12
2.2.2 Ancaman Wilayah............................................................................................................13
2.3 Kelembagaan.......................................................................................................................13
2.3.1 Keterkaitan Stakeholder..................................................................................................13
2.3.2 Lembaga yang Terkait.................................................................................................................15
2.3.3 Konflik Kepentingan....................................................................................................................16
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangJawa Timur adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa yang terletak
pada 111,0_ - 114,4_ BT dan 7,12_ - 8,48_ LS. Batas-batas wilayah Provinsi
Jawa Timur, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa (Pulau
Kalimantan), sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali (Pulau Bali),
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Timur
dapat dibedakan menjadi dataran tinggi, sedang, dan rendah. Dataran tinggi
merupakan daerah dengan ketinggian di atas 100 mdpl. Daerah ini meliputi
Kabupaten Trenggalek, Blitar, Malang, Bondowoso, Magetan, Kota Blitar,
Kota Malang dan Kota Batu. Dataran sedang mempunyai ketinggian antara
45-100 m dpl yang meliputi daerah Kabupaten Ponorogo, Tulungagung,
Kediri, Lumajang, Jember, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bangkalan, Kota Kediri
dan Kota Madiun. Sedangkan 16 kabupaten dan 4 kota lainnya termasuk
dataran rendah yang mempunyai ketinggian di bawah 45 m dpl. Terdapat 5
daerah dengan wilayah terluas yakni Kabupaten Banyuwangi, Malang,
Jember, Sumenep dan Tuban (Perhutani, 2011).
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik dengan karakter yang
spesifik. Artinya bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat
dinamis dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi dan geologis yang
sangat cepat. Ekosistem Wilayah pesisir terdiri dari terumbu karang, hutan
bakau, pantai dan pasir, estuari, lamun yang merupakan pelindung alam dari
erosi, banjir dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi dampak
polusi dari daratan ke laut. Disamping itu wilayah pesisir juga menyediakan
pelbagai jasa lingkungan dan sebagai tempat tinggal manusia, dan untuk
sarana transportasi, tempat berlibur atau rekreasi. Jawa Timur merupakan
suatu kepulauan di Indonesia yang dimana memiliki berbagai komoditas hasil
laut dan wilayah pesisir yang sangat berpotensi dan memiliki sumberdaya
alam yang melimpah. Namun kawasan pesisir sekarang ini rawan terhadap
semakin kerusakan dan pencemaran akibat keserakahanmanusia serta alam,
maka dari itu perlu adanya kegiatan restorasi supaya sumberdaya alamnya
tetapterpenuhi (Dahuri, et. al. 2001).
Menurut Rudianto (2014), bahwa untuk mengetahui bagaimana
strategi restorasi yang tepat mengatasi kerusakan pesisir, diperlukan
penelitian di Kabupaten Gresik pada 2 (dua) kecamatan terpilih yaitu di
kecamatan Ujung pangkah dan kecamatan Bungah. Kabupaten Gresik dipilih
sebagai sampel karena Kabupaten Gresik memiliki tingkat kerusakan wilayah
pesisir yang salah satunya paling parah di propinsi Jawa Timur. Buku
Laporan SLHD Propinsi Jawa Timur tahun 2010 menyatakan bahwa untuk
wilayah Gresik sebagian besar mangrovenya telah direklamasi menjadi
kawasan pergudangan dan industri.
Sendang Biru merupakan salah satu daerah di kabupaten Malang
yang dimana memiliki kawasan pesisir pantai yang prospektif untuk
dikembangkan menjadi kawasan Industri Maritim yang berbasis pada Industri
Perikanan Terpadu. Keuggulan dari pantai Sendang Biru adalah memiliki
selat dengan barier P. Sempu, sehingga memberikan keamanan kepada
armada tangkap yang berlabuh di Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Produksi Ikan yang di
daratkan oleh nelayan Sendang Biru adalah sebesar 6.569,411/tahun,
sedangkan potensi stok ikan pelagis besar yang ada di Selatan Jawa 22.000
ton/tahun, sehingga baru dimanfaatkan sebesar 19%. Berdasarkan potensi
sumberdaya perikanan yang dimiliki dan kondisi tofografis, geografis dan
oceanografis, maka Kawasan Pesisir Sendang Biru perlu direncanakan
pengembangan kawasan yang terpadu dan terencana, sehingga
pembangunan tersebut dapat berkelanjutan. Untuk merealisasikan
pembangunan tersebut, maka pemerintah Kabupaten Malang dalam
penyusunan perencanaan tersebut, semestinya melibatkan seluruh
stakeholder dan merespons aspirasi masyarakat (Hermawan, 2006).
Menurut Haq (2006), wilayah pesisir dan laut Sendang Biru dijadikan
sebagai kawasan andalan Kabupaten Malang untuk pembangunan
pariwisata. Kawasan pesisir ini memiliki beberapa potensi menarik sebagai
kawasan pariwisata, seperti: pantai berpasir putih, hutan pantai,
pemandangan indah, dan tradisi upacara bersih laut yang biasa di kenal
dengan upacara petik laut serta didukung oleh adanya Cagar Alam Pulau
Sempu yang khas. Apabila potensi ini dimanfaatkan secara optimal, tentu
dapat diandalkan sebagai peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi
masyarakat lokal. Analisis SWOT digunakan dalam menentukan strategi
pengelolaan pariwisata di kawasan ini, tetapi terlebih dahulu diadakan
pengkajian potensi kawasan berdasarkan penilaian dan pengembangan
obyek dan daya tarik wisata yang dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam
dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Penelitian ini bertujuan: 1) mengkaji
potensi kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang, dan 2)
merumuskan strategi pengelolaan kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru
Kabupaten Malang.
Pada saat ini wilayah pesisir mengalami beragai tekanan baik yang
berasal dari faktor proses alam maupun oleh faktor antrophogenik yang
makin tidak rasional. Tekanan yang terus menerus terjadi diwilayah pesisir,
menyebabkan kerusakan yang makin bertambah parah terutama hilangnya
kemampuan pesisir menyimpan karbon. Untuk mencegah agar kerusakan
pesisir tidak menjadi bertambah parah, diperlukan upaya restorasi ekosistem
pesisir secara terpadu dan menyeluruh Clewell, et al.,(2005) dalam Rudianto,
(2012).
1.2 Rumusan MasalahPantai Sendang Biru memiliki berbagai potensi yang sangat indah dan
terdapat bermacam-macam komoditas perikanan yang dimanfaatkan di
pantai tersebut. Sebagai salah satu wilayah pesisir yang yang masih terjaga
kelestariannya, di Sendang Biru terdapat isu-isu terkait pencemaran yang
dapat menjadi ancaman serius jika tidak di cegah. Isu-isu yang terdapat di
Sendang Biru adalah :
- Potensi apa yang terdapat di wilayah pesisir Sendang Biru?
- Ancaman apa yang sedang dihadapi di Sendang Biru?
1.3 TujuanTujuan dari praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu
kelompok Pencemaran adalah agar mahasiswa dapat mengidentifikasi
masalah-masalah pencemaran yang terjadi di pesisir dan laut, serta mampu
menganalisis dari hasil pengamatan.
1.4 Kegunaan Pada kegiatan praktikum Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut
Terpadu memiliki berbagai kegunaan bagi mahasiswa maupun orang lain ,
salah satunya adalah sebagai berikut:
a. Untuk stakeholder dan masyarakat pesisir, sebagai informasi akan
betapa pentingnya pengelolaan wilayah pesisir dengan optimal dan
terjaga akan sumberdaya alamnya, memberikan wawasan bagaimana
pentingnya kegiatan konservasi guna untuk kepentingan umat manusia
serta perikanan tangkap yang memperhatikan ketersediaan jumlah ikan,
selain itu betapa pentingnya untuk tidak membuang limbah atau sampah
tanpa pengolahan terlebih dahulu supaya perairan tidak tercemar.
b. Untuk wisatan, memiliki nilai akan betapa pentingnya kegiatan-
kegiatan konservasi demi menjaga keindahan alam yang lestari
dan menciptakan kawasan yang bersih serta dapat dinikmati
semua orang keindahannya.
c. Untuk mahasiswa, sebagai salah satu pedomandalam
memperoleh wawasa,ilmu, nilai sosial-ekonomi serta ekologi akan
betapa pentingnya dan dibutuhkannya noptimalisasi dan strategi
pengelolaan wilayah laut dan pesisir secara terpadu
danberkelanjutan, selain hal tersebut juga sebagai salah satu
prasarat penunjang akademik dari mata kuliah Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu.
1.5 Waktu dan TempatPraktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Desember 2014 dari pukul 09.00
WIB sampai pukul 14.00 WIB di Sendang Biru, desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Kondisi Umum Menurut Noor (2012), kawasan Pantai Sendang Biru berada di wilayah administratif
desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Kawasan Pantai
Sendang Biru Secara letak astronomis berada pada 08⁰25’532” S atau 112⁰41’068” E.
Untuk menuju ke lokasi Pantai Sendang Biru dapat ditempuh melalui 2 rute yaitu:
- Malang- Gadang- Bululawang- Turen- Sumbermanjing Wetan- Sendang Biru
- Malang- Kepanjen- Gondanglegi- Turen- Sumbermanjing Wetan Sendang Biru.
- Keadaan Topografi dusun Sendang Biru merupakan daerah yang dengan bukit-
bukit kecil dengan jumlah yang cukup banyak. Pantai yang ada di dusun Sendang
Biru sebagian merupakan pantai berpasir dan sebagian merupakan pantai
berkarang.
Keadaan Topografi dusun Sendang Biru merupakan daerah yang dengan bukit- bukit
kecil dengan jumlah yang cukup banyak. Pantai yang ada di dusun Sendang Biru sebagian
merupakan pantai berpasir dan sebagian merupakan pantai berkarang. Keadaan Suhu rata
rata di Pantai Sendang Biru adalah 23,370C – 30,010C Di pantai sendang biru terapat
pulau sempu, pantai sendang biru juga dikenal sebagai tempat pendaratan dan pelelangan
ikan di malang. Dinamakan sendang biru karena di pantai ini terdapat sumber mata air yang
bisa disebut sendang dan berwarna biru (Suwito, 2013).
2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta WilayahSecara geografis pantai sendang biru terletak sekitar 60 km di sebelah selatan kota
malang dan secara administrative merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Pantai
Sendang Biru merupakan pantai Lautan Selatan, tetapi karena pantai tersebut “tertutup”
oleh pulau Sempu, makaan sumber pantai Sendang Biru memiliki perairan yang tenang dan
memiliki pula kekayaan sumberdaya ikan yang berlimpah (Martin dan Meliono, 2011).
Menurut Andry, (2014) letak geografis pantai Sendang Biru adalah 08o37` - 08o41`
LS dan 112o35` - 112o43` BT dengan ketinggian 0 – 100 m di atas permukaan laut. Secara
administrasi perairan Sendang Biru berada diwilayah Desa Tambak Rejo, Kecamatan
Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Sedangkan letak geografisnya adalah 08o37` -
08o41` LS dan 112o35` - 112o43` BT dengan ketinggian 0 – 100 m di atas permukaan laut.
Batas administrasi perairan Sendang Biru adalah sebagai berikut :
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sitiarjo
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Kedung Banteng
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Tambak Asri
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia.
2.1.2 Oseanografi
Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus
(samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti
deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari
sekedar deskripsitentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan
berbagai disiplin ilmujika ingin diungkapkan.(Supangat dan Susanna, 2008).
Ekosistem wilayah pantai dan perairan laut yang paling dominan di Sendang
Biru adalah hutan mangrove dan terumbu karang. Hutan mangrove Sendang Biru
merupakan kawasan dengan topografi pesisir berupa perairan semi tertutup
berbentuk seperti laguna dengan aliran air masuk maupun keluar berada pada satu
lokasi. Tipe pasang surut Sendang Biru adalah tipe diurnal (2 kali pasang dan surut
dalam sehari). Gerakan air (pasang surut) perairan pantai Sendang Biru pada
umumnya mempunyai tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed
tide prevailing semi diurnal (Amri et.al, 2014).
Selat Sempu masih terpengaruh oleh angin musim (monsoon), yaitu musim
barat, musim timur dan musim peralihan diantara keduanya. Musim barat terjadi
sekitar Desember-Februari, musim peralihan I pada Maret-Mei, musim timur pada
Juni-Agustus dan musim peralihan II pada September-November. Kondisi musim ini
mempengaruhi pola arus permukaan disekitar selat Sempu, pada musim barat arus
utama akan mengalir dari barat menuju timur dan biasanya dibarengi dengan curah
hujan tinggi sehingga menyebabkan salinitas perairan menjadi rendah. Kebalikannya
pada musim timur, arus akan berasal dari timur menuju ke barat dengan membawa
salinitas tinggi karena biasanya musim kering dimulai. Sedangkan pada musim
peralihan kondisi arus tidak menentu umumnya perairan relatif tenang (Luthfi dan
Jauhari,2013).
2.1.3 DemografiSecara umum Demografi adalah Ilmu yang mempelajari persoalan dan
keadaan-keadaan perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang
berhubungan dengan komponen-komponen perubah tersebut seperti kelahiran,
kematian dan migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu (Wulandari,2011).
Jumlah penduduk dusun Sendang Biru per September 2012 adalah sebesar
4.986 jiwa. dengan rincian laki laki berjumlah 2.276 jiwa dan perempuan berjumlah
2.710 jiwa. Atau dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.441 (Suwito,2013).
Pola kehidupan penduduk Pepela dan Sendang Biru amat tergantung pada
perdagangan hasil laut. Di Sendang Biru pertanian serta perikanan merupakan
pemasok pangan dan kesejahteraan ekonomi. Pemanfaatan dan penggunaan
sumber alam khususnya dari laut merupakan dasar kehidupan bagi sebagian besar
penduduk Pepela dan Sendang Biru, baik yang berasal dari tempat-tempat tersebut,
maupun pendatang yang selama ini menetap di sana (Nolan,2011).
2.2 Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut Bidang Pencemaran
2.2.1 Potensi Wilayah Potensi pencemaran wilayah pantai sendang biru, kabupaten malang di pengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat menimbulkan pencemaran baik pencemaran organik dan
anorganik yang berada di wilayah pesisir pantai sendang biru. Potensi pencemaran ini di
berikan oleh kegiatan masyarakat yang ada di sendang biru contohnya perdagangan ikan
dan pengolahan industri perikanan,kegiatan nelayan dan kunjungan dari parawisatawan
(Diananto, 2006).
Wilayah pesisir dan laut Sendang Biru merupakan kawasan andalan Kabupaten Malang
untuk pembangunan pariwisata. Kawasan pesisir ini memiliki beberapa potensi menarik
sebagai kawasan pariwisata, seperti: pantai berpasir putih, hutan pantai, pemandangan
indah, dan tradisi upacara bersih laut yang biasa di kenal dengan upacara petik laut serta
didukung oleh adanya Cagar Alam Pulau Sempu yang khas. Apabila potensi ini
dimanfaatkan secara optimal, tentu dapat diandalkan sebagai peluang kesempatan kerja
dan berusaha bagi masyarakat lokal. Analisis SWOT digunakan dalam menentukan strategi
pengelolaan pariwisata di kawasan ini, tetapi terlebih dahulu diadakan pengkajian potensi
kawasan berdasarkan penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang
dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Haq, 2006).
Menurut Kapedal (2003), tekanan tersebut dapat berupa pencemaran air yang telah
melampaui kemampuan pantai untuk menanggung beban cemaran, perubahan pola
pengelolaan tambak secara intensif yang dikerjakan dengan menebang tanaman mangrove
dan tekanan arus laut yang telah menyebabkan terjadinya abrasi di beberapa tempat.
Kegiatan industri dan permukiman di pesisir Kota Tegal yang yang berkembang relative
lebih cepat telah menyebabkan peningkatan beban limbah pada kelima sungai yang
mengalir ke pantai Tegal.
2.2.2 Ancaman Wilayah Ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran yang ada di sendang biru adalah dengan
adanya kegiatan nelayan, indusrti dan pariwisata itu menyebabkan keanekaragaman hayati
di wilayah sendang biru berkurang. Misalanya pada kegiatan nelayan yang membuang oli
bekas sembarangan di laut ,hal itu menyebabakan organisme atau ikan-ikan yang berada di
pinggir pantai atau dermaga berkurang. Hal ini menyebabakan para nelayan harus berlayar
ke tengah laut untuk mendapatkan ikan tangkapan (Diananto, 2006).
Menurut Rudianto (2014), berdasarkan observasi lapang di desa Banyu Urip, Kecamatan
Ujung pangkah, sumberdaya alam didaerah ini semakin tahun mengalami degradasi. Hasil
tangkapan nelayan dan hasil panen tambak semakin menurun baik secara kualitas maupun
kuantitas. Hal ini disebabkan karena adanya pembukaan lahan pertanian di daerah hulu,
pengaliran limbah industri di daerah aliran sungan (DAS) yang menghasilkan limbah kimiawi
(hidrokarbon, logam berat, dan yang lain-lain) yang masuk melalui aliran sungai.
Menurut Nontji, (1987) dalam Litaay et al (2011) Pencemaran laut dapat disebabkan oleh
limbah minyak, limbah industri seperti logam berat, limbah pertanian seperti pupuk dan
pestisida, limbah panas dari pembangkit listrik, siltasi dan limbah pemukiman berupa bahan
organik dan bakteri patogen. Di pulau berpenghuni, laut merupakan ”tempat pembuangan
sampah” terbesar dan murah. Limbah rumah tangga seperti deterjen dan minyak buangan
kapal merupakan pencemar utama di tempat ini .
2.3 Kelembagaan
2.3.1 Keterkaitan StakeholderMenurut Manziz (2011), stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia,
komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas
dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu
mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan. Ada berbagai
pendapat mengenai definisi Stakeholder menurut para ahli seperti :
1. Freeman (1984), mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.
2. Biset (1998), secara singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang dengan suatu
kepentingan atau perhatian pada permasalahan.
3. Grimble and Wellard (1996), mendefinisikan stakeholder dari segi posisi penting dan
pengaruh yang dimiliki mereka.
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan pada saat ini menjadi salah satu prioritas
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang. Kebijakan tersebut
ditempuh mengingat Kabupaten Malang memiliki 14 pantai dengan panjang garis pantai 77
km (Gambar 1) dan berada di perairan Samudera Hindia yang kaya akan sumber daya ikan
pelagis besar, seperti madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus),
albakora (Thunnus allalunga), tuna sirip biru selatan (Thunnus macoyii), dan tuna abu-abu
(Thunnus tonggol) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).7 Berdasarkan hasil pengkajian stok
ikan di Samudera Hindia yang dilakukan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber
daya Ikan Laut pada tahun 19981, dilaporkan potensi sumber daya ikan tuna di Selatan
Jawa diestimasi sebesar 22.000 ton/tahun dengan tingkat produksi 10.000 ton/tahun,
berarti tingkat pemanfaatannya baru mencapai 45%. Dengan demikian, prospek
pengembangannya masih terbuka lebar, yaitu sebesar 55% (Hary, 2013).
Gambar 1. Pantai di Wilayah Kabupaten Malang
2.3.2 Lembaga yang TerkaitMenurut Hermawan (2013), pada saat ini telah dilakukan rencana penataan ruang
pesisir dan lautan Adapun arahan dari kebijakan tersebut, khususnya untuk kawasan pesisir
Sendang Biru direncanakan untuk menjadi kawasan Industri Perikanan Terpadu, yaitu
bagaimana potensi sumber daya alam kelautan yang meliputi perikanan, pertambangan,
pariwisata dan perhubungan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Malang,
khususnya Malang Selatan (Gambar 2).
Wisata
Bisnis
Industri
Gambar 2. Kawasan Pesisir Sendang Biru
2.3.3 Konflik KepentinganMenurut Rubianto (2001), perubahan paradigma pembangunan nasional dari land-
based economic delelopment menjadi ocean-based economic development. Pembangunan
kelautan dijadikan platform pembangunan ekonomi pemerintah Kabupaten Malang,
khususnya di Malang Selatan. Sehingga hampir semua variable politik-ekonomi diarahkan
terhadap kinerja ekonomi kelautan. Diharapkan dari tujuh program unggulan yang
dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang pembangunan sektor kelautan dapat
dijadikan prime mover economic yang memiliki keterpaduan antar sektor, sehingga setiap
sektor mampu menghasilkan barang (goods) dan jasa (services) yang berdaya saing tinggi
secara berkeadilan dan berkelanjutan dan dapat dijadikan sumber kemakmuran masyarakat,
khususnya masyarakat Malang .
Menurut Handadjani (2001), salah satu kawasan pesisir yang dijadikan prioritas
tersebut adalah kawasan Pesisir Sendang Biru, karena pada saat ini memiliki Pusat
Pendaratan Ikan Pondokdadap dan merupakan pusat kegiatan perikanan tangkap terbesar
di Kabupaten Malang. Kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang
tersebut menjadikan kawasan pesisir Sendang Biru diarahkan untuk pengembangan
kawasan perikanan terpadu yang populer dengan program Fishery towni. Apabila kebijakan
tersebut bisa direaliasikan dan sinergis dengan kebijakan provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Pusat, maka Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru, niscaya akan
menjadi pelabuhan ikan terbesar setelah Cilacap di Selatan Jawa, karena berdasarkan
pertimbangan geografis, topografis dan oceanografis pantai Sendang Biru merupakan pantai
terbaik di Selatan Jawa setelah Cilacap, karena: (1) berhadapan langsung dengan
Samudera Indonesia yang merupakan Wilayah Pengelolan Perikanan IX; yang menjadi alur
migrasi ikan pelagis besar, terutama ikan tuna; (2) memiliki barier P.Sempu: panjang selat 4
km, lebar 400-1500 m, kedalaman rataan 20 m, sehingga perairan di wilayah tersebut relatif
tenang; (3) mudah terjangkau oleh transportasi; dan (4) secara topografis kedalaman sesuai
untuk berlabuhnya armada penangkapan domestik maupun luar daerah. Untuk lebih
jelasnya keunggulan dari Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru dapat di lihat
pada (Gambar 3).
Gambar 3. Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru
Gambar 3. Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Perencanaaan Wilayah Pesisir dan Laut
Terpadu pada bidang Pencemaran adalah :
GPS : digunakan sebagai penanda tempat yang akan diukur kualitas
airnya.
Kuisioner : digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan informasi
secara langsung di lapangan
Kamera : digunakan untuk mendokumentasikan saat pengamatan di lapangan.
Do meter : Digunakan untuk mengukur parameter DO dan Suhu pada
lingkungan perairan yang dianggap telah terjadi pencemaran.
Salinometer : Digunakan untuk mengukur parameter salinitas pada lingkungan
perairan yang dianggap telah terjadi pencemaran.
Washing bottle: Sebagai wadah dari larutan aquades.
Pipet tetes :Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecilskalalebih sedikit.
Alat tulis :Digunakan sebagai alat untuk mencatat semu7a hasil data
yangdiperoleh pada saat pengamatan.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Perencanaaan Wilayah Pesisir dan
Laut Terpadu pada bidang Pariwisata adalah :
Aquades : Digunakan sebagai larutan pengkalibrasi alat DO meter dan
Salinometer.
Tisue :Digunakan untuk membantu membersihkan alat-alat.
Baterai :Digunakan sebagai energi daya kamera untuk dokumentasi.
3.2 Metode Observasi Lapang
3.2.1 Data Primer
3.2 Metode Observasi Lapang
3.2.1 Data Primer
Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung dilapangan (observasi),
dengan kuesioner yaitu dengan mewawancarai masyarakt sekitar (wisatawan maupun
penduduk) dan data primer juga didapatkan dari dokumentasi saat melakukan pengamatan
maupun wawancara.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan mengadakan
langsung terhadap gejala obyek yang diselidiki, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad, 1985).
Sedangkan menurut Faisol (2009), data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung. Sumber data primer menyajikan informasi atau data seperti : artefak arkeologis ,
foto, dokumen historis seperti : catatan harian, sensus, video atau transkrip pengawasan,
dengar pendapat, pengadilan, atau wawancara, tabulasi hasil survey atau kuisioner, catatan
tertulis atau terekam dari pengujian laboratorium, catatan tertulis atau terekam dari
pengamatan lapangan. Jadi data primer ini diperoleh secara langsung dari pencatatan hasil
observasi, wawancara, partisipasi aktif, dan dokumentasi. Beberapa metode dalam
memperoleh data primer adalah (1) observasi (2) wawancara (3) partisipasi aktif (4)
dokumentasi dan (5) kuesioner.
3.2.1.1 Visual Observasi
Skema Kerja
Pengukuran DO dan suhu perairan menggunakan DO meter
Pengukuran salinitas menggunakan salinometer
DO meter
Ditekan tombol On/Off untuk meng
Bagian ujung DO meter dikalibrasi menggunakan aquades
Bagian ujung DO meter dimasukkan dalam perairan
Ditunggu beberapa menit serta dilihat nilai DO dan Suhu pada DO meter
Dicatat hasilnya
Persiapan alat dan bahan
Dimasukkan kedalam perairan
DO meter dikalibrasi bagian ujung salinometer menggunakan washing bottle yang berisi
Ditunggu beberapa menit serta dilihat nilai salinitasnya
Dicatat hasilnya
Pengamatan visual (observasi) dilakukan dengan melihat-lihat keadaan sekitar
dengan menganalisis bagaimana kondisi daerah tersebut, meliputi bagaimana kondisi
lingkungan / kebersihan di daerah pantai Sendang Biru, bagaimana suasananya, dan
menilai sarana prasarana yang ada disana apakah sudah lengkap atau belum.
Pengumpulan data menurut hasil observasi pada praktikum Perencanaan Wilayah Pesisir
Terpadu tentang pencemaran pada kelompok kami memperoleh hasil :
TPI 1
pH : 8,39
Salinitas : 34
DO : 11,9
Suhu : 37,5
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : 08,43477 derajat
BT : 112,68232 derajat
Elavasi : 28 derajat
TPI 2
pH : 8,39
Salinitas : 36
DO : 10,7
Suhu : 38,8
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : 08,43404 derajat
BT : 112,68404 derajat
Elavasi : 25 derajat
TPI 3
pH : 7
Salinitas : 35
DO : 25,4
Suhu : 31
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : -8”25’54.032”
BT : 112 derajat 41’7.422”
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri - ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara
dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek – obyek alam yang lain (Sugiyono, 2011).
3.2.1.2 Kuesioner
Cara memperoleh hasil visual observasi dengan menggunakan kuisioner dengan metode wawancara
Siapkan kuisioner
Kuisioner ditujukan untuk wisatawan, masyarakat pesisir, dan stakeholder
Menanyai dengan sopan seputar apasaja informasi mengenai di lapang
Wawancara merupakan proses tanya jawab atau interaksi antara pihak pencari data
atau peneliti selaku pewawancara (interviewer) dengan responden atau narasumber yang
berposisi sebagai pihak yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti. Salah satu cara pengumpulan data yang sering diterapkan
dan dipandang penting perannya adalah wawancara. Dengan demikian, proses ini hanya
dapat terjadi apabila kedua pihak bersedia melaksakan komunikasi atau terutama pihak
yang akan diwawancarai bersedia meluangkan waktu untuk melakukannya (Santosa dan
Hamdani, 2007).
Pengambilan data dengan wawancara ini juga termasuk kegiatan yang terjun
langsung kelapangan akan tetapi dalam hal ini adalah hasil tanya jawab dengan pihak –
pihak terkait seperti dari para penduduk sekitar, stakeholder dan wisatawan.
3.2.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).
Mencatat menggunakan alat tulis semua informasi dan didokumentasikan dengan kamera
Data dokumen yang penulis peroleh atau gunakan sebagai acuan dalam memberikan
menganalisa serta memberi pendapat mengenai dampak yang di akibatkan dari kegiatan
wisata.
3.2.2. Data sekunder
Data sekunder pada praktikum ini adalah data yang diperoleh dari literatur, jurnal,
proceding seminar, dan terbitan online yang memuat materi sejenis dan berhubungan
dengan obyek pariwisata di sendang biru. Data sekunder ini kita peroleh juga dari stake
holder yang ada dikawasan sendang biru. Menurut beliau
Sedangkan dari jurnal, proceding dan terbitan onlaine kami mendapatkan data sendang biru
sebagai berikut: pantai sendang biru terletak dipesisir bagian selatan ditepi samusra
Indonesia, berada di Dusun Sendang biru, desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing
Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kondisi pantainya sudah tidak menarik seperti dulu
lagi, apalagi dibibir pantai hanya dipenuhi dngan perahu nelayan dan terkadang juga terlihat
kotor dibagian pesisir pantai ini. Wilayah pantai sendang biru memiliki potensi alam yang
sangat melimpah, baik itu hasil lautnya maupun keindahan pantainya. Hal ini menimbulkan
adanya potensi pada daerah ini untuk dijeksploitasi secara besar besaran. Salah satu konflik
yang dapat mengancam adalah pemanfaatan ruang antara masyarakat dengan stakeholder
yang berdampak pada masalah social dan penurunan kualitas lingkungan pantai sendang
biru (AFPL, 2010).
3.2.3. Studi Literatur
Pengembangan sektor kelautan dan perikanan juga mengarah pada pengelolaan
pantai untuk dijadikan tempat wisata. Pantai wisata yang ada di Sendangbiru bernama
Pantai Timur. Di pantai tersebut wisatawan dapat berenang, mancing, menyelam atau naik
perahu wisata. Selain Pantai Timur wisatawan juga dapat mengunjungi cagar alam pulau
Sempu. Di sana wisatawan dapat berkemah, khususnya di dekat danau kecil yang bernama
segara anakan.Setelah berwisata para wisatawan juga dapat membeli ikan yang masih
segar di pasar ikan (Suwito, 2013).
Peningkatan jumlah Wisatawan di Pantai Sendang biru di Kota Malang mampu
meningkatkan tingat pendapatan masyarakat sekitar. Namun dibalik dampak positif tersebut
terdapat beberapa masalah antara lain kerusakan terumbu karang pada Pantai
Sendangbiru, berkurangnya jumlah mangrove akibat pembangunan kawasan pesisir yang
tidak bersifat berkelanjutan kemudian belum siapnya masyarakat Sendangbiru dalam
mengelola obyek daya tarik wisatwan (Hania et al., 2013).
3.2.4 Perbandingan Baku Mutu
Berikut merupakan baku mutu air berdasarkan bidang Industri, Wisata Bahari, serta
Pelabuhan:
Sedangkan berdasarkan nilai yang kelompok 4 bidang pencemaran praktikum
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu adalah sebagai berikut:
TPI 1
pH : 8,39
Salinitas : 34
DO : 11,9
Suhu : 37,5
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : 08,43477 derajat
BT : 112,68232 derajat
Elavasi : 28 derajat
TPI 2
pH : 8,39
Salinitas : 36
DO : 10,7
Suhu : 38,8
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : 08,43404 derajat
BT : 112,68404 derajat
Elavasi : 25 derajat
TPI 3
pH : 7
Salinitas : 35
DO : 25,4
Suhu : 31
GPS koordinat : 10 : 28 : 23
LS : -8”25’54.032”
BT : 112 derajat 41’7.422”
Berdasarkan hasil data tersebut diperoleh data bahwa pada TPI 1 suhu 37.5 0C, DO 11.9
mg/l, pH 8.39, dan salinitas 34 sedangkan pada TPI 2 adalah suhu 38,8 0C, DO 10,7 mg/l,
pH 8.34, dan salinitas 36. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada daerah
Sendang Biru bidang Industri, Wisata Bahari, dan Pelabuhan masih tergolong belum
tercemar berat. Hal tersebut sesuai dengan baku air lingkungan yang ada di atas.
4. Pembahasan
4.1 Analisa Kesesuaian (salah, sederhanakan ssuai catetan)
Matriks Dampak Limbah Pencemaran
transport &
kom
Sumber
tambang
Sumberdaya
biologi
Limbah/polusi
(Pencemaran)Pariwisata
Gud
ang
Pel
abu
han
Kab
el
Per
ikan
an
tra
nspo
rt
kom
Gudang 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Pelabuhan 0 1 1 1 1 1 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 1 0 0
Kabel 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Sum
ber
Pasir & Bijih 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0
Minyak 0 0 0 0 1 1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 0 -1 -1 -1
Ta
mba
ngInstalasi mineral 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pipa minyak 0 1 0 0 1 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 1 -1 -1 -1S
umb
erd
aya
Bio
log
i
Perikanan
Demersal0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 -1 1 0 0
Perikanan
Pelagis0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Ikan karang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0
Akuakultur 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 1 0 0
Lim
bah
/ P
olu
si
Sungai 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1
Industri 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1
Pemukiman 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1
Minyak 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1
Par
iwis
ata
Selam/renang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Para-sailing 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0
Boating 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0
Hotel & Bar 0 -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Kon
ser-
vasi
Peneluran
penyu0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Terumbu
Karang0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
Taman/Publik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
Total kolom 2 -2 2 -2 -1 3 1 -6 -10 -5 -2 0 0 0 -1 1 -5 -5
Pada pernyataan-pernyataan diatas dapat diperoleh kesimpulan yaitu nilai
total dari baris ialah -35, sedangkan jumlah total nilai kolom yaitu -40. Sehingga
besarnya jumlah total nilai interaksi, ialah -75,serta dari data tersebut juga dapat
diketahui bahwa ada konflik yang nyata pada pembagian ruang wilayah pesisir
tersebut namun dengan nilai konflik yang di peroleh yaitu -75, maka dapat disimpulkan
bahwa banyak konflik yang terjadi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan wilayah
pesisir. Faktor penyebab terjadinya konflik dan kerusakan pemanfaatan wilayah
pesisisr yang terbesar yaitu oleh kegiatan manusia. Data diatas setelah dianalisis
memberikan informasi, serta memberikan kesimpulan dengan adanya kegiatan-
kegiatan manusia yang memiliki tujuan berbeda-beda dalam pengelolaan wilayah
pesisir mengakibatkan dampak atau pengaruh negatif maupun positif terhadap wilayah
pesisir dan sekitarnya maupun terhadap biota didalamnya dengan skala yang besar.
Sedangkan berdasarkan analisa SWOT adalah sebagai berikut:
4.2 Potensi dan Anncaman
Potensi pencemaran wilayah pantai sendang biru ,kabupaten malang di pengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat menimbulkan pencemaran baik pencemaran organik dan
anorganik yang berada di wilayah pesisir pantai sendang biru. Potensi pencemaran ini di
berikan oleh kegiatan masyarakat yang ada di sendang biru contohnya perdagangan ikan
dan pengolahan industri perikanan,kegiatan nelayan dan kunjungan dari parawisatawan
(Rahman, 2010).
Menurut Diananto ( 2006 ), Tekanan tersebut dapat berupa pencemaran air yang
telah melampaui kemampuan pantai untuk menanggung beban cemaran, perubahan pola
pengelolaan tambak secara intensif yang dikerjakan dengan menebang tanaman mangrove
dan tekanan arus laut yang telah menyebabkan terjadinya abrasi di beberapa tempat.
Kegiatan industri dan permukiman di pesisir Kota Tegal yang yang berkembang relative
lebih cepat telah menyebabkan peningkatan beban limbah pada kelima sungai yang
mengalir ke pantai Tegal.
Ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran yang ada di sendang biru adalah
dengan adanya kegiatan nelayan, indusrti dan pariwisata itu menyebabkan
keanekaragaman hayati di wilayah sendang biru berkurang. Misalanya pada kegiatan
nelayan yang membuang oli bekas sembarangan di laut ,hal itu menyebabakan organisme
atau ikan-ikan yang berada di pinggir pantai atau dermaga berkurang. Hal ini
menyebabakan para nelayan harus berlayar ke tengah laut untuk mendapatkan ikan
tangkapan (Daduk, 2013).
Menurut Nontji, (1987) dalam Litaay et al (2011) bahwa pencemaran laut dapat
disebabkan oleh limbah minyak, limbah industri seperti logam berat, limbah pertanian
seperti pupuk dan pestisida, limbah panas dari pembangkit listrik, siltasi dan limbah
pemukiman berupa bahan organik dan bakteri patogen. Di pulau berpenghuni, laut
merupakan ”tempat pembuangan sampah” terbesar dan murah. Limbah rumah tangga
seperti deterjen dan minyak buangan kapal merupakan pencemar utama di tempat ini .
4.3 Rekomendasi Pengelolaan Wilayah Pesisir
Rekomendasi yang perlu dilakukan untuk mengatasi ancaman – ancaman
pencemaran di wilayah pesisir Sendang Biru ialah bisa dengan menggunakan penyediaan
IPAL (Instalai Pembuangan Air Limbah) yang sesuai dengan pengelolaan air limbah
sebelum dibuang di peraiaran bahkan lingkungan pesisir dan konservasi wilayah pesisir
serta dapat dengan upaya restorasi. Pada hasil penelitian menunjukkan hubungan antara
masyarakat dengan upaya restorasi ekosistem ternyata sangat kuat berperan, termasuk
upaya restorasi perlu dilakukan secara terpadu. Hal ini ditunjukkan oleh hasil PLS.
Sedangkan ekosistem pesisir mana yang harus didahulukan untuk ditangani AHP
menyatakan bahwa prioritas utama adalah mangrove, kemudian terumbu karang, diikuti
dengan kawasan estuari dan terakhir padang lamun. Berdasarkan itu maka model co-
management mensyaratkan perlu adanya kolaborasi diantara masyarakat, pemerintah dan
swasta. Kolaborasi tersebut dipayungi oleh kerangka strategi yang memuat visi, misi, tujuan
dan prioritas strategi (Rudianto, 2014).
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pencemaran adalah proses masuknya atau dimasukkannya bahan pencemar
kedalam suatu lingkungan atau ekosistem.
- Pencemaran lingkungan dapat digolongkan menjadi pencemaran darat, air, dan
udara.
- Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:
Limbah cair
Limbah padat
Limbah gas dan partikel
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
- Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayang Kabupaten Malang
yang berkaitan dengan Pantai Sendang Biru yaitu:
• Pasal 13
Penanganan kawasan lindung geologi, dengan strategi sebagai berikut:
• Perlindungan terhadap kualitas air tanah dan sempadan mata air dari
berbagai kegiatan dan bahan yang dapat menimbulkan pencemaran dan
menyebabkan kerusakan kawasan.
• Pasal 16
Mengembangkan kegiatan pendukung Kawasan Sendangbiru bagi pelabuhan
nasional/internasional, perikanan dan perindustrian, dengan strategi
• Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Pasal 17
1. Konservasi kawasan Pulau Sempu sesuai fungsinya sebagai kawasan
lindung (cagar alam), dengan strategi
2. Optimalisasi pengembangan Kawasan Sendangbiru, dengan strategi
3. Mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir, dengan strategi
• Pasal 36
Perlindungan terumbu karang di sepanjang kawasan pesisir khususnya di
Pulau Sempu.
5.2 Saran
Sebaiknya pantai Sendang Biru supaya tidak terkena dampak pencemaran patut
mengelola semua aspek industri perikanan yang ada di sana dan sebelum membuang
sampah dan limbah (baik limbah car atau padat), hendaknya diolah terlebih dahulu
limbahnya tersebut supaya tidak mencemari lingkungan pesisir. Solusi yang dapat
digunakan untuk menangani masalah pencemaran dalam jangka panjang dapat dengan
mengadakan kegiatan preventif / pencegahan berupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran mulai dari sekarang. Pada masalah limbah domestik dapat dilakukan
pengolahan sampah dan Gerakan Bersih Pantai dan Laut, lalu untuk limbah pemanfaatan
ikan dapat diolah menjadi pakan ikan. Dilakukan pula kegiatan pemulihan keadaan yang
telah mengalami pencemaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., Sitepu, M.J. (cet. 2), 2001 : Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu ; PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, Indonesia.
Diananto, A. U. 2006. KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR
KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN
(Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat). TUGAS AKHIR. JURUSAN
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG: Semarang.
Manziz. 2011. Peengendalian Pencemaran Laut di Wilayah Pesisir Sendang Biru .
Jurnal Kelautan. 8 (2 ): 1-7.
Harry. 2013. Pentingnya Stakeholder Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia
Secara Optimal. Jurnal Platax. 4 (2): 1-9.
Hermawan, David. 2006. Prospektif Pengembangan Kawasan Pesisir Sendang Biru
Untuk Industri Perikanan Terpadu. ejournal.umm. 2 (6): 1-9.
Rudianto. 2012. Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir: Studi
Kasus Wilayah pesisir Wonogoro, Desa Tumpakrejo, Kecamatan
Gedangan, Kabupaten malang, Propinsi Jawa Timur. Paper
dipresentasikan pada Seminar nasional “Pengelolaan Sumberdaya
Laut dan Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan di Indonesia,
tanggal 19 Maret 2012.
Rudianto, 2014. Analisis Restorasi Ekosistem Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Co-
Management: Studi Kasus di Kecamatan Ujung Pangkah dan
Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. RESEARCH JOURNAL OF
LIFE SCIENCE. 1 (1):1-14.