52
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU KELAS M01 KELOMPOK 4 PENCEMARAN ANGGOTA NOVIAN ADE SAYITNA 125080101111036 ANGELICA NATASYA PUTRI 125080101111080 AYU NHEVY TIA 125080101111049 KHAIRUL MUJAKIR 125080101111059 FEBRINA ENNI NOVA S. 125080101111075 IKA WINDY KUSUMA W. 125080101111080 MARIA SALOME OKTINUN 125080107111041 M.NAFIUR ROCHMAN 125080107111005 DEA YENIAR PRAKASIWI 125080107111006 MARIA PAULA LIEDA N. 125080107111009 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lapoaran Samapi Bab 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bagus

Citation preview

Page 1: Lapoaran Samapi Bab 3

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU

KELAS M01

KELOMPOK 4 PENCEMARAN

ANGGOTA

NOVIAN ADE SAYITNA 125080101111036

ANGELICA NATASYA PUTRI 125080101111080

AYU NHEVY TIA 125080101111049

KHAIRUL MUJAKIR 125080101111059

FEBRINA ENNI NOVA S. 125080101111075

IKA WINDY KUSUMA W. 125080101111080

MARIA SALOME OKTINUN 125080107111041

M.NAFIUR ROCHMAN 125080107111005

DEA YENIAR PRAKASIWI 125080107111006

MARIA PAULA LIEDA N. 125080107111009

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

MALANG

2014

Page 2: Lapoaran Samapi Bab 3

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU

LEMBAR PENGESAHAN

KELAS M01

KELOMPOK 4 PENCEMARAN

MALANG,......

DOSEN PENGAMPU KOORDINATOR PRAKTIKUM

(...................................) (.....................................)

Page 3: Lapoaran Samapi Bab 3

Contents1. PENDAHULUAN..............................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................7

1.3 Tujuan..............................................................................................................................................7

1.4 Kegunaan.........................................................................................................................................7

1.5 Waktu dan Tempat..........................................................................................................................8

2. Tinjauan Pustaka........................................................................................................................9

2.1 Kondisi Umum.......................................................................................................................9

2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta Wilayah..................................................................................9

2.1.2 Oseanografi................................................................................................................................10

2.1.3 Demografi...................................................................................................................................11

2.2 Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut Bidang Pencemaran...............................................12

2.2.1 Potensi Wilayah...............................................................................................................12

2.2.2 Ancaman Wilayah............................................................................................................13

2.3 Kelembagaan.......................................................................................................................13

2.3.1 Keterkaitan Stakeholder..................................................................................................13

2.3.2 Lembaga yang Terkait.................................................................................................................15

2.3.3 Konflik Kepentingan....................................................................................................................16

Page 4: Lapoaran Samapi Bab 3

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangJawa Timur adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa yang terletak

pada 111,0_ - 114,4_ BT dan 7,12_ - 8,48_ LS. Batas-batas wilayah Provinsi

Jawa Timur, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa (Pulau

Kalimantan), sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali (Pulau Bali),

sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat

berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Timur

dapat dibedakan menjadi dataran tinggi, sedang, dan rendah. Dataran tinggi

merupakan daerah dengan ketinggian di atas 100 mdpl. Daerah ini meliputi

Kabupaten Trenggalek, Blitar, Malang, Bondowoso, Magetan, Kota Blitar,

Kota Malang dan Kota Batu. Dataran sedang mempunyai ketinggian antara

45-100 m dpl yang meliputi daerah Kabupaten Ponorogo, Tulungagung,

Kediri, Lumajang, Jember, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bangkalan, Kota Kediri

dan Kota Madiun. Sedangkan 16 kabupaten dan 4 kota lainnya termasuk

dataran rendah yang mempunyai ketinggian di bawah 45 m dpl. Terdapat 5

daerah dengan wilayah terluas yakni Kabupaten Banyuwangi, Malang,

Jember, Sumenep dan Tuban (Perhutani, 2011).

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik dengan karakter yang

spesifik. Artinya bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat

Page 5: Lapoaran Samapi Bab 3

dinamis dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi dan geologis yang

sangat cepat. Ekosistem Wilayah pesisir terdiri dari terumbu karang, hutan

bakau, pantai dan pasir, estuari, lamun yang merupakan pelindung alam dari

erosi, banjir dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi dampak

polusi dari daratan ke laut. Disamping itu wilayah pesisir juga menyediakan

pelbagai jasa lingkungan dan sebagai tempat tinggal manusia, dan untuk

sarana transportasi, tempat berlibur atau rekreasi. Jawa Timur merupakan

suatu kepulauan di Indonesia yang dimana memiliki berbagai komoditas hasil

laut dan wilayah pesisir yang sangat berpotensi dan memiliki sumberdaya

alam yang melimpah. Namun kawasan pesisir sekarang ini rawan terhadap

semakin kerusakan dan pencemaran akibat keserakahanmanusia serta alam,

maka dari itu perlu adanya kegiatan restorasi supaya sumberdaya alamnya

tetapterpenuhi (Dahuri, et. al. 2001).

Menurut Rudianto (2014), bahwa untuk mengetahui bagaimana

strategi restorasi yang tepat mengatasi kerusakan pesisir, diperlukan

penelitian di Kabupaten Gresik pada 2 (dua) kecamatan terpilih yaitu di

kecamatan Ujung pangkah dan kecamatan Bungah. Kabupaten Gresik dipilih

sebagai sampel karena Kabupaten Gresik memiliki tingkat kerusakan wilayah

pesisir yang salah satunya paling parah di propinsi Jawa Timur. Buku

Laporan SLHD Propinsi Jawa Timur tahun 2010 menyatakan bahwa untuk

wilayah Gresik sebagian besar mangrovenya telah direklamasi menjadi

kawasan pergudangan dan industri.

Sendang Biru merupakan salah satu daerah di kabupaten Malang

yang dimana memiliki kawasan pesisir pantai yang prospektif untuk

dikembangkan menjadi kawasan Industri Maritim yang berbasis pada Industri

Perikanan Terpadu. Keuggulan dari pantai Sendang Biru adalah memiliki

selat dengan barier P. Sempu, sehingga memberikan keamanan kepada

armada tangkap yang berlabuh di Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan

Page 6: Lapoaran Samapi Bab 3

berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Produksi Ikan yang di

daratkan oleh nelayan Sendang Biru adalah sebesar 6.569,411/tahun,

sedangkan potensi stok ikan pelagis besar yang ada di Selatan Jawa 22.000

ton/tahun, sehingga baru dimanfaatkan sebesar 19%. Berdasarkan potensi

sumberdaya perikanan yang dimiliki dan kondisi tofografis, geografis dan

oceanografis, maka Kawasan Pesisir Sendang Biru perlu direncanakan

pengembangan kawasan yang terpadu dan terencana, sehingga

pembangunan tersebut dapat berkelanjutan. Untuk merealisasikan

pembangunan tersebut, maka pemerintah Kabupaten Malang dalam

penyusunan perencanaan tersebut, semestinya melibatkan seluruh

stakeholder dan merespons aspirasi masyarakat (Hermawan, 2006).

Menurut Haq (2006), wilayah pesisir dan laut Sendang Biru dijadikan

sebagai kawasan andalan Kabupaten Malang untuk pembangunan

pariwisata. Kawasan pesisir ini memiliki beberapa potensi menarik sebagai

kawasan pariwisata, seperti: pantai berpasir putih, hutan pantai,

pemandangan indah, dan tradisi upacara bersih laut yang biasa di kenal

dengan upacara petik laut serta didukung oleh adanya Cagar Alam Pulau

Sempu yang khas. Apabila potensi ini dimanfaatkan secara optimal, tentu

dapat diandalkan sebagai peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi

masyarakat lokal. Analisis SWOT digunakan dalam menentukan strategi

pengelolaan pariwisata di kawasan ini, tetapi terlebih dahulu diadakan

pengkajian potensi kawasan berdasarkan penilaian dan pengembangan

obyek dan daya tarik wisata yang dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam

dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Penelitian ini bertujuan: 1) mengkaji

potensi kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang, dan 2)

merumuskan strategi pengelolaan kawasan pariwisata pesisir Sendang Biru

Kabupaten Malang.

Page 7: Lapoaran Samapi Bab 3

Pada saat ini wilayah pesisir mengalami beragai tekanan baik yang

berasal dari faktor proses alam maupun oleh faktor antrophogenik yang

makin tidak rasional. Tekanan yang terus menerus terjadi diwilayah pesisir,

menyebabkan kerusakan yang makin bertambah parah terutama hilangnya

kemampuan pesisir menyimpan karbon. Untuk mencegah agar kerusakan

pesisir tidak menjadi bertambah parah, diperlukan upaya restorasi ekosistem

pesisir secara terpadu dan menyeluruh Clewell, et al.,(2005) dalam Rudianto,

(2012).

1.2 Rumusan MasalahPantai Sendang Biru memiliki berbagai potensi yang sangat indah dan

terdapat bermacam-macam komoditas perikanan yang dimanfaatkan di

pantai tersebut. Sebagai salah satu wilayah pesisir yang yang masih terjaga

kelestariannya, di Sendang Biru terdapat isu-isu terkait pencemaran yang

dapat menjadi ancaman serius jika tidak di cegah. Isu-isu yang terdapat di

Sendang Biru adalah :

- Potensi apa yang terdapat di wilayah pesisir Sendang Biru?

- Ancaman apa yang sedang dihadapi di Sendang Biru?

1.3 TujuanTujuan dari praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu

kelompok Pencemaran adalah agar mahasiswa dapat mengidentifikasi

masalah-masalah pencemaran yang terjadi di pesisir dan laut, serta mampu

menganalisis dari hasil pengamatan.

Page 8: Lapoaran Samapi Bab 3

1.4 Kegunaan Pada kegiatan praktikum Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut

Terpadu memiliki berbagai kegunaan bagi mahasiswa maupun orang lain ,

salah satunya adalah sebagai berikut:

a. Untuk stakeholder dan masyarakat pesisir, sebagai informasi akan

betapa pentingnya pengelolaan wilayah pesisir dengan optimal dan

terjaga akan sumberdaya alamnya, memberikan wawasan bagaimana

pentingnya kegiatan konservasi guna untuk kepentingan umat manusia

serta perikanan tangkap yang memperhatikan ketersediaan jumlah ikan,

selain itu betapa pentingnya untuk tidak membuang limbah atau sampah

tanpa pengolahan terlebih dahulu supaya perairan tidak tercemar.

b. Untuk wisatan, memiliki nilai akan betapa pentingnya kegiatan-

kegiatan konservasi demi menjaga keindahan alam yang lestari

dan menciptakan kawasan yang bersih serta dapat dinikmati

semua orang keindahannya.

c. Untuk mahasiswa, sebagai salah satu pedomandalam

memperoleh wawasa,ilmu, nilai sosial-ekonomi serta ekologi akan

betapa pentingnya dan dibutuhkannya noptimalisasi dan strategi

pengelolaan wilayah laut dan pesisir secara terpadu

danberkelanjutan, selain hal tersebut juga sebagai salah satu

prasarat penunjang akademik dari mata kuliah Pengelolaan

Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu.

1.5 Waktu dan TempatPraktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Desember 2014 dari pukul 09.00

Page 9: Lapoaran Samapi Bab 3

WIB sampai pukul 14.00 WIB di Sendang Biru, desa Tambakrejo, Kecamatan

Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Kondisi Umum  Menurut Noor (2012), kawasan Pantai Sendang Biru berada di wilayah administratif

desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Kawasan Pantai

Sendang Biru Secara letak astronomis berada pada 08⁰25’532” S atau 112⁰41’068” E.

Untuk menuju ke lokasi Pantai Sendang Biru dapat ditempuh melalui 2 rute yaitu:

- Malang- Gadang- Bululawang- Turen- Sumbermanjing Wetan- Sendang Biru

- Malang- Kepanjen- Gondanglegi- Turen- Sumbermanjing Wetan Sendang Biru.

- Keadaan Topografi dusun Sendang Biru merupakan daerah yang dengan bukit-

bukit kecil dengan jumlah yang cukup banyak. Pantai yang ada di dusun Sendang

Biru sebagian merupakan pantai berpasir dan sebagian merupakan pantai

berkarang.

Keadaan Topografi dusun Sendang Biru merupakan daerah yang dengan bukit- bukit

kecil dengan jumlah yang cukup banyak. Pantai yang ada di dusun Sendang Biru sebagian

merupakan pantai berpasir dan sebagian merupakan pantai berkarang. Keadaan Suhu rata

Page 10: Lapoaran Samapi Bab 3

rata di Pantai Sendang Biru adalah 23,370C – 30,010C Di pantai sendang biru terapat

pulau sempu, pantai sendang biru juga dikenal sebagai tempat pendaratan dan pelelangan

ikan di malang. Dinamakan sendang biru karena di pantai ini terdapat sumber mata air yang

bisa disebut sendang dan berwarna biru (Suwito, 2013).

2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta WilayahSecara geografis pantai sendang biru terletak sekitar 60 km di sebelah selatan kota

malang dan secara administrative merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Pantai

Sendang Biru merupakan pantai Lautan Selatan, tetapi karena pantai tersebut “tertutup”

oleh pulau Sempu, makaan sumber pantai Sendang Biru memiliki perairan yang tenang dan

memiliki pula kekayaan sumberdaya ikan yang berlimpah (Martin dan Meliono, 2011).

Menurut Andry, (2014) letak geografis pantai Sendang Biru adalah 08o37` - 08o41`

LS dan 112o35` - 112o43` BT dengan ketinggian 0 – 100 m di atas permukaan laut. Secara

administrasi perairan Sendang Biru berada diwilayah Desa Tambak Rejo, Kecamatan

Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Sedangkan letak geografisnya adalah 08o37` -

08o41` LS dan 112o35` - 112o43` BT dengan ketinggian 0 – 100 m di atas permukaan laut.

Batas administrasi perairan Sendang Biru adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sitiarjo

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Kedung Banteng

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Tambak Asri

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia.

2.1.2 Oseanografi

Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus

(samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti

deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari

Page 11: Lapoaran Samapi Bab 3

sekedar deskripsitentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan

berbagai disiplin ilmujika ingin diungkapkan.(Supangat dan Susanna, 2008).

Ekosistem wilayah pantai dan perairan laut yang paling dominan di Sendang

Biru adalah hutan mangrove dan terumbu karang. Hutan mangrove Sendang Biru

merupakan kawasan dengan topografi pesisir berupa perairan semi tertutup

berbentuk seperti laguna dengan aliran air masuk maupun keluar berada pada satu

lokasi. Tipe pasang surut Sendang Biru adalah tipe diurnal (2 kali pasang dan surut

dalam sehari). Gerakan air (pasang surut) perairan pantai Sendang Biru pada

umumnya mempunyai tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed

tide prevailing semi diurnal (Amri et.al, 2014).

Selat Sempu masih terpengaruh oleh angin musim (monsoon), yaitu musim

barat, musim timur dan musim peralihan diantara keduanya. Musim barat terjadi

sekitar Desember-Februari, musim peralihan I pada Maret-Mei, musim timur pada

Juni-Agustus dan musim peralihan II pada September-November. Kondisi musim ini

mempengaruhi pola arus permukaan disekitar selat Sempu, pada musim barat arus

utama akan mengalir dari barat menuju timur dan biasanya dibarengi dengan curah

hujan tinggi sehingga menyebabkan salinitas perairan menjadi rendah. Kebalikannya

pada musim timur, arus akan berasal dari timur menuju ke barat dengan membawa

salinitas tinggi karena biasanya musim kering dimulai. Sedangkan pada musim

peralihan kondisi arus tidak menentu umumnya perairan relatif tenang (Luthfi dan

Jauhari,2013).

2.1.3 DemografiSecara umum Demografi adalah Ilmu yang mempelajari persoalan dan

keadaan-keadaan perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang

berhubungan dengan komponen-komponen perubah tersebut seperti kelahiran,

Page 12: Lapoaran Samapi Bab 3

kematian dan migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi

penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu (Wulandari,2011).

Jumlah penduduk dusun Sendang Biru per September 2012 adalah sebesar

4.986 jiwa. dengan rincian laki laki berjumlah 2.276 jiwa dan perempuan berjumlah

2.710 jiwa. Atau dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.441 (Suwito,2013).

Pola kehidupan penduduk Pepela dan Sendang Biru amat tergantung pada

perdagangan hasil laut. Di Sendang Biru pertanian serta perikanan merupakan

pemasok pangan dan kesejahteraan ekonomi. Pemanfaatan dan penggunaan

sumber alam khususnya dari laut merupakan dasar kehidupan bagi sebagian besar

penduduk Pepela dan Sendang Biru, baik yang berasal dari tempat-tempat tersebut,

maupun pendatang yang selama ini menetap di sana (Nolan,2011).

2.2 Pengelolahan Wilayah Pesisir Dan Laut Bidang Pencemaran

2.2.1 Potensi Wilayah Potensi pencemaran wilayah pantai sendang biru, kabupaten malang di pengaruhi oleh

beberapa faktor yang dapat menimbulkan pencemaran baik pencemaran organik dan

anorganik yang berada di wilayah pesisir pantai sendang biru. Potensi pencemaran ini di

berikan oleh kegiatan masyarakat yang ada di sendang biru contohnya perdagangan ikan

dan pengolahan industri perikanan,kegiatan nelayan dan kunjungan dari parawisatawan

(Diananto, 2006).

Wilayah pesisir dan laut Sendang Biru merupakan kawasan andalan Kabupaten Malang

untuk pembangunan pariwisata. Kawasan pesisir ini memiliki beberapa potensi menarik

sebagai kawasan pariwisata, seperti: pantai berpasir putih, hutan pantai, pemandangan

indah, dan tradisi upacara bersih laut yang biasa di kenal dengan upacara petik laut serta

didukung oleh adanya Cagar Alam Pulau Sempu yang khas. Apabila potensi ini

dimanfaatkan secara optimal, tentu dapat diandalkan sebagai peluang kesempatan kerja

Page 13: Lapoaran Samapi Bab 3

dan berusaha bagi masyarakat lokal. Analisis SWOT digunakan dalam menentukan strategi

pengelolaan pariwisata di kawasan ini, tetapi terlebih dahulu diadakan pengkajian potensi

kawasan berdasarkan penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang

dikeluarkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Haq, 2006).

Menurut Kapedal (2003), tekanan tersebut dapat berupa pencemaran air yang telah

melampaui kemampuan pantai untuk menanggung beban cemaran, perubahan pola

pengelolaan tambak secara intensif yang dikerjakan dengan menebang tanaman mangrove

dan tekanan arus laut yang telah menyebabkan terjadinya abrasi di beberapa tempat.

Kegiatan industri dan permukiman di pesisir Kota Tegal yang yang berkembang relative

lebih cepat telah menyebabkan peningkatan beban limbah pada kelima sungai yang

mengalir ke pantai Tegal.

2.2.2 Ancaman Wilayah Ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran yang ada di sendang biru adalah dengan

adanya kegiatan nelayan, indusrti dan pariwisata itu menyebabkan keanekaragaman hayati

di wilayah sendang biru berkurang. Misalanya pada kegiatan nelayan yang membuang oli

bekas sembarangan di laut ,hal itu menyebabakan organisme atau ikan-ikan yang berada di

pinggir pantai atau dermaga berkurang. Hal ini menyebabakan para nelayan harus berlayar

ke tengah laut untuk mendapatkan ikan tangkapan (Diananto, 2006).

Menurut Rudianto (2014), berdasarkan observasi lapang di desa Banyu Urip, Kecamatan

Ujung pangkah, sumberdaya alam didaerah ini semakin tahun mengalami degradasi. Hasil

tangkapan nelayan dan hasil panen tambak semakin menurun baik secara kualitas maupun

kuantitas. Hal ini disebabkan karena adanya pembukaan lahan pertanian di daerah hulu,

pengaliran limbah industri di daerah aliran sungan (DAS) yang menghasilkan limbah kimiawi

(hidrokarbon, logam berat, dan yang lain-lain) yang masuk melalui aliran sungai.

Page 14: Lapoaran Samapi Bab 3

Menurut Nontji, (1987) dalam Litaay et al (2011) Pencemaran laut dapat disebabkan oleh

limbah minyak, limbah industri seperti logam berat, limbah pertanian seperti pupuk dan

pestisida, limbah panas dari pembangkit listrik, siltasi dan limbah pemukiman berupa bahan

organik dan bakteri patogen. Di pulau berpenghuni, laut merupakan ”tempat pembuangan

sampah” terbesar dan murah. Limbah rumah tangga seperti deterjen dan minyak buangan

kapal merupakan pencemar utama di tempat ini .

2.3 Kelembagaan

2.3.1 Keterkaitan StakeholderMenurut Manziz (2011), stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia,

komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki

hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas

dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu

mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan. Ada berbagai

pendapat mengenai definisi Stakeholder menurut para ahli seperti :

1. Freeman (1984), mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang

dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.

2. Biset (1998), secara singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang dengan suatu

kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

3. Grimble and Wellard (1996), mendefinisikan stakeholder dari segi posisi penting dan

pengaruh yang dimiliki mereka.

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan pada saat ini menjadi salah satu prioritas

pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang. Kebijakan tersebut

ditempuh mengingat Kabupaten Malang memiliki 14 pantai dengan panjang garis pantai 77

km (Gambar 1) dan berada di perairan Samudera Hindia yang kaya akan sumber daya ikan

Page 15: Lapoaran Samapi Bab 3

pelagis besar, seperti madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus),

albakora (Thunnus allalunga), tuna sirip biru selatan (Thunnus macoyii), dan tuna abu-abu

(Thunnus tonggol) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).7 Berdasarkan hasil pengkajian stok

ikan di Samudera Hindia yang dilakukan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber

daya Ikan Laut pada tahun 19981, dilaporkan potensi sumber daya ikan tuna di Selatan

Jawa diestimasi sebesar 22.000 ton/tahun dengan tingkat produksi 10.000 ton/tahun,

berarti tingkat pemanfaatannya baru mencapai 45%. Dengan demikian, prospek

pengembangannya masih terbuka lebar, yaitu sebesar 55% (Hary, 2013).

Gambar 1. Pantai di Wilayah Kabupaten Malang

2.3.2 Lembaga yang TerkaitMenurut Hermawan (2013), pada saat ini telah dilakukan rencana penataan ruang

pesisir dan lautan Adapun arahan dari kebijakan tersebut, khususnya untuk kawasan pesisir

Sendang Biru direncanakan untuk menjadi kawasan Industri Perikanan Terpadu, yaitu

bagaimana potensi sumber daya alam kelautan yang meliputi perikanan, pertambangan,

pariwisata dan perhubungan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Malang,

khususnya Malang Selatan (Gambar 2).

Page 16: Lapoaran Samapi Bab 3

Wisata

Bisnis

Industri

Gambar 2. Kawasan Pesisir Sendang Biru

2.3.3 Konflik KepentinganMenurut Rubianto (2001), perubahan paradigma pembangunan nasional dari land-

based economic delelopment menjadi ocean-based economic development. Pembangunan

kelautan dijadikan platform pembangunan ekonomi pemerintah Kabupaten Malang,

khususnya di Malang Selatan. Sehingga hampir semua variable politik-ekonomi diarahkan

terhadap kinerja ekonomi kelautan. Diharapkan dari tujuh program unggulan yang

dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang pembangunan sektor kelautan dapat

dijadikan prime mover economic yang memiliki keterpaduan antar sektor, sehingga setiap

sektor mampu menghasilkan barang (goods) dan jasa (services) yang berdaya saing tinggi

Page 17: Lapoaran Samapi Bab 3

secara berkeadilan dan berkelanjutan dan dapat dijadikan sumber kemakmuran masyarakat,

khususnya masyarakat Malang .

Menurut Handadjani (2001), salah satu kawasan pesisir yang dijadikan prioritas

tersebut adalah kawasan Pesisir Sendang Biru, karena pada saat ini memiliki Pusat

Pendaratan Ikan Pondokdadap dan merupakan pusat kegiatan perikanan tangkap terbesar

di Kabupaten Malang. Kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Malang

tersebut menjadikan kawasan pesisir Sendang Biru diarahkan untuk pengembangan

kawasan perikanan terpadu yang populer dengan program Fishery towni. Apabila kebijakan

tersebut bisa direaliasikan dan sinergis dengan kebijakan provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Pusat, maka Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru, niscaya akan

menjadi pelabuhan ikan terbesar setelah Cilacap di Selatan Jawa, karena berdasarkan

pertimbangan geografis, topografis dan oceanografis pantai Sendang Biru merupakan pantai

terbaik di Selatan Jawa setelah Cilacap, karena: (1) berhadapan langsung dengan

Samudera Indonesia yang merupakan Wilayah Pengelolan Perikanan IX; yang menjadi alur

migrasi ikan pelagis besar, terutama ikan tuna; (2) memiliki barier P.Sempu: panjang selat 4

km, lebar 400-1500 m, kedalaman rataan 20 m, sehingga perairan di wilayah tersebut relatif

tenang; (3) mudah terjangkau oleh transportasi; dan (4) secara topografis kedalaman sesuai

untuk berlabuhnya armada penangkapan domestik maupun luar daerah. Untuk lebih

jelasnya keunggulan dari Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru dapat di lihat

pada (Gambar 3).

Gambar 3. Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru

Page 18: Lapoaran Samapi Bab 3

Gambar 3. Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Perencanaaan Wilayah Pesisir dan Laut

Terpadu pada bidang Pencemaran adalah :

GPS : digunakan sebagai penanda tempat yang akan diukur kualitas

airnya.

Page 19: Lapoaran Samapi Bab 3

Kuisioner : digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan informasi

secara langsung di lapangan

Kamera : digunakan untuk mendokumentasikan saat pengamatan di lapangan.

Do meter : Digunakan untuk mengukur parameter DO dan Suhu pada

lingkungan perairan yang dianggap telah terjadi pencemaran.

Salinometer : Digunakan untuk mengukur parameter salinitas pada lingkungan

perairan yang dianggap telah terjadi pencemaran.

Washing bottle: Sebagai wadah dari larutan aquades.

Pipet tetes :Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecilskalalebih sedikit.

Alat tulis :Digunakan sebagai alat untuk mencatat semu7a hasil data

yangdiperoleh pada saat pengamatan.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Perencanaaan Wilayah Pesisir dan

Laut Terpadu pada bidang Pariwisata adalah :

Aquades : Digunakan sebagai larutan pengkalibrasi alat DO meter dan

Salinometer.

Tisue :Digunakan untuk membantu membersihkan alat-alat.

Baterai :Digunakan sebagai energi daya kamera untuk dokumentasi.

Page 20: Lapoaran Samapi Bab 3

3.2 Metode Observasi Lapang

3.2.1 Data Primer

3.2 Metode Observasi Lapang

3.2.1 Data Primer

Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung dilapangan (observasi),

dengan kuesioner yaitu dengan mewawancarai masyarakt sekitar (wisatawan maupun

penduduk) dan data primer juga didapatkan dari dokumentasi saat melakukan pengamatan

maupun wawancara.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan mengadakan

langsung terhadap gejala obyek yang diselidiki, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun

dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad, 1985).

Sedangkan menurut Faisol (2009), data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung. Sumber data primer menyajikan informasi atau data seperti : artefak arkeologis ,

foto, dokumen historis seperti : catatan harian, sensus, video atau transkrip pengawasan,

dengar pendapat, pengadilan, atau wawancara, tabulasi hasil survey atau kuisioner, catatan

tertulis atau terekam dari pengujian laboratorium, catatan tertulis atau terekam dari

pengamatan lapangan. Jadi data primer ini diperoleh secara langsung dari pencatatan hasil

observasi, wawancara, partisipasi aktif, dan dokumentasi. Beberapa metode dalam

memperoleh data primer adalah (1) observasi (2) wawancara (3) partisipasi aktif (4)

dokumentasi dan (5) kuesioner.

3.2.1.1 Visual Observasi

Skema Kerja

Page 21: Lapoaran Samapi Bab 3

Pengukuran DO dan suhu perairan menggunakan DO meter

Pengukuran salinitas menggunakan salinometer

DO meter

Ditekan tombol On/Off untuk meng

Bagian ujung DO meter dikalibrasi menggunakan aquades

Bagian ujung DO meter dimasukkan dalam perairan

Ditunggu beberapa menit serta dilihat nilai DO dan Suhu pada DO meter

Dicatat hasilnya

Persiapan alat dan bahan

Dimasukkan kedalam perairan

DO meter dikalibrasi bagian ujung salinometer menggunakan washing bottle yang berisi

Ditunggu beberapa menit serta dilihat nilai salinitasnya

Dicatat hasilnya

Page 22: Lapoaran Samapi Bab 3

Pengamatan visual (observasi) dilakukan dengan melihat-lihat keadaan sekitar

dengan menganalisis bagaimana kondisi daerah tersebut, meliputi bagaimana kondisi

lingkungan / kebersihan di daerah pantai Sendang Biru, bagaimana suasananya, dan

menilai sarana prasarana yang ada disana apakah sudah lengkap atau belum.

Pengumpulan data menurut hasil observasi pada praktikum Perencanaan Wilayah Pesisir

Terpadu tentang pencemaran pada kelompok kami memperoleh hasil :

TPI 1

pH : 8,39

Salinitas : 34

DO : 11,9

Suhu : 37,5

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : 08,43477 derajat

BT : 112,68232 derajat

Elavasi : 28 derajat

TPI 2

pH : 8,39

Salinitas : 36

DO : 10,7

Suhu : 38,8

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : 08,43404 derajat

BT : 112,68404 derajat

Elavasi : 25 derajat

TPI 3

Page 23: Lapoaran Samapi Bab 3

pH : 7

Salinitas : 35

DO : 25,4

Suhu : 31

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : -8”25’54.032”

BT : 112 derajat 41’7.422”

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri - ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara

dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga obyek – obyek alam yang lain (Sugiyono, 2011).

3.2.1.2 Kuesioner

Cara memperoleh hasil visual observasi dengan menggunakan kuisioner dengan metode wawancara

Siapkan kuisioner

Kuisioner ditujukan untuk wisatawan, masyarakat pesisir, dan stakeholder

Menanyai dengan sopan seputar apasaja informasi mengenai di lapang

Page 24: Lapoaran Samapi Bab 3

Wawancara merupakan proses tanya jawab atau interaksi antara pihak pencari data

atau peneliti selaku pewawancara (interviewer) dengan responden atau narasumber yang

berposisi sebagai pihak yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti. Salah satu cara pengumpulan data yang sering diterapkan

dan dipandang penting perannya adalah wawancara. Dengan demikian, proses ini hanya

dapat terjadi apabila kedua pihak bersedia melaksakan komunikasi atau terutama pihak

yang akan diwawancarai bersedia meluangkan waktu untuk melakukannya (Santosa dan

Hamdani, 2007).

Pengambilan data dengan wawancara ini juga termasuk kegiatan yang terjun

langsung kelapangan akan tetapi dalam hal ini adalah hasil tanya jawab dengan pihak –

pihak terkait seperti dari para penduduk sekitar, stakeholder dan wisatawan.

3.2.1.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat

berupa gambar, patung, film, dan lain-lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).

Mencatat menggunakan alat tulis semua informasi dan didokumentasikan dengan kamera

Page 25: Lapoaran Samapi Bab 3

Data dokumen yang penulis peroleh atau gunakan sebagai acuan dalam memberikan

menganalisa serta memberi pendapat mengenai dampak yang di akibatkan dari kegiatan

wisata.

3.2.2. Data sekunder

Data sekunder pada praktikum ini adalah data yang diperoleh dari literatur, jurnal,

proceding seminar, dan terbitan online yang memuat materi sejenis dan berhubungan

dengan obyek pariwisata di sendang biru. Data sekunder ini kita peroleh juga dari stake

holder yang ada dikawasan sendang biru. Menurut beliau

Sedangkan dari jurnal, proceding dan terbitan onlaine kami mendapatkan data sendang biru

sebagai berikut: pantai sendang biru terletak dipesisir bagian selatan ditepi samusra

Indonesia, berada di Dusun Sendang biru, desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing

Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kondisi pantainya sudah tidak menarik seperti dulu

lagi, apalagi dibibir pantai hanya dipenuhi dngan perahu nelayan dan terkadang juga terlihat

kotor dibagian pesisir pantai ini. Wilayah pantai sendang biru memiliki potensi alam yang

sangat melimpah, baik itu hasil lautnya maupun keindahan pantainya. Hal ini menimbulkan

adanya potensi pada daerah ini untuk dijeksploitasi secara besar besaran. Salah satu konflik

yang dapat mengancam adalah pemanfaatan ruang antara masyarakat dengan stakeholder

yang berdampak pada masalah social dan penurunan kualitas lingkungan pantai sendang

biru (AFPL, 2010).

3.2.3. Studi Literatur

Pengembangan sektor kelautan dan perikanan juga mengarah pada pengelolaan

pantai untuk dijadikan tempat wisata. Pantai wisata yang ada di Sendangbiru bernama

Pantai Timur. Di pantai tersebut wisatawan dapat berenang, mancing, menyelam atau naik

perahu wisata. Selain Pantai Timur wisatawan juga dapat mengunjungi cagar alam pulau

Sempu. Di sana wisatawan dapat berkemah, khususnya di dekat danau kecil yang bernama

Page 26: Lapoaran Samapi Bab 3

segara anakan.Setelah berwisata para wisatawan juga dapat membeli ikan yang masih

segar di pasar ikan (Suwito, 2013).

Peningkatan jumlah Wisatawan di Pantai Sendang biru di Kota Malang mampu

meningkatkan tingat pendapatan masyarakat sekitar. Namun dibalik dampak positif tersebut

terdapat beberapa masalah antara lain kerusakan terumbu karang pada Pantai

Sendangbiru, berkurangnya jumlah mangrove akibat pembangunan kawasan pesisir yang

tidak bersifat berkelanjutan kemudian belum siapnya masyarakat Sendangbiru dalam

mengelola obyek daya tarik wisatwan (Hania et al., 2013).

3.2.4 Perbandingan Baku Mutu

Berikut merupakan baku mutu air berdasarkan bidang Industri, Wisata Bahari, serta

Pelabuhan:

Page 27: Lapoaran Samapi Bab 3
Page 28: Lapoaran Samapi Bab 3
Page 29: Lapoaran Samapi Bab 3
Page 30: Lapoaran Samapi Bab 3

Sedangkan berdasarkan nilai yang kelompok 4 bidang pencemaran praktikum

Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu adalah sebagai berikut:

TPI 1

pH : 8,39

Salinitas : 34

DO : 11,9

Suhu : 37,5

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : 08,43477 derajat

BT : 112,68232 derajat

Elavasi : 28 derajat

TPI 2

pH : 8,39

Salinitas : 36

DO : 10,7

Suhu : 38,8

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : 08,43404 derajat

BT : 112,68404 derajat

Elavasi : 25 derajat

TPI 3

pH : 7

Salinitas : 35

DO : 25,4

Suhu : 31

Page 31: Lapoaran Samapi Bab 3

GPS koordinat : 10 : 28 : 23

LS : -8”25’54.032”

BT : 112 derajat 41’7.422”

Berdasarkan hasil data tersebut diperoleh data bahwa pada TPI 1 suhu 37.5 0C, DO 11.9

mg/l, pH 8.39, dan salinitas 34 sedangkan pada TPI 2 adalah suhu 38,8 0C, DO 10,7 mg/l,

pH 8.34, dan salinitas 36. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada daerah

Sendang Biru bidang Industri, Wisata Bahari, dan Pelabuhan masih tergolong belum

tercemar berat. Hal tersebut sesuai dengan baku air lingkungan yang ada di atas.

4. Pembahasan

4.1 Analisa Kesesuaian (salah, sederhanakan ssuai catetan)

Matriks Dampak Limbah Pencemaran

transport &

kom

Sumber

tambang

Sumberdaya

biologi

Limbah/polusi

(Pencemaran)Pariwisata

Gud

ang

Pel

abu

han

Kab

el

Per

ikan

an

tra

nspo

rt

kom

Gudang   0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Pelabuhan 0 1 1 1 1 1 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 1 0 0

Kabel 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Sum

ber

Pasir & Bijih 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0

Minyak 0 0 0 0 1 1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 0 -1 -1 -1

Page 32: Lapoaran Samapi Bab 3

Ta

mba

ngInstalasi mineral 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pipa minyak 0 1 0 0 1 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 1 -1 -1 -1S

umb

erd

aya

Bio

log

i

Perikanan

Demersal0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 -1 1 0 0

Perikanan

Pelagis0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

Ikan karang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 -1 1 0 0

Akuakultur 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 1 0 0

Lim

bah

/ P

olu

si

Sungai 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1

Industri 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1

Pemukiman 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1

Minyak 0 -1 0 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -1 -1 -1

Par

iwis

ata

Selam/renang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Para-sailing 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0

Boating 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0

Hotel & Bar 0 -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

Kon

ser-

vasi

Peneluran

penyu0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Terumbu

Karang0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0

Taman/Publik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

Total kolom 2 -2 2 -2 -1 3 1 -6 -10 -5 -2 0 0 0 -1 1 -5 -5

                                     

Pada pernyataan-pernyataan diatas dapat diperoleh kesimpulan yaitu nilai

total dari baris ialah -35, sedangkan jumlah total nilai kolom yaitu -40. Sehingga

Page 33: Lapoaran Samapi Bab 3

besarnya jumlah total nilai interaksi, ialah -75,serta dari data tersebut juga dapat

diketahui bahwa ada konflik yang nyata pada pembagian ruang wilayah pesisir

tersebut namun dengan nilai konflik yang di peroleh yaitu -75, maka dapat disimpulkan

bahwa banyak konflik yang terjadi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan wilayah

pesisir. Faktor penyebab terjadinya konflik dan kerusakan pemanfaatan wilayah

pesisisr yang terbesar yaitu oleh kegiatan manusia. Data diatas setelah dianalisis

memberikan informasi, serta memberikan kesimpulan dengan adanya kegiatan-

kegiatan manusia yang memiliki tujuan berbeda-beda dalam pengelolaan wilayah

pesisir mengakibatkan dampak atau pengaruh negatif maupun positif terhadap wilayah

pesisir dan sekitarnya maupun terhadap biota didalamnya dengan skala yang besar.

Sedangkan berdasarkan analisa SWOT adalah sebagai berikut:

Page 34: Lapoaran Samapi Bab 3

4.2 Potensi dan Anncaman

Potensi pencemaran wilayah pantai sendang biru ,kabupaten malang di pengaruhi

oleh beberapa faktor yang dapat menimbulkan pencemaran baik pencemaran organik dan

anorganik yang berada di wilayah pesisir pantai sendang biru. Potensi pencemaran ini di

berikan oleh kegiatan masyarakat yang ada di sendang biru contohnya perdagangan ikan

dan pengolahan industri perikanan,kegiatan nelayan dan kunjungan dari parawisatawan

(Rahman, 2010).

Menurut Diananto ( 2006 ), Tekanan tersebut dapat berupa pencemaran air yang

telah melampaui kemampuan pantai untuk menanggung beban cemaran, perubahan pola

pengelolaan tambak secara intensif yang dikerjakan dengan menebang tanaman mangrove

dan tekanan arus laut yang telah menyebabkan terjadinya abrasi di beberapa tempat.

Kegiatan industri dan permukiman di pesisir Kota Tegal yang yang berkembang relative

lebih cepat telah menyebabkan peningkatan beban limbah pada kelima sungai yang

mengalir ke pantai Tegal.

Ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran yang ada di sendang biru adalah

dengan adanya kegiatan nelayan, indusrti dan pariwisata itu menyebabkan

keanekaragaman hayati di wilayah sendang biru berkurang. Misalanya pada kegiatan

nelayan yang membuang oli bekas sembarangan di laut ,hal itu menyebabakan organisme

atau ikan-ikan yang berada di pinggir pantai atau dermaga berkurang. Hal ini

menyebabakan para nelayan harus berlayar ke tengah laut untuk mendapatkan ikan

tangkapan (Daduk, 2013).

Menurut Nontji, (1987) dalam Litaay et al (2011) bahwa pencemaran laut dapat

disebabkan oleh limbah minyak, limbah industri seperti logam berat, limbah pertanian

seperti pupuk dan pestisida, limbah panas dari pembangkit listrik, siltasi dan limbah

Page 35: Lapoaran Samapi Bab 3

pemukiman berupa bahan organik dan bakteri patogen. Di pulau berpenghuni, laut

merupakan ”tempat pembuangan sampah” terbesar dan murah. Limbah rumah tangga

seperti deterjen dan minyak buangan kapal merupakan pencemar utama di tempat ini .

4.3 Rekomendasi Pengelolaan Wilayah Pesisir

Rekomendasi yang perlu dilakukan untuk mengatasi ancaman – ancaman

pencemaran di wilayah pesisir Sendang Biru ialah bisa dengan menggunakan penyediaan

IPAL (Instalai Pembuangan Air Limbah) yang sesuai dengan pengelolaan air limbah

sebelum dibuang di peraiaran bahkan lingkungan pesisir dan konservasi wilayah pesisir

serta dapat dengan upaya restorasi. Pada hasil penelitian menunjukkan hubungan antara

masyarakat dengan upaya restorasi ekosistem ternyata sangat kuat berperan, termasuk

upaya restorasi perlu dilakukan secara terpadu. Hal ini ditunjukkan oleh hasil PLS.

Sedangkan ekosistem pesisir mana yang harus didahulukan untuk ditangani AHP

menyatakan bahwa prioritas utama adalah mangrove, kemudian terumbu karang, diikuti

dengan kawasan estuari dan terakhir padang lamun. Berdasarkan itu maka model co-

management mensyaratkan perlu adanya kolaborasi diantara masyarakat, pemerintah dan

swasta. Kolaborasi tersebut dipayungi oleh kerangka strategi yang memuat visi, misi, tujuan

dan prioritas strategi (Rudianto, 2014).

Page 36: Lapoaran Samapi Bab 3

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Pencemaran adalah proses masuknya atau dimasukkannya bahan pencemar

kedalam suatu lingkungan atau ekosistem.

- Pencemaran lingkungan dapat digolongkan menjadi pencemaran darat, air, dan

udara.

- Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:

Limbah cair

Limbah padat

Limbah gas dan partikel

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

- Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayang Kabupaten Malang

yang berkaitan dengan Pantai Sendang Biru yaitu:

Page 37: Lapoaran Samapi Bab 3

• Pasal 13

Penanganan kawasan lindung geologi, dengan strategi sebagai berikut:

• Perlindungan terhadap kualitas air tanah dan sempadan mata air dari

berbagai kegiatan dan bahan yang dapat menimbulkan pencemaran dan

menyebabkan kerusakan kawasan.

• Pasal 16

Mengembangkan kegiatan pendukung Kawasan Sendangbiru bagi pelabuhan

nasional/internasional, perikanan dan perindustrian, dengan strategi

• Kebijakan dan Strategi Penetapan Fungsi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil Pasal 17

1. Konservasi kawasan Pulau Sempu sesuai fungsinya sebagai kawasan

lindung (cagar alam), dengan strategi

2. Optimalisasi pengembangan Kawasan Sendangbiru, dengan strategi

3. Mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir, dengan strategi

• Pasal 36

Perlindungan terumbu karang di sepanjang kawasan pesisir khususnya di

Pulau Sempu.

5.2 Saran

Sebaiknya pantai Sendang Biru supaya tidak terkena dampak pencemaran patut

mengelola semua aspek industri perikanan yang ada di sana dan sebelum membuang

sampah dan limbah (baik limbah car atau padat), hendaknya diolah terlebih dahulu

limbahnya tersebut supaya tidak mencemari lingkungan pesisir. Solusi yang dapat

digunakan untuk menangani masalah pencemaran dalam jangka panjang dapat dengan

Page 38: Lapoaran Samapi Bab 3

mengadakan kegiatan preventif / pencegahan berupa untuk mencegah terjadinya

pencemaran mulai dari sekarang. Pada masalah limbah domestik dapat dilakukan

pengolahan sampah dan Gerakan Bersih Pantai dan Laut, lalu untuk limbah pemanfaatan

ikan dapat diolah menjadi pakan ikan. Dilakukan pula kegiatan pemulihan keadaan yang

telah mengalami pencemaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., Sitepu, M.J. (cet. 2), 2001 : Pengelolaan

Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu ; PT.

Pradnya Paramita, Jakarta, Indonesia.

Diananto, A. U. 2006. KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN

(Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat). TUGAS AKHIR. JURUSAN

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG: Semarang.

Manziz. 2011. Peengendalian Pencemaran Laut di Wilayah Pesisir Sendang Biru .

Jurnal Kelautan. 8 (2 ): 1-7.

Page 39: Lapoaran Samapi Bab 3

Harry. 2013. Pentingnya Stakeholder Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia

Secara Optimal. Jurnal Platax. 4 (2): 1-9.

Hermawan, David. 2006. Prospektif Pengembangan Kawasan Pesisir Sendang Biru

Untuk Industri Perikanan Terpadu. ejournal.umm. 2 (6): 1-9.

Rudianto. 2012. Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir: Studi

Kasus Wilayah pesisir Wonogoro, Desa Tumpakrejo, Kecamatan

Gedangan, Kabupaten malang, Propinsi Jawa Timur. Paper

dipresentasikan pada Seminar nasional “Pengelolaan Sumberdaya

Laut dan Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan di Indonesia,

tanggal 19 Maret 2012.

Rudianto, 2014. Analisis Restorasi Ekosistem Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Co-

Management: Studi Kasus di Kecamatan Ujung Pangkah dan

Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. RESEARCH JOURNAL OF

LIFE SCIENCE. 1 (1):1-14.

Page 40: Lapoaran Samapi Bab 3